tidak dinamik, sehingga tidak dapat digunakan untuk aplikasi yang lain. Kedinamikan adalah perbedaan yang nyata sekaligus kelebihan PMS dari sistem-sistem sebelumnya. Karena itu, PMS
ini perlu dikembangkan untuk membangun satu prototipe sistem informasi pariwisata. Adapun bentuk antarmuka PMS hasil dari penelitian Dosen Muda BBI tahun anggaran 20002001 itu
dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1 : Pengintegrasian Multimedia dan Sistem Informasi Geografi
1.2 Pernyataan Masalah
Masalah bagi kajian ini adalah bagaimana meningkatkan kemampuan PMS dengan berbagai fungsi pariwisata ? Sehingga nantinya PMS mampu bertindak sebagai satu sistem
informasi pariwisata. Fungsi-fungsi pariwisata yang dimaksudkan itu adalah 1 pengaktifan lapisan-lapisan objek dan fasilitas wisata, 2 penelusuran informasi tentang objek dan fasilitas
wisata dan 3 pencarian objek dan fasilitas wisata.
1.3 Tujuan dan Objektif Kajian
Kajian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan PMS dengan berbagai fungsi pariwisata, diantaranya 1 pengaktifan lapisan-lapisan objek dan fasilitas wisata, 2 penelusuran
informasi tentang objek dan fasilitas wisata dan 3 pencarian objek dan fasilitas wisata. Untuk mencapai tujuan ini, maka objektif kajian adalah i membangun kembali antarmuka pemakai
3
PMS, ii membangun ketiga fungsi pariwisata yang disebut di atas iii menguji PMS yang telah ditingkatkan kemampuannya dengan data peta Kota Bukittinggi.
1. 4 Metodologi Kajian
Kajian yang dilakukan adalah berbentuk “Applied development” atau kajian “Tactical”. Untuk mencapai objektif kajian, metodologi rekabentuk design sistem yang dikemukakan oleh
Redmond-Pyle dan Moore 1995 dipilih untuk digunakan. Metodologi ini terdiri dari lima langkah, yaitu i pendefinisian kembali PMS untuk ketiga fungsi pariwisata, ii rekabentuk
antarmuka pemakai PMS untuk ketiga fungsi pariwisata, iv rekabentuk sistem PMS untuk ketiga fungsi pariwisata, v pembangunan PMS dan vi pengujian PMS.
Dalam membangunkan fungsi-fungsi pariwisata itu, digunakan Ms Visual basic versi 6.0, MapOjects, Ms Access 2002, Ms HTML dan Windows Media versi 7.0. Selain itu, untuk
penyiapan data spatial dan elemen-elemen multimedia digunakan beberapa perangkat lunakkeras pendukung, seperti : Scanner, Video editing, Frontpage, MapInfo versi 5.0.
Sebagai aplikasi daripada PMS yang telah ditingkatkan kemampuannya ini, kajian ini mencoba data pariwisata kota Bukittinggi, Sumatera Barat sebagai sumber data dan juga sebagai
kajian kasus. Satu peta kota Bukittinggi yang didalamnya terdapat objek wisata Jam Gadang dan Ngarai Sianok didijitasi dengan menggunakan MapInfo versi 5.0. Gambar-gambar objek wisata
yang ada di kota Bukittinggi di scanning dengan menggunakan scanner. Dua video tentang Jam Gadang dan Ngarai Sianok diproses ulang. Keterangan-keterangan mengenai objek wisata diubah
ke dalam bentuk HTML.
Untuk pengujian PMS yang telah ditingkatkan kemampuannya ini, ke dalam PMS dimasukkan data pariwisata kota Bukittinggi. Informasi yang ditampilkan oleh PMS untuk ketiga
fungsi pariwasata yang dikembangkan dibandingkan dengan data sebenarnya. Jika informasi yang diberikan oleh PMS sama dengan data sebenarnya, maka PMS yang dibangunkan itu telah benar.
1.5 Sumbangan Kajian
Memberikan satu prototipe sistem informasi pariwisata berbasiskan Multimedia SIG yang bersifat dinamik. Dengan prototipe ini, diharapkan nantinya dapat dikembangkan sistem
informasi pariwisata Indonesia yang sesuai dengan kemajuan teknologi.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Multimedia SIG
Menurut Moreno-Sanchez et. al.1994, multimedia SIG adalah integrasi dua teknologi yaitu multimedia dan SIG. Parsons 1994 mengenalkan istilah Multimedia HyperMap. Istilah ini
digunakan bila multimedia disusun dengan memakai konsep Spatial Hypertext. Nahle dan Moghrabi 1997 mengatakan bahwa …such maps are highly interactive, live and attractive in
presenting hot links to intelligent information associated directly to a geographic feature. Sedangkan Kraak dan Driel 1997 mengatakan bahwa The HyperMap concept will be
introduced to structure the individual multimedia component in respect to each other and the map. It will allow the user to navigate the data. Raper 1997 menyimpulkan bahwa multimedia SIG
adalah The use of hypertext systems to create webs of multimedia resources organised by theme or location, dimana SIG digunakan untuk menunjukkan georeference, struktur dan analisis data
sedangkan multimedia sebagai keterangan tambahan dari spatial.
Mengenai isu dalam multimedia SIG, Fonseca dan Gouvesa 1994 mengatakan bahwa The Exploration of the multimedia capabilities within GIS involves two main topics : i The
used data source, and ii the integration and accesses to the different data within a common interface. Pada isu sumber data yang digunakan, dibicarakan bahwa Multimedia SIG digunakan
untuk mengintegrasikan berbagai jenis data seperti peta, alphanumerik, foto udara, teks, grafik, video dan suara. Sedangkan pada isu integrasi multimedia dan SIG, ada dua hal yang menjadi
perhatian, yaitu pemakaian struktur data hypermedia dan rekabentuk antarmuka pemakai. Kemudian dalam mengintegrasikan data diperlukan perencanaan yang hati-hati untuk menjamin
efisiensi penyimpanan dan penemuan kembali data, fungsi aplikasi, kemudahan dan konsisten dalam memperbaiki data. Dalam mengintegrasikan multimedia dan SIG, ada dua
pendekatan yaitu SIG di dalam multimedia atau Multimedia di dalam SIG Moreno- Sanchez et. al.,1994.
Mengenai teknologi integrasi multimedia SIG, Shi dan Tang 1998 menggunakan konsep Hyper-Information sebagai pengintegrasinya. Menurut Shi dan Tang 1998, konsep Hyper-
5
Information mempunyai bentuk seperti HyperText, HyperMap, HyperMedia dan HyperData. Bentuk-bentuk ini mempunyai kesamaan yaitu dalam hal pembacaan yang tidak sekuensial.
Dalam integrasinya dengan SIG, mereka membaginya atas tiga tingkatan, yaitu : 1 “Client- Server” 2 “SIG System Level”, lihat gambar 2, dan 3 “Model Level”.
Gambar 2 : SIG Sistem-Level Shi dan Tang,1998
2.2 Perkembangan Arsitektur SIG