Ciri Umum Streptokokus Grup B Lancefield pada tahun 1933 menemukan 2 antigen karbohidrat pada

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ciri Umum Streptokokus Grup B Lancefield pada tahun 1933 menemukan 2 antigen karbohidrat pada

Streptokokus Grup B SGB berdasarkan serologi yaitu antigen karbohidrat spesifik-grup pada dinding sel substansi “C” yang ada pada semua golongan streptokokus dan antigen karbohidrat spesifik-tipe substansi “S” pada kapsul bakteri SGB. Berdasarkan antigen spesifik-grup, sampai saat ini telah ditemukan 20 grup streptokokus yang terdiri dari serogrup A hingga V kecuali I dan J. Streptokokus grup B yang termasuk ke dalam genus ini, memiliki komposisi karbohidrat spesifik-grup tertentu yang terdiri dari D-glukosamin, D-galaktosa, glusitol dan L-rhamnosa Lancefield 1933; Joklik et al. 1992; Edwards dan Baker 1995. Pada pemeriksaan mikroskopis, streptokokus grup B tergolong ke dalam bakteri Gram-positip, berbentuk bulat atau ovoid dengan diameter 0,6-1,2 µ µm, tidak bergerak dan tidak berspora Joklik et al. 1992; Edwards dan Baker 1995. Bakteri ini umumnya tersusun dengan rantai yang pendek diplokoki, namun panjang rantainya dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pada medium cair umumnya tumbuh dengan rantai yang lebih panjang Joklik et al. 1992. Menurut Wahyuni 2002, panjang rantai juga dipengaruhi oleh sifat hidrofobisitas dari komponen permukaan bakteri. Bakteri yang memiliki sifat hidrofilik tersusun dengan rantai yang pendek sedangkan bakteri yang hidrofobik tersusun dengan rantai yang panjang. Streptokokus grup B yang diisolasi dari manusia umumnya memiliki rantai yang pendek, sedangkan SGB yang diisolasi dari mastitis subklinis pada sapi perah umumnya memiliki rantai yang panjang. Bakteri SGB jika diinkubasi pada agar darah domba 5, akan diperoleh koloni berbentuk bulat kecil 1-4 mm dengan permukaan yang sedikit mukoid, berwarna bening seperti titik embun atau putih keabu-abuan dengan zona β- hemolitik pada 11-89 strain. Namun demikian 5-15 strain adalah non hemolitik, sedangkan α-hemolitik jarang ditemukan. Jika diinkubasi secara anaerob terutama pada medium Islam, 97 strain dapat memproduksi pigmen kuning, merah atau orange. Bakteri ini umumnya resisten terhadap basitrasin, hal ini membedakan bakteri SGB dengan Streptokokus Grup A yang sensitif basitrasin Wibawan et al. 1991; Joklik et al. 1992; Holt et al. 1994. 2.2 Identifikasi Bakteri Untuk melakukan preidentifikasi SGB, uji CAMP memberikan hasil 98-100 positip. Hal ini disebabkan karena faktor CAMP yang dimiliki oleh SGB, yang merupakan protein ekstrasel yang termostabil, menghasilkan hemolisis yang sinergis pada agar darah domba dengan Staphylococcal β β- lysin sphingomyelinase C yang dimiliki oleh Staphylococcus aureus. Fenomena hemolisis sempurna dari uji CAMP akan membentuk zona seperti kepala panah arrowhead Joklik et al. 1992; Edwards dan Baker 1995; Ruoff 1995. Sphingomyelinase menginisiasi sphingomielin menjadi seramida yang membuat eritrosit mudah dilisiskan oleh aktivitas faktor CAMP. Eritrosit mamalia mempengaruhi kinerja faktor CAMP secara berbeda-beda tergantung dari kandungan sphingomielin pada membran sel. Pada darah domba kandungan sphingomielin sebesar 51 sedangkan pada darah kelinci dan manusia adalah 26 dan 19. Semakin besar kandungan sphingomielin maka semakin jelas reaksi positip yang terbentuk pada uji CAMP Lang dan Palmer 2003. Identifikasi definitip untuk SGB, dapat dideteksi berdasarkan antigen dinding sel spesifik-grup B melalui uji serologi dengan menggunakan antiserum spesifik grup B. Sejumlah metode diagnosis baik untuk menentukan serogrup maupun serotipe yang dapat digunakan antara lain adalah imunodifusi, countercurrent immunoelectrophoresis, enzyme-linked immunosorbent assay ELISA, imunofloresen tidak langsung, koaglutinasi dengan stafilokokus dan aglutinasi lateks. Salah satu metode yang sering digunakan untuk identifikasi SGB adalah metode imunodifusi Ouchterlony. Metode ini sangat mudah dilakukan dan memberi hasil yang akurat. Kelemahannya adalah waktu pembacaan yang sangat lama yaitu 18- 24 jam dan memerlukan bahan yang relatif mahal. Untuk mendukung uji imunodifusi, tes koaglutinasi dengan menggunakan stafilokokus merupakan suatu alternatif. Metode ini juga mudah dilakukan dan cepat 30 detik serta memberi hasil yang akurat Wibawan dan Pasaribu 1993; Edwards dan Baker 1995; Ruoff 1995. 2.3 Diagnosa Penyakit SGB Neonatal Untuk mengisolasi bakteri SGB pada neonatus, bahan pemeriksaan dapat diambil dari darah, cairan serebrospinal, trakhea dan lain-lain. Pemeriksaan tambahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan jumlah darah komplit, level C-reactive protein CRP, interleukin-6 IL-6, IL-8, uji antigen dan pemeriksaan radiografi paru untuk mendiagnosa adanya pneumonia Tumbaga dan Philip 2003. Pengukuran IL-6 dilakukan untuk membantu melakukan identifikasi adanya infeksi SGB intraamniotik secara non progresif dalam sekresi serviks. Level sitokin ini akan meningkat secara signifikan bila adanya infeksi intraamnion, hal ini disebabkan karena adanya hubungan yang signifikan antara konsentrasi reseptor antagonis IL-6 dalam cairan amnion dan sekresi serviks Rizzo et al. 1996. Interleukin-6 adalah suatu mediator awal dari proses inflamasi, pada infeksi sistemik level IL-6 awalnya meningkat tapi kemudian menurun dengan cepat. Pengukuran C-reactive protein CRP yang merupakan suatu acute-phase reactant seperti halnya IL-6, biasanya juga meningkat pada keadaan inflamasi. Nilai normal CRP pada neonatus adalah kurang dari 1 mgdL Tumbaga dan Philip 2003. Pemeriksaan darah rutin dapat mendukung diagnosa adanya infeksi walaupun mungkin akan dijumpai nilai normal pada fase awal. Jumlah sel darah putih mungkin kurang dari 5.0x10 3 mcL namun hal ini tidak begitu menolong memprediksi adanya infeksi, sedangkan jumlah neutrofil yang kurang dari 1.75x10 3 mcL banyak digunakan untuk memprediksi adanya infeksi Tumbaga dan Philip 2003. Identifikasi SGB dengan menggunakan teknik polymerase chain reaction PCR sangat sensitif dan spesifik. Teknik biologi molekuler ini telah dijabarkan untuk deteksi cepat SGB sehingga dapat menentukan resiko pascasalin baik untuk ibu maupun bayinya Tumbaga dan Philip 2003.

2.4 Epidemiologi Penyakit SGB