Hubungan antara peranan persahabatan dengan self-esteem pada mahasiswa/i Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Jakarta

HUBUNGAN ANTARA PERANAN PERSAHABATAN DENGAN SELF

ESTEEM PADA MAHASISWA/I FAKULTAS DIRASAT ISLAMIYAH UIN
JAKARTA

FAKUlTAS PSIKOlOGI
UIN SYARIF HIDAYATUllAH
JAKARTA
(2009)

HUBUNGAN ANTARA PERANAN PERSAHABATAN DENGAN SELF
=STEEM PADA MAHASISWAII FAKUlTAS DIRASAT ISlAMIYAH UIN
JAKARtA
PERPUSTP.iv'V\N UTAMA
U1N SYAHID JAKARTA

Skripsi
)iajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi

I


memperoleh gelar

ウケ。イ エセ

Sarjana Psikologi (S. Psi)

Disusun oleh:
NUURROHMAN
NIM: (103070029057)

Dibawah Pembimbing:

Pembimbing II

azi, M.Si
NIP: 150389379

FAKUlTAS PSIKOlOGI
UIN SYARIF HIDAYATUllAH
JAKARTA

1430 H/2009

HALAMAN PENGESAHAN

cripsi yang berjudul "HUBUNGAN ANTARA PERANAN PERSAHABATAN OENGAN

':LF ESTEEM PAOA MAHASISWAJI FAKULTAS OIRASAT ISLAMIYAH UIN

(ARIF HIOAYATULLAH JAKARTA" telah diujikan dalam sidang munaqasyah

lkultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 3


セウ・ュ「イ

2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Sarjana Psikologi (S. PsL)

Ikarta, 3 Desember 2009
Dekan


Pembantu Dekan 1/

Ketua Merangkap Anggota

Sekretaris Merangkap Anggota

セN
Ora. dhilah Surala a M.Si
NIP: 1956 1223 198303 2

J"i1fUmar;Ph.o
NIP: 130885522
Anggota
Penguji I



Prof. Hamda .
NIP:


Penguji II

s-

Ora. H'. Zahrotun
a ah M. Si
NIP: 19620724198 032001
Pembimbing II

Gazi, M.Si
NIP: 150389379

MOTTO:
Kehahagiaan merupakan hak semua manusia, ditentukan oleh
usaha yang setiap kim memHikj potensinya dan hagaimana kim
nenilai dan memandang hempa herharganya dan hermanfaatnya

diri kim untuk orang hanyak.
Setiap kim pasti sama

Pemah alamikesedihan

Jangan larut dalam dub
Terus maju pantmgmenyerah
Karena, masih ada cerim tentmgindalmya dania
semua manusia hisa hidup hahagia

PERSEMBAHAN

1(upersem6alik,an
1(p..rya seaeriianali:Jt ini untuk,orang-orang tercintak,u:
jlyali aan 16uk,uyang tefali mencfufik,tfan mem6im6ingk,u
jldik,tfan teman-teman tfafam petjafanan IiUfupk,u
!M.utfali-mutfalian Rita semua
sefa{u di6erif«znjafan ofeli.Jlffali SM'untuk,metlfJfJapai 'l(fl6aliagiaan
(})yniarfanak,liirat

ABSTRAKSI
(A)
(B)


Fakultas Psikologi
Desember 2009

(C)NUUR R0HMAN
(D) HUBUNGAN ANTARA PERANAN PERSAHABATAN DENGAN SELFESTEE:M PApA MAHASISWAJI FAKULTAS DIRASAT ISLAMIYAH UIN
JAKARTA
(E) X + 100 halaman
Remaja adalah perkembangan transisi dari masa anak-anak ke masa dewawa.
Pada masa ini, remaja sedang meneari identitas diri mereka, ditandai dengan
menjain hubungan yang dekat dengan ternan-ternan mereka. Jika mereka gagal
dalam menjalin persahabatan, mereka akan mengalami kehampaan, rasa kesepian
dan mengakibatkan penurunan rendah diri. Jika kebutuhan akan self-esteem
terpenuhi, individu akan memiliki rasa pereaya diri, rasa berharga, rasa kuat,
mampu, dan merasa berguna. Sebaliknya, frustasi yang disebabkan rendahnya selfesteem, akan membuat mereka merasa tidak pantas, rasa lemah, merasa tidak
mampu, keputusasaan, serta penilaian yang rendah atas dirinya sendiri dalam
berinteraksi dengan orang lain.
Self-esteem adalah penerimaan, penghargaan dan kepereayaan diri seseorang
tentang kemampuan mereka yang didasari oleh penilaian seeara subjektif yang
dlekspresikan seeara kata-kata dan perilaku.

Persahabatan adalah hubungan antara ternan yang didasarl oleh kedekatan, saling
pereaya, saling menerima, mau berbagl tentang perasaan dan pikiran mereka serta
melakukan aktivitas secara bersama-sama.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahul hubungan antara peranan persahabatan
dan self-esteem. Penelltian di lapangan dimulal pada tanggal 15 November sampai
dengan 30 November 2008. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kuantitatif dengan metode penelitlan korelasional yang bertujuan untuk mengetahui
satu variabel berkaitan dengan variabellain berdasarkan koefisien korelasi. Jumlah
populasl penelitlan inl sebanyak 256 orang mahasiswa Fakultas Dlrasat Islamlyah
UIN Syahld Jakarta dari semester 3, 5, 7 dan sampelnya sebanyak 50 orang.
Pengambilan sampel menggunakan teknlk purposive sampling. Teknlk pengambilan
data menggunakan skala model Likert modifikasi , skala yang dlgunakan adalah
skala persahabatan dan skala self-esteem.
Nilal koefislensi reliabilitas adalah 0,914 untuk skala persahabatan dan 0,880 untuk
skala self-esteem. Kemudian data dianalisa menggunakan program SPSS 12,00 for
windows dengan teknik uJi korelasl product moment. Berdasarkan hasil analisa data
serta pengujian hipotesis, maka r hitung yang dihasilkan 0,983 (r tabel 0, 279).
Karena r hltung yang dlhasilkan lebih besar dari r tabel, maka hipotesis nihil yang

menyatakan tidak terdapat hubungan antara persahabatan dan self-esteem ditolak.

Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan terdapat hUbungan antara
persahabatan dengan selfcesteem diterima. Artinya semakin positif jalinan
persahabatan (IV), maka semakin tinggi pula self-esteem (DV) yang dirasakan
remaja tersebut. Adapun saran yang penulis sampaikan adalah para remaja
sebaiknya mengetahui mengenai bersahabat dan bergaul secara positif yang bisa
membawa prestasi serta kebanggaan, sehingga bisa meningkatkan self-esteem
remaja yang memandcmg masa depannya dengan cerah dan optimis dan menjalin
persahabatan denganbanyak mengambil manfaatnya secara positif.
(F) Bahan bacaan 25 buku + 4 website

ABSTRACT
(A)
(8)

Faculty of Psychology
December 2009

:) NUUR ROHMAN
I) Correlation Between a Characterization Of Friendship And Self Esteem In
FaCylty gf pirasat Islamiyah UIN JAKARTA

) X +100 Pages
iolescence is development period transition between children and adulthood. In this
セイゥッ、L
Adolescents were searching their self identity. This is marked by close
lationship with their friends, if they are failed to have a close friendship, they will
eling emptiness, feeling alone, and low self esteem. If the need of self-esteem was
Itisfied, adolescence will feeling a self confidence, self worth, power, ability, and
eling a greatness. The reverse side, frustration caused by low self-esteem, will make
em feel a unsuitable, weakness, inability, pessimist, low value for him self in
teraction with the people.
ヲiセ

esteem is assessment, respectful and confidence of persons about their ability,
lwer and self meaning based by a standards subjective were expressed verbally and
Nイッゥカ。ィセ

'iendship is, the relation between a friends based by a intimacy, mutual of believing,
utual accepted, want to share about their feeling, mind and experience and do much
ウ・ゥエ カ セ
together.

lis research aim to know a correlation between characterization of friendship and selfIteem. The research had begun at 15th November until 30th November 2008. The
lproach of research is quantitative with a correlation method, to finding a variable have
correlation with the other variable by a coefficient correlate. The size of populate this
search are 256 persons of FDI UIN Syarif Hidayatullah the Students from a semester
h
th
I, 5 , and t , the size of sample are 50 people. The sample has taken by use a
ratified sampling technique. The Data taking technique used by Likert scale. Scales
:IS used are characterization a friendship scale and self esteem scale.
ter both of scales validity tested by Pearson Product Moment and both of scales
liability tested by Alpha Cronbach, self esteem scale was reached 32 items were valid
ld reliability coefficient is 0,880, all valid items in this self esteem scale were used as
easuring instruments in the research, and for kind of friendship scale was reached 30
ms were valid and reliability coefficient is 0,914. All valid items were used as
easuring instruments of research. So, valid items were used in this research were 62
ms, and then, data were analyzed by a program of SPSS for windows version 12,0
th Product Moment Correlation technique. The research was reached r count is 0,983
Id it is bigger than r table on signification 0, 05 is 0, 279. So from the result, HO was
fused or between characterization of friendship and self-esteem doesn't have a
jnificant relation and we can get the conclusion that Ha was accepted or there is a


lnificant relation between characterization of friendship and self-esteem for
lolescents.
lat's mean, more and more a characterization of friendship is positive, so he has a
セィ
self esteem, the reverse side, if the characterization of friendship is a negative so
セ has a low self esteem.
) Reference: 24 books + 4 website

KATA PENGANTAR

lsalamu'alakum Wr. Wb

Jji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahll1at

In karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang 「・セオ、ャ

lubungan antara Jenis Persahabatan dengan Self-Esteem Pada Mahasiswa/l

lkultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidaytaullah Jakarta". Shalawat serta salam

lmoga tetap terlimpah atas Nabi Muhammad Saw yang telah menjadi suri tauladan

rbaik bagi umat manusia, kepada keluarga, para sahabat dan para pengikutnya

ngga akhir zaman.

9nulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesulitan-kesulitan yang penulis

ldapi dalam menyelesaikan skripsi ini. Tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat

mtribusi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat

lrkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada:
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Jahja Umar,
Ph,D; Para Pudek Fakultas Psikologi Ibu Dra, Fadhilah Suralaga, M.Si, Bapak
Bambang Suryadi, Ph.D, dan ibu Dra. Hj. Zahrotun Nihayah, M. Si selaku
penguji penulis, beserta civitas akademik Psikologi yang telah membantu
kelancaran administrasi untuk penelitian.
2. Bapak Prof. Hamdan Yasun, M. SL Selaku dosen pembimbing I dan Bapak
Gazi, M.Si Selaku dosen pembimbing II, yang di tengah kesibukannya telah
meluangkan waktu untuk memberikan banyak sekali pelajaran, pengarahan,
bimbingan dan saran dalam penulisan skripsi ini.
3. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan i1mu dan
bimbingannya. Serta karyawan-karyawan bagian perpustakaan yang telah
membantu penulis dalam memperoleh informasi dan buku yang penting bagi

penelitian ini.dan bagian akademik yang telah membantu dalam administrasi
perkuliahan serta siding munaqasyah ini.
4. Teruntuk Bapak dan Ibuku H. SOliman S.Pd dan Hj. Endang Ambarwati
Fidyaningsih yang dengan tulus ikhlas memberikan kasih sayang dan dorongan
baik moril maupun materil, serta doa yang tak henti-hentinya dipanjatkan guna
keberhasilan dan kebahagiaan anak-anakmu, terima kasih kepada kalian yang
tak terhingga serta adik penulis Haris Nur Hakim.
5, Untuk teman-teman PSM yang banyak memberikan hiburan dan pelajaran seni
bermusik, serta teman-teman permainan Joehar, Chuef, dan Salam. Spesial
teruntuk Diana Lutfilah yang banyak sekali memberikan kontribusi sehingga
penulis sampai pada tahap ini.
6, Teruntuk teman-temanku dikelas B angkatan 2003, terima kasih atas
pertemanan dan pengalaman yang telah kalian berikan dengan begitu indah
yang telah mewarnai masa-masa perkuliahan,
7. Semua responden penelitian darifakultas Dirasat Islamiyah dan respondentry
out dari fakultas Tarbiyah yang telah bersedia menjadi subjek penelitian kami,
terima kasih atas kesediaan waktu dan bantuannya.
8. Terakhir, terima kasih kepada seluruh pihak yang belum disebutkan, semoga
Allah membalas semua kebaikan mereka. Amien.

Jakarta, Desember 2009

Nuur Rohman

DAFTAR lSI
lEMBAR PERSETUJUAN ......••...............•.••.•........................ i
HAlAMAN PENGESAHAN ..•..............•..•••.•...........................ii
1Y!1rlrC:> •••••••.......•.••••••...•.......................••.•••••••....................... III

PERSEMBAHAN

iv

ABSTRAKSI

V

viii

KATA PENGANTAR

DAFTAR lSI

a •••••••••••••••

DAFTAR TABEl

xi

xv

BAB 1 PENDAHUlUAN

1 - 14

1.1.

Latar Belakang Masalah

1.2.

Identifikasi Masalah

10

1.3.

Pembatasan dan Perumusan Masalah....................................

11

1.3.1.

Pembatasan Masalah

11

1.3.2.

Perumusan Masalah

12

1.4.

1.5.

1

Tujuan dan Manfaat Penelitian

12

1.4.1.

Tujuan Penelitian

12

1.4.2.

Manfaat Penelitian

13

Sistematika Penulisan.......................................................... 13

xi

BAB:2 KAJIAN TEORI
2.1.

2.2.

15 - 47

Self Esteem

15

2.1.1.

Definisi Self-esteem..............................................

15

2.1.2.

Perkembangan Self-esteem...................................

17

2.1.3.

Aspek-Aspek Self-esteem......................................

19

2.1.4.

Tingkatan Self-esteem........................................... 25

Pertemanan sebaya......

28

2.2.1.

28

Definisi ternan..............................

2.2.2. Persahabatan........................................................ 29

2.2.3.
2.3.

2.2.2.1. Definisi Persahabatan

29

2.2.2.2. Unsur-unsur persahabatan

32

2.2.2.3. Manfaat Persahabatan..............

34

2.2.2.4. Bentuk-bentuk Persahabatan

39

Karateristik Ternan

40

2.2.3.1. Karakteristik ternan yang baik

40

Remaja

42

2.3.1.

Pengertian Remaja

42

2.3.2.

Tugas Perkembangan Remaja

43

2.4.

Persahabatan dan self-esteem pada remaja

44

2.5.

Kerangka Berpikir

44

2.6.

Pengajuan Hipotesis

47

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN •.....................•...•.•• 48 - 64
3.1.

3.2.

Jenis Penelitian

48

3.1.1. Pendekatan Penelitian

48

3.1.2. Metode Penelitian

49

Variabel Penelitian

50
xii

3.3.

3.4.

3.2.1. Definisi Variabel

50

3.2.2. Definisi Konseptual

50

3.2.3. Definisi Operasional

51

Populasi dan Sampel Penelitian

52

3.3.1. Populasi...............................................................

52

3.3.2. Sampel Penelitian

53

3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel...

54

Teknik Pengumpulan Data

55

,

3.4.1. Instrumen Penelitian

55

3.4.2. Teknik uji instrumen penelitian

60

3.5.

Teknik Analisa Data......

61

3.6.

Prosedur Penelitian

63

BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA.................... 65 - 91
4.1.

Gambaran Umum Responden

65

4.1.1. Gambaran Umum Responden..................................... 65
4.2.

4.3

4.4

Uji Instrumen

67

4.2.1. Hasil Uji validitas skala Self-esteem...

68

4.2.2. Hasil Uji validitas skala Persahabatan..................

69

4.2.3. Hasil Uji reliabilitas skala self-esteem...

72

4.2.3. Hasil Uji reliabilitas skala Persahabatan

72

4.2.4. Kategorisasi Responden

73

Uji Presentasai Data........................................................... 80
4.3.1. Uji Persyaratan Data................................................

80

4.3.2. Uji Normalitas

81

4.3.3. Uji Homogenitas...........................

86

Hasil Penelitian

88
xiii

4.4.1. Hasil Penelitian Utama

88

4.4.2. Hasil Hipotesis Penelitian

91

aAa 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

92 - 98

5.1.

Kesimpulan......................................................................

92

5.2.

Diskusi...

92

5.3.

Saran

.
'"

96

5.3.1. Saran Teoritis

97

5.3.2.

Saran Praktis...........................................................

DAFTAR PUSTAKA

97

.•.......................................•. 99-100

DAFTAR TABEl
TabeI2.1.

Bagan Kerangka Berpikir

.

TabeI3.1.

Blue Print Skala Persahabatan

TabeI3.2.

Blue Print Skala Self-esteem

TabeI4.1.

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia

TabeI4.2.

Gambaran Umum Responden Berdasarkan semester

TabeI4.3.

Hasil uji validitas skala self-esteem

TabeI4.4.

Blue Print Skala Self-esteem setelah uji instrument..

.

59

Tabe/4.5.

HIilSil Uji Validitlils Sklililil PerslilhIilPliltan.•. '" .•.............••. ".

61

TabeI4.6.

Blue Print Sklilla Persahabatan setelah uji instrument.

.

61

TabeI4.7.

Norma Reliabilitas

.

64

TabeI4.8.

Norma Kategori Persahabatan

TabeI4.9.

Kategorisasi Persahabatan Berdasarkan Jenis Kelamin .

67

TabeI4.10.

Kategorisasi Persahabatan berdasarkan Tingkat Semester

67

TabeI4.11.

Norma Kategori self-esteem

70

xiv

36
48

.

50

..

56
57
.

58

.

.

66

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam konteks psikologi perkembangan, pembentukan identitas merupakan
tugas utama dalam perkembangan kepribadian yang diharapkan tercapai padC3
akhir remaja, meskipun tugas pembentukan identitas ini telah mempunyai akarakarnya pada masa anak-anak, namun pada masa remaja ia menerima
dimensi-dimensi baru karena berhadapan dengan perubahan-perubahan fisik,
kognitif dan relasional, Grotevant & Cooper (dalam Desmita, 2008).
Istilah remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin adolescence yang
berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Adolescence mempunyai arti
yang cukup luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, fisik
(Hurlock, 1999).
Pada masa ini, remaja juga sering disebut usia yang menimbulkan ketakutan
dan masa yang tidak realistik. Pada masa remaja ini yang menimbulkan
ketakutan pada si remaja ialah anggapan stereotype budayaatau masyarakat
terhadap remaja seperti sebutan-sebutan: remaja adalah anak-anak yang tidak
rapih, yang tidak dapat dipercaya, dan cenderung merusak dan berperilaku
merusak, tidak bertanggung jawab, dan sebagainya. Sebutan-sebutan ini akan
mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri (Sabri,
1993)

2

Tetapi secara teoritis Havighurst (dalam Agustina, 2006) menyebutkan tugastugas perkembangan remaja meliputi:
..

Mencapai relasi baru dan lebih matang bergaul dengan ternan
sebaya dari kedua jenis kelamin.

..

Mencapai maskulinitas dan feminimitas dari peran sosial.

..

Menerima perubahan fisik dan menggunakannya secara efektif.

..

Mencapai ketidaktergantungan emosional dari orang tua dan orang
dewasa lainnya.

..

Menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga.

..

Menyiapkan diri untuk karir ekonomi.

..

Menemukan set dari nilai-nilai dan sistematika sebagai petunjuk
dalam berperilaku mengembangkan ideologi.

..

Mencapai dan diharapkan untuk memiliki tingkah laku sosial secara
bertanggung jawab.

Senada dengan yang dikatakan Havighurst diatas, (Hendriati, 2006) juga
mengatakan remaja yang berumur 19-21 tahun yang memasuki masa akhir
sebagai remaja, ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran
orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tujuan
vokasional dan mengembangkan identitas dirinya. Keinginan yang kuat untuk
menjadi matang dan diterima dalam kelompok ternan sebaya dan orang
dewasa, juga menjadi ciri tahap ini.

3

Pada point pertama pada tugas perkembangan menurut Havighurst , remaja
ingin mencoba mencapai relasi baru dan lebih matang bergaul dengan ternan
sebayanya, Karena jika remaja tidak bisa mencapai tugas perkembangan
tersebut, remaja akan mengalami kesepian diikuti dengan rasa self-esteem
yang menurun (Santrock, 2003).
Remaja yang terisolasi secara sosial menunjukkan gejala-gejala yang tidak
sehat. Gejala ini dikemukakan oleh Zimbardo dkk (dalam Hurlock, 1995)
sebagai penyakit sosial yang disebut malu. Akibat jangka panjang dari rasa
malu yang berlebih-Iebihan ini memunculkan penyakit sosial seperti kesepian,
rendah diri, menarik diri, penilaian sosial yang kurang baik, bahkan dikatakan
sebagai orang yang tidak ramah. Adanya tekanan dari Iingkungan dan temanternan yang disebabkan karena mereka belum bisa sepenuhnya menerima
keadaan yang seperti itu dapat memperburuk self-esteemnya.

Akibatnya, remaja dapat mengalami frustasi karena sikap rendah diri, rasa tak
pantas, rasa lemah, tidak mampu, mengalami kehampaan, keputusasaan, rasa
bersalah serta penilaian yang rendah atas dirinya sendiri dalam berinteraksi
dengan orang lain. Dengan kata lain, self-esteem merupakan hasil usaha
individu yang bersangkutan dan merupakan bahaya psikologis yang nyata
apabila seseorang lebih mengandalkan rasa self-esteemnya pada opini orang
lain ketimbang pada kemampuan dan prestasi nyata dirinya sendiri. Sebaliknya,
jika kebutuhan self-esteem pada individu terpuaskan, akan menghasilkan sikap

4

percaya diri, rasa berharga, rasa kuat, mampu dan perasaan berguna (Engkos
Koswara, 1991).

Individu yang mempunyai self-esteem yang tinggi memiliki ciri-ciri sebagai
berikut
1. Lebih percaya diri, berani menghadapi tantangan, rasa ingin tahu lebih
besar, dan mandiri. Hal ini didukung oleh harapan yang tinggi untuk
mencapai kesuksesan, karena mereka merasa sukses dengan hasil
usaha yang telah mereka lakukan.
2. Individu dengan self-esteem yang tinggi mampu menyesuaikan diri
dengan perubahan yang terjadi disekitarnya dan dapat menghadapi kritik
dengan baik.
3. Bersikap asertif, yaitu berbicara kepada orang lain secara positif yakin
dan tidak memicu reaksi keras dari orang tersebut.
4. Bersikap kreatif, yaitu kemampuan untuk membuat sesuatu yang baru,
berbeda dan dapat memasukkan hal-hal yang telah ada sebelumnya.
5. Mempunyai daya imajinasi yang tinggi, sehingga dapat mencari solusi
masalah yang orisinil. (Branden, 2001).

Secara teori, Santrock (2002) menjelaskan bahwa self-esteem adalah dimensi
penilaian (evaluatif) global dari kepribadian atau suatu penilaian atau pencitraan
diri yang mengacu pada suatu bidang keterampilan-keterampilan yang berbeda

5

dan penilaian diri sendiri secara umum. Dan self-esteem merupakan kunci
kesuksesan pada finansial, kesehatan, dan untuk memenuhi kebutuhan pribadi
manusia, dan self-esteem juga bisa mencegah orang berputus asa, melakukan
kriminal dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang.(Brown, 1998).

Perkembangan self-esteem yang berhubungan dalam diri individu sejalan
dengan perkembangan usia dan pengaruh sosial. Berbagai aspek dalam
kehidupan dapat menjadi sumber terbentuknya self-esteem dan faktor yang
mempengaruhi self esteem, seperti kemampuan kognisi, keterampilan fisik,
kompetisi, rasa diterima oleh orang lain, dan sebagainya (Berk, 1989).

Pada usia remaja ini pula Harter (dalam Murtadho, 2005) menyebutkan bahwa
dimensi self-esteem juga mencakup unsur-unsur persahabatan, romantisme,
persaingan, dan kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin membahas unsur persahabatan sebagai
salah satu dimensi dalam self-esteem. Karena persahabatan pada remaja
merupakan hal yang penting dalam memenuhi tugas perkembangannya. Dalam
hal ini Sullivan mengatakan terjadi peningkatan secara psikologis dan
kedekatan antara sahabat pada masa remaja. jika para remaja gagal untuk
membentuk persahabatan yang akrab mereka akan mengalami perasaan
kesepian diikuti dengan rasa self-esteem yang menurun, menurut Furman &

7

yang lebih rendah daripada persahabatan yang lebih akrab (dalam Santrock,
2003).

Sullivan (dalam Santrock 2003), menggambarkan bagaimana ternan remaja
saling mendukung rasa harga diri masing"masing. Ketika ternan dekat saling
mengungkapkan rasa ketidakamanan mereka dan ketakutan mereka atas diri
mereka, mereka menemukan bahwa mereka tidaklah "abnormal" dan tidak ada
yang harus membuat mereka merasa malu. Ternan juga bertindak sebagai
orang kepercayaan yang penting yang menolong remaja melewati berbagai
situasi yang menjengkelkan (seperti kesulitan dengan orang tua atau putus
hubungan romantisnya) dengan menyediakan baik dukungan emosi maupun
dukungan nasihat yang memberikan informasi.

Secara lebih terperinci Kelly dan Hansen (1987), menyebutkan enam peranan
positif dari sahabat yang baik yaitu:
1.

Mengontrol impuls-impuis negatif.

2.

Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih
independen.

3.

Meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial, mengembangkan
kemampuan penalaran, dan belajar untuk mengekspresikan perasaanperasaan dengan cara-cara yang lebih matang.

8

4.

Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran jenis
kelamin.

5.

Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai.

6. Meningkatkan harga diri (self esteem). Menjadi orang yang disukai oleh
sejumlah besar teman-sahabatnya membuat remaja merasa enak atau
senang tentang dirinya.

Harry Stack Sullivan (dalam Santrock, 2003) cenderung untuk menekankan hal
positif daripada aspek negatif dari persahabatan remaja. Sullivan berpendapat,
persahabatan yang intim di dalam masa remaja bersifat penting karena
membangun harga diri. Persahabatan-persahabatan ini juga menolong mereka
mengembangkan pemahaman sosial mereka. Sullivan juga mengatakan bahwa
para remaja juga membandingkan persepsi mereka dengan perspektif temantemannya. Seorang teman pada masa remaja juga bisa saling membantu satu
sama lain.

Dari pembahasan diatas, penulis berasumsi bahwa peranan persahabatan
pada masa remaja merupakan salah satu aspek yang cukup penting terutama
dalam pembentukan self-esteem yang terus berkembang, jika para remaja
gagaI untuk membentuk persahabatan yang akrab mereka akan mengalami
perasaan kesepian diikuti dengan rasa self-esteem yang menurun, menurut
Furman & Buhrmaster (dalam Santrock, 2003).

9

Untuk responden yang penulis teliti adalah para remaja yang sedang menjalani
program pendidikan sebagai mahasiswa semester 3, 5, 7 fakultas Dirasat
Islamiyah UIN syarif Hidayatullah Jakarta, karena pada semester tersebut, ratarata berusia 19-22 yang memasuki usia remaja akhir yaitu masa seseorang
yang ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewas1'l.
Alasan penulis memilih responden dari fakultas Dirasat Islamiyah, karena
pergaulan persahabatan mahasiswa/i fakultas tersebut menurut penulis cukup
positif dilihat dari aktivitas bersama yang mereka jalani diluar perkuliahan
seperti belajar bersama, membantu sahabat yang kesulitan saat kurang
memahami pelajaran, mengkaji i1mu nahwu shorof, berlatih marawis dan
menyukai olah raga seperti bermain futsal. Selain itu, ketika musim libur telah
tiba mereka mengadakan acara jalan-jalan bersama yang menandakan
hubungan pergaulan mereka cukup akrab untuk menikmati waktu bersamasama. Salah satu faktor pendukung yang membuat mereka bergaul secara
positif lebih dari 93% berasal dari pondok pesantren yang kesehariannya
tinggal di asrama yang dibimbing oleh kyai, ustadz dan ustadzah yang secara
perilaku, pergaulan serta persahabatan harus positif dan didasari oleh akhlakul
karimah.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti mahasiswali fakultas Dirasat
Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah yang menjalin persahabatan dengan
melakukan aktivitas yang positif

10

Berangkat dari permasalahan tersebut, peneliti ingin mengangkat masalah apa
benar peran persahabatan mahasiswa/i fakultas Dirasat Islamiyah bisa
meningkatkan self-esteem pada remaja yang akibatnya juga meningkatan
kualitas diri untuk menggapai cita-cita yang di harapkannya. Maka dari itu,
peneliti ingin mengambil judul "HUBUNGAN ANTARA PERANAN
PERSAHABATAN DENGAN SELF-ESTEEM PADA MAHASISWA
FAKUlTAS DIRASAT ISlAMIYAH UIN JAKARTA"

1.2. Identifikasi Masalah
Berpijak pada latar belakang masalah di atas selanjutnya peneliti ingin
mengemukakan masalah-masalah yang berkaitan dengan peranan
persahabatan dan self-esteem yaitu:
1. Apakah peranan persahabatan mempengaruhi tingkatan self-esteem pada
remaja?
2. Bagaimana peranan persahabatan bisa mempengaruhi self-esteem?
3. Bagaimana self-esteem remaja khususnya pada mahasiswa/i UIN Jakarta
semester 3,5,7?
4. Aspek apa saja yang bisa mempengaruhi tinggi rendahnya self-esteem
remaja?
5. Seperti apa jenis persahabatan remaja FDI UIN Jakarta semester 3,5,7?
6. Sahabat jenis apa yang bisa meningkatkan self-esteem remaja?

11

1.3. Pembatasan dan Perumusan masalah
1.3.1. Pembatasan masalah
Mengingat luasnya masalah yang dapat diidentifikasi, maka masalah yang
menjadi objek penelitian dibatasi pada "hubungan antara peranan
persahabatan dengan self-esteem remaja akhir pada mahasiswa/i FDI UIN
Jakarta"
Dalam pembatasan masalah peneliti membatasinya sebagai berikut :
1. Persahabatan, merupakan hubungan pertemanan antara individu yang
ditandai dengan keakraban, saling percaya, menerima dengan yang
lainnya, mau berbagi perasaan, pemikiran dan pengalaman serta kadangkadang melakukan aktivitas bersama. sahabat merupakan kelompok
sepermainan karena ada beberapa persamaan seperti usia, minat, dan
keinginan. Chums yaitu kelompok dimana remaja bersahabat karib dengan
ikatan persahabatan yang sangat kuat. Anggota kelompok terdiri dari 2
sampai 3 orang dengan jenis kelamin sama, memiliki minat, kemampuan
dan kemauan yang sama.
2. Se/f.esteem yang dimaksud adalah persepsi remaja tentang keberhargaan
dirinya dan sejauh mEma ifj memberi penilfjian serta menyukai dirinya
sendiri yang mencakup beberapa aspek yaitu perasaan mengenai diri
sendiri, perasaan terhadap hidup, dan hubungan dengan orang lain.

13

C.

Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara peranan
persahabatan dengan self-esteem.

1.4.2. Manfaat penelitian
A. Manfaat teoritis
Penelitian ini sekiranya dapat memperluas hasanah pada bidang
psikologi sosial, terutama yang berkaitan dengan persahabatan dan selfesteem sehingga self-esteem menjadi salah satu bagian seseorang
melakukan hubungan persahabatan.

B. Manfaat praktis
Pada penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi pada banyak
orang umumnya dan pada mereka yang memiliki sahabat khususnya,
untuk lebih mengetahui apa saja yang bisa dimanfaatkan dalam
persahabatan pada artian positif guna membentuk diri lebih baik lagi.

1.5. Sistematika Penulisan
Bab1:PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian dan si$tematika penulisan.

12

3. Remaja akhir, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i
fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syahid Jakarta semester 3, 5, 7 yang
mempunyai sahabat dan berusia 19-22 tahun karena ditandai oleh
persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa.

1.3.2. Perumusan masalah
Berdasarkan pembatasan mai'lalah dan latar QEllakang yang te1ah qillraikan
sebelumnya, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut "apakah ada
hubungan antara peranan persahabatan dengan self-esteem.

1.4. Tujuan dan Manfaat
1.4.1. Tujuan
Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan dilaksanakannya penelitian
ini adalah:
a. Untuk mengetahui tinggi rendahnya self-esteem yang disebabkan peranan
persahabatan.
b. Untuk mengetahui jenis persahabatan yang dijalani pada sampel penelitian
ini adalah mahasiswali fakultas Dirasat Islamiyah semester 3,5,7 UIN
Syahid Jakarta.

14

Bab 2 : KAJIAN TEORI
Pada bab ini berisikan tentang definisi persahabatan, jenis
persahabatan, fungsi persahabatan,bentuk-bentuk persahabatan,
karakteristik teman yang baik, pengertian self-esteem, perkembangan

self-esteem, faktor-faktor yang mempengaruhi self-esteem, karakteristik
individu yang memiliki self-esteem yang sehat, aspek-aspek self-esteem,
tingkat ウ・ャヲセエュL

pengertian remaja,karakteristik fisik remaja, tugas

perkembangan remaja, kerangka berpikir jenis persahabatan dan self-

esteem remaja.
Bab 3 : METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
Pada bab ini berisikan tentang jenis penelitian, pendekatan penelitian,
metode penelitian, populasi sampel, teknik pengambilan sampel, definisi
konseptual, definisi operasional, metode pengumpulan data, teknik
analisa data dan uji hipotesa
BAB 4 : HASIL PENELITIAN
Pada bab ini berisikan tentang gambaran umum responden,uji instrumen
penelitian, hasil uji validitas skala peranan persahabatan dan skala self-

esteem serta hasil uji reliabilitas skala persahabatan dan skala selfesteem, uji persyaratan yang terdiri dari uji normalitas, uji homogenitas
dan uji hipotesis, serta hasil utama penelitian.
BAB 5 : PENUTUP
Pada bab ini berisikan kesimpulan, diskusi dan saran.

15

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. SELF-ESTEEM
2.1.1. Definisi Self-esteem
Dalam bahasa Indonesia, self-esteem diterjemahkan sebagai penghargaan
diri, rasa self-esteem. Woolfolk (1993) menerangkan bahwa self esteem
adalah nilai yang kita berikan pada karakteristik, kemampuan, dan perilaku
kits sendiri.

Branden Nathaniel (2001), mengatakan bahwa self-esteem adalah suatu
kebutuhan mendasar bagi manusia karena bisa berfungsi sebagai contributor
utama dalam proses kehidupan seseorang. Self-esteem sangat diperlukan
bagi tercapainya pengembangan hidup yang sehat dan normal serta
mengandung nilai-nilai kelangsungan hidup (survival value).

Sedangkan Sutton Smith (1973) secara singkat menjelaskan bahwa self
esteem merupakan " A person's judgement about his own capabilities, talents
and powers." (penilaian orang terhadap kemampuannya, bakatnya, dan
kekuat;;mnya, terj).Terlihat bahwa secara umum, konsep self-esteem
berkaitan erat dengan unsur penilaian.

16

Santrock (2003) menjelaskan bahwa self-esteem adalah dimensi penilaian
(evaluatif) global dari kepribadian atau suatu penilaian atau pencitraan diri
yang mengacu pada suatu bidang keterampilan-keterampilan yang berbeda
dan penilaian diri sendiri secara umum. Konsep self-esteem, seperti telah
dijelaskan sebelumnya oleh Rosenberg (dalam Murtadho, 2005) berkaitan
dengan self-concept (konsep diri). Oleh karena itu, perlu dijelaskan lebih
pengertian dari konsep diri, yaitu keseluruhan gambaran diri, yang meliputi
persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang
berhubungan dengan dirinya.

Secara singkat, Woolfolk (1993) menerangkan konsep diri sebagai "our
perception about ourselves," (persepsi kita tentang diri sendiri, terj)

Rosenberg (dalam Murtadho,2005) menjelaskan bahwa cara pandang yang
dimaksud mencakup cara pandang secara definitif dan evaluatif. Cara
pandang definitif adalah cara pandang yang disampaikan dalam bentuk
deskripsi terbuka, sedangkan cara pandang evaluatif adalah penilaian yang
sifatnya lebih reaktif. Dalam cara yang terakhir ini, individu diminta untuk
menilai kompetensi serta taraf kemampuan mereka.

Selanjutnya Atwater (dalam Desmita, 2008), mengidentifikasi konsep diri atas
3 bentuk.

1. Body image, kesadaran tentang tubuhnya, yaitu bagaimana seseorang
melihat dirinya sendiri.

18

mempengaruhi self-esteem, seperti kemampuan kognisi, keterampilan fisik,
kompetisi, rasa diterima oleh orang lain, dan sebagainya (Berk, 1989).

Pada usia remaja merupakan saat krisis yang dapat mempengaruhi self
esteem siswa. Hal ini terjadi karena siswa mengalami kesulitan-kesulitan

untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dan harapan dilingkungan baru,
yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk membuat evaluasi yang
realistik tentang kompetensi yang dimilikinya. Pada usia remaja ini pula Harter
(dalam Murtadho, 2005) menyebutkan bahwa dimensi self-esteem juga
mencakup unsur-unsur persahabatan, romantisme, persaingan, dan
kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu.

Sejalan dengan perkembangannya, remaja tidak hanya memahami lebih
banyak tentang diri mereka sendiri, mereka juga mulai melakukan evaluasi
terhadap kualitas yang mereka persepsikan mereka miliki. Aspek evaluatif dari
konsep diri yang dimiliki oleh seseorang ini disebut dengan harga diri (Selfesteem). AI-Qur'an mengajarkan bahwa self-esteem dari kualitas terbaik

seorang mukmin adalah taqwa terhadap Allah. Dalam Islam tingginya
keimanan menunjukkan tingginya derajat manusia, sebagaimana kutipan AIQur'an berikut ini :

19

"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah kamu bersedih hati,
padahal kamu adalah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman". (OS. AI-Imran ayat 139)

Dari uraian perkembangan self-esteem tersebut, dapat disimpulkan bahwa
self-esteem mencakup unsur-unsur perasaan diri sendiri, mampu melakukan
sesuatu (feeling of competence) dan penghargaan terhadap diri sendiri
(personal worth). Lebih lanjut lagi Harter (dalam Santrock. 2003) mengatakan
bahwa feeling of competence itu mencakup kognitif. sosial. dan keterampilan
fisiko

2.1.3. Aspek-Aspek Self-Esteem
Self-esteem bukanlah sifat atau aspek tunggal saja, melainkan sebuah
kombinasi dari beragam sifat dan perilaku. Minchinton (1993) menjabarkan
tiga aspek dari self-esteem, yaitu perasaaan mengenai dirinya sendiri,
perasaan terhadap hidup, serta hubungan dengan orang lain.

1. Perasaan Mengenai diri sendiri
a. Menerima diri sendiri, maksudnya seseorang menerima dirinya secara
penuh, nyaman dengan dirinya sendiri, dan memiliki perasaan yang
baik tentang diri sendiri, apapun kondisi yang dihadapi saat ini.
Seseorang memandang bahwa dirinya memiliki keunikan tersendiri,
menghargai setiap potensi yang dimiliki tanpa pernah mengeluh.
(Minchinton, 1993).

20

b. Menghargai diri sendiri. Dengan menghargai dirinya sendiri,
perasaannya tentang kompetensi dirinya sendiri tidak bergantung
pada kondisi eksternal. Perasaan gembira saat dipuji orang lain
menggambarkan bahwa seseorang dengan self-esteem rendah
berusaha membuktikan dirinya dan ingin mengesankan orang lain.
Jika melakukan kesalahan dan orang lain mencacinya, ia pun akan
menghukum dirinya. Akibatnya, orang dengan self-esteem rendah
tidak berani mencoba, tidak berani mengambil resiko.

c.

Memaafkan diri sendiri dengan segala ketidaksempurnaan dan
kesalahan yang dibuatnya. Jika seseorang tidak menyukai dirinya
sendiri, membiarkan orang lain merendahkannya, kerap mencela
dirinya sendiri

Hウ・ャヲMcイゥエ 」。セL

serta merendahkan diri, ia akan

merasakan kepedihan dan penderitaan mental. Dua hal ini pada
puncaknya termanifestasikan dalam self-esteem yang rendah. Stres,
tekanan, dan kepedihan karena selalu mengkritik diri sendiri seringkali
membuat seseorang merasa seperti kawah yang tegang dan panas,
atau bahkan merasa hampa dan tidak bersemangat.

d. Memegang kendali atas emosi diri sendiri. Seseorang dengan self-

esteem tinggi memegang kendali atas emosinya sendiri. Sebaliknya,
keadaan yang buruk dapat mempengaruhi perasaan seseorang
dengan self-esteem rendah, akibatnya suasana hatinya (mood) pun

21

menurun. Setiap kali seseorang mengatakan sesuatu tentang dirinya ,
apakah dari pasangan, teman, guru, pimpinan, orangtua, atau saudara
kandung, ia akan menerima komentar tersebut begitu saja dan
membiarkan pikiran orang melumpuhkan kehidupannya. Komentar itu
bisa berupa sesuatu yang negatif atau berlawanan dengan
penilaiannya. Kemudian, ia pun mulai mempercayai ucapan orang
tersebut meskipun jauh di lubuk hati dan jiwanya, ia tahu itu tidak
benar.

2. Perasaan terhadap hidup
a. Menerima realita (kenyataan). Perasaan terhadap hidup berarti
menerima tanggung jawab atas setiap bagian hidup yang dijalaninya.
Maksudnya, seseorang dengan self-esteem tinggi akan dengan lapang
dada dan tidak menyalahkan keadaan hidup ini (orang lain) atas
segala masalah yang dihadapinya. la sadar bahwa semuanya itu
terjadi berkaitan dengan pilihan dan keputusannya sendiri, bukan
karena faktor ekstemaL (Minchinton, 1993).

! "'....

... t "'....

""YI'J J"
,YO "YI:


J



>&

.. ...

--w ,.y,Y'll
J. "...

." J ....r'""'
y

J
;t...







J

>

:. Z セ ".'y','I';
J
,..

,>':I . . . . . . .



--< .Y-:./...' ;... 11 ェセ

.

...
9S,;tl\'j

Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kefaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan

22

berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (O.S. AlBaqarah; 214)
Ayat ini menjelaskan bahwa hidup di dunia ini kita tidak hanya
menemui kesenangan saja tetapi cobaan juga merupakan realita yang
menguji kesabaran dan iman kita. Jika seseorang sabar dalam
menerima cobaan, berarti dia menyikapi hidup dengan cara yang
positif yang merupakan ciri dari tingginya self-esteem seseorang.

b.

Harapan yang realistis, Seseorang yang memiliki self-esteem yang
tinggi akan membangun harapan ataupun cita-cita secara realistis,
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Perasaan seseorang
terhadap hidup juga menentukan apakah ia akan menganggap sebuah
masalah adalah rintangan hebat atau kesempatan bagus untuk
mengembangkan diri.

c. Memegang kendali atas diri sendiri. seseorang dengan self-esteem
tinggi juga tidak berusaha mengendalikan orang lain atau situasi yang
ada. Sebaliknya, ia akan dengan mudah menyesuaikan diri dengan
keadaan.
3. Hubungan dengan Orang lain
a. Menghargai orang lain. Seseorang dengan toleransi dan penghargaan
yang sama terhadap semua orang berarti memiliki self-esteem yang
bagus. la percaya bahwa setiap orang, termasUk dirinya, mempunyai
hak yang sama dan patut dihormati. (Minchinton, 1993).

24

Bentuk kedua ini lebih kuat karena sekali didapat kita tidak melepaskannya,
berbeda dengan kebutuhan kita akan penghargaan orang lain.

Bentuk negatif dari kebutuhan akan self-esteem ini adalah rendah diri dan
kompleks inferioritas. Maslow membenarkan Adler ketika mengatakan bahwa
masalah inilah yang menjadi dasar masalah-masalah psikologis. Di Negaranegara modern, sebagian besar orang hanya mementingkan kebutuhan
fisiologis dan rasa aman. Sering orang tidak terlalu memperdulikan
kebutuhan mereka akan cinta dan kerinduan.

Felker (dalam Murtadho, 2005) menyebutkan bahwa self-esteem terdiri dari 3
komponen, yaitu:

1. Feeling of belonging
Komponen ini menyangkut perasaan bahwa seseorang individu
merupakan bagian dari kelompok tertentu, diterima, dicintai, dan
dihargai oleh kelompoknya

2. Feeling of competence
Komponen ini menyangkut perasaan individu ketika dia berhasil
mencapai suatu hasil yang diharapkan, perasaan ini merupakan
persepsi mengenai kemampuan yang dimiliki seseorang.

3. Feeling of worth
Merupakan komponen self-esteem yang menyangkut perasaan
mengenai apakah seseorang berharga atau tidak dimata orang lain.

25

2.1.4. Tingkatan

s・ャヲセ ウエ・ ュ

Menurut Branden (2001), self-esteem menjadi suatu kebutuhan yang
mendasar bagi manusia karena berfungsi sebagai kontributor utama dalam
proses kehidupan seseorang di mana self-esteem sangat diperlukan bagi
tercapainya perkembangan hidup yang sehat dan normal serta mengandung
nilai-nilai kelangsungan hidup (survival value).

Coopersmith (dalam Farah, 2007) membuat penggolongan tingkat selfesteem individu menjadi tiga golongan, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
1. Self-esteem Tinggi
Berikut ciri-ciri individu yang mempunyai self-esteem tinggifpositif :
a. Aktif dan dapat mengekspresikan diri dengan baik.
b. Berhasil dalam bidang akademis, terlebih dalam mengadakan
hubungan sosial.
c. Percaya pada persepsi dan reaksi sendiri
d. Tidak terpaku pada dirinya sendiri atau hanya memikirkan kesulitan
sendiri.
e. Keyakinan dirinya tidak didasarkan atas fantasikarena memang
mempunyai kemampuan dan kecakapan.

f. Tidak terpengaruh oleh penilaian dari orang lain tentang
kepribadiannya, baik itu positif maupun yang negatif.
g. Lebih mudah menyesuaikan diri dengan Iingkungan yang belum jelas.

26

h.

Banyak menghasilkan suasana yang berhubungan dengan kesukaran
sehingga tercipta tingkat kecemasan yang rendah dan mE;lmiliki daya
pertahanan yang seimbang

2. Self-esteem Sedang
Karakteristik individu dengan self esteem sedang hampir sarna denngan
individu yang memiliki self-esteem tinggi, terutama dalam kualitas,
perilaku, dan sikap. Pernyataan diri mereka memang positif, tetapi
cenderung kurang moderat. Individu dengan

ウ・ャヲセ エ ュ e[ 、。ョァ

cenderung memandang dirinya lebih baik dari kebanyakan orang.

3. Self-esteem rendah
Adapun ciri-ciri individu yang mempunyai self-esteem rendah adalah sebagai
berikut:
a. Memiliki perasan inferior
b. Takut gagal dalam membina hubungan sosial.
c. Merasa diasingkan.
d. Terlihat sebagai orang yang putus asa dan depresi.
e. Kurang dapat mengekspresikan diri.
f.

Sangat tergantung pada Iingkungan.

g. Tidak konsisiten.
h. Secara pasif akan mengikuti apa yang adadi Iingkungan.
i.

Mudah mengakui kesalahan.

27

Terpuaskannya kebutuhan self-esteem pada individu, akan menghasilkan
sikap percaya diri, rasa berharga, rasa kuat, mampu dan perasaan berguna.
Akan tetapi sebaliknya, frustasi karena sikap rendah diri, rasa tak pantas,
rasa lemah, tidak mampu, mengalami kehampaan, keputusasaan, rasa
bersalah serta penilaian yang rendah atas dirinya sendiri dalam berinteraksi
dengan orang lain. Dengan kata lain, self-esteem merupakan hasil usaha
individu yang bersangkutan dan merupakan bahaya psikologis yang nyata
apabila seseorang lebih mengandalkan rasa self-esteemnya pada opini orang
lain ketimbang pada kemampuan dan prestasi nyata dirinya sendiri (Koswara,
1991).

Secara ringkas, seorang remaja yang memiliki self esteem yang positif
mempunyai ciri-ciri:
1. Lebih percaya diri, berani menghadapi tantangan, rasa ingin tahu lebih
besar, dan mandiri. Hal ini didukung oleh harapan yang tinggi untuk
mencapai kesuksesan, karena mereka merasa sukses dengan hasil
usaha yang telah mereka lakukan.
2. Individu dengan self-esteem yang tinggi mampu menyesuaikan diri
dengan perubahan yang terjadi disekitarnya dan dapat menghadapi
kritik dengan baik.
3. Bersikap asertif, yaitu berbicara kepada orang lain secara positif yakin
dan tidak memicu reaksi keras dari orang tersebut.

PERPUSTAKAAN UTAMA
U/N SYAHID JAKARTA

j.

4. Bersikap kreatif, yaitu kemampuan untuk membuat sesuatu yang baru,
berbeda dan dapat memasukkan ィ。ャセィ。ャ

yang telah ada sebelumnya.

5. Mempunyai daya imajinasi yang tinggi, sehingga dapat meneari solusi
masalah yang orisinil. (Branden, 2001).

2.2. Pertemanan sebaya
2.2.1. Definisi teman
Pengertian teman sebaya (peef) menurut Hetherington dan Parker, adalah
sebuah kelompok sosial sering didefinisikan sebagai semua orang yang
memiliki kesamaan e1ri-eiri seperti kesamaan tingkat usia. Lewis dan
Rosenblum mendefinisikan teman sebaya saat ini lebih ditekankan pada
kesamaan tingkah laku atau psikologis. Dapat disimpulkan bahwa teman
sebaya merupakan kelompok sepermainan karena ada beberapa persamaan
seperti usia, minat, dan keinginan. (Desmita, 2008).

Salah satu fungsi kelompok teman sebaya yang paling penting adalah
menyediakan informasi dan perbandingan tentang dunia diluar keluarga.
Mereka menerima umpan balik tentang kemampuan·kemampuan mereka
dari kelompok teman sebaya. Mereka mengevaluasi apakah yang mereka
lakukan lebih baik, sama atau lebih jelek dari yang dilakukan anak-anak lain.
Mereka menggunakan orang lain sebagai tolak ukur untuk membandingkan
dirinya. Proses pembandingan sosial ini merupakan dasar bagi pembentukan

28

29

rasa self·esteem dan gambaran anak, menurut Hetherington & Parker (dalam
Desmita, 2008).

2.2.2. Persahabatan
2.2.2.1. Definisi Persahabatan
Argyle dan Henderson (dalam Hildayani, 1997) juga memberikan definisi
tentang persahabatan. Menurut mereka persahabatan meliputi orang-orang
yang saling menyukai, menyenangi, kehadirannya satu sama lain, memiliki
kesamaan minat dan kegiatan, saling membantu dan memahami, saling
mempercayai, menimbulkan rasa nyaman dan saling menyediakan
dukungan emosional. Persahabatan di sebutkan pula sebagai hubungan
interpersonal yang intim dengan adanya keterlibatan masing-masing individu
sebagai pribadi yang utuh secara spontan dan sukarela.

Persahabatan merupakan hubungan antara individu yang ditandai dengan
keakraban saling percaya, menerima dengan yang lainnya, mau berbagi
perasaan, pemikiran dan pengalaman serta kadang-kadang melakukan
aktivitas bersama (Santrock, 2003). Pengetahuan yang mendalam dan
pribadi tentang teman juga digunakan sebagai ukuran keakraban.

Secara kelompok sosial remaja ada yang dinamakan dengan Chums yaitu
kelompok dimana remaja bersahabat karib dengan ikatan persahabatan yang

30

sangat kuat. Anggota kelompok terdiri dari 2 sampai 3 orang dengan jenis
kelamin sarna, memiliki minat, kemampuan dan kemauan yang sarna.

Aristoteles (Infed.com) mengungkapkan gagasan mengenai konsep
persahabatan dengan 3 komponen:
1.

Seorang ternan harus menikmati kebersamaan dengan ternan-ternan
yang lainnya.

2. Mereka harus saling memberi manfaat antara satu dengan yang lain

3. Dan mereka harus saling berbagi dan berkQmitmen untuk melakukan
hal-hal yang baik.
Keakraban dapat diartikan secara luas meliputi segala Sesuatu dalam
persahabatan yang membuat hubungan terlihat lebih dekat atau mendalam.
Dalam hampir semua penelitian, keakraban dalam persahabatan (intimacy in

friendship) secara sempit dapat diartikan sebagai pengungkapan diri atau
membagi pemikiran-pemikiran pribadi (Santrock, 2003).

Ada 2 karakteristik dari persahabatan yang umum. Keakraban pada
persahabatan diartikan secara sempit sebagai pengungkapan diri atau
membagi hal-hal yang pribadi, kesamaan diartikan dalal11 ul11ur, jenis
kelamin, etnis dan faktor lainnya juga penting untuk persahabatan (Santrock,
2003).

Hubungan ternan pada remaja lebih didasarkan pada hubungan
persahabatan. Menurut Bloss (dalal11 Desl11ita, 2008), pel11bentukan

31

persahabatan remaja erat kaitannya dengan perubahan aspek-aspek
pengendalian psikologis yang berhubungan dengan kecintaan pada diri
sendin.

Sullivan (dalam Santrock, 2003), merupakan ahli teori yang memberikan
pengaruh terbesar dalam rnendiskusikan pentingnya perSahabatan pada
remaja. Dia berpendapat bahwa terjadi peningkatan secara psikologis dan
kedekatan antara sahabat pada masa remaja. Sullivan merasa bahwa jika
para remaja gagal untuk membentuk persahabatan yang akrab mereka akan
mengalami perasaan kesepian diikuti dengan rasa self-esteem yang
menurun, Remaja juga rnenyatakan rnereka lebih rnengandalkan ternan
daripada orang tua untuk memenuhi kebutuhan untuk kebersamaan, untuk
meyakinkan self-esteem dan keakraban menurut Furman & Buhrmaster
(Santrock, 2003).

Sullivan melanjutkan, sebagai tambahan terhadap peran yang mereka
mainkan pada proses sosialisasi kemampuan sosial, hubungan persahabatan
menjadi sumber dukungan yang penting. Sullivan menggambarkan
bagaimana teman remaja saling mendukung rasa self-esteem rnasingmasing. Ketika teman dekat saling mengungkapkan rasa ketidakamanan
mereka dan ketakutan mereka atas din mereka, mereka menemukan bahwa
mereka tidaklah :"abnormal" dan tidak ada yang membuat mereka merasa
malu. Teman juga bertindak sebagai orang kepercayaan yang penting yang

32

menolong remaja melewati situasi yang menjengkelkan (seperti kesulitan
dengan orang tua dan putus hubungan romantis).

Keakraban dalam konteks persahabatan sudah digambarkan dengan
berbagai cara. Sebagai contoh, Kebanyakan studi penelitian telah
menggambarkan dengan luas termasuk segalanya pada suatu hubungan
yang terlihat dekat atau k