Pemahaman masyarakat pedesaan terhadap asuransi syariah

PEMAHAMAN MASYARAKAT PEDESAAN
TERHADAP ASURANSI SYARIAH
(Studi dan Analisis Pada Desa Dukupuntang Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon)

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh:
Ikromullah Ramadhan
NIM: 1111046200020

KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M

PEMAHAMAN MASYARAKAT PEDESAAN

TERHADAP ASURANSI SYARIAH
(Studi danAnalisis Pada Desa Dukupuntang kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon)

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh:

Ikromullah Ramadhan
NIM: 1111046200020

Dibawah Bimbingan

Mohamad Mujibur Rohman, M.A
NIP. 19760408 200710 1 001

KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M

LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Pedesaan Terhadap Asuransi
Syariah (Studi dan Analisis Pada Desa Dukupuntang Kecamatan Dukupuntang
Kabupaten Cirebon), telah di ujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 26 Mei 2015. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata 1 (S1) pada
Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 29 Mei 2015
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Dr. Asep Saepudin Jahar, MA.
NIP. 19691216 199603 1 001

Panitia Ujian :
Ketua


: Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH
NIP. 19740725 200112 1 001

Sekretaris

: Abdurauf, Lc, M.A
NIP.19731215 200501 1 002

Pembimbing : Mohamad Mujibur Rohman, M.A
NIP.19760408 200710 1 001
Penguji I

: A.M Hasan Ali, MA
NIP.19751201 200501 1 005

Penguji II

: Hendra Pertaminawati, M.Ag


Lembar Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya untuk memenuhi syarat sebagai
sarjana ekonomi islam di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber referensi penelitian ini saya cantumkan sesuai dengan ketetntuan
yang berlaku pada sistemasi penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN
syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti secara nyata bahwa penelitian ini bukan merupakan
hasil karya saya atau merupakan plagiat karya orang lain, maka saya siap untuk
menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 Mei 2015

Ikromullah Ramadhan

Abstrak
Penelitian ini di lakukan oleh Ikromullah Ramadhan dengan nomor NIM
1111046200020 di jurusan Asuransi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 M/1436

H, dengan jumlah halaman sebanyak cxxiii (73) Halaman dan jumlah lamipran
sebanyak xxxii (32) lembar.
Penelitian ini menjelaskan dan memiliki tujuan untuk menjawab permasalahan
tingkat pemahaman masyarakat pedesaan terhadap asuransi syariah dan faktorfaktor yang mempengaruhinya. Jenis penelitian ini adalah penelitian sosial
ekonomi dengan menggunakan metode kuantitatif untuk mendapatkan data jenis
data ordinal dan nominal (data kualitatif) atau data non parametik dengan
mengguankan metode survei dengan angket serta observasi untuk mengumpulkan
data. Hasilnya akan di paparkan dalam bentuk grafik dan diagram.
Hipotesis penelitian ini menggunakan hipotesis lapangan atau operasional satu
arah yang yaitu tingkat pemahaman masyarakat pedesaan (studi dan analisis pada
Desa Dukupuntang Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon) terhadap
asuransi syariah masih rendah.
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa hipotesis peneliti
diterima bahwa tingkat pemahaman masyarakat pedesaan (studi dan analisis pada
Desa Dukupuntang Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon) terhadap
asuransi syariah masih rendah sedangkan faktor pendukungnya adalah pendidikan
sebagai faktor tertinggi dan faktor penghambat adalah faktor sosialisasi yang
rendah dan akses informasi yang kurang. Teori yang digunakan dalam analisis ini
adalah teori solidaritas mekanik Emile Durkhem.
Kata kunci : Pemahaman Masyarakat Pedesaan Terhadap Asuransi Syariah.

Penelitian ini di bimbing oleh Mohamad Mujibur Rohman, M.A Untuk
kelengkapan data dan penunjang isi penelitian, peneliti menggunakan beberapa
sumber referensi baik dari buku-buku, undang-undang, hasil penelitian lain,
jurnal, artikel, hasil seminar dan presentasi belajar. Referensi itu berasal dari
tahun 1992- tahun 2014.

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji serta rasa syukur kita apresiasikan hanyalah bagi Allah Azawajala atas segala
rahmatNya, hidayahNya, inayahNya dan ridhaNya serta karuniaNya yang diberikan kepada
penulis dan juga kepada khotimul anbiya yaitu baginda Nabi Muhamad SAW yang telah
sukses menyelesaikan suatu agenda mulia yang diberikan Allah untuk menyempurnakan
akhlak manusia dan yang telah mengeluarkan umatnya kejalan yang Haq dan berhasil
menghilangkan kejahiliahan serta tidak lupa kepada kedua orang tua penulis, keluarga
penulis, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, ketua dan sekretaris program studi Muamalat,
dosen pembimbing skripsi dan akademik penulis, dosen–dosen mata kuliah, lurah dan warga
Desa Dukupuntang, perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan perpustakaan utama UIN
Jakarta, teman-teman Jurusan Asuransi Syariah 2011, teman-teman organisasi HIMA-CITA,
KMSGD, teman-teman lainnya baik di organisasi maupun tidak serta semua yang telah

membantu mensukseskan penelitian ini sehingga penelitian dengan judul ”PEMAHAMAN
MASYARAKAT PEDESAAN TERHADAP ASURANSI SYARIAH (studi dan analisis
pada Desa Dukupuntang Kecamtan Dukupuntang Kabupaten Cirebon)” berhasil disusun
dengan sebaik-baiknya.
Sangat disadari bahwa penelitian ini sangatlah masih sederhana dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
dari para pembaca. Akhirnya penulis berharap agar penelitian ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semuanya, amin.

Jakarta, 29 Mei 2015

Penulis

i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................

i


DAFTAR ISI.........................................................................................................................

ii

DAFTAR TABEL.................................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................

v

DAFTAR GRAFIK ...............................................................................................................

vi

DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................................

1


B. Identifikasi Masalah ..................................................................................................

8

C. Pembatasan masalah ................................................................................................

9

D. Rumusan Masalah .................................................................................................... 10
E. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 11
F. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 12
G. Hipotesis Penelitian ................................................................................................. 12
H. Metodologi penelitian
I.
BAB

.......................................................................................... 13

Sistematika Penulisan ............................................................................................. 15
II


KAJIAN

TEORETIS

PEMAHAMAN

MASYARAKAT

PEDESAAN TERHADAP ASURANSI SYARIAH
A. Tinjauan Pustaka

1. Makna Pemahaman ...................................................................................... 17
2. Masyarakat Pedesaan ....................................................................................... 19
3. Asuransi Syariah ............................................................................................ 25
B. Definisi Operasional ................................................................................................ 36
C. Kajian Empiris ......................................................................................................... 37
D. Kerangka Pemikiran................................................................................................. 41
BAB


III

GAMBARAN

UMUM

MENGENAI

DESA

DUKUPUNTANG

KECAMATAN DUKUPUNTANG KABUPATEN CIREBON
A. Profil Desa Dukupuntang ..................................................................................... 42

ii

B. Kependudukan ......................................................................................................... 43
C. Karakteristik Responden .......................................................................................... 50
BAB IV ANALISIS DATA PEMAHAMAN MASYARAKAT PEDESAAN
TERHADAP ASURNASI SYARIAH
A. Uji Reliabilitas ......................................................................................................... 53
B. Uji Validitas ............................................................................................................. 54
C. Analisis Data Kuisoner ............................................................................................ 56
BAB V PENUTUPPEMAHAMAN MASYARAKAT PEDESAAN TERHADAP
ASURNASI SYARIAH
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 69
B. Saran ........................................................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii

Daftar Tabel
Tabel 02.01 Tebel perbedaan solidaritas mekanik dan organik .................................. 24
Tabel 02.02 Jumlah Perusahaan dan Unit Asuransi dan Reasuransi Syariah di
Indonesia Triwulan II 2014 .............................................................................................. 34
Table 03.01 Jumlah Penduduk Desa Dukupuntang ....................................................... 44
Tabel 03.02 Jumlah Penduduk Desa Dukupuntang Berdasarkan Usia ....................... 44
Tabel 03.03 Tenaga Kerja Penduduk Desa Dukupuntang ............................................ 46
Tabel 03.04 Mata Pencaharian Penduduk Desa Dukupuntang .................................... 47
Tabel 03.05 Tingkat Pendidikan Desa Dukupuntang .................................................... 48
Tabel 03.06 Agama Penduduk Desa Dukupuntang ....................................................... 49
Tabel 04.01 Uji validitas kuisoner ................................................................................... 55
Tabel 04.02 Uji validitas kuisoner ................................................................................... 56

iv

Daftar Gambar
Gambar 02.01 Hubungan antara masyarakat dan ekonomi .......................................... 23
Gambar 02.02 Kerangka Pemikiran................................................................................. 41
Gambar 03.01 Peta Desa Dukupuntang .......................................................................... 43
Gambar 03.03 Tata Cara Pengambilan Sampel.............................................................. 51

v

Daftar Grafik

Grafik 04.01 Grafik asuransi yang masyarakat ketahui ................................................ 57
Grafik 04.02 Grafik Asuransi yang paling di butuhkan masyarakat ........................... 58
Grafik 04.03 Grafik individu yang ditawari asuransi dan menolaknya atau
ikut serta .................................................................................................................................59
Grafik 04.04 Grafik individu yang ikut asuransi syariah dan tidak ikut
asuransi syariah................................................................................................................... 60
Grafik 04.05 Grafik alat sosialisasi yang cocok untuk masyarakat Desa
Dukupuntang ....................................................................................................................... 61

vi

Daftar Diagram
Diagram 04.01 Diagram akses informasi yang diperoleh masyarakat ........................ 63
Diagram 04.02 Diagram perusahaan asuransi Syariah Yang dikenal
masyarakat ........................................................................................................................... 64
Diagram 04.03 Diagram pendapat Masyarakat tentang produk asurnasi
syariah sesuai syariah Islam .............................................................................................. 65
Diagram 04.04Diagram pendapat masyarakat tetang kejujuran perusahaan
asuransi ............................................................................................................................... 66
Diagram 04.05 Diagram pendapat masyarakat tentang perlunya Asuransi
untuk masa depan ............................................................................................................... 67
Diagram 04.06 Diagram efektifitas sosialisasi yang telah di lakukan ........................ 68

vii

Daftar Lampiran
Lampiran 1: Uji Validitas dan Validitas Data .......................................................................
Lampiran 2: Uji Validitas dan Validitas Data .......................................................................
Lampiran 3 : Kuisoner Penelitian ................................................................................................
Lampiran 5: Kartu Bantu Responden...........................................................................................
Lampiran 6: Data Responden Kuisoner Penelitian ......................................................................
Lampiran 7: Nomogram Harry King ...........................................................................................
Lampiran 8: Lembar Acak KK ....................................................................................................

viii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan peradaban manusia menuju era industri praktis menuntut
semua hal dilakukan serba cepat dan tepat. Hal ini membuat pola kehidupan sosial
masyarakat banyak yang bergeser dan berubah dalam rangka penyesuain diri,
namaun penyesuaian diri tersebut tidak melepaskan diri dari fitrah manusia yang
selalu berhadapan dengan risiko.
Berhadapan dengan segala risiko bagi setiap manusia di dunia ini adalah
salah satu hal yang pasti terjadi di manapun dan kapanpun, akan tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui kapan, dimana, dan seberapa besar risiko
itu akan terjadi karena setiap perkembangan zaman akan menambah jumlah dan
tingkat risiko yang dihadapi.
Risiko dapat menimpa diri sendiri berupa kematian, sakit, mapun
kehilangan harta benda seperti kebakaran, kcelakaan, kerugian asset dan kecurian
dan lain sebagainya, itu semua adalah salah satu bentuk dari risiko yang dihadapi
manusia di setiap waktu dan akan terus berkembang seiring berkembangnya
peradaban serta pola pikir manusia sehingga akibat dari risiko itu semua adalah
dapat menimbulkan kerugian dan penderitaan bagi orang yang menimpanya.
Kerugian yang ditimbulkan bukan hanya berupa kerugian ekonomi secara
keseluruhan, tetapi juga kerugian berupa fisik maupun mental bagi yang terkena
musibah, contohnya adalah kehilangan salah satu anggota tubuh sehingga

1

hilangnya kepercayaan diri, selain itu juga kehilangan salah satu anggota tubuh
juga menyebabkan kesulitan atau penghambat dalam bekerja.
Kesadaran masyarakat baik itu disadari secara sendiri maupun dari faktor
lainnya dalam mengantisipasi risiko yang ada di sekitarnya adalah merupakan
fenomena yang menarik karena setiap masyarakat akan memiliki cara-caranya
tersendiri untuk menghadapinya baik secara tradisional contohnya dengan
menggunakan ritual-ritual khusus ataupun secara modern yaitu dengan
menggunakan asuransi.
Ritual-ritual khusus biasanya atau kebanyakan dilakukan oleh masyarakat
pedesaan yang notabene belum tersentuh aktivitas modernitas, tatapi hal ini perlu
adanya data yang relevan dan dapat di percayai untuk mendukung pernytaan
tersebut karena tidak menutup kemungkinkan bahwa masyarakat pedesaan
sekarang ini juga telah mengerti mengenai asuransi.
Situasi-situasi dan cara–cara masyarakat dalam menghadapi risiko telah
banyak dijelaskan dan digambarkan oleh pelbagai ilmuan dan peneliti yang di
publikasikan lewat media-media sosial dan elektronik, banyak media yang
menayangkan situasi dan cara masyarakat di pedesaan yang lebih cendrung
menghadapai risiko tersebut dengan ritual-ritual khusus yang diturunkan dari
leluhurnya.
Faktanya bahwa tidak sedikit masyarakat pedesaan di Indonesia masih
terikat dengan ritual-ritual dari leluhurnya sehingga tidak bisa melepaskan ikatan
ritual tersebut dalam menghadapai risiko, sebagi contoh banyak nelayan di
Indonesia khususnya di wilayah Jawa yang melakukan ritual-ritual tolak bala

2

dengan memberikan sesajian kepada Dewa atau Dewi laut agar diberikan
keselamatan ketika melaut.
Melihat fenomena-fenomena masyarakat yang melakukan pelbagai macam
cara dalam menghadapi risiko dari yang masih mengkaitkannya dengan mistis
ataupun yang sudah modern yaitu dengan berasuransi, semua itu memiliki tingkat
perlindungannya tersendiri yang tentunya berbeda-beda.
Asuransi adalah sarana proteksi atau perlindungan terhadap risiko yang
sudah di kemas secara modern, dalam artian bahwa perlindungan atau proteksi
yang diberikan telah terlepas dari hal-hal mistis yaitu dengan sharing risk dalam
asuransi syariah maupun transfer risk dalam asuransi konvensional.
Asuransi yang telah dikemas secara modern bukannya berarti sudah
terlepas dari pelbagai masalah, masih banyak persoalan baik teknis, sosial
mapunpun masalah moral yang dihadapai contohnya moral hazard, masalah
sosial contohnya kesadaran dan kepercayaan masyarakat terhadap asuransi sendiri
sedangkan contoh persoalan teknis adalah menerapkan sistem informasi dalam
operasional asuransi yang efisien dan aman.
Persoalan teknis dan moral bukanlah persoalan satu-satunya yang dihadapi
tetapi ada persoalan lain yang juga harus mendapatkan perhatian yaitu undangundang, khususnya dalam asuransi syariah yang belum mendapatkan pengesahan
mengenai peraturan hukum positif berupa undang-undang yang secara khusus
mengatur mengenai asuransi syariah karena pada prinsip dan operasionalnya
asuransi syariah berbeda dengan asuransi konvensional.

3

Menyikapi persoalan undang-undang yang tidak segera di sahkan
oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Majelis Ulama Indonesia (MUI)
dalam hal ini melalui Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia
(DSN MUI) mengeluarkan beberapa fatwanya terkait asuransi syariah yaitu
fatwa tentang pedoman umum asuransi syari’ah (fat wa nom or: 21/DSNMUI/X/2001), fatwa tentang asuransi haji (fatwa nomor: 39/DSN-MUI/X/2002),
fatwa tentang akad murabahah musytarakah pada asuransi syari’ah (Fatwa
nomor: 51/DSN-MUI/III/2006), fatwa tentang akad wakalah bil ujrah pada
asuransi dan reasuransi syari’ah (Fatwa nomor: 52/DSN-MUI/III/2006), dan
fatwa

tentang akad tabarru’ pada asuransi dan reasuransi syari’ah (Fatwa

nomor: 53/DSN-MUI/III/2006).
Fatwa-fatwa dari DSN MUI ini di harapkan dapat menjadi patokan
karena sampai saat ini rancangan undang–undang (RUU) asuransi yang telah
mengakomodir asuransi dengan sistem syari’ah (diusulkan tahun 2002) yang
belum terakomodir dalam undang–undang Nomor: 2 Tahun 1992 tentang
Usaha Perasuransian tidak jelas perjalanannya.
Pemetaan permasalahan asuransi syariah menjadi sangat penting untuk
dapat menyelesaikannya dengan efektif dan efisien. Persoalan-persoalan teknis
dapat di serahkan pada perusahaan itu sendiri dan persoalan-persoalan sosial
seperti kesadaran masyarakat untuk berasuransi dapat di serahkan pada kalangan
akademisi dan tokoh-tokoh masyarakat sedangkan peersoalan undang-undang
harus segera di selesaikan oleh anggota dewan atau DPR RI.

4

Masalah pemahaman masyarakat terhadap asuransi syariah tidak bisa di
lepaskan dari permasalahan pemahaman masing-masing individu dalam
memeandang aspek hukum dari asuransi, untuk lebih sendiri khususnya di
pedesaan yang masih kental dengan unsur keagamaannya. Permasalahan status
hukum asuransi memenculkan pelbagai pendapat yang berbeda baik secara
perseorangan maupun secara lembaga menyikapi aspek kehalalan dan keharaman
asuransi sendiri.
Percepatan perkembangan pertumbuhan industri asuransi syariah di
Indonesia yang walaupun tidak di imbangi dengan perhatian dari anggota dewan
atau DPR RI dalam hal ini untuk mengesahkan rancangan undang-undang yang
mengakomodir asuransi syariah tidak meyurutkan minat sebagian masyarakat
terhadap asuransi syariah sendiri, terbukti banyaknya perusahaan asuransi yang
mebuka divisi syariah dan membuat produk-produk asuransi syariah bahkan ada
juga perusahaan yang mengubah bisnisnya secara total menjadi asuransi syariah
atau spin off bagi perusahaan asuransi yang telah memilki divisi syariah dan telah
memenuhi kriteria untuk spin off.
Sebagai bukti lainnya adalah kenaikan kontribusi asuransi syariah hingga
triwulan II 2014 mencapai Rp 4,479 triliun. Kontribusi meningkat 1,45 persen
dibandingkan triwulan II 2013 sebesar Rp 4,416 triliun.1 hal ini merupakan
bentuk kepecayaan para nasabah terhadap asuransi syariah. Walapun demikian
Premi untuk Asuransi syariah sendiri masih jauh dari premi yang didapat asuransi
konvensional sebagaimana ungkapan Ketua Dewan Komisioner OJK
1

Repulika Online, premi Asuransi Syariah Rp 4,5 T, diakses pada Selasa, 25 November 2014, 13:00
WIB dari http://www.republika.co.id/berita/koran/syariah-koran/14/11/25/nfkzcl2-premi-asuransi-syariah-rp45-t

5

Pangsa pasar takaful sendiri masih sangat kecil. Angkanya dibawah 5
persen di 2013. Dalam lima tahun terakhir pertumbuhan kontribusi
takaful mencapai 27 persen dan 49 persen untuk asetnya. Hal ini
juga berasal dari peningkatan nasabah yang berasal dari kelas
menengah dan atas. Hal ini berarti, takaful masih rendah diterima
kalangan bawah. 2
Perkembangan yang cepat bisnis asuransi syariah membuat daya serap dari
tenaga kerja meningkat, tetapi hal ini juga perlu mendapat perhatian yaitu masalah
sumber daya manusia yang bekerja pada industri asuransi syariah masih banyak di
isi oleh orang-orang yang lemah pemahamannya terhadap asuransi syariah, karena
hal ini dapat mengurangi kepercayaan masyarakat mengenai kesyariahaan
asuransi syariah.
Perkembangan dalam suatu entitas bisnis dalam hal ini industri asuransi
syariah tidak terlepas dari sosialisasi yang dilakukan pelbagai pihak baik dari
pemerintah, perusahaan itu sendiri, kalangan akademisi dan lain sebagainya.
Permasalahannya adalah bagaimana cara sosialisasi tersebut dan seberapa efektif
dan efisienkah sosialisasi yang dilakukan sehingga dapat menjangkau seluruh
kalangan dan lapisan masyarakat secara luas.
Pemerintah sendiri malakukan suatu program yang dinamakan program
financial inclution sebagai alat sosialisasi, program ini dimaksudkan agar
masyarakat dapat mengakses lembaga-lembaga keuangan dengan mudah dan
memberikan pemahaman bagi masyarakat tentang macam-macam lembaga
keuangan termasuk produk-produk yang bisa masyarakat nikmati.

2

OJK. “Asuransi Mikro Syariah Harus Simpel”, diakses Pada 26 Nopember 2014 dari
http:///.Internet/OJK%20%20Asuransi%20Mikro%20Syariah%20Harus%20Simpel%20_%20PebisnisMusli
m.com.htm

6

Alat sosialisasi yang digunakan butuh banyak pertimbangan sehingga
cocok dan dapat dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat yang memiliki tingkat
pemahaman yang berbeda di Indonesia ini. Bagi masyarakat yang ada di pedesaan
dan masyarakat perkotaan keduanya memiliki cara sosialisasi yang berbeda,
khususnya bagi masyarakat kota yang mulai sadar dengan asuransi maka
sosialisai akan lebih mudah tetapi bagaimana dengan masyarakat di pedesaan
yang mayoritas asing dengan istilah asuransi?.
Masyarakat pedesaan di Indonesia adalah mayoritas artinya dibandingkan
masyarakat kota masyarakat di pedesaan masih lebih banyak jumlahnya, akan
tetapi bagaimana tingkat pemahaman mereka terhadap asuransi khususnya
asuransi syariah karena mayoritas masyarakat yang ada di pedesaan di Indonesia
adalah beragama Islam.
Pemaparan mengenai latar belakang masalah diatas, terutama permasalah
mengenai pemahaman masyarakat asuransi syariah di desa atau pedesaan masih
dipertanyakan membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang Pemahaman
Masyarakat Pedesaan Terhadap Asuransi Syariah yang memilih studi pada
Desa Dukupuntang Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon, karena dinilai
merupakan desa yang sedang berkembang ekonominya dan total seluruh
penduduknya memeluk agama Islam akan tetapi kesadaran masyarakat terhadap
asuransi syariah masih sangat dipertanyakan.

7

B. Identifikasi Masalah
Latar belakang yang telah dipaparkan diatas dapat mengidentifikasi
beberapa bentuk permasalahan dalam hal asuransi syariah, hal ini tentunya akan
menjadi salah satu wacana pembahasan dalam penelitian ini diantaranya adalah
1. Seberapa tinggi tingkat risiko baik secara personal dan golongan atau
kelompok yang berbeda-beda?
2. Bagaimana

perkembangan

peraturan

asuransi

syariah

yang

masih

mengambang dan belum disahkan?
3. Seperti apakah desain produk asuransi syariah?
4. Apakah sumber daya manusia perusahaan asuransi syariah masih banyak yang
belum paham asuransi syariah?
5. Seperti apakah persaingan bisnis asuransi syariah dan konvensional dalam
industri asuransi di Indonesia?
6. Dimana peran masyarakat, pemerintah, perusahaan dalam memajukan industri
asurasni syariah?
7. Bagaimana Tingat pemahaman masyarakat mengenai asuransi syariah di
pedesaan?
8. Faktor-faktor mana saja yang menjadi penghambat dan pendorong
berkembangnya asuransi syariah di Indoensia?
9. Faktor yang manakah yang lebih berpengaruh baik terhadap perkembangan
maupun penghambat asuransi syariah?

8

C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam hal ini terdapat pada konteks pembatasan
tempat dan waktu penelitian, spesifikasi masalah penelitian, serta konteks teori
penelitian.
1. Tempat dan waktu penelitian
Tempat penelitian memilih studi dan analisis pada Desa Dukupuntang
Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon, karena dinilai merupakan desa
yang telah memilki ekonomi yang cukup maju sebagai bukti adalah meningkatnya
golongan kelas ekonomi menengah dan rata-rata penduduknya memeluk agama
Islam akan tetapi pemahaman masyarakat terhadap asuransi syariah masih sangat
dipertanyakan, sedangkan waktu penelitian ini adalah dari 15 Januari 2015 – 15
Februari 2015.
2. Pembatasan Masalah
a. Bagaimana tingat pemahaman masyarakat mengenai asuransi syariah di
pedesaan?
b. Faktor-faktor mana saja yang menjadi penghambat dan pendorong
pemahaman masyarakat pedesaan terhadap asuransi syariah di Indoensia?
c. Faktor

yang

manakah

yang

lebih

berpengaruh

baik

terhadap

perkembangan maupun penghambat pemahaman masyarakat pedesaan
terhadap asuransi syariah?
3. Teori Penelitian
Teori penelitian yang digunakan dalam pembatasan masalah ini
dimaksudkan agar tidak melebarnya teori yang nanti akan dipakai dalam

9

penelitian ini. Teori yang diajukan dalam penelitian ini adalah teori pemahaman
oleh Hiebert dan Carpenter yaitu bahwa pemahaman didasari atas tiga asumsi:
a. Pengetahuan direpresentasikan secara internal dan representasi internal ini
terstruktur.
b. Terdapat relasi antara representasi internal dan representasi eksternal.
c. Representasi internal saling terkait.
Ketika relasi representasi internal dari gagasan atau ide atau konsep
dikonstruk, relasi itu akan menghasilkan kerangka pengetahuan. Kerangka
pengetahuan tersebut tidak serta merta terbentuk, tetapi terbentuk secara alami.
Sifat alami representasi internal dipengaruhi dan dibatasi oleh sifat alami 3.
Secara sederhana teori ini terkait penelitian adalah bahwa pemahaman
dalam hal ini dilihat dari tiga asumsi pertama representasi internal berupa
pengetahuan diri yang terstruktur kemudian saling terkait artinya dapat
menerjemahkan atau menafsirkan dan dapat atau mampu untuk di representasikan
secara ekternal berupa kesadaran baik itu berupa minat maupun keikutsertaan.
D. Rumusan masalah
Pembatasan dan pengidentifikasian permasalahan yang telah dipaparkan
diatas tidak cukup jelas sebagai acuan masalah penelitian ini oleh karena itu
perlunya perumusan masalah yang lebih jelas agar permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini bisa lebih sederhana dan dapat langsung pada pokok
pembahasan. oleh karena itu bentuk perumusan masalah penelitian ini untuk lebih
rincinya akan dipaparkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
3
Great Of Human, Teori Pemahaman, Diakses
http://:Internet/Untuk%20semua%20%20Teori%20Pemahaman.htm.

10

pada

26

Nopember

2014

dari

1. Bagaimana Tingkat pemahaman masyarakat mengenai asuransi syariah di
pedesaan?
2. Apasajakah faktor-faktor tingkat pemahaman terhadap minat berasuransi
syariah?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini sendiri memiliki tujuan yang secara umum dan khusus bagi
peneliti sendiri, secara umum penelitian ini berkaitan dengan rumusan permasalah
diatas bertujuan diantaranya sebagai berikut:
1. Menganalisis pemahaman masyarakat Desa Dukupuntang terhadap asuransi
syariah.
2. Menganalisis sumber-sumber informasi asuransi syariah yang selama ini dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Dukupuntang untuk membuka dan
meningkatkan pemahaman tentang asurani syariah
3. Secara tidak langsung mensosialisasikan asuransi syariah kepada masyarakat
di Desa Dukupuntang khususnya bagi yang belum paham terhadap asuransi
syariah.
Secara khusus penelitian ini dengan judul pemahaman masyarakat
pedesaan terhadap asuransi syariah yang bertempat di Desa Dukupuntang adalah
sebagai berikut:
1. Sarana silaturahim dengan masyarakat setempat
2. Mendapatkan hasil terbaik dalam

penelitian ini karena sebagai syarat

kelulusan sarjana S1 jurusan asuransi syariah Fakultas Syariah Dan Hukum
(FSH) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

11

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang di dapatkan dari hasil penelitian ini adalah bagi masyarakat
secara luas dan bagi peneliti sendiri serta orang-orang yang berkepentingan
terhadap penelitian ini. Secara luas penelitian ini berguna diantaranya sebagai
berikut:
1. Sarana dan acuan data informasi yang representatif atas kesadaran dan
pemahaman masyarakat di Desa Dukupuntang terhadap asuransi syariah
2. Mengetahui seberapa besar pemahaman masyarakat desa Dukupuntang
terhadap asuransi syariah
Sedangkan bagi peneliti sendiri penelitian ini dengan judul pemahaman
masyarakat pedesaan terhadap asuransi syariah yang bertempat di desa
Dukupuntang berguna sebagai sarana belajar peneliti sendiri di lapangan dan
menambah wawasan pengetahuan mengenai asuransi syariah itu sendiri yang
merupakan seorang kalangan akademisi.
Selain itu bagi orang-orang yang berkepentingan terhadap penelitian ini
baik itu mahasiswa, dosen, guru dan lain sebagainya, memiliki kegunaan dapat
digunakan sebagai rujukan atau contoh penelitian tentang asuransi syariah dan
informasi mengenai pemahaman asuransi syariah di pedesaan.
G. Hipotesis penelitian
Hipotesis penelitian ini berbentuk hipotesisi kerja atau operasional satu
arah yaitu bahwa tingkat pemahaman masyarakat pedesaan terhadap
asuransi syariah masih rendah.

12

H. Metodologi Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian sosial ekonomi, artinya bahwa
penelitian ini bermaksud meneliti tingkat pemahaman masyarakat pedesaan
terhadap asuransi syariah di Desa Dukupuntang Kecamatan Dukupuntang
Kabupaten Cirebon. Dari sisi sosial penelitian ini bermaksud meneliti tingkat
pemahaman masyarakat Desa Dukupuntang sedangkan sisi ekonomi penelitian ini
bertujuan pada pemahaman masyarakat Desa Dukupuntang terhadap asuransi
syariah
2. Pendekatan penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini sendiri menggunakan pendekatan empiris
artinya sesuai dengan fakta dilapangan yang didapat melalui survei dengan
penyebaran kuisoner bagi masyarakat Desa Dukupuntang dan dilakukan secara
induktif artinya peneliti akan berusaha mengembangkan teori yang ada dengan
mengujinya melalui rumusan hipotesis.
3. Analisis penelitain
Anlisis penelitian ini mengguankan dua alat analisis yang di paparkan
secara grafik, dan diagram dan untuk membaca diagram dan grafik tersebut
berdasarkan analisis ekonomi dan sosial. Analisis ekonomi cenderung bertujuan
melakukan prediksi dan eksplantasi dan sedikit melakukan deskripsi sedangkan
sosiologi cenderung kepada deskripsi dan eksplantasi dan sangat jarang
melakukan prediksi. Jadi jika dikombinasikan maka tujuan analisis penelitian ini

13

akan menekankan pada kedalaman suatu fenomena secara kualitas apa yang ada
di balik kenyataan, dan melihat tembus terhadap realitas yang ada. 4
4. Sumber dan kriteria data penelitian
Jenis data yang akan dicari adalah data primer adalah data yang diperoleh
dari penelitian secara langsung terhadap objek melalui kuisoner dan data sekunder
adalah data yang diperoleh dai hasil pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian
dilapangan contonya data dari keurahan atau desa dan RT/RW setempat.
5. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa
metode pengumpulan data yang dapat diterapkan dalam jenis penelitian sosial
diantaranya menggunakan survei dengan kuisoner dan observasi.
6. Teknik Pengolahan
Pegolahan data yang dilakukan setelah data didapat dalam pengumpulan
data yaitu dengan menggunakan teknik pengkodeaan dan tabulasi, maksudnya
data selanjutnya akan dimasukan dalam apliaksi statistik berupa SPSS atau
Eviews dan lainnya sesuai dengan karakteristik data, baik itu data nominal atau
ordinal data.
7. Subjek, objek, populasi dan sampel penelitian
Objek Penelitian ini adalah masyarakat di Desa Dukupuntang sedangkan
subjek dari penelitian ini adalah responden pada masyarakat Desa Dukupuntang.
Populasi dalam objek penelitian ini adalah masyarakat di desa
Dukupuntang yang berusia 21 tahun lanjut dengan mempertimbangkan jumlah

4

Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi , (Jakarta, Kencana, 2011) cet. ke-dua, h. 47

14

kepala keluarga (KK) di setiap RT. Tetapi mengingat banyaknya pupulasi
masyarakat Desa Dukupuntang maka hal ini membutuhkan teknik sampel agar
lebih mudah dalam melakukan penelitian.
Teknik pengambilan sampel sendiri adalah dengan menggunakan teknik
systematic random sampling atau sampel acak secara sistematis dengan melalaui
ketentuan-ketentuan tertentu.
I. Sistematika Penulisan Laporan Penelitian
Bab I

: Pendahuluan
Pada bab ini membahas mengenai latar belakang
masalah

penelitian,

identifikasi

masalah,

pembatasan masalah, perumusan masalah untuk
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode

Penelitian

dan

sistematika

penulisan

penelitian.
Bab II

: Landasan Teori
landasan teori pada bab II ini menjelaskan tentang
makna pemahaman, arti masyarakat pedesaan, dan
asuransi syariah.

Bab III

: Penyajian Data Penelitian
Pada bab ini membahas tentang gambaran dan
karakteristik
sampling,

masyarakat
karakteristik

sebagainya.

15

Desa

Dukupuntang,

responden

dan

lain

Bab IV

: Analisis Data Penelitian
Pada bab ini dibahas mengenai analisis

juga

dilakukan interpretasi terhadap temuan penelitian
ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan,
memodifikasi teori yang ada, atau menyusun teori
baru. Uraian-uraian tersebut memuat tafsirantafsiran,

analisis terhadap data yang berhasil

dikumpulkan

sebagai

persoalan-persoalan yang

jawaban

terinci

atas

berhubungan dengan

pokok masalah secara proporsional.
Bab V

: Penutup
Pada bab ini adalah bab terakhir yang memuat
kesimpulan

dari

hasil

penelitian

yang

telah

dilakukan peneliti dan memberikan saran yang
berkaitan dengan permasalahan yang dibahas untuk
memperoleh informasi dan memberikan solusi atas
permasalahn tersebut.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN - LAMPIRAN

16

BAB II
KAJIAN TEORETIS
PEMAHAMAN MASYARAKAT PEDESAAN
TERHADAP ASURANSI SYARIAH
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Makna Pemahaman
Makna pemahaman dapat dijelaskan secara etimolgi dan terminologi,
secara etimogi pemahaman berasal dari kata paham yang menurut kamus besar
bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai pengertian, pendapat, pikiran, aliran,
pandangan, dan mengeti benar sedangkan pemahaman sendiri diartikan menurut
kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses, cara, perbuatan memahami
atau memahamkan. 5
Secara terminolgi pemahaman dapat dijelaskan menurut Sadiman, ia
mengungkapkan pemahaman adalah suatu kemampuan seseorang dalam
mengartikan, menafsirkan, dan menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan
caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. 6
Selain itu pendapat ini secara tersirat mengisyaratkan bahwa pemahaman
tidak hanya dipahami secara abstrak (tidak di ketahui seseorang) tetapi juga
konkret (dapat bisa diketahui oleh orang lain) bahwa seseorang tersebut telah
memahami sesuatu, bisa dilihat dari definisinya dari sisi kemampuan seseorang
dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, ini adalah sisi dari abstrak

5

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008), h. 345.
6
Muhammad Zainal Abidin , pemahaman menurut para ahli, diakses pada 23 Nopember 2014 dari
www.MasBied.com.

17

sedangkan sisi konkret terletak pada definisinya selanjutnya yaitu menyatakan
sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.
Artinya bahwa untuk meyakinkan seseorang paham harus melihat dari sisi abstrak
dan konkret.
Pemahaman adalah suatu proses, cara memahami cara mempelajari baikbaik tidak hanya pada sisi pengetahuan diri sendiri melainkan juga bisa dia
sampaikan kepada orang lain sebagaimana menurut Poesprodjo bahwa
pemahaman bukan kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari
dalam berdiri disituasi atau dunia orang lain. Mengalami kembali situasi yang
dijumpai pribadi lain didalam erlebnis (sumber pengetahuan tentang hidup,
kegiatan

melakukan

pengalaman

pikiran),

pengalaman

yang

terhayati.

Pemahaman merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan
dirinya dalam orang lain. 7
Para ahli lainnya yang mendefiniskan pemahaman diantaranya adalah
Suke Silversius menyatakan bahwa pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga,
yaitu :
a. Menerjemahkan (translation), pengertian menerjemahkan disini bukan saja
pengalihan (translation), arti dari bahasa yang satu kedalam bahasa yang lain,
dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik
untuk mempermudah orang mempelajarinya. Pengalihan konsep yang
dirumuskan dengan kata–kata kedalam gambar grafik dapat dimasukkan
dalam kategori menerjemahkan.
7

Rofei S.Pd, pengertian pemahaman menurut para ahli, diakses pada 24 Oktober 2014
http://akmapala09.blogspot.com/2011/10/pengertian-pemahaman-menurut-para-ahli.html.

18

b. Menginterprestasi (interpretation), kemampuan ini lebih luas daripada
menerjemahkan yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama
suatu komunikasi.
c. Mengektrapolasi (Extrapolation), agak lain dari menerjemahkan dan
menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut kemampuan intelektual
yang lebih tinggi. 8
Pemahaman secara etimologi dan terminologi diatas dapat diambil suatu
definisi sederhana bahwa pemahaman tidak hanya menyentuh aspek pada
kognitif semata tetapi lebih luas dari itu yaitu menyentuh aspek interpretasi atau
menafsirkan, menerapkannya dalam bentuk kesadaran dan menerangkan
kembali pada orang lain.
2. Masyarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan dalam ilmu bahasa Indonesia disebut dengan kata
majemuk yang artinya bahwa masyarakat pedesaan adalah satu kesatuan kata
yang memiliki arti dan definisi sendiri. Tetapi walaupun demikian masyarakat
pedesaan jika di bagi mejadi dua kata dapat di masyarakat dan pedesaan yang
masing-masing memiliki arti tersendiri.
a. Masyarakat
Istilah masyarakat dapat diartikan secara etimologi dan terminologi, secara
etimologi dalam bahasa Inggris, masyarakat disebut society, asal katanya socius
yang berisi kawan. Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu syirik

8

Muhammad Zainal Abidin , pemahaman menurut para ahli, diakses pada 23 Nopember 2014 dari
www.MasBied.com.

19

yang artinya bergaul. 9sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri
mendefiniskan masyarakat sebagai sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya
dan terikat oleh suatu kebudayaan yg mereka anggap sama. 10
Selanjutnya pengertian masyarakat secara terminologi oleh para ahli
sosiologi untuk memberikan definisi masyarakat (society) seperti berikut :
1) Ralph Linton mendefinisikan masyarakat sebagai setiap kelompok manusia
yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat
mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan
sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. 11
2) Selo Sumarjan mendefinisikan masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama yang menghasilkan kebudayaan. 12
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas baik secara etimologi
maupun terminologi dapat diketahui bahwa sesuatu kelompok dapat disebut
masyarakat jika memiliki sekelompok manusia yang hidup bersama, bercampur
untuk waktu yang cukup lama, mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu
kesatuan, dan mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.
b. Desa
Desa dapat didefiniskan baik secara etimologi maupun terminologi, secara
etimologi berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) 13 desa adalah
kesatuan wilayah yg dihuni oleh sejumlah keluarga yg mempunyai sistem
9

M. Munandar Soelaeman, Ilmu sosial dasar (Teori dan Konsep ilmu social), (Bandung, PT Refika
Aditama, 2001)., cet. ke-sepuluh, edisi kelima, h. 122.
10
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), h. 924.
11
M. Idrak., Dkk (Tim Peduli Pelajar), Sosiologi Untuk SMA X, XI, XII, (Yogyakarta, Messemedia,
2010), h.18.
12
M. Idrak., Dkk (Tim Peduli Pelajar ), Sosiologi Untuk SMA X, XI, XII, H. 18.
13
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), h. 345.

20

pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa); atau kelompok rumah
di luar kota yg merupakan kesatuan; atau udik atau dusun (dalam arti daerah
pedalaman sebagai lawan kota): atau tanah; tempat; daerah.
Sedangkan desa dalam definisi terminologi dapat merujuk pada undangundang nomor 6 tahun 2014 tentang desa adalah
“Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.” 14
Berdasarkan definisi diatas dapat dimabil suatu kesimpulan bahwa desa
adalah sebagai suatu kesatuan wilayah yang memiliki norma-norma, nilai-nilai
hukum dan cenderung memiliki sifat-sifat homogen, baik dalam hal karakter
demografis, ragam pekerjaan maupun basis ekonomi penghuninya yang
diberikan kewenangan untuk mengurus urusannya secara mandiri atau hak
otonomi desa. Sedangkan unsur-unsur desa diantaranya adalah penduduk,
wilayah, dan pemerintahan desa.
Teori tentang pelapisan sosial di masyarakat banyak di temukan dalam
literatur ilmu sosiologi dan salah satu yang terkanal adalah teori pelapisan sosial
Karl Max dengan teorinya tentang pertentangan kelas antara kaum Borjuis dan
Proletar. Menurutnya bahwa hanya terdapat dua kelas dalam masyarakat kepitalis
yaitu kum Borjuis dan Proletar. 15

14

Undang-Undang Republik Indonesia , Undang-Undang Republik Indonesia nomor 6 tahun 2014
tentang desa ( (Jakarta, undang-undang republik Indonesia, 2014), h. 2.
15
Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 21.

21

Pola Kebudayaan masyarakat pedesaan di Indoensia terutama di daerah
Jawa bahwa Pola kebudayaan termasuk pola kebudayaan tradisional, yaitu
merupakan produk dari benarnya pengaruh alam terhadap masyarakat yang
hidupnya tergantung pada alam. 16 Selain itu pola kebudayaan membangun
presepsi masyarakat desa dalam menanggulangi risiko yang masyarakat hadapai
dan kebanyakan pola kebudyaan ini erat kaitannya dengan pengaruh ritual
keagamaan.
Sistem ekonomi masyarakat desa terkait erat dengan sistem pertaniannya.
Akan tetapi sistem pertanian masyarakat desa tidak hanya mencerminkan sistem
ekonominya melainkan juga mencerminkan sistem nilai, norma-norma sosial atau
tradisi, adat istiadat serta aspek-aspek kebudayaan lainnya.
Masyarakat sebagai realitas eksternal-objektif akan menuntun Individu
untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti apa yang boleh di produksi dan di
konsumsi, tuntunan tersebut biasanya berasal dari dalam budaya termasuk
didalamnya hukum dan agama. 17
Ekonomi memposisikan aktor yaitu individu yang rasional artinya ia dapat
berfikir mana yang terbaik bagi dirinya sendiri, pendapat ini berakar dari
utilitarianisme sehingga pendapat ini menimbulkan suatu siste ekonomi yang
disebut dengan lassez faire artinya biarkan semuanya mengatur dirinya sendiri
maksudnya system ekonomi diserahkan seluruhnya pada mekanisme pasar. 18

16

FISIP Sosiologi UNILA, diakses pada
DataBabII/SosiologiPedesaan/Sosiologi.htm.
17
Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 11.
18
Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 36.

22

9

Desember

2014

dari

http:///

Sedangkan sosiologi memposisikan aktor dalam masyarakat atau aktor
dalam interaksi sosial artinya bahwa individu yang identitas dirinya tidak tampil
tetapi tersembunyi dalam suatu kesatuan yang dinamakan masyarakat, oleh sebab
itu aktor tidak dilihat sebagai individu itu sendiri tetapi individu yang dikaitkan
dengan individu lainnya baik perorangan mapun kelompok dan masyarakat. 19
Gambar 02.01
Hubungan antara masyarakat dan ekonomi 20
Masyarakat
Ekonomi
Interaksi sosial:
proses dan pola
Menurut Emile Durkheim bahwa suatu masyarakat dapat dikategorikan
menjadi dua tipe yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik dengan
perbedaan sebagai berikut: 21
Tabel 02.01
Tebel perbedaan solidaritas mekanik dan organik
Solidaritas mekanik

Solidaritas organik

Pembagian kerja

Rendah

Tinggi

Kesadaran kolektif

Kuat

Rendah

Hukum dominan

Represif

Restitutif

Individualitas

Rendah

Tinggi

Konsensus terpenting

Pola normatif

Nilai abstrak dan umum

Penghukuman

Komunitas terlibat

Badan control sosial

19

Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 39.
Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 14.
21
Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 70.
20

23

Saling ketergantungan

Rendah

Tinggi

Komunitas

Primitif

Industri perkotaan

Pengikat

Kesadaran kolektif

Pembagian kerja

Jika dicermati bahwa solidaritas mekanik kental dengan pedesaan
sedangkan solidaritas organik kental dengan perkotaan, jadi desa Dukupuntang
termasuk pada solidaritas mekanik menurut Emile Durkheim tetapi itu tentunya
perlu adanya pembuktian terhadap teori ini.
Pemerintahan desa sebagaimana dalam undang-undang tentang desa pasal
satu, ayat 2 dan 3 tentang ketentuan umum “Pemerintahan Desa adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintah merupakan institusional ekonomi oleh karena itu menurut
Joseph Schumpeter bahwa seseorang melakukan suatu tingkah laku dalam konteks
institusional yang lebih luas dimana aktivitas ekonomi dilakukan 22.
Pendapat Schumpeter diperkuat oleh Polyani salah satu tokoh sosiologi
ekonomi lainnya dengan konsepnya yaitu “keterlekatan”, menurutnya ekonomi
manusia terlekat dan terjaring dalam institusi-institusi ekonomi dan non ekonomi,
memasukan institusi non ekonomi kedalam ekonomi manusia adalah penting.
Agama dan pemerintahan menjadi penting terhadap struktur dan berfungsinya
ekonomi sebagai institusi moneter. 23
Institusi ekonomi mapun non ekonomi juga di dalam masyrakat pedesaan
di perankan sebagai alat efektif untuk melakukan sosialisasi asuransi syariah
22
23

Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 25.
Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h..27.

24

karena terbatasnya akses informasi dan komunikasi di wilayah pedesaan seperti
telephone, internet dan lainnya, maka dari itu untuk perlu juga di bahas secara
keseluruhan institusi-institusi ini berperan dalam masyrakat pedesaan dalam
melakukan sosialisasi
Demikianlah kajian pustaka menghubungkan pengertian pedesaan dengan
suatu lingkungan sosial dan geografi tertentu, termasuk individu-individu yang
bermukim di sana. Pembahasan mengenai pemahaman masyarakat pedesaan
dalam penelitian ini terkait dengan varibel indenpenden (terikat) yang kemudian
akan dilanjutkan dengan variabel dependen yaitu asuransi syariah (variabel
pengikat).
3. Asuransi Syariah
Penjelasan operasional asuransi syariah dalam bab ini membahas asuransi
secara umum dan asuransi syariah, hal ini dimaksudkan untuk memberikan
penjelasan mengapa peneliti lebih memilih asuransi syariah sebagai variabel
independen di banding asuransi konvensional.
Asuransi adalah transaksi perjanjian antara dua pihak dimana pihak yang
satu berkewajiban membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan
jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran, jika terjadi sesuatu yang menimpa
pihak pertama sesuai dengan perjanjian yang dibuat. 24
Asuransi bisa dikatakan merupakan bisnis kepercayaan karena yang di
perjual belikan dalam asuransi adalah jasa untuk menanggulangi resiko yang sama