Merdeka Pemerintahan yang baik dan Pungl

Merdeka : Pemerintahan yang baik dan Pungli
Oleh : Nyong Andri Bakarbessy
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 1945 tidak dapat
diartikan sebagai sebuah akhir dari segalanya. Kemerdekaan harus dapat diartikan sebagai
permulaan yang membangkitkan tantangan dan menuntut jawaban. Kemerdekaan tidak
menghapus persoalan-persoalan, melainkan membangunkan persoalan-persoalan. Akan tetapi
kemerdekaan juga memberi jalan atau solusi untuk memecahkan persoalan-persoalan tersebut.
Salah satu tantangan Negara Republik Indonesia ialah untuk memajukan kesejahteraan umum
sebagaimana tertuang dalam alinea keempat pembukaan UUD NKRI 1945. Kata “umum” dalam
hal ini tertuju pada warga Negara Indonesia. Kesejahteraan umum harus dapat diartikan sebagai
pemenuhan hak dan kebutuhan dasar masyarakat oleh pemerintah. Sebab bagaimana mungkin
kesejahteraan umum dapat terwujud bila hak dan kebutuhan dasar masyarakat tidak terpenuhi?
Oleh karena itu, diperlukan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dalam rangka mewujudkan
tantangan tersebut. Sebab, jika yang terbentuk adalah penyelenggara pemerintahan yang buruk
maka tantangan tersebut hanya akan menjadi slogan semata.
Sebagaimana yang telah Penulis uraikan sebelumnya bahwa tantangan (mewujudkan
kesejahteraan umum) tidak mungkin akan berjalan seperti bola yang digulingkan dilantai yang
licin sehingga berjalan mulus tanpa benturan. Tantangan tersebut tentu akan seperti bola yang
digulingkan di jalan kasar dan berlubang yang sewaktu-waktu dapat berhenti. Apabila ingin
menghindari lubang-lubang jalan tersebut, tentu kita perlu memperbaiki jalan dengan menutup

lubang-lubang jalan yang ada, agar bola yang digulingkan dapat berjalan stabil menuju tujuan.
Jika bola itu adalah kesejahteraan umum, lubang jalan itu adalah masalah, maka pengguling bola
dan yang memperbaiki jalan berlubang adalah pemerintah. Yang ingin penulis katakan adalah
setiap tindakan maupun kebijakan pemerintah untuk menyelenggarakan pemerintahan, di mana
penyelenggaraan pemerintahan tersebut bertujuan untuk memajukan kesejateraan umum,
sejatinya harus tetap dikontrol/diawasi serta melakukan penanggulangan

jika ada

penyimpangan. Hal tersebut perlu dilakukan untuk meminimalisir dan menanggulangi terjadinya
penyelahgunaan wewenang dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu goal terbesar pemerintahan yang baik adalah
untuk mewujudkan kesejahteraan umum. Semangat untuk memajukan kesejahteraan umum
sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD NKRI 1945 kiranya dapat dimiliki oleh setiap
pejabat publik layaknya mendarah daging dalam dinamika penyelenggaraan pemerintahan baik
di tingkat Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
Salah satu masalah yang menghambat terwujudnya pemenuhan terhadap kebutuhan
masyarakat adalah maladministrasi dalam hal ini adalah pungutan liar atau pungli yang
dilakukan oleh pejabat publik. Sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa pungli merupakan
penyakit birokrasi yang belum dapat disembuhkan sepenuhnya di republik ini. Oleh karena itu,

dibutuhkan peran aktif pemerintah dan masyarakat untuk membasmi pungli. Peran aktif
pemerintah dan masyarakat tentu harus saling bahu membahu. Artinya bahwa pemerintah selalu
mengupayakan agar pungli tidak terjadi sehingga tidak ada masyarakat yang menjadi korban.
Akan tetapi apabila terdapat masyarakat yang melapor terkait pungli maka laporan tersebut harus
segera ditindaklanjuti oleh pemerintah. Pelayanan Publik yang harusnya berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam implementasinya tidaklah demikian, karena
“banyaknya” Pejabat Publik yang hanya berorientasi pada uang dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya. Akibatnya, tidak sedikit Pejabat Publik yang menyalahgunakan
wewenangnya hanya demi mendapatkan uang tambahan
Pemberantasan Pungli harus harus ditangani secara serius oleh pemerintah. Jika dibiarkan
mengakar maka akan menimbulkan akibat yang merugikan masyarakat yang menggunakan
layanan publik, baik kerugian materiil (misalnya: rugi uang) terlebih terhadap masyarakat yang
kurang mampu maupun imateriil (misalnya: rugi waktu) serta menghambat pelayanan publik.
Pasalnya, meskipun secara nominal terbilang kecil, namun jika dilakukan secara masif dan terus
menerus maka akan sangat banyak jumlahnya. Pungli tidak hanya terjadi pada proses pembuatan
Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi (SIM), tetapi juga pada penerbitan
perizinan usaha. Selain itu, pungli merupakan perbuatan yang membebani masyarakat tapi
pembebanan tersebut merupakan perbuatan yang dilarang secara hukum.

Secara teoritik, masyarakat dapat dibebani atau terbebani dari suatu kebijakan pemerintah

tetapi pembebanan tersebut merupakan perbuatan yang diatur dalam peraturan perundangundangan. Misalnya, setiap warga Negara yang merupakan wajib pajak, wajib membayar pajak.
Tentu hal tersebut tidaklah menjadi masalah karena pengenaan pajak terhadap wajib pajak diatur
dalam peraturan perundang-undangan. Pengawasan dan penanggulangan pungli saat ini sedang
diusahakan pemerintah. Tidak sedikit pejabat publik yang ditangkap karena melakukan pungli.
Hal tersebut menunjukan bahwa masih banyak pejabat publik yang memanfaatkan jabatannya
untuk melakukan perbuatan “curang” dengan tujuan menguntungkan diri sendiri. Padahal,
berdasarkan UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik diatur bahwa dalam
penyelenggara pelayanan publik harus taat terhadap asas-asas penyelenggara pelayanan publik,
yang terdiri atas (a) kepentingan umum; (b) kepastian hukum; (c) kesamaan hak; (d)
keseimbangan hak dan kewajiban; (f) partisipatif; (g) persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
(h) keterbukaan; (i) akuntabilitas; (j) fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan; (k)
ketepatan waktu; (l) kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan. Dalam rangka menjalankan
roda pemerintahan dengan baik khususnya bidang layanan publik maka penyelenggara publik
harus melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan asas-asas tersebut. Menurut
hemat Penulis, segala sesuatu apabila dilakukan berdasarkan moralitas yang baik akan memberi
dampak positif dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab sehingga tidak seorangpun dalam
hal ini pejabat publik yang akan melakukan perbuatan di luar kewenangannya.
Antusiasme Presiden Joko Widodo dalam rangka memberantas pungli rupanya mendapat
apresiasi dan dukungan dari masyarakat. Sebagai pemegang kendali pemerintahan presiden Joko
Widodo bertekad untuk mengarahkan roda pemerintahan ke arah yang lebih baik. Hal tersebut

diwujudkan presiden dengan membuat kebijakan Operasi Pemberantasan Pungutan Liar (OPP).
Tentu setiap orang berharap agar pemerintah tetap konsisten dalam melakukan pemberantasan
pungli untuk mewujudkan pemerintahan yang baik.