Pemahaman masyarakat pedesaan terhadap asuransi syariah (studi dan analisis pada desa dukupuntang kecamatan dukupuntang kabupaten Cirebon)

(1)

PEMAHAMAN MASYARAKAT PEDESAAN TERHADAP ASURANSI SYARIAH

(Studi dan Analisis Pada Desa Dukupuntang Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh:

Ikromullah Ramadhan NIM: 1111046200020

KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

PEMAHAMAN MASYARAKAT PEDESAAN TERHADAP ASURANSI SYARIAH

(Studi danAnalisis Pada Desa Dukupuntang kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh:

Ikromullah Ramadhan NIM: 1111046200020

Dibawah Bimbingan

Mohamad Mujibur Rohman, M.A NIP. 19760408 200710 1 001

KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Pedesaan Terhadap Asuransi Syariah (Studi dan Analisis Pada Desa Dukupuntang Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon), telah di ujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 26 Mei 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 29 Mei 2015

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. NIP. 19691216 199603 1 001

Panitia Ujian :

Ketua : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH NIP. 19740725 200112 1 001

Sekretaris : Abdurauf, Lc, M.A NIP.19731215 200501 1 002

Pembimbing : Mohamad Mujibur Rohman, M.A

NIP.19760408 200710 1 001 Penguji I : A.M Hasan Ali, MA

NIP.19751201 200501 1 005


(4)

Lembar Pernyataan

Dengan ini saya menyatakan bahwa

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya untuk memenuhi syarat sebagai sarjana ekonomi islam di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber referensi penelitian ini saya cantumkan sesuai dengan ketetntuan yang berlaku pada sistemasi penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti secara nyata bahwa penelitian ini bukan merupakan hasil karya saya atau merupakan plagiat karya orang lain, maka saya siap untuk menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 29 Mei 2015


(5)

Abstrak

Penelitian ini di lakukan oleh Ikromullah Ramadhan dengan nomor NIM 1111046200020 di jurusan Asuransi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 M/1436 H, dengan jumlah halaman sebanyak cxxiii (73) Halaman dan jumlah lamipran sebanyak xxxii (32) lembar.

Penelitian ini menjelaskan dan memiliki tujuan untuk menjawab permasalahan tingkat pemahaman masyarakat pedesaan terhadap asuransi syariah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jenis penelitian ini adalah penelitian sosial ekonomi dengan menggunakan metode kuantitatif untuk mendapatkan data jenis data ordinal dan nominal (data kualitatif) atau data non parametik dengan mengguankan metode survei dengan angket serta observasi untuk mengumpulkan data. Hasilnya akan di paparkan dalam bentuk grafik dan diagram.

Hipotesis penelitian ini menggunakan hipotesis lapangan atau operasional satu arah yang yaitu tingkat pemahaman masyarakat pedesaan (studi dan analisis pada Desa Dukupuntang Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon) terhadap asuransi syariah masih rendah.

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa hipotesis peneliti diterima bahwa tingkat pemahaman masyarakat pedesaan (studi dan analisis pada Desa Dukupuntang Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon) terhadap asuransi syariah masih rendah sedangkan faktor pendukungnya adalah pendidikan sebagai faktor tertinggi dan faktor penghambat adalah faktor sosialisasi yang rendah dan akses informasi yang kurang. Teori yang digunakan dalam analisis ini adalah teori solidaritas mekanik Emile Durkhem.

Kata kunci : Pemahaman Masyarakat Pedesaan Terhadap Asuransi Syariah. Penelitian ini di bimbing oleh Mohamad Mujibur Rohman, M.A Untuk kelengkapan data dan penunjang isi penelitian, peneliti menggunakan beberapa sumber referensi baik dari buku-buku, undang-undang, hasil penelitian lain, jurnal, artikel, hasil seminar dan presentasi belajar. Referensi itu berasal dari tahun 1992- tahun 2014.


(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji serta rasa syukur kita apresiasikan hanyalah bagi Allah Azawajala atas segala rahmatNya, hidayahNya, inayahNya dan ridhaNya serta karuniaNya yang diberikan kepada penulis dan juga kepada khotimul anbiya yaitu baginda Nabi Muhamad SAW yang telah sukses menyelesaikan suatu agenda mulia yang diberikan Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia dan yang telah mengeluarkan umatnya kejalan yang Haq dan berhasil menghilangkan kejahiliahan serta tidak lupa kepada kedua orang tua penulis, keluarga penulis, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, ketua dan sekretaris program studi Muamalat, dosen pembimbing skripsi dan akademik penulis, dosen–dosen mata kuliah, lurah dan warga Desa Dukupuntang, perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan perpustakaan utama UIN Jakarta, teman-teman Jurusan Asuransi Syariah 2011, teman-teman organisasi HIMA-CITA, KMSGD, teman-teman lainnya baik di organisasi maupun tidak serta semua yang telah membantu mensukseskan penelitian ini sehingga penelitian dengan judul ”PEMAHAMAN MASYARAKAT PEDESAAN TERHADAP ASURANSI SYARIAH (studi dan analisis pada Desa Dukupuntang Kecamtan Dukupuntang Kabupaten Cirebon)” berhasil disusun dengan sebaik-baiknya.

Sangat disadari bahwa penelitian ini sangatlah masih sederhana dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan dari para pembaca. Akhirnya penulis berharap agar penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kita semuanya, amin.

Jakarta, 29 Mei 2015

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR GRAFIK ... vi

DAFTAR DIAGRAM ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 12

G. Hipotesis Penelitian ... 12

H. Metodologi penelitian ... 13

I. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II KAJIAN TEORETIS PEMAHAMAN MASYARAKAT PEDESAAN TERHADAP ASURANSI SYARIAH A. Tinjauan Pustaka 1. Makna Pemahaman ... 17

2. Masyarakat Pedesaan ... 19

3. Asuransi Syariah ... 25

B. Definisi Operasional ... 36

C. Kajian Empiris ... 37

D. Kerangka Pemikiran... 41

BAB III GAMBARAN UMUM MENGENAI DESA DUKUPUNTANG KECAMATAN DUKUPUNTANG KABUPATEN CIREBON A. Profil Desa Dukupuntang ... 42


(8)

B. Kependudukan ... 43 C. Karakteristik Responden ... 50

BAB IV ANALISIS DATA PEMAHAMAN MASYARAKAT PEDESAAN TERHADAP ASURNASI SYARIAH

A. Uji Reliabilitas ... 53 B. Uji Validitas ... 54 C. Analisis Data Kuisoner ... 56

BAB V PENUTUPPEMAHAMAN MASYARAKAT PEDESAAN TERHADAP ASURNASI SYARIAH

A. Kesimpulan ... 69 B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

Daftar Tabel

Tabel 02.01 Tebel perbedaan solidaritas mekanik dan organik ... 24

Tabel 02.02 Jumlah Perusahaan dan Unit Asuransi dan Reasuransi Syariah di Indonesia Triwulan II 2014 ... 34

Table 03.01 Jumlah Penduduk Desa Dukupuntang ... 44

Tabel 03.02 Jumlah Penduduk Desa Dukupuntang Berdasarkan Usia ... 44

Tabel 03.03 Tenaga Kerja Penduduk Desa Dukupuntang ... 46

Tabel 03.04 Mata Pencaharian Penduduk Desa Dukupuntang ... 47

Tabel 03.05 Tingkat Pendidikan Desa Dukupuntang ... 48

Tabel 03.06 Agama Penduduk Desa Dukupuntang ... 49

Tabel 04.01 Uji validitas kuisoner ... 55

Tabel 04.02 Uji validitas kuisoner ... 56


(10)

Daftar Gambar

Gambar 02.01 Hubungan antara masyarakat dan ekonomi ... 23

Gambar 02.02 Kerangka Pemikiran ... 41

Gambar 03.01 Peta Desa Dukupuntang ... 43

Gambar 03.03 Tata Cara Pengambilan Sampel... 51


(11)

Daftar Grafik

Grafik 04.01 Grafik asuransi yang masyarakat ketahui ... 57

Grafik 04.02 Grafik Asuransi yang paling di butuhkan masyarakat ... 58

Grafik 04.03 Grafik individu yang ditawari asuransi dan menolaknya atau

ikut serta ... 59

Grafik 04.04 Grafik individu yang ikut asuransi syariah dan tidak ikut

asuransi syariah... 60

Grafik 04.05 Grafik alat sosialisasi yang cocok untuk masyarakat Desa

Dukupuntang ... 61


(12)

Daftar Diagram

Diagram 04.01 Diagram akses informasi yang diperoleh masyarakat ... 63

Diagram 04.02 Diagram perusahaan asuransi Syariah Yang dikenal

masyarakat ... 64

Diagram 04.03 Diagram pendapat Masyarakat tentang produk asurnasi

syariah sesuai syariah Islam ... 65

Diagram 04.04Diagram pendapat masyarakat tetang kejujuran perusahaan

asuransi ... 66

Diagram 04.05 Diagram pendapat masyarakat tentang perlunya Asuransi

untuk masa depan ... 67

Diagram 04.06 Diagram efektifitas sosialisasi yang telah di lakukan ... 68


(13)

Daftar Lampiran

Lampiran 1: Uji Validitas dan Validitas Data ...

Lampiran 2: Uji Validitas dan Validitas Data ... Lampiran 3 : Kuisoner Penelitian ... Lampiran 5: Kartu Bantu Responden ... Lampiran 6: Data Responden Kuisoner Penelitian ... Lampiran 7: Nomogram Harry King ... Lampiran 8: Lembar Acak KK ...


(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan peradaban manusia menuju era industri praktis menuntut semua hal dilakukan serba cepat dan tepat. Hal ini membuat pola kehidupan sosial masyarakat banyak yang bergeser dan berubah dalam rangka penyesuain diri, namaun penyesuaian diri tersebut tidak melepaskan diri dari fitrah manusia yang selalu berhadapan dengan risiko.

Berhadapan dengan segala risiko bagi setiap manusia di dunia ini adalah salah satu hal yang pasti terjadi di manapun dan kapanpun, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui kapan, dimana, dan seberapa besar risiko itu akan terjadi karena setiap perkembangan zaman akan menambah jumlah dan tingkat risiko yang dihadapi.

Risiko dapat menimpa diri sendiri berupa kematian, sakit, mapun kehilangan harta benda seperti kebakaran, kcelakaan, kerugian asset dan kecurian dan lain sebagainya, itu semua adalah salah satu bentuk dari risiko yang dihadapi manusia di setiap waktu dan akan terus berkembang seiring berkembangnya peradaban serta pola pikir manusia sehingga akibat dari risiko itu semua adalah dapat menimbulkan kerugian dan penderitaan bagi orang yang menimpanya.

Kerugian yang ditimbulkan bukan hanya berupa kerugian ekonomi secara keseluruhan, tetapi juga kerugian berupa fisik maupun mental bagi yang terkena musibah, contohnya adalah kehilangan salah satu anggota tubuh sehingga


(15)

hilangnya kepercayaan diri, selain itu juga kehilangan salah satu anggota tubuh juga menyebabkan kesulitan atau penghambat dalam bekerja.

Kesadaran masyarakat baik itu disadari secara sendiri maupun dari faktor lainnya dalam mengantisipasi risiko yang ada di sekitarnya adalah merupakan fenomena yang menarik karena setiap masyarakat akan memiliki cara-caranya tersendiri untuk menghadapinya baik secara tradisional contohnya dengan menggunakan ritual-ritual khusus ataupun secara modern yaitu dengan menggunakan asuransi.

Ritual-ritual khusus biasanya atau kebanyakan dilakukan oleh masyarakat pedesaan yang notabene belum tersentuh aktivitas modernitas, tatapi hal ini perlu adanya data yang relevan dan dapat di percayai untuk mendukung pernytaan tersebut karena tidak menutup kemungkinkan bahwa masyarakat pedesaan sekarang ini juga telah mengerti mengenai asuransi.

Situasi-situasi dan cara–cara masyarakat dalam menghadapi risiko telah banyak dijelaskan dan digambarkan oleh pelbagai ilmuan dan peneliti yang di publikasikan lewat media-media sosial dan elektronik, banyak media yang menayangkan situasi dan cara masyarakat di pedesaan yang lebih cendrung menghadapai risiko tersebut dengan ritual-ritual khusus yang diturunkan dari leluhurnya.

Faktanya bahwa tidak sedikit masyarakat pedesaan di Indonesia masih terikat dengan ritual-ritual dari leluhurnya sehingga tidak bisa melepaskan ikatan ritual tersebut dalam menghadapai risiko, sebagi contoh banyak nelayan di Indonesia khususnya di wilayah Jawa yang melakukan ritual-ritual tolak bala


(16)

dengan memberikan sesajian kepada Dewa atau Dewi laut agar diberikan keselamatan ketika melaut.

Melihat fenomena-fenomena masyarakat yang melakukan pelbagai macam cara dalam menghadapi risiko dari yang masih mengkaitkannya dengan mistis ataupun yang sudah modern yaitu dengan berasuransi, semua itu memiliki tingkat perlindungannya tersendiri yang tentunya berbeda-beda.

Asuransi adalah sarana proteksi atau perlindungan terhadap risiko yang sudah di kemas secara modern, dalam artian bahwa perlindungan atau proteksi yang diberikan telah terlepas dari hal-hal mistis yaitu dengan sharing risk dalam asuransi syariah maupun transfer risk dalam asuransi konvensional.

Asuransi yang telah dikemas secara modern bukannya berarti sudah terlepas dari pelbagai masalah, masih banyak persoalan baik teknis, sosial mapunpun masalah moral yang dihadapai contohnya moral hazard, masalah sosial contohnya kesadaran dan kepercayaan masyarakat terhadap asuransi sendiri sedangkan contoh persoalan teknis adalah menerapkan sistem informasi dalam operasional asuransi yang efisien dan aman.

Persoalan teknis dan moral bukanlah persoalan satu-satunya yang dihadapi tetapi ada persoalan lain yang juga harus mendapatkan perhatian yaitu undang-undang, khususnya dalam asuransi syariah yang belum mendapatkan pengesahan mengenai peraturan hukum positif berupa undang-undang yang secara khusus mengatur mengenai asuransi syariah karena pada prinsip dan operasionalnya asuransi syariah berbeda dengan asuransi konvensional.


(17)

Menyikapi persoalan undang-undang yang tidak segera di sahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam hal ini melalui Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia (DSN MUI) mengeluarkan beberapa fatwanya terkait asuransi syariah yaitu fatwa tentang pedoman umum asuransi syari’ah ( f a t w a n om o r : 21/DSN-MUI/X/2001), fatwa tentang asuransi haji (fatwa nomor: 39/DSN-MUI/X/2002), fatwa tentang akad murabahah musytarakah pada asuransi syari’ah (Fatwa nomor: 51/DSN-MUI/III/2006), fatwa tentang akad wakalah bil ujrah pada asuransi dan reasuransi syari’ah (Fatwa nomor: 52/DSN-MUI/III/2006), dan fatwa tentang akad tabarru’ pada asuransi dan reasuransi syari’ah (Fatwa nomor: 53/DSN-MUI/III/2006).

Fatwa-fatwa dari DSN MUI ini di harapkan dapat menjadi patokan karena sampai saat ini rancangan undang–undang (RUU) asuransi yang telah mengakomodir asuransi dengan sistem syari’ah (diusulkan tahun 2002) yang belum terakomodir dalam undang–undang Nomor: 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian tidak jelas perjalanannya.

Pemetaan permasalahan asuransi syariah menjadi sangat penting untuk dapat menyelesaikannya dengan efektif dan efisien. Persoalan-persoalan teknis dapat di serahkan pada perusahaan itu sendiri dan persoalan-persoalan sosial seperti kesadaran masyarakat untuk berasuransi dapat di serahkan pada kalangan akademisi dan tokoh-tokoh masyarakat sedangkan peersoalan undang-undang harus segera di selesaikan oleh anggota dewan atau DPR RI.


(18)

Masalah pemahaman masyarakat terhadap asuransi syariah tidak bisa di lepaskan dari permasalahan pemahaman masing-masing individu dalam memeandang aspek hukum dari asuransi, untuk lebih sendiri khususnya di pedesaan yang masih kental dengan unsur keagamaannya. Permasalahan status hukum asuransi memenculkan pelbagai pendapat yang berbeda baik secara perseorangan maupun secara lembaga menyikapi aspek kehalalan dan keharaman asuransi sendiri.

Percepatan perkembangan pertumbuhan industri asuransi syariah di Indonesia yang walaupun tidak di imbangi dengan perhatian dari anggota dewan atau DPR RI dalam hal ini untuk mengesahkan rancangan undang-undang yang mengakomodir asuransi syariah tidak meyurutkan minat sebagian masyarakat terhadap asuransi syariah sendiri, terbukti banyaknya perusahaan asuransi yang mebuka divisi syariah dan membuat produk-produk asuransi syariah bahkan ada juga perusahaan yang mengubah bisnisnya secara total menjadi asuransi syariah atau spin off bagi perusahaan asuransi yang telah memilki divisi syariah dan telah memenuhi kriteria untuk spin off.

Sebagai bukti lainnya adalah kenaikan kontribusi asuransi syariah hingga triwulan II 2014 mencapai Rp 4,479 triliun. Kontribusi meningkat 1,45 persen dibandingkan triwulan II 2013 sebesar Rp 4,416 triliun.1 hal ini merupakan bentuk kepecayaan para nasabah terhadap asuransi syariah. Walapun demikian Premi untuk Asuransi syariah sendiri masih jauh dari premi yang didapat asuransi konvensional sebagaimana ungkapanKetua Dewan Komisioner OJK

1

Repulika Online, premi Asuransi Syariah Rp 4,5 T, diakses pada Selasa, 25 November 2014, 13:00 WIB dari http://www.republika.co.id/berita/koran/syariah-koran/14/11/25/nfkzcl2-premi-asuransi-syariah-rp-45-t

5


(19)

Pangsa pasar takaful sendiri masih sangat kecil. Angkanya dibawah 5 persen di 2013. Dalam lima tahun terakhir pertumbuhan kontribusi takaful mencapai 27 persen dan 49 persen untuk asetnya. Hal ini juga berasal dari peningkatan nasabah yang berasal dari kelas menengah dan atas. Hal ini berarti, takaful masih rendah diterima kalangan bawah.2

Perkembangan yang cepat bisnis asuransi syariah membuat daya serap dari tenaga kerja meningkat, tetapi hal ini juga perlu mendapat perhatian yaitu masalah sumber daya manusia yang bekerja pada industri asuransi syariah masih banyak di isi oleh orang-orang yang lemah pemahamannya terhadap asuransi syariah, karena hal ini dapat mengurangi kepercayaan masyarakat mengenai kesyariahaan asuransi syariah.

Perkembangan dalam suatu entitas bisnis dalam hal ini industri asuransi syariah tidak terlepas dari sosialisasi yang dilakukan pelbagai pihak baik dari pemerintah, perusahaan itu sendiri, kalangan akademisi dan lain sebagainya. Permasalahannya adalah bagaimana cara sosialisasi tersebut dan seberapa efektif dan efisienkah sosialisasi yang dilakukan sehingga dapat menjangkau seluruh kalangan dan lapisan masyarakat secara luas.

Pemerintah sendiri malakukan suatu program yang dinamakan program

financial inclution sebagai alat sosialisasi, program ini dimaksudkan agar

masyarakat dapat mengakses lembaga-lembaga keuangan dengan mudah dan memberikan pemahaman bagi masyarakat tentang macam-macam lembaga keuangan termasuk produk-produk yang bisa masyarakat nikmati.

2

OJK. “Asuransi Mikro Syariah Harus Simpel”, diakses Pada 26 Nopember 2014 dari

http:///.Internet/OJK%20%20Asuransi%20Mikro%20Syariah%20Harus%20Simpel%20_%20PebisnisMusli m.com.htm

6


(20)

Alat sosialisasi yang digunakan butuh banyak pertimbangan sehingga cocok dan dapat dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat yang memiliki tingkat pemahaman yang berbeda di Indonesia ini. Bagi masyarakat yang ada di pedesaan dan masyarakat perkotaan keduanya memiliki cara sosialisasi yang berbeda, khususnya bagi masyarakat kota yang mulai sadar dengan asuransi maka sosialisai akan lebih mudah tetapi bagaimana dengan masyarakat di pedesaan yang mayoritas asing dengan istilah asuransi?.

Masyarakat pedesaan di Indonesia adalah mayoritas artinya dibandingkan masyarakat kota masyarakat di pedesaan masih lebih banyak jumlahnya, akan tetapi bagaimana tingkat pemahaman mereka terhadap asuransi khususnya asuransi syariah karena mayoritas masyarakat yang ada di pedesaan di Indonesia adalah beragama Islam.

Pemaparan mengenai latar belakang masalah diatas, terutama permasalah mengenai pemahaman masyarakat asuransi syariah di desa atau pedesaan masih dipertanyakan membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang Pemahaman Masyarakat Pedesaan Terhadap Asuransi Syariah yang memilih studi pada Desa Dukupuntang Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon, karena dinilai merupakan desa yang sedang berkembang ekonominya dan total seluruh penduduknya memeluk agama Islam akan tetapi kesadaran masyarakat terhadap asuransi syariah masih sangat dipertanyakan.


(21)

B. Identifikasi Masalah

Latar belakang yang telah dipaparkan diatas dapat mengidentifikasi beberapa bentuk permasalahan dalam hal asuransi syariah, hal ini tentunya akan menjadi salah satu wacana pembahasan dalam penelitian ini diantaranya adalah 1. Seberapa tinggi tingkat risiko baik secara personal dan golongan atau

kelompok yang berbeda-beda?

2. Bagaimana perkembangan peraturan asuransi syariah yang masih mengambang dan belum disahkan?

3. Seperti apakah desain produk asuransi syariah?

4. Apakah sumber daya manusia perusahaan asuransi syariah masih banyak yang belum paham asuransi syariah?

5. Seperti apakah persaingan bisnis asuransi syariah dan konvensional dalam industri asuransi di Indonesia?

6. Dimana peran masyarakat, pemerintah, perusahaan dalam memajukan industri asurasni syariah?

7. Bagaimana Tingat pemahaman masyarakat mengenai asuransi syariah di pedesaan?

8. Faktor-faktor mana saja yang menjadi penghambat dan pendorong berkembangnya asuransi syariah di Indoensia?

9. Faktor yang manakah yang lebih berpengaruh baik terhadap perkembangan maupun penghambat asuransi syariah?


(22)

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam hal ini terdapat pada konteks pembatasan tempat dan waktu penelitian, spesifikasi masalah penelitian, serta konteks teori penelitian.

1. Tempat dan waktu penelitian

Tempat penelitian memilih studi dan analisis pada Desa Dukupuntang Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon, karena dinilai merupakan desa yang telah memilki ekonomi yang cukup maju sebagai bukti adalah meningkatnya golongan kelas ekonomi menengah dan rata-rata penduduknya memeluk agama Islam akan tetapi pemahaman masyarakat terhadap asuransi syariah masih sangat dipertanyakan, sedangkan waktu penelitian ini adalah dari 15 Januari 2015 – 15 Februari 2015.

2. Pembatasan Masalah

a. Bagaimana tingat pemahaman masyarakat mengenai asuransi syariah di pedesaan?

b. Faktor-faktor mana saja yang menjadi penghambat dan pendorong pemahaman masyarakat pedesaan terhadap asuransi syariah di Indoensia? c. Faktor yang manakah yang lebih berpengaruh baik terhadap

perkembangan maupun penghambat pemahaman masyarakat pedesaan terhadap asuransi syariah?

3. Teori Penelitian

Teori penelitian yang digunakan dalam pembatasan masalah ini dimaksudkan agar tidak melebarnya teori yang nanti akan dipakai dalam


(23)

penelitian ini. Teori yang diajukan dalam penelitian ini adalah teori pemahaman oleh Hiebert dan Carpenter yaitu bahwa pemahaman didasari atas tiga asumsi:

a. Pengetahuan direpresentasikan secara internal dan representasi internal ini terstruktur.

b. Terdapat relasi antara representasi internal dan representasi eksternal. c. Representasi internal saling terkait.

Ketika relasi representasi internal dari gagasan atau ide atau konsep dikonstruk, relasi itu akan menghasilkan kerangka pengetahuan. Kerangka pengetahuan tersebut tidak serta merta terbentuk, tetapi terbentuk secara alami. Sifat alami representasi internal dipengaruhi dan dibatasi oleh sifat alami3.

Secara sederhana teori ini terkait penelitian adalah bahwa pemahaman dalam hal ini dilihat dari tiga asumsi pertama representasi internal berupa pengetahuan diri yang terstruktur kemudian saling terkait artinya dapat menerjemahkan atau menafsirkan dan dapat atau mampu untuk di representasikan secara ekternal berupa kesadaran baik itu berupa minat maupun keikutsertaan. D. Rumusan masalah

Pembatasan dan pengidentifikasian permasalahan yang telah dipaparkan diatas tidak cukup jelas sebagai acuan masalah penelitian ini oleh karena itu perlunya perumusan masalah yang lebih jelas agar permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini bisa lebih sederhana dan dapat langsung pada pokok pembahasan. oleh karena itu bentuk perumusan masalah penelitian ini untuk lebih rincinya akan dipaparkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

3

Great Of Human, Teori Pemahaman, Diakses pada 26 Nopember 2014 dari

http://:Internet/Untuk%20semua%20%20Teori%20Pemahaman.htm.

10


(24)

1. Bagaimana Tingkat pemahaman masyarakat mengenai asuransi syariah di pedesaan?

2. Apasajakah faktor-faktor tingkat pemahaman terhadap minat berasuransi syariah?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini sendiri memiliki tujuan yang secara umum dan khusus bagi peneliti sendiri, secara umum penelitian ini berkaitan dengan rumusan permasalah diatas bertujuan diantaranya sebagai berikut:

1. Menganalisis pemahaman masyarakat Desa Dukupuntang terhadap asuransi syariah.

2. Menganalisis sumber-sumber informasi asuransi syariah yang selama ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Dukupuntang untuk membuka dan meningkatkan pemahaman tentang asurani syariah

3. Secara tidak langsung mensosialisasikan asuransi syariah kepada masyarakat di Desa Dukupuntang khususnya bagi yang belum paham terhadap asuransi syariah.

Secara khusus penelitian ini dengan judul pemahaman masyarakat pedesaan terhadap asuransi syariah yang bertempat di Desa Dukupuntang adalah sebagai berikut:

1. Sarana silaturahim dengan masyarakat setempat

2. Mendapatkan hasil terbaik dalam penelitian ini karena sebagai syarat kelulusan sarjana S1 jurusan asuransi syariah Fakultas Syariah Dan Hukum (FSH) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta


(25)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang di dapatkan dari hasil penelitian ini adalah bagi masyarakat secara luas dan bagi peneliti sendiri serta orang-orang yang berkepentingan terhadap penelitian ini. Secara luas penelitian ini berguna diantaranya sebagai berikut:

1. Sarana dan acuan data informasi yang representatif atas kesadaran dan pemahaman masyarakat di Desa Dukupuntang terhadap asuransi syariah

2. Mengetahui seberapa besar pemahaman masyarakat desa Dukupuntang terhadap asuransi syariah

Sedangkan bagi peneliti sendiri penelitian ini dengan judul pemahaman masyarakat pedesaan terhadap asuransi syariah yang bertempat di desa Dukupuntang berguna sebagai sarana belajar peneliti sendiri di lapangan dan menambah wawasan pengetahuan mengenai asuransi syariah itu sendiri yang merupakan seorang kalangan akademisi.

Selain itu bagi orang-orang yang berkepentingan terhadap penelitian ini baik itu mahasiswa, dosen, guru dan lain sebagainya, memiliki kegunaan dapat digunakan sebagai rujukan atau contoh penelitian tentang asuransi syariah dan informasi mengenai pemahaman asuransi syariah di pedesaan.

G. Hipotesis penelitian

Hipotesis penelitian ini berbentuk hipotesisi kerja atau operasional satu arah yaitu bahwa tingkat pemahaman masyarakat pedesaan terhadap asuransi syariah masih rendah.


(26)

H. Metodologi Penelitian 1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian sosial ekonomi, artinya bahwa penelitian ini bermaksud meneliti tingkat pemahaman masyarakat pedesaan terhadap asuransi syariah di Desa Dukupuntang Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon. Dari sisi sosial penelitian ini bermaksud meneliti tingkat pemahaman masyarakat Desa Dukupuntang sedangkan sisi ekonomi penelitian ini bertujuan pada pemahaman masyarakat Desa Dukupuntang terhadap asuransi syariah

2. Pendekatan penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini sendiri menggunakan pendekatan empiris artinya sesuai dengan fakta dilapangan yang didapat melalui survei dengan penyebaran kuisoner bagi masyarakat Desa Dukupuntang dan dilakukan secara induktif artinya peneliti akan berusaha mengembangkan teori yang ada dengan mengujinya melalui rumusan hipotesis.

3. Analisis penelitain

Anlisis penelitian ini mengguankan dua alat analisis yang di paparkan secara grafik, dan diagram dan untuk membaca diagram dan grafik tersebut berdasarkan analisis ekonomi dan sosial. Analisis ekonomi cenderung bertujuan melakukan prediksi dan eksplantasi dan sedikit melakukan deskripsi sedangkan sosiologi cenderung kepada deskripsi dan eksplantasi dan sangat jarang melakukan prediksi. Jadi jika dikombinasikan maka tujuan analisis penelitian ini


(27)

akan menekankan pada kedalaman suatu fenomena secara kualitas apa yang ada di balik kenyataan, dan melihat tembus terhadap realitas yang ada.4

4. Sumber dan kriteria data penelitian

Jenis data yang akan dicari adalah data primer adalah data yang diperoleh dari penelitian secara langsung terhadap objek melalui kuisoner dan data sekunder adalah data yang diperoleh dai hasil pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian dilapangan contonya data dari keurahan atau desa dan RT/RW setempat.

5. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data yang dapat diterapkan dalam jenis penelitian sosial diantaranya menggunakan survei dengan kuisoner dan observasi.

6. Teknik Pengolahan

Pegolahan data yang dilakukan setelah data didapat dalam pengumpulan data yaitu dengan menggunakan teknik pengkodeaan dan tabulasi, maksudnya data selanjutnya akan dimasukan dalam apliaksi statistik berupa SPSS atau Eviews dan lainnya sesuai dengan karakteristik data, baik itu data nominal atau ordinal data.

7. Subjek, objek, populasi dan sampel penelitian

Objek Penelitian ini adalah masyarakat di Desa Dukupuntang sedangkan subjek dari penelitian ini adalah responden pada masyarakat Desa Dukupuntang.

Populasi dalam objek penelitian ini adalah masyarakat di desa Dukupuntang yang berusia 21 tahun lanjut dengan mempertimbangkan jumlah

4

Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi , (Jakarta, Kencana, 2011) cet. ke-dua, h. 47

14


(28)

kepala keluarga (KK) di setiap RT. Tetapi mengingat banyaknya pupulasi masyarakat Desa Dukupuntang maka hal ini membutuhkan teknik sampel agar lebih mudah dalam melakukan penelitian.

Teknik pengambilan sampel sendiri adalah dengan menggunakan teknik systematic random sampling atau sampel acak secara sistematis dengan melalaui ketentuan-ketentuan tertentu.

I. Sistematika Penulisan Laporan Penelitian

Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini membahas mengenai latar belakang masalah penelitian, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah untuk penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode Penelitian dan sistematika penulisan penelitian.

Bab II : Landasan Teori

landasan teori pada bab II ini menjelaskan tentang makna pemahaman, arti masyarakat pedesaan, dan asuransi syariah.

Bab III : Penyajian Data Penelitian

Pada bab ini membahas tentang gambaran dan karakteristik masyarakat Desa Dukupuntang, sampling, karakteristik responden dan lain sebagainya.


(29)

Bab IV : Analisis Data Penelitian

Pada bab ini dibahas mengenai analisis juga dilakukan interpretasi terhadap temuan penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan, memodifikasi teori yang ada, atau menyusun teori baru. Uraian-uraian tersebut memuat tafsiran-tafsiran, analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan sebagai jawaban terinci atas persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pokok masalah secara proporsional.

Bab V : Penutup

Pada bab ini adalah bab terakhir yang memuat kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dan memberikan saran yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas untuk memperoleh informasi dan memberikan solusi atas permasalahn tersebut.

DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN - LAMPIRAN


(30)

BAB II

KAJIAN TEORETIS

PEMAHAMAN MASYARAKAT PEDESAAN TERHADAP ASURANSI SYARIAH A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Makna Pemahaman

Makna pemahaman dapat dijelaskan secara etimolgi dan terminologi, secara etimogi pemahaman berasal dari kata paham yang menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai pengertian, pendapat, pikiran, aliran, pandangan, dan mengeti benar sedangkan pemahaman sendiri diartikan menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan.5

Secara terminolgi pemahaman dapat dijelaskan menurut Sadiman, ia mengungkapkan pemahaman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, dan menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.6

Selain itu pendapat ini secara tersirat mengisyaratkan bahwa pemahaman tidak hanya dipahami secara abstrak (tidak di ketahui seseorang) tetapi juga konkret (dapat bisa diketahui oleh orang lain) bahwa seseorang tersebut telah memahami sesuatu, bisa dilihat dari definisinya dari sisi kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, ini adalah sisi dari abstrak

5

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008), h. 345.

6 Muhammad Zainal Abidin , pemahaman menurut para ahli, diakses pada 23 Nopember 2014 dari www.MasBied.com.

17


(31)

sedangkan sisi konkret terletak pada definisinya selanjutnya yaitu menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Artinya bahwa untuk meyakinkan seseorang paham harus melihat dari sisi abstrak dan konkret.

Pemahaman adalah suatu proses, cara memahami cara mempelajari baik-baik tidak hanya pada sisi pengetahuan diri sendiri melainkan juga bisa dia sampaikan kepada orang lain sebagaimana menurut Poesprodjo bahwa pemahaman bukan kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri disituasi atau dunia orang lain. Mengalami kembali situasi yang dijumpai pribadi lain didalam erlebnis (sumber pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman pikiran), pengalaman yang terhayati. Pemahaman merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya dalam orang lain.7

Para ahli lainnya yang mendefiniskan pemahaman diantaranya adalah Suke Silversius menyatakan bahwa pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu :

a. Menerjemahkan (translation), pengertian menerjemahkan disini bukan saja pengalihan (translation), arti dari bahasa yang satu kedalam bahasa yang lain, dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya. Pengalihan konsep yang dirumuskan dengan kata–kata kedalam gambar grafik dapat dimasukkan dalam kategori menerjemahkan.

7

Rofei S.Pd, pengertian pemahaman menurut para ahli, diakses pada 24 Oktober 2014

http://akmapala09.blogspot.com/2011/10/pengertian-pemahaman-menurut-para-ahli.html.

18


(32)

b. Menginterprestasi (interpretation), kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama suatu komunikasi.

c. Mengektrapolasi (Extrapolation), agak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi.8

Pemahaman secara etimologi dan terminologi diatas dapat diambil suatu definisi sederhana bahwa pemahaman tidak hanya menyentuh aspek pada kognitif semata tetapi lebih luas dari itu yaitu menyentuh aspek interpretasi atau menafsirkan, menerapkannya dalam bentuk kesadaran dan menerangkan kembali pada orang lain.

2. Masyarakat Pedesaan

Masyarakat pedesaan dalam ilmu bahasa Indonesia disebut dengan kata majemuk yang artinya bahwa masyarakat pedesaan adalah satu kesatuan kata yang memiliki arti dan definisi sendiri. Tetapi walaupun demikian masyarakat pedesaan jika di bagi mejadi dua kata dapat di masyarakat dan pedesaan yang masing-masing memiliki arti tersendiri.

a. Masyarakat

Istilah masyarakat dapat diartikan secara etimologi dan terminologi, secara etimologi dalam bahasa Inggris, masyarakat disebut society, asal katanya socius

yang berisi kawan. Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu syirik

8

Muhammad Zainal Abidin , pemahaman menurut para ahli, diakses pada 23 Nopember 2014 dari

www.MasBied.com.

19


(33)

yang artinya bergaul.9sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri mendefiniskan masyarakat sebagai sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yg mereka anggap sama.10

Selanjutnya pengertian masyarakat secara terminologi oleh para ahli sosiologi untuk memberikan definisi masyarakat (society) seperti berikut :

1) Ralph Linton mendefinisikan masyarakat sebagai setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.11

2) Selo Sumarjan mendefinisikan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.12

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas baik secara etimologi maupun terminologi dapat diketahui bahwa sesuatu kelompok dapat disebut masyarakat jika memiliki sekelompok manusia yang hidup bersama, bercampur untuk waktu yang cukup lama, mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan, dan mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.

b. Desa

Desa dapat didefiniskan baik secara etimologi maupun terminologi, secara etimologi berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)13 desa adalah kesatuan wilayah yg dihuni oleh sejumlah keluarga yg mempunyai sistem

9

M. Munandar Soelaeman, Ilmu sosial dasar (Teori dan Konsep ilmu social), (Bandung, PT Refika Aditama, 2001)., cet. ke-sepuluh, edisi kelima, h. 122.

10

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), h. 924.

11

M. Idrak., Dkk (Tim Peduli Pelajar), Sosiologi Untuk SMA X, XI, XII, (Yogyakarta, Messemedia, 2010), h.18.

12

M. Idrak., Dkk (Tim Peduli Pelajar ), Sosiologi Untuk SMA X, XI, XII, H. 18.

13

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), h. 345.

20


(34)

pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa); atau kelompok rumah di luar kota yg merupakan kesatuan; atau udik atau dusun (dalam arti daerah pedalaman sebagai lawan kota): atau tanah; tempat; daerah.

Sedangkan desa dalam definisi terminologi dapat merujuk pada undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa adalah

“Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.”14

Berdasarkan definisi diatas dapat dimabil suatu kesimpulan bahwa desa adalah sebagai suatu kesatuan wilayah yang memiliki norma-norma, nilai-nilai hukum dan cenderung memiliki sifat-sifat homogen, baik dalam hal karakter demografis, ragam pekerjaan maupun basis ekonomi penghuninya yang diberikan kewenangan untuk mengurus urusannya secara mandiri atau hak otonomi desa. Sedangkan unsur-unsur desa diantaranya adalah penduduk, wilayah, dan pemerintahan desa.

Teori tentang pelapisan sosial di masyarakat banyak di temukan dalam literatur ilmu sosiologi dan salah satu yang terkanal adalah teori pelapisan sosial Karl Max dengan teorinya tentang pertentangan kelas antara kaum Borjuis dan

Proletar. Menurutnya bahwa hanya terdapat dua kelas dalam masyarakat kepitalis

yaitu kum Borjuis dan Proletar.15

14

Undang-Undang Republik Indonesia , Undang-Undang Republik Indonesia nomor 6 tahun 2014 tentang desa ( (Jakarta, undang-undang republik Indonesia, 2014), h. 2.

15

Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 21.

21


(35)

Pola Kebudayaan masyarakat pedesaan di Indoensia terutama di daerah Jawa bahwa Pola kebudayaan termasuk pola kebudayaan tradisional, yaitu merupakan produk dari benarnya pengaruh alam terhadap masyarakat yang hidupnya tergantung pada alam.16 Selain itu pola kebudayaan membangun presepsi masyarakat desa dalam menanggulangi risiko yang masyarakat hadapai dan kebanyakan pola kebudyaan ini erat kaitannya dengan pengaruh ritual keagamaan.

Sistem ekonomi masyarakat desa terkait erat dengan sistem pertaniannya. Akan tetapi sistem pertanian masyarakat desa tidak hanya mencerminkan sistem ekonominya melainkan juga mencerminkan sistem nilai, norma-norma sosial atau tradisi, adat istiadat serta aspek-aspek kebudayaan lainnya.

Masyarakat sebagai realitas eksternal-objektif akan menuntun Individu untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti apa yang boleh di produksi dan di konsumsi, tuntunan tersebut biasanya berasal dari dalam budaya termasuk didalamnya hukum dan agama.17

Ekonomi memposisikan aktor yaitu individu yang rasional artinya ia dapat berfikir mana yang terbaik bagi dirinya sendiri, pendapat ini berakar dari utilitarianisme sehingga pendapat ini menimbulkan suatu siste ekonomi yang disebut dengan lassez faire artinya biarkan semuanya mengatur dirinya sendiri maksudnya system ekonomi diserahkan seluruhnya pada mekanisme pasar.18

16

FISIP Sosiologi UNILA, diakses pada 9 Desember 2014 dari http:///

DataBabII/SosiologiPedesaan/Sosiologi.htm.

17

Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 11.

18

Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 36.

22


(36)

Sedangkan sosiologi memposisikan aktor dalam masyarakat atau aktor dalam interaksi sosial artinya bahwa individu yang identitas dirinya tidak tampil tetapi tersembunyi dalam suatu kesatuan yang dinamakan masyarakat, oleh sebab itu aktor tidak dilihat sebagai individu itu sendiri tetapi individu yang dikaitkan dengan individu lainnya baik perorangan mapun kelompok dan masyarakat.19

Gambar 02.01

Hubungan antara masyarakat dan ekonomi20

Menurut Emile Durkheim bahwa suatu masyarakat dapat dikategorikan menjadi dua tipe yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik dengan perbedaan sebagai berikut:21

Tabel 02.01

Tebel perbedaan solidaritas mekanik dan organik Solidaritas mekanik Solidaritas organik Pembagian kerja Rendah Tinggi

Kesadaran kolektif Kuat Rendah Hukum dominan Represif Restitutif Individualitas Rendah Tinggi

Konsensus terpenting Pola normatif Nilai abstrak dan umum Penghukuman Komunitas terlibat Badan control sosial

19

Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 39.

20

Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 14.

21

Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 70.

Masyarakat

Interaksi sosial: proses dan pola

Ekonomi

23


(37)

Saling ketergantungan Rendah Tinggi

Komunitas Primitif Industri perkotaan Pengikat Kesadaran kolektif Pembagian kerja

Jika dicermati bahwa solidaritas mekanik kental dengan pedesaan sedangkan solidaritas organik kental dengan perkotaan, jadi desa Dukupuntang termasuk pada solidaritas mekanik menurut Emile Durkheim tetapi itu tentunya perlu adanya pembuktian terhadap teori ini.

Pemerintahan desa sebagaimana dalam undang-undang tentang desa pasal satu, ayat 2 dan 3 tentang ketentuan umum “Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintah merupakan institusional ekonomi oleh karena itu menurut Joseph Schumpeter bahwa seseorang melakukan suatu tingkah laku dalam konteks institusional yang lebih luas dimana aktivitas ekonomi dilakukan22.

Pendapat Schumpeter diperkuat oleh Polyani salah satu tokoh sosiologi ekonomi lainnya dengan konsepnya yaitu “keterlekatan”, menurutnya ekonomi manusia terlekat dan terjaring dalam institusi-institusi ekonomi dan non ekonomi, memasukan institusi non ekonomi kedalam ekonomi manusia adalah penting. Agama dan pemerintahan menjadi penting terhadap struktur dan berfungsinya ekonomi sebagai institusi moneter.23

Institusi ekonomi mapun non ekonomi juga di dalam masyrakat pedesaan di perankan sebagai alat efektif untuk melakukan sosialisasi asuransi syariah

22

Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 25.

23

Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h..27.

24


(38)

karena terbatasnya akses informasi dan komunikasi di wilayah pedesaan seperti telephone, internet dan lainnya, maka dari itu untuk perlu juga di bahas secara keseluruhan institusi-institusi ini berperan dalam masyrakat pedesaan dalam melakukan sosialisasi

Demikianlah kajian pustaka menghubungkan pengertian pedesaan dengan suatu lingkungan sosial dan geografi tertentu, termasuk individu-individu yang bermukim di sana. Pembahasan mengenai pemahaman masyarakat pedesaan dalam penelitian ini terkait dengan varibel indenpenden (terikat) yang kemudian akan dilanjutkan dengan variabel dependen yaitu asuransi syariah (variabel pengikat).

3. Asuransi Syariah

Penjelasan operasional asuransi syariah dalam bab ini membahas asuransi secara umum dan asuransi syariah, hal ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan mengapa peneliti lebih memilih asuransi syariah sebagai variabel independen di banding asuransi konvensional.

Asuransi adalah transaksi perjanjian antara dua pihak dimana pihak yang satu berkewajiban membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran, jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai dengan perjanjian yang dibuat.24

Asuransi bisa dikatakan merupakan bisnis kepercayaan karena yang di perjual belikan dalam asuransi adalah jasa untuk menanggulangi resiko yang sama

24 Abdul Azid dahlan, Dkk, ed. , Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta, ichtiar baru van hocve, 1996), h. 138.

25


(39)

sekali tidak nampak nyata barangnya. selanjutnya bagaimana hubungan asuransi, kepercayaan dan resiko?.

Torsyik menyebutkan kepercayaan merupakan kecenderungan perilaku tertentu yang dapat mengurangi resiko yang muncul dari perilakunya.25 Sedangkan menurut Giddens bahwa kepercayaan dapat berfungsi untuk mereduksi atau meminimalisasi bahanya yang berasal dari aktivitas tertentu .26

Lanjut menurut Giddens bahwa pada masyarakat pra modern di temukan 4 lingkungan yang menumbuh kembangkan kepercayaan yaitu hubungan kekerabatan, komunitas masyarakat lokal, kosmologi religius, dan tradisi sedangkan pada masyarakat modern terdapat 3 lingkungan yang menumbuh kembangkan kepercayaan yaitu sistem abstrak, relasi personal, dan orientasi masa depan.

Asuransi dalam hal ini menempati post masyarakat modern berarti asuransi termasuk kedalam lingkungan sistem abstrak karena di dalam asurnasi terdir dari perjanjian-perjanjian yang tertulis.

Asuransi disebut juga pertanggungan atau usaha saling menanggung karena adanya pihak perusahaan sebagai penangguang risiko dari nasabah sebagai tertanggung yang mentransfer risikonya pada perusahaan sebagaimana UU tentang perasuransian tahun 1992 dan KUHD pasal 246;

Menurut UU Republik Indonesia no.2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi yang bertujuan memberikan penggantian kepada tertanggung karena

25

Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h.185.

26

Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h.187.

26


(40)

kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau pembayaran uang yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.27

Menurut Pasal 246 KUHD Republik Indonesia, Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberi penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tertentu.28

Jenis usaha asuransi dalam sebagaimana mengacu pada undang-undang no. 2 tahun 1992 diantaranya adalah usaha asuransi kerugian, usaha asuransi jiwa dan usaha reasuransi. sedangkan jenis usaha penunjang asuransi diantaranya adalah usaha pialang asuransi usaha pialang reasuransi usaha penilaian kerugian asuransi, usaha konsultan aktuaria, usaha agen asuransi.

Objek asuransi menurut UU no 2 tahun 1992 adalah diantaranya harta benda, jiwa dan raga kesehatan manusia, tanggung jawab hukum serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi, dan atau berkurang nilainya.

Sasaran asuransi adalah bagi para pelaku ekonomi mikro (rumah tangga), para pelaku ekonomi makro (dunia bisnis dan pemerintah) dan pihak–pihak yang mempunyai keinginan untuk mengurangi kemungkinan timbulnya kerugian yang belum diketahui secara pasti di masa mendatang.

27

Undang-Undang Republik Indonesia, Tentang Usaha Perasuransian Dan Reasuransi. (Jakarta, Undang-Undang Republik Indonesia, 1992 ) h. 2.

28

Junaedi Ganie, Dkk, Hukum Asuransi Indonesia, (Jakarta, Sinar Grafika, 2011), h. 84.

27


(41)

Asuransi dalam bisnisnya adalah mengelola risiko baik secara sharing risk

maupu transfer risk oleh karena itu harus mempunyai suatu manajemen risiko yang mampu mengendalikannya karena ada beberapa hal yang menjadi tantangan industri asuransi seperti moral hazard, hukum bilangan besar yang harus dipenuhi dan kontrak polis yang sesuai dengan peraturan pemerintah.

Risiko setidaknya dapat di kalsifikasikan menjadi dua yaitu risiko murni seperi kematian dan risiko spekulatif seperti investasi, risiko yang biasanya di cover oleh asuransi hanya risiko murni tetapi juga tidak menutup kemungkinan untuk menerima risiko spekulatif. Tujuan memiliki asuransi diantaranya adalah untuk membangun kerjasama antar dua pihak dimana satu pihak menawarkan pelindungan pada pihak lain dari segala risiko yang tidak diharapkan.29

Perlu diketahui bahwa asuransi sendiri memiliki beragam pendapat dalam Islam dengan berbagai macam pendapat dan dalil serta kaidah yang menjadi kekuatan argumen masing-masing pihak. Secara singkat pendapat-pendapat tersebut dapat dibagi kedalam tiga pendapat secara garis besar yaitu menghalalkan asuransi secara keseluruhan, mengharamkan asuransi secara keseluruhan, dan bertindak hati-hati dalam menyikapi hukum asuransi.

Perdebatan mengenai asuransi sudah terjadi beberapa dekade silam, para ulama dan para cendikiawan muslim memperdebatkan tentang kahalalan dari asuransi sendiri, ada beberapa pendapat mengeai hal tersebut diantaranya yang mengharamkan asuransi karena mengandung maisir, gharar dan riba. Salah satu

29

Mohd Ma’sum Billah, kontekstualisasi takaful dalam asurani modern (tinjauan hukum dan praktek) di alih bahasakan oleh Dr. Suparto, (Jakarta, Pt. Ina Publikatama, 2010) h. 29.

28


(42)

tokohnya adalah K.H. Ali Yafie (mantan ketuan MUI), Mustafa Zaid, Abdullah Al-Qalqili, dan lain-lain.30

Menghalalkan asuransi, karena keberatan dengan pendapat pertama bahwa asuransi sama dengan judi, gharar, dan riba mapun bertentangan dengan perinsip warits dan wasiat salah satu tokohnya adalah Muhammad abu Zahrah, Rahman Isa, Syaikh al-Azhar dan lainnya.

Menyikapi hukum asuransi dengan bertindak hati-hati (ikhtiyâth) dalam menentukannya. Salah satu tokohnya adalah Muhammad Abduh, dan syaikh Ibn Abidin dan lainnya.

Selain pendapat para ulama beberapa ORMAS Islam melalui lembaganya masing masing seperti NU, Muhamadiyah, dan PERSIS yang juga ikut memberikan pendapatnya mengenai status hukum asuransi sendiri

a. Keputusan Bahtsul Masail Nadhatul Ulama (BM-NU) tentang Asuransi BM-NU menetapkan sejumlah hukum asuransi sebagai berikut:31 1) Hukum asuransi sosial adalah boleh dengan syarat: pertama termasuk akad

ta`awuniyat, bukan akad mu`awadhat; dan kedua diselenggarakan oleh pemerintah sehingga kalau ada kerugian ditanggung oleh pemerintah dan kalau ada untung dikembalikan kepada masyarakat

2) Hukum asuransi kerugian adalah boleh dengan syarat ia merupakan persyaratan bagi objek-objek yang menjadi agunan bank dan ia tidak dapat dihindari karena diatur oleh pemerintah seperti asuransi ekspor-import

30

Mohd Ma’sum Billah, kontekstualisasi takaful dalam asurani modern (tinjauan hukum dan praktek) di alih bahasakan oleh Dr. Suparto, h. 44.

31

Mahkamah Agung Republik Indonesia, laporan penelitian asuransi syariah, (Jakarta, MA, 2009) h. 57.

29


(43)

3) Hukum asuransi jiwa adalah haram, kecuali apabila mengandung unsur tabungan, pihak tertanggung berniat menabung di perusahaan asuransi, pihak penanggung menyimpan (mentasharufkan) tabungan dengan cara-cara yang dibenarkan syara’, tertanggung dapat menarik kembali tabungannya apabila diperlukan dan pihak penanggung bertanggung jawab untuk mengembalikannya, dan apabila tertanggung meninggal sebelum habis waktu maka ahli waris dapat menarik tabungan tersebut sebagai tirkat.

b. Keputusan Majelis Tarjih Muhammadiyah tentang Asuransi

Ketetapan Majelis Tarjih Muhammadiyah mengenai asuransi adalah sebagai berikut:

1) Hukum asuransi jiwa yang dilakukan oleh pemerintah diantaranya yaitu Perum Jasa Raharja, Perum Taspen, Perum Asabri, Perum Astek, Perum Astek, dan Perum Husada Bhakti (Askes) adalah boleh (mubâh).

2) Hukum asuransi jiwa yang mengandung unsur-unsur riba, maysîr, ketidak adilan, gharâr, ghâsy, dan menyalahi hukum kewarisan Islam adalah haram. Sedangkan hukum asuransi jiwa yang tidak mengandung unsur-unsur tersebut adalah boleh.

3) Hukum asuransi jamaah haji adalah boleh apabila tidak memberatkan jamaah haji dan dikelola oleh pemerintah sendiri (dalam hal ini Departemen Agama).

4) Dana yang terkumpul digunakan untuk kemashlahatan umat, dan pengelolaan dana bersifat terbuka.32

32

Mahkamah Agung Republik Indonesia, laporan penelitian asuransi syariah, h. 58.

30


(44)

Menyikapi setiap perbedaan dalam memandang status hukum dari asuransi, di Indonesia sendiri telah berdiri lembaga independen yang bertugas membuat fatwa-fatwa dan mengawasi setiap gerak dari lembaga keuangan syariah diantaranya adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) di perusahaan syariah dan perusahaan yang memiliki unit syariah. Fatwa mengenai asuransi syariah sendiri telah ada sejak tahun 2001 melalui

1. Fatwa n o : 21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman umum asuransi syariah 2. Fatwa no: 39/DSN-MUI/X/2002 tentang asuransi haji

3. Fatwa no: 51/DSN-MUI/III/ 2006 tentang akad murabahah musytarakah pada asuransi dan reasuransi syari’ah

4. Fatwa no: 52/DSN-MUI/III/2006 tentang akad wakalah bil ujrah pada asuransi dan reasuransi syari’ah

5. Fatwa no: 53/DSN-MUI/III/2006 tentang akad tabarru’ pada asuransi dan reasuransi syari’ah

Selain dari fatwa-fatwa DSN MUI pedoman mengenai bisnis asuransi syariah di Indonesia juga melibatkan otoritas pemerintahan seperti menteri keuangan melalui PMK no 18 tahun 2011 dan otoritas jasa keuangan (OJK) melalui POJK no 8 tahun 014.

Pada dasarnya pengelolaan secara syariah dalam lembaga keuangan termasuk didalamnya asuransi telah mendapatkan tempat di masyarakat Indonesia secara filosofis, sosiologis dan yuridis. Artinya bahwa secara yuridis hukum asuransi syariah di akui oleh pemerintah dan secara sosiologis masyarakat dapat


(45)

menerimanya serta secara filosofis bahwa praktek asuransi syariah tersebut sesuai dengan cita-cita bangsa dan membuat kemaslahatan bersama.

Sebenarnya istilah asuransi dalam konsep Islam bukanlah hal baru, karena sudah ada pada zama rasulallah yaitu al-aqilah yang berarti asabah”menunjukan ayah dengan pembunuh”. Dengan konsep kontribusi finansial atas nama pembunuh (premi) untuk membayar pewaris korban.

Konsep ini kemudian diterima oleh Rasulallah menjadi bagian dari hukum Islam hal tersebut dapat dilihat dalam hadist nabi dalam pertengkaran dua orang wanita dari suku huzail. Hadist diatas sekaligus menjadi dasar hukum asuransi syariah dari adanya asuransi syariah selain itu juga ayat al-quran yaitu Qs Al-Hasr ayat 18 yang artinya “Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Qs Al-Hasyr:18)

Secara tersirat konsep asuransi syariah mulai ada sejak zaman Nabi Yusuf AS yaitu ketika terjadi suatu musim panen dan musim kekeringan sebagaimana diceritakan dalam Al-quran Qs Yusuf ayat 43-49

Makna dari ayat diatas bahwa ketika zaman Nabi Yusuf terjadi dua peristiwa yaitu peristiwa suburnya tanah–tanah untuk bercocok tanam dan musim kekeringan. Pada musim kekeringan Nabi Yusuf memerintahkan raja dan masyarakat untuk mempersiapkan diri meghadapi musim kekeringan dengan cara meyimpan sebagian hasil panen pada musim yang subur dan hanya sebagin saja untuk dikonsumsi.


(46)

Keterkaitan dengan konsep asuransi syariah adalah terletak padapersiapan untuk menghadapi masa depan yang lebih baik. Artinya jika dikaitkan dengan ayat diatas makna musim yang subur adalah digambarkan sebagai umur manusia yang produktif yaitu dimulai dari 15 tahun sampai dengan 65 Tahun. Pada masa produktif itu di gambarkan sebagai musim panen dan usia non produktif digambarkan sebagai musim kekeringan maka di usahakan untuk mempersiapkan masa non produktif itu pada masa produktif dengan asuransi.

Sebelum adanya istilah asuransi syariah terlebih dahulu masyarakat arab telah mengenal beberapa konsep yang mirip dengan asuransi diantaranya

Al-aqilah33, Al-Muwalat34, Al-Qasamah35, Tanahud36, Aqd Al-Hirasah37, dan

Dhiman Khatr Thariq.38Walaupun demikian konsep-konsep ini tidak diterima

33

Saling memikul atau bertanggung jawab untuk keluarganya. Jika salah seorang dari anggota suatu suku terbunuh oleh anggota satu suku yang lain, maka pewaris korban akan dibayar dengan uang darah (diyat) sebagai konpensasi oleh saudara terdekat dari pembunuh. (presentasi dari Rikza Maulan Lc., M.Ag dalam embrio asuransi syariah (sejarah perlindungan insane dalam Islam), sekretaris Dewan Pengawas Syariah di PT Takaful Indonesia. t.p, t.th).

34

Perjanjian jaminan, dimana seorang penjamin menjamin seseorang yang tidak memiliki waris dan tidak dikeketahui ahli warisnya. Penjamin setuju untuk menanggung bayaran dia, jika orang yang dijamin tersebut melakukan jinayah. (presentasi dari Rikza Maulan Lc., M.Ag dalam embrio asuransi syariah (sejarah perlindungan insane dalam Islam), sekretaris Dewan Pengawas Syariah di PT Takaful Indonesia. t.p, t.th).

35

Sebuah konsep perjanjian yang berhubungan dengan manusia. Sistem ini melibatkan usaha pengumpulan dana dalam sebuah tabungan atau pengumpulan uang iuran dari peserta atau majlis. Manfaatnya akan dibayarkan kepada ahli waris yang dibunuh jika kasus pembunuhan itu tidak diketahui siapa pembunuhnya atau tidak ada keterangan saksi yang layak untuk benar - benar secara pasti mengetahui siapa pembunuhnya. (presentasi dari Rikza Maulan Lc., M.Ag dalam embrio asuransi syariah (sejarah perlindungan insane dalam Islam), sekretaris Dewan Pengawas Syariah di PT Takaful Indonesia. t.p, t.th).

36

Ibarat dari makanan yang dikumpulkan dari para peserta safar yang dicampur menjadi satu. Kemudian makanan tersebut dibagikan pada saatnya kepada mereka, kendati mereka mendapatkan porsi yang berbeda-beda. (presentasi dari Rikza Maulan Lc., M.Ag dalam embrio asuransi syariah (sejarah perlindungan insane dalam Islam), sekretaris Dewan Pengawas Syariah di PT Takaful Indonesia. t.p, t.th).

37

Kontrak pengawal keselamatan. Di dunia Islam terjadi berbagai kontrak antar individu, misalnya ada individu yang ingin selamat lalu ia membuat kontrak dengan seseorang untuk menjaga keselamatannya, dimana ia membayar sejumlah uang kepada pengawal, dengan konpensasi kemanannya akan dijaga oleh pengawal. (presentasi dari Rikza Maulan Lc., M.Ag dalam embrio asuransi syariah (sejarah perlindungan insane dalam Islam), sekretaris Dewan Pengawas Syariah di PT Takaful Indonesia. t.p, t.th).

38

Kontrak ini merupakan jaminan keselamatan lalu lintas. Para pedagang muslim pada masa lampau ingin mendapatkan perlindungan keslamatan, lalu ia membuat kontrak dengan orangorang yang kuat dan berani di daerah rawan. Mereka membayar sejumlah uang, dan pihak lain menjaga keselamatan perjalanannya. (presentasi dari Rikza Maulan Lc., M.Ag dalam embrio asuransi syariah (sejarah perlindungan insane dalam Islam), sekretaris Dewan Pengawas Syariah di PT Takaful Indonesia. t.p, t.th).

33


(47)

secara mutlak oleh Islam dan harus adanya penyesuaian-penyesuaian dengan nilai-nilai Islam.Enam konsep di atas menjadi embrio dari konsep asuransi syariah

Perkembangan asuransi syariah di zaman sekarang atau abad ke-20 dan ke-21 begitu pesat, praktik asuransi syariah tidak hanya dijalankan oleh orang– orang muslim akan tetapi juga non muslim, begitu juga pendirian perusahaan asuransi berbasis syariah tidak hanya di negara negara mayoritas muslim akan tetapi juga non msulim.

Pembuktiannya dengan adanya perusahaan asuransi yang baik secara keseluruhan operasionalnya berdasarkan syariah Islam maupun yang hanya membuka unit syariah. Berikut ini adalah data perkembangan perusahaan asuransi syariah baik secara global, ragional ASEAN maupun wilayah Indonesia.

Jumlah Perusahaan dan Unit Asuransi dan Reasuransi Syariah Di Indonesia Triwulan II 201439

Tabel 02.02

No Keterangan TW II 2014

1. Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah 3 2. Perusahaan Asuransi Umum Syariah 2 3. Unit Syariah Perusahaan Asuransi Jiwa 17 4. Unit Syariah Perusahaan Asuransi Umum 23 5. Unit Syariah Perusahaan Reasuransi 3

TOTAL 48

Perkembangan ini mengidikasikan bahwa industri asuransi sedang tumbuh di masyarakat dunia sehingga pemilihan variabel asunasi syariah ini dimaksudkan

39

Taufik Marjuniadi, Prinsip dan Operasional Asuransi Syariah Umum Pt. Jaya Proteksi Takaful, h. 6.

34


(48)

untuk meneliti adakah dampak tumbuhnya asuransi syariah pada pemahaman masyarakat pedesaan di Indonesia.

Perkembangan asuransi tentunya membutuhkan strategi marketing yang baik oleh karena itu pemasaran asuransi secara umum dapat dibagi kedalam beberapa bentuk meode dan strategi distribusinya. Metode pemasaran dalam buku startegi pemasaran asuransi syariah oleh Abdullah Amrin dibedakan menjadi metode untuk asuransi jiwa dan untuk asuransi umum, dalam asuransi jiwa beberapa perusahaan asuransi mengguanakn metode field development system

(FDS) sesuai dengan kebutuhan perusahaan tersebut.40

Sedangkan untuk asuransi kerugaian metode yang digunakan tidak hanya pada aspek penjualan tetapi juga pada bagaimana penjualan dalam hal ini agen juga harus memahami ilmu underwriter.41

Saluran distribusi asuransi syariah dapat dibagi kedalam beberapa kategori seperti memalui sistem keagenan (agency distribution system), sistem kantor cabang (branch office system), sistem keagenan umum (general agency system), melalui broker asuransi, melalui retail outlet, melalui penjualan langsung (direct selling), melalui pengiriman surat (direct melling), dan melalui market afiliasi.42

Alasan mengapa peneliti lebih memilih asuransi syariah di banding asuransi konvensional karena melihat konteks masyarakat di wilayah peneliti yang seluruh warganyanya adalah Muslim dan juga memasukan unsur keagamaan sebagai indikator faktor dari pemahaman masyarakat pedesaan terhadap asuransi syariah.

40

Abdullah Amrin, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah, (Jakarta, PT Grasindo, 2007), h. 72.

41

Abdullah Amrin, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah, h. 73.

42

Abdullah Amrin, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah, h. 93-96.

35


(49)

Penjelasan-penjelasan mengenai kedua variabel diatas yang dinamakan dengan tinjauan pustaka, di maksudkan untuk membangun kerangkan berfikir peneliti atau kerangka konsep dalam penelitian ini yang akan dibahas selanjutnya. B. Definisi Operasional

Definisi operasional ini dimaksudkan untuk membatasi makana dari variabel yang akan dibahas, diantara variabel-variabel tersebut adalah

1. Pemahaman adalah suatu proses, cara memahami cara mempelajari baik-baik tidak hanya pada sisi pengetahuan diri sendiri melainkan juga bisa dia sampaikan kepada orang lain.

2. Masyarakat pedesaan adalah sekelompok manusia yang hidup bersama, bercampur untuk waktu yang cukup lama, mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan, dan mereka merupakan suatu sistem hidup bersama di kawasan pedesaan.

3. Desa adalah sebagai suatu kesatuan wilayah yang memiliki norma-norma, nilai-nilai hukum dan cenderung memiliki sifat-sifat homogen, baik dalam hal karakter demografis, ragam pekerjaan maupun basis ekonomi penghuninya yang diberikan kewenangan untuk mengurus urusannya secara mandiri atau hak otonomi desa.

4. Asuransi adalah suatu konsep modern dalam penanganan risiko dengan menggunakan sharing risk atau transfer risk.

5. Asuransi Syariah adalah suatu asuransi yang dikemas secara syariah

Definisi operaisonal ini dapat membangun suatu teori baru atau dapat membuktikan kebenaran teori yang sudah ada atau bahkan membatahnya.


(50)

C. Kajian–Kajian Empiris

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yanu Pangestu Nugroho bahwa tingkat ketertarikan nasabah terhadap asuransi lebih terdiri dari lima faktor yaitu faktor sosial ekonomi, produk, promosi, pemasaran, tarif atau premi.43

Menurut hasil survei OJK bahwa masih rendahnya angka melek informasi masyarakat terhadap berbagai layanan keuangan. OJK melakukan survei dengan 8.000 responden dan hasilnya pada tingkat pemahaman layanan perbankan 21,8%, asuransi 17,84%, perusahaan pembiayaan 9,8%, dana pensiun 7,13%, pasar modal 3,79%, dan penggadaian 14,85%.44

Direktur OJK mengatakan bahwa itu tandanya sedikit sekali orang paham mengenai tingkat resiko dan memiliki keterampilan di bidang keuangan, untuk asuransi misalnya hanya 12 orang yang memanfaatkan jasa layanan asuransi dari 100 orang yang di survei.45

Selain itu untuk membuktikan dan menjadi bahan rujukan penelitian ini dibuat juga suatu kajian penelitian terdahulu untuk melihat adanya keterkaitan dan perbedaan dengan penelitian ini baik dari jurnal mapun penelitian lainnya.

1. Jurnal Ilmiah

a. Pengaruh Gender, Tingkat Pendidikan dan Usia Terhadapat Kesadaran Berasuransi Pada Masyarakat Indonesia yang dituliskan oleh Sri

43

Yanu Pangestu Nugroho, faktor-faktor yang mempengaruhi minat nasabah dalam membeli produk asuransi Mitra Iqra (studi: AJB Bumiputera 1912 divisi syariah), “ (skripsi fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014)”, h. 11.

44

Miftahul Ulum, bagaimana pemahaman masyarakat terhadap layanan keuangan, ini surveinya,?, diakses pada Selasa, 22 April 2014 21.05 WIB dari Bisnis.com.

45 Miftahul Ulum, bagaimana pemahaman masyarakat terhadap layanan keuangan, ini surveinya,?,

diakses pada Selasa, 22 April 2014 21.05 WIB dari Bisnis.com.

37


(51)

Hermawati dalam jurnal asuransi dan manajemen risiko Volume 1, No 1, Februari 2013 yang diterbitkan oleh AAMAI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari faktor individual dalam hal ini adalah usia, gender dan tingkat pendidikan terhadap kesadaran masyarakat untuk berasurani. Kesadaran diukur dari dua dimensi yaitu pengetahuan tentang asuransi jiwa dan pemahaman tentang asuransi jiwa.

Data diambil melalui penyebaran kuesioner terhadap 350 reponden. Sampel diambil secara acak. Analisis manova digunakan untuk menganalisis data. Pengetahuan konsumen diukur dari pengenalan berbagai jenis asuransi jiwa dan manfaatnya. Pemahaman masyarakat akan asuransi jiwa diukur dari pemahaman berbagai aturan yang terdapat dalam jual beli asuransi jiwa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan dan pemahaman akan asuransi jiwa pada berbagai usia responden. Gender berpengaruh hanya pada perbedan pemahaman akan asuransi jiwa. Tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran akan asuransi jiwa.

b. Persepsi Etnis China Terhadap Perbankan Syariah Di Kota Medan di tuliskan oleh Harviz Akbar Haroni Doli H. Ritonga dalam jurnal Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol. 1, No.2, Januari 2013.

Maksud penelitian ini adalah untuk melakukan observasi apa pengaruh kinerja, pelayanan, promosi dan fakta-faka kesehatan etnis Cina terhadap presepsi kepada bank syariah di Medan. Responden penelitian ini adalah mahasiswa, pekerja, pengusaha dan pekerja lainnya. Peneliti menggunakan data primer dan di peroleh dari wawancara, observasi dan kuisoner. Metode yang digunakan adalah


(52)

non probality sample. Untuk proses data peneliti menggun akan ordinary least square. Hails penelitian ini adalah hubungan positif anatara variabel kinerja, pelayanan, promosi dan physical evidence terhadap bank syariah di Medan 2. Hasil Penelitian Sebelumnya Yang Terkait Judul

Uraian berikut akan memaparkan sebuah penelitian baik berbentuk skripsi, tesis maupun desertasi yang sudah dilakukan, sehingga menjadi jelas bagaimana penelitian ini relevan dan penting dilakukan:

a. RESPON MASYARAKAT MUSLIM KOTA MATARAM TERHADAP ASURANSI SYARIAH, ditulis oleh Muhammad Johari, Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta 2010.

Analisis penelitiaan ini menggunakan bentuk penelitian survei yang mengambil lokasi di tiga kecamatan dari enam kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kota Mataram, yakni Kecamatan Ampenan, Mataram dan Cakranegara.

Sedangkan perusahaan asuransi syariah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan AJB Bumi Putera Syariah, Asuransi Takaful Umum dan Asuransi Takaful Keluarga. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 110 orang responden, dengan rincian 20 orang dari peserta asuransi syariah dan sisanya dari yang non-peserta asuransi syariah. Metode pengambilan sampel menggunakan metode acak sederhana (simple random sampling).

Pengukuran variabel penelitian dilakukan dengan menggunakan skala likert 5 point. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuisioner


(53)

atau angket, interview atau wawancara dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Sedangkan teori yang dipakai untuk membedah pokok permasalahan yang ada adalah dengan menggunakan teori perilaku konsumen.

Penelitian penulis tersebut lebih membahas faktor-faktor pendorong masyarakat kota mataram berasuransi dan hanya melihat respon positif atau negatif sedangkan peneliti ini melakuakan studi di masyarakat pedesaan dan mencari besaran presentasenya. Metode yang pengambilan sampel digunkan juga berbeda jika peneliti ini menggunakan acak sederhana maka penenlitian yang akan di tulis peneliti menggunakan sampel acak sistematis.

Selian itu teori yang diguankan adalah teori dari prilaku konsumen sedangkan penelitian yang akan di tulis peneliti mengguankan teori pemahaman dari Hiebert dan Carpenter. Segi kesamaan penelitian ini adalah sama-sama mengjadikan variabel asuransi syariah sebagai variabel depeden dan juga sampel yang diguankan adalah megguanakn probability sample dengan random sampling.


(54)

D. Kerangka Pemikiran

Gambar 02.02 Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir diatas dapat dijelaskan bahwa garis vertikal pertama menunjukan bahwa penelitian ini adalah melihat tingkat pemahaman masyarakat pedesaan terhadap asuransi syariah. Garis vertikal kedua menunjukan bahwa indikator dari pemahaman pada penelitian ini di tunjukan dengan empat indikator utama yaitu pengetahuan, presepsi, tingkat kesadaran, dan ketertarikan untuk ikut serta. Indikator ini akan di fungsikan untuk melihat tingkat presentase pemahaman masyarakat pedesaan terhadap asuransi syariah dapat berpengarus secara nyata atau tidak.

Asuransi Syariah

Pemahaman Masyarakat Pedesaan

Indikator pemahaman 1. Persepsi

2. Pengetahuan 3. Kesadaran 4. Ketertarikan dan 5. Keikutsertaan

Presentase

Jenis kelamin Pendidikan

Usia Pengaruh

Keagamaan

Penghasilan


(55)

BAB III

GAMBARAN UMUM MENGENAI DESA DUKUPUNTANG KECAMATAN DUKUPUNTANG KABUPATEN CIREBON A. PROFIL DESA DUKUPUNTANG

Desa Dukupuntang terletak di Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 20.386 ha/m2, luas tersebut terbagi kedalam beberapa kategori diantaranya diperuntukan untuk pemukiman penduduk seluas 3.450, lahan pertanian seluas 3.222, tanah bengkok seluas 19.341 ha/m2, tanah titi sara seluas 13.428 sarana olahraga seluas 1.400 ha/m2, perkantoran pemerintah seluas 0,372 ha/m2, sarana publik seperti sekolah seluas 0,735 ha/m2, jalan raya 3.600 ha/m2, dan pemakaman seluas 0,389 ha/m2 dan pertokoan seluas 0,462 ha/m2 dan sisanya di pakai untuk sarana lainnya seperti irigasi, kebun dan lain sebagainya.

Letak geografis Desa Dukupuntang berbatasan dengan beberapa desa lainnya di Kecamatan Dukupuntang yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa Balad dan Desa Kepunduan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bobos dan Desa Cikalahang, sebelah barat berbatasan dengan Desa Cangkoak dan Mandala, sebelah barat berbatasan dengan Desa Cipanas dan Girinata.

Jumlah Rukun Warga (RW) Desa Dukupuntang sebanyak 5 (lima) RW berdasarkan Surat Keputusan (SK) no: 141.3/03-SK RW/RN-Des, sedangkan jumlah Rukun Tetangga (RT) sebanyak 15 (lima belas) RT berdasarkan SK no: 141.3/03-SK RN/RT-Des.


(56)

Potensi sumber daya alam yang ada di Desa Dukupuntang berupa persawahan dengan komoditi berupa padi, kacang merah, jagung dan peternakan dengan jenisnya ternak Ayam, Sapi, Kerbau, Bebek, Kambing, Burung, dan lain sebagainya

Peta Desa Dukupuntang Gambar 03.01

B. KEPENDUDKAN

Jumlah penduduk menurut data yang tersedia di kantor Desa Dukupuntang adalah laki-laki sebanyak 2.226 jiwa dan perempuan sebanyak 2.244 jiwa, sedangkan untuk kualitas penduduk berdasarkan usia di golongkan kedalam beberapa golongan dari usia 0-12 bulan sampai dengan usia 75 tahun ke-atas.


(57)

1. Jumlah Penduduk Desa Dukupuntang Tabel 03.01

JUMLAH LAKI-LAKI 2.226 JIWA

JUMLAH PEREMPUAN 2.244 JIWA

JUMLAH TOTAL 4.470 JIWA

2. Jumlah Penduduk Desa Dukupuntang Berdasarkan Usia Tabel 03.02

USIA LAKI-LAIKI PEREMPUAN USIA LAKI-LAIKI PEREMPUAN 0-12 Bulan 27 orang 32 orang 21 Tahun 40 orang 36 orang 1 Tahun 39 orang 41 orang 22 Tahun 36 orang 33 orang 2 Tahun 23 orang 25 orang 23 Tahun 41 orang 41 orang 3 Tahun 158 orang 160 orang 24 Tahun 42 orang 39 orang 4 Tahun 31 orang 30 orang 25 Tahun 40 orang 43 orang 5 Tahun 25 orang 26 orang 26 Tahun 29 orang 33 orang 6 Tahun 27 orang 28 orang 27 Tahun 41 orang 41 orang 7 Tahun 30 orang 29 orang 28 Tahun 43 orang 45 orang 8 Tahun 27 orang 25 orang 29 Tahun 32 orang 35 orang 9 Tahun 30 orang 29 orang 30 Tahun 30 orang 33 orang 10 Tahun 33 orang 30 orang 31 Tahun 40 orang 36 orang 11 Tahun 42 orang 44 orang 32 Tahun 41 orang 37 orang 12 Tahun 43 orang 45 orang 33 Tahun 35 orang 37 orang 13 Tahun 40 orang 42 orang 34 Tahun 34 orang 40 orang 14 Tahun 37 orang 39 orang 35 Tahun 35 orang 38 orang 15 Tahun 34 orang 36 orang 36 Tahun 31 orang 33 orang 16 Tahun 27 orang 28 orang 37 Tahun 24 orang 28 orang 17 Tahun 24 orang 26 orang 38 Tahun 26 orang 29 orang


(58)

18 Tahun 27 orang 30 orang 39 Tahun 27 orang 29 orang 19 Tahun 25 orang 25 orang 40 Tahun 27 orang 21 orang 20 Tahun 24 orang 24 orang

USIA LAKI-LAIKI PEREMPUAN USIA LAKI-LAIKI PEREMPUAN 41 Tahun 20 orang 20 orang 61 Tahun 19 orang 18 orang 42 Tahun 27 orang 27 orang 62 Tahun 20 orang 19 orang 43 Tahun 26 orang 24 orang 63 Tahun 17 orang 18 orang 44 Tahun 19 orang 20 orang 64 Tahun 18 orang 17 orang 45 Tahun 20 orang 18 orang 65 Tahun 25 orang 20 orang 46 Tahun 22 orang 19 orang 66 Tahun 16 orang 14 orang 47 Tahun 18 orang 22 orang 67 Tahun 15 orang 16 orang 48 Tahun 24 orang 21 orang 68 Tahun 17 orang 12 orang 49 Tahun 23 orang 23 orang 69 Tahun 18 orang 20 orang 50 Tahun 21 orang 22 orang 70 Tahun 18 orang 14 orang 51 Tahun 20 orang 21 orang 71 Tahun 20 orang 23 orang 52 Tahun 22 orang 20 orang 72 Tahun 18 orang 27 orang 53 Tahun 19 orang 21 orang 73 Tahun 16 orang 20 orang 54 Tahun 22 orang 19 orang 74 Tahun 17 orang 28 orang 55 Tahun 17 orang 16 orang 75 Tahun 15 orang 21 orang 56 Tahun 18 orang 19 orang ≤ 75 tshun orang 81 orang 57 Tahun 20 orang 17 orang

58 Tahun 16 orang 17 orang 59 Tahun 20 orang 26 orang 60 Tahun 19 orang 17 orang

Penggolongan jenis kelamin ini merupakan salah satu sampel dari penelitian ini untuk mencari korelasi dan regresikan dengan tingkat pemahaman masyarakat Desa Dukupuntang terhadap asuransi syariah baik secara parsial mapun simultan, secara parisal berarti mencari satu persatu korelasi dan regresi


(59)

antara perempuan dan laki-laki sedangkan secara simultan adalah keseluruhan korelasi dan regresi jenis kelamin dengan tingkat pemahaman masyarakat terhadap asuransi syariah.

Selain itu penggolongan penduduk berdasarkan usia juga dimaksudkan untuk melihat korelasi dan regresi baik secara persial mapun simultan dengan tingkat pemahaman masyarakat Desa Dukuntang terhadap asuransi syariah.

Jumlah penduduk juga di golongkan kedalam angkatan kerja yaitu dari usia 18 tahun sampai dengan 56 tahun, sedangkan pekerjaan atau mata pencaharian penduduk Desa Dukupuntang di golongkan kedalam beberapa golongan diantaranya yang paling banyak adalah sebagai buruh tani.

3. Tenaga Kerja Penduduk Desa Dukupuntang Tabel 03.03

No Tenaga Kerja Laki-Laki Perempuan

1 Penduduk Usia 18-56 tahun 1.096 orang 1.118 orang 2 Penduduk Usia 18-56 tahun yang bekerja 993 orang 896 orang 3 Penduduk Usia 18-56 tahun yang belum

atau tidak bekerja

103 orang 222 orang

4 Penduduk usia 0-6 tahun 330 orang 342 orang 5 Penduduk masih sekolah 393 orang 404 orang 6 Penduduk usia 56 tahun ke-atas 394 orang 369 orang

Jumlah 2.213 orang 2.233 orang

Total Jumlah 4.470 orang

Penggolongan ini juga terkait dengan sampel penelitian ini, jadi untuk tingkat angkatan kerja akan didapat data pekerjaan dan tingkat pendapatan, dari data ini


(1)

Diagram sosialisasi yang dilakukan

Diagram terakhir yang disajikan ini menunjukan data mengenai efektifitas sosialisasi yang telah dilakukan beberapa pihak termasuk pemerintah. Dari data ini dapat diketahui bahwa sosialisasi yang telah dilakukan itu mengecewakan karena banyak masyarakat yang menyatakan belum maksimalnya sosialisasi tersebut walaupun sebagian besar juga menyatakan netral atau tidak tahu.

Banyaknya pernyataan masyarakat yang berpendapat netral atau tidak tahu ini mengindikasikan bahwa lemahnya pemahaman masyarakat terhadap asuransi itu sendiri. Walaupun data sebelumnya menyajikan informasi mengenai akses informasi yang didapat dengan hasil bahwa media elektronik lah yang berperan besar terhadap sosialisai asuransi di pedesaan.

3

20

17 4

16

sangat setuju setuju tidak setuju sangat tidak setuju netral/tidak tahu


(2)

BAB V PENUTUP

PEMAHAMAN MASYARAKAT PEDESAAN TERHADAP ASURNASI SYARIAH A. Kesimpulan

1. Pemahaman masyarakat pedesaan (studi dan analisis pada masyarakat Desa Dukupuntang) terhadap asuransi syariah masih rendah.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan kurangya pemahaman tersebut berdasarkan data yang telah di analisis pada bab IV adalah faktor sosialisai yang rendah dan terbatasnya akses informasi mengenai asuransi sedangkan faktor pendukung pemahaman masyrakat pedesaan terhadap asuransi syariah yang paling dominan adalah faktor pendidikan.

3. Teori yang mendukung pendapat tesebut yang telah di sajkan pada bab II adalah teori solidaritas mekanik dari Emile Durkhem yang menyebabkan terhambatnya arus pemahaman masyarakat terhdap asurnasi syariah. 4. Berdasarkan hasil ini di dapat suatu pengembangan teori dari teori Hiebert

dan Carpenter tentang pemahaman. Teori itu berbunyi bahwa masyarakat dapat memahami suatu hal dapat di kategorikan menjadi tiga yaitu:

a. Pemahaman pasif, pemahaman ini adalah pemahaman yang paling rendah yaitu pemahaman yang sekedar tahu saja mengenai suatu hal dan sadar mengenai pentingnya suatu hal.

b. Pemahaman aktif, pemahaman ini adalah pemahaman yang tidak sekedar tahu dan sadar tetapi juga diaplikasikan dalam kehidupannya.


(3)

yaitu pemahaman yang tidak sekedar tahu, sadar dan di aplikasikan dalam kehidupannya tetapi juga dapat memberikan pemahamannya kepada orang lain atau dapat mentransfer pemahaman tersebut kepada orang lain.

B. Saran

Saran dari peneliti dengan tidak adanya maksud untuk memprofokasi, menggurui, dan memaksa pihak-pihak tertentu, hanya demi kebaikan bersama semua pihak dan demi bermanfaatnya penelitian ini agar bisa digunakan bersama sebagai alat acuan pemahaman masyarakat perdeasan terhadap asuransi syariah. walaupun penelitian ini tidak merepsresentasikan seluruh wilayah pedesaan di Indonesia setidaknya metode yang diterapkan bisa di aplikasikan pada penelitian yang lain pada objek penelitian yang berbeda dan lebih luas cakupannya.

Ada beberapa saran dari peneliti terkait kesimpulan akhir penelitian ini baik itu untuk perusahaan asuransi syariah, pemerintah, dan masyarakat.

1. Untuk perusahaan seharusnya mulai berani melakukan penetrasi pasar ke wilayah-wilayah pedesaan karena selain membantu masyarakat untuk memahamai asuransi syariah juga dapat menambah nasabah untuk ikut berasuransi secara Islam.

2. Untuk pemerintah diharapkan tidak hanya menyediakan program-program asuransi sosial tetapi minim sosialisasi, seharusnya pemerintah berkewajiban memahamkan masyarakat untuk membuka pengetahuan pentingnya asuransi terutama asuransi syariah dalam hal ini.


(4)

3. Untuk masyarakat di himbau agar dapat mencari informasi-informasi terkait asuransi agar dapat membuka pemahaman lebih luas tentang asuransi terutama asuransi syariah dalam hal ini dan tidak hanya mengandalkan informasi-informasi dari pemerintah dan orang lain.


(5)

Abidin, Muhammad Zainal, pemahaman menurut para ahli, diakses pada 23 Nopember 2014 dari www.MasBied.com.

Amrin, Abdullah, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah, Jakarta, PT Grasindo, 2007.

Billah, Mohd Ma’sum, kontekstualisasi takaful dalam asurani modern (tinjauan hukum dan praktek) di alih bahasakan oleh Dr. Suparto, Jakarta, PT Ina publikatama, 2010.

Dahlan, Abdul Azid, Dkk, ed. , Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta, ichtiar baru van hocve, 1996.

Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, cet ke-dua, Jakarta, Kencana, 2011. Ety ., DKK, Metodologi Penelitian Bisnis (dengan aplikasi spss), edisi revisi,

Jakarta, Mitra Wacana Media, 2009.

FISIP Sosiologi UNILA, diakses pada 9 Desember 2014 dari http:///

DataBabII/SosiologiPedesaan/Sosiologi.htm.

Ganie, Junaedi, Dkk, Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, 2011. Great Of Human, Teori Pemahaman, Diakses pada 26 Nopember 2014 dari

http://:Internet/Untuk%20semua%20%20Teori%20Pemahaman.htm.

Haryanto, teori hirarki kebutuhan maslow, diakses pada 7 Maret 2014 dari

http://belajarpsikologi.com/teori-hirarki-kebutuhan-maslow.htm.

Hermawati, Sri, Pengaruh Gender, Tingkat Pendidikan dan Usia Terhadapat Kesadaran Berasuransi Pada Masyarakat Indonesia, jurnal asuransi dan manajemen risiko Volume 1, No 1, Februari 2013.

Idrak, M, Dkk (Tim Peduli Pelajar), Sosiologi Untuk SMA X, XI, XII, Yogyakarta, Messemedia, 2010.

Johari, Muhammad, Respon Masyarakat Muslim Kota Mataram Terhadap Asuransi Syariah, Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta 2010.

Mahkamah Agung Republik Indonesia, laporan penelitian asuransi syariah, Jakarta, MA, 2009.

Marjuniadi, Taufik, Prinsip dan Operasional Asuransi Syariah Umum Pt. Jaya Proteksi Takaful, 27 Oktober 2014 Jakarta, FSH UIN JKT, 2014.


(6)

Maulan, Rikza, embrio asuransi syariah (sejarah perlindungan insane dalam Islam), sekretaris Dewan Pengawas Syariah di PT Takaful Indonesia. t.p, t.th.

Mukarom, Ajen, Analisis Persepsi Petani Terhadap Lembaga Keuangan Syariah (Studi Kasus di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor), Skripsi S1 FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR, 2009.

Nugroho, Yanu Pangestu, faktor-faktor yang mempengaruhi minat nasabah dalam membeli produk asuransi Mitra Iqra (studi: AJB Bumiputera 1912 divisi syariah), “ skripsi fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014”.

OJK, “Asuransi Mikro Syariah Harus Simpel”, diakses Pada 26 Nopember2014darihttp:///.Internet/OJK%20%20Asuransi%20Mikro%20S

yariah%20Harus%20Simpel%20_%20PebisnisMuslim.com.htm.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008. Repulika Online, premi Asuransi Syariah Rp 4,5 T, diakses pada Selasa, 25

November 2014, 13:00 WIB dari

http://www.republika.co.id/berita/koran/syariah-koran/14/11/25/nfkzcl2-premi-asuransi-syariah-rp-45-t.

Ritonga, Harviz Akbar Haroni Doli H, Persepsi Etnis China Terhadap Perbankan Syariah Di Kota Medan, jurnal Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol. 1, No.2, Januari 2013.

Rofei S.Pd, pengertian pemahaman menurut para ahli, diakses pada 24 Oktober 2014

http://akmapala09.blogspot.com/2011/10/pengertian-pemahaman-menurut-para-ahli.html.

Tukiran, Sofan Effendi (ed), Metode Penelitian Survei, cet ke-ujuh, (Jakarta, LP3S, 2012.

Ulum, Miftahul, bagaimana pemahaman masyarakat terhadap layanan keuangan, ini surveinya,?, diakses pada Selasa, 22 April 2014 21.05 WIB dari

Bisnis.com.

Undang-Undang Republik Indonesia , Undang-Undang Republik Indonesia nomor 6 tahun 2014 tentang desa Jakarta, undang-undang republik Indonesia, 2014.

Undang-Undang Republik Indonesia. Tentang Usaha Perasuransian dan Reasuransi. Jakarta, Undang-Undang Republik Indonesia, 1992.


Dokumen yang terkait

Pemahaman masyarakat pedesaan terhadap asuransi syariah

3 17 86

POTENSI BUDIDAYA IKAN GURAME DI KECAMATAN DUKUPUNTANG KABUPATEN CIREBON.

2 21 60

ANALISIS DESKRIPTIF USAHA BATU ALAM : Studi Pada Pengusaha Batu Alam di Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon.

5 11 27

ANALISIS DESKRIPTIF USAHA BATU ALAM : Studi Pada Pengusaha Batu Alam di Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon - repository UPI S PEK 0906132 Title

0 0 3

SEWA-MENYEWA POHON MANGGA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi kasus pada Masyarakat di Desa Cipanas Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon) - Raden Intan Repository

0 0 11

SEWA-MENYEWA POHON MANGGA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi kasus pada Masyarakat di Desa Cipanas Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon) - Raden Intan Repository

0 0 20

PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR ALJABAR TERHADAP KREATIVITAS BERPIKIR SISWA DALAM MATEMATIKA (Studi Kasus di Kelas XI IPA SMAN 1 Dukupuntang Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon) - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 1 23

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN HOLISTIK DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI KELAS VIII SMPN I DUKUPUNTANG KECAMATAN DUKUPUNTANG KABUPATEN CIREBON - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 17

DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA (Studi Kasus di Desa Cisaat Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon) - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 15

PENGARUH PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) TERHADAP AKHLAK SOSIAL SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 1 DUKUPUNTANG KECAMATAN DUKUPUNTANG KABUPATEN CIREBON - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 26