Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Cabai Merah di Provinsi Sumatera Utara

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tanaman cabai yang memiliki nama ilmiah Capsicum annuumL. ini berasal dari
kawasan Amerika Selatan dan Tengah. Tanaman cabai yang dicakup disini
adalah cabai merah dan cabai rawit. Tanaman ini dapat diperbanyak dengan biji.
Komoditas cabai digunakan di hampir semua jenis masakan karena merupakan
bumbu masak utama yang umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar. Cabai
merupakan komoditas yang banyak digunakan sehingga memiliki nilai ekonomis
yang tinggi dan banyak diusahakan petani di Sumatera Utara. Selain itu, tanaman
ini merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah maupun di
dataran tinggi, sehingga dapat ditemukan di seluruh kabupaten/kota di Sumatera
Utara kecuali Kota Sibolga (Badan Pusat Statistik, 2015).
Cabai termasuk salah satu komoditas penting rakyat Indonesia. Biasanya paling
banyak digunakan dalam bentuk segar maupun olahan untuk konsumsi rumah
tangga, industri pengolahan makanan. Selain itu cabai merah dimanfaatkan untuk
pembuatan obat-obatan, kosmetik, dan lain - lain. Cabai merah memiliki banyak
manfaat. Cabai merah mempunyai luas areal penanaman paling besar diantara
komoditas sayur-sayuran, sehingga permintaan terhadap


komoditas ini

cenderung besar. Banyaknya produksi tanaman cabai merah selalu dibarengi juga
dengan banyaknya permintaan akan cabai merah. Oleh sebab itulah, pergerakan
harga cabai sangat disoroti, apalagi seperti saat menjelang perayaan hari raya
yang biasanya kenaikan permintaannya bisa tiga sampai empat kali lebih besar
dibanding hari biasa (Hapsari, 2011).

1
Universitas Sumatera Utara

2

Cabai menjadi bahan baku penting bagi industri pangan. Cabai juga bermanfaat
sebagai bahan baku produk kesehatan dan memiliki peluang ekspor yang tinggi.
Tentunya kondisi ini dapat meningkatkan pendapatan petani Indonesia. Tidak
heran jika cabai menjadi komoditas hortikultura dengan nilai ekonomis tinggi.
Sayangnya, permintaan yang stabil tidak dibarengi dengan pasokan cabai yang
stabil. Produksi dan sentra penanaman cabai belum mampu memenuhi
permintaan untuk skala nasional.

Permintaan adalah hubungan yang terbalik antara harga dan jumlah yang diminta.
Perubahan harga akan menggeser titik permintaan (dalam sebuah kurva
permintaan) sepanjang kurva tersebut. Pada kenyataannya, antara perubahan
harga dan jumlah yang diminta dapat berubah tanpa disertai perubahan harga.
Atau mungkin juga perubahan harga tidak diikuti oleh jumlah yang mau dibeli.
Selain harga cabai merah itu sendiri, terdapat beberapa faktor lain yang
mempengaruhi permintan cabai merah. Ada banyak faktor yang dapat membuat
sebuah kurva permintaan bergeser dari disebut faktor nonharga yang terdiri dari
jumlah pembeli, besarnya pengahasilan, harga barang lain, pengaruh musim,
selera dan harapan tentang masa depan.
Permintaan suatu komoditi pertanian adalah banyaknya komoditi pertanian yang
dibutuhkan dan dibeli dan juga dikonsumsi oleh konsumen. Oleh karena itu,
besar kecilnya permintaan komoditi pertanian umumnya dipengaruhi oleh harga
komoditi itu sendiri, harga barang lain (harga subsitusi atau harga
komplementer), selera, dan keinginan, serta jumlah konsumen dan pendapatan
konsumen yang bersangkutan (Hanafie, 2010).

Universitas Sumatera Utara

3


Tabel 1.1 Harga Cabai Merah di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006 2015
Tahun

Harga Cabai Merah (Rp/Kg)

2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Total
Rataan

10.612

14.684
18.992
17.287
19.431
18.982
19.902
26.159
27.868
27.777
201.694
20.169

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, 2017

Tabel 1.1 memperlihatkan rata-rata harga cabai merah pada tahun 2006 – 2015
adalah sebesar Rp 20.169. Rata – rata harga cabai merah pada tahun 2014 adalah
sejumlah Rp 27.868/Kg. Rata - rata harga pada tahun 2014 menjadi yang paling
tinggi jika dibandingkan dengan harga pada tahun sebelum dan sesudahnya. Jauh
berbeda jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2012 dengan
total harga rata-rata sejumlah Rp 19.902/Kg. Harga cabai yang fluktuatif selalu

menjadi masalah yang sering dihadapi oleh produsen maupun konsumen.
Harga cabai merah yang fluktuatif dapat merugikan petani maupun konsumen.
Penanaman cabai yang banyak pada satu waktu yang bersamaan dapat
menyebabkan terlalu banyaknya produksi cabai merah. Hal ini menyebabkan
penawaran cabai merah di pasar melebihi permintaan yang menyebabkan harga
cabai merah turun sehingga ini merugikan petani. Sebaliknya ketersediaan cabai
yang lebih sedikit dibanding permintaan masyarakat menyebabkan harga naik,
hal ini menyebabkan kerugian bagi konsumen karena harus membayar lebih
mahal.

Universitas Sumatera Utara

4

Seiring dengan bertambahnya populasi penduduk Indonesia, konsumsi cabai juga
terus meningkat. Hingga saat ini, keberadaan cabai belum dapat disubsitusi
dengan komoditas hortikultura lainnya. Semakin bervariasi jenis makanan yang
menggunakan cabai, kebutuhan cabai per hari akan terus meningkat. Sejumlah
besar pemasok yang ada saat ini belum dapat memenuhi kebutuhan pasar.
Buktinya, harga masih sangat mudah terombang – ambing. Saat pasokan

seimbang dengan permintaan, harga cabai relatif stabil. Namun, saat pasokan
berkurang, harga cabai melonjak tinggi (Tim Penulis Agriflo, 2012).
Tabel 1.2Jumlah Penduduk di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2006 – 2015

Tahun

Jumlah Penduduk (Jiwa)

2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Rataan


12.643.494
12.834.371
13.042.317
13.248.386
12.982.204
13.103.596
13.215.401
13.326.307
13.766.851
13.937.797
13.210.072

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2017

Tabel 1.2 memperlihatkan jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara terus
mengalami peningkatan, namun pada tahun 2010 mengalami penurunan. Sampai
pada tahun 2015 dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu sebanyak 13.937.797
jiwa. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pertambahan penduduk
biasanya diikuti dengan perkembangan akan permintaan suatu komoditi karena
dalam kondisi tersebut akan lebih banyak orang yang membutuhkan komoditi

tersebut. Jumlah penduduk di Sumatera Utara bertambah setiap tahunnya

Universitas Sumatera Utara

5

sehingga diasumsikan bahwa kebutuhan akan cabai merah pun meningkat
(Sugiarto, 2000).
Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan industri
pengolahan yang berbahan baku cabai merah, maka diperkirakan laju permintaan
komoditas cabai merah akan terus mengalami peningkatan. Tidak hanya terbatas
sebagai bumbu dapur tetapi juga menjadi bahan industri untuk obat – obatan,
kosmetik, zat warna, dan penambah rasa pedas. Apabila peningkatan permintaan
tidak diikuti dengan peningkatan produksinya maka dapat menyebabkan tidak
terpenuhinya permintaan masyarakat. Ketersediaanya secara teratur setiap hari
bagi ibu rumah tangga menjadi suatu keharusan. Apalagi saat hari raya (lebaran),
permintaan terhadap cabai merah akan lebih besar dibandingkan hari – hari biasa.
Meningkatnya harga cabai merah atau kelangkaan pasokan di pasaran mendapat
reaksi sangat cepat dari masyrakat. Oleh sebab itu penyediaan cabai merah dalam
bentuk segar setiap hari dan sepanjang tahun perlu dirancang secara baik.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara pada Januari 2017
inflasi Sumatera Utara 0,49%. Jauh dibawah inflasi nasional yang sama sebesar
1%. Pada tahun 2016 Sumatera Utara mengalami inflasi yang cukup tinggi
disebabkan mahalnya harga cabai merah. Pasalnya sejumlah sentra penghasil
cabai di Sumut gagal panen akibat terserng penyakit. Angka inflasi di Sumatera
Utara pada 2016 sebesar 63,4%, lebih dari 4% disumbangkan cabai merah.
Diharapkan adanya pengalakkan gerakan tanam cabai untuk menekan inflasi.
Permintaan konsumen akan cabai merah dipengaruhi oleh beberapa faktor –
faktor seperti, harga cabai merah itu sendiri, harga barang lain yaitu adalah
barang subtitusi ataupun barang komplementer sebagai contoh barang substitusi

Universitas Sumatera Utara

6

yaitu cabai rawit, jumlah penduduk, dan pendapatan masyarakat. Bila hal – hal
tersebut dapat diketahui dengan jelas, maka akan dapat dilakukan langkah –
langkah yang lebih baik dalam usaha menghadapi banyaknya permintaan
masyarakat terhadap cabai merah di masa mendatang.
Sehingga berdasarkan latar belakang tersebut maka untuk hal tersebut dilakukan

penelitian ilmiah lebih lanjut dan tulisan ilmiah tentang komoditi cabai merah
dengan judul “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Cabai Merah di Provinsi Sumatera Utara”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah penelitian ini
diidentifikasikan sebagai berikut:
1) Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan cabai merah di
Provinsi Sumatera Utara,
a) Apakah harga cabai merah mempengaruhi permintaan cabai merah di
Provinsi Sumatera Utara?
b) Apakah harga cabai rawit mempengaruhi permintaan cabai merah di
Provinsi Sumatera Utara?
c) Apakah jumlah penduduk mempengaruhi permintaan cabai merah di
Provinsi Sumatera Utara?
d) Apakah pendapatan mempengaruhi permintaan cabai merah di Provinsi
Sumatera Utara?
2) Bagaimana elastisitas permintaan cabai merah di Provinsi Sumatera Utara?

Universitas Sumatera Utara


7

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1) Untuk menganalisis pengaruh harga cabai merah, harga cabai rawit,jumlah
penduduk, dan pendapatanterhadap permintaan cabai merah di Provinsi
Sumatera Utara.
2) Untuk menganalisis besar elastisitas permintaan cabai merah di Provinsi
Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1) Bagi petani dan pedagang, sebagai bahan informasi pertimbangan dalam
memprediksi permintaan konsumen akan cabai merah.
2) Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan masukan, referensi, dan informasi.
3) Bagi pemerintah, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan
dalam membuat kebijakan dalam komoditi pertanian, khususnya cabai merah.

Universitas Sumatera Utara