Perkara Lalu Lintas TINJAUAN PUSTAKA

melalui manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas. Ada tiga komponen terjadinya lalu lintas yaitu manusia sebagai pengguna, kendaraan dan jalan yang saling berinteraksi dalam pergerakan kendaraan yang memenuhi persyaratan kelayakan dikemudikan oleh pengemudi mengikuti aturan lalu lintas yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan yang menyangkut lalu lintas dan angkutan jalan melalui jalan yang memenuhi persyaratan geometrik. Jadi tindak pidana lalu lintas adalah pelanggaran terhadap undang-undang lalu lintas yang mengakibatkan kecelakaan lalu lintas yang dapat merugikan orang lain maupun diri sendiri. Kecelakaan lalu lintas pada umumnya selalu diproses secara hukum. Namun, terkadang tidak semua tindak pidana lalu lintas dilakukan tuntutan pidananya. Pelaku tindak pidana lalu lintas dapat menyelesaikan permasalahan dengan korban kecelakaan dengan cara perdamaian.

F. Perkara Lalu Lintas

Transportasi yang berperan sebagai penunjang, pendorong, dan penggerak bagi pertumbuhan daerah yang berpotensi namun belum berkembang, dalam upaya peningkatan dan pemerataan pembangunan serta hasil-hasilnya juga sebagai bagian dari lalu lintas kendaraan bermotor ataupun tidak bermotor dari daerah satu ke daerah yang lain, baik kendaraan pribadi maupun angkutan jalan. Dari peranan transportasi tersebut maka lalu lintas dan angkutan jalan harus ditata dalam satu sistem transportasi nasional secara terpadu dan mampu mewujudkan tersedianya jasa transportasi yang serasi dengan tingkat kebutuhan lalu lintas yang tertib, selamat, aman, nyaman, cepat, tepat, teratur, lancar Penjelasan atas Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Umum. Lalu lintas itu sendiri merupakan gerak kendaraan, orang dan hewan di jalan. Kendaraan merupakan sebuah alat yang bergerak di jalan, terdiri dari kendaraan bermotor atau kendaraan tidak bermotor. Hal ini berdasarkan Pasal 1 ayat 1 dan 6 Ketentuan Umum Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Umum. Sedangkan kecelakaan lalu lintas ialah suatu kejadian dimana sebuah kendaraan bermotor bertabrakan dengan benda lain atau kendaraan bermotor yang lain dan menyebabkan kerusakan. Kecelakaan tersebut terkadang mengakibatkan orang atau binatang mengalami luka-luka atau kematian. Menurut Putranto 2008:116 terdapat tiga komponen terjadinya kecelakaan lalu lintas yaitu manusia sebagai pengguna, kendaraan, dan jalan yang saling berinteraksi : 1. Manusia sebagai Pengguna Manusia sebagai pengguna dapat berperan sebagai pengemudi atau pejalan kaki yang dalam keadaan normal mempunyai kemampuan dan kesiagaan yang berbeda-beda waktu reaksi, konsentrasi, dan lain-lain. Perbedaan-perbedaan tersebut masih dipengaruhi oleh keadaan fisik, psikologi, umur, jenis kelamin, dan pengaruh- pengaruh luar seperti cuaca, penerangan lampu jalan dan tata ruang. 2. Kendaraan Kendaraan adalah suatu alat yang dapat bergerak di jalan, terdiri dari kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Kendaraan digunakan oleh pengemudi mempunyai karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan, percepatan, perlambatan, dimensi, dan muatan yang membutuhkan ruang lalu lintas yang secukupnya untuk bisa bermanuver dalam lalu lintas. 3. Jalan Jalan merupakan lintasan yang direncanakan untuk dilalui kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor termasuk pejalan kaki. Jalan tersebut direncanakan untuk mampu mengalirkan aliran lalu lintas dengan lancar dan mampu mendukung beban muatan sumbu kendaraan serta aman, sehingga dapat meredam angka kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan menurut UU Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa dijalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan atau kerugian harta benda. Kecelakaan lalu lintas tersebut dapat terjadi karena kelalaian atau kealpaan seseorang menyebabkan orang lain meninggal dunia dan luka-luka yang dapat diancam pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun, hal ini berdasarkan Pasal 359 dan 360 ayat 1 dan 2 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana.

G. KERANGKA BERFIKIR