Perubahan Warna Kuning Telur Itik Lokal dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra (Calliandra Calothyrsus) dan Daun Singkong (Manihot Esculenta

PERUBAHAN WARNA KUNING TELUR ITIK LOKAL DENGAN
PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KALIANDRA (Calliandra
calothyrsus) DAN DAUN SINGKONG (Manihot esculenta
Crantz) PADA PAKAN

SKRIPSI
GILANG MARADIKA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007

RINGKASAN
GILANG MARADIKA. D14101037. 2006. Perubahan Warna Kuning Telur Itik
Lokal dengan Penambahan Tepung daun Kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan
Daun Siongkong (Manihot esculenta Crantz) pada Pakan. Skripsi. Program Studi
Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Insitut Pertanian Bogor.
Pembimbing utama : Ir. Rukmiasih MS.
Pembimbing Anggota : Prof. (Emer). Dr. Drh. Peni S. Hardjosworo. MSc.
Lahan Pertanian yang semakin berkurang telah mendorong peternak itik

mengalihkan sistem beternak itik dari ekstensif menjadi intensif, sehingga kebutuhan
pakan itik sangat bergantung kepada peternak. Pakan yang diberikan selama ini
menghasilkan kuning telur dengan warna yang kurang disukai oleh masyarakat karena
kuning telur hasil pemeliharaan intensif lebih pucat daripada kuning telur hasil
pangonan. Itik pangonan memakan hijauan berupa rumput-rumput di sawah sehingga
warna kuning telur berwarna kuning tua. Penelitian ini menggunakan daun kaliandra
dan daun singkong sebagai pengganti hijauan sawah dengan harapan kuning telur yang
dihasilkan sesuai dengan selera konsumen.
Penelitian ini menggunakan 49 ekor itik betina berumur enam bulan yang
berasal dari Cirebon. Penelitian dilakukuan di Laboratorium Ilmu Produksi Ternak
Unggas Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan selama empat minggu, dengan dengan
rincian dua minggu pertama untuk menyeragamkan skor warna kuning telur pada
kisaran skor satu, dan dua minggu kedua untuk pengambilan data. Data yang diamati
adalah data konsumsi pakan dan skor warna kuning telur yang kemudian dianalisis
secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa itik dengan penambahan tepung daun
kaliandra 9% memiliki tingkat konsumsi pakan yang paling rendah yaitu 141,54
gram/ekor/hari, hal tersebut disebabkan oleh kandungan tanin dalam daun kaliandra
yang mempengaruhi palatabilitas pakan. Konsumsi pakan tertinggi didapat oleh itik

dengan perlakuan penambahan tepung daun kaliandra 6% sebesar 165,53
gram/ekor/hari.
Konsumsi pakan mempengaruhi produksi harian itik. Produksi harian tertinggi
pada itik perlakuan penambahan tepung daun kaliandra dihasilkan oleh itik dengan
penambahan tepung kaliandra 6% (K6) sebesar 64, 28%. Produksi telur pada itik
perlakuan penambahan tepung daun singkong dihasilkan oleh itik dengan penambahan
tepung daun singkong sebanyak 9% (S9) dengan produksi 57,14 %.
Perubahan warna kuning telur dibagi ke dalam dua fase. Fase pertama adalah
fase peningkatan warna kuning telur, hal ini terjadi pada tujuh hari pertama, sedangkan
fase kedua adalah fase warna kuning telur sudah mulai terlihat stabil, fase ini diamati
pada tujuh hari selanjutnya. Itik kontrol mendapatkan telur dengan skor warna kuning
telur 1. Penambahan tepung daun kaliandra dan daun singkong sebanyak 9%
memberikan perubahan warna yang paling tinggi diantara perlakuan-perlakuan yang
lainnya. Itik dengan penambahan tepung daun kaliandra 9% pada tujuh hari ke-2
memperoleh telur dengan skor warna kuning telur tertinggi 9 sebanyak 38,1%,
sedangkan itik dengan penambahan tepung daun singkong 9% pada tujuh hari ke-2
pengamatan memperoleh telur dengan skor warna kuning telur tertinggi 9 sebanyak
46,15%.

Kata-kata kunci : warna kuning telur, tepung daun kaliandra, tepung daun singkong,

produksi telur

ABSTRACT
Yolk Colour Change at Local Duck with Addition of Calliandra Leaf Meal
(Calliandra calothyrsus) and Cassava Leaf Meal (Manihot esculenta Crantz)
Maradika G., Rukmiasih, and P. S. Hardjosworo
Kaliandra leaf meal and cassava leaf meal used to increase egg yolk colour at
level 0, 3, 6 and 9%. Fourty nine ducks were used in treatment at Laboratory of Animal
Production Technology in Husbadry Faculty of Bogor Agricultural University. The
experiment period were 14 days the first 7 for observing the increase of yolk_colour and
the last 7 for observing stabilized yolk colour. Ducks were in battery cage while for
collecting eggs. Feeding was given at 07.00 am and 04.00 pm. Diet contained in crude
protein: 15,91 %; crude fat:4,85% and brutto energi: 4111,0 kkal/kg. During the first 7
days, yolk colour was increasing from score 1 to maximal score for each treatment and
the last 7 days , yolk colour was stabil. There were significant difference in apparent
consumption of all leaves with linear increase as cassava and calliandra leaf meal
increase. The suggest result that usage of cassava and caliandra leaf meal up to 9% in
laying ducks can improve yolk colour up to score 9.
Keywords : Egg yolk colour, kaliandra leaf meal and cassava leaf meal, egg production


PERUBAHAN WARNA KUNING TELUR ITIK LOKAL DENGAN
PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KALIANDRA (Calliandra
calothyrsus) DAN DAUN SINGKONG (Manihot esculenta
Crantz) PADA PAKAN

GILANG MARADIKA
D14101037

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas peternakan
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

PERUBAHAN WARNA KUNING TELUR ITIK LOKAL DENGAN

PENAMBAHAN TEPUNG DAUN KALIANDRA (Calliandra
calothyrsus) DAN DAUN SINGKONG (Manihot esculenta
Crantz) PADA PAKAN

oleh
GILANG MARADIKA
D14101037

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 29 Desember 2006

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Ir. Rukmiasih, MS
NIP. 131 284 605

Prof. (emir). Dr. Peni S. Hardjosworo., MSc


Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ronny Rahman Noor, M.Rur.Sc
NIP. 131 624 188

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 8 Maret 1984 di Subang Jawa Barat. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Amin Syaripudin
(Alm) dan Ibu Kurnia.
Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SDN Ekasari Pamanukan,
pendidikan sekolah menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 di SMPN 1
Pamanukan, pendidikan sekolah menegah atas diselesaikan pada tahun 2001 di SMUN
1 Pamanukan.
Penulis diterima menjadi mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi
Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada tahun 2001.
Selama mengikuti pendidikan penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Islam
Komisariat Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Cabang Bogor tahun 2002
hingga saat ini menjabat sebagai ketua HMI cabang bogor. Selain itu penulis aktif pada

Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI-HMI) Cabang Bogor tahun 2002 - 2004,
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor tahu
2003 - 2004, Forum Aktifitas Mahasiswa Muslim (FAMM) Al-An’aam Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor tahun 2002-2003, Forum Komunikasi Kulawargi
Subang (FOKKUS) tahun 2001 -2004 dan Ikatan Santri Pondok Pesantren Mahasiswa
Al-Inayah (ISPA) tahun 2001-2003.

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur kehadirat
Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Perubahan Warna Kuning Telur Itik Lokal
dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan Daun
Singkong (Manihot esculenta Crantz)” disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini didasari bahwa permasalahan yang timbul akibat perubahan sistem
peternakan dari sistem ekstensif menjadi sistem intensif salah satunya adalah pakan itik
yang sepenuhnya sangat bergantung kepada peternak. Pemberian pakan tanpa komposisi
ransum yang tepat dapat mengakibatkan penurunan kuantitas dan kualitas telur. Salah
satu faktor kualitas telur yang perlu diperhatikan adalah warna kuning telur yang pada
umumnya masyarakat lebih menyukai warna kuning telur yang lebih pekat.

Itik pada sistem pemeliharaan ekstensif memiliki telur dengan warna kuning
telur yang pekat. Hal ini disebabkan itik tersebut mengkonsumsi hijauan sawah, untuk
itu pada sistem peternakan secara intensif diperlukan hijauan pengganti yang dapat
meningkatkan kepekatan warna kuning telur. Penelitian ini menggunakan daun
kaliandra dan daun singkong sebagai pengganti hijauan sawah karena kedua daun
tersebut mengandung pigmen karotenoid yang dapat meningkatkan kepekatan warna
kuning telur.
Penulis sadari bahwa tulisan ini sangat jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan,. Meskipun demikian diharapkan bahwa tulisan ini bermanfaat bagi semua
yang membutuhkan.
Bogor, Januari 2007

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ..................................................................................................

i


ABSTRACT ....................................................................................................

iii

RIWAYAT HIDUP .........................................................................................

vi

KATA PENGANTAR .....................................................................................

vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

x


PENDAHULUAN ...........................................................................................

1

Latar Belakang .....................................................................................
Tujuan ..................................................................................................
Hipotesis ..............................................................................................

1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................

3

Kuning Telur ........................................................................................
Produksi Telur .....................................................................................
Kaliandra..............................................................................................

Singkong ..............................................................................................

3
4
4
7

MATERI DAN METODE ...............................................................................

10

Tempat dan Waktu ...............................................................................
Materi Penelitian ..................................................................................
Metode penelitian ................................................................................
Analisis Data ........................................................................................

10
10
13
15

HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................

16

Konsumsi Pakan ..................................................................................
Produksi Telur .....................................................................................
Warna Kuning Telur ............................................................................

16
17
19

KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................

29

UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................

30

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

31

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Persentase Pigmen Xantofil pada Kuning Telur Dihitung Berdasar
Berat Kuning Telur 19 Gram ............................................................. 3

2.

Kandungan Nutrisi Daun Kaliandra ......................................................... 6

3.

Komposisi Kimia Daun Ubi Kayu untuk Setiap 100 Gram Bahan ........ 8

4.

Komposisi dan Kandungan Nutrisi Ransum untuk Itik Petelur
Penelitian ............................................................................................ 14

5.

Hasil Analisa Kimia ransum Basal........................................................... 14

6.

Rataan Konsumsi Pakan Itik dengan Penambahan Tepung Daun
Kaliandra Selama Masa Penelitian .................................................... 16

7.

Rataan Konsumsi Pakan Itik dengan Penambahan Tepung Daun
Singkong Selama Masa Penelitian ..................................................... 17

8.

Rataan Produksi Harian Telur Itik yang Ditambahkan Tepung
Daun Kaliandra ................................................................................. 18

9.

Rataan Produksi Harian Telur Itik yang Ditambahkan Tepung
Daun Singkong .................................................................................. 18

10.

Persentase Skor Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Daun
Kaliandra Hari ke 1-7 ......................................................................... 23

11.

Persentase Skor Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Daun
Kaliandra Hari ke 8-14 ....................................................................... 24

12.

Persentase Skor Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Daun
Singkong Hari ke 1-7 ......................................................................... 26

13.

Persentase Skor Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Daun
Singkong Hari ke 8-14 setelah Pemberian ......................................... 26

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1.

Tanaman Kaliandra (Calliandra calothyrsus) ................................

5

2.

Tanaman Singkong (Manihot esculenta) ........................................

7

3.

Itik Cirebon Betina .........................................................................

10

4.

Tempat Pakan .................................................................................

11

5.

Tempat Minum ...............................................................................

11

6.

Timbangan ......................................................................................

12

7.

Egg Tray .........................................................................................

12

8.

Roche Yolk Colour Fan ..................................................................

13

9.

Kandang Itik Penelitian ..................................................................

13

10.

Sebaran warna Kuning Telur Selama Masa Penelitian pada
Itik Kontrol ...............................................................................

19

Sebaran warna Kuning Telur Selama Masa Penelitian pada
Itik dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra 3% (K3)....

20

Sebaran warna Kuning Telur Selama Masa Penelitian pada
Itik dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra 6% (K6)....

20

Sebaran warna Kuning Telur Selama Masa Penelitian pada
Itik dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra 9% (K9)....

21

Sebaran warna Kuning Telur Selama Masa Penelitian pada
Itik dengan Penambahan Tepung Daun Singkong 3% (S3) .....

21

Sebaran warna Kuning Telur Selama Masa Penelitian pada
Itik dengan Penambahan Tepung Daun Singkong 6% (S6) .....

22

Sebaran warna Kuning Telur Selama Masa Penelitian pada
Itik dengan Penambahan Tepung Daun Singkong 9% (S9) .....

22

Warna Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun
Kaliandra sebanyak 3% ............................................................

24

Warna Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun
Kaliandra Sebanyak 6%. ..........................................................

25

Warna Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun
Kaliandra Sebanyak 9%. ..........................................................

25

Warna Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun
Singkong Sebanyak 3%. ..........................................................

27

Warna Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun
Singkong Sebanyak 6%. ..........................................................

27

11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

22.

Warna Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun
Singkong Sebanyak 9%. ..........................................................

28

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Para peternak itik sekarang ini kesulitan mendapatkan lahan pangonan. Hal ini
disebabkan oleh menyempitnya lahan pesawahan karena digunakan menjadi lahan
pemukiman dan industri. Selain itu peternak itik juga kesulitan mendapatkan tenaga
pengangon karena masyarakat desa atau masyarakat di daerah pinggiran kota lebih
tertarik untuk menjadi buruh pabrik.
Dampak dari kesulitan-kesulitan tersebut di atas menyebabkan peternak itik
mengalihkan sistem pemeliharaan itik dari ekstensif ke sistem pemeliharaan itik secara
intensif. Pada pemeliharaan itik secara intensif kebutuhan pakan itik sangat tergantung
kepada peternak. Pakan yang digunakan peternak biasanya adalah pakan buatan sendiri
atau berupa pakan jadi. Pemberian pakan tersebut mengakibatkan warna kuning telur
menjadi pucat karena minimnya kandungan pigmen dalam pakan, sehingga telur yang
dihasilkan kurang disukai oleh konsumen.
Para peternak mengatasi masalah tersebut dengan cara menambahkan kepala udang
ke dalam pakan, akan tetapi warna kuning telur yang dihasilkan menjadi merah padahal
warna kuning telur yang disukai oleh masyarakat adalah warna kuning tua seperti yang
dihasilkan itik pangonan. Warna kuning telur tersebut karena itik pangonan memakan
rumput-rumput sawah yang merupakan hijauan sumber karotenoid. Untuk itu agar itik
yang dipelihara secara intensif menghasilkan warna kuning telur yang diterima oleh
konsumen maka diperlukan hijauan pengganti.
Kaliandra dan singkong adalah hijauan yang mudah didapatkan di Indonesia. Daun
kaliandra dan daun singkong selain mempunyai kandungan nutrisi yang baik untuk
ternak, juga mempunyai kadar pigmen karotenoid yang cukup tinggi sehingga
penggunaan daun-daun tersebut diharapkan dapat menghasilkan kuning telur yang
berwarna kuning tua.
Keuntungan penggunaan daun-daun tersebut adalah mudah didapat. Pohon
kaliandra biasanya digunakan untuk kayu bakar dan pencegah erosi, sedangkan daun
singkong tua merupakan limbah yang tidak digunakan lagi. Kelemahannya, daun
kaliandra mengandung tanin hingga mencapai 11%, sedangkan pada daun singkong
terdapat sianida yang mencapai 15%. Kedua zat tersebut dapat mengganggu produksi
telur pada itik, tetapi pengolahan yang benar seperti mengolahnya menjadi tepung dapat

1. Pemberian pakan tanpa penambahan tepung daun kaliandra dan tepung daun
singkong.
2. Pemberian pakan dengan penambahan tepung daun kaliandra sebanyak 3 %.
3. Pemberian pakan dengan penambahan tepung daun kaliandra sebanyak 6 %.
4. Pemberian pakan dengan penambahan tepung daun kaliandra sebanyak 9 % .
5. Pemberian pakan dengan penambahan tepung daun singkong sebanyak 3 %.
6. Pemberian pakan dengan penambahan tepung daun singkong sebanyak 6 %.
7. Pemberian pakan dengan penambahan tepung daun singkong sebanyak 9 %.
Selama 4 minggu pemeliharaan diamati konsumsi pakan harian dan warna kuning telur.
Peubah-peubah yang diamati pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.

Skor warna kuning telur diukur dengan menggunakan standar warna pada Roche
Yolk Colour Fan.

2.

Konsumsi pakan dihitung dengan mengurangi jumlah pakan yang diberikan dengan
sisa pakan yang ada.

3.

Duck day production dihitung menggunakan rumus :
Jumlah telur pada hari yang bersangkutan
X 100%
Jumlah itik pada hari itu yang bersangkutan
Analisis Data
Data warna kuning telur adalah data warna kuning telur selama 14 hari masa

penelitian. Data produksi harian telur itik adalah data selama 14 hari masa penelitian.
Data konsumsi adalah data konsumsi selama 14 hari masa penelitian. Data skor warna
kuning telur dan data konsumsi dianalisis secara deskriptif.

TINJAUAN PUSTAKA
Kuning Telur
Kuning telur merupakan emulsi lemak dalam air dengan kandungan padatan
kurang lebih 50% yang terdiri dari protein dan lemak ( Belitzs dan Grosch, 1999). Rose
(1997), menambahkan bahwa kuning telur pada unggas air mempunyai lemak yang
lebih banyak yaitu sekitar (36%) dan protein (18%) serta kandungan air kurang dari
44%. Kuning telur terdiri dari beberapa lapisan berwarna gelap dan berwarna terang.
Bagian kuning telur berwarna gelap mengandung air sekitar 45%, sedangkan lapisan
kuning telur yang berwarna terang mengandung air 86%. Lapisan tersebut dapat terlihat
pada sebuah kuning telur utuh tetapi hampir tidak mungkin dipisahkan.
Bell and Freeman (1975) menyebutkan bahwa komponen paling utama dari
kuning telur adalah pigmen karotenoid (sekitar 13 sampai 15µg per kuning telur).
Komponen utama karotenoid adalah xantofil, zeaxantin dan lutein dengan sebagian
kecil kriptoxantin. Persentase dari pigmen xantofil dapat dilihat pada Tabel 1. Rose
(1997), menambahkan bahwa warna kuning pada kuning telur disebabkan oleh susunan
lemak disebut xantofil. Kandungan xantofil pada kuning telur hampir seluruhnya
bergantung pada kandungan xantofil pada pakan yang diberikan kapada unggas.
Rumput mempunyai kandungan xantofil yang tinggi (20 mg/Kg), jadi unggas yang
dipelihara di alam bebas dapat memakan rumput untuk memberikan warna kuning yang
gelap pada telurnya. Jagung kuning juga mempunyai kandungan xantofil yang tinggi
sekitar 15 mg/Kg, sehingga pakan yang didasarkan pada jagung kuning juga
memberikan warna kuning telur yang gelap. Xantofil yang berbeda memberikan warna
kuning yang berbeda pula, sebagai contoh lutein memberikan warna kuning lemon,
sedangkan zeaxantin memberikan warna kuning keemasan. Warna kuning yang kaya
dapat diperoleh dangan mengkombinasikan xantofil-xantofil tersebut.
Tabel 1. Persentase Pigmen Xantofil pada Kuning Telur Dihitung Berdasar
Kuning Telur 19 Gram
Pigmen
Lutein
Zeaxantin
Kriptoxantin
Karoten
Total
Sumber : Bell dan Freeman, 1971

Persentase xantofil
63 – 37
15 -32
3 – 10
2-4

µg/kuning telur
180 – 218
44 – 91
9 - 28
6 – 11
285

Berat

mengurangi kandungan zat-zat anti nutrisi tersebut. Berdasarkan hal tersebut pada
penelitian ini menggunakan daun kaliandra dan daun singkong yang dibuat tepung dan
pengaruhnya terhadap warna kuning telur itik yang dipelihara secara intensif dalam
rangka meningkatkan telur dengan warna seperti kuning telur hasil dari itik pangonan.
Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan warna kuning telur
pada itik lokal dengan tingkat penambahan tepung daun kaliandra (Calliandra
calothyrsus) dan daun singkong (Manihot esculenta Crantz) pada pakan.

Produksi Telur
Produksi telur merupakan parameter utama yang digunakan untuk mengukur
performans itik petelur, yaitu dengan menghitung jumlah telur yang dihasilkan seekor
itik selama periode tertentu (Purna, 1999). Menurut Ketaren et al. (1999) produktivitas
itik ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan.
Produktivitas itik dapat ditingkatkan dengan perbaikan mutu bibit, pakan dan
manajemen pemeliharaan itik tersebut.
Setioko et al. (1985) menerangkan bahwa produksi telur disamping dipengaruhi
oleh lokasi dan sistem pemeliharaan, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti
ransum, hal ini diperkuat oleh Ivy dan Gleaves (1976), bahwa peningkatan produksi
telur dipengaruhi oleh tingkat konsumsi ransum, protein dan energi. Semakin tinggi
tingkat konsumsi ransum, produksi telur relatif meningkat pula, tingkat protein pakan
yang rendah menyebabkan pembentukan kuning telur kecil pula (Ulupi, 1990).
Matram (1985), menyatakan bahwa itik yang diberi pakan dengan energi 27403080 Kkal/Kg dan protein 16% menghasilkan telur sebanyak 25,32%-29,08% dan
pakan yang menggunakan tingkat protein 18% dan energi 3080 Kkal/Kg menghasilkan
telur 34,47%.
Kaliandra
Kaliandra adalah salah satu jenis legum yang banyak terdapat didaerah
pegunungan dengan tinggi rata-rata sekitar 10m, mempunyai bunga yang berfilamenfilamen (Watson et al., 1992), gambar daun kaliandra disajikan pada Gambar 1.
Kedudukan kaliandra dalam taksonomi adalah sebagai berikut :
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Sub Kelas

: Rosidae

Ordo

: Fabales

Famili

: Fabaceae

Sub Famili

: Mimosoideae

Gambar 1. Tanaman Kaliandra (Calliandra calothyrsus)
Sumber : http://www.hort.purdue.edu/newcrop/duke_energy/Calliandra_calothyrsus.html#Uses

Kaliandra yang termasuk daun legum diketahui mengandung protein kasar yang
cukup banyak jumlahnya (Tengenjaja et al., 1992), sehingga dapat digunakan sebagai
suplemen bagi hijauan rendah protein (Mannetje dan Jones, 1992). Pemanfaatan daun
ini, baik dalam bentuk segar maupun kering telah lama diketahui, terutama untuk ternak
ruminansia. Namun untuk unggas masih belum berkembang karena daun tanaman
legum mengandung serat kasar yang cukup tinggi dan terdapatnya beberapa faktor anti

nutrisi yang diketahui berpengaruh negatif terhadap penampilan unggas (Tangenjaja dan
Wina, 2000). Kandungan daun kaliandra dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Daun Kaliandra
Komposisi zat-zat makanan
Protein (%)

Jumlah
24

Ether ekstrak (%)

4.1- 5

Abu (%)

5 – 7.6

NDF (%)

24 – 34

ADF (%)

26

Selulosa (%)

15

Lignin (%)

10 – 11.9

Sumber : Tangenjaja et al., 1992

Zat anti nutrisi yang terdapat pada kaliandra adalah tanin (National Research
Council, 1983). Tanin adalah senyawa yang terdapat alami yang sifat utamanya dapat
berikatan dengan protein, menurut (Prince et al., 1980) sifat-sifat anti nutrisi tanin pada
ternak diantaranya adalah :
1) Rasa yang sepat akan menurunkan jumlah konsumsi ternak.
2) Tanin akan membentuk kompleks dengan protein dan zat makanan lainnya
yang terdapat dalam makanan.
3) Tanin dapat membentuk kompleks dengan protein endogen.
4) Tanin akan membentuk kompleks dengan enzim-enzim pencernaan.
5) Penyerapan tanin dan hasil-hasilnya dapat meracuni ternak.
6) Tanin dapat melukai saluran pencernaan dan menyebabkan terganggunya
fungsi saluran pencernaan.
Tangenjaja dan Wina (2000) menyebutkan, agar dapat dimanfaatkan sebagai
komponen ransum unggas, daun tanaman legum harus diolah terlebih dahulu. Hasil
olahan tersebut dapat berupa tepung daun, produk kaya pigmen, ataupun produk kaya
protein. Kandungan protein kasar tepung daun sangat bervariasi, tergantung bahan baku
yang di pakai, teknik pengolahan, asal bahan, dan sebagainya.
Manfaat tepung daun legum dan konsentrat pigmen sebagai bagian dari ransum
unggas adalah: (1) meningkatkan warna kuning telur serta kulit ayam pedaging, (2)

mengurangi ketergantungan penggunaan xantofil komersial, dan (3) membuka lapangan
kerja baru secara tidak langsung (Tangenjaja dan Wina, 2000).
Tangenjaya et al. (1992) melaporkan bahwa pemberian tepung daun kaliandra
sebanyak 2,5 sampai 5 % pada pakan burung puyuh tidak berpengaruh terhadap
produksi telurnya. Penggunaan 5 % daun kaliandra pada pakan itik menyebabkan
produksi telur harian meningkat sampai 12,29 % dibanding kontrol, tetapi bila
ditingkatkan sampai 15 % produksi telur menurun sebanyak 26,85 % (P < 0,01)
(Laksmiwati, 1997). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan tepung
daun kaliandra, glirisida, turi dan daun ubi kayu dengan tingkat penggunaan 2,5-10 %
dalam ransum dapat meningkatkan warna kuning telur (Tangenjaja dan Wina, 2000).
Singkong
Singkong termasuk ke dalam famili Euphorbiaceae, subfamili Crotoridae.
Singkong dalam literatur lama dinamakan Manihot utilisima, dalam perkembangannya
singkong disebut sebagai Manihot esculenta Crantz. Singkong tidak pernah didapatkan
dalam bentuk liar, hanya ada sebagai spesies yang dibudidayakan (Goldworthy dan
Fisher, 1992). Gambar tanaman singkong disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Tanaman Singkong (Manihot esculenta)
Sumber :http://www.cipav.org.co/lrrd/lrrd7/3/9.htm

Limbah singkong sebagai makanan ternak sudah dimanfaatkan berupa daun
(Tangenjaja dan Wina, 2000), daun singkong segar bisa diperoleh sekitar 17% dari berat

pohonnya (Pakpahan et al., 1992) dan dalam usaha memenuhi kebutuhan itik
diharapkan dapat mempunyai peranan sebagai sumber protein (Tangenjaja dan Wina,
2000).
Daun ubi kayu kandungan proteinnya lebih banyak 5 sampai 6 kali daripada
bagian umbinya, yaitu sekitar 7 sampai 8 persen, bahkan dapat mencapai 20% atau lebih
(Tillman et al., 1998). Komposisi daun ubi kayu dapat dilihat pada Tabel 3. Kandungan
protein tertinggi dapat dijumpai pada daun ubi kayu yang masih muda sekitar umur 6
bulan (Terra, 1966). De Boer dan Forno (1975) menyebutkan bahwa daun singkong
dapat mencapai kandungan protein kasar sampai 30 % (dari bahan kering) dengan
spektrum asam amino yang sama kalau tidak lebih baik dari kedelai.
Tabel 3. Komposisi Kimiawi Daun Ubi Kayu untuk Setiap 100 gram Bahan.
Komposisi
Kalori (g)

Kandungan dalam Daun
72

Protein (g)

8

Karbohidrat (g)

9

Lemak (g)

0.4

Air (g)

75

Abu (g)

2

Serat kasar (g)

8

Karotenoid (SI)

13.000

Sumber : Terra (1966)

Keunggulan lain dari daun ubi kayu adalah

kandungan vitamin A hanya

terdapat pada daun tersebut (Terra, 1966) yang mencapai 2.000 ppm (Hermana dan
Sumiati, 1997). Lingga et al. (1989) menambahkan bahwa daun singkong mengandung
Vitamin A yang tinggi yaitu sekitar 10.000-13.000 SI.
Kelemahan pada daun singkong adalah kandungan serat kasar yang tinggi, yaitu
sekitar 15% (Eviyati, 1993) serta kandungan HCN yang bersifat racun. Kandungan
HCN dari daun singkong dapat mencapai 6 kali kandungan HCN umbinya (Rapindran
et al., 1985). Jenis ubi kayu yang tergolong manis maupun pahit selalu mengandung
HCN. Ubi kayu yang tergolong manis kadar HCN-nya lebih rendah dari pada jenis ubi
kayu pahit, tetapi tidak ada korelasi antara HCN yang terkandung pada jenis ubi kayu

tersebut dengan kandungan proteinnya (Terra, 1966). Kandungan glukosida cyanogenik
(linamarin dan lotaustralin) dapat mengganggu kesehatan ternak, akibat kerja enzim dan
asam organik pencernaan, akan tetapi masalah ini dapat diatasi dengan perlakuan panas
(pengeringan atau perebusan) yang menurunkan kandungan glukosida tersebut (De Boer
dan Forno, 1975). Delange dkk (1973) menyebutkan bahwa konsumsi ubi kayu dalam
waktu yang lama dapat menyebabkan gondok endemik, ubi kayu mempunyai aksi anti
tiroid baik pada manusia maupun pada tikus. Salah satu efek diantaranya adalah gondok
yang dapat menurunkan petumbuhan pada hewan percobaan (Liener, 1980).

MATERI DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan selama empat minggu, yaitu sepanjang bulan Juli 2004.
Lokasi penelitian bertempat di bagian IPT Unggas, Fakultas Peternakan, Insitut
Pertanian Bogor.
Materi Penelitian
Penelitian ini menggunakan itik lokal betina yang berasal dari Cirebon yang
berumur enam bulan sebanyak 49 ekor. Kandang yang digunakan yaitu 49
sangkar kawat kapasitas masing-masing sangkar satu ekor itik, dengan ukuran panjang
30 cm, lebar 60 cm dan tinggi 50 cm. Tempat pakan terbuat dari paralon dengan
panjang 20 cm, lebar 15 cm dan tinggi 12 cm berjumlah 49 unit. Tempat air minum
terbuat dari paralon dengan diameter 15 cm, panjang 100 cm berjumlah 20 unit.
Peralatan lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan dengan
kapasitas 5 dan 10 Kg dengan merek Five Goats dan timbangan digital dengan merek
Nagata dengan skala terkecil 0.05 gram untuk menimbang pakan, alat penggiling listrik
(cutter grinder) untuk menggiling daun kaliandra dan daun singkong, Egg tray untuk
menyimpan telur, Roche Yolk Colour Fan digunakan untuk mengukur skor warna
kuning telur. Peralatan dan perlengkapan tersaji pada Gambar 3-9

Gambar 3. Itik Cirebon Betina

Gambar 4. Tempat Pakan

Gambar 5. Tempat Minum

Gambar 6. Timbangan

Gambar 7. Egg Tray

Gambar 8. Roche Yolk Colour Fan

Gambar 9. Kandang Itik Penelitian
Metode Penelitian
Pra Penelitian
Pra penelitian dilakukan selama 14 hari ,dilakukan bertujuan untuk memberi
kesempatan pada itik beradaptasi dengan lingkungan. Selain itu juga untuk
menyeragamkan skor warna kuning telur dengan menggunakan pakan yang disusun dari
bahan-bahan yang tidak mengandung tepung daun kaliandra dan daun singkong.
Tahap ini dimulai dari persiapan kandang, penyusunan ransum dan pembuatan
tepung daun kaliandra serta daun singkong. Itik dipelihara dalam sangkar yang terbuat
dari kawat. Ransum disusun dari bahan-bahan yang tidak mengandung karotenoid
sehingga didapat kadar protein 18% dan energi metabolis 2.800 Kkal/Kg (Lesson dan

Summer, 1997) seperti yang sajikan dalam Tabel 4. Pakan diberikan sebanyak 180 gram
per ekor per hari, dengan frekuensi dua kali sehari yaitu jam 07.00 WIB sebanyak 60 g
dan jam 16.00 WIB sebanyak 120 g. Air minum disediakan sepanjang hari.
Tabel

4. Komposisi dan Kandungan Nutrisi Ransum untuk Itik Petelur
Penelitian

Bahan
Menir
Dedak
Pollard
B. kelapa
B.kedelai
Tp. ikan
Premik
Minyak
DCP
Kapur
Total

Jumlah
.....................................%........................................
34,0
20,0
5,0
6,0
11,0
13,0
0.5
5,0
2,5
3,0
100,0

Analisa proksimat dilakukan pada ransum hasil penyusunan. Hasil analisa
proksimat disajikan pada Tabel 5. Pembuatan tepung daun kaliandra dan daun singkong
dimulai dengan proses pengeringan menggunakan oven bersuhu 500 C, setelah itu
dilakukan penggilingan bahan yang sudah kering sampai berbentuk tepung.
Tabel 5. Hasil Analisa Kimia Ransum Basal
Nutrisi
Protein Kasar (%)
Lemak Kasar (%)
Serat Kasar (%)
Kalsium (%)
Posfor (%)
Metionin (%)
Asam Linoleat (%)
Energi Bruto (Kkal/Kg)

Jumlah
15,91
4,85
6,71
6,45
3,4
1,6
0,46
4.111,0

Penelitian Utama
Setelah itik diberi pakan non karotenoid pada tahap pra penelitian, selanjutnya
itik diacak untuk mendapat pakan perlakuan. Perlakuan yang diberikan antara lain :

HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Pakan
Rataan konsumsi pakan pada itik dengan penambahan tepung daun kaliandra
disajikan pada Tabel 6. Data menunjukkan bahwa pada hari ke 1-7 masa penelitian,
perlakuan kontrol memiliki rataan konsumsi yang paling rendah dibanding perlakuan
yang lain yaitu sebesar 142,12 gram/ekor/hari. Perlakuan penambahan tepung daun
kaliandra 6% memiliki rataan konsumsi tertinggi dibanding perlakuan lainnya yaitu
161,17 gram/ekor/hari.
Tabel 6. Rataan Konsumsi Pakan Itik dengan Penambahan Tepung Daun
Kaliandra Selama Masa Penelitian
Perlakuan

Kontrol
Kaliandra 3%
Kaliandra 6%
Kaliandra 9%

Periode

Rataan Total
( 1-14 )
1-7
8-14
-------------------------g/ekor/hari---------------------142,12
141,66
141,89
146,77
146,24
146,50
161,17
169,90
165,53
144,68
138,35
141,54

Itik dengan perlakuan penambahan tepung daun kaliandra 9%, pada hari ke 8-14
rataan konsumsinya paling rendah yaitu 138,35 gram/ekor/hari. Itik dengan
penambahan tepung daun kaliandra 6% memiliki tingkat konsumsi pakan tertinggi yaitu
169,90 gram/ekor/hari. Rendahnya konsumsi pakan pada itik dengan penambahan
tepung daun kaliandra 9% diduga karena tanin mulai mempengaruhi palatabilitas itik.
Secara total selama 14 hari, itik dengan penambahan tepung daun kaliandra 9%
memiliki tingkat konsumsi pakan terrendah yaitu 141,54 gram/ekor/hari. Rendahnya
tingkat konsumsi pakan tersebut karena tingginya kadar tanin yang terkandung dalam
daun kaliandra, seperti yang diutarakan oleh Tangenjaja dan Wina (2000) bahwa daun
tanaman legum (kaliandra ) mempunyai serat kasar yang tinggi dan beberapa zat anti
nutrisi seperti tanin. Hasil penelitian Prince et al. (1980) menyebutkan bahwa salah satu
sifat tanin adalah dapat menurunkan tingkat konsumsi pada ternak. Itik dengan
penambahan tepung daun kaliandra 6% memiliki tingkat konsumsi pakan tertinggi yaitu
165,53 gram/ekor/hari, hal ini menunjukkan bahwa pemberian tepung daun kaliandra
6% tidak mempengaruhi tingkat konsumsi itik.

Rataan konsumsi pakan pada itik dengan penambahan tepung daun sinkong
disajikan pada Tabel 7. Data menunjukkan bahwa baik pada periode 1-7 hari dan 8-14
hari itik dengan penambahan tepung daun singkong mempunyai konsumsi pakan yang
lebih tinggi daripada itik kontrol. Rataan konsumsi pakan pada itik dengan penambahan
tepung daun singkong 6% merupakan rataan konsumsi tertinggi pada itik dengan
perlakuan penambahan tepung daun singkong.
Tabel 7. Rataan Konsumsi Pakan Itik dengan Penambahan Tepung Daun
Singkong Selama Masa Penelitian
Perlakuan

Kontrol
Singkong 3%
Singkong 6%
Singkong 9%

Periode
Rataan Total
( 1-14 )
1-7
8-14
-------------------------g/ekor/hari---------------------142,12
141,66
141,89
156,32
146,84
151,58
155,26
157,46
156,36
145,58
150,61
148,10
Produksi Telur

Rataan produksi telur pada penelitian ini disajikan pada Tabel 8. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada hari ke1-7 rataan produksi telur pada itik dengan
penambahan daun kaliandra 6% menunjukkan produksi tertinggi yaitu 63,26%. Hal ini
disebabkan karena konsumsi pakan itik dengan perlakuan kaliandra 6% adalah yang
tertinggi dibanding perlakuan kaliandra lainnya. Itik kontrol memiliki produksi telur
yang paling rendah dibanding perlakuan penambahan kaliandra lainnya yaitu 42,86%,
karena itik kontrol mengkonsumsi pakan paling rendah dibanding perlakuan itik dengan
penambahan tepung daun kaliandra 3% dan 9%. Produksi telur pada unggas khususnya
itik sangat dipengaruhi oleh besarnya konsumsi dan kandungan nutrisi ransum, seperti
yang dikemukakan oleh Ivy dan Gleaves (1973) bahwa tingkat produksi telur itik
dipengaruhi oleh tingkat konsumsi, protein dan energi.

Tabel 8. Rataan Produksi Harian Telur Itik yang Ditambahkan Tepung Daun Kaliandra

Level Penambahan Tepung

Periode

Rataan Total

Daun Kaliandra
0 % (Kontrol)
3%
6%
9%

1-7
8-14
(1-14)
------------------------%----------------------42,86
46,94
44,90
61,22
59,18
60,20
63,26
65,30
64,28
51,02
42,86
46,94

Rataan produksi harian tertinggi itik pada minggu ke-dua (Tabel 8) dihasilkan
oleh itik dengan penambahan daun kaliandra 6% yaitu 65,30%. Hal ini disebabkan
kandungan tanin pada level 6% tidak mempengaruhi konsumsi nutrisi yang masuk ke
dalam tubuh itik. Itik dengan penambahan tepung daun kaliandra sebanyak 9%
menghasilkan rataan produksi harian paling rendah yaitu 42,86%. Hal ini disebabkan
karena kaliandra dengan level 9% memiliki kandungan tanin yang cukup tinggi,
sehingga dapat mengganggu produksi telur. Tanin adalah senyawa yang sifat alaminya
dapat berikatan dengan protein (National Research Council, 1983), selanjutnya menurut
Tangenjaja dan Wina (2000), menambahkan bahwa tanin dapat berpengaruh negatif
terhadap penampilan unggas.
Tabel 9. Rataan Produksi Harian Telur Itik yang Ditambahkan Tepung Daun Singkong

Level Penambahan Tepung
Daun Singkong

0 % (Kontrol)
3%
6%
9%

Periode

Rataan Total

(1-14)
1-7
8-14
--------------------%----------------42,86
46,94
44,90
38,78
42,86
40,81
40,82
57,14
48,98
61,22
53,06
57,14

Rataan produksi telur pada itik perlakuan penambahan tepung daun singkong
disajikan pada Tabel 9. Data menunjukkan bahwa pada hari ke 1-7 masa penelitian,
produksi telur itik dengan penambahan tepung daun singkong 9% merupakan yang
tertinggi dibanding perlakuan yang lainnya yaitu sebesar 61,22%. Hari ke 8-14 produksi
telur tertinggi diperoleh pada level 6% sebesar 57,14%. Secara keseluruhan, itik dengan
perlakuan penambahan tepung daun singkong 9% mempunyai tingkat produksi telur
tertinggi dibanding perlakuan tepung daun singkong lainnya yaitu sebesar 57,14%. Hal
ini disebabkan bahwa itik dengan penambahan tepung daun singkong 9%
mengkonsumsi nutrisi yang cukup tinggi dibanding perlakuan dengan level 3% dan 6%,

seperti yang dikemukakan Ulupi (1990), bahwa semakin tinggi tingkat konsumsi
ransum, maka produksi telur relatif meningkat pula
Secara total (hari 1-14) produksi telur itik kaliandra 6% merupakan yang
tertinggi diantara perlakuan lainnya yaitu sebesar 64,28%. Hal ini terjadi karena asupan
nutrisi yang masuk ke dalam tubuh itik lebih tinggi dibanding perlakuan yang lainnya.
Warna Kuning Telur
Sebaran warna kuning telur disajikan pada Gambar 10 sampai dengan 17. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kenaikan skor warna kuning telur di bagi menjadi dua
tahap. Tahap pertama yaitu tahap ketika skor warna kuning telur mengalami kenaikan.
Sedangkan tahap ke-dua adalah tahap ketika warna kuning telur sudah mulai terlihat
stabil.

Skor

2

1

0
0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 11

12 13 14 15

Hari

Gambar 10. Sebaran Skor Warna Kuning Telur Selama Penelitian pada Itik
Kontrol.
Warna kuning telur pada itik kontrol sampai dengan hari ke-7 tidak mengalami
perubahan (Gambar 10) dan tetap pada skor 1. Hal ini disebabkan karena tidak adanya
asupan karoten pada pakan.

Gambar 11. Sebaran Skor Warna Kuning Telur Selama Penelitian pada Itik
dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra 3%.
Warna kuning telur pada itik dengan penambahan tepung daun kaliandra 3%
mengalami peningkatan terutama sampai hari ke-7 (Gambar 11), peningkatan terjadi
sampai dengan skor 6. Skor warna kuning telur selanjutnya cenderung stabil, hal ini
membuktikan bahwa penambahan tepung daun kaliandra sebanyak 3% hanya dapat
meningkatkan skor warna kuning telur sampai dengan skor 6.

Gambar 12. Sebaran Skor Warna Kuning Telur Selama Penelitian pada Itik
dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra 6%.
Penambahan tepung daun kaliandra 6% meningkatkan skor warna kuning
telur sampai dengan skor 9. Peningkatan skor warna kuning telur terjadi terutama dari
hari pertama sampai dengan hari ke-7, selanjutnya warna kuning telur terlihat stabil
(Gambar 12).

Gambar 13. Sebaran Skor Warna Kuning Telur Selama Penelitian pada Itik
dengan Penambahan Tepung Daun Kaliandra 9 %.
Skor warna kuning telur pada itik dengan penambahan tepung daun kaliandra
9% (Gambar 13) terjadi peningkatan dari skor 1 sampai dengan skor 9, hal ini terjadi
secara signifikan sampai dengan hari ke-7. Dibandingkan dengan itik pada perlakuan
penambahan tepung daun kaliandra yang lainnya, warna kuning telur itik dengan
penambahan tepung daun kaliandra sebanyak 9% menghasilkan warna kuning telur
dengan skor 9 yang cukup stabil.

Gambar 14. Sebaran Skor Warna Kuning Telur Selama Penelitian pada Itik
dengan Penambahan Tepung Daun Singkong 3 %.
Skor warna kuning telur itik dengan penambahan tepung daun singkong 3%
mengalami peningkatan sampai dengan skor 7. Serupa dengan perlakuan yang lainnya,
peningkatan skor warna kuning telur terjadi secara signifikan pada hari ke-1 sampai

dengan hari ke-7, pada hari ke-8 sampai dengan hari ke-14 skor warna kuning telur
terlihat stabil (Gambar 14).

Gambar 15. Sebaran Skor Warna Kuning Telur Selama Penelitian pada Itik
dengan Penambahan Tepung Daun Singkong 6 %.
Skor warna kuning telur pada itik dengan penambahan tepung daun singkong
sebanyak 6% mengalami peningkatan sampai dengan skor 8. Peningkatan skor warna
kuning telur secara signifikan juga terjadi sampai dengan hari ke-7 (Gambar. 15).

Gambar 16. Sebaran Skor Warna Kuning Telur Selama Penelitian pada Itik
dengan Penambahan Tepung Daun Singkong 9 %.
Skor warna kuning telur pada itik dengan penambahan tepung daun singkong
sebanyak 9% mengalami peningkatan dengan skor tertinggi adalah 9. Peningkatan skor
warna kuning telur secara signifikan juga terjadi sampai dengan hari ke-7 (Gambar. 16).
Penambahan tepung daun kaliandra pada itik dengan level yang berbeda
menghasilkan interaksi terhadap warna kuning telur. Persentase skor warna kuning telur

pada itik dengan penambahan daun kaliandra pada hari ke 1-7 menunjukkan persentase
skor warna kuning telur itik kontrol berada pada skor 1 (100%). Warna kuning telur
yang dihasilkan oleh itik dengan penambahan tepung daun kaliandra 3% didominasi
oleh skor 3 sebanyak 30%. Warna kuning telur yang dihasilkan oleh itik dengan
penambahan tepung daun kaliandra 6% didominasi oleh skor 1 sebanyak 26,67%.
Warna kuning telur itik dengan penambahan tepung daun kaliandra 9% didominasi oleh
skor 1 dan 4 masing-masing sebanyak 20% (Tabel 10). Dominannya telur dengan skor
warna kuning telur yang rendah disebabkan oleh belum optimalnya penyerapan pigmen
ke dalam tubuh itik.
Tabel 10. Persentase Skor Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Daun
Kaliandra Hari ke 1-7.
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9

0%
100,00

Dosis
3%
3,33
26,67
30,00
13,33
20,00
6,67

6%
26,67
6,67
13,33
10,00
10,00
23,33
10,00

9%
20,00
8,00
16,00
20,00
12,00
12,00
4,00
8,00

Data dari Tabel 10 juga menunjukkan adanya peningkatan skor warna kuning
telur. Perlakuan penambahan tepung daun kaliandra 3% menghasilkan telur dengan skor
kuning telur tertinggi 6 (6,67%). Perlakuan penambahan tepung daun kaliandra 6%
menghasilkan telur dengan skor warna kuning telur tertinggi 7 (10%). Perlakuan
penambahan tepung daun kaliandra 9% menghasilkan telur dengan skor warna kuning
telur tertinggi 9 (8%).
Persentase skor warna kuning telur pada itik dengan penambahan daun kaliandra
pada tujuh hari kedua menunjukkan telur yang dihasilkan itik kontrol mempunyai warna
kuning telur tetap pada skor 1 (100%). Skor warna kuning telur pada perlakuan
penambahan tepung daun kaliandra 3% didominasi oleh skor warna kuning telur 5
sebanyak 58,62%, dengan skor warna kuning telur tertinggi 6 sebanyak 20,69% (Hari
ke 8-14, Tabel 11). Kuning telur itik dengan penambahan tepung daun kaliandra 3%

disajikan pada Gambar 17. Gambar 17 menunjukkan kuning telur dengan skor warna
kuning telur 5.
Tabel 11. Persentase Skor Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Daun
Kaliandra Hari ke 8-14.
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Dosis
3%

0%
100,00

20,69
58,62
20,69

6%

9%

3,03
6,06
21,21
24,24
42,42
3,03

4,76
19,05
38,10
38,10

Gambar 17. Warna Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun
Kaliandra sebanyak 3%
Perlakuan penambahan tepung daun kaliandra 6% sebagian besar warna kuning
telur didominasi oleh skor warna kuning telur 8 sebanyak 42,42%, dengan skor warna
kuning telur tertinggi 9 sebanyak 3,03%. Kuning telur itik dengan penambahan tepung
daun kaliandra sebanyak 6% disajikan pada Gambar 18. Gambar 18 menunjukkan
kuning telur dengan skor warna kuning telur 8.

Gambar 18. Warna Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun
Kaliandra Sebanyak 6%.
Perlakuan penambahan tepung daun kaliandra 9% menghasilkan kuning telur
yang didominasi oleh skor warna kuning telur 8 dan 9 sebanyak 38,1%. Skor warna
kuning talur 9 sekaligus merupakan skor tertinggi yang dihasilkan oleh itik dengan
perlakuan penambahan daun kaliandra 9%. Kuning telur itik dengan penambahan
tepung daun kaliandra disajikan pada Gambar 19. Gambar 19 menunjukkan kuning telur
dengan skor warna kuning telur 9.

Gambar 19. Warna Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun
Kaliandra Sebanyak 9%.
Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa penambahan daun kaliandra
pada pakan itik mempengaruhi perubahan warna kuning telur, hal ini sesuai dengan
penelitian Tangenjaja dan Wina (2000) bahwa manfaat daun legum (kaliandra) dan
konsentrat pigmen salah satunya adalah dapat meningkatkan warna kuning telur dan

kulit unggas, penggunaan kaliandra 2,5-10% pada ransum dapat meningkatkan skor
warna kuning telur.
Tabel 12. Persentase Skor Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Daun
Singkong Hari ke 1-7.
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Dosis
0%
100,00

3%
15,79
36,84
26,32
5,26
15,79

6%
20,00
5,00
20,00
15,00
30,00
10,00

9%
20,00
6,67
16,67
13,33
13,33
10,00
6,67
6,67
6,67

Data skor kuning telur perlakuan penambahan tepung daun singkong disajikan
pada Tabel 12, yang menunjukkan bahwa skor warna kuning telur yang dihasilkan
pada hari ke 1-7 sebagian besar masih berada pada skor yang rendah. Perlakuan
penambahan tepung daun singkong 3% menghasilkan sebagian telur dengan skor
warna kuning telur 2 sebanyak 36,84%, dengan skor tertinggi 5 (15,79%). Warna
kuning telur itik dengan perlakuan penambahan tepung daun singkong 6%
didominasi oleh skor warna kuning telur 5 sebanyak 30%, dengan skor tertinggi 6
(10%). Warna kuning telur pada itik dengan perlakuan penambahan tepung daun
singkong 9% didominasi oleh telur dengan skor warna kuning telur 1 sebanyak 20%
dengan skor tertinggi 9 (6,67%).
Tabel 13. Persentase Skor Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Daun
Singkong Hari ke 8-14.
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Dosis
0%
100,00

3%
4,76
9,52
42,86
38,01
4,76

6%

34,48
55,17
3,45
6,90

9%

19,23
34,62
46,15

Persentase skor warna kuning telur pada tujuh hari kedua ditunjukkan pada
Tabel 13. Warna kuning telur pada itik dengan perlakuan penambahan tepung daun
singkong 3% didominasi oleh skor warna kuning telur 4 sebanyak 42,86%, dengan skor
tertinggi 7 (4,76%). Kuning telur itik dengan penambahan tepung daun singkong
sebayak 3% disajikan pada Gambar 20. Gambar 20 menunjukkan kuning telur dengan
skor warna kuning telur 7.

Gambar 20. Warna Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun
Singkong Sebanyak 3%.
Perlakuan penambahan tepung daun singkong 6% menghasilkan telur dengan
warna kuning telur didominasi oleh skor 6 sebanyak 55,17%, dengan skor warna kuning
telur tertinggi 8 (6,9%). Kuning telur itik dengan penambahan tepung daun singkong
sebanyak 6% disajikan pada Gambar 21. gambar 21 menunjukkan kuning telur dengan
skor warna kuning telur 8

Gambar 21. Warna Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun
Singkong Sebanyak 6%.

Perlakuan penambahan tepung daun singkong 9% menghasilkan telur dengan
warna kuning telur didominasi oleh skor 9 sebanyak 46,15%. Skor 9 juga merupakan
skor tertinggi yang dihasilkan oleh itik dengan perlakuan tepung daun singkong 9%.
Kuning telur itik dengan perlakuan penambahan tepung daun singkong 9% disajikan
pada Gambar 22. Gambar 22 menunjukkan kuning telur dengan skor warna kuning telur
9.

Gambar 22. Warna Kuning Telur pada Itik dengan Penambahan Tepung Daun
Singkong Sebanyak 9%.
Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa penambahan daun singkong
pada pakan dapat meningkatkan skor warna kuning telur itik karena singkong
mempunyai kadar karotenoid sekitar 13.000 S. I (Terra, 1966). Bell dan Freeman (1975)
menyebutkan bahwa komponen utama dari warna kuning telur adalah karotenoid,
Bocanegra et al. (2004) menambahkan bahwa warna kuning telur adalah hasil dari
deposisi dan kemampuan dari oksikarotenoid seperti xantofil yang terkandung dalam
kuning t