Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Cabai Merah di Provinsi Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Cabai Merah
Dari beragam jenis cabai yang ada di pasaran, pada umumnya tanaman cabai
memiliki tinggi sekitar 50 – 120 cm, tumbuh tegak dengan batang berkayu yang
mempunyai banyak cabang, dan dari setiap cabang akan tumbuh bunga atau
buah. Tanaman ini juga memiliki jenis akar tunggang yang menyebar dan
dangkal dengan akar cabang yang banyak terdapat di permukaan tanah.
Tanaman ini juga memiliki daun yang umumnya berwarna hijau muda sampai
hijau gelap, tergantung varietas dari cabaimya itu sendiri. Bentuk daunnya
lonjong dengan bagian ujung yang meruncing dengan panjang daun 14 – 10 cm
dengan lebar 1,4 – 4 cm. daunnya terdiri dari tangkai, tulangnya yang menyirip,
dan helaian daun. Selain itu, bunga cabai sendiri merupakan bunga lengkap yang
berkelamin dua yang memiliki kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari, dan
putik. Bentuknya seperti terompet yang sama dengan tanaman dari keluarga
Solanaceae lainnya. Cabai memiliki macam – macam buah yang berbeda, baik
dari bentuk maupun ukurannya (Tosin dan Nurma, 2010).
Secara umum buah cabai mempunyai banyak kandungan gizi. Berkat kandungan
ini, buah cabai dapat dimanfaatkan untuk banyak keperluan, baik yang

berhubungan dengan kegiatan masak memasak maupun sebagai bahan ramuan
obat tradisional. Sebagai bahan obat, buah cabai bermanfaat untuk membantu
kerja perencanaan dalam tubuh manusia, mencegah kebutaan, menyembuhkan
sakit tenggorokan, serta bahan campuran industri makanan, obat-obatan, dan

8
Universitas Sumatera Utara

9

peternakan. Selain itu, daunnya terbukti cukup ampuh untuk mengobati luka
(obat luar). Kandungan gizi yang terkandung pada cabai merah dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Cabai Besar Dalam 100 Gram BDD
Komposisi
Cabai Merah
Cabai Merah
Besar Segar
Besar Kering
Kalori/Energi

31
311
Protein
1
15,9
Lemak
0,3
6,2
Karbohidrat
7,3
61,8
Kalsium
29
160
Fosfor
24
370
Serat
0,30
Besi

0,50
2,3
Vitamin A
470
576
Vitamin B-1
0,05
(0,40)
Vitamin B-2
0,03
Vitamin C
18
50
Niacin
0,20
Air
90,0
10
Bagian yang dapat
85

(85)
dimakan – BDD
Keterangan SI: Satuan Internasional
Sumber: Departemen Kesehatan, 1989

Satuan
Kalori
Gram
Gram
Gram
Miligram
Miligram
Gram
Miligram
SI/RE
Miligram
Miligram
Miligram
Miligram
Gram

%

Tabel 2.1 memperlihatkan banyaknya kandungan gizi pada cabai merah. Selain
buahnya, produk olahan cabai juga bermanfaat dalam berbagai hal. Bubuk cabai
yang dicampurkan ke pakan ayam, merangsang ayam untuk rajin bertelur. Bubuk
cabai juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan industri makanan dan minuman
untuk menggantikan fungsi lada yang bisa memancing selera makan bagi yang
mengkonsumsinya. Ekstrasi bubuk cabai sering digunakan dalam pembuatan
minuman ginger beer. Bahkan, kandungan bioflavonoids yang terkandung di
dalam cabai merah dapat menyembuhkan radamg akibat udara dingin dan
penyakit polio (Setiadi, 2015).

Universitas Sumatera Utara

10

2.2 Landasan Teori
2.2.1 Teori Permintaan
Fungsi Permintaan adalah persamaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah
barang yang diminta dengan semua faktor – faktor yang mempengaruhinya.

Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap suatu barang
sangat banyak, diantaranya harga, pendapatan, jumlah penduduk, dan lain-lain.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
1) Harga Barang Itu Sendiri
Sesuai dengan hukum permintaan hubungan antara harga barang dan jumlah
barang yang diminta adalah negatif. Bila harga naik maka permintaan akan turun
dan sebaliknya bila harga turun permintaan akan naik dengan asumsi ceteris
paribus. Dengan demikian perubahan terhadap permintaan mempunyai arah yang
berkebalikan.
2) Harga Barang Lain
Harga barang lain yang mempengaruhi permintaan ada dua yaitu,
a) Harga Barang Pengganti (Subsitusi)
Sesuatu barang dinamakan barang pengganti kepada barang lain apabila ia dapat
menggantikan fungsi barang lain tersebut. Harga barang pengganti dapat
mempengaruhi permintaan barang yang dapat digantikannya. Sekiranya harga
barang pengganti bertambah murah maka barang yang digantikannya akan
mengalami pengurangan dalam permintaan (Sukirno, 2009).
b) Harga Barang Pelengkap (Komplementer)
Apabila sesuatu barang selalu digunakan bersama dengan barang lainnya, maka
barang tersebut dinamakan barang pelengkap kepada barang lain tersebut.


Universitas Sumatera Utara

11

Kenaikan dan penurunan permintaan terhadap barang pelengkap selalu sejalan
dengan perubahan permintaan barang yang digenapinya (Sukirno, 2009).
3) Jumlah Penduduk
Pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan
permintaan. Tetapi biasanya pertambahan penduduk diikuti oleh perkembangan
dalam kesempatan kerja.Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima
pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat. Pertambahan daya
beli ini akan menambah permintaan (Sukirno, 2009)
4) Pendapatan
Tingkat pendapatan dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi tingkat
pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu barang
meningkat (Rahardja dan manurung, 2006).
5) Selera
Selera memiliki hubungan yang positif dengan jumlah barang yang diminta.
Semakin tinggi selera terhadap suatu barang, semakin banyak jumlah barang

yang diminta. Sebagai contoh, bila selera masyarakat akan tas merk tertentu
meningkat maka akan mendorong permintaan terhadap tas tersebut lebih banyak.
6) Iklan
Hubungan iklan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif. Iklan untuk
barang penggaanti akan mempunyai dampak negatif terhadap jumlah barang A
yang dijual, karena menyebabkan konsumen berpindah ke barang pengganti
tersebut. Sebaliknya, untuk barang komplemeter akan mempuyai dampak yang
positif.

Universitas Sumatera Utara

12

7) Ekspetasi / Peramalan
Bila masyarakat memperkirakan harga - harga barang akan semakin naik maka
kenaikan harga justru diikuti oleh kenaikan permintaan. Misalnya saat terjadi
inflasi orang lebih senang memegang barang daripada uang (Pracoyo, 2006).
Bentuk persamaan matematis secara umum dan sederhana untuk menjelasakan
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan komoditas pertanian dalam
penelitian ini sebagai berikut:

D=f (Px, Py,Pz, N, I)
Dimana:
D

= Permintaan komoditas

Px

= Harga barang itu sendiri

Py

= Harga barang subsitusi

Pz

= Harga barang komplementer

N


= Jumlah penduduk

I

= Pendapatan

Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu
barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan
suatu hipotesis yang menyatakan “makin rendah harga suatu barang maka makin
banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi harga
suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut” (Sukirno,
2009).
Hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta (dikonsumsi) dapat
digambarkan dengan kurva permintaan (demand). Permintaan (demand) dapat di
definisikan sebagai jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga.

Universitas Sumatera Utara

13


Hukum permintaan (the law of demand) menunjukkan bahwa jika harga naik,
maka jumlah barang yang diminta turun dan sebaliknya (Antriyandarti, 2012).
P

P
1
P
2

D

D
Q

Q

Q

Gambar 2.1.Demand
Curve
(Kurva3 Pemintaan)
1
2
Pada Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa turunnya harga dari P1 ke P2 memiliki
pengaruh yang tidak sama terhadap jumlah barang yang diminta untuk kurva
permintaan D1 dan D2. Kurva D1 menunjukkan kurva yang lebih curam, jumlah
barang yang diminta bertambah sebanyak Q1Q2, sedangkan kurva permintaan
yang lebih landai yaitu D2 bertambah sebanyak Q1Q3. Jadi dapat disimpulkan
bahwasemakin landai kurva permintaan maka akan semakin besar respon
permintaan terhadap perubahan harga.
Perubahan permintaan terjadi karena dua sebab utama, yaitu perubahan harga dan
perubahan faktor ceteris paribus, misalnya pendapatan, selera, dan sebagainya
(faktor non harga). Perubahan harga menyebabkan perubahan jumlah barang
yang diminta, tetapi perubahan itu hanya terjadi dalam satu kurva yang sama. Ini
yang disebut pergerakan permintaan sepanjang kurva permintaan (movement
along demand curve) (Rahardja dan Manurung, 2006).
2.2.2 Konsep Elastisitas
Elastisitas permintaan menjelaskan seberapa besar persentase perubahan jumlah
barang diminta apabila salah satu faktor tersebut berubah. Apabila terjadi

Universitas Sumatera Utara

14

perubahan harga dengan persentase sangat kecil, tetapi menimbulkan perubahan
yang sangat besar terhadap jumlah barang yang diminta maka dapat dikatakan
bahwa barang tersebut sangat responsif terhadap perubahan harga.
Apabila yang berubah adalah harga barang itu sendiri maka yang kita cari
besarnya elastisitas harga. Perubahan harga barang lain yang mempunyai
hubungan, baik barang substitusi maupun komplementer akan menentukan
besarnya elastisitas silang, sedangkan elastisitas pendapatan akan mengukur
perubahan pendapatan dan pengaruhnya terhadap jumlah barang yang diminta
(Pracoyo, 2006).
Menurut Rahardja dan Manurung (2006), elastisitas yang dikaitkan dengan harga
barang itu sendiri disebut elastisitas harga (price elasticity demand). Sedangkan
elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang lain disebut elastisitas silang
(cross elasticity), dan bila dikaitkan dengan pendapatan disebut elastisitas
pendapatan (income elasticity).
1) Elastisitas Harga (Price Elasticity)
Elastisitas harga adalah persentase perubahan jumlah yang diminta yang
disebabkan oleh perubahan harga barang tersebut dengan 1 persen secara aljabar
elastisitas harga dari permintaan biasanya mempunyai tanda negatif, yaitu
kenaikan harga sebesar satu persen akan diikuti penurunan permintaan sebesar x
persen. Tetapi dalam definisi disini tanda tersebut diabaikan. Jadi Eh = 1
sebenarmya elastisitas harga = - 1 (Boediono, 2014).
Kurva Permintaan yang berslope negatif menunjukkan bahwa jumlah yang
diminta berhubungan terbalik dengan tingkat harga (price elasticity of demand)
mengukur perbandingan antara persentase perubahan jumlah barang yang

Universitas Sumatera Utara

15

diminta dan persentase perubahan harga atau perbandingan perubahan relatif
antara jumlah yang diminta dan harga. Dengan kata lain elastisitas harga
merupakan proporsi perubahan jumlah barang yang diminta dibagi proporsi
perubahan barang itu sendiri (Antriyandarti, 2012).
e=

% perubahan jumlah barang yang diminta
% perubahan harga

Berikut adalah jenis – jenis elastisitas,
Bila Eh > 1 adalah permintaan elastis.
Bila Eh < 1 adalah permintaan inelastis.
Bila Eh = 1 adalah elastisitas tunggal (unitary elasticity).
Bila Eh = 0 adalah inelastisitas sempurna.
Bila Eh ~ adalah elastisitas sempurna.
Karena elastisitas ini merupakan rasio dari dua ukuran maka dengan persentase
perubahan harga tertentu elastisitas akan besar atau kecil tergantung pada besar
kecilnya persentase perubahan jumlah barang yang diminta. Makin besar e berarti
permintaan makin elastis dan sebaliknya tidak atau kurang elastis bila e kecil.
Biasanya orang mengatakan permintaan elastis bila e lebih besar dari satu dan
tidak elastis bila kurang dari satu. Namun begitu harus selalu diingat bahwa
konsep ini selalu dipakai dalam pengertian relatif. Dalam menuliskan angka
elastisitas ini sering kita lihat tanda negatif dimukanya. Ini menunjukkan harga
naik diikuti oleh penurunan jumlah yang diminta dan sebaliknya harga turun
dengan kenaikan jumlah yang diminta.
Menurut Pracoyo (2006), Pengukuran angka elastisitas dalam praktek dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a) Elastisitas Titik (Point Elasticity).

Universitas Sumatera Utara

16

�� =

∆�/�
∆�
� (�2 − �1)
�1
=
× =
×
∆�/�
∆�
� (�2 − �1)
�1

Rumus diatas dianggap mempunyai kelemahan karena menyebabkan makna
ganda (ambiguitas). Makna ganda ini muncul karena ada perubahan harga yang
cukup tajam, sehingga berdampak besar terhadap perubahan jumlah barang yang
diminta. Maka digunakanlah suatu rumus baru yang dianggap lebih baik dari
sebelumnya. Cara yang digunakan untuk memperbaiki rumus diatas adalah
dengan menggunakan nilai rata – rata. Rumus ini dikenal dengan istilah
elastisitas busur (arc elasticity).
b) Elastisitas Busur (Arc Elasticity).
Berikut rumus untuk menghitungnya,
∆�
�� =
=
∆�

2) Elastisitas Silang (Cross Elasticity)

1
2
1
2

(�1 + �2)

(�1 + �2)

Dalam kehidupan nyata suatu barang konsumsi biasanya tidak berdiri sendiri,
tetapi mempunyai hubungan yang erat dengan barang yang lain dalam fungsinya
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Misalnya beras dan jagung, keduanya
merupakan bahan makanan yang dapat dipertukarkan. Juga beras dan gandum,
gula pasir dan gula merah. Karena sifatnya yang dapat dipertukarkan ini maka
harga-harganya masing-masing juga berhubungan erat. Dalam keadaan yang
demikian maka perubahan harga barang yang satu tidak saja mempengaruhi
jumkah yang diminta atas barang itu, tetapi juga mempengaruhi jumlah yang
diminta atas barang lainnya.

Es =

persentase perubahan permintaan akan barang X
persentase perubahan harga barang Y

Universitas Sumatera Utara

17

Bila “hubungan” antara X dan Y adalah subsitusi (yaitu saling bisa mengganti),
biasanya Es adalah positif. Kenaikan harga barang Y berakibat berkurangnya
permintaan akan barang Y dan bertambahnya (karena proses subsitusi Y dengan
X) permintaan barang X. Bila hubungan antara X dan Y adalah komplementer,
biasanya Es adalah negatif (Boediono, 2014).
3) Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity)
Menurut Gilarso (2006), peka tidaknya jumlah yang diminta dari barang tertentu
(Qd) terhadap perubahan dalam tingkat pendapatan konsumen (Y) diukur dengan
elastisitas pendapatan (income elasticityof demand) yang rumusnya adalah
sebagai berikut :
EP =

persentase perubahan permintaan akan barang X
persentase perubahan pendapatan konsumen

Bila pendapatan konsumen naik, maka mereka dapat membeli lebih banyak dari
segala macam barang dan jasa sehingga jumlah yang diminta dari suatu barang
tertentu akan ikut naik dengan naiknya pendapata, dan koefisien elastisitas
pendapatan positif. Tetapi ada juga barang yang permintaannya justri berkurang
dengan naiknya pendapatan konsumen. Hal ini terjadi dengan barang inferior.
Misalnya, jagung diganti nasi kalau tingkat penghasilan konsumen naik. Bila ini
terjadi, maka elastisitas pendapatan negatif.
Adanya perubahan dalam tingkat penghasilan konsumen
∆Y), (maka Qd
bertambah biarpun P tetap. Dalam hal ini ada perubahan permintaan, dan kurva D
semula akan bergeser. Rumus elastisitas pendapatan mengukur berapa persen (%)
perubahan Qd akibat adanya perubahan Y itu (ceteris paribus).

Universitas Sumatera Utara

18

Elastisitas pendapatan tergolong pengertian yang penting untuk Indonesia. Usaha
pembangunan nasional yang berhasil akan menyebabkan pendapatan masyarakat
meningkat, akibatnya permintaan masyarakat akan segala macam barang dan jasa
akan meningkat pula. Tapi peningkatan itu tidak sama untuk segala macam
barang. Permintaan akan barang kebutuhan pokok tidak akan terlalu menyolok
kenaikannya. Koefisien elastisitas pendapatan untuk barang kebutuhan pokok
memang positif, tetapi agak rendah. Lain hal nya dengan permintaan akan barang
mewah dan barang/jasa yang sifatnya lebih social yang meningkat dengan lebih
cepat. Koefisien elastisitas pendapatan untuk barang/jasa seperti itu positif dan
agak tinggi. Jelas hal ini berpengaruh juga terhadap struktur produksi nasional
dan laju perkembangannya.
2.3 Penelitian Terdahulu
1) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Weiny Balqis Ketura (1996)
dengan

judul

“Analisis

Permintaan

Cabai

di

Indonesia”.

Dengan

menggunakan metode analisis yaitu metode deskriptif dan kuantitatif.Data
diolah dengan paket program ekonometrik SHAZAM. Hasil penelitian ini
permintaan cabai sebagai konsumsi langsung rumah tangga terutama
dipengaruhi oleh selera, selain itu juga dipengaruhi oleh harga cabai, tingkat
pendapatan, harga beras, harga cabai botol, dan jumlah penduduk.
2) Berdasarkan penelitian yang dilakukan Habrianto Manda (2006) dengan judul
skripsi “Analisis Permintaan Cabai (Capsicuum spp) oleh Restoran Padang di
Kota Bogor”. Metode yang digunakan dalam metode penentuan data adalah
metode area cluster sampling dan analisis data menggunakan analisis
deskriptif,

analisis

regresi

linier

berganda,

dan

analisis

respon

Universitas Sumatera Utara

19

(elastisitas).Hasil menunjukkan bahwa faktor – faktor yang secara nyata
mempengaruhi permintaan cabai merah adalah harga, omzet penjualan,
proporsi belanja cabai terhadap total belanja, dan jumlah masakan. Faktor –
faktor yang secara nyata mempengaruhi permintaan cabai hijau adalah harga,
omzet penjualan, dan proporsi belanja cabai terhadap total belanja. Faktor –
faktor yang secara nyata mempengaruhi permintaan cabai rawit adalah
proporsi belanja cabai terhadap total belanja dan jumlah masakan. Nilai
elastisitas harga dari permintaan cabai merah, cabai hijau, dan cabai rawit
berturut – turut yaitu sebesar -0,47, -0,84, dan -0,27.
3) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tria Rosana Dewi (2009) dengan
judul “Analisis Permintaan Cabai Merah di Kota Surakarta” bertujuan untuk
mengetahui faktor – faktor apa saja yang sebenarmya mempengaruhi
permintaan cabai merah di Kota Surakarta. Metode yang digunakan adalah
metode deskriptif analitis dan diperoleh dengan menggunakan data sekunder
yang berupa data time series selama 15 tahun (tahun 1993 – 2007) serta
dianalisis dengan menggunakan metode regresi linier berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi
permintaan cabai di Kota Surakarta yaitu faktor ekonomi maupun faktor
sosial. Faktor ekonomi yang mempengaruhinya yaitu harga (harga barang itu
sendiri maupun harga barang pengganti dan penggenapnya). Faktor sosial
yaitu jumlah penduduk di daerah penelitian.
4) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Iman Haromain (2009) dengan
skripsi berjudul “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging
Sapi di Indonesia”. Penelitian menggunakan data sekunder berbentuk data

Universitas Sumatera Utara

20

time series. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini berupa
metode deskriptif dan kuantitatif untuk menganalisis faktor – faktor yang
mempengaruhi permintaan daging sapi. Faktor – faktor yang mempengaruhi
permintaan daging sapi di Indonesia antara lain konsumsi daging sapi,
produksi daging sapi, jumlah penduduk, harga daging sapi, harga daging
ayam, dan tingkat pendapatan. Berdasarkan hasil analisis linier berganda yang
berpengaruh digunakan untuk menganalisa tingkat hubungan antara faktor –
faktor dengan permintaan daging sapi koefisien berganda dengan nilai
koefisien korelasi sebesar 0,976. Hasil uji F menunjukkan keenam variabel
berpengaruh secara nyata terhadap permintaan daging sapi.
5) Pada penelitian yang dilakukan oleh Aisyah Arfani (2013) yang berjudul
“Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Sikap Konsumen dalam Mengkonsumsi
Cabai Merah (Studi Kasus: Pasar Brayan, Pasar Denai, Pasar Petisah, Pasar
Marelan di Kota Medan)”. Dengan tujuan untuk mengetahui sikap konsumen
terhadap konsumsi cabai merah; mengetahui pengaruh harga, pendapatan dan
jumlah tanggungan terhadap konsumsi cabai merah; dan perkembangan harga
dan permintaan konsumen terhadap cabai merah di Kota Medan. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi
linier berganda. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret s/d April tahun 2013. Hasil
penelitian menunjukkan nilai determinasi (R2) sebesar 0,607. Hal ini berarti
60,7% variasi yang terjadi pada variabel harga, pendapatan dan, jumlah
tanggungan dapat menjelaskan jumlah konsumsi cabai merah, sedangkan
39,9% lagi dipengaruhi oleh variabel lain. Secara serempak menunjukkan

Universitas Sumatera Utara

21

bahwa dari keseluruhan variabel bebas memberikan pengaruh yang nyata
terhadap jumlah konsumsi cabai merah. Secara parsial hanya variabel
pendapatan berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi cabai merah.
6) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Trisni Noviasari (2014) dengan
judul “Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Cabai Merah di
Kecamatan Coblong Kota Bandung“. Dengan variabel penelitan yaitu harga
cabai merah, jumlah anggota keluarga, frekuensi pembelian, pendapatan
rumah tangga, dummy suku, dummy preferensi terhadap pedas, dan dummy
tempat pembelian. Analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif menggunakan Microsoft Excel dan software SPSS 16 for
windows. Hasil penelitian ini yaitu hanya harga cabai merah dan jumlah
anggota keluarga yang signifikan pada tingkat kepercayaan 99%. Respon
permintaan terhadap perubahan harga bersifat elastis.
7) Pada penelitian yang dilakukan oleh Nia Novalita Purba (2014) dengan judul
“Analisis Permintaan Bawang Merah (Allium Ascalonicum L) di Kota Medan
Provinsi Sumatera Utara”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
permintaan bawang merah di daerah penelitian, menganalisis faktor
pendapatan,

menganalisis

faktor

harga,

menganalisis

faktor

jumlah

tanggungan yang mempengaruhi permintaan bawang merah dan menganalisis
elastisitas permintaan bawang merah di daerah penelitian.Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa permintaan bawang merah di Kota Medan dipengaruhi
oleh pendapatan, harga bawang merah dan jumlah tanggungan keluarga
penduduk (rumah tangga). Berdasarkan hasil pengujian (uji beta) yang
dilakukan, faktor yang paling dominan terbesar mempengaruhi permintaan

Universitas Sumatera Utara

22

bawang merah adalah pendapatan dan yang paling dominan terendah
mempengaruhi adalah jumlah tanggungan. Pengaruh perubahan pendapatan
terhadap permintaan bawang merah sebesar 1,76 satuan yang berarti bersifat
elastis. Artinya perubahan pendapatan sebesar 1% akan memberi pengaruh
jumlah yang diminta lebih besar dari 1%. Pengaruh perubahan harga terhadap
permintaan bawang merah sebesar sebesar 0,58 satuan yang berarti bersifat
inelastis. Artinya dimana perubahan harga sebesar 1% akan

memberi

pengaruh jumlah yang diminta lebih kecil dari 1%. Pengaruh perubahan
jumlah tanggungan terhadap permintaan bawang merah sebesar 1,19 satuan
yang berarti bersifat elastis. Artinya perubahan jumlah tanggungan sebesar 1%
akan memberi pengaruh jumlah yang diminta lebih kecil dari 1%.
8) Pada penelitian yang dilakukan oleh Chairia (2015) dengan judul “Analisis
Permintaan dan Penawaran Cabai Merah di Provinsi Sumatera Utara”
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis berapa besar pengaruh variabel
harga cabai merah, jumlah penduduk dan pendapatan terhadap permintaan
cabai merah di Provinsi Sumatera Utara, untuk menganalisis berapa besar
pengaruh variabel harga cabai merah, harga pupuk (Urea, ZA, SP-36) dan luas
panen cabai merah terhadap penawaran cabai merah di Provinsi Sumatera
Utara, dan untuk menganalisis bagaimana keseimbangan permintaan dan
penawaran cabai merah di Provinsi Sumatera Utara. Metode penelitian yang
digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan alat bantu SPSS.
Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series tahunan
selama 10 tahun yaitu periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2013. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa secara serempak harga cabai merah tingkat

Universitas Sumatera Utara

23

konsumen, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita berpengaruh nyata
terhadap permintaan cabai merah di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan
hasil koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel bebas (harga
cabai merah, jumlah penduduk dan pendapatan) mampu menjelaskan variabel
terikat (permintaan cabai merah) sebesar 87,9% sementara 12,1% lagi
dipengaruhi oleh variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model.
9) Penelitian yang dilakukan Kartika Putri Satriana (2015) dengan judul
penelitian ”Analisis Permintaan Cabai Merah Besar Usaha Restoran di
Jakarta Selatan”. Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan cabai merah
besar usaha restoran di Jakarta Selatan dianalisis dengan analisis explanatory
dengan menggunakan model regresi linier berganda dan diestimasi dengan
metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel yang berpengaruh nyata pasa taraf � = 20% terhadap permintaan
cabai merah besar usaha Restoran Padang di Jakarta Selatan adalah variabel

harga jual rata – rata masakan, harga minyak goreng, dan harga rata – rata
penerimaan restoran, namun hanya variabel harga minyak goreng yang
bersifat elastis yaitu sebesar 2,982. Variabel yang berpengaruh nyata pada
taraf � = 20 % terhadap permintaan cabai merah besar usaha Restoran Sunda
di Jakarta Selatan adalah variabel harga gula dan rata – rata penerimaan

restoran, namun hanya variabel harga minyak gula yang bersifat elastis yaitu
sebesar 3,651. variabel yang berpengaruh nyata pada taraf � = 20 % terhadap
permintaan cabai merah besar usaha Restoran Ayam di Jakarta Selatan adalah
variabel harga cabai merah besar dan rata – rata penerimaan restoran, namun

Universitas Sumatera Utara

24

hanya variabel harga cabai merah besar yang bersifat elastis yaitu sebesar
2.,25.
10) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tria Rosana Dewi dan Libria
Widiastuti (2016) dengan penelitian “Analisis Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi Permintaan Beras di Kota Surakarta”. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data time series tahunan dengan rentang waktu
selama 14 tahun (tahun 2000 - 2013). Ada 5 variabel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu harga beras, harga jagung, harga telur, pendapatan
perkapita dan jumlah penduduk. Variabel tersebut diduga sebagai faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan beras di Kota Surakarta. Hasil
analisis menunjukkan bahwa model statis demand system, sesuai atau tepat
untuk digunakan sebagai model persamaan penduga dari permintaan beras di
Kota Surakarta. Keadaan ini terbukti dari uji F yang dihasilkan nyata pada
taraf kepercayaan 99%, sedangkan dilihat dari nilai R2 (koefisien
determinasi) memberikan nilai sebesar 95,8%. Dari hasil analisis, elastisitas
harga mempunyai tanda negatif. Hal ini berarti antara harga beras dengan
permintaan beras memiliki hubungan yang berlawanan. Nilai elastisitas
harga pada model dinamik adalah -0,534. Elastisitas silang jagung adalah
1,25. Nilai elastisitas telur adalah -0,330. Nilai elastisitas silang pada jagung
bertanda positif, hal ini berarti jagung merupakan subtitusi dari beras.
Sedangkan nilai elastisitas silang pada telur bertanda negatif, hal ini berarti
telur merupakan komplementer dari beras. Elastisitas pendapatan bertanda
positif, nilai elastisitas pendapatan adalah 0,684.

Universitas Sumatera Utara

25

11) Pada penelitian yang dilakukan oleh Nathania Palar, Paulus A. Pangemanan,
dan Ellen G. Tangkere (2016) dengan judul penelitian “Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi Harga Cabai Rawit di Kota Manado”. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga cabai
rawit di Kota Manado Sulawesi Utara. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2016 hingga bulan
Maret 2016, data yang digunakan adalah data sekunder dari Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Manado, data perubahan harga dari
bulan Januari 2015 hingga bulan Desember 2015, dan data primer dari
pedagang-pedagang cabai rawit, cabai keriting, dan tomat lewat penyebaran
kuesioner dan wawancara. Teknik analisis menggunakan analisis regresi
linear berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa permintaan terhadap
cabai berpengaruh terhadap harga cabai, karena ketika permintaan meningkat
maka harga juga meningkat begitupun sebaliknya. Harga barang substitusi
juga mempengaruhi ketika terjadi penurunan atau kenaikan terhadap barang
substitusi maka harga cabai rawit juga mengalami hal yang sama. Harga
barang

pelengkap

juga

mempengaruhi

harga

cabai

rawit.

Selera

mempengaruhi harga cabai rawit karena selera masyarakat Kota Manado
yang pada dasarnya memang penyuka makanan pedas sehingga meskipun
harga cabai meningkat tetapi yang membeli tetap banyak.
12) Berdasarkan penelitian yang dilakukan Syafarisca Rahma Hadi (2017)
dengan judul skripsi “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Permintaan Cabai Merah Pada Rumah Tangga di Kota Semarang”. Metode
yang digunakan adalah metode survey dengan jumlah responden sebesar 100

Universitas Sumatera Utara

26

orang.Hasil menunjukkan bahwa faktor harga cabai merah keriting, harga
cabai rawit hijau, harga bawang merah, harga tomat, pendapatan konsumen
rumah tangga, jumlah anggota keluarga, dan selera secara serempak
berpengaruh sangat signifikan terhadap permintaan cabai merah di Kota
Semarang. Secara parsial variabel harga cabai merah keriting, harga cabai
rawit hijau, jumlah pendapatan konsumen rumah tangga, dan jumlah anggota
keluarga signifikan terhadap permintaan cabai merah keriting, sedangkan
variablel yang lain tidak berpengaruh secara signifikan. Elastisitas harga
cabai merah = -0,661 (inelastis). Elastisitas silang harga cabai rawit = 2,955
(elastis). Elastisitas pendapatan = 0,2883 (inelastis).
Penelitian – penelitian terdahulu di atas menjelaskan mengenai permintaan cabai
merah dan komoditi lain yaitu daging, beras dan bawang merah. Namun dalam
penelitian ini hanya meneliti satu komoditi yaitu, cabai merah. Beberapa
penelitian terdahulu menspesifikasikan cabai merah kedalam dua jenis yaitu
cabai merah besar dan cabai merah keriting namun dalam penelitian ini fokus
pada cabai merah yang artinya kedua jenis cabai merah tersebut sudah termasuk
di dalamnya.

Tujuan dari penelitian ini hampir sama dengan penelitian –

penelitian terdahulu yaitu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan cabai merah dan menganalisis elastisitas permintaan cabai merah.
Variabel yang digunakan pada penelitian kali ini juga memiliki perbedaan yaitu
dengan memasukkan variabel harga cabai rawit yang tidak terdapat pada
penelitian sebelumnya. Metode yang digunakan yaitu analisis regresi linier
berganda dan uji elastisitas.

Universitas Sumatera Utara

27

2.4 Kerangka Pemikiran
Permintaan pasar atau konsumen terhadap produk cabai merah cenderung terus
meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk
yang diikuti oleh meningkatnya rata – rata konsumsi. Naik turunnya harga cabai
merah akan mempengaruhi banyak atau sedikitnya permintaan terhadap cabai
merah. Jumlah barang yang dimintaakan menurun ketika harganya meningkat
dan jumlah barang yang diminta akan meningkat ketika harganya menurun.
Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah barang yang diminta dengan harga
memiliki hubungan yang negatif. Harga barang pengganti yang lebih murah atau
menurunakan mengakibatkan harga barang yang digantikannya mengalami
penurunan pada permintaan. Permintaan barang yang digantikan dengan harga
barang pengganti memiliki hubungan yang positif. Meningkatnya harga barang
pelengkap dapat menurunkan kecenderungan permintaan akan suatu barang.
Peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan per kapita juga akan
meningkatkan kebutuhan cabai. Pertambahan penduduk biasanya diikuti dengan
perkembangan akan permintaan suatu komoditi. Dengan bertambahnya jumlah
penduduk maka bertambah pula kebutuhan akan komoditi tersebut. Hubungan
antara pertambahan penduduk dengan jumlah banrang yang diminta adalah
positif. Begitu juga dengan pendapatan.Hubungan antara pendapatan dengan
jumlah barang yang diminta adalah positif. Bila pendapatan masyarakat
meningkat maka akan meningkatkan permintaan terhadap suatu barang.
Permintaan cabai merah besar dipengaruhi oleh harga cabai merah, harga cabai
rawit, dan jumlah penduduk. Variabel-variabel ini akan diteliti seberapa besar
mempengaruhi

permintaan

cabai

merah.

Elastisitas

permintaan

adalah

Universitas Sumatera Utara

28

perhitungan secara kuantitatif tentang seberapa responsifnya permintaan terhadap
perubahan suatu barang yaitu, seberapa besar pengaruh perubahan harga terhadap
perubahan permintaan
Kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.2
berikut:
Permintaan Cabai Merah

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Cabai Merah
Harga Cabai Merah. Harga Cabai Rawit, Jumlah Penduduk, dan
Pendapatan

Analisis Permintaan Cabai Merah

Elastisitas

: menyatakan pengaruh

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran

2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran di atas maka dapat disusun hipotesis
penelitian sebagai berikut:
1) a)

Harga cabai merah berpengaruh negatif terhadap permintaancabai merah
di Provinsi Sumatera Utara.

b) Harga cabai rawit berpengaruh positif terhadap permintaan cabai merah di
Provinsi Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

29

c) Jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap permintaan cabai merah di
Provinsi Sumatera Utara.
d) Pendapatan berpengaruh positif terhadap permintaan cabai merah di
Provinsi Sumatera Utara.
2) a)

Elastisitas permintaan cabai merah terhadap harga cabai merah atas
permintaan cabai merah mempunyai elastisitas harga negatif.

b) Elastisitas permintaan cabai merah terhadap harga cabai rawit mempunyai
elastisitas silang positif.
c) Elastisitas permintaan cabai merah terhadap pendapatan mempunyai
elastisitas pendapatan positif.
.

Universitas Sumatera Utara