POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TUNGGAL DAN ANAK REMAJA DALAM MENCIPTAKAN HUBUNGAN YANG HARMONIS (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Tunggal dan Anak Remaja dalam Menciptakan Hubungan yang Harmonis di Surabaya).

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TUNGGAL DAN ANAK
REMAJ A DALAM MENCIPTAKAN HUBUNGAN YANG
HARMONIS
(Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Tunggal dan Anak
Remaja dalam Menciptakan Hubungan yang Har monis di Surabaya)

SKRIPSI

OLEH :

SITI MUNAWWARA
NPM 0943010162

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2013

i

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Pola Komunikasi Orang TuaTunggal dan Anak Remaja Dalam Menciptakan
Hubungan yang Harmonis
(Studi Deksriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Tunggal dan Anak
Remaja dalam Menciptakan Hubungan yang Har monis di Surabaya)
DisusunOleh :

SitiMunawwara
0943010162
Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi

Menyetujui,

PEMBIMBING

J uwito, S.sos, Msi
NPT. 3 6704 95 00361


Mengetahui,
DEKAN

Dra.Hj. Suparwati, M.Si
NIP. 19.5507.1819.8302.2001

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PolaKomunikasi Orang TuaTunggal danAnakRemaja
dalamMenciptakanHubungan yang Harmonis
(Studi Deksriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Tunggal dan Anak
Remaja dalam Menciptakan Hubungan yang Har monis di Surabaya)
DisusunOleh :

SitiMunawwara
0943010162
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi J urusan
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitasPembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada tanggal
PEMBIMBING

TIM PENGUJ I
1.

J uwito, S.Sos, Msi
NPT. 367049500361

J uwito, S. Sos. MSi
NPT. 367049500361

2.
Dr. Catur Suratnoaji, Msi
NPT. 368049400281

3.
Dra. Dyva Claretta, MSi
NPT. 366019400251


Mengetahui,
DEKAN

Dra.Hj. Suparwati, M.Si
NIP. 19.5507.1819.8302.2001
iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga pembuatan Skripsi sebagai syarat mengikuti Ujian Tugas Akhir
berjalan dengan baik dan lancar. Judul penelitian yang penulis angkat adalah “Pola
Komunikasi Orang Tua Tunggal Dan Anak Remajanya Dalam Menciptakan Hubungan
Yang Harmonis”.
Keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman penulis membuat
Proposal ini masih jauh dari kesempurnaan. Berkat usaha, dorongan serta bimbingan

dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini,
maka pada akhirnya Skripsi ini dapat terselesaikan.
Rasa terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak Juwito,
S.Sos M.Si, selaku Dosen Pembimbing. Pada kesempatan ini pula penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan dan
bimbingannya kepada :
1. Dra. Hj. Suparwati. M,Si, selaku Dekan FISIP UPN “Veteran” JATIM.
2. Juwito, S.Sos M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UPN
“Veteran” Jawa Timur
3. Drs. Saifuddin Zuhri. M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP
UPN “Veteran” JATIM.

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4. Seluruh dosen Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” JATIM
5. Papa yang selama ini telah berjuang keras mencari nafkah demi menyelesaikan
kuliah penulis, serta kasih sayang yang telah diberikan.
6. Mama di surga-Nya, atas doa-doa dan kasih sayang yang telah diberikan semasa

hidupnya.
7. Keluarga besar penulis,atas segala dorongan, bimbingan serta doa yang terus
menerus.
8. Teman-teman pondok penulis, yang sudah banyak membantu dan memberikan
support yang tiada hentinya.
9. Sahabat seperjuangan di masa kuliah, Safira, Friska, Dini, Yanti, Mitha, Fida
dan anin atas segala perhatian dan support yang sangat membangun yang tidak
bisa diucapkan satu-persatu oleh penulis.
10. Para informan yang luar biasa telah meluangkan waktunya untuk membantu
terwujudnya keberhasilan penulis dalam penyelesaian penelitian ini. Tanpa
adanya kalian, penelitian ini tidak akan ada manfaatnya dan berhasil.
11. Seluruh pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memberikan semangat dalam menyelesaikan penulisan Skripsi
ini.
Akhir kata, penulis memohon kehadirat ALLAH SWT semoga segala bantuan
yantelah mereka berikan kepada penulis mendapatkan balasan dari ALLAH SWT.

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


Harapan penulis, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang menggunakan
dan membutuhkannya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Surabaya, November 2013

Penulis

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

HALAMAN J UDUL....................................................................................i
HALAMAN PERSETUJ UAN....................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................iii
KATA PENGANTAR…………………………………………………....iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………..vii

ABSTRAKSI……………………………………………………………...xi

BAB IPENDAHULUAN............................................................................1
1.1

Latar Belakang Masalah...........................................................1

1.2

Perumusan Masalah................................................................12

1.3

Tujuan Penelitian...............………………………………….12

1.4

Manfaat Penelitain..................................................................13

BAB II KAJ IAN PUSTAKA....................................................................14

2.1

Penelitian terdahulu…………………………………………14

2.2

Landasan Teori..........................…………………………….16
2.2.1 Pengertian Komunikasi…….…………………...........16
2.2.2 Pengertian

Hubungan

yang

Harmonis

dalam

Keluarga……………………………………………………..17
vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.3 Pengertian Pola Komunikasi…………………............20
2.2.4 Pengertian Keluarga..................………………...........23
2.2.4.1 Komunikasi Keluarga...………………............23
2.2.5 Kualitas Komunikasi Keluarga.....................................27
2.2.5.1

Aspek-Aspek

Kualitas

Komunikasi

Keluarga……………...................................................29
2.2.6 Pengertian Remaja……....................…………............32
2.2.7 Pengertian Orang Tua...................................................35
2.2.7.1 Peran Ayah.......................................................36
2.2.7.2 Peran Anak.......................................................40

2.2.8 Pengertian Orang Tua Tunggal....................................41
2.3

Kerangka Berpikir...................................................................43

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................46
3.1

Metodelogi Penelitian.............................................................46

3.2

Operasinal Konsep..................................................................49
3.2.1 Pola Komunikasi..........................................................49
3.2.2 Orang Tua Tunggal.......................................................51

3.3

Informan Penelitian.................................................................52

3.4

Teknik Pengumpulan Data......................................................54

viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.4.1 Wawancara...................................................................54
3.4.2 Observasi......................................................................55
3.5

Teknik Analisis Data..............................................................56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................58
4.1

Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data……58
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian..............................58
4.1.2 Identitas Informan........................................................62

4.2

Penyajian Data dan Analisis Data...........................................63
4.2.1 Pola Komunikasi Authoritarian...................................65
4.2.1 Pola Komunikasi Permessive.......................................70
4.2.3 Pola Komunikasi Authoritative....................................73

4.3

Analisis Data…………………………………………...........76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................78
5.1

Kesimpulan.............................................................................78

5.2

Saran.......................................................................................81

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………83

ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Interview Guide Orang Tua Tunggal………………………..85
Lampiran 2 Interview Guide Anak Remaja…..………………………….87
Lampiran 3 Hasil Interwiew (ayah) Authoritarian………………………..89
Lampiran 4 Hasil Interview (anak) Authoritarian………………………..91
Lampiran 5 Hasil Interview (ayah) Permessive…………………………..93
Lampiran 6 Hasil Interview (anak) Permessive…………………..............95
Lampiran 7 Hasil Interview (ayah) Authoritative………………………...97
Lampiran 8 Hasil Interview (anak) Authoritative………………...............99
Lampiran 9 Foto…………………………………………………………100

x
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
SITI MUNAWWARA. 0943010162. POLA KOMUNIKASI ORANG TUA
TUNGGAL DAN ANAK REMAJ A DALAM MENCIPTAKAN HUBUNGAN
YANG HARMONIS (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Ayah dan Anak
Remaja dalam Menciptakan Hubungan yang Harmonis di Surabaya)
The background of this research is based on a lack of harmony in the
relationship between adolescents with single mothers due to divorce . Due to this
reason the authors examine the communication patterns of the single fathers with their
teenagers . It is also intended to understand the communication patterns of errors like
what happened . In order for the pattern of poor communication between a single father
with a teenage son can be avoided . General purpose of this study was to describe the
communication patterns of the single fathers with older children in Surabaya.
Results of this study are a single father families with older children who
embraced authoritarian communication patterns ( authoritarian ) , a single father
families with older children permessive pattern analysis ( frees ) and a single father
families with older children adopted authoritative communication patterns ( democracy
).So broadly average family in Surabaya implement communication patterns between
single fathers with older children it balanced . All three types of balanced
communication patterns used by the parent in the relationship , educating with their
teenagers . By applying the communication patterns of authoritarian , then the child
will feel uncomfortable and unhappy because life is too restrained , stiff and rough hard
so be bad for the children in the study who had no sense of the same sex , and some are
often lied to his father in order to permit to exit . Thus causing a less harmonious
relationship and the resulting quality of communication between father and son is not
well and not supported the role of a father he should do for his son .
Latar belakang penelitian ini didasarkan pada kurang harmonisnya hubungan
antara remaja dengan ibu tunggal akibat perceraian. Karena dasar itulah penulis meneliti
mengenai pola komunikasi ayah tunggal dengan anak remajanya. Hal ini juga ditujukan
untuk memahami kesalahan pola komunikasi seperti apa yang terjadi. Agar pola
komunikasi yang buruk antara ayah tunggal dengan anak remajanya dapat dihindari.
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mendeskripsikan pola komunikasi ayah
tunggal dengan anak remaja di Surabaya.
Hasil penelitian ini yaitu satu keluarga ayah tunggal dengan anak remaja yang
menganut pola komunikasi authoritarian (otoriter), satu keluarga ayah tunggal dengan
anak remaja menganut pola permessive (membebaskan) dan satu keluarga ayah tunggal
dengan anak remaja menganut pola komunikasi authoritative (demokrasi). Sehingga
secara garis besar rata-rata keluarga di Surabaya menerapkan pola komunikasi antara
ayah tunggal dengan anak remaja itu seimbang. Semua ketiga jenis pola komunikasi
seimbang dipakai para sang orang tua dalam melakukan hubungan, mendidik dengan
anak remajanya. Dengan menerapkan pola komunikasi otoriter, maka anak akan merasa
tidak nyaman dan tidak bahagia karena kehidupannya terlalu dikekang, kasar kaku dan
keras sehingga berdampak buruk buat anak dalam penelitian ini ada yang memiliki rasa
terhadap sesama jenis dan ada juga yang sering berbohong kepada ayahnya agar dapat
ijin untuk keluar. Sehingga menyebabkan hubungan yang kurang harmonis dan
mengakibatkan kualitas komunikasi antar ayah dengan anak tidak baik dan tidak
didukung peranan seorang ayah yang seharusnya dia lakukan terhadap anaknya.
xi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia.Sejak pertama dilahirkan, manusia sudah melakukan kegiatan
komunikasi. Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia itu hidup dengan
manusia yang lainnya satu dengan yang lain saling membutuhkan. Untuk tetap
melangsungkan kehidupannya, manusia perlu brhubungan dengan manusia
lainnya. Hubungan antar manusia akan tercipta melalui komunikasi, baik
komunikasi verbal (bahasa) maupun nonverbal (simbol, gambar atau media
komunikasi yang lainnya).
Komunikasi juga sangat penting dalam keluarga. Komunikasi yang baik
perlu dibangun secara harmonis dalam rangka membangun pendidikan yang baik.
Pola komunikasi yang dibangun akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pola
pikir anak, serta mempengaruhi kondisi jiwa anak secara langsung dan tidak
langsung. Sebuah kelurga akan berfungsi optimal, apabila di dalamnya terdapat
pola komunikasi yang terbuka, ada sikap saling menerima, saling mendukung,
rasa aman dan nyaman serta memiliki kehidupan spiritual yang terjaga
(Kriswanto, 2005:9).

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Komunikasi interpersonal dalam keluarga yang terjalin antar orang tua dan
anak merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan perkembangan
individu.Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif dapat
menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang
makin harmonis dan tindakan yang baik. Demikian juga dalam lingkungan
keluarga diharapkan terbina komunikasi yang efektif antara orang tua dengan
anaknya, sehingga akan terjalin hubungan yang penuh kasih sayang dan harmonis.
Hubungan yang demikian masih sangat diperlukan karena seorang anak masih
banyak menghabiskan waktunya dalam lingkungan keluarga.
Perkembangan anak

juga berkaitan dengan terbentuknya sebuah

kepribadian di dalam diri anak tersebut. Kepribadian dapat juga diartikan sebagai
“kualitas perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya
terhadap lingkungan secara unik” (Abin Syamsyudin Makmun, 1996). Keunikan
penyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri,
yaitu meliputi hal-hal sebagai berikut: karakter, tempramen, sikap, stabilitas
emosional, resposibilitas dan sosiabilitas. Stabilitas emosional, yaitu kadar
kestabilan

reaksi

emosional

terhadap

rangsangan

dari

lingkungannya.

Responsibilitas atau tanggung jawab, merupakan kesiapan untuk menerima risiko
dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi
yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi kepribadian, baik hereditas (pembawaan), maupun lingkungan
(seperti: fisik, sosial, kebudayaan, spiritual). Suasana atau iklim keluarga sangat
penting bagi perkembangan kepribadian anak. Seorang anak yang dibesarkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

dalam lingkungan kelaurga yang harmonis dan agamis, dalam arti orang tua
memeberikan curahan kasih sayang, perhatian serta bimbingan kehidupan dalam
berkeluarga, maka perkembangan kepribadian anak tersebut cenderung positif
(Syamsu Yusuf, 2000:128)
Keluarga atau orang tua merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak,
dimana sebelum mereka mempunyai kemampuan berinteraksi dengan orang lain
terlebih dahulu. Keberadaan orang tua mempunyai arti penting dalam
perkembangan sosial remaja. Keterikatan dengan orang tua pada masa remaja
dapat membantu kompetensi sosial dan kesejahteraan sosialnya, seperti tercermin
dalam cirri-ciri harga diri, penyesuaian emosional dan kesehatan fisik (Desmita,
2005:218).
Cukup beralasan jika dikatakan bahwa menjadi orang tua masa sekarang
memang tidak mudah, sebab banyak masyarakat sudah mengalami perubahan
yakni, nilai-nilai yang diajarkan orang tua di masa lalu. Budaya berkomunikasi
dalam keluarga terkadang dianggap tidak cocok lagi dengan perubahan-perubahn
yang terjadi. Hal ini terjadi karena orang tua adalah produk dari suatu tipe masa
yang berbeda dengan anaknya (Yuli.S, Jurnal Vol.2 No.1, 2005:68)
Remaja dalam mengambil keputusan juga membutuhkan dukungan dalam
memutuskan sesuatu hal baik itu dari orang tua, keluarga dekat dan temantemannya. Apabila tidak mendapat dukungan dalam keputusannya, kemungkinan
remaja tersebut akan merasa dikucilkan dan dijauhi teman-temannya, karena
remaja yang diterima teman-teman sebayanya akan merasa dirinya dihargai dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

dihormati oleh teman-teman sebayanya. Anak yang mulai tumbuh dalam fase
remaja merupakan segmen perkembngan individu anak yang sangat penting,
dimana pada masa ini remaja memilki sifat tergantung (dependence) terhadap
orang tua kearah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan
diri dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral (Yusuf,
2001:184). Pada masa remaja adalah saat usia yang serba labil dan untuk
kematangan berpikir serta mempertimbangkan sesuatu masih campur aduk antar
perasaan dan logika, sifatnya coba-coba atau eksperimen sering muncul dan
remaja selalu ingin tahu terhadap hal-hal tanpa melihat apakah itu bersifat negatif
atau positif.
Orang tua biasanya mempunyai berbagai cara dan strategi untuk
berkomunikasi, membentuk hubumgan yang harmonis dan mendidik ketika
anaknya masuk ke dalam dunia remaja, agar menjadi sesuai dengan apa yang
diinginkan, karena keluarga merupakan salah satu tempat pendidikan informal
terpenting untuk pendidikan anak, maka pola komunikasi apapun akan
mempengaruhi proses pertumbuhan, perkembangan dan menciptakan hubungan
yang harmonis dengan anak dalam segi apapun. Bagi seorang anak, keluarga
merupakan tempat pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangannya.
Fungsi dan peranan keluarga yang sangat penting dalam upaya pendekatan
hubungan dengan anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan
pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang
diberikannya merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak
menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat (Syamsu Yusuf, 2000:37)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Namun fenomena dilapangan menunjukkan tidak semua anak memiliki
orang tua yang lengkap, peneliti mengambil masalah orang tua tunggal yakni ayah
single parent dikarenakan menurut pengalaman pribadi sendiri yang diasuh oleh
sang ayah tanpa adanya sosok ibu karena sosok tersebut telah pergi meninggalkan
dunia. Karena hubungan sang ayah dengan sang peneliti tidak terlalu dekat
dikarenakan memang sosok ayah yang pendiam, tegas dan mereka tidak tinggal
dalam satu rumah, oleh karena itu hubungan mereka pun kurang harmonis. Orang
tua tunggal, yakni ayah yang single parent adalah fenomena yang makin dianggap
biasa dalam kalangan masyarakat. Pilihan menjadi ayah tunggal dapat terjadi
karena beberapa hal, yaitu kematian pasangan dan perceraian. Kematian seorang
pasangan yang mendadak membuat ia mengalami masalah berat dan tidak
sanggup dan siap menerima kenyataan. Berperan menjadi ibu tunggal mungkin
sudah biasa, tetapi menjadi ayah tunggal hanya beberapa saja yang mampu
melakoninya. Ditinggal meninggal pasangan tercinta atau perceraian memang
bukan hal yang mudah bagi semua orang.Terlebih bagi seorang laki-laki, menjadi
orang tua tunggal tentu tidak mudah, sehingga banyak pria yang memutuskan
mencari cepat pengganti pasangannya.
Naluri ayah dalam mengasuh anak tentu tidak seperti seorang perempuan.
Namun, demi anaknya ayah harus bias menjalankan peran tersebut ketika menjadi
ayah tunggal. Sebagai seorang ayah tunggal (single parent), peran ayah dalam
keluarga tentu sja menjadi lebih luas.Selain dituntut menjadi pencari nafkah, ayah
juga harus mengurus berbagai keperluan rumah tangga.Yang paling penting,
memastikan tumbuh kembangnya anak berjalan dengan baik.Bagi seorang ayah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

tunggal (single dad) yang baru menjalani peran baru ini, tentu tidak mudah
melakukannya. Namun, menurut dua psikologi Dr. Henry Cloud dan Dr. Jhon
Townsend dalam buku mereka yang berjudul ‘Raising The Great Children’ ,
menyatakan bahwa semua ayah sebenarnya

secara naluriah dikaruniai

kemampuan untuk merawat anaknya. Tentu saja, seperti halnya pada seorang ibu,
ayah juga butuh waktu untuk belajar merawat anaknya.Lagipula peran tradisonal
yang dahulu eksklusif menjadi teritori seorang ibu, kini tidak lagi aneh dilakukan
oleh ayah.Para ayah saat ini tidak lagi sungkan menemani anaknya bermain,
belajar, makan bersama, mendengarkan curahan hati anaknya, memberikan
nasehat-nasehat yang bijaksana, bahkan sampai menyiapkan makanan untuk anakanaknya.
Seperti yang disebutkan dalam buku ‘Fathers, Infants and Toddlers’ karya
MY Yogman Dwight Kindlon, pada saat ini sosok ayah juga mampu bersikap
hangat kepada anak-anaknya, tidak seperti citra ayah yang konvensional bahwa
ayah seorang yang kaku, mengedepankan soal kedisiplinan dan keteraturan bagi
anak-anaknya bukanlah citra yang sesuai untuk ayah masa kini. Oleh karena itu,
peran ayah tunggal dalam kehidupan anak pun lebih menjadi seorang role model
yang ideal.Bagi anak lelaki, ayah menjadi contoh bagaimana perilaku bersikap
setiap saat sebagai seorang lelaki. Sedangkan bagi anak perempuan, ayah harus
menjadi sosok pelindung dan pengayom. Hal ini berguna agar anak perempuan
nantinya tidak canggung ketika dewasa nanti menghadapi lawan jeneis dalam
pergaulan sosial. Sementara untuk memberikan nasehat mengenai hal-hal
kewanitaan saat mereka memasuki masa remaja, seperti mengalami haid umtuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

pertama kalinya, bantuan dari kerabat perempuan tentu dibutuhkan. Adapun
berbagai tips untuk menjadi ayah tunggal yang baik : a) Buat anak merasa
nyaman, pastikan anak merasa sangat nyaman dengan ayahnya, bahwa ayahnya
pun juga peduli terhadap kehidupan dan masa depan sang anak kelak, hal ini
sangat dibutuhkan agar sang anak tidak merasa kesepian dan ketakutan dalam
menjalani kehidupannya dan akan terciptanya hubungan yang harmonis dengan
sang ayah, b) Lakukan kegiatan bersama, cara untuk membangun hubungan yang
harmonis adalah dengan cara melakukan kegiatan bersama-sama, kebersamaan ini
akan membawa kedekatan emosional antar ayah dengan buah hati. Namun, jangan
pernah mencoba untuk menutupi kenyataan bahwa kehidupan keluarga single
parent tidak sama dengan keluarga yang utuh lainnya. Berikan pemahaman yang
benar terhadap apa saja perbedan yang ada dan bagaimana mengatasinya. Jelaskan
juga meskipun ada perbedaan-perbedaan, namun kasih sayang yang diberikan
seorang single parent tidak kalah besar dibandingkan ayah-ibu di keluarga lain.
Bagi seorang ayah tunggal, tanggung jawab ganda dalam mengurus
keluarga dan menjalani karier tidak boleh dianggap beban.Namun , peran ganda
tersebut harus menjadi pemicu untuk lebih keras lagi, sehingga kian banyak
kebutuhan anak yang dapat terpenuhi. Demi sang anak, single dad harus
mengubah beberapa hal dalam hidupnya : a) Hilangkan kebiasaan buruk, sebagai
seorang ayah tunggal, dengan sendirinya semua yang ayah lakukan akan menjadi
contoh perilaku yang akan diambil oleh anaknya. Oleh karena itu, ayah wajib
menghilangkan kebiasaan buruk seperti merokok, minum-minum alcohol atau
berkata kasar dan keras, b) Pahami kebutuhan anak, kebutuhan anak akan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

berubah-ubah seiring bertambahnya umur, cobalah untuk memahami perubahan
apa saja yang terjadi dan bagimana bimbingan yang tepat yang harus ayah
berikan. Selalu tunjukkan bahwa ayah memiliki perhatian terhadap masalahmasalah yang dimiliki anak, walaupun masalah tersebut tidak terlalu berat,
perhatian ayah akan memberikan kepercayaan diri terhadapnya.
(http://singleparentindonesia.word.press.com/2012/12/29/pede-aja-lagi-ayahmampu-mengasuh-anak-kok/)
Para ahli jiwa AS, DR Stephen Duncan, dalam tulisannya berjudul The
Unique Strengths of Single-Parents Families mengungkapkan bahwa pangkal
masalah yang sering dihadapi keluarga hanya yang dipimpin oleh ayah tunggal
adalah masalah anak. Anak akan merasa dirugikan dengan hilangnya salah satu
orang tua mereka yang berarti dalam kehidupannya. “Hasil riset menunjukkan
bahwa anaka dikeluarga yang hanya memiliki orang tua tunggal, rata-rata
cenderungkurang mapu mengerjakan sesuatu dengan baik, dibandingkan dengan
anak

yang

berasal

dari

keluarga

yang

orang

tuanya

utuh”

(http//www.republika.co.id/Koran_detail.asp?id=183356&kat_id1=&kat_id2=)
Keberadaan orang tua lengkap dengan ayah tunggal jelas akan berbeda,
jika orang tua lengkap menjadi dua figure bagi anak, sedangkan ayah tunggal
akan menjadi satu-satunya figure dalam kehidupan keluarga yang menjadi
panutan bagi anak. Tentunya hal ini akan memberikan dampak yang cukup
signifikan jika satu orang tua menjalankan dan peran sekaligus, yaitu menjadi
ayah dan ibu. Dalam proses inilah peran komunikasi antara ayah tunggal dan anak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

harus berperan secara aktif. Sebagai ayah tunggal tidak hanya memenuhi
kebutuhan berupa mareil saja, tetapi juga melainkan para orang tua harus
memberikan pendidikan formal atau informal, pendidikan agama dan memberikan
perhatian kasih sayang serta pengarahan yang baik yang seharusnya dilakukan
oleh orang tua tersebut.
Dengan begitu gagal atau berhasilnya sebuah komunikasi antar orang tua
dengan anak terdapat suatu pola komunikasi yang ditetapkan antar orang tua
dengananak: Authoritarian (cenderung bersikap bermusuhan) dalam pola
hubungan ini sikap acceptance orang tua rendah, namun kontrolnya tinggi, suka
menghukum secar fisik, bersikap mengkomando (mengharuskan/ memerintah
anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi), bersikap kaku, cenderung
emosional dan bersikap menolak. Sedangkan pihak dari ank muda itu sendiri
sifatnya sudah mudah tersinggung, penakut, pemurung dan merasa tidak bahagia,
mudah diatur, terpengaruh, mudah stress, tidak mempunyai arah masa depan yang
jelas dan serta tidak bersahabat. Dari segi positif, anak yang cenderung akan
menjadi disiplin yakni mengenai peraturan. Akan tetapi bisa jadi ia hanya amau
menunjukkan kedisiplinan dihadapan ayahnya saja, padahal dalam hatinya
berbicara lain, sehingga ketika dibelakang ayahnya, anak bertindak lain.
Permissive (cenderung berperilaku bebas) dalam hal ini, sikap acceptance orang
tua lebih tinggi, namun kontrolnya rendah, memberikan kebebasan terhadap anak
untuk menyatakan dorongan atau keinginannya. Sedangkan anak yang
mempunyai sikap impulsive serta agresif, kurang memiliki rasa percaya diri, suka
mendominasi, tidak jelas arah hidupnya dan mempunyai prestasi yang rendah.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Sifat pola komunikasi ini, segala aturan dan ketetapan keluarga ditangan anak.Apa
yang dilakukan oleh anak, diperbolehkan oleh ayah tunggalnya, ayah tunggal
menuruti segala kemauan anak. Anak cenderung bersikap semena-mena, tanpa
pengawasan sang ayah. Authoritative (cenderung terhindar dari kegelisahan,
kekacauan dan perilak nakal) sikap acceptance orang tua kontrolnya tinggi,
bersikap responsive terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk menyatakan
pendapat atau pertanyaan, memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan
yang baik maupun buruk. Sikap perilaku sang anak, bersikap bersahabat, memiliki
rasa percaya diri, mampu mengendalikan diri, bersikap sopan, mau bekerja sama,
memiliki rasa ingin tahu tinggi, mempunyai arah tujuan hidup yang jelas dan
berorientasi terhadap prestasi (Syamsu Yusuf, 2000:51-52). Dari segi negatif,
anak kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang berlaku. Bila mampu
mengguanakan kebebasan tersebut secara tanggung jawab, maka anak akan
menjadi seorang yang mandiri, kreatif, inisiatif dan mampu mewujudkan
aktualisasinya.
Perlakuan ayah tunggal terhadap anak bisa dilihat dari interaksi dan
komunikasi yang terjalin antar ayah dan anak yang berupa komunikasi antar
pribadi.Bentuk komunikasi ini dinilai paling ampuh untuk mengubah sikap,
pendapat dan perilaku seseorang. Umumnya komunikasi antar pribadi
berlangsung secara tatap muka sehingga memungkinkan terjadinya personal
contact. Kasih sayang yang besar seorang ayah menjadi dasar terbentuknya
hubungan

yang

menyenangkan

dalam

berkomunikasi.

Suasana

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

yang

11

menyenangkan dan hangat menjadi dasar perkembangan emosi yang stabil dan
membentuk kepribadian yang percaya diri.
Oleh karena itu, berdasarkan pertimbangan bahwa jumlah ayah tunggal di
Indonesia semakin meningkat, banyaknya permasalahan terjadi dikarenakan
ditinggal meninggal oleh sang istri, dan mengingat komunikasi ayah tunggal bisa
diarahkan untuk mengubah sikap, perilaku serta mendidik anak remajanya, maka
fokus penelitian ini adalah ayah tunggal dari ditinggal meninggal oleh sang istri.
Apabila tidak adanya komunikasi yang bagus antar orang tua dengan
anaknya maka para orang tua sendiri tidak tahu akan keinginan dari anaknya, serta
anaknya sendiri pun menginginkan orang tua saling terbuka. Anak yang terbiasa
mengekspresikan dirinya sendiri dengan apa adanya, memiliki freedom to be
andto fail anvironment, akan lebih santai dalam mengahadapi berbagai macam
kesulitan dan hambatan karena biasanya membicarakan kepada orang tua, tanpa
dibayangi-bayangi rasa ketakuatan, malu ataupun rasa bersalah karena tidak
mampunya sang remaja untuk memenuhi harapan orang tua (www.epsikologi.com)
Dengan adanya pola komunikasi yang salah antar ayah tunggal dengan
anknya, maka akan menimbulkan kesalah pahaman dan apabila tidak ingin terjadi
kesalah pahaman adalam pola komunikasi tersebut, maka yang sebaiknya
dilakukan oleh ayah tunggal adalah menimbulkan suatu komunikasi efektif antara
ayah tunggal dengan anak. Menurut Effendy (2008 : 8), komunikasi yang efektif
adalah komunikasi yang menimbulkan suatu pengertian, kesenangan, pengaruh

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan, sehingga setiap nasehatnasehat yang dilontarkan oleh ibu tunggal tersebut tidak dianggap angin lalu.
Penelitian ini dilakukan di wilayah Surabaya. Sebab wilayah disini
mempunyai komposisi penduduk yang heterogen.Surabaya diasumsikan sebagai
wilayah yang memiliki perkembangan yang tinggi. Selain itu, Surabaya
merupakan kota metropolis dan kota terbesar kedua setelah Jakarta, dilihat dari
padatnya penduduk dan berbagai permasalahan sosial yang terjadi. Dalam hal ini
peneliti ingin mengungkapkan dan meneliti tentang bagaimana sebaiknya pola
komunikasi yang baik dalam menciptakan hubungan yang harmonis antara orang
tua tunggal dengan anak remajanya di Surabaya, yang peneliti fokuskan karena
ditinggal meninggal oleh sang istri dan ibunya.

1.2.

Perumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini

mengenai bagaimanakah pola komunikasi orang tua tunggal dan anak remajanya
dalam menciptakan hubungan yang harmonis di Surabaya.

1.3.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mendeskripsikan pola

komunikasi orang tua tunggal dan anak remaja dalam menciptakan hubungan
yang harmonis di Surabaya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

1.4.

Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Sebagai bahan tambahan pemikiran untuk ilmu komunikasi terutama topik
bahasan yang berhubungan dengan sikap masyarakat terhadap pola
komunikasi ayah tunggal dan anak dalam menciptakan hubungan yang
harmonis dengan anak remajanya di Surabaya.
2. Kegunaan Praktis
Diharapakan hasil penelitian ini bisa menambah pengetahuan masyarakat
dan memberi masukan kepada masyarakat luas khususnya ayah tunggal
dan anak dalam membangun pola komunikasi menciptakan hubungan yang
harmonis dengan anak remajanya di Surabaya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1

Penalitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan dari penelitian yang penulis

teliti, diambil dari Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Yogya volume 6 nomor 3,
September-Desember 2008 ditulis oleh Yuni Retnowati dengan judul “Pola
Komunikasi Orang Tua Tunggal dalam

Membentuk Kemandirian Anak”.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menghasilkan kesimpulan, sebagai
berikut : (1) secara umum pola komunikasi interaksi dan transaksi lebih berperan
dominan dalam membentuk kemandirian anak melalui penanaman kesadaran
untuk mandiri kepada anak dan melatih kemandirian anak. Pola komunikasi linier
juga bisa membentuk kemandirian anak melaui efek komunikasi berupaka
ketundukan, sedangkan pola komunikasi interaksi dan transaksi melalui efek
internalisasi. (2) faktor lingkungan pada umumnya menyebabkan orang tua
tunggal menggunakan pola komunikasi interaksi, sedangkan karakteristik orang
tua tunggal yang ada hubungannya dengan pola komunikasi adala usia, jumlah
anak dan tingkat pendidikan. Makin tua usia makin banyak jumlah anak dan
makin tinggi pendidikan orang tua tunggal makin cenderung menggnakan pola
komunikasi transaksi.

14
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Karakteristik orang tua tunggal yang berperan dalam membentuk
kemandirian anak adalah usia, jumlah anak, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
lama waktu bekeja. Makin tua usia orang tua tunggal ternyata menyebabkan anak
sanagt mandiri. Pendidikan orang tua tunggal yang rendah, jenis pekerjaan
disektor informal dengan gaji rendah, atau yang dikategorikan berstatus sosial
ekonomi rendah ternyata menyebabkan anak menjadi sangat mandiri.Makin lama
orang tua bekerja menyebabkan anak makin mandiri.
Satu lagi, penelitian terdahulu yang diambil dari Jurnal Ilmu Komunikasi
Universitas Atma Jaya Yogya volume 2 nomor 1 Juni 2005 ditulis oleh Yuli
Setyowati dengan judul “Pola Komunikasi Keluarga dan Perkembangan Emosi
Anak”. Kesimpulan yang dapat diambil adalah penerapan pola komunikasi
keluarga sebagai bentuk interaksi antara orang tua dengan anak maupun antar
anggota keluarga memiliki implikasi terhadap proses perkembangan emosi anak.
Dalam proses komunikasi tersebut, anak akan belajar mengenal dirinya maupun
orang lain, serta memahami perasaannya sendiri maupun orang lain.
Pola komunikasi yang demokratis dan interaktif secara cultural pada
akhirnya akan menentukan keberhasilan proses sosialisasi pada anak. Proses
sosialisasi menjadi penting krena dalam proses tersebut akan trjadi transmisi
system nilai yang posistif kepada anak. System nilai dalam budaya Jawa yang
disosialisasikan kepada anak, banyak memberiakan pengaruh positif terhadap
pembentukan dan perkembangan emosi anak.Dalam hal ini adalah system nilai
yang berhubungan dengan kualitas-kualitas emosi anak, antar lain nilai-nilai
tentang sikap hormat, tata karma atau sopan-santun, kesabaran dalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

menyelesaikan masalah, serta toleransi yang menjadi dasar terbentuknya sikap
empati anak. Dengan demikian, anak-anak akan tumbuh dan berkembang menjadi
pribadi yang cerdas, baik secar intelektual maupun emosinal, yang akhirnya
menjadi dasar bagi kecerdasan yang lain, yaitu kecerdasan sosial, moral dan
spiritual.

2.2

Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penerimaan pesan atau berita antara dua
orang atau lebih dengan cara yang tepat secara timbal balik, sehingga pesan yang
dimaksud dapat dipahami oleh kedua belah pihak (Djamarah, 2004:2)
Komunikasi adalah peristiwa sosial, yaitu peristiwa yang terjadi ketika
manusia berinteraksi dengan manusia yan lainnya. Ilmu komunikasi apabila
dipublikasikan secara benar akan mampu mencegah dengan menghilangnya
konflik antar pribadi, antar kelompok, antar suku, antar bangsa dan antar ras
membina kesatuan dan persatuan umat manusia penghuni bumi (Effendy,
2002:27)
Komunikasi terjadi antar satu orang dengan yang lainnya, mempunyai
tujuan untuk mengubah atau membentuk perilaku orang menjadi sasaran
komunikasi. Disamping itu komunikasi merupakan proses yang penyampaiannya
menggunakan simbol-simbol dalam kata-kata, gambar-gambar dan angka-angka.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa komunikasi memiliki pengertian
yang luas dan beragam, walaupun secara singkat komunikasi merupakan suatu
proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang
terjadi dalam diri seseorang atau diantara dua orang atau lebih dengan tujuan
tertentu. Dengan demikian dapat diketahui bahwa komunikasilah yang
berhubungan dengan manusia, karena tidak mungkin manusia dapat hidup tanpa
berkomunikasi dengan satu sama yang lainnya.

2.2.2 Pengertian Hubungan yang Harmonis dalam Keluarga

Hubungan yang harmonis antara anak dan orang tua akan terjalin baik jika
keduanya dapat saling berkomunikasi dengan baik. Artinya, jika seorang anak
mempunyai suatu keinginan dapat diutarakan secara langsung kepada orang tua
begitu pula sebaliknya. Komunikasi yang lancar antara orang tua dan anak akan
menciptakan hubungan yang baik antara anak dan orang tua. Orang tua dapat
mengerti keinginan anak dan anak dapat mengikuti harapan orang tua
terhadapnya. Bisa juga disebut kategori keluarga yang harmonis dilihat dari aspek
perekonomian keluarga dan suku budaya yang terdapat di dalam keluarga.

Keluarga merupakan suatu sistem yang bersifat dinamis. Keluarga
merupakan sistem yag hampir sama dengan manusia, ia berkembang berdasarkan
waktu. Perubahan terjadi di dalam keluarga, keluarga pada waktu anak berada
pada tahap perkembangan anak berbeda dengan keluarga pada waktu anak sudah
beranjak dewasa.Pada umumnya, orang tua yang memiliki anak yang sudah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

berada dalam tahap perkembangan remaja berada pada usia 35-40 tahun. Pada
usia ini, orang tua sering mengadakan perubahan dari kehidupan sebelumnya.
Orang tua mulai menarik diri dan cara berpikirnya berusaha untuk mencari cara
yang aman.

Tidak hanya orang tua yang bertambah usianya, anak pun mulai beranjak
remaja.Ia mulai untuk bersikap mandiri. Perubahan pada orang tua membawa
dampak pada hubungan remaja dengan orang tua.Sebelumnya, anak mencari
nasehat dari orang tua, sedangkan sekarang remaja mulai merasa dirinya lebih
mudah dipahami oleh teman-temannya.Remaja sering merasa orang tua kurang
memberi kebebasan yang bertanggung jawab.Orang tua tetap bersikap
otoriter.Perbedaan perilaku dan kebutuhan ini mengakibatkan keduanya berada
dalam permasalahan.Perubahan-perubahan yang ada didalam keluarga ini
membuat keluarga berada dalam keadaan yang homeostatis.

Kebutuhan dari setiap pihak, baik dari orang tua maupun dari anak yang
berada pada masa remaja ini ingin dipenuhi. Menurut Mappiare, kebutuhan
remaja yang menuntut pemenuhan dari orang tua adalah pengakuan sebagai orang
yang mampu untuk menjadi dewasa, perhatian, dan kasih sayang.

Untuk menyatukan keinginan anak dan orang tua adalah sesuatu yang
sulit. Orang tua pasti ingin anak-anaknya memiliki masa depan yang baik.
Sebaliknya karena tuntutan pelajaran disekolah semakin tinggi, siswa harus
belajar keras jika ingin berhasil dalam persaingan yang kadang siswa sering stress,
lelah fisik, psikis, dan tanpa disadari akan membantah/membangkang perintah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

orang tua, yang sebenarnya hanya sebagai pelampiasan dan mencari perhatian
orang tua.

Maka untuk menjembatani agar orang tua dan anak bisa sejalan, anak
harus mengetahui apa sebenarnya keinginan orang tua, dan anak jangan enggan
mengutarakan kepada orang tua apa yang sebenarnya anak inginkan. Tentu saja
dengan bahasa dan tutur kata yang sopan, santun, dan melihat situasi dan kondisi
orang tua saat ini. Hal ini bisa dilakukan pada waktu yang tepat dan komunikasi
yag efektif.Misalnya : (a) Ketika orang tua meminta tolong untuk membantu,
cepat-cepat dibantu, sambil membantu bisa berkomunikasi apa yang sebenarnya
saya inginkan. (b) Ketika sarapan, makan siang, dan makan malam bisa untuk
berkomunikasi.

Adapun beberapa cara yag efektif untuk berkomunikasi dengan orang tua,
yaitu sebagai berikut :

A. Jika melakukan kesalahan/sesuatu yang kurang benar, segera meminta
maaf dan memberi penjelasan yang jujur, sekalipun itu perbuatan baik. Misalnya,
biasanya sepulang sekolah langsung pulang, tetapi pada hari itu terlambat,
seandainya tadi siang kalian diajak teman-teman kalian untuk main play station
dahulu, katakan sejujurnya dan minta maaf serta berjanji tidak akan mengulangi.
Apabila pulang terlambat, hubungi orang tua, katakan pula alasannya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

B. Jangan ragu menunjukkan rasa sayang pada orang tua lewat kata-kata,
pelukan, atau ciuman. Misalnya orang tua berulang tahun, ucapkan selamat ulang
tahun.

C. Ungkapkan perasaan jika orang tua menghukummu, tentu saja setelah
suasana tenang. Misalnya karena melakukan suatu kesalahan, kalian dimarahi
didepan orang banyak yang mengakibatkan kalian malu. Lain kali setelah suasana
tenang, katakan kalau kalian bersalah, jangan dimarahi didepan orang banyak dan
lebih baik dimarahi dengan cara lain.

D. Jika ada masalah yang ingin dibicarakan, cari saat yang tepat, jangan saat
orang tua sedang lelah. Misalnya, waktu ulangan disekolah tadi kalian mendapat
nilai yang kurang, padahal hasil ulangan harus dimintakan tanda tangan orang
tua.Waktu meminta tanda tangan jangan langsung pada saat orang tua pulang
bekerja,

tetapi

tunggu

dahulu

setelah

istirahat

dan

lelahnya

hilang.(http://gatotkaca3.wordpress.com/2011/11/03/membangun-hubunganyang-harmonis-dengan-orang-tua/)

2.2.3 Pengertian Pola Komunikasi
Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang
atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat sehingga
pesan yang dimaksud dapat dipahami (Djamarah, 2004:1)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

Dari pengertian di atas, maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau
pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses mengkaitkan dua
kompunen yaitu gambaran atau rencana yang menjadi langkah-langkah pada suatu
aktifitas dengan komponen-komponen yang merupakan bagian terpenting atas
terjadinya hubungan antar organisasi ataupun juga manusia.
Terdapat tiga pola komunikasi di dalam hubungan orang tua dengan anak,
yaitu : (Syamsu Yusuf, 2001:52)
a. Authotarian (cenderung bersikap ber musuhan)
Dalam pola hubungan ini sikap acceptenceorang tua rendah, namun
kontrolnya tinggi, suka menghukum secara fisik, bersikap mengkomando
(mengharuskan/memerintah

anak

untuk

melakukan

sesuatu

tanpa

kompromi), bersikap kaku dan keras, cenderung emosional dan bersikap
menolak.
Sedang dipihak anak, mudah tersinggung, penakut, pemurung dan
merasa tidak bahagia, mudah terpengaruh, stres, tidak mempunyai arah
masa depan dan tidak bersahabat.
b. Permessive (cenderung berperilaku bebas)
Dalam hal ini sikap acceptence orang tua tinggi, namun kontrolnya
rendah, memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau
keinginannya.Sedang anak bersikap impulsif serta agresif, kurang
memiliki percaya diri, suka mendominasi, tidak jelas arah hidupnya dan
prestasinya rendah.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

c. Authoritative

(cenderung

terhindar

dari

kegelisahan

dan

kekacauan)
Dalam hal ini sikap acceptenceorang tua dan kontrolnya tinggi,
bersikap responsif terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk
menyatakan pendapat atau pertanyaan, memberi penjelasan tentang
dampak perbuatan yang baik dan buruk. Sedang anak bersikap bersahabat,
memiliki rasa percaya diri, mampu mengendalikan diri, bersikap sopan,
mau bekerja sama, memilki rasa ingin tahunya yang tinggi, mempunyai
arah tujuan/arah hidup yang jelas dan berorientasi pada prestasi.
Suatu proses komunikasi dapat berjalan dengan baik jika antara
komunikator dan komunikan ada rasa percaya, terbuka dan sportif untuk saling
menerima satu sama lainnya (Rakhmat, 2002:129). Adapun sikap yang dapat
mendukung kelancaran komunikasi dengan anak-anak adalah :
a. Mampu mendengarkan, sehingga anak-anak lebih berani membagi
perasaan sesering mungkin sampai pada perasaan dan permasalahan
yang mendalam dan mendasar.
b. Menggunakan empati untuk pandangan-pandangan yang berbeda
dengan menunjukkan perhatian melalui isyarat-isyarat verbal dan non
verbal saat komunikasi berlangsung.
c. Memberikan kebebasan dan mendorong sepenuhnya pada anak untuk
mengutarakan pikiran atau perasaannya dan kebebasan untuk
menunjukkan reaksi atau tingkah laku tertentu sehingga anak dapat
menanggapi dengan positif tanpa adanya unsur keterpaksaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

2.2.4 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang-orang yang hidup bersama dalam
tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya ikatan
batin, sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling
menyerahkan diri yang dijalin oleh kasih sayang (Djamarah, 2004:16)
Keluarga merupakan suatu unit terkecil yang bersifat universal, artinya
terdapat setiap masyarakat di dunia atau suatu sistem sosial yang terbentuk dalam
sistem sosial yang lebih besar.Ada dua macam keluarga, yaitu keluarga inti
(nuclear family) dan keluarga besar (extended family). Keluarga inti adalah suatu
keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum dewasa atau belum
nikah, sedangkan keluarga besar adalah suatu satuaan keluarga yang meliputi
lebih dari satu generasi dan lingkungan kaum keluarga yang lebih luas daripada
ayah, ibu dan anak-anak (Yusuf, 2007:36)
2.2.4.1 Komunikasi Keluarga
Komunikasi keluarga adalah suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam
kehidupan keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari
kegaiatan berbicara, berdialog, bertukar p

Dokumen yang terkait

POLA KOMUNIKASI IBU TUNGGAL DENGAN ANAK REMAJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola KomunikasiIbu Tunggal Dengan Anak Remaja di Surabaya).

0 0 86

POLA KOMUNIKASI IBU TUNGGAL DENGAN ANAK REMAJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Ibu Tunggal Dengan Anak Remaja di Surabaya).

0 1 86

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 1 99

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Pengemis).

0 2 95

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA DALAM BERINTERNET SEHAT DI SURABAYA ( Studi Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak Remaja dalam Berinternet Sehat di Surabaya ).

8 16 112

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA KANDUNG TERHADAP ANAK REMAJA YANG MENGALAMI DEPRESI ( Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Terhadap Anak Remaja Yang Mengalami Depresi ).

0 0 14

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN ANAK (STUDY DESKRIPTIF KUALITATIF POLA KOMUNIKASI ORANG TUA YANG BERPROFESI SEBAGAI POLITISI DENGAN ANAK USIA REMAJA).

0 1 84

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA TUNGGAL DAN ANAK REMAJA DALAM MENCIPTAKAN HUBUNGAN YANG HARMONIS (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Orang Tua Tunggal dan Anak Remaja dalam Menciptakan Hubungan yang Harmonis di Surabaya)

0 0 24

POLA KOMUNIKASI IBU TUNGGAL DENGAN ANAK REMAJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Komunikasi Ibu Tunggal Dengan Anak Remaja di Surabaya)

0 0 22

POLA KOMUNIKASI IBU TUNGGAL DENGAN ANAK REMAJA (Studi Deskriptif Kualitatif Pola KomunikasiIbu Tunggal Dengan Anak Remaja di Surabaya)

0 0 22