Analisis Permintaan Dan Penawaran Cabai Merah Di Provinsi Sumatera Utara

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI
MERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

OLEH:
Chairia
110304068
AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI
MERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA

OLEH:
CHAIRIA

110304068
AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing

Ketua Pembimbing

Dr. Ir. Salmiah, MS
NIP. 195702171986032001

Anggota Pembimbing

Ir. Luhut Sihombing, MP
NIP. 196510081992031001


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

ABSTRAK
Chairia (110304068) dengan judul “Analisis Permintaan Dan Penawaran Cabai
Merah Di Provinsi Sumatera Utara” yang dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS
selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku
anggota komisi pembimbing.
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis berapa besar pengaruh variabel
harga cabai merah, jumlah penduduk dan pendapatan terhadap permintaan cabai
merah di Provinsi Sumatera Utara, untuk menganalisis berapa besar pengaruh
varaibel harga cabai merah, harga pupuk (Urea, ZA, SP-36) dan luas panen cabai
merah terhadap penawaran cabai merah di Provinsi Sumatera Utara, dan untuk
menganalisis bagaimana keseimbangan permintaan dan penawaran cabai merah di
Provinsi Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis
regresi linier berganda dengan alat bantu SPSS. Data yang digunakan adalah data
sekunder berupa data time series tahunan selama 10 tahun yaitu periode tahun

2004 sampai dengan tahun 2013.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara serempak harga cabai merah tingkat
konsumen, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita berpengaruh nyata
terhadap permintaan cabai merah di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hasil
koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel bebas (harga cabai
merah, jumlah penduduk dan pendapatan) mampu menjelaskan variabel terikat
(permintaan cabai merah) sebesar 87,9% sementara 12,1% lagi dipengaruhi oleh
variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model; Secara serempak harga cabai
merah tingkat produsen, harga pupuk (Urea, ZA, SP-36) bersubsidi, dan luas
panen cabai merah berpengaruh nyata terhadap penawaran cabai merah di
Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hasil koefisien determinasi (R2)
menunjukkan bahwa variabel bebas (harga cabai merah, harga pupuk Urea, harga
pupuk ZA, harga pupuk SP-36 dan luas panen cabai merah) mampu menjelaskan
variabel terikat (penawaran cabai merah) sebesar 94,1% sementara 5,9% lagi
dipengaruhi oleh variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model; Penawaran
dan permintaan cabai merah di Provinsi Sumatera Utara adalah konvergen
(menuju keseimbangan).

Kata Kunci : Cabai Merah, Permintaan Cabai Merah, Penawaran Cabai Merah,
Keseimbangan.


RIWAYAT HIDUP
Chairia, lahir di Medan pada tanggal 06 Maret 1993, sebagai anak ketiga dari
empat bersaudara, putri dari Bapak Azhari Yuslizar dan Ibu Sri Rezeki, SPd. SD.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1999 masuk SD Negeri 060915 Medan lulus tahun 2005.
2. Tahun 2005 masuk SMP Negeri 1 Medan lulus tahun 2008.
3. Tahun 2008 masuk SMA Negeri 4 Medan lulus tahun 2011.
4. Tahun 2011 masuk di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tertinggi Negeri Tertulis (SNMPTN).
5. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Securai Selatan
Kecamatan Babalan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara tanggal
07 Agustus-06 September 2014.
6. Melaksanakan penelitian pada bulan Mei 2015 dengan mengambil data
sekunder dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara Provinsi
Sumatera Utara serta Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat
dan karunia-Nya, serta segala kekuatan, kemampuan, dan kesempatan yang telah
dianugrahkanNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Analisis Permintaan Dan Penawaran Cabai Merah Di Provinsi
Sumatera Utara”. Penulis mengucapkan terima kasih setulus hati kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai ketua komisi
pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku anggota komisi pembimbing yang
telah memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Selaku penguji skripsi yang telah banyak membantu ilmu, saran serta masukan
yang bermanfaat kepada penulis agar skripsi ini menjadi lebih baik.
4. Selaku penguji skripsi yang telah banyak membantu ilmu, saran serta masukan
yang bermanfaat kepada penulis agar skripsi ini menjadi lebih baik.
5. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekretaris Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan di Fakulltas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh staf akademik dan pegawai Departemen Agribisnis, Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah membantu seluruh proses
administrasi.
8. Seluruh Pegawai Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Pertanian
Provinsi Sumatera Utara yang telah membantu penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi.
9. Ayahanda tercinta Bapak Azhari Yuslizar dan Ibunda tercinta Sri Rezeki, SPd.
SD, kedua orangtua yang telah banyak memberikan pelajaran kehidupan,
perhatian, pengorbanan yang teramat sangat besar, mendidik dengan penuh
kasih dan saying serta menjadi motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
10. Kakanda, abangda dan adinda tercinta, Nurul Mashita SE, Dicky Andryan SSi,
Dedi Utomo SPd dan Irfan Asri yang telah memberikan dukungan berupa doa
dan semangat.
11. Kekasih tercinta Nanda Eka Prabowo SH yang telah memberikan dukungan
berupa doa dan semangat.
12. Teman-teman seperjuangan Lathifah Khairani SP, Siti Puspa Indah SP, Juli

Yanti SP, Nadia Safitri SP, Nidya Diani SP, Sonia SP, Faqita SP, Anil SP,
Denti SP, Fadhil SP, Fitrah SP, Sri Ayu SP, Ade Rezkika SP, Ristiwi Retno
SP, Cut Cahyani SPd, Titin SH dan Sri Sinaga SP yang telah memberi
perhatian dan dukungan, serta telah banyak membantu penulis selama masa
perkuliahan.

13. Seluruh teman-teman Agribisnis angkatan 2011 yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu penulis menerima masukan, kritik dan saran yang membangun untuk
penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Medan,

Oktober 2015
Penulis

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
1.4 Kegunaan Penelitian........................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................ 7
2.2 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 10
2.3 Landasan Teori ................................................................................... 11
2.4 Kerangka Pemikiran ........................................................................... 28
2.5 Hipotesis Penelitian ............................................................................ 29
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian .............................................. 30

3.2 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 30
3.3 Metode Analisis Data....................................................................... 31
3.4 Defenisi dan Batasan Operasional ................................................... 38
3.4.1 Defenisi ................................................................................... 38
3.4.2 Batasan Operasional ............................................................... 39
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian.............................................................. 40
4.1.1 Kondisi Geografis .................................................................... 40
4.1.2 Iklim Dan Topografi ................................................................ 41
4.1.3 Keadaan Penduduk .................................................................. 43
4.1.4 Keadaan Ekonomi .................................................................... 45
4.1.5 Sarana Dan Prasarana Jalan ..................................................... 46
4.2 Karakteristik Data ............................................................................. 47

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Variabel-variabel Yang Mempengaruhi Permintaan
Cabai Merah Di Provinsi Sumatera Utara ....................................... 48
5.2 Variabel-variabel Yang Mempengaruhi Penawaran
Cabai Merah Di Provinsi Sumatera Utara ....................................... 58
5.3 Keseimbangan Permintaan Dan Penawaran Cabai Merah

Di Provinsi Sumatera Utara ............................................................. 68
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 70
6.2 Saran ................................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

No.

Judul

Kebutuhan Konsumsi Cabai Merah Dan Jumlah Penduduk
Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2014
2.
Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas Dan Produksi
Cabai Merah Di Provinsi Sumatera Utara
3.
Luas dan Letak Diatas Permukaan Laut Kabupaten/Kota

di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013
4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2013
5.
Jumlah Penduduk Menurut Daerah Kota dan Pedesaan
Setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2013
6.
Produk Domestik Regional Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2013 di Provinsi Sumatera Utara
7. Karakteristik Data untuk Analisis Permintaan Cabai Merah
di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004-2013
8. Karakteristik Data untuk Analisis Penawaran Cabai Merah
di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004-2013
9.
Jumlah Cabai Merah Yang Diminta, Harga Rata-Rata Cabai Merah
Tingkat Konsumen, Jumlah Penduduk dan Pendapatan Per
Kapita Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004-2013
10. Analisis Regresi Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi
Permintaan Cabai Merah Di Provinsi Sumatera Utara
11. Jumlah Cabai Merah Yang Ditawarkan, Harga Rata-Rata
Cabai Merah Tingkat Produsen, Harga Rata-Rata
Pupuk (Urea, ZA, SP-36) Bersubsidi, dan Luas Panen
Cabai Merah Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004-2013
12. Analisis Regresi Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi
Penawaran Cabai Merah Di Provinsi Sumatera Utara

Hal.

1.

8
9
42
43

44
46
47
47

49
55

59
64

DAFTAR GAMBAR

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Judul

Kurva Permintaan
Pergeseran Kurva Permintaan
Kurva Penawaran
Pergeseran Kurva Penawaran
Teori Cobwebb Yang Menuju Fluktuasi Yang Jaraknya Tetap
Teori Cobwebb Yang Menuju Titik Keseimbangan
Teori Cobwebb Yang Menuju Eksplosi Harga
Skema Kerangka Pemikiran Permintaan Dan Penawaran
Cabai Merah
9. Perkembangan Permintaan Cabai Merah Di Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2004-2013
10. Perkembangan Penawaran Cabai Merah Di Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2004-2013

Hal.
12
13
17
18
22
23
24
28
53
63

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Judul

1. Jumlah Penduduk Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004-2013
2. Jumlah Cabai Merah Yang Diminta Per Kapita Di Provinsi Sumatera Utara Tahun
2004-2013
3. Jumlah Cabai Merah Yang Diminta Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004-2013
4. Harga Rata-Rata Cabai Merah Tingkat Konsumen Di Provinsi Sumatera utara
Tahun 2004-2013
5. Pendapatan Per Kapita Di Provinsi Sumatera utara Tahun 2004-2013
6. Jumlah Cabai Merah Yang Ditawarkan Di Provinsi Sumatera utara Tahun 20042013
7. Luas Panen Dan Produktivitas Cabai Merah Di Provinsi Sumatera utara Tahun
2004-2013
8. Harga Rata-Rata Cabai Merah Tingkat Produsen Di Provinsi Sumatera utara Tahun
2004-2013
9. Harga Rata-Rata Pupuk Urea Bersubsidi Di Provinsi Sumatera utara Tahun 20042013
10. Harga Rata-Rata Pupuk ZA Bersubsidi Di Provinsi Sumatera utara Tahun 20042013
11. Harga Rata-Rata Pupuk SP-36 Di Provinsi Sumatera utara Tahun 2004-2013
12. Jumlah Cabai Merah Yang Diminta Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2013
13. Jumlah Cabai Merah Yang Ditawarkan Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2013
14. Hasil Analisis Regresi Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Permintaan Cabai
Merah Di Provinsi Sumatera Utara
15. Hasil Analisis Regresi Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Penawaran Cabai
Merah Di Provinsi Sumatera Utara

ABSTRAK
Chairia (110304068) dengan judul “Analisis Permintaan Dan Penawaran Cabai
Merah Di Provinsi Sumatera Utara” yang dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS
selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku
anggota komisi pembimbing.
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis berapa besar pengaruh variabel
harga cabai merah, jumlah penduduk dan pendapatan terhadap permintaan cabai
merah di Provinsi Sumatera Utara, untuk menganalisis berapa besar pengaruh
varaibel harga cabai merah, harga pupuk (Urea, ZA, SP-36) dan luas panen cabai
merah terhadap penawaran cabai merah di Provinsi Sumatera Utara, dan untuk
menganalisis bagaimana keseimbangan permintaan dan penawaran cabai merah di
Provinsi Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis
regresi linier berganda dengan alat bantu SPSS. Data yang digunakan adalah data
sekunder berupa data time series tahunan selama 10 tahun yaitu periode tahun
2004 sampai dengan tahun 2013.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara serempak harga cabai merah tingkat
konsumen, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita berpengaruh nyata
terhadap permintaan cabai merah di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hasil
koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel bebas (harga cabai
merah, jumlah penduduk dan pendapatan) mampu menjelaskan variabel terikat
(permintaan cabai merah) sebesar 87,9% sementara 12,1% lagi dipengaruhi oleh
variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model; Secara serempak harga cabai
merah tingkat produsen, harga pupuk (Urea, ZA, SP-36) bersubsidi, dan luas
panen cabai merah berpengaruh nyata terhadap penawaran cabai merah di
Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hasil koefisien determinasi (R2)
menunjukkan bahwa variabel bebas (harga cabai merah, harga pupuk Urea, harga
pupuk ZA, harga pupuk SP-36 dan luas panen cabai merah) mampu menjelaskan
variabel terikat (penawaran cabai merah) sebesar 94,1% sementara 5,9% lagi
dipengaruhi oleh variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model; Penawaran
dan permintaan cabai merah di Provinsi Sumatera Utara adalah konvergen
(menuju keseimbangan).

Kata Kunci : Cabai Merah, Permintaan Cabai Merah, Penawaran Cabai Merah,
Keseimbangan.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki
arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini berperan
sebagai sumber penghasil bahan makanan, sumber bahan baku bagi industri, mata
pencaharian sebagian besar penduduk, penghasil devisa negara dari ekspor
komoditasnya bahkan berpengaruh besar terhadap stabilitas dan keamanan
nasional (Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2010).

Salah satu komoditas pertanian yang tumbuh subur di Provinsi Sumatera Utara
adalah komoditas hortikultura yang meliputi tanaman sayur-sayuran, buahbuahan, tanaman hias dan obat-obatan. Komoditas tersebut banyak diusahakan
yang hasilnya selain memenuhi kebutuhan lokal juga diekspor ke luar negeri.

Potensi jenis tanaman hortikultura dilihat dari produksi dan luas panen. Tanaman
sayuran dan buah-buahan semusim yang merupakan komoditas unggulan di
Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2012 antara lain : cabai, kubis, kentang,
tomat, semangka, terung, sawi, kacang panjang dan buncis. 9 (sembilan) jenis
tanaman unggulan ini mempunyai kapasitas produksi terbesar dari 25 jenis
tanaman sayuran dan buah-buahan semusim yang ada di Provinsi Sumatera Utara.
Produksi sayuran terbesar tahun 2012 adalah tanaman cabai dengan jumlah
produksi sebesar 245.770 ton dengan luas panen sebesar 22.129 hektar (Badan
Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2013).

1

Tanaman cabai menyebar di seluruh daerah Sumatera Utara. Provinsi Sumatera
Utara merupakan salah satu provinsi yang memiliki daerah sentra produksi
tanaman cabe. Adapun daerah sentra produksi tanaman cabai di Provinsi
Sumatera Utara pada tahun 2012 adalah Kabupaten Simalungun, Karo, Batubara,
Tapanuli Utara, dan Dairi dengan persentase produksi masing-masing sebesar
24,44%, 22,83%, 11,98%, 9,97%, dan 9,24% terhadap total produksi tanaman
cabe di Provinsi Sumatera Utara.

Naik turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya terhadap
barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat dan
kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan
bahwa kuantitas yang diminta berhubungan negatif (negatively related) dengan
harga (Djojodipuro, 1991). Namun sebaliknya, jika harga suatu barang naik maka
kuantitas yang ditawarkan akan barang tersebut bertambah karena produsen
berharap mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari penjualan akan barang
tersebut, demikian sebaliknya (Hanafie, 2010).

Masalah yang paling krusial dan paling sering dihadapi oleh petani cabai adalah
harga jual cabai yang fluktuatif. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan
Pusat Statistik, harga cabai merah tingkat produsen tertinggi terjadi pada tahun
2013 dengan total harga sebesar Rp 26.161,32/Kg. Sedangkan harga cabai
terendah terjadi di tahun 2006 dengan total harga hanya Rp 11.011,52/Kg.
Kenaikan harga cabai merah drastis terjadi pada tahun 2013 yaitu Rp
26.161,32/Kg bila dibandingkan harga cabai merah tahun 2012 sebesar Rp
19.365,18/Kg. Naik turunnya harga cabai merugikan para petani. Penanaman

cabai yang dilakukan secara massal menghasilkan produksi cabai yang melimpah
saat panen. Hal ini bisa menyebabkan suplai cabai ke pasaran melebihi
permintaan, sehingga harga jual cabai langsung terpuruk. Ketersediaan cabai yang
melimpah dengan harga jual yang murah merugikan para petani. Namun
sebaliknya, harga jual yang murah dapat meningkatkan kuantitas cabai yang
diminta konsumen.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera
Utara, jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012 sebanyak
13.215.401 jiwa sedangkan tahun 2013 sebanyak 13.326.307 jiwa. Sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa pertambahan penduduk biasanya diikuti dengan
perkembangan akan permintaan suatu komoditi karena dalam kondisi tersebut
akan lebih banyak orang yang membutuhkan komoditi tersebut. Jumlah penduduk
di Sumatera Utara bertambah setiap tahunnya sehingga diasumsikan bahwa
kebutuhan akan cabai merah pun meningkat (Sugiarto, 2000).

Hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif.
Bila pendapatan seseorang/masyarakat meningkat maka akan meningkatkan
permintaan terhadap suatu barang. Ini terjadi, bila barang yang dimaksud adalah
barang normal. Apabila jenis barang yang dimaksud adalah barang yang
berkualitas rendah maka dengan adanya kenaikan pendapatan, konsumen justru
akan mengurangi permintaan terhadap barang tersebut (Pracoyo, 2006).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera
Utara, tingkat pendapatan per kapita di Provinsi Sumatera Utara mengalami
kenaikan setiap tahunnya. Itu terlihat pada tahun 2011 sebesar Rp 9.660.525,

tahun 2012 sebesar Rp 10.174.791 dan tahun 2013 sebesar Rp 10.488.190. Sesuai
dengan teori yang ada, kenaikan pendapatan yang ada setiap tahunnya
diasumsikan meningkatkan permintaan akan cabai merah. Walaupun harga cabai
merah naik, tidak menutup kemungkinan bagi orang yang berpenghasilan tinggi
untuk mengonsumsi cabai merah dalam jumlah yang memenuhi sesuai kebutuhan.

Pemupukan bertujuan menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman agar
bisa tumbuh baik dan cepat berbuah. Adapun pemupukan awal yang digunakan
untuk usahatani cabai merah adalah dengan memberikan pupuk kandang. Pupuk
yang diberikan selanjutnya adalah pupuk buatan atau pupuk kimia berupa pupuk
Urea, ZA, dan pupuk SP-36. Dosis yang diberikan tergantung kebutuhan dan
kesuburan tanah (Redaksi AgroMedia, 2011). Berdasarkan data yang diperoleh
dari Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara diketahui bahwa harga pupuk
(Urea, ZA, SP-36) bersubsidi di Provinsi Sumatera Utara relatif meningkat. Harga
pupuk urea, pupuk ZA, dan pupuk SP-36 bersubsidi tertinggi terjadi pada tahun
2013 sebesar Rp 1800/Kg, Rp 1.400/Kg, dan Rp 2.000/Kg. Sedangkan harga
pupuk urea, pupuk ZA, dan pupuk SP-36 terendah terjadi di tahun 2004 dengan
harga sebesar Rp 1.150/Kg, Rp 950/Kg, dan Rp 1.400/Kg. Sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa makin tinggi harga input maka makin kecil jumlah
produksi yang ditawarkan. Itu disebakan karena makin kecil keuntungan yang
diperoleh dari produksi komoditi tersebut.

Luas panen merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat penawaran atau
tingkat produksi suatu barang. Apabila luas suatu areal panen tidak dapat
memenuhi produksi suatu barang, maka barang yang diproduksi pun tidak dapat

memenuhi jumlah permintaan yang diminta oleh masyarakat. Maka luas panen
merupakan salah satu faktor utama dalam memenuhi produksi suatu barang yang
ditawarkan. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, luas panen
cabai di Sumatera Utara tahun 2007-2012 mengalami kenaikan dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 6,81 persen per tahun.

Variabel harga cabai merah, jumlah penduduk, pendapatan per kapita, harga
pupuk (Urea, ZA, SP-36) dan luas panen cabai merah diasumsikan memiliki
pengaruh terhadap permintaan dan penawaran cabai merah. Berdasarkan hal
tersebut, penulis tertarik untuk menyusun skripsi yang berjudul “Analisis
Permintaan Dan Penawaran Cabai Merah Di Provinsi Sumatera Utara”.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, adapun identifikasi masalah
yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1) Berapa besar pengaruh variabel harga cabai merah, jumlah penduduk, dan
pendapatan terhadap permintaan cabai merah di daerah penelitian?
2) Berapa besar pengaruh variabel harga cabai merah, harga pupuk (Urea, ZA,
SP-36) dan luas panen cabai merah terhadap penawaran cabai merah di daerah
penelitian?
3) Bagaimana keseimbangan permintaan dan penawaran cabai merah di daerah
penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, adapun tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk menganalisis berapa besar pengaruh variabel harga cabai merah, jumlah
penduduk, dan pendapatan terhadap permintaan cabai merah di daerah
penelitian.
2) Untuk menganalisis berapa besar pengaruh variabel harga cabai merah, harga
pupuk (Urea, ZA, SP-36) dan luas panen cabai merah terhadap penawaran
cabai merah di daerah penelitian.
3) Untuk menganalisis bagaimana keseimbangan permintaan dan penawaran
cabai merah di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian
1) Sebagai bahan masukan dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan
dalam melakukan penelitian, khususnya penelitian mengenai permintaan dan
penawaran cabai merah.
2) Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi petani cabai merah dalam
memprediksi persediaan dan permintaan konsumen akan cabai merah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka
Permintaan dan penawaran suatu barang dan jasa berkaitan dengan interaksi
antara pembeli dan penjual di pasar yang akan menentukan tingkat harga suatu
barang dan jasa yang berlaku di pasar serta jumlah barang dan jasa tersebut yang
akan diperjualbelikan di pasar. Interaksi tersebut dapat diterangkan dengan
memahami teori permintaan dan teori penawaran (Sugiarto, dkk., 2002).

Teori permintaan diturunkan dari Teori Konsumsi. Konsumen mau “meminta”
(dalam pengertian ekonomi) suatu barang pada harga tertenu karena barang
tersebut dianggap berguna baginya. Makin rendah harga suatu barang maka
konsumen cenderung untuk membelinya dalam jumlah yang lebih besar.
Permintaan (demand) adalah jumlah dari suatu barang yang mau dan dapat dibeli
oleh konsumen pada berbagai kemungkinan harga, dalam jangka waktu tertentu
dengan anggapan hal-hal lain tetap sama (ceteris paribus) (Hanafie, 2010).

Berbagai kemungkinan jumlah barang yang mau dibeli pada berbagai tingkat
harga (tinggi rendahnya harga) dikumpulkan dalam daftar permintaan (demand
schedule). Apabila masing-masing titik kombinasi hubungan antara harga barang
dan jumlah barang yang mau dibeli konsumen dihubungkan maka terbentuklah
kurva permintaan (individual). Hukum permintaan (the law of demand)
menunjukkan bahwa jika harga naik, maka jumlah barang yang diminta turun dan
sebaliknya. Kurva permintaan bergerak turun dari kiri atas ke kanan bawah

7

(menurut kebiasaan internasional, harga diukur pada sumbu tegak Y dan jumlah
diukur pada sumbu horisontal X) (Hanafie, 2010).

Masyarakat yang rasional mestinya dapat menentukan barang dan jasa apa yang
paling perioritas dalam kehidupan sehari-hari. Dengan dukungan pendapatan dan
ketersediaan barang di pasar, masyarakat pasti membeli barang dan jasa yang
mereka butuhkan. Cabai sudah menjadi bagian dari kebutuhan hidup sehari-hari.
Cabai dapat dimanfaatkan untuk banyak keperluan, baik yang berhubungan
dengan kegiatan masak-memasak ataupun keperluan yang lain seperti untuk
bahan ramuan obat tradisional, farmasi, dan minuman. Di pasaran, umumnya
dikenal dua jenis cabai merah, yaitu cabai merah besar dan cabai merah keriting
(Redaksi AgroMedia, 2011). Dalam hal ini Tabel 1. Memperlihatkan kebutuhan
konsumsi cabai merah di Provinsi Sumatera Utara dan Jumlah Penduduk Provinsi
Sumatera Utara tahun 2010-2014 :
Tabel 1. Kebutuhan Konsumsi Cabai Merah Dan Jumlah Penduduk Di
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2014
No.
Tahun
Kebutuhan
Jumlah Penduduk
(Ton)
Sumatera Utara
1.
2009
54.936
13.248.386
2.
2010
53.480
12.982.204
3.
2011
78.932
13.103.596
4.
2012
78.932
13.215.401
5.
2013
83.256
13.326.307
Sumber : Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara
Dari Tabel 1. di atas menunjukkan bahwa kebutuhan cabai merah setiap tahunnya
meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk di Provinsi Sumatera
Utara.

Dalam ilmu ekonomi, penawaran adalah jumlah barang dan atau jasa yang ingin
dan dapat ditawarkan produsen di pasar pada berbagai tingkat harga. Penawaran
mencerminkan hubungan langsung antara harga dan kuantitas output. Kurva
penawaran menggambarkan hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan
dengan harga barang tersebut. Kurva penawaran suatu barang mengikuti
ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam hukum penawaran. Apabila keadaan
lainnya tetap (ceteris paribus), maka jika harga suatu barang naik, jumlah barang
yang ditawarkan akan bertambah karena produsen berusaha menggunakan
kesempatan untuk memperbesar keuntungannya. Sebaliknya, jika harga barang itu
turun, jumlah barang yang ditawarkan akan berkurang karena produsen berusaha
mengurangi kerugiannya (Antriayndarti, 2012).

Kenaikan jumlah penawaran yang dilakukan produsen berhubungan dengan
meningkatnya permintaan konsumen terhadap barang tersebut. Dalam hal ini
mendorong para produsen/pedagang untuk meningkatkan hasil produksinya
sehingga penawaran terus meningkat. Tabel 2. Berikut memperlihatkan
perkembangan luas tanam, luas panen, produktivitas, dan produksi cabai merah di
Sumatera Utara tahun 2009-2013 :
Tabel 2. Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Cabai
Merah Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2013
No. Tahun
Tanam
Panen
Produktivitas
Produksi
(Ha)
(Ha)
(Kw/Ha)
(Ton)
1.
2009
13.055
14.588
85,29
124.422
2.
2010
14.120
16.768
92,26
154.694
3.
2011
15.356
18.345
107,83
197.810
4.
2012
13.694
17.651
111,84
197.409
5.
2013
14.704
17.166
94,34
161.939
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara

Pada Tabel 2. Tampak jelas terlihat bahwa produksi cabai merah setiap tahunnya
mengalami peningkatan. Tetapi pada tahun 2013 produksi cabai merah sedikit
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2012. Produksi cabai
merah tahun 2012 sebesar 197.409, sedangkan produksi cabai merah tahun 2013
sebesar 161.939.

2.2 Penelitian Terdahulu
Dyah Anjarwani Rosoutami (2012) melakukan penelitian yang berjudul
Permintaan Dan Penawaran Serta Fluktuasi Harga Cabai Rawit (Capsicum
Frutescens L.) Di Kabupaten Jember. Penelitian bertujuan untuk memberikan
informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan faktorfaktor yang mempengaruhi penawaran serta menggambarkan grafik permintaan,
penawaran, dan harga untuk mempermudah petani dalam melakukan usahatani
cabai rawit dengan keuntungan maksimum. Penentuan daerah penelitian
dilakukan secara sengaja (Purposive Method) di Kabupaten Jember, dengan
metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, metode korelasional,
dan metode komparatif. Metode pengumpulan data yakni menggunakan data
sekunder, dan metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda
dan analisa cobweb. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan cabai rawit di Kabupaten Jember adalah harga cabai
rawit, jumlah penduduk, dan pendapatan perkapita, (2) Faktor-faktor yang
mempengaruhi penawaraan cabai rawit di Kabupaten Jember adalah harga cabai
rawit waktu t-1, luas area tanam waktu t-1, dan biaya produksi waktu t-1, serta (3)
Permintaan dan penawaran cabai rawit berpengaruh secara signifikan terhadap
fluktuasi harga.

Tria Rosana Dewi (2009) melakukan penelitian yang berjudul Analisis
Permintaan Cabai Merah (Capsicum annuum L) Di Kota Surakarta. Penelitian
bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan cabai
merah dan menganalisis elastisitas permintaan cabai merah Di Kota Surakarta.
Hasil analisis data dengan menggunakan metode regresi linier berganda. Model
ini memiliki nilai R2 sebesar 79,6 % yang berarti bahwa besarnya sumbangan
variabel harga cabai merah besar, harga cabai merah keriting, jumlah penduduk,
dan pendapatan per kapita terhadap variasi permintaan cabai merah besar di Kota
Surakarta sebesar 79,6 %, sedangkan sisanya 20,4 % dipengaruhi oleh variabelvariabel lain diluar variabel yang diteliti.

2.3 Landasan Teori
Dari sudut permintaan secara dominan berarti lebih banyak berbicara masalah
pembeli (konsumen) terhadap produk baik berupa barang maupun jasa. Seberapa
besar permintaan konsumen terhadap produk dapat diketahui dari tingkat harga
dan jumlah produk yang diminta. Permintaan adalah banyaknya jumlah barang
yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat
pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu. Secara periode permintaan dari
seorang individu atau masyarakat terhadap suatu barang ditentukan oleh antara
lain harga barang yang dimaksud, tingkat pendapatan, jumlah penduduk, harga
barang lain atau substitusi, dan lain-lain. Analisis teori permintaan memfokuskan
hubungan antara permintaan dan perubahan harga, sedangkan faktor lainnya
dianggap tetap (ceteris paribus) (Sarnowo dan Sunyoto, 2013).

Berdasarkan teori ini ditetapkan suatu aturan yang berlaku secara teoritis
mengenai permintaan yang disebut hukum permintaan. Hukum permintaan
menyatakan bahwa “jika harga turun, maka jumlah barang yang diminta
cenderung meningkat, sebaliknya jika harga naik, maka jumlah barang yang
diminta cenderung menurun, dengan asumsi faktor-faktor lain di luar harga
konstan”. Andaikata faktor-faktor lain di luar harga mengalami perubahan
katakanlah pendapatan konsumen meningkat, maka hukum permintaan tersebut
tidak akan berlaku (Rasul, dkk., 2013).
P

P1
P2

Q1

Q2

Q
D

Gambar 1. Kurva Permintaan

Kurva permintaan menggambarkan hubungan antara jumlah yang diminta dan
harga, dimana semua variabel lainnya dianggap tetap. Pada Gambar 1. diatas
misalkan harga produk per unit semula sebesar P1 dengan jumlah permintaan
produk sebesar Q1. Ketika harga produk per unit diturunkan menjadi P2, maka
jumlah permintaan produk menjadi sebesar Q2. Perubahan harga dari P1 ke P2
sebesar ∆P, dan perubahan jumlah produk yang diminta dari Q1 Ke Q2 sebesar
∆Q. Perbandingan perubahan harga (∆P) dan perubahan jumlah produk yang

diminta (∆Q) disebut koefisien arah atau gradien (slope) (Sarnowo dan Sunyoto,
2013).

Kurva permintaan akan bergeser ke kanan atau ke kiri, apabila terdapat perubahan
permintaan yang ditimbulkan oleh faktor bukan harga. Sekiranya harga barang
lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan harga lainnya
mengalami perubahan, maka perubahan ini akan menyebabkan kurva permintaan
pindah ke kanan atau ke kiri. Kurva permintaan akan bergeser apabila perubahan
itu ditimbulkan oleh perubahan faktor bukan harga, misalnya perubahan
pendapatan pembeli. Apabila faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan,
kenaikan pendapatan ini akan menaikkan permintaan, yaitu pada setiap tingkat
harga jumlah yang diminta menjadi bertambah banyak. Keadaan seperti ini
digambarkan oleh perpindahan kurva permintaan dari kurva DD menjadi D1D1.
D2

D

D1

Harga
A2

A

A1

P

D1
D
D2
0

Q2

Q

Q1

Gambar 2. Pergeseran Kurva Permintaan

Kuantitas

Titik A menggambarkan bahwa pada harga P, jumlah yang diminta adalah Q
sedangkan titik A1 menggambarkan bahwa pada harga P jumlah yang diminta
adalah Q1. Dapat dilihat bahwa Q1 > Q dan berarti kenaikan pendapatan
menyebabkan pada harga P permintaan bertambah sebesar Q1. Itu menunjukkan
bahwa apabila kurva permintaan bergerak ke sebelah kanan, maka perpindahan itu
menunjukkan pertambahan dalam permintaan. Sebaliknya pergeseran kurva
permintaan ke sebelah kiri, misalnya menjadi D2D2, berarti bahwa permintaan
telah berkurang. Sebagai akibat dari perubahan ini pada harga P, jumlah barang
yang diminta adalah Q2. Keadaan ini ditunjukkan oleh titik A2 (Sukirno, 2009).
Ada beberapa variabel yang mempengaruhi permintaan yaitu :
1. Harga barang itu sendiri
Naik turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya terhadap
barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat dan
kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan
bahwa kuantitas yang diminta berhubungan negatif (negatively related) dengan
harga (Djojodipuro, 1991).

Sesuai dengan hukum permintaan hubungan antara harga barang dan jumlah
barang yang diminta adalah negatif. Bila harga naik maka permintaan turun dan
sebaliknya bila harga turun permintaan akan naik dengan asumsi ceteris paribus.
Dengan demikian perubahan harga terhadap permintaan mempunyai arah yang
berkebalikan (Pracoyo dan Pracoyo, 2006).

2. Jumlah Penduduk
Penduduk walaupun tidak berpendapatan pasti harus memenuhi minimal
kebutuhan atas makanan, minuman dan pakaian. Bertambahnya jumlah bayi dan
anak-anak dapat meningkatkan penjualan susu dan jasa hiburan di tempat
pariwisata. Dengan demikian penduduk berhubungan positif dengan penjualan
produk dan jasa perusahaan (Rasul, dkk., 2013).

Pertambahan penduduk biasanya diikuti dengan perkembangan akan permintaan
suatu komoditi karena dalam kondisi tersebut akan lebih banyak orang yang
membutuhkan komoditi tersebut (Sugiarto, dkk., 2000).

Pertambahan

jumlah

penduduk

tidak

dengan

sendirinya

menyebabkan

pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertambahan jumlah penduduk diikuti
oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak
orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat.
Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan (Sukirno, 2009).

3. Pendapatan
Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau
rendahnya pendapatan masyrakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas
permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada
uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan
lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar
barang. Jika permintaan terhadap sebuah barang berkurang ketika pendapatan
berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal (Setiadi, 2003).

Hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif.
Bila pendapatan seseorang/masyarakat meningkat maka akan meningkatkan
permintaan terhadap suatu barang. Ini terjadi, bila barang yang dimaksud adalah
barang normal. Apabila jenis barang yang dimaksud adalah barang yang
berkualitas rendah maka dengan adanya kenaikan pendapatan, konsumen justru
akan mengurangi permintaan terhadap barang tersebut (Pracoyo, 2006).

Penawaran adalah jumlah barang yang produsen ingin tawarkan (jual) pada suatu
pasar tertentu pada berbagai tingkat harga selama satu periode tertentu. Faktorfaktor yang menentukan tingkat penawaran adalah harga jual barang yang
bersangkutan, serta faktor-faktor lainnya yang dapat disederhanakan sebagai
faktor non harga (Rahardja dan Manurung, 2004).

Apabila beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat penawaran di atas dianggap
tetap selain harga barang itu sendiri (harga barang substitusi tetap, ongkos dan
biaya produksi relatif tidak berubah, tujuan perusahaan tetap pada orientasinya,
teknologi yang digunakan tidak berkembang, dan lainnya dianggap tidak
berubah), maka penawaran hanya ditentukan oleh harga, artinya besar kecilnya
perubahan penawaran dideterminasi/ditentukan oleh besar kecilnya perubahan
harga. Dalam hal ini berlaku perbandingan lurus antara harga terhadap jumlah
barang yang ditawarkan (penawaran). Sebagaimana konsep asli dari penemunya
Alfred Marshall, maka perbandingan lurus antara harga terhadap penawaran itu
disebut sebagai Hukum Penawaran (Putong, 2005).

Dalam hukum penawaran, pada dasarnya menyatakan makin tinggi harga suatu
barang, makin banyak jumlah barang yang ditawarkan oleh pedagang. Sebaliknya,

makin rendah harga barang, makin sedikit jumlah barang tersebut yang
ditawarkan oleh pedagang/produsen, dengan anggapan faktor-faktor lain tidak
berubah (Daniel, 2002).

Adapun bentuk kurva penawaran adalah sebagai berikut :
Px

S

P3
P2
P1

Q1

Q2

Q3

Qx

Gambar 3. Kurva Penawaran

Seperti halnya perubahan permintaan, penawaran juga dapat mengalami
perubahan. Perubahan jumlah yang ditawarkan sebagai akibat perubahan harga
terjadi pada sepanjang kurva penawaran. Gambar 3. memperlihatkan hal tersebut.
Akibat kenaikan harga barang P2 ke P3 menyebabkan jumlah yang ditawarkan
semakin meningkat dari Q2 ke Q3. Jadi, perubahan jumlah yang ditawarkan terjadi
pada sepanjang kurva penawaran (Joesron dan Fathorrozi, 2003).

Seperti halnya dalam analisis mengenai permintaan, dalam analisis mengenai
penawaran perlu dibedakan antara pengertian gerakan sepanjang kurva penawaran
dan pergeseran kurva penawaran. Perubahan harga menimbulkan gerakan

sepanjang kurva penawaran. Sedangkan perubahan faktor-faktor lain di luar harga
menimbulkan pergeseran kurva tersebut.

Harga

S2

P

S

A2

A

S1

A1

B

P1
S2
S
S1
0

Q3

Q1

Q

Q2 Kuantitas

Gambar 4. Pergeseran Kurva Penawaran

Perubahan dalam jumlah yang ditawarkan dapat pula berlaku sebagai akibat dari
pergeseran kurva penawaran. Pergeseran dari SS menjadi S1S1 atau S2S2
menggambarkan perubahan penawaran. Pergeseran kurva penawaran dari SS
menjadi S1S1 menyebabkan jumlah yang ditawarkan bertambah dari Q menjadi Q2
walaupun harga tetap sebesar P. Keadaan ini ditunjukkan oleh titik A1. Pergeseran
SS menjadi S2S2 menggambarkan pengurangan penawaran. Sebagai akibat
daripada pergeseran tersebut, seperti ditunjukkan oleh titik A2, pada harga P
sekarang hanya sebanyak Q3 yang ditawarkan para penjual, berbanding dengan
sebanyak Q sebelum ia bergeser.

Ada beberapa variabel yang mempengaruhi penawaran, yaitu :
1. Harga barang itu sendiri
Jika harga suatu barang naik, maka produsen cenderung akan menambah jumlah
barang yang dihasilkan. Hal ini membawa kita ke hukum penawaran, yang
menjelaskan sifat hubungan antara harga suatu barang dengan jumlah barang
tersebut yang ditawarkan penjual. Hukum penawaran menyatakan “Semakin
tinggi harga suatu barang, ceteris paribus, semakin banyak jumlah barang tersebut
yang ingin ditawarkan oleh penjual, dan sebaliknya”. Dari hukum penawaran
tersebut tampak bahwa perubahan harga terhadap penawaran mempunyai arah
yang sama (Rahardja dan Manurung, 2004).

2. Harga Input Produksi
Input adalah semua barang dan jasa yang dipakai perusahaan untuk menghasilkan
output ialah bahan-bahan (materials), tenaga kerja, mesin-mesin, ceteris paribus,
makin tinggi harga input yang dipakai dalam produksi suatu komoditi, makin
kecil keuntungan yang diperoleh dari produksi komoditi-komoditi tersebut.
Karena itu orang mengira bahwa makin tinggi harga input yang dipakai
perusahaan, makin kecil jumlah yang akan diproduksi perusahaan untuk dijual
pada setiap harga komoditi. Kenaikan dalam harga input akan menggeser kurva
penawaran ke kiri, yang menunjukkan bahwa makin sedikit jumlah yang
ditawarkan pada setiap harga tertentu. Penurunan dalam biaya input akan
menggeser kurva penawaran ke kanan (Kadariah, 1994).

3. Luas Panen
Luas panen merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat penawaran atau
tingkat produksi suatu barang. Apabila luas suatu areal panen tidak dapat
memenuhi produksi suatu barang, maka barang yang diproduksi pun tidak dapat
memenuhi jumlah permintaan yang diminta oleh masyarakat. Maka luas panen
merupakan salah satu faktor utama dalam memenuhi produksi suatu barang yang
ditawarkan.

Model Cobwebb Dalam Analisis Keseimbangan Permintaan Dan Penawaran
Menurut Simatupang (1995), model dinamis memakai waktu sebagai variabel
independen (bebas/berpengaruh). Apabila ingin mempersoalkan waktu yang
berhubungan dengan sesuatu gerakan kearah keseimbangan, maka secara eksplisit
hal tersebut akan memperkenalkan waktu ke dalam sistem yang bersangkutan.
Oleh sebab itu, hal tersebut bekerja dengan sebuah model dinamis (dynamic
model). Dalam analisis dinamis, penawaran tidak hanya ditentukan oleh peubahpeubah ekonomi pada waktu yang sama, melainkan juga ditentukan oleh peubahpeubah pada waktu sebelumnya (Chiang, 2005).

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam model dinamis dapat diturunkan sebagai
fungsi dari waktu. Misalnya, sistem permintaan yang diwakili oleh persamaan
deret waktu y = f(t), dengan berubahnya waktu, permintaan juga akan berubah.
Model dinamis mempunyai dua ciri. Pertama adalah sifatnya yang dinamis, terjadi
perubahan kuantitas dengan berubahnya waktu. Ciri kedua adalah terdapatnya
umpan balik. Model dinamis mendekati permasalahan dengan mengamati proses
umpan balik yang berada dibelakang semua perubahan yang teramati. Apabila

dikaitkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran,
maka dalam model dinamis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran akan
dipengaruhi oleh perubahan waktu, yaitu subskrip waktu digeser satu periode ke
belakang (Simatupang, 1995).

Salah satu model dinamis yang sederhana adalah model Cobweb (teori sarang
laba-laba). Teorema sarang laba-laba (Teori Cobwebb) adalah model dinamis
harga dan penentuan output yang mengasumsikan bahwa pemasok mendasarkan
keputusan output mereka pada harga yang diterima pada periode waktu
sebelumnya. Model Cobweb memiliki fungsi permintaan yang tidak ketinggalan
(unlagged) dan fungsi penawaran yang ketinggalan (lagged) (Chiang, 2005).
Sebagai contoh, dalam Swastika (1999) permintaan secara dinamis dipengaruhi
oleh harga komoditi tahun sekarang, pendapatan perkapita tahun sekarang, jumlah
penduduk tahun sekarang. Penawaran dipengaruhi oleh harga komoditi tahun
sebelumnya, harga input produksi tahun sebelumnya, dan luas areal tahun
sebelumnya.

Analisis keseimbangan cobweb mencoba menjelaskan bagaimana perubahan
kondisi keseimbangan, bila terjadi perubahan harga atau hal-hal yang
mempengaruhi keseimbangan tersebut. Menurut Setiawan (2010), teori cobweb
(sarang laba-laba) terjadi pada produk pertanian karena berfluktuasi pada musim
ke musim, reaksi terlambat (time lag) dari produsen terhadap harga. Teori
Cobweb menjelaskan siklus harga dan produksi yang naik turun dalam jangka
waktu tertentu, yang pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 3 siklus yaitu:

1. Siklus yang mengarah pada fluktuasi yang jaraknya tetap.
P

S

30

20

10

(1)

(4)

(2)

(3)
D

10
20
30
Gambar 5. Teori Cobweb yang Menuju Fluktuasi yang Jaraknya Tetap

Pada gambar 5, harga keseimbangan adalah 20, dan jumlah keseimbangan adalah
juga 20. Tiba-tiba karena suatu sebab, misalnya adanya penyakit, jumlah yang
dipasarkan turun menjadi 10 dan ini mendorong harga naik menjadi Rp 30. Pada
harga ini produsen mulai menambah produksi barangnya, sehingga akan
dihasilkan jumlah barang yang lebih banyak (30) yang sampai kepasar
menyebabkan jatuhnya lagi harga menjadi Rp 20, harga yang jatuh ini mendorong
pengurangan produksi menjadi 20 lagi dan seterusnya siklus berputar lagi.

2. Siklus yang mengarah pada titik keseimbangan
P

S
(1)

30

20

(3)

(2)

15

D
17,5
20

25

Q

10

Gambar 6. Teori Cobweb yang Menuju Titik Keseimbangan

Pada gambar 6, harga keseimbangan adalah sama yakni Rp 20. Namun begitu
setelah periode I harga naik menjadi Rp 30, maka produksi diperbesar tetapi tidak
sebesar pada gambar 5 melainkan hanya 25. Ini menyebabkan harga turun tetapi
juga tidak sebesar gambar 5 melainkan hanya Rp 15. Penurunan ini juga
menyebabkan produsen juga memperkecil produksinya (17,5) lagi dan demikian
seterusnya. Pada kasus ini keseimbangan konvergen atau menuju keseimbangan,
artinya kurva permintaan lebih landai dibandingkan dengan kurva penawaran.

3. Siklus yang mengarah pada eksplosi harga, yaitu yang berfluktuasi dengan
jarak yang makin membesar
P

1

S

30
20

3
2

5
D
8

10

20

34

Q

Gambar 7. Teori Cobweb yang Menuju Eksplosi Harga
Pada gambar 7, kurva penawaran elastis sekali sehingga penambahan produksi
sebagai reaksi atas kenaikan harga relatif besar dan ini menyebabkan siklus menjurus
kearah eksplosi. Pada kasus ini keseimbangan divergen atau menjauhi

keseimbangan, artinya kurva penawaran lebih landai dibandingkan dengan kurva
permintaan.
Ketiga kondisi keseimbangan model cobweb diatas merupakan perilaku dan respon
petani pada umumnya. Serupa dengan kasus/kondisi di atas, perilaku dan reaksi
petani yang ada di Indonesia juga begitu. Jika harga komoditas x naik maka petani
menjadi terlalu optimis dan petani di seluruh desa serentak menanam tanaman x
dengan harapan harga akan terus naik. Namun pada saat panen yang serentak ternyata
harga x jatuh, semua menderita rugi dan tidak ada petani yang menanam tanaman x
musim berikutnya. Dan ini menyebabkan harga tanaman x naik tinggi sekali pada

musim berikutnya karena jumlah yang ditawarkan ke pasar sangat sedikit (Setiawan,
2010).

Keputusan output produsen harus dibuat satu periode lebih awal dari penjualan
aktual. Seperti dalam produksi pertanian, dimana penanaman harus mendahului
dalam waktu yang cukup panjang dari panen dari penjualan hasil. Dalam model
Cobweb diasumsikan bahwa keputusan produksi pada periode t+1 (akan dating)
didasarkan pada harga Pt yang berlaku sekarang. Jadi diperoleh fungsi penawaran
yang “ketinggalan” atau lagged.
Qs,t + 1 = S(Pt)………………………………………………(1)
Atau secara ekuivalen, dengan menggeser kebelakang subskrip waktu dalam satu
periode.
Qst = S(Pt-1)………………………………………………… .(2)
Dalam kajian ini, penawaran cabai merah tahun sekarang (tahun t) dipengaruhi oleh
harga cabai merah tahun sebelumnya, harga input produksi tahun sebelumnya, dan
luas panen cabai merah pada tahun sebelumnya. Sehingga fungsi penawaran (1) dan
(2) berubah menjadi :
Qst+1 = f(Pt,Pu,Pzt,Ps,Lt) atau Qst = f(Pt-1,Put-1,Pzt-1,Pst-1,Lt-1)……...(3)
Seperti halnya penawaran, permintaan dapat ditunjukan dalam bentuk fungsi
matematika yang merupakan fungsi dari berbagai faktor. Dalam kajian ini,
permintaan cabai merah tahun sekarang (tahun t) ditentukan oleh harga cabai merah
tahun sekarang, jumlah penduduk tahun sekarang, dan pendapatan tahun sekarang.
Sehingga fungsi permintaan sebagai berikut.
Qdt = f(Pt, Jt, Yt)……………………………………………………..(4)

Suatu pasar akan mengalami keseimbangan jika jumlah barang yang ditawarkan sama
dengan jumlah barang yang diminta. Keseimbangan dalam analisis penawaran dan
permintaan terjadi jika Qs = Qd

2.4 Kerangka Pemikiran
Permintaan pasar (konsumen) terhadap produk cabai cenderung terus meningkat
dari waktu ke wa