Sistem Pengolahan Biologis Limbah Agroindustri

Secara umum daur penyisihan nitrogen dalam limbah cair yang terjadi pada sistem pengolahan limbah cair dengan dua tahapan nitrifikasi dan denitrifikasi seperti digambarkan oleh Dold et al. 1980 Gambar 3.. Gambar 3. Daur nitrogen dalam proses penyisihan biologis Dold et al., 1980

2.4. Sistem Pengolahan Biologis Limbah Agroindustri

Degradasi limbah secara biologis merupakan proses yang berlangsung secara alamiah. Sistem biologis yang terkendali dan tak terkendali merupakan sistem utama yang digunakan untuk menangani limbah organik. Oleh karena proses yang berlangsung adalah proses biologis, maka pengertian proses harus berdasarkan pada dasar-dasar mikrobiologi dan perubahan dalam unit penanganan limbah secara biologis. Salah satu proses biologis yang banyak digunakan adalah proses lumpur aktif. Proses lumpur aktif biasanya dikombinasikan dengan kondisi proses aerobik, anaerobik maupun anoksik. Pada proses ini mikroba tumbuh dalam flok lumpur yang terdispersi. Lumpur aktif dapat merubah limbah cair organik menjadi bentuk anorganik yang mantap atau menjadi sel. Dalam proses ini bahan organik yang terlarut atau koloid yang telah mengalami sedimentasi awal oleh mikroorganisme akan mengalami metabolisme dengan menghasilkan CO 2 dan air. Pada waktu yang sama fraksi yang cukup besar diubah menjadi massa sel, yang dapat dipisahkan dari aliran limbah cair dengan jalan sedimentasi gravitasi Naidoo, 1999. Lee et al. 1999 dalam sistem penanganan limbah secara biologis menyederhanakan menjadi tiga komponen utama yang berperan dalam sistem org-N NH 3 -N NO 3 -N NH 3 -N NO 3 -N Asimilasi-N srplus sludge mixing point denitrifikasi nitrifikasi influen efluen org-N gas N 2 yaitu: biomassa, substrat dan oksigen terlarut. Dalam sistem biologis, mikroorganisme menggunakan limbah untuk mensintesis bahan seluler baru dan menyediakan energi untuk sintesis, sehingga padatan mikroba akan meningkat. Bila tidak ada makanan substrat, pertumbuhan akan terhenti, mikroorganisme mati dan lisis melepaskan hara dari protoplasmanya untuk digunakan oleh sel-sel yang masih hidup dalam suatu proses respirasi seluler autooksidatif atau endogen. Kebanyakan dari sistem biologis yang digunakan untuk mengolah limbah organik tergantung dari organisme heterotropik, yang menggunakan karbon organik sebagai sumber energi. Reaksi perombakan limbah organik tersebut dapat digambarkan pada reaksi sebagai berikut Verstraete dan Vaerenberg, 1986: Bahan organik + O 2 + NH 3 + sel CO 2 + H 2 O + sel baru Nitrogen adalah hara penting dalam sistem biologis. Dalam limbah, nitrogen akan terdapat sebagai nitrogen organik dan nitrogen amonia, proporsinya tergantung bahan organik yang didegradasi. Pada saat ini pengolahan limbah untuk penghilangan fosfor dan nitrogen yang menggunakan proses secara biologis dengan lumpur aktif meningkat dengan cepat. Alasannya karena menyangkut kebutuhan lahan dan kebutuhan tingkat ketrampilan yang minimum Gonzales, 1996. Sistem lumpur aktif ini dalam operasinya dapat dikaitkan dengan teknologi lain, misalnya presipitasi kimiawi dan perlakuan biologis secara terpisah. Alternatif lain teknologi yang digunakan untuk pengolahan limbah cair dengan menggunakan sistem tanah rawa wetland untuk mengolah limbah cair pengolahan ikan yang cukup besar dalam setiap tahunnya Cardoch et al., 2000. Lin et al. 1995 menerapkan sistem penyaringan ultra untuk menurunkan nilai COD dari limbah cair pengolahan surimi sekaligus mengambil kembali protein yang terlarut dalam limbah cair. Pengurangan bahan organik biasanya terjadi pada tahap pengolahan sekunder dengan bantuan mikroorganisme pengolahan secara biologis, sedangkan pengurangan hara terjadi pada tahap tersier. Teknologi pengolahan limbah secara biologis menerapkan konsep anaerobik dan aerobik. Metcalf dan Edy 1991 menyebutkan bahwa metode konvensional yang menggunakan proses anaerobik dan aerobik saja hanya mampu menurunkan kandungan nitrogen 10 – 30 dan fosfor sebesar 10 – 25. Sesuai dengan prinsip penyisihan nutrien secara bertahap, yaitu proses perubahan biologis metanogenesis, nitrifikasi dan denitrifikasi, maka tahapan yang dibutuhkan untuk berjalannya proses tersebut diperlukan kondisi anaerobik, aerobik dan anoksik. Hal ini sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk berjalannya proses tersebut. Konfigurasi yang digunakan untuk unit pengolahan limbah sangat beragam. Morales 1991 melaporkan beberapa konfigurasi unit pengolahan limbah yang berbeda dan dijadikan contoh, yaitu: a. Proses Bardenpho. Bardenpho proses menggunakan dua zone anoksik untuk penghilangan nitrogen. Penghilangan fosfor dicapai dengan mengkombinasikan teknik biologis keterkaitan anaerobik zone, presipitasi kimia dengan alum, dan penyaringan efluen. b. Proses Anaerobik-Anoksik-Oksik Aerobik A 2 O Proses A 2 O menggunakan susunan konfigurasi anaerobik- anoksik-aerobik dalam reaksi transformasinya. Proses ini dimaksudkan untuk penghilangan nitrogen dan sekaligus fosfor secara biologis. c. Proses VIP Virginia Initiative Plant. Konfigurasi VIP dimaksudkan untuk menghilangkan nitrogen dan fosfor biologis dengan kecepatan tinggi. d. Proses Anaerobik-Oksik Aerobik AO Proses AO berbeda dengan proses A 2 O. Pada proses AO tidak terdapat zone anoksik atau resirkulasi campuran aliran mixed liquor. Kemampuan sistem untuk menghilangkan fosfor secara biologis dimungkinkan karena adanya zone anaerobik. Utomo et al. 2000 dalam laporan penelitiannya menyatakan bahwa untuk konfigurasi reaktor pengolahan limbah agroindustri karet yang terbaik adalah anaerobik-anoksik-aerobik. Dari konfigurasi ini mampu menurunkan COD dan indikator-indikator cemaran lain sampai 90.

2.5. Proses Perubahan Nitrogen