Keadilan seorang suami dalam hal

8 posisi negotiated. Informan memaknai bahwa hal tersebut seperti yang dijelaskan dalam Al Qur’an di akhir-akhir surat An nissa “kamu jangan menjadikan dia seperti barang yang tergantung” jadi itu dalam batas-batas kemampuan harus diusahakan keadilan tapi trus tidak boleh seenaknya sendiri. Boleh saja seperti itu tidak apa-apa tapi sebaiknya seorang suami saat sedang sakitpun juga harus tetap bergilir. Karena Rasulullah saat sedang sakit juga beliau minta ijin istri-istrinya yang laen untuk merelakan agar selama sakit itu tinggal di rumah Aisyah. Informan perempuan dengan latar belakang yang sudah menikah kemudian suami mempunyai istri lagi juga berada pada posisi pemaknaan negotiated. Dimana informan sejalan dengan apa yang disampaikan oleh media, namun pada situasi tertentu membuat aturan dasarnya sendiri. Informan melihat bahwa boleh saja seperti itu karena itu sesuai dengan kondisi. Kalau dia lagi sakitkan dia tidak ingin membebani siapapun. Tapi nanti kalau dia sudah dalam keadaan sembuh dia harus memutuskan dia harus membagi waktunya, dia harus berbagi begitu.

c. Keikhlasan istri dalam hal biologis.

Memaknai hal tersebut keseluruhan informan berada pada posisi dominant- hegemonic. Informan laki-laki dan perempuan dengan latar belakang yang masih menikah memaknai setuju sesuai dengan yang ditampilkan dalam film. Dimana pemaknaan informan disini dipengaruhi oleh budaya yang berkembang di lingkungannya yaitu budaya patriarki. Budaya patriarki merupakan sebuah budaya yang pada dasarnya menempatkan perempuan pada posisi yang lebih rendah dan selalu berada di bawah laki-laki. Seorang laki-laki yang memiliki kuasa penuh terhadap seorang perempuan. Seperti halnya pemaknaan informan laki-laki yang masih menikah. Informan melihat bahwa Syahdu merupakan seorang yang baik, karena dia mengetahui keinginan daripada suaminya. Sehingga Syahdu kemudian menganjurkan Sofie untuk menemani Ifan. Tidak hanya berpengaruh kepada informan laki-laki saja budaya patriarki juga berpengaruh kepada informan perempuan untuk melihat suatu permasalahan terutama dalam hal poligami. Informan perempuan yang masih menikah memaknai bahwa sikap 9 Syahdu seperti itu merupakan sikap yang bagus. Melihat suaminya Ifan ditemani oleh istri pertamanya yaitu Sofie. Lagipula Syahdu merupakan istri kedua paling tidak dia dapat mengalah. Sedangkan informan laki-laki yang sudah menikah kemudian mempunyai istri lagi memaknai sesuai dengan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari yang hidup berpoligami. Informan memaknai setuju terhadap hal tersebut. Informan melihat bahwa kalau seperti itu tinggal sekarang waktunya siapa. Kalau itu waktunya sekarang dianggap sebagai giliran istri pertama ya tetap digauli atau tidak ya lebih pantaskan disitu itu. Informan perempuan yang sudah menikah kemudian suami mempunyai istri lagi juga setuju sesuai dengan yang ditampilkan dalam film. Informan melihat bahwa hal tersebut sesuai dengan yang dialami oleh Nabi Muhammad. Nabi Muhammad ketika itu berkeinginan cepat bertemu dengan Aisyah, padahal saat itu Nabi Muhammad dalam keadaan sakit. Sedangkan saat itu juga belum giliran ke tempat Aisyah. Karena istrinya khawatir akhirnya berunding dan meyetujui Nabi Muhammad untuk dipindahkan di rumah Aisyah.

d. Ketidakadilan suami dalam sholat

berjamaah Memaknai hal tersebut keseluruhan informan berada dalam posisi oppositional atau menolak apa yang disampaikan dalam film dan menggantinya dengan pemaknaan alternatif. Informan laki-laki dan perempuan yang memiliki latar belakang yang masih menikah memaknai hal tersebut sesuai dengan persepsi mereka terhadap film tersebut terkait masalah keadilan dalam beribadah. Informan memberikan pemaknaan alternatif bahwa seharusnya Ifan sebagai seorang imam dalam keluarga harus mampu memimpin beribadah keluarganya. Seharusnya yang namanya sholat berjamaah itu harus diajak bersama-sama. Kalau belum bangun ya dibangunkan sampai bangun. Kalau membangunkannya tidak sungguh- sungguh lalu malah sholat dengan yang satunya itu namanya tidak adil dalam memimpin beribadah keluarganya. Informan laki-laki dengan latar belakang yang sudah menikah kemudian mempunyai istri lagi memaknai hal tersebut dengan sudut pandang yang berbeda. Informan yang tumbuh besar di lingkungan dan keluarga dengan pemahaman ajaran

Dokumen yang terkait

PRAKTEK POLIGAMI DALAM PANDANGAN PEREMPUAN DI FILM BERBAGI SUAMI (PENERIMAAN KHALAYAK PEREMPUAN TERHADAP PRAKTEK POLIGAMI YANG DIKONTRUKSI DALAM FILM BERBAGI SUAMI)

0 4 192

POLIGAMI DALAM FILM (Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami dalam Film Poligami Dalam Film (Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami dalam Film Indonesia Tahun 2006-2009).

1 4 12

POLIGAMI DALAM FILM (Analisis Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami Dalam Film Indonesia Tahun Poligami Dalam Film (Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami dalam Film Indonesia Tahun 2006-2009).

1 3 13

RESEPSI KHALAYAK PEREMPUAN YANG SUDAH MENIKAH TERHADAP POLIGAMI DALAM FILM KEHORMATAN DI BALIK Resepsi Khalayak Perempuan Yang Sudah Menikah Terhadap Poligami Dalam Film Kehormatan Di Balik Kerudung.

0 1 13

PENDAHULUAN Resepsi Khalayak Perempuan Yang Sudah Menikah Terhadap Poligami Dalam Film Kehormatan Di Balik Kerudung.

2 6 37

DAFTAR PUSTAKA Resepsi Khalayak Perempuan Yang Sudah Menikah Terhadap Poligami Dalam Film Kehormatan Di Balik Kerudung.

0 2 4

ANALISIS RESEPSI PENONTON PEREMPUAN YANG SUDAH MENIKAH TERHADAP KEKERASAN PADA PEREMPUAN DI FILM DIE FREMDE Analisis Resepsi Penonton Perempuan Yan Sudah Menikah Terhadap Kekerasan Pada Perempuan Di Film Die Fremde (When We Leave).

0 1 13

PENDAHULUAN Analisis Resepsi Penonton Perempuan Yan Sudah Menikah Terhadap Kekerasan Pada Perempuan Di Film Die Fremde (When We Leave).

0 2 47

ANALISIS RESEPSI PENONTON PEREMPUAN YANG SUDAH MENIKAH TERHADAP KEKERASAN PADA PEREMPUAN DI FILM Analisis Resepsi Penonton Perempuan Yan Sudah Menikah Terhadap Kekerasan Pada Perempuan Di Film Die Fremde (When We Leave).

0 0 16

RETORIKA DALAM FILM “KEHORMATAN DI BALIK KERUDUNG” KARYA TYA SUBIAKTO SATRIO

0 0 12