4.6 Uji Sensitivitas Antibiotika
Hasil uji sensitivitas SGB isolat dari penderita komplikasi obstetri terhadap beberapa jenis antibiotika dengan metode difusi cakram Kirby Bauer Gambar 13
menunjukkan bahwa semua isolat SGB yang di uji masih sensitif terhadap penisilin dan ampisilin. Sebaliknya semua isolat yang diuji telah resisten terhadap
gentamisin, 90 isolat telah resisten terhadap tetrasiklin dan tidak ada isolat yang sensitif terhadap basitrasin Tabel 9. Diameter zona interpretasi dirujuk
berdasarkan NCCLS vol. 17 no. 1 tahun 1997. Tabel 9. Hasil uji kepekaan isolat terhadap berbagai antibiotika
Sebaran Kepekaan Isolat terhadap Antibiotika Jenis Antibiotika
Peka Intermediate
Resisten
Ampicilin 10 µg 100
Penicillin 10 IU
100
Chloramphenicol 30 µg 20
20 60
Tetracycline 30 µg 10
90 Erythromysin 15 µg
40 60
Vancomysin 30 µg 60
- 40
Bacitrasin 10 IU 30
70 Gentamisin 10 µg
100
Wibawan et al. 1991 melaporkan bakteri SGB 100 sensitif terhadap penisilin, sedangkan terhadap basitrasin 10 IU, cefoxitin, klindamisin,
eritromisin dan tetrasiklin telah resisten masing-masing sebanyak 52, 21, 38, 3 dan 65. Pada penelitian tersebut juga didapatkan bahwa bakteri ini
telah resisten 100 terhadap gentamisin. Semua strain yang memperlihatkan
resistensi terhadap eritromisin ternyata juga resisten terhadap klindamisin.
Trivalle et al. 1998 melaporkan 100 isolat SGB asal penderita bakteremia sensitif terhadap penisilin G dan ampisilin. Andrews et al. 2000 juga
melaporkan 100 isolat SGB yang diperoleh dari darah di area geografi yang luas di Amerika Serikat masih sensitif terhadap penisilin. Sementara itu Rafael et al
2005 melaporkan 100 isolat SGB baik yang diisolasi dari sapi maupun dari manusia telah resisten terhadap tetrasiklin.
Gambar 13. Hasil uji sensitivitas antibiotika dengan metode difusi cakram Kirby Bauer
Peningkatan resistensi terhadap eritromisin dan klindamisin telah dilaporkan oleh Fluegge et al. 2004. Betriu et al. 2003 juga melaporkan strain SGB
resisten eritromisin dan klindamisin meningkat masing-masing dari 4.2 dan 0.8 pada tahun 1993 menjadi 17.4 dan 12.1 pada tahun 2001. Andrews et al.
2000 melaporkan strain SGB resisten eritromisin dan klindamisin yang dijumpai di Amerika Serikat dan Kanada umumnya adalah strain serotipe V, sedangkan
Young et al 2004 melaporkan serotipe terbanyak berkaitan dengan SGB resisten eritromisin adalah serotipe V 43.6 dan serotipe III 42.3.
Keberhasilan pemberian IAP sangat ditentukan oleh waktu pemberian. Pemberian ampisilin 1 jam sebelum melahirkan akan memberi resiko transmisi
SGB pada bayi sebesar 46, pemberian 1-2 jam sebelum melahirkan memberi resiko 29, pemberian 2-4 jam memberi resiko 2,9 sedangkan pemberian lebih
dari 4 jam sebelum melahirkan hanya memberi resiko 1,2 Tumbaga dan Philip 2003.
Dari CDC web site 2002 dikatakan bahwa pasien-pasien yang alergi terhadap penisilin, dapat dianjurkan untuk diberikan antibiotika golongan
cefalosporin yaitu cefazolin. Namun pasien-pasien yang alergi berat terhadap penisilin biasanya juga alergi terhadap cefalosporin, untuk pasien-pasien tersebut
dianjurkan pemberian antibiotika golongan mikrolide yaitu eritromisin atau
klindamisin. Bila kedua antibiotika tersebut telah mengalami resistensi maka dapat diberikan vankomisin.
Walaupun dapat mencegah penyakit SGB neonatal, kemopfilaksis intrapartum tidak dapat digunakan secara luas. Demam intrapartum maternal
adalah faktor resiko yang paling sering dikaitkan dengan kegagalan kemoprofilaksis Vellapi et al. 2003. Sulitnya dalam mengimplementasikan
skrining terhadap kolonisasi SGB pada kehamilan juga merupakan faktor lain dari
kegagalan penggunaan kemoprofilaksis.
4.7 Uji Imunogenisitas SGB