Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematik

79 Somakim, 2010 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematik

Tes kemampuan berpikir kritis matematik dalam hal ini berupa tes uraian. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Frankel dan Wallen Suryadi, 2005 yang menyatakan bahwa tes berbentuk uraian sangat cocok untuk mengukur higher level learning outcomes. Tes ini disusun dan dikembangkan oleh peneliti berdasarkan prosedur penyusunan instrumen yang baik dan benar. Indikator yang diukur dalam tes kemampuan berpikir kritis matematik siswa adalah kemampuan mengidentifikasi dan menjastifikasi, menggeneralisasi, menganalisis algoritma, dan memecahkan masalah. Sebelum tes tersebut digunakan, terlebih dahulu dilakukan validitas muka dan validitas isi instrumen oleh para ahli yang berkompeten kemudian diujicobakan secara empiris. Tujuan ujicoba empiris adalah untuk mengetahui tingkat reliabilitas dan validitas butir soal tes. Uji validitas isi dan validitas muka untuk soal tes berpikir kritis matematik dilakukan oleh empat orang penimbang. Untuk mengukur valitas isi, pertimbangan berdasarkan pada kesesuaian soal dengan kriteria aspek-aspek pengetahuan awal matematika dan kesesuaian soal dengan materi ajar matematika SMP kelas IX, dan sesuai dengan tingkat kesulitan siswa kelas tersebut. Untuk mengukur validitas muka, pertimbangan didasarkan pada kejelasan soal tes dari segi bahasa dan redaksi. Adapun hasil pertimbangan mengenai validitas isi dan validitas muka dari keempat orang ahli disajikan pada Lampiran B-2 Halaman 255. Hasil pertimbangan validitas isi dan validitas muka dianalisis dengan menggunakan 80 Somakim, 2010 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu statistik Q-Cochran. Tujuan dari analisis statistik ini adalah untuk mengetahui apakah para penimbang melakukan pertimbangan terhadap soal tes berpikir kritis matematik secara seragam atau tidak. Hipotesis yang diuji adalah: Ho: Para penimbang melakukan pertimbangan yang seragam. H 1 : Para penimbang melakukan pertimbangan yang tidak seragam. Kriteria pengujian: jika probabilitas 0,05 maka terima Ho: keadaan lainnya tolak Ho. Hasil analisis disajikan pada Tabel 3.7 berikut. Tabel 3.7 Hasil Uji Pertimbangan Validasi Isi Soal Berpikir Kritis Matematik N 4 Cochran’s Q 3,667 a df 3 Asymp. Sig 0,300 a.1 is treated as a success Pada Tabel 3.6 terlihat bahwa Asymp.Sig = 0,300 atau probabiltas lebih besar dari 0,05. Ini berarti pada taraf signifikansi á = 5 Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa para penimbang melakukan pertimbangan terhadap tiap butir soal berpikir kritis matematik siswa dari segi validitas isi secara sama atau seragam. Hasil perhitungan terhadap validitas muka dengan menggunakan statistik Q-Cochran disajikan pada tabel 3.8. 81 Somakim, 2010 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.8 Uji Pertimbangan Validasi Isi Soal Berpikir Kritis Matematik N 4 Cochran’s Q 1,000 a Df 3 Asymp. Sig 0,801 a.1 is treated as a success Pada Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa Asymp.Sig = 0,801 atau probabiltas lebih besar dari 0,05. Ini berarti pada taraf signifikansi á = 5 Ho ditolak, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa para penimbang melakukan pertimbangan terhadap tiap butir soal berpikir kritis matematik siswa dari segi validitas muka secara sama atau seragam. Selanjutnya, perangkat soal tes berpikir kritis matematik diadakan perbaikan seperlunya sesuai dengan saran-saran dari para penimbang. Setelah instrumen dinyatakan sudah memenuhi validitas isi dan validitas muka, kemudian secara terbatas diujicobakan kepada lima orang siswa di luar sampel penelitian yang telah menerima materi yang diteskan. Tujuan dari ujicoba terbatas ini adalah untuk mengetahui tingkat keterbacaan bahasa sekaligus memperoleh gambaran apakah butir-butir soal tersebut dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Hasil ujicoba secara terbatas, ternyata diperoleh gambaran bahwa semua soal tes dipahami dengan baik. Kisi-kisi soal, perangkat soal, dan kunci tes kemampuan berpikir kritis matematik tersebut, selengkapnya ada pada Lampiran A-5 Halaman 230. 82 Somakim, 2010 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Setelah instrumen dinyatakan memenuhi validitas isi dan validitas muka, kemudian soal tes berpikir kritis matematik tersebut diujicobakan kepada 39 orang siswa kelas IX.8 SMP Negeri 46 Palembang. Data hasil ujicoba soal tes serta perhitungan reliabilitas instrumen dan validitas butir soal selengkapnya pada Lampiran B-3. Perhitungan reliabilitas soal dan validitas butir soal digunakan perangkat lunak SPSS-17 for Windows. Untuk reliabilitas soal digunakan Cronbach-Alpha dan untuk validitas butir soal digunakan korelasi product moment dari Karl Pearson, yaitu korelasi setiap butir soal dengan skor total. Hasil perhitungan reliabilitas dan validitas butir soal berpikir kritis matematik disajikan pada Tabel 3.9. Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabillitas Validitas Soal Berpikir Kritis Matematik Reliabilitas Nomor Soal Validitas r 11 Tingkat r xy Kriteria 0,505 Sedang 1 0,417 Valid 2 0,562 Valid 3 0,563 Valid 4 0,395 Valid 5 0,372 Valid Catatan: r tab á=5 = 0,316 dan dk = 37 Pada Tabel 3.9 dapat dilihat bahwa besarnya koefisien reliabilitas r 11 =0,505. Menurut Guilford Ruseffendi, 2005: 160, instrumen dengan reliabilitas sebesar 0,505 termasuk reliabilitas sedang. Untuk menguji validitas butir soal diajukan Ho : tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara skor butir soal dengan skor total, dengan kriteria 83 Somakim, 2010 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu pengujian jika r hit r xy ≥ r tab . Pada Tabel 3.9 terlihat bahwa r xy untuk setiap butir soal lebih besar dari r tab , berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian bahwa setiap butir soal berpikir kritis matematik dinyatakan valid. Hasil analisis menunjukkan bahwa soal berpikir kritis matematik telah memenuhi karateristik yang memadai untuk digunakan pada penelitian. Untuk memperoleh data kemampuan berpikir kritis matematik, dilakukan penskoran terhadap jawaban siswa untuk setiap butir soal. Kriteria penskoran menggunakan skor rublik yang dimodifikasi dari Facione Ratnaningsih, 2007 : 110, disajikan pada Tabel 3.10. Tabel 3.10 Pedoman Penskoran Respon Siswa pada Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Aspek yang Diukur Respos Siswa terhadap Soal atau Masalah Skor Mengidentifikasi dan Menjastifikasi Konsep Tidak menjawab, atau memberikan jawaban salah yang tidak memberikan harapan Hanya menjelaskan konsep-konsep yang digunakan tetapi benar. 1 Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan kurang lengkap tetapi benar dan memberikan alasan yang salah. 2 Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan kurang lengkap tetapi benar dan memberikan alasan yang benar. 3 Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan kurang lengkap tetapi benar dan memberikan alasan yang kurang lengkap. 4 Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan dengan lengkap tetapi benar dan memberikan alasan yang benar. 5 Menggeneralisasi Tidak menjawab, atau memberikan jawaban salah yang tidak memberikan harapan. Hanya melengkapi data pendukung dengan lengkap dan benar. 1 Melengkap data pendukung dengan lengkap dan benar, tetapi salah dalam menentukan aturan umum. 2 84 Somakim, 2010 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Melengkapi data pendukung dan menentukan aturan umum dengan lengkap dan benar tetapi tidak disertai penjelasan cara memperolehnya atau penjelasannya salah. 3 Melengkapi data pendukung dan menentukan aturan umum dengan lengkap dan benar tetapi penjelasan cara memperolehnya kurang lengkap. 4 Melengkapi data pendukung dan menentukan aturan umum serta memberikan penjelasan cara memperolehnya, semuanya lengkap dan benar. 5 Menganalisis Algoritma Tidak menjawab, atau memberikan jawaban yang salah. Hanya memeriksa algoritma pemecahan masalah saja tetapi benar. 1 Memeriksa algoritma pemecahan masalah dengan benar tetapi memberikan penjelasan yang tidak dapat dipahami dan tidak memperbaiki kekeliruan. 2 Memeriksa algoritma pemecahan masalah dengan benar dan memperbaiki kekeliruan, tetapi memberikan penjelasan yang tidak dapat dipahami. 3 Memeriksa algoritma pemecahan masalah dengan benar dan memberikan penjelasan yang benar tetapi tidak memperbaiki kekeliruan 4 Memeriksa, memperbaiki, dan memberikan penjelasan setiap langkah algoritma pemecahan masalah dengan lengkap dan benar. 5 Memecahkan Masalah Tidak menjawab, atau memberikan jawaban yang salah. Hanya mengidentifikasi soal diketahui, ditanyakan, kecukupan unsur tetapi benar. 1 Mengidentifikasi soal diketahui, ditanyakan, kecukupan unsur dengan benar tetapi model matematika dan penyelesaiannya salah. 2 Mengidentifikasi soal diketahui, ditanyakan, kecukupan unsur dengan benar tetapi terdapat kesalahan dalam model matematika sehingga penyelesaian dab hasilnya salah. 3 Mengidentifikasi soal diketahui, ditanyakan, kecukupan unsur dan model matematika dengan benar, tetapi penyelesaiannya terdapat kesalahan dalam proses perhitungan sehingga hasilnya menjadi salah. 4 Mengidentifikasi soal diketahui, ditanyakan, kecukupan unsur dan membuat model matematika dengan benar, kemudian penyelesaiannya dengan benar. 5 85 Somakim, 2010 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Skala Self-Efficacy SE Siswa