TINJAUAN DESKRIPTIF NASIONALISASI NAAMLOZE VENNOOTSCHAP KONINKLIJKE PAKETVAART MAATSCHAPPIJ (NV. KPM) DI JAKARTA TAHUN 1960

(1)

ABSTRAK

TINJAUAN DESKRIPTIF NASIONALISASI NAAMLOZE VENNOOTSCHAP KONINKLIJKE PAKETVAART

MAATSCHAPPIJ (NV. KPM) DI JAKARTA TAHUN 1960

Oleh: Eni Samiasih

0913033040

Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia tidak bisa begitu saja lepas dari belenggu Belanda yang masih kembali menguasai dan mengelola beberapa sentra perekonomian modern yang ada di Indonesia hingga memasuki tahun 1950-an, termasuk salah satunya NV. KPM di Jakarta sebagai salah satu perusahaan milik Belanda yang bergerak pada bidang pelayaran. Dan dengan tujuan untuk mewujudkan ekonomi yang sesuai dengan kepribadian dan jiwa Bangsa Indonesia melatarbelakangi pengambilalihan perusahaan swasta milik Belanda dan karena kekecewaan berbagai pihak Indonesia dengan sikap Belanda atas penyelesaian Irian Barat yang terlalu berlarut-larut dan tidak menemukan titik terang.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah usaha menasionalisasi Naamloze Vennootschap Koniklijke Paketvaart Matschappij (NV. KPM) di Jakarta tahun I960?. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses nasionalisasi perusahaan Pelayaran milik Belanda yang bernama NV. KPM di Jakarta tahun 1960. Penelitian ini menggunakan teknik kepustakaan dan dokumentasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif.

Hasil dari penelitian ini adalah tindakan pengambilalihan perusahaan pelayaran KPM terbagi atas tiga tahapan. Tahap awal nasionaliasi diupayakan dengan dilakukan pendirian perusahaan negara untuk mengurangi penguasaan modal asing. Tahap pelaksanaan dilakukan tindakan nasionalisasi yang ditandai dengan semakin memburuknya hubungan antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Belanda dalam penyelesaian kasus Irian Barat yang tidak menemui titik terang. Tahap akhir nasionaliasi ditandai dengan dikeluarkannya PP No. 34 tahun 1960 sebagai bentuk ketegasan Pemerintah Indonesia dalam menasionalisasi perusahaan pelayaran KPM. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Nasionalisasi perusahaan Belanda dilakukan sebagai upaya untuk mengembalikan kedaulatan politik dan ekonomi Negara Republik Indonesia sesuai dengan keputusan KMB tahun 1949.


(2)

(3)

TAHUN 1960

Oleh ENI SAMIASIH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015


(4)

(5)

(6)

Penulis dilahirkan di Gedongtataan, Provinsi Lampung pada tanggal 17 September 1991 merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Siswanto dan Ibu Samsilah.

Penulis memulai pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Sungai Langka, Gedongtataan, Pesawaran pada tahun 1997-2003. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 17.1 Sungai Langka, Gedongtataan, Pesawaran dari tahun 2003 hingga lulus di tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Gedongtataan, Pesawaran pada tahun 2006 dan selesai pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Sejarah melalui jalur SNMPTN. Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL), dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Taman Sari Kecamatan Ketapang Lampung Selatan pada tahun 2012, serta penulis juga melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Taman Sari Ketapang Lampung Selatan pada tahun 2012.


(7)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil‟alamin dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, ku persembahkan karya sederhana ini untuk :

Kedua orangtua ku yang sangat ku sayangi, terimakasih karena selalu memberikan dukungannya serta tanpa lelah

menasehati dan membimbingku. Terimaksih atas segala Jasa-jasa nya yang takkan pernah bisa tergantikan oleh apapun.

Para pendidikku, Guru-guru dan Dosen-dosenku yang telah mengajarkan ku banyak hal tentang ilmu pengetahuan.


(8)

MOTO

“Menyesali nasib tidak akan mengubah keadaan. Terus berkarya dan

bekerjalah yang membuat kita berharga”

(Abdurrahman Wahid)

“Terkadang Allah memberi nikmat kepada suatu kaum sesudah

cobaan yang besar dan menguji kaum lainnya sesudah memberi

nikmat “


(9)

SANWACANA

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT, Tuhan serusekalian alam, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, yang membimbing hamba-hamba-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini yang berjudul Tinjauan Deskriptif Nasionalisasi Naamloze Vennootschap Koninklijke Paketvaart Maatschappij (NV. KPM) Di Jakarta 1960. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaat-Nya di hari akhir kelak.

Penulisan skripsi ini merupakan syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Dalam penyelesaian penulisan Skripsi ini, penulis telah banyak memperoleh bantuan, baik itu bantuan secara teknis maupun non-teknis dari berbagai pihak dalam bentuk masukan-masukan yang berharga, bahan-bahan, arahan-arahan, dorongan semangat, perhatian, dan yang terutama doa.

Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan tidak terhingga kepada :

1. Bapak Dr. Hi. BujangRahman, M.Si. Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Dr. Abdurahman, M.Si. WakilDekanBidangAkademikdanKerjasama. 3. Bapak Drs. BuchoriAsyik, M.Si.WakilDekanBidangUmumdanKeuangan.


(10)

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si. Ketua Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila. 6. Bapak Drs. Maskun, M.H. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP

Unila sekaligus sebagai Pembimbing Akademik dan pembimbing ke-1 penulis, terima kasih atas bimbingannya selama penulis kuliah di Program Studi Sejarah, dan bimbingannya selama penulis melakukan penyusunan proposal usul penelitian dan proposal hasil penelitian. Bapak yang telah sabar membimbing dan memberi saran, dan kritik yang sangat bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi ini..

7. Bapak Drs. Wakidi, M.Hum. Pembimbing ke-2 yang telah menyempatkan waktu dan dengan sabar membimbing penulis dalam penyusunan proposal usul penelitian dan proposal hasil penelitian, serta memberi masukan dan saran yang sangat bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik.

8. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si., terimakasih atas kesediaanya menjadi dosen pembahas utama dalam ujian skripsi dan memberi masukan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Ibu Dr. Risma M. Sinaga, M.Hum.,Bapak Drs. IskandarSyah, M. H., Bapak Drs. Tontowi, M. Si., Bapak M. Basri, S.Pd, M. Pd., Bapak Drs. Ali Imron, M.Hum., Bapak Hendry Susanto, S.S., M.Hum., Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd., M.Hum., dan Bapak Suparman Arif, S.Pd., M.Pd, Bapak Cheri Saputra, S. Pd, M. Pd.,


(11)

10. Teman-teman pendidikan sejarah Angkatan ‘09, terimakasih atas semangatkalian semoga kebersamaan ini akan tetap terjaga selamanya.

11. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas bantuanya dan semoga Allah membalas amal kebaikan kalian.

Penulis sangat menyadari keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan informasi yang ada pada diri penulis, sehingga skripsi ini masih perlu penyempurnaan, maka penulismengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk membantu penulis di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, 16 Februari 2015

Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Analisis Masalah... 3

1. Identifikasi Masalah ... 3

2. Pembatasan Masalah ... 4

3. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka... 8

1. Konsep Tinjauan Deskriptif... 8

2. Konsep Nasionalisasi ... 10

3. Konsep NV. KPM... 13

B. Kerangka Pikir ... 14

C. Paradigma ... 16

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 17

B. Variabel Penelitian ... 20

C. Teknik Pengumpulan Data ... 21

1. Teknik Studi pustaka ... 21

2. Teknik Dokumentasi ... 22


(13)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil………. ... 26

1. Perkembangan Industri Pelayaran antarpulau di Indonesia ... 26

1.1Masa sebelum Kemerdekaan……… ... 26

1.1.1 Berdirinya Koniklijke Paketvaart Matschappij (KPM)………...……… .. 30

1.2Masa setelah Kemerdekaan ……….. ... 38

1.2.1 Bendirinya Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) ………... 38

2. Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Belanda………... 46

2.1Masalah Irian Barat Pemicu Aksi Nasionalisasi Perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia ….... 46

3. Nasionalisasi Naamlooze Vennotschap Koniklijke Paketvaart Matschappij(NV.KPM) ... 51

3.1Tahap Awal Nasionalisasi...……..……….. 51

3.2Tahap Pelaksanaan Nasionalisasi ... 60

3.3Tahap Akhir Nasionalisasi ……..…………...…… 69

B. Pembahasa…… ... 73

Nasionalisasi Naamlooze Vennotschap Koniklijke Paketvaart Matschappij (NV. KPM) ... 73

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN GAMBAR


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel:

4.1 Nilai Penanaman Modal Asing di Indonesia Menurut Negara

Asal tahun 1922 dan 1940 (dalam juta gulden)………...…….. 36 4.2 Muatan barang dan penumpang PELNI dalam pelayaran

antarpulau pada tahun 1952-1957………..53 4.3 Keadaan Perkapalan di Indonesia tahun 1957-1958………53 4.4 Perkembangan Perusahaan Pelayaran Nasional ……….…53 4.5 Kedatangan kapal di pelabuhan-pelabuhan Indonesia ………...….54 4.6 Muatan yang dimuat atau dibongkar di pelabuhan-pelabuhan

Indonesia (x 1 juta ton) ……….………..…..54 4.7 Muatan yang dimuat atau dibongkar di pelabuhan-pelabuhan

Indonesia (x 1 juta ton) ……….………....……55 4.8 Pangsa KPM dan PELNI dalam angkutan antarpulau dan

Pelayaran Laut Dekat (short-sea), 1956 dan 1957……….…55 4.9 Pangsa KPM dan perusahaan-perusahaan Indonesia dalam

Pengangkutan Muatan Antarpulau Milik Pemerintah tahun 1956………56 4.10 Pangsa perusahaan-perusahaan utama pada Angkutan Singapura,

1953-1958 (000 ton) ……….………57

4.11 Daftar anggota Uni perusahaan Pelayaran Indonesia


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran: Halaman

1. Undang-undang No. 86 tahun 1958 tentang nasionaisasi

perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia ... 79 2. Undang-undang No. 13 tahun 1956 tentang pembatalan

Hubungana ntara Indonesia-Nedherland berdasarkan perjanjian KMB…… 82 3. Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1960 tentang

Nasionalisasi NV. KPM di Indonesia tahun 1960 ... 85 4. Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1959 tentang pokok-pokok

Pelaksanaan undang-undang nasionalisasi perusahaan Belanda …………...89 5. Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1959 tentang pembentukan

Badan Nasionalisasi perusahaan Belanda ... . 96 6. Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1959 tentang tugas dan

Kewadjiban panitia penetapan ganti kerugian perusahaan-perusahaan milik belanda yang dikenakan nasionalisasi dan cara mengajukan

permintaan ganti kerugian……….102

7. Tambahan Lembaran Negara atas Penjelasan Peraturan Pemerintah no 45 tahun 1959, tentang Nasionalisasi

Perusahaan-perusahaan Maritim milik Belanda………..………...106 8. Memo dari Komodor M. Nazir kepada Mentri Pelayaran atas

status kapal-kapal KPM

9. Memori Pendjelasan dari PELNI mengenai status PELNI sebagai perusahaan milik pemerintah

10.Surat Keterangan penelitian dari ANRI 11. Rencana Judul Kaji Tindak Skripsi


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar: Halaman

1. Wilayah Statistik Maritim Indonesia ... 107

2. Rute pelayaran dari W. cores de Vries ... 108

3. Rute pelayaran dari NISM (1888) ... 109

4. Rute pelayaran dari KPM (1891) ... 110

5. Rute pelayaran dari KPM (1940) ... 111

6. Beberapa asetmilik perusahaan-perusahaan Belanda diambil Alih dan dicoreti grafiti. ... 112

7. Gubernur Jenderal JHR. Mr SM de Jonge pengurus kapal KPM ... 113

8. Sebuah tangki penyimpanan milik KPM ... 114

9. Foto udara gedung KPM dan 'Willemskerk' di Weltevreden, Batavia ... 115

10.Kapal uap KPM di Batavia pelabuhan Tanjung Priok, Batavia ... 116


(17)

I.

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Di Indonesia peranan angkutan laut sangatlah penting, karena setengah dari wilayah Indonesia merupakan lautan dan terdiri atas pulau-pulau. Dengan membina angkutan laut tidak hanya memperlancar hubungan antar daerah di seluruh Indonesia, tetapi juga akan membuka sumber-sumber kehidupan rakyat menjadi lebih luas dan lebih merata di seluruh wilayah tanah air.

Dalam sejarah perkembangan bangsa Indonesia, peranan angkutan laut ini sudah terlihat pentingnya sejak jaman kerajaan. Kerajaan-kerajaan besar nusantara dapat tumbuh dan jaya dengan armada lautnya yang kuat dan tangguh. Armada laut itu bukan saja digunakan untuk perang, tetapi yang lebih penting lagi adalah sebagai kekuatan armada yang bisa mendukung kehidupan perdagangan dan ekonomi umumnya. Pemerintah kolonialpun melihat pentingnya arti angkutan laut ini. “Usaha untuk menguasai laut itu tergambar ketika pemerintah kolonial memberikah hak monopoli atas pelayaran kepada Koniklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) yakni Perusahaan Pelayaran Kerajaan Belanda, di pelayaran antarpulau dan pelayaran samudra di Indonesia.


(18)

Pada tahun 1890 KPM didirikan di Indonesia. Perusahaan ini memulai usahanya pertamakali dengan 3 kapal yang berkapasitas 63 ribu Grt “ (Muchtarudin Siregar, 1981: 118). Dikarenakan hak monopolinya yang besar dan muatan yang tersedia juga sangat meningkat jumlahnya dengan adanya perkembangan usaha dibidang perkebunan dan pertambangan di Indonesia pada waktu itu, maka usaha KPM pun maju pesat.

“Sejalan dengan usaha untuk memperkuat kedudukan perusahaan pelayaran Belanda pada waktu itu, maka dibuatlah sebuah perjanjian pelayaran nusantara yang dikenal dengan istilah Groot Archipelago Contract antara pemerintah Hindia Belanda dengan KPM yang memberikan keuntungan KPM berupa penguasaan pelayaran antarpulau di Indonesia” (Tommy H Purwaka,1993:3). Menurut UU perkapalan tersebut, jumlah pelabuhan-pelabuhan di Indonesia yang dapat disinggahi kapal-kapal berbendera asing dibatasi. Konsensi usaha KPM telah diperpanjang berkali-kali sehingga perusahaan ini makin mengembangkan sayapnya di pelayaran dalam negri. Demikian keadaan pelayaran di Indonesia sampai tentara pendudukan jepang mendarat pada tahun 1942.

Antara tahun 1942-1945 kegiatan pelayaran hampir terhenti sama sekali, karena banyak kapal digunakan untuk keperluan tentara pendudukan Jepang. Selain itu juga banyak kapal-kapal dan pelabuan-pelabuhan yang rusak akibat perang, sehingga kegiatan pelayaran tidak teratur. Segera setelah tentara Jepang menyerah kepada sekutu, Pemerintah Belanda mencoba kembali untuk menghidupkan usaha KPM di Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Belanda masih kembali menguasai dan mengelola beberapa sentra perekonomian modern yang ada di


(19)

Indonesia dan keadaan ini tidak berubah sampai Indonesia mendapat penyerahan kedaulatan dari Belanda pada tahun 1949. Dan untuk menyikapi keadaan tersebut maka Pemerintah Indonesia mengambil beberapa langkah tegas yaitu:

1. Usaha menasionalisasi Perusahaan-perusahaan Belanda yang ada di Indonesia sebagai bentuk kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya untuk melakukan perombakan sistem perekonomian yang masih bercorak kolonial yang didominasi oleh modal asing terutama Belanda menjadi sistem perekonomian nasional (Muhaimin dalam Bondan, 2001: xii). Salah satunya Naamloze Vennootschap Koninklijke Paketvaart Maatschappij (NV. KPM) yang ada di Jakarta.

2. Sikap Pemerintah Indonesia terhadap kehadiran modal asing, terutama modal Belanda yang masih begitu kuat dianggap sebagai penghambat terwujudnya kedaulatan di bidang perekonomian ( Prawiranegara dalam Bondan Kanumoyoso, 2001:36).

3. Usaha Pemerintah Indonesia untuk secara bertahap mengurangi dominasi perusahaan-perusahaan Belanda dan sekaligus mendorong muculnya pengusaha-pengusaha pribumi Indonesia (Bondan, 2001: 36).

Maka perusahaan Naamloze Vennootschap Koninklijke Paketvaart Maatschappij (NV. KPM) yang ada di Jakarta merupakan salah satu perusahaan milik Belanda di Indonesia juga harus dilakukan nasionalisasi. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui usaha dalam menasionalisasi perusahaan Naamloze Vennootschap Koninklijke Paketvaart Maatschappij (NV. KPM) di Jakarta tahun 1960.

B.Analisis Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan secara singkat di atas, maka penulis melakukan pengidentifikasian masalah-masalah, sebagai berikut:

a. Usaha menasionalisasi Perusahaan Naamloze Vennootschap Koninklijke Paketvaart Maatschappij (NV. KPM) di Jakarta tahun 1960.


(20)

b. Sikap Pemerintah Indonesia terhadap kehadiran modal asing sebagai penghambat terwujudnya kedaulatan di bidang perekonomian.

c. Usaha Pemerintah Indonesia untuk mendorong muculnya pengusaha-pengusaha pribumi Indonesia .

2. Batasan Masalah

Agar penelitian tidak terlalu luas dan sesuai dengan tujuan penelitian yang diharapkan, maka penelitian ini difokuskan pada usaha menasionalisasi Naamloze Vennootschap Koninklijke Paketvaart Maatschampij (NV. KPM) di Jakarta tahun 1960.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka peneliti merumuskan masalahnya bagaimanakah usaha menasionalisasi Naamloze Vennootschap Koninklijke Paketvaart Maatschampij (NV. KPM) di Jakarta tahun 1960?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mempelajari sejarah nasionalisasi perusahaan pelayaran di Indonesia, khususnya perusahaan pelayaran yang pada masa sebelum dinasionalisasikan bernama Naamloze Vennootschap Koninklijke Paketvaart Maatschampij (NV. KPM) di jakarta tahun 1960.


(21)

b. Untuk mengetahui apa saja usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia selama proses menasionalisasikan Naamloze Vennootschap Koninklijke Paketvaart Maatschampijj(NV. KPM) di Jakarta tahun 1960.

D. Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian tentunya diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat bagi semua orang yang membutuhkan informasi tentang masalah yang penulis teliti, baik dalam penelitian skripsi terutama yang berkaitan dengan masalah-masalah lokal ataupun dapat menambah sumber bacaan sejarah yang bersifat ilmiah.adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

a. Bagi peneliti, para pembaca maupun pihak lainnya hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai bahan sumbangan pengetahuan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu sosial mengenai peristiwa yang terjadi selama menasionalisasikan perusahaan pelayaran, yang dulunya bernama Naamloze Vennootschap Koninklijke Paketvaart Maatschampij (NV. KPM) di Jakarta tahun 1960.

b. Dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah dalam rangka pengambilan kebijakan dan penyusunan program pembangunan wilayah regional khususnya di daerah ibu kota Jakarta yang dulunya bernama Batavia , yang nantinya dapat menghasilkan suatu kebijakan yang lebih berdaya guna.


(22)

E.Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi suatu kerancuan dalam sebuah penelitian, perlu sekali penulis memberikan batasan ruang lingkup agar mempermudah pembaca memahami isi karya tulis ini. Adapun ruang lingkup tersebut, yakni:

a. Objek Penelitian, yakni sifat keadaan dari sesuatu benda, orang, atau keadaan, yang menjadi sasaran penelitian. Sifat keadaan dimaksud bisa berupa sifat, kuantitas, dan kualitas, atau perilaku, kegiatan, pendapat, pandangan penilaian, sikap pro-kontra atau simpati-antipati, keadaan batin, disebut (orang), bisa pula berupa proses disebut (lembaga). Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan nasionalisasi NV. KPM sebagai objek penelitian.

b. Subjek Penelitian, yakni sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga, yang sifat-keadaannya akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian. Maka dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah NV. KPM di Jakarta tahun 1960.

c. Tempat Penelitian dalam penelitian ini dilakukan diPerpustakaan Daerah Lampung, Perpustakaan Unila, dan Arsip Nasional RI, karena dalam bidang ilmu sejarah dibutuhkan banyak buku guna menunjang penyelesaian penelitian ini. d. Waktu Penelitian, yakni besaran yang menunjukkan lamanya suatu penelitian

berlangsung. Waktu termasuk besaran scalar. Penelitian ini berlangsung sejak Mei 2013.

e. Temporal, yakni berkaitan dengan waktu. Dinamakan relasi temporal apabila bagian kalimat yang satu diberikan keterangan waktu dan berkenaan dengan


(23)

waktu-waktu tertentu. Dalam penelitian ini, tahun yang digunakan ialah 1957-1960, dikarenakan peristiwa nasionalisasi perusahaan listrik milik Belanda di Jakarta terjadi di tahun tersebut.

f. Konsentrasi Ilmu, yakni suatu perhatian yang dirumuskan dan dibatasi secara pasti terhadap bidang keilmuan tertentu. Ilmu atau ilmu pengetahuan sendiri adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil bidang ilmu sejarah ekonomi politik. Hal ini disebabkan karena peristiwa nasionalisasi yang dilakukan oleh pemerintah menyentuh segi-segi politik dan objek yang dinasionalisasi adalah sebuah perusahaan yang tarafnya menyentuh sendi-sendi perekonomian pada masa itu, dan kajian-kajiannya disesuaikan dengan bidang ilmu peneliti yaitu pendidikan sejarah.


(24)

REFERENSI

Muchtarudin Siregar. 1981. Beberapa Masalah Ekonomi dan Management Pengangkutan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Halaman 118

Tommy H. Purwaka. 1993. Pelayaran antar pulau Indonesia. Jakarta. Pusat studi wawasan nusantara, hokum dan pembangunan. Halaman

Bondan Kanumoyoso. 2001. Nasionalisasi Perusahaan Belanda di Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Halaman xii

Muhaimin dalam Bondan, 2001: xii

Prawiranegara dalam Bondan Kanumoyoso, 2001:36 Lok Cit


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Pustaka

1. Konsep Tinjauan Deskriptif

Kata deskriptif berasal dari bahasa latin, yakni “describe” yang artinya melukiskan, menerangkan atau menjelaskan, dapat pula berarti membuat atau menggambarkan.

Juga berasal dari kata “description”, yakni deskripsi, lukisan, (informal) jenis, keterangan, uraian, atau sesuatu yang bersifat menguraikan (Peter Salim, 1993: 228).

Deskriptif adalah salah satu kaedah upaya pengolahan data menjadi sesuatu yang dapat diutarakan secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh orang yang tidak langsung mengalaminya sendiri (Taufik Abdullah, 1984; 63). Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau hubungan antara fenomena yang diuji. Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas tentang subjek penelitian dan akan menggunakan pertanyaan how dalam menggali informasi yang dibutuhkan.

Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan,


(26)

memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian. Deskriptif dalam penelitian ini ditekankan pada deskripsi sejarah tentang keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwasannya tinjauan deskriptif adalah suatu kegiatan meninjau hal atau informasi bentuk wacana yang berusaha untuk melukiskan atau menggambarkan dengan kata-kata, wujud atau sifat lahiriah dari suatu obyek. Deskripsi merupakan salah satu teknik menulis menggunakan detail dengan tujuan membuat pembaca seakan-akan berada di tempat kejadian, ikut merasakan, mengalami, melihat dan mendengar mengenai satu peristiwa atau adegan.

Pada penelitian ini deskriptif yang dimaksud adalah sebagai suatu bentuk penggambaran atau penguraian terhadap gejala peristiwa masa lampau berupa proses nasionalisasi NV. KPM di Jakarta tahun 1960, baik berupa manusia individu maupun kelompok beserta lingkungannya yang ditulis secara ilmiah, kritis dan sistematis meliputi urutan fakta dan masa kejadian peristiwa yang telah berlalu (kronologis) dengan penjelasan yang mendukung serta memberi pengertian terhadap gejala peristiwa tersebut, dan apabila catatan-catatan peristiwa masa lalu dikaji secara


(27)

seksama maka dengan pasti akan menyingkapkan norma-norma moral kehidupan manusia.

2. Konsep Nasionalisasi

Masih terjadi kebingungan dalam masyarakat dalam menafsirkan pengertian dari

pengambilalihan, “istilah’ambil-alih’ tidak bisa lain daripada pensitaan seluruh perusahaan milik Belanda. Mereka menolak pengertian lain seperti Naasting Indonesianisasi, nasionalisasi ataupun lainnya yang semacam itu, karena mengaburkan pandangan dan corak perjuangan yang hakiki dari kaum buruh” (Bondan, 2001:68)..

Berikut beberapa pengertian yang diambil dari beberapa pendapat mengenai istilah nasionalisasi, yakni suatu peraturan dengan mana pihak penguasa memaksakan semua atau segolongan tertentu untuk menerima (dwingt te godegen), bahwa hak-hak mereka atas semua atau beberapa macam benda tertentu beralih kepada negara ( L. Erades dalam jurnal Budiman Ginting 2007: 101).

I ketut Ardhana dalam seminar di PSSAT-Sejarah UGM, Yogyakarta 18-19 Agustus 2004 Nasionalisasi memiliki arti perubahan suatu fase transisi dari sistem kolonial ke sistem ekonomi nasional, dimana hak atas kepemilikan semua modal, semua sarana prasarana sah menjadi milik Indonesia (http://sivitas.lipi.go.id/iket001/diakses tanggal 27 Februari 2015 pukul 2018 WIB).


(28)

Sedangkan menurut (Taufik Abdullah dkk,2009:44 ), nasionalisasi merupakan proses yang ditandai dengan berbagai langkah atau tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia maupun bangsa Indonsia dalam proses pemindahan kekuasaan dan kewenangan dari Pemerintahan Kolonial ke Pemerintahan Indonesia terutama dalam menguasai atau memiliki aset-aset negara baik yang berkaitan dalam bidang politik, administrasi pemerintahan, militer, maupun perekonomian. “Sementara dalam enslikopedia Indonesia, menuliskan bahwa istilah nasionalisasi berarti suatu alih pemilikan dan kekuasaan atas perusahaan industri atau agrikultur atau harta milik lain, dari perseorangan atau perusahaan swasta kepada pemerintah” (Ensiklopedi Indonesia, 1983: 2338).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa istilah nasionalisasi ialah suatu cara peralihan hak dari pihak asing kepada negara dengan mengikuti peraturan tertentuatau juga Nasionalisasi adalah proses pengalihan hak milik atas harta kekayaan dari orang asing kepada Negara Indonesia atau kepada Warga Negara Indonesia yang dilakukan sebagai langkah tegas dalam mewujudkan kedaulatan ekonomi sebuah negara yang sudah merdeka dan berdaulat, dimana dalam melakukan nasionalisasi sendiri harus berdasarkan langkah hukum bukan tindakan semena-mena yang semata-mata timbul sebagai reaksi ketidak sukaan masyarakat Indonesia terhadap Belanda. dimana perusahaan atau aset yang dinasionalisasi yaitu berupa:

a. Perusahaan yang untuk seluruhnya atau sebagian merupakan milik perseorangan warga-negara Belanda dan bertempat kedudukan dalam wilayah Republik Indonesia ;

b. Perusahaan milik sesuatu badan-hukum yang seluruhnya atau sebagian modal perseroannya atau modal pendiriannya berasal dari Perseorangan


(29)

warga-negara Belanda dan badan-hukum itu bertempat kedudukan dalam wilayah Republik Indonesia ;

c. Perusahaan yang letaknya dalam wilayah Republik Indonesia dan untuk seluruhnya atau sebagian merupakan milik perseorangan warga-negara Belanda yang bertempat-kediaman diluar wilayah Republik Indonesia ; d. Perusahaan yang letaknya dalam wilayah Republik Indonesia dan

merupakan milik sesuatu badan-hukum yang bertempat-kedudukan dalam wilayah Negara Kerajaan Belanda.(lembaran negara No. 5 tahun 1959) Sedangkan peristiwa nasionalisasi sendiri adalah suatu bentuk kebijakan yang timbul karena adanya rasa nasionalisme terhadap bangsa, dengan berusaha mengurangi dominasi asing di bangsanya sendiri. Tindakan tersebut diupayakan oleh pemerintah nasional, dalam hal ini adalah Indonesia terhadap NV.KPM di Jakarta tahun 1960 dengan berbagai pertimbangan yaitu

a. bahwa tindakan yang telah diambil oleh Pemerintah terhadap perusahaan milik Belanda yang berada di dalam wilajah Republik Indonesia dalam rangka perjuangan pembebasan Irian Barat adalah sesuai dengan kebijaksanaan pembatalan K.M.B.

b. Bahwa dalam taraf perjuangan pada masa ini dalam rangka pembatalan K.M.B. dan perjuangan pembebasan Irian Barat tersebut diatas sudah tiba waktunya untuk mengeluarkan ketegasan terhadap perusahaan-perusahaan milik Belanda yang berada dalam wilayah Republik Indonesia berupa nasionalisasi dari perusahaan-perusahaan milik Belanda untuk dijadikan milik Negara ;

c. Bahwa dengan nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda tersebut dimaksudkan untuk memberi kemanfaatan sebesar-besarnya pada masyarakat Indonesia dan pula pula untuk memperkokoh keamanan dan pertahanan Negara (isi pertimbangan dalam UU no 86 tahun 1958 tentang nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda di Indonesia)


(30)

3. Konsep Naamloze Vennootschap Koninklijke Paketvaart Maatschampijj (NV. KPM)

Naamloze Vennootschap Koninklijke Paketvaart Maatschampijj(NV. KPM) merupakan akronim dari Bahasa Belanda yang jika diartikan perkata, yakni: kata

naamloze” dalam kamus Belanda-Indonesia berasal dari kata “naam’loos” yang memiliki bentuk dasar loze berarti tak bernama/tanpa nama, namun memiliki istilah turunan naamloze vennootschap yang artinya perseroan terbatas (S. Wojowasito, 1978: 176). Arti Vennootschap menurut (S. Wojowasito, 1978: 417) perseroan terbatas yakni perkumpulan/perseroan yang memiliki keterkaitan saling kerjasama tanpa korporasi, terorganisasi, yang lahir dari kemauan yang bebas dan yang terikat oleh peraturan tetap “Naamloze Vennootschap” atau biasa disingkat N.V. = perseroan terbatas, kedua kata tersebut erat kaitannya dengan istilah yang diberikan kepada firma di masa Belanda. Koninklijke memiliki arti Kerajaan turunan dari kata Konink yang artinya raja (S. Wojowasito, 1978: 154) .Paketvaart memiliki arti Muatan Barang (S. Wojowasito, 1978; 338) Sedangkan maatschappij memiliki arti masyarakat, perkumpulan dagang perseroan, atau perhimpunan. Sedangkan istilah

“K.P.M” diuraikan sebagai “Koninklijke PaketvaartMaatschampijj” =Perusahaan Pelayaran Kerajaan (http:// wikipedia.org/wiki/Koninklijke_Paketvaart-Maatschappij diakses tanggal 27 Februari 2015 pukul 20. 35 WIb)

Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menarik suatu kesimpulan bahwa NV. KPM sendiri jika diterjemahkan secara keseluruhan ke dalam bahasa Indonesia berarti perseroan terbatas milik kerajaan Belanda yang bergerak dibidang pelayaran, yang


(31)

kemudian diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan selanjutnya dilikuidasi ke dalam Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) di Indonesia dimana setelah sebelumnya dilakukan tindakan nasionalisasi terebih dahulu oleh Pemrintah Indonesia.

B.Kerangka Pemikiran

Setelah Indonesia merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945, Belanda masih dengan leluasa menguasai dan mengelola beberapa sentra perekonomian modern yang ada di Indonesia hingga memasuki dekade 1950-an, termasuk salah satunya Naamloze Vennootschap Koninklijke Paketvaatr Maatschampijj (NV.KPM) di Jakarta tahun 1960.

Sebagai Negara yang baru saja merdeka, Indonesia mewarisi kebobrokan perekonomian yang diakibatkan oleh perang. Bukan hanya itu saja pemerintah Indonesia harus berjuang lebih keras lagi untuk mempertahakan kemerdekaan yang telah diraih dengan susah payah. Beberapa negara yang baru terlepas dari belenggu kolonialisme, yakni sekitar pertengahan abad ke dua puluh, memiliki masalah perekonomian yang cenderung sama, sangat mendesak dan perlu dengan segera mendapat penanganan untuk diatasi. Indonesia salah satu yang menghadapi masalah itu, yang dengan sah mendapat kedaulatan penuh di tahun 1949 setelah bebas dari belenggu penjajahan Belanda dan Jepang. Masalah pokok tersebut secara umum, antara lain: (1) tugas merehabilitasi perekonomian nasional yang telah mengalami kerusakan besar pasca pendudukan Jepang dan perang kemerdekaan; (2) desakan masyarakat umum untuk merehabilitasi ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.


(32)

Kedua point diatas merupakan sebuah kebutuhan dan dukungan yang saling terkait. Untuk merehabilitasi sebuah sistem dibutuhkan dukungan yang menjadi penyokong sehingga apa yang diharapkan akan menghasilkan sebuah keputusan yang dalam hal ini keputusan untuk menasionalisasi perusahaan asing Belanda merupakan sebuah keputusan yang tepat dan dapat terwujud apabila setiap komponen baik itu tujuan yang diharapkan dengan hasil yang didapat tidak dilakukan tanpa sebuah pertimbangan yang matang .

Dalam hal ini (Nasionalisasi KPM), Pemerintah Indonesia dengan PP No. 34/1960 tentang nasionalisasi aset-aset milik Perusahaan pelayaran Belanda Naamlooze Vennootschap Koninklijke Paketvaart Maatschppij (NV.KPM). Rangkaian nasionalisasi sejumlah perusahaan pelayaran Belanda dimungkinkan menyusul keluarnya UU No. 2/1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan Belanda serta Peraturan Pemerintah No.2/1959 tentang pokok-pokok pelaksanaan Undang-undang Nasionalisasi. Tetapi oleh karena KPM adalah sesuatu perusahaan Belanda yang berkedudukan di Amsterdam (di Indonesia hanya merupakan Cabang yang dipimpin oleh suatu Direksi yang bertindak atas instruksi-instruksi dari Amsterdam), maka nasionalisasi hanya dilakukan pada aset yang berada di darat saja yang berupa kantor cabang.


(33)

C.Paradigma

= Garis Proses = Garis Hasil

Nasionalisasi Naamloze Vennootschap Koninklijke Paketvaart Maatschampij

(NV. KPM) di Jakarta

Tahap Awal Nasionalisasi

NV. KPM

Tahap Akhir Nasionalisasi

NV. KPM Tahap Pelaksanaan

Nasionalisasi NV. KPM

NV. KPM Menjadi Hak milik Indonesia pada tahun 1960


(34)

REFERENSI

Peter Salim. 1993. Advanced English-Indonesian (Dictionary) ke-4. Jakarta: Modern English Press. Halaman 228

Taufik Abdullah, dan Djoko Suryo dkk. 2009. Media Komunikasi Profesi Masyarakat Sejarawan Indonesia Vol 14 No 1. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Halaman 21

Bondan Kanumoyoso. 2001. Nasionalisasi Perusahaan Belanda di Indonesia. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan. Halaman 68

L. Erades dalam jurnal Budiman Ginting tahun 2007: Halaman 101

http://sivitas.lipi.go.id/iket001/diakses tanggal 27 Februari 2015 pukul 2018 WIB Taufik Abdullah, dan Djoko Suryo dkk. 2009. Media Komunikasi Profesi

Masyarakat Sejarawan Indonesia Vol 14 No 1. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Halaman 44

Enslikopedia Indonesia. Halaman 2338 Lembaran Negara No. 5 tahun 1959 Isi pertimbangan UU no 86 Tahun 1958

S. Wojowasito. 1978. Kamus Umum Belanda-Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve. Halaman176

Ibid. Halaman 417 Ibid. Halaman 154 Ibid. Halaman 338

http://en.wikipedia.org/wiki/Koninklijke_Paketvaart-Maatschappijdiakses tanggal 27 Februari 2015 pukul 20. 35 WIB


(35)

III. METODE PENELITIAN

A.Metode yang digunakan

Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi data dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan atau hipotesis dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan di dalam penelitian seorang peneliti di haruskan menggunakan metode penelitian yang sesuai dengan

penelitian yang akan dilakukannya. Menurut Husin Sayuti (1989:32) “Metode adalah

cara atau jalan yang digunakan peneliti untuk menyelesaikan suatu masalah penelitian”. Hal tersebutlah yang memengaruhi keberhasilan dalam suatu penelitian. Maka dari itu seorang peneliti harus dapat memilih metode yang tepat dan sesuai.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji. (Wikipedia Indonesia diakses tanggal 27 Februari 2015 pukul 20.22)


(36)

Penelitian deskriptif lebih tergantung pada data yang diobservasi oleh peneliti sendiri. Data yang baik akan dihasilkan oleh kerja yang cermat dalam menganalisis keotentikan, ketepatan dan pentingnya sumber-sumbernya. Berlainan dengan anggapan yang populer, penelitian deskriptif harus tertib dan ketat, sistematis dan tuntas. Penelitian deskriptif tergantung kepada dua macam data yaitu data data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari sumber primer, yaitu si peneliti (penulis) yang secara langsung melakukan observasi atau penyaksian kejadian-kejadian yang dituliskan. Data sekunder diperoleh dari sumber sekunder yaitu peneliti melaporkan hasil observasi orang lain yang satu kali atau lebih telah lepas dari kejadian aslinya.

Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajarai masalah-masalah dalam masyarakat serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu setudi komparatif . adakalanya peneliti mengadakan klasifikasi, seerta penelitian terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu setandar atau suatu norma tertentu sehingga banyak ahli menamakan metode deskriptif ini dengan nama survei normatif (normative survey). Dengan metode deskriptif ini juga diselidiki kedudukan (status) fenomena atau factor dan melihat hubungan antara satu factor dengan factor yang lain. Karenanya, metode deskriptif juga dinamakan studi status (satus study)

(Whintney dalam blog Addhin's Thea diakses tanggal 27 Februari 2015 pukul 20. 28 WIB),.

Penelitian sejarah menggunakan Metode deskriptif mempunyai beberapa pokok, yang dapat dibagi atas kriteria umum dan kriteria khusus. kriteria tersebut adalah sebagai berikut:


(37)

a. Kriteria umum

Kriteria umum dari penelitian dengan metode deskriptif adalah sebagai berikut. 1. Masalah yang dirumuskan harus patut, ada nilai ilmiah serta tidak terlalu

luas.

2. Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan tegas dan tidak terlalu umum. 3. Data yang digunakan harus fakta-fakta yang terpercaya dan bukan

merupakan opini.

4. Standar yang digunakan untuk membuat perbandingan harus mempunyai validitas.

5. Harus ada deskripsi yang terang tentang tempat serta waktu penelitian dilakukan.

6. Hasil penelitian harus berisi secara detail yang digunakan, baik dalam mengumpulkan data maupun dalam menganalisis data serta studi kepustakaan yang dilakukan. Deduksi logis harus jelas hubungannya dengan kerangka teoritis yang digunakan jika kerangka teoritis untuk itu telah dikembangan.

b. Kriteria Khusus

Kriteria khusus dari metode deskriptif adalah sebagai berikut.

1. Prinsip-prinsip ataupun data yang digunakan dinyatakan dalam nilai (value). 2. Fakta-fakta ataupun prinsip-prinsip yang digunakan adalah mengenai

masalah status.

3. Sifat penelitian adalah ex post facto, karena itu, tidak adalah kontrol terhadap variabel, dan peneliti tidak mengadakan pengaturan atau menipulasi terhadap variabel. Variabel dilihat sebagaimana adanya.

Langkah-langkah Umum dalam Metode Deskriptif

Dalam melaksanakan penelitian deskriptif, maka langkah-langkah umum yang sering diikuti adalah sebagai berikut.

1. Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada. 2. Menentuan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari

penelitian harus konsisten dengan rumusan dan definisi dari masalah

3. Memberikan limitasi dari area atau scope atau sejauh mana penelitian deskriptif tersebut akan dilaksanakan. Termasuk didalamnya daerah geografis dimana penelitian akan dilakukan, batasan-batasan kronologis


(38)

ukuran tentang dalam dangkal, serta seberapa utuh daerah penelitian tersebut akan dijangkau.

4. Pada bidang ilmu yang telah mempunyai teori-teori yang kuat, maka perlu dirumuskan kerangka teori atau kerangka konseptual yang kemudian diturunan dalam bentuk hipotesis-hipotesis untuk diverifikasikan. Bagi ilmu sosial yang telah berkembang baik, maka kerangkan analisis dapat dijabarkan dalam bentuk-bentuk model matematika.

5. Menulusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan.

6. Merumuskan hipotesis-hipotesis yang diuji, baik secara emplisit maupun secara implicit.

7. Melakukan kerja lapangan untuk megumpulkan data, gunakan teknik pengumpulan data yang cocok untuk penelitian.

8. Membuat tabulasi serta analisis statistic dilakukan terhadap data yang telah dikumpulkan. Kurangi penggunaan statistic sampai kepad batas-batas yang dapat dikerjakan dengan unit-unit pengukuran yang sepadan.

9. Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh serta refrensi khas terhadap masalah yang ingin dipecahkan.

10. Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesis-hipotesis yang ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan-kebijakan yang dapat ditarik dari penelitian.

(Moh. Nazir, 2005:199) B. Variabel Penelitian

Variable adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai (Mohammad Nazir, 2005:149). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1989:91). Variabel adalah objek suatu penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Variabel adalah Objek yang menjadi acuan untuk memulai penelitian berdasarkan nilai dan pusat perhatian yang terdapat dalam sebuah objek penelitian tersebut. Variabel dalam ilmu sosial sifatnya lebih abstrak sehingga sukar dijamah secara realita atau kenyataannya.


(39)

Dari dua pendapat tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel penelitian adalah suatu gejala yang menjadi objek atau perhatian di dalam sebuah penelitian, dan juga variabel penelitian sering dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala-gejala yang akan diteliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan variabel tunggal yakni variabel yang kuat pengaruhnya untuk dapat berdiri sendiri, dengan fokus kajian pada usaha menasionalisasi NV. KPM di Jakarta tahun 1960.

C.Teknik Pengumpulan Data

Untuk menciptakan data yang sesuai dengan penelitian ini, maka peneliti menggunakan :

1. Teknik Studi Pustaka

Studi kepustakaan adalah untuk mendapatkan informasi secara lengkap serta untuk menentukan tindakan yang akan diambil sebagai langkah penting dalam kegiatan ilmiah P. Joko Subagyo (1997:109). Sedangkan menurut Hadari Nawawi (1993:133), teknik studi kepustakaan dilaksanakan dengan cara mendapatkan sumber-sumber data yang diperoleh dari kepustakaan yaitu dengan mempelajari buku-buku literature yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Selain itu Koentjaraningrat (2009:81), Teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruang kepustakaan misalnya koran, majalah-majalah, naskah, catatan-catatan, kisah sejarah, dokumen dan sebagainya yang relevan dengan penelitian.


(40)

Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa dengan teknik kepustakaan, peneliti harus menelaah sejumlah informasi mengenai masalah yang akan di teliti dengan menggunakan sumber berupa buku-buku dan literature lainnya, dimana dalam hal ini informasi yang berkaitan dengan proses nasionalisasi NV. KPM di Jakarta tahun 1960.

2. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti barang tertulis. Metode dokumentasi berarti cara pengumpulan data dengan mencatat data-data yang sudah ada Yatim Riyanto (1996:83). Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan buku, surat, arsip, majalah, prasasti, notulen, rapat, langger, agenda dan sebagainya. Atau pengumpulan data melalui peninggalan arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil-dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain berhubungan dengan masalah penelitian. Melalui teknik ini penulis mengumpulkan berbagai bahan baik berupa tulisan maupun gambar-gambar yang berkenaan dengan masalah yang peneliti bahas yakni proses nasionalisasi NV. KPM di Jakarta tahun 1960.

D.Teknik Analisis Data

Dalam sebuah penelitian, Analisis data merupakan hal yang sangat penting bagi seorang peneliti. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif sehubungan dengan jenis data penelitian yang akan dilakukan berupa data kualitatif. Data dalam teknis data kualitatif berupa fenomena-fenomena dan kasus-kasus dalam bentuk laporan dan karangan para ahli sejarah, sehingga diperlukan


(41)

pemikiran yang teliti dalam menyelesaikan masalah penelitian.P. Joko Subagyo (1997:106) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah data yang berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa prosa kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya, sehingga memperoleh gambaran baru ataupun menguatkan suatu gambaran yang sudah ada dan sebaliknya.

Dalam proses analisis data terhadap komponen-komponen utama yang harus benar-benar dipahami. Komponen-komponen tersebut adalah reduksi data, kajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Untuk menganalisis data yang suda ada menggunakan metode deskriptif analitik. Metode ini digunakan untuk menggambarkan data yang sudah diperoleh melalui proses analitikum yang mendalam dan selanjutnya diakomodasikan kedalam bentuk bahasa secara runtut atau dalam bentuk naratif. Analisis data dilakukan secara induktif, yaitu dimulai dari lapangan atau fakta empiris dengan cara terjun kelapangan, mempelajari fenomena yang ada di lapangan. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara bersamaan dengan cara proses pengumpulan data menurut Milaz dan Huberman terhadap analisis data sebagai berikut:

1. Pengumpulan data

Peneliti mencatat semua data secara objektif dari sumber-sumber data berupa data tertulis berupa buku-buku serta arsip dan dokumen terkait.


(42)

2. Reduksi data

Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak diperlukan dan mengorganisasikan data-data yang telah direduksi, memberikan gambaran yang tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya sewaktu-waktu diperlukan.

3. Penyajian data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tidakan. Penyajian data merupakan analisi dalam bentuk matrix network, dan cart, atau grafis, sehingga dapat dikuasai. 4. Pengambilan keputusan atau verifikasi

Setelah data disajikan, maka dilakukan penarikan kesimpulan atau verifikasi.Untuk itu diusahakan mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering muncul, hipotesis, dan sebagainya. Jadi dari data tersebut berusaha diambil kesimpulan.Verifikasi dapat dilakukan dengan keputusan, didasarkan pada reduksi data, dan penyajian data yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian.

Keempat komponen tersebut saling interaktif yaitu saling mempengaruhi dan terkait. Pertama-tama dilakukan penelitian terhadap buku-buku serta arsip dan dokumen terkait, yang disebut tahap pengumpulan data. Karena data-data, pengumupulan penyajian data, reduksi data, kesimpulan-kesimpulan atau penafsiran data yang dikumpulkan banyak maka diadakan reduksi data.Setelah direduksi maka kemudian


(43)

diadakan sajian data, selain itu pengumpulan data juga digunakan untuk penyajian data. Apabila ketiga hal tersebut selesai dilakukan, maka diambil suatu keputusan atau verifikasi.

Setelah data dari berbagai sumber terkumpul dengan menggunakan metode pengumpulan data diatas, maka penelitianakan mengolah dan menganalisis secara deskriptif-kualitatif, tanpa menggunakan teknik kuantitatif. Analisis Deskriptif-kualitatif merupakan suatu teknik yang menggambarkan dan menginterprestasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya. Menurut Mohammad Nazir bahwa tujuan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.


(44)

REFERENSI

Nugroho Notosusanto. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu Pengalaman). Jakarta: Inti Idayu. Halaman 11

Ibid. Halaman 18 Ibid. Halaman 20

Taufik Abdullah, dan Abdurrachman Surjomihardjo. 1984. Ilmu Sejarah dan Historiografi (Arah dan Perspektif). Jakarta: Gramedia. Halaman xv/xx Moh. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Halaman 149

Suharsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Bina Aksara. Halaman 91

Hadari Nawawi. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 133.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 81


(45)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Dari hasil pembahasan penulis dapat menyimpulkan bahwasannya usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam menasionalisasi perusahaan milik Belanda terutama NV. KPM terbagi atas tiga tahapan:

Tahapan Pertama yakni tahap awal dalam hal ini Pemerintah Indonesia sebagai kekuatan yang berperan penting dalam pengambilan keputusan mengambil langkah awal berupa pendirian beberapa Perusahaan Negara sebagai upaya untuk mengurangi dominasi perusahaan Belanda dalam hal ini khususnya dalam dunia pelayaran yaitu dengan pendirian PELNI tahun 1952 untuk bersaing secara langsung dan mengurangi dominasi KPM dijalur pelayaran nusantara.

Tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan Nasionalisasi NV. KPM pemerintah, para pemuda dengan Buruh dari KBKI memproklamirkan pengambilalihan NV. KPM pada tanggal 3 Desember 1957 yang diteruskan dengan penyitaan kantor Pusat serta kapal-kapal milik KPM yang masih berada di perairan Indonesia, hal ini dilakukan mengingat gentingnya keadaan setelah upaya damai dalam menyelesaikan permasalahan pembebasab Irian Barat dalam siding umum PBB XII pada bulan November 1957 yang mengalami kegagalan.


(46)

Tahap ketiga yaitu tahap akhir Nasionalisasi NV. KPM yang ditandai dengan dikeluarkannya PP No 34 tahun 1960 tentang nasionalisasi Perusahaan NV. KPM di Indoesia oleh Pemerintah Indonesia atas nama Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia untuk member ketegasan sikap atas uapay-upaya yang telah dilakukan sebelumnya yaitu dengan dikeluarkannya Rangkaian nasionalisasi sejumlah perusahaan pelayaran Belanda menyusul keluarnya UU No. 2/1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan Belanda serta Peraturan Pemerintah No.2/1959 tentang pokok-pokok pelaksanaan Undang-undang Nasionalisasi.

Meskipun dengan pengambilalihan justru menyebabkan kemerosotan ekonomi nasional yang ditandai dengan penurunan produksi dan penurunan kegiatan ekspor impor. Namun secara struktural sektor ekonomi dapat di kuasai oleh negara tak lagi dikuasai oleh bangsa Asing.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka saran-saran yang diberikan sebagai masukan, yakni: Perlu adanya penelitian lanjutan oleh para ahli mengenai sistem pelayaran di masa kolonial hingga diambil alih pengelolaannya ke tangan pemerintah RI, dikarenakan ketika penelitian dilakukan sumber-sumber fisik primer sulit didapat sehingga menjadi kendala dalam penulisan skripsi ini. Selain itu diperlukan pula pembinaan bagi masyarakat akan kesadaran pentingnya arsip sebagai simbol pemersatu bangsa.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik dan Abdurrachman Surjomihardjo. 1984. Ilmu Sejarah dan Historiografi (Arah dan Perspektif). Jakarta: Gramedia. 325 halaman Abdullah, Taufik dan Djoko Suryo dkk. 2009. Media Komunikasi Profesi

Masyarakat Sejarawan Indonesia Vol 14 No 1. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 170 halaman

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Bina Aksara. 265 Halaman

Ardhana, I Ketut, Nasionalisasi Perusahaan: Peralihan dari Perusahaan Belanda ke Perusahaan Local di Bali, dalam seminar di PSSAT-Sejarah UGM, Yogyakarta 18-19 Agustus 2004.

Barlett, Anderson G., et. 1986. Al., PERTAMINA, perusahaan Minyak Nasional. Jakarta. Inti Idayu press

Burger,D.H. 1962. Sejarah Ekonomis Sosiologis Indonesia. Jakarta: Pradniyaparamita.

Chalmers, Ian. 1996. Konglomerasi: negara dan Modal dalam Industri Otomotif Indonesia. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Creutzberg, Pieter dan van Laanen. 1987. Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. 371 halaman

De Boer, M. G dan J.C. Westermann .1941. Een Halve eeuw paketvaart 1891-1941. Amsterdam. De bussy.

Dick, H. W. 1990. Industri Pelayaran Indonesia. Jakarta. LP3ES

Djoened, Marwati Pusponegoro dan Nugroho Notosusanto. 1990. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka.

Graaf, H.J. De. 1971. Historiografi Hindia Belanda. Jakarta: Bharatara. 117 halaman


(48)

Kanumoyoso, Bondan. 2001. Nasionalisasi Perusahaan Belanda di Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 141 halaman

Koentjaraningrat, Prof. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. 237 halaman

Mac Andrews, Colin dan Ichlasul Amal. 1995. Hubungan Pusat-Daerah Dalam Pembangunan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 203 halaman

Miles, Mattew. B dan Huberman, Michael. 1982. Analisis data kualitatif. Jakarta: UI Press. 178 halaman

Muhaimin, Yahya. 1982. Perkembangan Militer dalam Politik di Indonesia 1945-1966. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 436 halaman

Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 249 halaman.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. 544 Halaman Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu

Pengalaman). Jakarta: Inti Idayu. 228 halaman.

Oey Beng To. 1991. Sejarah Kebijakan Moneter Indonesia, Jilid I (1945-1958). Jakarta: Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia.

Onghokham. 1987. Runtuhnya Hindia Belanda. Jakarta: Gramedia. 241 Halaman Prayitno, Hadi dan M. Umar Burhan. 1987. Pembangunan Ekonomi Pedesaan.

BPFE. Yogyakarta. 189 Halaman

Purwaka, Tommy H. 1993. Pelayaran antar pulau Indonesia. Jakarta. Pusat studi wawasan nusantara, hokum dan pembangunan. 300 halaman

Ricklefs, M.C. 1991. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 501 halaman

Rahadrjo, M. Dawam. 2011. Ekonomi Neo-Klasik dan Sosialisme Religius. Jakarta: Mizan Publika. 206 Halaman

Robison, Richard. 1986. The Rise of Capital. Canberra. Asian Studies Association of Australia.

Shahab, Ali. 2001. Waktu Belanda Mabuk Lahirlah Batavia. Jakarta: Buku Republika.268 halaman


(49)

halaman

Sjahrir, Ekonomi Politik Kebutuhan Pokok, Sebuah Tinjuan Prospektif, Jakarta : LP3ES, 1986

Smit. 1986. Dekolonisasi Indonesia. Jakarta: Daya Sarana. 186 halaman

Soehoed, A. R. 1988. “Reflection on Idustrialiation and Industrial policy in Indonesia.” Bulletin of Indonesian economic studies 24 (August): 43-57 Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.127 halaman

Suryabrata, Sumadi. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 201 Halaman

Sutter, John O. 1959. Indonesianisasi: Politics in a Changing Economy, 1940-1955. Ithaca: Coernell University, Modern Indonesia Project.

Soebagijo, I. N. 1980. Karang di tengah Gelombang. Jakarta. Gunung Agung Tirtoprodjo, Susanto. 1982. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. Jakarta: PT.

Pembangunan. 185 Halaman

Wertheim, W.F, Masyarakat Indonesia Dalam Transisi: Studi Perubahan Sosial, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999.

Widyahartono, Drs. Bob. 1986. Buku Materi Pokok Manajemen Transportasi (Modul). Jakarta

Wojowasito, S. 1978. Kamus Umum Belanda-Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve. 846 halaman.

Woodward, Frank H. 1991. Manajemen transport. Jakarta. Pressindo. 266 halaman

http:// www.apsordkp.com/files/Buku_Sejarah_Maritim.pdf di akses tanggal 24 mei 2013 pukul 19.23 WIB

http://www.pelni.co.id/?p=102 diakses tanggal 14 Desember 2012 pukul 10.55 WIB.


(1)

26

REFERENSI

Nugroho Notosusanto. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu Pengalaman). Jakarta: Inti Idayu. Halaman 11

Ibid. Halaman 18 Ibid. Halaman 20

Taufik Abdullah, dan Abdurrachman Surjomihardjo. 1984. Ilmu Sejarah dan Historiografi (Arah dan Perspektif). Jakarta: Gramedia. Halaman xv/xx Moh. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Halaman 149

Suharsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Bina Aksara. Halaman 91

Hadari Nawawi. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 133.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 81


(2)

77

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Dari hasil pembahasan penulis dapat menyimpulkan bahwasannya usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam menasionalisasi perusahaan milik Belanda terutama NV. KPM terbagi atas tiga tahapan:

Tahapan Pertama yakni tahap awal dalam hal ini Pemerintah Indonesia sebagai kekuatan yang berperan penting dalam pengambilan keputusan mengambil langkah awal berupa pendirian beberapa Perusahaan Negara sebagai upaya untuk mengurangi dominasi perusahaan Belanda dalam hal ini khususnya dalam dunia pelayaran yaitu dengan pendirian PELNI tahun 1952 untuk bersaing secara langsung dan mengurangi dominasi KPM dijalur pelayaran nusantara.

Tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan Nasionalisasi NV. KPM pemerintah, para pemuda dengan Buruh dari KBKI memproklamirkan pengambilalihan NV. KPM pada tanggal 3 Desember 1957 yang diteruskan dengan penyitaan kantor Pusat serta kapal-kapal milik KPM yang masih berada di perairan Indonesia, hal ini dilakukan mengingat gentingnya keadaan setelah upaya damai dalam menyelesaikan permasalahan pembebasab Irian Barat dalam siding umum PBB XII pada bulan November 1957 yang mengalami kegagalan.


(3)

78

Tahap ketiga yaitu tahap akhir Nasionalisasi NV. KPM yang ditandai dengan dikeluarkannya PP No 34 tahun 1960 tentang nasionalisasi Perusahaan NV. KPM di Indoesia oleh Pemerintah Indonesia atas nama Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia untuk member ketegasan sikap atas uapay-upaya yang telah dilakukan sebelumnya yaitu dengan dikeluarkannya Rangkaian nasionalisasi sejumlah perusahaan pelayaran Belanda menyusul keluarnya UU No. 2/1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan Belanda serta Peraturan Pemerintah No.2/1959 tentang pokok-pokok pelaksanaan Undang-undang Nasionalisasi.

Meskipun dengan pengambilalihan justru menyebabkan kemerosotan ekonomi nasional yang ditandai dengan penurunan produksi dan penurunan kegiatan ekspor impor. Namun secara struktural sektor ekonomi dapat di kuasai oleh negara tak lagi dikuasai oleh bangsa Asing.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka saran-saran yang diberikan sebagai masukan, yakni: Perlu adanya penelitian lanjutan oleh para ahli mengenai sistem pelayaran di masa kolonial hingga diambil alih pengelolaannya ke tangan pemerintah RI, dikarenakan ketika penelitian dilakukan sumber-sumber fisik primer sulit didapat sehingga menjadi kendala dalam penulisan skripsi ini. Selain itu diperlukan pula pembinaan bagi masyarakat akan kesadaran pentingnya arsip sebagai simbol pemersatu bangsa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik dan Abdurrachman Surjomihardjo. 1984. Ilmu Sejarah dan Historiografi (Arah dan Perspektif). Jakarta: Gramedia. 325 halaman Abdullah, Taufik dan Djoko Suryo dkk. 2009. Media Komunikasi Profesi

Masyarakat Sejarawan Indonesia Vol 14 No 1. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 170 halaman

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Bina Aksara. 265 Halaman

Ardhana, I Ketut, Nasionalisasi Perusahaan: Peralihan dari Perusahaan Belanda ke Perusahaan Local di Bali, dalam seminar di PSSAT-Sejarah UGM, Yogyakarta 18-19 Agustus 2004.

Barlett, Anderson G., et. 1986. Al., PERTAMINA, perusahaan Minyak Nasional. Jakarta. Inti Idayu press

Burger,D.H. 1962. Sejarah Ekonomis Sosiologis Indonesia. Jakarta: Pradniyaparamita.

Chalmers, Ian. 1996. Konglomerasi: negara dan Modal dalam Industri Otomotif Indonesia. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Creutzberg, Pieter dan van Laanen. 1987. Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. 371 halaman

De Boer, M. G dan J.C. Westermann .1941. Een Halve eeuw paketvaart 1891-1941. Amsterdam. De bussy.

Dick, H. W. 1990. Industri Pelayaran Indonesia. Jakarta. LP3ES

Djoened, Marwati Pusponegoro dan Nugroho Notosusanto. 1990. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka.

Graaf, H.J. De. 1971. Historiografi Hindia Belanda. Jakarta: Bharatara. 117 halaman


(5)

Kansil. 1990. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga. 123 Halaman

Kanumoyoso, Bondan. 2001. Nasionalisasi Perusahaan Belanda di Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 141 halaman

Koentjaraningrat, Prof. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. 237 halaman

Mac Andrews, Colin dan Ichlasul Amal. 1995. Hubungan Pusat-Daerah Dalam Pembangunan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 203 halaman

Miles, Mattew. B dan Huberman, Michael. 1982. Analisis data kualitatif. Jakarta: UI Press. 178 halaman

Muhaimin, Yahya. 1982. Perkembangan Militer dalam Politik di Indonesia 1945-1966. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 436 halaman

Nawawi, Hadari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 249 halaman.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. 544 Halaman Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu

Pengalaman). Jakarta: Inti Idayu. 228 halaman.

Oey Beng To. 1991. Sejarah Kebijakan Moneter Indonesia, Jilid I (1945-1958). Jakarta: Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia.

Onghokham. 1987. Runtuhnya Hindia Belanda. Jakarta: Gramedia. 241 Halaman Prayitno, Hadi dan M. Umar Burhan. 1987. Pembangunan Ekonomi Pedesaan.

BPFE. Yogyakarta. 189 Halaman

Purwaka, Tommy H. 1993. Pelayaran antar pulau Indonesia. Jakarta. Pusat studi wawasan nusantara, hokum dan pembangunan. 300 halaman

Ricklefs, M.C. 1991. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 501 halaman

Rahadrjo, M. Dawam. 2011. Ekonomi Neo-Klasik dan Sosialisme Religius. Jakarta: Mizan Publika. 206 Halaman

Robison, Richard. 1986. The Rise of Capital. Canberra. Asian Studies Association of Australia.

Shahab, Ali. 2001. Waktu Belanda Mabuk Lahirlah Batavia. Jakarta: Buku Republika.268 halaman


(6)

Siregar, Muchtarudin. 1981. Beberapa Masalah Ekonomi dan Management Pengangkutan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. 162 halaman

Sjahrir, Ekonomi Politik Kebutuhan Pokok, Sebuah Tinjuan Prospektif, Jakarta : LP3ES, 1986

Smit. 1986. Dekolonisasi Indonesia. Jakarta: Daya Sarana. 186 halaman

Soehoed, A. R. 1988. “Reflection on Idustrialiation and Industrial policy in

Indonesia.” Bulletin of Indonesian economic studies 24 (August): 43-57

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.127 halaman

Suryabrata, Sumadi. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 201 Halaman

Sutter, John O. 1959. Indonesianisasi: Politics in a Changing Economy, 1940-1955. Ithaca: Coernell University, Modern Indonesia Project.

Soebagijo, I. N. 1980. Karang di tengah Gelombang. Jakarta. Gunung Agung Tirtoprodjo, Susanto. 1982. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. Jakarta: PT.

Pembangunan. 185 Halaman

Wertheim, W.F, Masyarakat Indonesia Dalam Transisi: Studi Perubahan Sosial, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999.

Widyahartono, Drs. Bob. 1986. Buku Materi Pokok Manajemen Transportasi (Modul). Jakarta

Wojowasito, S. 1978. Kamus Umum Belanda-Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve. 846 halaman.

Woodward, Frank H. 1991. Manajemen transport. Jakarta. Pressindo. 266 halaman

http:// www.apsordkp.com/files/Buku_Sejarah_Maritim.pdf di akses tanggal 24 mei 2013 pukul 19.23 WIB

http://www.pelni.co.id/?p=102 diakses tanggal 14 Desember 2012 pukul 10.55 WIB.