yang telah didinginkan, disaring untuk memisahkannya dari padatan dan siap untuk digunakan.
Tabel 4. Karakteristik limbah cair buatan
NISBAH PERBANDINGAN
LIMBAH PADAT IKAN DAN AIR
BOD
5
mgl COD
mgl TKN
mgl COD
BOD
5
CODTKN 1: 30
91 250
105 2,7
2,4 1: 20
276 750
210 2,7
3,6 1: 10
384 1250
623 3,3
2,0 1: 5
1664 4100
2411 2,5
1,7 Dari hasil pengamatan pada Tabel 4. terlihat bahwa perbandingan limbah
padat ikan dan air 1:30 lebih mendekati ciri limbah cair industri pengolahan tuna beku, perbandingan 1:20 lebih mendekati ciri limbah pengolahan udang dan
perbandingan 1:10 dan 1:5 lebih mendekati ciri limbah cair industri pengolahan tepung ikan
fishmeal. Ciri-ciri dari berbagai perbandingan limbah padat dan air tersebut memperlihatkan nilai nisbah yang lebih terpantau dibandingkan limbah
cair dari industri yang sebenarnya. Sehingga untuk melakukan percobaan pengolahan limbah cair pada skala laboratorium, hal ini akan lebih seragam.
Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini maka contoh limbah cair yang digunakan adalah limbah cair buatan dengan formulasi perbandingan antara
limbah padat ikan dan air 1:5. Keuntungan lain yang diperoleh dari penggunaan limbah cair buatan ini adalah senyawa yang terkandung lebih bersifat organik
dan kontaminasi bakteri lain dalam kegiatan mereduksi senyawa nutrien lebih diperkecil.
5.2. Pengkondisian Reaktor
Pengkondisian reaktor dilakukan untuk mempersiapkan reaktor yang akan digunakan sudah bekerja dengan baik dalam menurunkan beban limbah.
Demikian juga dengan lumpur aktif yang digunakan agar menjadi teraklimatisasi dengan baik, yang ditandai dengan kemampuannya dalam menurunkan beban
cemaran limbah dilihat dari kadar penurunan COD-nya dan perubahan warna lumpur dari hitam menjadi kecoklatan.
Limbah dan lumpur aktif yang digunakan untuk pengkondisian diambil dari Unit Pengolahan Limbah Cair Kawasan Industri Perikanan Muara Baru Jakarta,
yang berkapasitas 1000 m
3
per hari. Konfigurasi reaktor yang yang digunakan seperti pada Gambar 16. Percobaan dilakukan dengan konsentrasi lumpur
antara 4000 – 5000 mgl dalam reaktor anoksik dan aerobik, dengan laju influen rata-rata 5 literhari. Laju aliran resirkulasi dari aerobik ke anoksik sama dengan
laju influen yaitu 5 literhari.
Gambar 16. Konfigurasi reaktor sistem anoksik-aerobik dengan lumpur aktif
Hasil penurunan COD pada waktu pengkondisian dapat dilihat pada Gambar 17, 18 dan 19. Setelah 12 hari pengamatan kadar COD sudah mulai stabil dan
hasil kinerja reaktor mencapai tingkat penyisihan COD 82 sehingga sudah cukup baik dan siap untuk digunakan. Sebagai perbandingan terhadap
penelitian yang dilakukan oleh Tasli et al. 1999 pada saat melakukan
pengkondisian reaktor, kondisi stabil dicapai setelah 50 hari operasi dengan kondisi kadar COD dan TKN masing-masing 420 mgl dan 72 mgl, dengan kadar
MLVSS 1070 mgl – 2880 mgl. influen
AEROBIK ANOKSIK
efluen Daur ulang
WAS
Gambar 17. Grafik COD reaktor pada proses pengkondisian
MLSS Pada Aklimatisasi
2000 4000
6000 8000
10000 12000
14000
4 7
11 13
15 17
19
Hari mg
l
Aerobik Anoksik
Gambar 18. Grafik MLSS reaktor pada proses pengkondisian
MLVSS pada Aklimatisasi
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
4500 5000
4 7
11 13
15 17
19
H a r i
Aerobik Anoksik
Gambar 19. Grafik MLVSS reaktor pada proses pengkondisian
Nilai COD pada Aklimatisasi
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000
2 4
5 7
9 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Hari mg
l
Influen Anoksik
Aerobik
Waktu yang relatif lebih singkat yang diperoleh pada penelitian ini kemungkinan disebabkan karena lumpur yang digunakan berasal dari unit
pengolahan limbah cair perikanan dimana sumber emisi limbahnya sama-sama berasal dari limbah ikan, sehingga bakteri-bakteri yang ada lebih mudah
beradaptasi.
5.3. Perhitungan Parameter Kinetik 5.3.1. Parameter kinetik pada proses denitrifikasi