Lanjutan
Karakteristik Rata-rata
Tingkat Orang Tua Tunggal
Skor Kemandirian Kemandirian Anak
H. Lama Kegiatan Sosial Jamminggu
a. Tidak ada 2,3
Cukup mandiri b. 2 - 4
2,6 Sangat mandiri
c. 5 - 7 2,5
Sangat mandiri Catatan : Skor = 2,5 = sangat mandiri, 1,5 - 2,5 = cukup mandiri
Faktor karakteristik orang tua tunggal yang ada hubungannya dengan kemandirian anak adalah usia, jumlah anak, pendidikan, pekerjaan, pendapatan
dan lamanya waktu bekerja. Usia orang tua 36-46 tahun dan 47-57 tahun menunjukkan kebanyakan anak yang sangat mandiri, sedangkan jumlah anak satu
orang dan tiga orang atau lebih cenderung membuat anak sangat mandiri. Faktor pendidikan, pekerjaan dan pendapatan menunjukkan kelas sosial ekonomi, dan
ternyata pada kelas sosial ekonomi rendah ditemukan anak yang sangat mandiri. Kesadaran anak untuk meringankan beban orang tua mendorong terbentuknya
kemandirian anak. Faktor lamanya waktu bekerja juga mendorong tumbuhnya kemandirian anak yaitu semakin lama orang tua bekerja justru anak semakin
mandiri. Partisipasi orang tua tunggal dalam kegiatan sosial ada hubungannya dengan kemandirian anak tetapi lamanya waktu mengikuti kegiatan sosial tidak
menentukan tingkat kemandirian anak.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara umum pola komunikasi interaksi dan transaksi lebih berperan dominan dalam membentuk kemandirian anak melalui penanaman kesadaran untuk
mandiri kepada anak dan melatih anak mandiri. Pola komunikasi linier juga bisa membentuk kemandirian anak melalui efek komunikasi berupa
ketundukan sedangkan pola komunikasi interaksi dan transaksi melalui efek internalisasi.
2. Faktor lingkungan pada umumnya menyebabkan orang tua tunggal menggunakan pola komunikasi interaksi. Sedangkan karakteristik orang tua
tunggal yang ada hubungannya dengan pola komunikasi adalah usia, jumlah anak dan tingkat pendidikan. Makin tua usia, makin banyak jumlah anak dan
makin tinggi pendidikan orang tua tunggal makin cenderung menggunakan pola komunikasi transaksi.
3. Faktor lingkungan yang ada hubungannya dengan kemandirian anak adalah keluarga luas, sekolah, teman sebaya dan media massa. Interaksi rendah
dengan keluarga luas, sekolah negeri, interaksi sedang dengan teman sebaya dan intensitas penggunaan media massa yang tinggi mendorong tumbuhnya
kemandirian anak. Sedangkan karakteristik orang tua tunggal yang berperan dalam membentuk kemandirian anak adalah usia, jumlah anak, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, lama waktu bekerja. Makin tua usia orang tua tunggal ternyata menyebabkan anak sangat mandiri. Jumlah anak sedikit atau banyak
berhubungan dengan kemandirian anak. Orang tua tungga l dengan satu orang anak maupun tiga orang anak atau lebih ternyata anak-anak mereka sangat
mandiri. Pendidikan orang tua tunggal yang rendah, jenis pekerjaan di sektor informal dengan gaji rendah, atau yang dikategorikan berstatus sosial ekonomi
rendah ternyata menyebabkan anak menjadi sangat mandiri. Makin lama
orang tua bekerja menyebabkan anak makin mandiri.
Saran
Berdasarkan temuan penelitian dan simpulan di atas maka disarankan hal- hal berikut ini :
1. Orang tua tunggal perlu memperhatikan faktor usia dan kondisi emosional anak dalam memilih pola komunikasi yang tepat dalam membentuk
kemandirian anak. Diharapkan dengan cara seperti ini pada diri anak akan timbul kesadaran dan pengertian tentang pentingnya bersikap dan berperilaku
mandiri. 2. Orang tua tunggal hendaknya menggunakan pola komunikasi yang tepat untuk
mengurangi pengaruh buruk keluarga luas dengan memperhatikan karakteristik dan kondisi emosional anak.
3. Pihak sekolah hendaknya membantu orang tua dalam membentuk kemandirian anak dengan cara yang tepat untuk anak, misalnya dengan
melatih anak bertanggungjawab dan menerapkan kedisiplinan kepada anak selama mengikuti proses belajar mengajar dan kegiatan di lingkungan sekolah.
4. Media massa diharapkan lebih banyak menyajikan pesan-pesan ya ng bermuatan pendidikan dan nilai- nilai moral yang baik sehingga secara tidak langsung ikut
berperan dalam membentuk perilaku anak, termasuk dalam membentuk
kemandirian anak.
DAFTAR PUSTAKA BUKU
Ahmadi, A. 1999. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta. Amal, S.H. 1990. “ Sosialisasi dalam Keluarga” dalam Ihromi, T.O. “Para Ibu
yang Berperan Tunggal dan yang Berperan Ganda.” FE. UI. Jakarta. Anastasia, A. 1999. Psychological Testing 7th edition. Prentice Hall. Canada.
Arliss, 1999. Gender Communication. Mc.Graw. Hill Inc. Indiana University. USA.
Balson, M. 1999. Becoming Better Parents Edisi ke-4. Terjemahan Sr. Alberta.
Grasindo. Jakarta Bandura, A. 1995. Social Learning Theory. Prentice-Hall. New Jersey.
Beebe S.A., Beebe S.J., and Redmond, M.V., 1999. Interpersonal Communication
Relating To Others. Allyn and Bacon. USA. Brigham, J.C. 1991. Social Psychology, 2nd. Harper Collins. New York.
Brofenbrenner, U.1979. The Ecology of Human Development. Harvard University
Press. Cambridge. Cangara, H. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Chairani, N dan Nurachmi, W. 2003. Biarkan Anak Bicara. Republika. Jakarta. Cherlin, A.J. 2002. Public and Private Families : An Introduction. Mc. Graw-Hill.
New York Chilman, S.C. 1988. Troubled Relationships : Families in Trouble Series. Sage
Publications, California. Clemes, H dan Bean, R. 2001. Melatih Anak Bertanggung Jawab. Terjemahan
Anton Adiwiyoto. Mitra Utama. Jakarta. DeVito, J. A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Terjemahan Agus Maulana.
Profesional Books. Jakarta. Effendy, O.U. 1996. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bakti.
Bandung. Effendy, O.U. 2000. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Remaja Rosdakarya.
Bandung. Etty, M. 2003. Menyiapkan Masa Depan Anak. Grasindo. Jakarta.
Fisher, B.A. 1986. Teori-teori Komunikasi. Terjemahan Soejono Trimo. Remadja Karya. Bandung.
Frankl, V.E. 1972. Man’s Search For Meaning : An Introduction to Logotherapy. Beacon Press. Boston.
Gordon, M. 1978. The American Family. Past, Present and Future. Random House.
New York. Gottman, J dan DeClaire, J. 1998. Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki
Kecerdasan Emosional. Terjemahan T. Hermaya. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Gunarsa, S.D. 1990. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. BPK Gunung Mulia. Jakarta.
Hasbullah. 1999. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hurlock, E.B. 1991. Perkembangan Anak. Terjemahan M. Tjandrasa dan M.
Zarkasih. Erlangga. Jakarta. Ihromi, T.O. 1999. Bunga Rampai Sosiologi. Obor Indonesia. Jakarta.
Jenkins, W.K. 1995. “Communication In Families” In Day, R.D., Gilbert, K.R. dan Settles, B.H. “Research and Theory in Family Science. Cole.
California. USA. Karyadi, L.D. 1987. Ilmu Kehidupan Keluarga. Jurusan Gizi Masyarakat dan
Sumber Daya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kincaid, D.L. dan Schramm W. 1987. Asas-asas Komunikasi Antar Manusia. LP3ES. Jakarta.
Lie, A dan Prasasti, S. 2004. 101 Cara Membina Kemandirian dan Tanggung Jawab Anak. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Marsuki. 1983. Metode Riset. FE – UII. Yogyakarta. Mc Cleland, D. 1984. Motives, Personality and Society. Praeger. New York
Millar, F.E. dan Roger, L.E. 1976. “ A Relational approach to Interpersonal
Communication.” In Miller, G.R. “ Explorations In Interpersonal Communication.” Sage Publications. Beverly Hills. London
Moleong, L.J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung Morton, T.L., Alexander, J.F., dan Altman, I. 1976. “Communication and
Relationship Definition.” In Miller, G.R. “ Explorations In Interpersonal Communication.” Sage Publications. Beverly Hills. London.
Moss, S. dan Tubbs, S.L. 2001. Human Communication : Prinsip-Prinsip Dasar. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Mulyana, D. 1999. Dimensi- Dimensi Komunikasi. Alumni. Bandung Mulyana, D. 2001. Pengantar Ilmu Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung
Mussen, P.H., Conger, J.J., Kagan, J. dan Huston, A.C. 1989. Perkembangan dan Kepribadian Anak. Terjemahan F.X. Widianto G. Dan Gayatri A. Arcan.
Jakarta. Nasution, S. 2003. Metode Research. Bumi Aksara. Jakarta.
Nock, S.L. 1987. Sociology of The Family. Prentice Hall. New Jersey. Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya.
Bandung. Rogers, E.M. dan Kincaid, D.L. 1981. Communication Network toward a New
Paradigm for Research. Free Press. New York. Rutter, M. 1984. Maternal Deprivation. Second Edition. Penguin Book. New
York. Saxton, L. 1987. The Individual, Marriage dan The Family, Edisi 7. Wadsworth
Belmont. California. Sereno, KK dan Bodaken, EM. 1975. Trans-Per Understanding Human
Communication. Houghton Mifflin. Boston. USA Stewart dan Koch. 1983. Children Development Thought Adolescence. John
Wiley Sons. Canada. Sudjana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Agensindo.
Bandung Suleeman, E. 1990. “Komunikasi dalam Keluarga.” dalam Ihromi, T.O. “Para
Ibu yang Berperan Tunggal dan yang Berperan Ganda.” FE. UI. Jakarta. Vembrianto, S.T. 1993. Sosiologi Pendidikan. Gramedia. Jakarta.
Wood, J.T. 2004. Communication Theories In Action. Thomson Wadsworth. Belmont. California. USA.
JURNALBULETIN
Andulhak, I dan Anwas, OM. 2004. Model Konvergensi dalam Komunikasi Pembelajaran. J. Teknodik 14 : 57 - 60
Dhamayanti, L.S. 2006. Kemandirian Anak Usia 2,5 – 4 Tahun Ditinjau dari Tipe Keluarga dan Tipe Pra Sekolah. J. Sosiosains. 19 : 42-52
Dimmick, J. 1976. Family Communication and TV Program Choice. J. Journalism Quarterly 3 : 720
Komar, M. 1998. Hubungan Antara Prestasi Belajar, Motivasi dan Kemandirian Santri : Sebuah Survey di Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta Selatan.
J. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Darma Persada. 1 : 30-45
Lukman, Muhammad. 2000. Kemandirian Anak Asuh di Panti Asuhan Yatim Islam
Ditinjau dari Konsep Diri dan Kompetensi Interpersonal. J. Psikologika.10
: 57-74
Mianda N, Eriya. 2002. Peran Ibu Sebagai Single Parent. J. Interaksi. 01 : 45-50 Olsen, N.J. 1974. Family Structure and Socialization Patterns in Taiwan. J.
American Journal of Sociology. 6 : 1395 - 1417 Sheinkof, K.G. 1973. Family Communication Patterns and Anticipatory
Socialization. J. Journalism Quarterly 4 : 26-27 Tarmudji, T. 2002. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Agresivitas Remaja.
J. Pendidikan dan Kebudayaan 037 : 504-520
LAPORAN
BPS. 2001. Statistik Sosial Ekonomi 2001. Biro Pusat Statistik. Jakarta. Djunanah.1999. Pengaruh Sikap Penerimaan Orang Tua dan Kemandirian Siswa
SMU UII Yogyakarta. Laporan Penelitian tidak diterbitkan.Lembaga Penelitian Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Wahab, S.A. 1980. Pengasuhan Anak pada Masyarakat Kota di Kota Malang . Laporan Penelitian tidak diterbitkan. Universitas Brawijaya. Malang.
Suyoto. 1982. Pola Asuhan Anak-anak Remaja Pada Berbagai Kelas Sosial di DaerahYogyakarta. Laporan Penelitian tidak diterbitkan. FIP – IKIP
Yogyakarta
INTERNET
Mutadin, Zainun. 2002. Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis Pada Remaja. http: www. e-psikologi.comremaja250602.htm Diakses 20-11-
2005
Gunadi, Paul. 2005. Yang Tak Tergantikan. http:www.telaga.orgartikel.php? Diakses 10-2-2006
SKRIPSITESISDISERTASI
Abhari, N. 1998. Beberapa Aspek Pengasuhan Anak Pada Keluarga Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja di Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka
Jabar. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Joewono. 2002. Parenting pada Ibu yang Bekerja Sebagai Profesional dengan
Anak Usia 8-10 tahun. Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta. Kandoli, LN. 2000. Pola Pengasuhan Anak dan Penanaman Konsep Gender
dalam Hubungannya dengan Tumbuh Kembang Anak pada Keluarga Etnik Jawa dan Minahasa. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rahmah. 2004. Pengaruh Disiplin dan Lamanya Menetap di Pondok Pesantren Terhadap Kognisi Sosial dan Kemandirian Remaja. Tesis. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta. Ramdhani, M. 2006. Proses Belajar dan Tingkat Kecakapan Hidup Remaja
Pengrajin Sandal Desa Cikaret Kecamatan Bogor Selatan. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Satoto. 1990. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.
Wijaya, H. 1986. Hubungan Antara Asuhan Anak dan Ketergantungan Kemandirian. Disertasi. Universitas Padjajaran. Bandung.
SURAT KABARMAJALAH
Kompas. 2005. “Menjadi Orang Tua Tunggal.” HU. Kompas. 9 Januari 2005. internet. http:www.kompas.co.id. Diakses 9-10-2005.
Kedaulatan Rakyat. 2006. “Peningkatan Angka Perceraian di DIY.” HU. Kedaulatan Rakyat, 30 Januari 2006. internet.
http:www.kedaulatan-rakyat.comarticle.php?sid=42538. Diakses12-2-2006
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Alasan Cerai di Pengadilan Agama Kota Yogyakarta Tahun 2001-2005
Sumber : Pengadilan Agama Kota Yogyakarta, 2005
MORAL MENINGGALKAN
KEWAJIBAN TERUS MENERUS
BERSELISIH POLIGAMI
TIDAK PENGA-
DIHUKUM CACAT
GANGGUAN TIDAK
MURTAD ZINA
JUMLAH TAHUN
KRISIS TIDAK
CEMBURU KAWIN
EKONOMI TANGGUNG
NIAYAAN BIOLOGIS
PIHAK KE-3 HARMONIS
AKHLAK SEHAT
PAKSA JAWAB
2001 13
- 1
3 6
107 4
2 2
45 117
4 -
304
2002 10
- -
1 1
135 -
- 2
18 116
5 1
290
2003 17
- -
- 5
107 -
1 5
35 91
5 -
266
2004 15
1 -
3 5
108 2
- -
26 144
4 1
309
2005 -
- -
- -
168 -
- -
- 165
3 4
340
Lampiran 2 : Responden Orang Tua Tunggal yang Diwawancarai
Responden Usia
tahun Sanak
orang Pendidikan
Pekerjaan Pola
Komunikasi Tingkat
Kemandirian Anak
O1 48
2 S1
Karyawan swasta
Transaksi Cukup mandiri
O2 40
3 SMU
Wiraswasta Transaksi
Sangat mandiri O3
36 1
S1 PNS
Interaksi Cukup mandiri
O4 35
2 S1
Karyawan swasta
Interaksi Cukup mandiri
O5 34
2 SMU
Wiraswasta Linier
Cukup mandiri O6
39 1
SMU Pemandu
wisata Linier
Cukup mandiri O7
41 2
SD Buruh
Linier Sangat mandiri
O8 42
2 S1
Wiraswasta Transaksi
Cukup mandiri O9
40 2
S1 Wiraswasta
Interaksi Cukup mandiri
O10 39
2 S1
PNS Interaksi
Cukup mandiri
Lampiran 3 : Karakteristik Laki-laki yang Bercerai di Pengadilan Agama Kota Yogyakarta
Tahun 2001-2005
Karakteristik Laki-laki Bercerai
Tahun 2001
2002 2003
2004 2005
A.Usia tahun a. 25
b. 25-35 c. 36-46
d. 47-57 e. 58-68
f. 68 23
150 154
44 4
6
13 163
128 61
5 2
36 165
124 22
5 -
24 118
120 38
8 1
19 179
166 38
10 1
Jumlah 381
372 352
309 413
B. Pendidikan a. Tidak sekolah