32
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman dilakukan secara makroskopis yang dilakukan di laboratorium Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan
menggunakan literatur Flora of Java Backer and Van Den Brink, 1965. Hasil determinasi adalah sebagai berikut.
1b_2b_3b_4b_12b_13b_14b_17b_18b_19b_20b_21b_22b_23b_24b_25b_26b__27b _799b_800b_801b_802a_803b_804b_805c_806b_807a_808c_809b_810b_811a_812
b_815b_816b_818b_820b_821b_822b_824b_825b_826b_829b_830b_831b_832b_8 33b_834a_835b_983b_984b_986b_991b_992b_993b_994b_995d_1036c_1038b___
_____________________________ Myrtaceae 1a_2b_3b_7b_8b_9b_10b______________ Syzygium
1b_7b_8b_11a_12b___________________ Syzygium polyanthum Wight Backer and Van Den Brink, 1965
Dari hasil determinasi diatas dapat dipastikan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah Syzygium polyanthum Wight.
B. Hasil Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan yang pertama adalah penentuan panjang gelombang dengan absorbansi tertinggi lampiran 5. Dari percobaan tersebut didapatkan panjang
gelombang maksimum sebesar 520 nm, dengan absorbansi terbesar yaitu 0,271.
Uji pendahuluan yang kedua adalah penetapan operating time OT. Supernatan berwarna merah muda diukur serapannya dengan spektrofotometer uv-
vis pada panjang gelombang 520 nm berdasarkan panjang gelombang maksimal MDA dan dibaca pada menit ke 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50. Operating time
yang diperoleh adalah pada menit ke 30-35 lampiran 5. Penentuan operating time OT dimaksudkan untuk memperoleh waktu dengan serapan yang paling stabil.
Uji pendahuluan yang ketiga dilakukan untuk mengetahui bagaimana model toksik pada tikus putih jantan, yaitu dengan mencari waktu pembentukan toksik dari
karbon tetraklorida dalam menaikkan kadar MDA dari kondisi normal. Waktu dengan kadar MDA tertinggi merupakan waktu pembentukan toksik. Hasil orientasi
dosis setelah diinduksi dengan karbon tetraklorida 11,2 vv berupa data kadar MDA dalam darah µgml yang diperoleh dari persamaan kurva baku Y = 1,365X +
0,004 dengan r = 0,996 lampiran 6.
Gambar 8. Grafik Data Kadar MDA Darah pada Model Toksik
12 24
36 48
60
jam
0.250 0.500
0.750 1.000
1.250 1.500
1.750
Es tima
ted M
ar gi
nal M
ea ns
kelompok parafin cair
CCl4
Estimated Marginal Means of MDA
Kadar M
DA
Pada kelompok parafin cair hanya digunakan 1 hewan uji sehingga tidak dapat dilakukan uji statistik, maka digunakan analasis deskriptif gambar 8. Dari
hasil gambar terlihat bahwa setelah pemberian CCl
4
terjadi peningkatan kadar MDA dibanding pemberian dengan parafin cair .Dari gambar tersebut terlihat jelas
pembentukan toksik adalah jam ke-48, yaitu pada saat kadar MDA darah tertinggi. Pada waktu tersebut sel-sel tubuh telah mengalami kerusakan oleh adanya radikal
bebas triklorometil peroksi CCl
3
O
2 •
yang dapat menyebabkan peroksidasi lipid. Uji pendahuluan yang keempat adalah penetapan waktu optimal pemberian
ekstrak. Dua belas ekor hewan uji dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok 3 ekor hewan uji. Diberi perlakuan dengan CCl
4
dosis toksik dan ekstrak dengan waktu yang berbeda, kemudian diukur kadar MDA-nya. Waktu dengan kadar
MDA terendah merupakan waktu optimal pemberian ekstrak. Data optimasi waktu pemberian ekstrak diperoleh dari persamaan kurva baku Y = 1,082X + 0,006 dengan
r = 0,998 lampiran 6 dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Data Optimasi Waktu Pemberian Ekstrak n=3
No HU
Kelompok Absorbansi
Kadar x
fp
µgml
Mean ±
SD 1
CCl
4
2,8 mlKgBB p.o
0,087 1,872
1,871 ±
0,254 2
0,098 2,126
3 0,076
1,617 1
Ekstrak 1 jam
sebelum CCl
4
2,8 mlKgBB
p.o 0,089
1,918 1,910
± 0,497
2 0,11
2,403 3
0,067 1,409
1 Ekstrak
bersamaan CCl
4
2,8 mlKgBB p.o
0,049 0,994
0,631 ±
0,324 2
0,022 0,370
3 0,029
0,531 1
Ekstrak 1 jam
setelah CCl
4
2,8 mlKgBB
p.o 0,053
1,086 2,241
± 1,581
2 0,075
1,594 3
0,181 4,043
Dari hasil orientasi tersebut diperoleh waktu pemberian ekstrak daun salam yang paling optimal adalah bersamaan dengan waktu pemberian CCl
4
. Hal ini juga dapat dilihat pada uji statistik t-test dengan taraf kepercayaan 95 menunjukkan
bahwa pada pemberian ekstrak bersamaan dengan CCl
4
memberikan hasil kadar MDA paling kecil dengan signifikan p 0,05. Hasil uji statistik selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 9. Pada saat ekstrak daun salam diberikan bersamaan dengan CCl
4
, radikal bebas yang dibentuk oleh CCl
4
langsung ditangkap oleh komponen dari ekstrak sehingga tidak begitu banyak menimbulkan kerusakan. Sedangkan ekstrak yang
diberikan 1 jam sebelum CCl
4
tidak cukup untuk menangkap radikal bebas yang terbentuk dari metabolisme CCl
4
. Ekstrak yang diberikan 1 jam setelah CCl
4
juga tidak mampu menurunkan kadar MDA, dimungkinkan karena pada saat CCl
4
diberikan, dalam waktu 30 menit CCl
4
sudah dapat merusak sel tubuh, jadi pemberian ekstrak 1 jam setelah CCl
4
tidak efektif sebab peroksidasi lipid sudah terlanjur terjadi.
C. Hasil Uji Antioksidan Ekstrak Etanol 70 Daun Salam