Titik akhir titrasi kompleksometri Indikator

66 Indikator demikian disebut indikator metalokromat. Indikator jenis ini contohnya adalah Eriochromeblack T, pyrocatechol violet, xylenol orange, calmagit, 1-2-piridil-azonaftol, PAN, zincon, asam salisilat, metafalein dan calcein blue Khopkar, 2002. Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik- titik akhir yaitu: 1 Reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. 2 Reaksi warna haruslah spesifik khusus, atau sedikitnya selektif. 3 Kompleks-indikator logam harus memiliki kestabilan yang cukup agar diperoleh perubahan warna yang tajam. K 4 Kompleks – indikator logam harus kurang stabil dibanding kompleks logam – EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTAharus tajam dan cepat. 5 Kontras warna antara indikator bebas dan kompleks – indikator logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Penetapan titik akhir titrasi menggunakan indikator logam, yaitu indikator yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks antara indikator dan ion logam harus lebih lemah dari pada ikatan kompleks antara larutan titer dan ion logam. Larutan indikator bebas mempunyai warna yang berbeda dengan larutan kompleks indikator. 67 Beberapa indikator logam yang biasa digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah diantaranya adalah: 1 Eriokrom Black T Merupakan asam lemah, tidak stabil dalam air karena senyawa organic ini merupakan gugus sulfonat yang mudah terdisosiasi sempurna dalam air dan mempunyai 2 gugus fenol yang terdisosiasi lambat dalam air. Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8 -10 senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH 12. Umumnya titrasi dengan indikator ini dilakukan pada pH 10. Struktur bangun EBT di berikan di bawah ini. Gambar 11. Struktur molekul Eriokrom Black T Penggunaan : Penentuan kadar Ca, Mg, Cd, Zn, Mn, Hg. 68 Gambar 12. Warna titik akhir titrasi kompleksometri menggunakan indikator EBT 2 Murexide Merupakan indikator yang sering digunakan untuk titrasi Ca 2+ , pada pH=12. Struktur bangunnya adalah di bawah ini. Gambar 13. Struktur molekul murexide 3 Jingga xilenol xylenol orange Indikator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana alkali. Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada titrasi dalam suasana asam. 4 Biru Hidroksi Naftol Indikator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah pH12 –13 dan menjadi biru jernih jika terjadi kelebihan edetat. 69 5 Calmagite Kalmagit merupakan asam 1-1-hidroksil-4-metil-2-fenilazo-2-naftol- 4-sulfonat V, mempunyai perubahan warna yang sama seperti hitam solokrom Hitam Eriokrom T, tetapi perubahan warnanya agak lebih jelas dan tajam. Kelebihan indikator ini adalah tetap stabil hampir tanpa batas waktu. Zat ini digunakan sebagai ganti Hitam Solokrom Hitam Eriokrom T tanpa mengubah eksperimen untuk titrasi kalsium ditambah magnesium. 6 Tiron 7 Violet cathecol Beberapa indikator logam sering mengalami penguraian apabila dilarutkan dalam air. Sehingga stabilitas di dalam larutan rendah sekali. Oleh karena itu, dalam prakteknya sering dibuat pengenceran dengan NaCl atau KNO 3 dengan perbandingan 1:500. Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung untuk logam yang dengan cepat membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang lambat membentuk senyawa kompleks dilakukan titrasi kembali. Tingkat keasaman pH larutan mempengaruhi kurva titrasi : harga derajat disosiasi EDTA akan bergantung pada pH larutan, semakin besar harga pH semakin besar konsentrasi Y4- dalam larutan. 70

3. Refleksi

Petunjuk a. Tuliskan nama dan KD yang telah Anda selesaikan pada lembar tersendiri b. Tuliskan jawaban pada pertanyaan pada lembar refleksi c. Kumpulkan hasil refleksi pada guru Anda LEMBAR REFLEKSI a. Bagaimana kesan anda setelah mengikuti pembelajaran ini? ………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………… b. Apakah anda telah menguasai seluruh materi pembelajaran ini? Jika ada materi yang belum dikuasai tulis materi apa saja ………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………… c. Manfaat apa yang anda peroleh setelah menyelesaikan pelajaran ini? ………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………… d. Apa yang akan anda lakukan setelah menyelesaikan pelajaran ini? ………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………… e. Tuliskan secara ringkas apa yang telah anda pelajari pada kegiatan pembelajaran ini ………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………… 71

4. Tugas

Lakukan teknik kerja titrasi pembentukan senyawa kompleks untuk menentukan kandungan CaCO3 dalam kulit telur. a. Alat yang diperlukan: 1 Neraca analitik 2 Labu ukur 100 ml 3 Corong gelas 4 Pipet volum 25 ml 5 Ball filler pipet 6 Gelas piala 7 Buret 8 Oven 9 Erlenmeyer 10 Pipet tetes 11 Botol semprot b. Bahan yang digunakan: 1 Aquades 2 Larutan Na 2 EDTA 3 Larutan MgSO 4 .7H 2 O 4 Larutan HCl 6 M 5 Larutan NaOH 4 M 6 Indikator EBT 7 Indikator murexid 8 Larutan Buffer salmiak pH 72 Langkah kerja: a. Pembuatan Larutan standar sekunder Na 2 EDTA Larutkan 37,32 gram Na 2 EDTA dalam 2 liter aquades. b. Pembuatan Larutan Standar Primer Mg 2+ Timbang dengan teliti ± 0,63 gram padatan MgSO 4 .7H 2 O, larutkan dalam HCl 6 M sebanyak 10 – 15 ml. Atur pHnya sekitar pH 3-4 dengan penambahan NaOH 4 M, encerkan sampai volume 250 ml dengan penambahan aquades di dalam labu ukur. c. Pembuatan Indikator EBT 1 gram EBT digerus dengan 100 gram NaCl kering dalam mortir. Simpan di dalam botol yang kering. d. Pembuatan Indikator Murexid 1 gram Murexid digerus dengan 100 gram NaCl kering dalam mortir. Simpan di dalam botol yang kering. e. Pembuatan Larutan Buffer Salmiak pH 10 Amoniak pekat sebanyak 142 ml dicampur dengan 17,5 gram amonium klorida. Encerkan dengan aquades sampai volume 250 ml. Periksa pHnya, kalau perlu tambahkan HCl atau NH 4 OH sampai pH 10  0,1. f. Standarisasi Na 2 EDTA dengan larutan Standar Primer 1 Pipet 25 ml larutan standar Mg 2+ , masukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, 2 Encerkan dengan aquades sampai  50 ml. 3 Tambahkan 10 ml larutan buffer salmiak pH 10 4 Tambahkan satu sendok kecil  50 mg indikator EBT. 5 Titrasi dengan larutan Na 2 EDTA sampai terjadi perubahan warna dari merah anggur ke biru. Lakukan titrasi secara duplo. 6 Tentukan konsentrasi larutan EDTA. g. Penetapan kadar CaCO 3 dalam kulit telur. 1 Bersihkan kulit telur dari membran yang tersisa, jika perlu bilas dengan air.