ANALISIS PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DALAM KONTEKS MANAJEMEN KELAS DI SD NEGERI 2 PESAWAHAN

(1)

COMPETENCE

ON A CLASS MANAGEMENT CONTEXT

IN PUBLIC ELEMENTARY SCHOOL (SDN) 2 PESAWAHAN By

FERA APRILIYANTI

This study aimed to analyze and to describe teachers’ understanding on their professional competence development from a class management perspective: planning, implementation, and evaluation of the class management in Public Elementary School (SDN) 2 Pesawahan, Teluk Betung Selatan. This type of research is qualitative in nature. Data were collected using observation, interviews and documentation. The collected data were then compiled, given meaning, analyzed and described. Results of this study data are: 1) planning of the development of teachers’ professional competence was limited to implementing capacity building mastery of learning materials to guide students in a variety of learning activities, 1) planning of the development of teachers’ professional competence in classroom management context include determining learning objectives, create a syllabus, tools and materials, preparing lesson plans, teaching materials mastery ability to guide students in a variety of learning activities, assessment and counseling, 2) implementation of the development of professional competence teachers in classroom management context includes the physical setting,transition out of and into class, procedure of cooperation / teamwork, procedure of material distribution, special procedure of routines activities, procedures or routines associated with the creativity of students and learning fun for students that will impact the ability of students in academic resulting in a proud achievement, teachers become more qualified and professional teachers in learning and improvement in the quality of education 3) evaluate the development of teachers professional competence in the context of classroom management by determining the assessment tools, to evaluate and analyze the learning assessment.

Key words: development of professional competence, professional competence, class management


(2)

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DALAM KONTEKS MANAJEMEN KELAS

DI SD NEGERI 2 PESAWAHAN

Oleh :

FERA APRILIYANTI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan pemahaman guru tentang Analisis Pengembangan Kompetensi Profesional Guru dalam Konteks perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi Manajemen Kelas di SD Negeri 2 Pesawahan Teluk Betung Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Data diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang diperoleh disusun dan diberi makna kemudian dianalisis dan didiskripsikan. Hasil penelitian diperoleh data bahwa : 1) perencanaan pengembangan kompetensi profesional guru dalam konteks manajemen kelas meliputi menentukan tujuan pembelajaran, menyusun silabus, alat dan bahan, menyusun rencana pembelajaran, kemampuan penguasaan materi pembelajaran untuk membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran yang bervariasi, penilaian dan bimbingan konseling, 2) pelaksanaan pengembangan kompetensi profesional guru dalam konteks manajemen kelas meliputi pengaturan fisik kelas, transisi keluar dan masuk kelas, prosedur kerjasama/teamwork, prosedur pendistribusian materi, prosedur khusus untuk kegiatan rutin, prosedur atau rutinitas yang berhubungan dengan kreativitas siswa dan pembelajaran menyenangkan bagi siswa yang akan berimbas kepada kemampuan siswa dibidang akademik sehingga menghasilkan prestasi yang membanggakan, guru menjadi lebih berkualitas dan profesional dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan mutu pendidikan 3) evaluasi pengembangan kompetensi profesional guru dalam konteks manajemen kelas dengan menentukan alat penilaian, mengevaluasi dan menganalisis penilaian pembelajaran.

Kata kunci : pengembangan kompetensi profesional, kompetensi profesional, manajemen kelas


(3)

DI SD NEGERI 2 PESAWAHAN

Oleh

FERA APRILIYANTI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

Tujuan pendidikan adalah kemajuan pengetahuan dan penyebaran kebenaran “John F. Kennedy”


(8)

Tesis ini kupersembahkan kepada orang-orang yang paling kucintai dan kusayangi :

 Kedua orang tuaku, Bapak Edi Lelono (Alm) dan Ibu Sri Endang W.

 Teristimewa suamiku, Tri Sutanto.  Keluarga besarku.


(9)

Penulis bernama Fera Apriliyanti, lahir di Rejo Asri Lampung Tengah pada tanggal 3 April 1985. Merupakan putri kedua dari 2 bersaudara dari pasangan Bapak Edi Lelono (Alm) dan Ibu Sri Endang W. Pada tahun 1997 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Rejo Asri, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan pada tahun 2000 di SLTP Negeri 2 Punggur dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan pada tahun 2005 di SMA PGRI 1 Punggur. Kemudian penulis melanjutkan studi di FKIP Universitas Lampung Program Studi Diploma II Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) pada tahun 2007. Lalu penulis melanjutkan studi di FKIP Universitas Lampung Program Studi Strata 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) pada tahun 2011. Pada tahun 2013 penulis diterima di Program Studi Pasca Sarjana Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung (Unila).

Pengalaman kerja penulis adalah pada tahun 2009 diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil di SD Negeri 2 Pesawahan Teluk Betung Selatan hingga sekarang.


(10)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Tesis dengan judul Analisis Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Dalam Konteks Manajemen Kelas Di SD Negeri 2 Pesawahan ditulis sebagai syarat menyelesaikan pendidikan di Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng Prayitno Harianto, M.S., selaku Rektor yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu pada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan;

2. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana dan Dosen Pengajar Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan banyak ilmu;

3. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan dan Dosen Pembimbing I serta Dosen Pengajar Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan banyak ilmu dan kesediaannya memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian tesis ini;


(11)

dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan banyak ilmu;

5. Dr. Irawan Suntoro, M.S., selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen Pendidikan sekaligus sebagai Dosen Pengajar Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan banyak ilmu;

6. Dr. Sowiyah, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II atas kesediaannya memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam penyelesaian tesis ini;

7. Bapak dan Ibu staf pengajar pada Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan banyak ilmu dan motivasi demi kelancaran penulisan tesis ini;

8. Kepala SD Negeri 2 Pesawahan Teluk Betung Selatan dan seluruh guru yang telah memberikan informasi, masukan dan saran dalam penulisan tesis ini; 9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Pendidikan,

yang telah banyak memberikan motivasi dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan sumbangsih untuk kemajuan pendidikan. Amin.

Bandar Lampung, Januari 2015 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR MATRIKS ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Fokus Penelitian ... 8

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 9

1.5.2 Manfaat Praktis ... 9

1.6 Definisi Istilah ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 2.1 Kompetensi Profesional Guru ... 11

2.1.1 Ruang Lingkup Kompetensi Profesional Guru ... 15

2.2 Manajemen Kelas ... 18

2.2.1 Teori Manajemen Kelas ... 20

2.2.2 Prinsip Manajemen Kelas ... 25

2.2 3 Fungsi Manajemen Kelas ... 26


(13)

2.2.5 Komponen Manajemen Kelas ... 38

2.2.6 Peran Guru Dalam Manajemen Kelas ... 42

2.3 Kerangka Pikir ... 45

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar Penelitian ... 47

3.2 Pendekatan dan Rancangan Penelitian ... 47

3.3 Kehadiran Peneliti ... 48

3.4 Sumber Data Penelitian ... 50

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.5.1 Wawancara ... 52

3.5.2 Oberservasi ... 52

3.5.3 Dokumentasi ... 53

3.6 Analisis Data ... 54

3.7 Pengecekan dan Keabsahan Data ... 56

3.8 Tahap Penelitian ... 58

BAB IV PAPARAN DATA, TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 60

4.1.1 Visi, Misi Dan Tujuan... 61

4.1.2 Keadaan Murid ... 61

4.1.3 Keadaan Guru ... 62

4.1.4 Prestasi Siswa... 63

4.2 Paparan Data ... 63

4.2.1 Perencanaan Pengembangan Kompetensi Profesional dari perspektif manajemen kelas ... 67

4.2.2 Pelaksanaan Pengembangan Kompetensi Profesional dari perspektif manajemen kelas ... 75

4.2.3 Evaluasi Pengembangan Kompetensi Profesional Dari perspektif manajemen kelas ... 89

4.3 Temuan Penelitian ... 92

4.3.1 Perencanaan Pengembangan Kompetensi Profesional dari perspektif manajemen kelas ... 92

4.3.2 Pelaksanaan Pengembangan Kompetensi Profesional dari perspektif manajemen kelas ... 94

4.3.3 Evaluasi Pengembangan Kompetensi Profesional Dari perspektif manajemen kelas ... 96

4.4 Pembahasan ... 97

4.4.1 Perencanaan Pengembangan Kompetensi Profesional dari perspektif manajemen kelas ... 98

4.4.2 Pelaksanaan Pengembangan Kompetensi Profesional dari perspektif manajemen kelas ... 100

4.4.3 Evaluasi Pengembangan Kompetensi Profesional Dari perspektif manajemen kelas ... 111


(14)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 114 5.2 Implikasi ... 116 5.3 Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Hirarkis Pendidikan Nasional ... 4

2.1 Kerangka Pikir ... 46

3.1 Model Interaksi Analisis Data ... 55

4.1 Diagram Konteks Perencanaan Manajemen Kelas ... 93

4.2 Diagram Konteks Pelaksanaan Manajemen Kelas ... 95

4.3 Diagram Konteks Evaluasi Manajemen Kelas ... 97


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Data Guru Berdasar Kualifikasi Pendidikan... 6

3.1 Jumlah Informan Penelitian………... 51

3.2 Tahap-tahap Analisis Data Penelitian……... 55

3.3 Pengkodean………... 58

4.1 Keadaan Siswa SDN 2 Pesawahan………... 62

4.2 Keadaan Guru SDN 2 Pesawahan…………... 62


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Pendidikan memegang peranan penting dalam menentukan kualitas peradaban suatu bangsa. Tujuan pelaksanaan pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kecakapan dan kemampuan keilmuan yang tinggi. Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan pendidikan Indonesia adalah rendahnya kualitas pendidikan pada semua jenjang pendidikan. Sehubungan dengan persoalan tersebut, perlu dilakukan kajian secara akademik terhadap faktor-faktor yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan adalah guru. Peran guru dalam pendidikan adalah mengelola pembelajaran yang merupakan key person dalam pendidikan. Pembelajaran yang berkualitas sangat bergantung pada faktor profesionalitas guru. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kecakapan akademik sesuai bidang studi yang diajarkan maupun kecakapan pribadi.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan di bidang pendidikan nasional dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia secara terencana, terarah, efektif dan efisien. Guru mempunyai tanggung jawab terhadap peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia untuk pembangunan


(18)

manusia Indonesia seutuhnya. Undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk kepribadian serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Hal ini ditegaskan oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat 1 menjelaskan bahwa guru sebagai tenaga profesional dalam pendidikan harus memiliki 4 (empat) kompetensi, yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial dan (4) kompetensi profesional. Jika guru telah memiliki 4 (empat) kompetensi tersebut diharapkan akan memiliki tingkat kinerja yang baik.

Menurut Mulyasa (2003) Kompetensi profesional merupakan suatu kemampuan sesuai dengan keahliannya. Seorang guru harus menyampaikan sesuatu sesuai keahliannya kepada siswa dalam rangka menjalankan tugas dan profesinya. Seorang guru memiliki kompetensi profesional bila guru tersebut memiliki pengetahuan dan pemahaman dasar di bidangnya.

Konsep dasar yang harus diketahui dan dipahami oleh seorang guru meliputi: (a) penguasaan bidang studi (materi) pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya untuk membimbing siswa dalam memenuhi kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan, dan (b) memilih juga mengembangkan kurikulum dan atau silabus sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.


(19)

Berdasarkan pengetahuan dan kemampuan tersebut, maka kompetensi profesional guru yaitu guru harus memahami standar kompetensi dan kompetensi dasar bidang keahliannya. Guru harus mampu memilih dan mengembangkan materi pelajaran. Guru menguasai materi, struktur dan konsep pola pikir keilmuan yang mendukung bidang keahlian. Guru menguasai metode untuk melakukan pengembangan ilmu dan telaah kritis terkait dengan bidang keahlian. Guru harus kreatif dan inovatif dalam penerapan bidang ilmu yang terkait dengan bidang keahlian. Guru mampu mengembangkan kurikulum dan silabus yang terkait dengan bidang keahlian. Guru mampu melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Guru mampu berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan maupun tulisan. Guru mampu memanfaatkan teknologi informasi dan pembelajaran, berkomunikasi dan mengembangkan diri sebagai seorang guru.

Kompetensi guru harus dikembangkan agar menghasilkan guru yang profesional. Guru harus mempunyai inovasi dan kreatif dalam pembelajaran dan pengembangan diri melalui pelatihan-pelatihan. Pelaksanaan pengembangan kompetensi profesional merupakan salah satu cara untuk guru meningkatkan profesinya di bidang pendidikan. Jika pengembangan kompetensi profesional guru dilaksanakan secara terus menerus, maka akan menghasilkan kualitas guru profesional sehingga kualitas pembelajaran semakin baik.

Menurut Rahman (2013: 6-7) Keterkaitan antara kualitas guru akan berkontribusi pada berhasil tidaknya siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Hubungan guru,


(20)

sekolah, daerah, maupun nasional secara hirarkis dapat digambarkan seperti gambar 1.1.

Gambar 1.1 Faktor-faktor yang Berkontribusi terhadap Kualitas Pendidikan Nasional

Sumber : Bujang Rahman (2013)

SDN 2 Pesawahan sebagai lembaga pendidikan ikut merespon dalam meningkatkan mutu pendidikan dengan mengupayakan kepada setiap guru untuk berkreasi mengembangkan kompetensi profesional terutama dalam manajemen kelas dengan tepat agar pembelajaran berjalan secara efisien dan efektif. Dengan alasan bahwa kelas merupakan media pertemuan segala komponen pendidikan serta ujung tombak dan juga basis pendidikan. Meskipun SDN 2 Pesawahan termasuk lembaga sekolah yang berada dibawah naungan Kementrian Pendidikan Nasional yang memprioritaskan program akademik, maka bukan berarti program normatif/keagamaan diabaikan, justru di SDN 2 Pesawahan ini berusaha meningkatkan kualitas dengan cara membiasakan siswa sholat dzuhur berjamaah, tujuannya supaya dapat membekali siswa untuk mengembangkan kecerdasan spiritual dan cara bersikap yang baik.

Pendidikan Nasional

Pendidikan di daerah

Sekolah


(21)

Konsep Manajemen Kelas ini berusaha untuk memberikan penyelesaian terhadap masalah di kelas, yang cakupannya tidak hanya terbatas pada penyampaian materi saja, akan tetapi mencakup beberapa hal yang menyeluruh untuk mengorganisasi kelas antara lain: pertama kegiatan akademik berupa perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Kedua kegiatan administratif yang mencakup kegiatan prosedural dan organisasional seperti penataan ruangan, pengelompokan siswa dalam pembagian tugas, penegakan disiplin kelas, pengadaan tes, pengorganisasian kelas, pelaporan. Jadi konsep manajemen kelas adalah berusaha memberdayakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif dalam mencapai tujuan pembelajaran yang efektif.

Melalui manajemen kelas ini maka siswa akan termotivasi dalam pembelajaran terutama pada suasana kelas yang pada khususnya merupakan modal penting bagi jernihnya pikiran dalam mengikuti pelajaran, sehingga anak akan merasa nyaman dan antusias. Pembelajaran yang kondusif dan suasana yang cenderung rekreatif, maka akan dapat mendorong siswa untuk mengembangkan potensi kreatifitasnya.

Sehubungan dengan peran dan fungsi guru yang sangat vital dalam peningkatan mutu pendidikan, maka fungsi manajemen kelas sangatlah penting. Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik dan menghasilkan siswa yang berkualitas jika guru dapat mengelola kelas dengan baik, profesional, dan berkelanjutan. Manajemen kelas merupakan tolak ukur dalam pengembangan kompetensi profesional guru untuk peningkatan karirnya secara individu dan menghasilkan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Dengan adanya manajemen kelas yang baik, maka akan berimbas pada peningkatan mutu guru dan siswa dalam


(22)

proses pembelajaran, sehingga prestasi siswa menjadi semakin meningkat. Pelaksanaan manajemen kelas yang dilakukan guru di SDN 2 Pesawahan disebabkan oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal, salah satu faktor eksternal adalah pengembangan kompetensi profesional guru.

Disatu sisi kualifikasi guru sudah memenuhi pengembangan kompetensi profesionalnya. Sebagai bahan acuan dalam penelitian ini, data guru di SDN 2 Pesawahan dengan berdasarkan kualifikasi pendidikannya dan sebagai subjek dalam penelitian pengembangan kompetensi profesional guru dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.1 Data Guru Berdasar Kualifikasi Pendidikan di SDN 2 Pesawahan

No Kualifikasi Pendidikan Jumlah Ket

1 S1 19 Orang

2 SPG/PGA 3 Orang

Jumlah 22 Orang

Sumber : Data Primer SDN 2 Pesawahan Tahun 2014

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kondisi guru di SDN 2 Pesawahan berjumlah 22 orang dan sudah 98% memenuhi standard dengan rincian yaitu latar belakang S1 berjumlah 19 orang, dan yang mempunyai latar belakang pendidikan SPG/PGA sebanyak 3 orang. Latar belakang pendidikan guru di SDN 2 Pesawahan tersebut, merupakan salah satu faktor pendukung dalam pengembangan kompetensi profesional guru.

SDN 2 Pesawahan secara geografis berada di Teluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung. Di daerah ini sebagian orang tua siswa bekerja sebagai buruh sehingga dapat dikategorikan ekonomi kelas menengah ke bawah. Berdasarkan kondisi


(23)

ekonomi orang tua siswa, maka sebagian siswa di SDN 2 Pesawahan lebih termotivasi untuk bekerja setelah lulus sekolah dari pada melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Meskipun siswa SDN 2 Pesawahan sebagian besar berasal dari keluarga kurang mampu, akan tetapi para siswa masih dapat berprestasi, baik pada bidang akademik maupun non akademik. Selama 2 tahun terakhir siswa SDN 2 Pesawahan meraih prestasi di bidang non akademik untuk kegiatan olahraga yaitu, juara III tingkat kecamatan pada cabang olahraga tenis meja putra tahun 2012, juara III bulutangkis putri tahun 2013, juara I sepak takraw tahun 2012, juara II voli putra tahun 2012, juara II tingkat kecamatan lomba adzan tahun 2012, juara I lomba menyanyi tingkat bazar siaga. Prestasi di bidang akademik antara lain: juara harapan III mata pelajaran Bahasa Inggris tahun 2014, juara harapan II mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tahun 2014, juara harapan I mata pelajaran Agama Islam tahun 2014, juara harapan I mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tahun 2014, juara II english spelling be competition tahun 2014. Prestasi-prestasi yang dicapai tersebut adalah bukti bahwa para siswa mampu berprestasi jika dibimbing dan dibina oleh guru-guru yang berkompeten.

Sebagai SD inti seharusnya prestasi yang diraih lebih dari sekolah lain atu sekolah imbasnya. Pada sisi lain pelaksanaan manajemen kelas belum sesuai dengan prinsip-prinsip yang seharusnya. Kondisi pelaksanaan manajemen kelas di SDN 2 Pesawahan yang belum sesuai dengan prinsip-prinsip antara lain (1) over capacity; (2) beberapa guru belum disiplin; (3) suasana kelas yang gaduh akibat


(24)

dari beberapa siswa yang mengandalkan siswa lain daam kerjasama; (4) pada kegiatan rutin di kelas guru tidak melakukan apersepsi.

Peneliti melakukan penelitian di SDN 2 Pesawahan dengan judul Pengembangan Kompetensi Profesional Guru dari perspektif manajemen kelas dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas guru dan siswa. Dengan penelitian ini diharapkan guru khususnya dapat memahami bahwa mereka harus selalu mengembangkan kompetensi profesionalnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

1.2Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka fokus penelitian ini adalah analisis pengembangan kompetensi profesional guru dalam konteks manajemen kelas di SDN 2 Pesawahan dengan sub fokus sebagai berikut:

1.2.1 Perencanaan pengembangan kompetensi profesional guru dalam konteks manajemen kelas di SDN 2 Pesawahan.

1.2.2 Pelaksanaan pengembangan kompetensi profesional guru dalam konteks manajemen kelas di SDN 2 Pesawahan.

1.2.3 Evaluasi pengembangan kompetensi profesional guru dalam konteks manajemen kelas di SDN 2 Pesawahan.

1.3Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian, maka pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1.3.1 Bagaimanakah perencanaan pengembangan kompetensi profesional guru dalam konteks manajemen kelas di SDN 2 Pesawahan?


(25)

1.3.2 Bagaimanakah pelaksanaan pengembangan kompetensi profesional guru dalam konteks manajemen kelas di SDN 2 Pesawahan?

1.3.3 Bagaimanakah evaluasi pengembangan kompetensi profesional guru dalam konteks manajemen kelas di SDN 2 Pesawahan?

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan:

1.4.1 Perencanaan pengembangan kompetensi profesional guru dalam konteks manajemen kelas di SDN 2 Pesawahan.

1.4.2 Pelaksanaan pengembangan kompetensi profesional guru dalam konteks manajemen kelas di SDN 2 Pesawahan.

1.4.3 Evaluasi pengembangan kompetensi profesional guru dalam konteks manajemen kelas di SDN 2 Pesawahan.

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis bagi pembaca.

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang analisis pengembangan kompetensi guru dalam konteks manajemen kelas.

1.5.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini sebagai berikut : 1.5.2.1 Bagi Kepala Sekolah


(26)

Memahami dan sebagai masukan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi manajemen kelas dalam pengembangan kompetensi profesional guru.

1.5.2.2 Bagi Guru

Meningkatkan pengetahuan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi mengenai pengembangan kompetensi profesional dalam upaya meningkatkan kemampuan manajemen kelas dalam mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagai guru.

1.6Definisi Istilah

1.6.1 Manajemen Kelas

Manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegitan-kegiatan yang kreatif dan terarah.

1.6.2 Kompetensi Profesional Guru

Kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan dan kecakapan yang harus dimiliki dan diperlukan oleh seorang guru agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional untuk mencapai tujuan pembelajaran dan tujuan pendidikan nasional.

1.6.3 Pengembangan Kompetensi Profesional Guru

Pengembangan kompetensi profesional adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan untuk meningkatkan profesionalitasnya dalam rangka menjalankan tugas dan profesinya.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

2.1 Kompetensi Profesional Guru

Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

Majid (2005:6) menjelaskan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru.

Muhaimin (2004:151) menjelaskan kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika.


(28)

Depdiknas (2004:7) merumuskan definisi kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.

Menurut Syah (2000:230), “kompetensi” adalah kemampuan, kecakapan, keadaan berwenang, atau memenuhi syarat menurut ketentuan hukum. Selanjutnya masih menurut Syah, dikemukakan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.

Berdasarkan pengertian kompetensi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam bidang pekerjaannya atau profesi yang digelutinya, sehingga membuahkan hasil yang maksimal dan berkualitas.

Pada perspektif kebijakan nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru, sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu: kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Guru diharapkan dapat menjalankan tugasnya secara profesional dengan memiliki dan menguasai keempat kompetensi tersebut.

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Peraturan Menteri Pendidikan No 16 Tahun 2007 menyebutkan bahwa standar kompetensi pedagogik guru terdiri dari (a) menguasai karakteristik siswa dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual,


(29)

(b) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (c) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu, (d) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, (e) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, (f) memfasilitasi pengembangan potensi siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, (g) berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun terhadap siswa, (h) menyelenggarakan penilaian juga evaluasi proses dan hasil belajar, (i) memanfaat-kan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, (j) melakumemanfaat-kan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Kompetensi kepribadian merupakan suatu masalah abstrak yang hanya dapat dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan dan cara berpakaian seseorang. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda. Kompetensi kepribadian merupakan suatu performansi pribadi (sifat-sifat) yang harus dimiliki seorang guru.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mulyasa (2003:118) bahwa kompetensi kepribadian adalah pribadi yang layak diteladani, memiliki sikap dan kemampuan memimpin yang demokratis serta mengayomi siswa. Seorang guru harus memiliki kepribadian yang: (a) mantap, (b) stabil, (c) dewasa, (d) arif, (e) berwibawa, (f) berakhlak mulia, dan (g) dapat menjadi tauladan.

Kompetensi profesional merupakan suatu kemampuan sesuai dengan keahliannya. Seorang guru harus menyampaikan sesuatu sesuai keahliannya kepada siswa dalam rangka menjalankan tugas dan profesinya. Seorang guru memiliki kompetensi profesional bila guru tersebut memiliki pengetahuan dan pemahaman dasar di bidangnya. Disiplin ilmu dasar yang harus diketahui dan dipahami oleh


(30)

seorang guru meliputi: (a) penguasaan bidang studi (materi) pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya untuk membimbing siswa dalam memenuhi kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan, dan (b) memilih juga mengembangkan kurikulum dan atau silabus sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.

Menurut Sowiyah (2010: 126-128) Kompetensi profesional secara lebih khusus dapat diartikan sebagai berikut: 1) memahami SNP, 2) mengembangkan KTSP, 3) menguasai materi pembelajaran, 4) mengelola program pembelajaran, 5) mengelola kelas, menggunakan media dan sumber pembelajaran, 6) menguasai landasan-landasan kependidikan, 7) memahami dan melaksnaakan pengembangan peserta didik, 8) memahami dan menyelnggarakan administrasi sekolah, 9) memahami penelitian dalam pembelajaran, 10) menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam pembelajaran, 11) mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan, 12) memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran individual.

Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”.

Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi profesional adalah berbagai kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru profesional. Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau keahlian dalam bidangnya yaitu penguasaan bahan yang harus diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggung jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya.

Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan profesional mencakup (1) penguasaan pelajaran yang terkini atas penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan bahan yang


(31)

diajarkan tersebut, (2) penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan, (3) penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru pada hakekatnya adalah seperangkat penguasaan kemampuan dan keahlian khusus yang harus ada pada seorang guru dalam bidangnya sehingga ia mampu menjalankan tugas dan fungsinya sebagai guru profesional.

2.1.1 Ruang Lingkup Kompetensi Profesional Guru

Ruang lingkup kompetensi profesional guru meliputi hal-hal sebagai berikut: a) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya; b) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik; c) Mampu ,menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggungjawabnya; d) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi; e) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan; f) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran; g) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik; h) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.

Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi profesional meliputi (1) pengembangan profesi, pemahaman wawasan, dan penguasaan bahan kajian akademik.Pengembangan profesi meliputi (1) mengikuti informasi perkembangan iptek yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah, (2) mengalihbahasakan buku pelajaran/karya ilmiah, (3) mengembangkan berbagai model pembelajaran, (4) menulis makalah, (5) menulis/menyusun diktat pelajaran,


(32)

(6) menulis buku pelajaran, (7) menulis modul, (8) menulis karya ilmiah, (9) melakukan penelitian ilmiah (action research), (10) menemukan teknologi tepat guna, (11) membuat alat peraga/media, (12) menciptakan karya seni, (13) mengikuti pelatihan terakreditasi, (14) mengikuti pendidikan kualifikasi, dan (15) mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.

Pemahaman wawasan meliputi (1) memahami visi dan misi, (2) memahami hubungan pendidikan dengan pengajaran, (3) memahami konsep pendidikan dasar dan menengah, (4) memahami fungsi sekolah, (5) mengidentifikasi permasalahan umum pendidikan dalam hal proses dan hasil belajar, (6) membangun sistem yang menunjukkan keterkaitan pendidikan dan luar sekolah.

Penguasaan bahan kajian akademik meliputi (1) memahami struktur pengetahuan, (2) menguasai substansi materi, (3) menguasai substansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan siswa. Berdasarkan uraian di atas, kompetensi profesional guru tercermin dari indikator (1) kemampuan penguasaan materi pelajaran, (2) kemampuan penelitian dan penyusunan karya ilmiah, (3) kemampuan pengembangan profesi, dan (4) pemahaman terhadap wawasan dan landasan pendidikan.

Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan, kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Pengembangan kompetensi profesional guru adalah upaya guru untuk meningkatkan profesionalisme diri agar memilki kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan perkembangan pengetahuan, teknologi, dan/atau seni.

Pengembangan kompetensi profesional guru merupakan bidang profesional yang mempergunakan pelaksanaan pengembangan untuk membawa karyawan, manager dan anggota organisasi lainnya ke arah yang lebih berkualitas, lebih produktif, serta memiliki kepuasan yang lebih tinggi. Pengembangan kompetensi profesional guru sebagai perencanaan dan upaya yang berkelanjutan dari manajemen untuk memperbaiki tingkat kompetensi karyawan dan kinerja organisasi. Pengembangan kompetensi profesional guru merupakan proses pengembangan atau keterampilan, pengetahuan dan sikap individu untuk memperbaiki kinerjanya saat ini maupun untuk masa depan.


(33)

Pengembangan kompetensi profesional guru yang dilakukan oleh lembaga pendidikan secara umum ditujukan untuk pertumbuhan kemampuan dirinya. Dengan pengembangan kompetensi profesional guru akan lebih terbuka, memiliki kemampuan dan keterampilan mengajar yang lebih baik, memiliki pengetahuan dan pengalaman yang kompleks, lebih manusiawi dan memiliki sikap kependidikan yang lebih baik pula. Pengembangan kompetensi profesional guru harus terus dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilannya sehingga dapat melaksanakan tugas secara lebih profesional. Hal ini, menunjukkan bahwa usaha-usaha yang dilakukan oleh lembaga pendidikan melalui program pelatihan adalah dalam rangka meningkatkan kompetensi tenaga kependidikan (guru) yang bermutu dan berkualitas melalui program in-service training.

Program pembinaan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru melalui pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan profesional kepada guru. Hal ini, secara umum bertujuan untuk memberikan bantuan dalam mengembangkan situasi belajar yang lebih baik.

Pada dasarnya program pengembangan kompetensi guru dapat dilakukan dalam tiga bentuk yaitu training, education, dan development. Perbedaan diantara ketiga bentuk program pengembangan SDM tersebut adalah training merupakan proses pembelajaran hubungannya dengan pekerjaan secara aktual yang sedang dilakukan individu saat itu.

Cara lain untuk mengembangkan kompetensi profesional guru di antaranya: a) Meningkatkan penguasaan materi pelajaran, pengetahuan proses belajar mengajar,


(34)

dan evaluasi belajar melalui: pelatihan, belajar mandiri, melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi; b) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan murid, dengan sesama guru, dengan TU, kepala sekolah, dan dengan warga masyarakat sekitar; c) Berlatih menampilkan perilaku sesuai dengan pribadi guru yang dikehendaki; d) Dapat juga dilakukan melalui optimalisasi peran kepala sekolah sebagai : educator, manajer, administrator, supervisor, leader, pencipta iklim kerja, dan wirausahawan; e) Selain oleh kepala sekolah peningkatan kompetensi guru juga dilakukan oleh pemerintah dalam bentuk sertifikasi guru, UU guru dan dosen, dll

2.2Manajemen Kelas

Manajemen kelas merupakan aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian utama oleh para calon guru, guru baru, dan bahkan guru yang telah berpengalaman. Karena calon guru, guru baru, dan guru yang telah berpengalaman berkeinginan agar para peserta didik dapat belajar dengan optimal. Dalam artian guru mampu menyampaikan bahan pelajaran dan dapat diterima oleh peserta didik dengan baik.

Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari kehari dan bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu berubah. Karena itu, kelas selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap mental, dan emosional siswa. Sebelum mengetahui lebih jauh apa itu manajemen kelas, disini akan dibahas terlebih dahulu istilah manajemen dan manajemen pendidikan, yang memang manajemen kelas adalah salah satu unsur yang terdapat dalam manajemen pendidikan.


(35)

Kata manajemen awalnya hanya sangat populer di dunia bisnis komersial. Di dunia pendidikan sendiri lebih dikenal dengan istilah administrasi. Karena itu, di lingkungan institusi pendidikan sangat populer istilah administrasi sekolah, administrasi pendidikan dan administrasi kelas. Jika ditilik proses kerja atau fungsi organiknya, administrasi dan manajemen boleh dikatakan sama. Meskipun ada para ahli yang mengatakan bahwa manajemen merupakan inti dari kegiatan atau proses administrasi. Kini, kata manajemen semakin populer disemua bidang, baik bidang bisnis, pemerintah, maupun pendidikan.

Menurut Arikunto 2008 Manajemen pendidikan merupakan suatu cabang ilmu yang usianya relatif lebih muda sehingga tidaklah aneh apabila banyak yang belum mengenal. Manajemen pendidikan itu sendiri adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerja sama sekelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan efisien.

Di dalam manajemen pendidikan sendiri terdapat beberapa ruang lingkup dan unsur-unsur di antaranya: manajemen siswa, manajemen kurikulum, manajemen personil, manajemen sarana dan prasarana, manajemen pembiayaan, manajemen tata laksana pendidikan, manajemen humas pendidikan, manajemen kelas dan lain sebagainya. Dengan demikian, manajemen kelas tidak bisa terlepas dari pembahasan manajemen pendidikan.


(36)

2.2.1 Teori Manajemen Kelas

Maju tidaknya dunia pendidikan tentu tidak bisa dilepaskan dari peran guru. Namun, peran guru di sini bukan sekedar aktivitas mengajarkan materi pelajaran kepada siswa. Perlu diperhatikan juga bagaimana cara mengajar yang efektif dan baik. Antara kemampuan mengajar dan kemampuan memanajemen kelas yang baik, keduanya merupakan dua faktor yang tidak bisa dipisahkan.

Keberhasilan seseorang siswa dalam menangkap dan memahami mata pelajaran yang mereka pelajari sungguh sangat ditentukan oleh suasana kelas yang kondusif, dimana hal ini membutuhkan kecakapan para guru dalam mengelola dan menatanya. Oleh sebab itu, sangat penting bagi para guru untuk memahami strategi memanajemen kelas dengan baik.

Pembelajaran yang efektif merupakan keinginan yang hendak dicapai oleh pendidik. Untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dilakukan dengan menciptakan dan mengelola kelas yang menyenangkan bagi anak. Untuk itu praktik pembelajaran hendaknya berorientasi pada perkembangan anak, serta karakteristik peserta didik sehingga proses pembelajaran memberikan dampak positif bagi perkembangan anak.

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Kata pengelolaan diartikan “Manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu “Management” yaitu ketatalaksanaan dan tata pimpinan Djamarah (2002 : 96)


(37)

Mulyadi (2009 : 2) Manajemen kelas berasal dari dua kata, yaitu manajemen dan kelas. Manajemen berasal dari kata bahasa inggris yaitu management, yang diterjemahkan pula menjadi pengelolaan, berarti proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran

Sementara yang dimaksud kelas adalah suatu kelompok manusia yang melakukan belajar bersama dengan mendapat pengajaran dari seorang guru. Sebagian pengamat yang lain mengartikan kelas menjadi dua pemaknaan. Pertama, kelas dalam arti sempit, yaitu berupa ruangan khusus, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam hal ini mengandung sifat-sifat statis, karena sekedar menunjuk pada adanya pengelompokan siswa berdasarkan batas umur kronologis masing-masing. Kedua, kelas dalam arti luas, yaitu suatu masyarakat kecil yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar secara kreatif untuk mencapai tujuan. Rusydi (2011 : 25)

Di atas disebutkan bahwa kelas adalah unit terkecil. Benar bahwa dalam pelaksanaan belajar, guru kadang-kadang masih membagi kelas menjadi kelompok belajar atau kelompok kegiatan, tetapi secara administratif resmi, kelaslah yang merupakan unit terkecil.

Menurut Hamiseno (2009) kelas adalah ruangan yang digunakan untuk proses belajar mengajar yang efektif dan menguntungkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan.

Kelas merupakan taman belajar bagi siswa. Kelas adalah tempat bagi para siswa untuk tumbuh dan berkembangnya potensi intelektual dan omosional. Mengingat kelas hendaknya dimanajemen sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan belajar yang nyaman dan menyenangkan.

Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekadar menunjuk


(38)

pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangan yang antara lain didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing. Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan merupakan bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai suatu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan (Djamarah, 2006:176)

Pengelolaan kelas adalah usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengsajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, perwujudan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan tercapainya tujuan pembelajaran.

Rusydie (2011:23-24) Manajemen kelas merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengatur agar proses belajar mengajar dapat berjalan sistematis.

Usaha sadar itu mengarah pada persiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi dan kondisi proses belajar mengajar, dan pengaturan waktu, sehingga proses belajar mengajar berjalan dngan baik dan tujuan kurikulum dapat tercapai.

Dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas adalah segala usaha yang dilakukan untuk mewujudkan terciptanya suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan. Atau dapat dikatakan suatu upaya mendayagunakan potensi kelas yang seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.


(39)

Rusydie (2011:26) Manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan.

Manajemen kelas pada dasarnya adalah fasilitas bagi peserta didik saat proses pembelajaran di dalam kelas. Dengan manajemen kelas yang baik, maka peserta didik dapat belajar sesuai dengan latar belakang sosial, emosional, dan intelektual mereka. Oleh karena itu, manajemen kelas bertujuan untuk membantu peserta didik belajar sesuai potensi dan kemampuan yang dimilikinya.

Rachman (2000: 13) Manajemen kelas merupakan suatu proses atau upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru) untuk menciptakan dan memelihara kondisi yang kondusif dan optimal bagi terselenggaranya kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Merujuk pada definisi di atas, manajemen kelas dapat didefinisikan sebagai proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan oleh guru baik individu maupun melalui orang lain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien, dengan cara memanfaatkan segala sumber daya yang ada.

Jadi manajemen kelas adalah ketrampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar siswa yang optimal dan mengembalikanya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran dengan memanfaatkan sumber daya yang ada yang meliputi pengelolaan siswa dan fasilitas untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.


(40)

Burhanuddin (2003: 45) Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.

Sedangkan menurut Sudirman dalam Djamarah (2006:177) Pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas. Ditambahkan lagi oleh Nawawi dalam Djamarah (2006:177) ”Manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah .”

Manajemen kelas merupakan keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal. Penciptaan kondisi belajar yang nyaman akan mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan terarah. Dengan demikian cita-cita pendidikan dapat tercapai demi terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas.

Arikunto dalam Djamarah (2006:177) juga berpendapat “ bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar yang seperti diharapkan.”

Pengelolaan dapat dilihat dari dua segi, yaitu pengelolaan yang menyangkut siswa dan pengelolaan fisik (ruangan, perabot, alat pelajaran).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen kelas adalah segala usaha yang dilakukan oleh seorang guru untuk mewujudkan kondisi pembelajaran yang efektif dan efisien serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik.


(41)

Jadi Manajemen kelas merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengatur agar proses pembelajaran dapat berjalan secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada persiapan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi dan kondisi proses pembelajaran, dan pengaturan waktu, sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikulum dapat tercapai.

2.2.2 Prinsip-prinsip Manajemen Kelas

Rohani (2010: 147) betapapun seorang guru sudah dapat memahami dengan baik perihal definisi manajemen kelas, namun hal itu tidak selalu menjamin mereka dapat mengelola kelas secara efektif. Sebab, dalam manajemen kelas terdapat prinsip-prinsip mendasar yang juga harus dipahami dengan baik oleh para guru.

Secara umum, kondusif tidaknya suatu kelas sangat dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa. kedua faktor ini penting diperhatikan oleh guru agar mereka dapat mengetahui akar dari berbagai persoalan yang setiap saat bisa muncul di kelas.

Menururt Rusydie (2011: 33-35) Agar manajemen kelas dapat diterapkan dengan baik, penting bagi para guru untuk dapat memahami beberapa prinsip dasar tentang manajemen kelas. Prinsip-prinsip dasar ini sangat dibutuhkan guna memperkecil timbulnya masalah atau gangguan dalam mengelola kelas tersebut, antara lain sebagai berikut: 1) guru harus hangat dan antusias; 2) guru harus mampu memberikan tantangan; 3) guru harus mampu bersikap luwes; 4) beri penekanan pada hal positif; 5) penanaman disiplin diri.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa agar kelas dapat dikelola dengan baik, maka seorang guru harus menjalin hubungan hangat dengan siswa-siswanya sehingga proses pembelajaran menjadi menyenangkan. Selain


(42)

memiliki kehangatan, seorang guru juga harus antusias/perhatian terhadap kemajuan siswa, hal ini bertujuan untuk mewujudkan suasana pembelajaran yang berkualitas.

Manajemen kelas adalah suatu keterampilan yang memungkinkan guru mengajar dan siswa belajar. Tanpa pengelolaan dan pengaturan yang efektif, maka proses belajar terganggu, dan guru kembali menertibkan dan kadang-kadang mencerca siswa yang mengganggu selama pengajaran.

Kemampuan seorang guru dalam memberikan tantangan pada siswanya dapat meningkatkan antusiasisme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Sikap luwes antara seorang guru dan siswa dapat menumbuhkan rasa saling menghormati dan menghargai.

Pada proses pembelajaran guru harus menekankan pada hal-hal positif dan menghindari hal-hal negatif. Tujuan akhir dari manajemen kelas adalah mengembangkan sikap disiplin siswa dengan cara memberikan tauladan yang baik. Jika prinsip-prinsip manajemen kelas tersebut dapat dilaksanakan dengan optimal maka akan menjadikan suasana pembelajaran dalam kelas selalu terjaga dengan baik.

2.2.3 Fungsi Manajemen Kelas

Adapun kegiatan manajemen kelas dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (1) yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat fisik, dan (2) yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat non-fisik. Kedua hal tersebut perlu dikelola secara baik


(43)

dalam rangka menghasilkan suasana yang kondusif bagi terciptanya pembelajaran yang baik pula.

Hal-hal fisik yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas mencakup ; pengaturan ruang belajar dan perabot kelas, serta pengaturan peserta didik dalam belajar. Sedangkan hal-hal yang bersifat non-fisik lebih memfokuskan pada aspek interaksi peserta didik dengan peserta didik lainnya, peserta didik dengan guru dan lingkungan kelas maupun kondisi kelas menjelang, selama, dan akhir pembelajaran. Atas dasar inilah, maka hal-hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas adalah aspek psikologis, sosial dan hubungan interpersonal menjadi sangat dominan.

Guru membutuhkan keterampilan yang sama seperti ahli teknik. Guru kelas mengatur sejumlah tugas secara rinci selama mengajar setiap hari. Berikut adalah sampel yang hanya mewakili dari beberapa kegiatan utama yang dilakukan guru setiap hari : Merencanakan dan mempersiapkan pengajaran, melanjutkan interaksi dengan siswa. melaksanakan pengajaran, menggerakkan siswa melalui kegiatan yang berbeda, mengembangkan tata tertib, menciptakan lingkungan untuk belajar, termasuk mendisiplinkan siswa yang mengganggu dalam proses belajar, mengorganisasi waktu dan materi pelajaran, membuat tes dan melakukan penilaian.

Tindakan-tindakan yang perlu dilakukan guru dalam menciptakan kondisi kelas adalah melakukan komunikasi dan hubungan interpersonal antara guru dengan siswa secara timbal balik dan efektif, selain melakukan perencanaan atau persiapan mengajar. Guru sebagai pengelola kelas merupakan orang yang


(44)

mempunyai peranan yang strategis yaitu orang yang merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di kelas, orang yang akan mengimplementasikan kegiatan yang direncanakan dengan subjek dan objek peserta didik, orang menentukan dan mengambil keputusan dengan strategi yang akan digunakan dengan berbagai kegiatan di kelas, dan guru pula yang akan menentukan alternatif solusi untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang muncul.

Dalam pelaksanaannya fungsi manajemen tersebut harus disesuaikan dengan filosofis pendidikan (belajar, mengajar) di dalam kelas.

Fungsi pengelolaan kelas meliputi: 1. Merencanakan

Fungsi dari manajemen kelas sendiri sebenarnya merupakan penerapan fungsi-fungsi manajemen yang di aplikasikan di dalam kelas oleh guru untuk mendukung tujuan belajar yang hendak dicapainya.

Menurut G.R Terry dalam Hasibuan (2004 : 92) perencanaan adalah memilih dan menghubungkan fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Menurut Nawawi (2005 : 53) Esensi perencanaan sebagai fungsi manajemen adalah pengambilan keputusan dengan memilah dan memilih alternatif kegiatan yang akan atau tidak dilaksanakan, agar usaha mencapai tujuan organisasi berlangsung secara efektif dan efisien.


(45)

Merencanakan berarti guru menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan, menentukan alat apa yang sesuai dengan kegiatan yang telah direncanakan. Mengalokasikan waktu yang akan dipergunakan serta memperkirakan dan mengantisipasi hal yang akan terjadi di dalam kelas.

2. Mengorganisasikan

Menurut Mulyono (2005 : 27) Mengorganisasikan adalah menyusun hubungan perilaku yang efektif antar personal, sehingga mereka dapat bekerja secara efisien dan memperoleh keputusan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas dalam situasi lingkungan yang ada guna mencapai tujuan dan sasaran tertentu.

Mengorganisasikan dimaksudkan agar guru bisa melaksanakan pembelajaran dengan baik, serta mengkondisikan situasi kelas yang efektif bagi peserta didik di dalam kelas.

Kelas yang baik merupakan lingkungan belajar yang bersifat menantang dan merangsang anak untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan kepada anak dalam mencapai tujuan belajarnya. Selain itu kelas sebagai wadah tempat belajar bagi anak harus di desain sedemikian rupa sehingga memberikan kebebasan kepada anak untuk melakukan aktivitas belajar, berinteraksi dengan teman, belajar dengan penuh rasa senang dan gembira.

Peran guru dalam pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas. Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha


(46)

membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran.

Tugas guru disini adalah menciptakan, memperbaiki, dan memelihara situasi kelas yang cerdas. Situasi yang cerdas itulah yang mendukung siswa untuk mengukur, mengembangkan dan memelihara stabilitas kemampuan, bakat, minat, dan energi yang dimilikinya untuk menjalankan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran.

3. Mengawasi

Pengawasan menurut Sagala (2007 : 65) pengawasan adalah fungsi administratif yang setiap administrator memastikan bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan yang dikehendaki.

Mengawasi (controling), adalah pekerjaan seorang guru untuk menentukan apakah fungsinya dalam mengorganisasikan dan memimpin di atas telah berhasil dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan. Jika tujuan belum dapat diwujudkan, maka guru harus menilai dan mengatur kembali situasi pembelajarannya bukan mengubah tujuan.

Oleh karena itu Pengelolaan Kelas merupakan proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien, yang berorientasi pada perkembangan anak. Secara lebih khusus, kegiatan pengelolaan kelas yang dilakukan guru hendaknya didasarkan atas pemahaman terhadap konsep belajar.


(47)

Manajemen kelas, selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal, pelaksanaan manajemen kelas berfungsi: 1) memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas, 2) memelihara agar tugas-tugas itu dapat berjalan lancar.

Oleh karena itu bahwa peran guru tidak hanya sebatas pada proses pembelajaran saja, akan tetapi peran guru berkaitan dengan kompetensi guru, bahwa guru mempunyai delapan peran lainnya yang tentu saja berkaitan dengan proses pembelajaran itu sendiri, antara lain peran guru adalah untuk melakukan diagnosis terhadap perilaku siswa, guru membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP), guru melaksanakan proses pembelajaran, guru sebagai administrasi sekolah, guru sebagai komunikator, guru mampu mengembangkan keterampilan diri, guru dapat mengembangkan potensi anak (guru sebagai demonstrator dan guru sebagai pengelola kelas) dan guru sebagai pengembang kurikulum sekolah.

Menurut Burhanuddin dkk (2003 : 45) bahwa manajemen kelas dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu manajemen kelas yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat fisik mencakup pengaturan ruang belajar dan perabot kelas, dan manajemen kelas yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat non fisik yaitu pengaturan siswa dalam belajar.

Berdasarkan pendapat diatas bahwa pelaksanaan manajemen kelas mencakup pengaturan ruang belajar dan perabot kelas hendaknya memperhatikan bentuk dan ruang kelas, bentuk dan ukuran meja dan kursi siswa, jumlah siswa dalam suatu kelas akan turut mewarnai dinamika kelas itu, semakin banyak siswa yang ada di dalam suatu kelas, maka kemungkinan besar akan semakin sering terjadi konflik


(48)

antarsiswa. Kemudian, hal-hal yang diperhatikan guru dalam mengatur siswa dalam proses pembelajaran mencakup siapa yang menyusun anggota kelompok, kriteria pengelompokan, dan dinamika kelompok.

Dari beberapa defenisi di atas akan penulis tegaskan kembali bahwa manajemen kelas merupakan hal yang berbeda dengan manajemen pembelajaran. Akan tetapi memiliki kaitan yang erat, pengelolaan kelas lebih ditekankan pada aspek pengaturan lingkungan pembelajaran, sementara pengelolaan pembelajaran menekankan pada aspek mengelola atau memproses materi pelajaran. Pada akhirnya dari kedua aktivitas tersebut, keduanya dilakukan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang sama yaitu tujuan pembelajaran.

Adapun syarat-syarat kelas yang baik (a) rapi, bersih, sehat, tidak lembab, (b) cukup cahaya yang meneranginya, (c) sirkulasi udara cukup, (d) perabot dalam keadaan baik, cukup jumlah dan ditata dengan rapi, dan (e) jumlah siswa tidak lebih dari 40 orang.

Menurut Hammond (2005:341) mengungkapkan bahwa terdapat penelitian yang dilakukan oleh para ahli yang menunjukkan suasana kebersamaan antara guru dan murid di dalam pelaksanaan manajemen kelas dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, sebagaimana dinyatakannya ada 6 faktor penting dalam pelaksanaan manajemen kelas yaitu:

1. The physical setting of the classroom 2. Transition in and out of the room 3. Prosedures during groupwork

4. General procedures such as distributing materials or being on the playground

5. Procedures spesific to particulare classroom routines, such as attendance or puting homework on the board


(49)

6. Procedures or routines associated with students-initiated and teacher-lead instruction

Berdasarkan pendapat di atas, dikemukakan bahwa ada 6 faktor yang penting dalam pelaksanaan manajemen kelas, yaitu : (1) pengaturan fisik kelas, (2) transisi keluar dan masuk kelas, (3) prosedur kerjasama/teamwork, (4) prosedur pendistribusian materi atau penggunaan halaman bermaian, (5) prosedur khusus untuk kegiatan rutin seperti kehadiran, pengumpulan pekerjaan rumah, (6) prosedur atau rutinitas yang berhubungan dengan kreativitas siswa dan pembelajaran.

Agar tercipta suasana belajar yang menggairahkan, perlu diperhatikan pengaturan dan penataan ruang kelas/belajar. Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu siswa dalam belajar. Dalam masalah pengaturan tempat duduk, pengaturan alat-alat pengajaran, penataan keindahan dan keberhasilan kelas, ventilasi serta cahaya. Pengaturan tempat duduk, dalam belajar tempat duduk sangatlah berpengaruh. Bila tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, sesuai dengan keadaan tubuh siswa, maka akan dapat belajar dengan tenang. (Harsanto, 2007 : 55)

Menata Perabot Kelas Ahmad (2004:19) menyatakan “ perabot kelas adalah segala sesuatu perlengkapan yang harus ada dan diperlukan kelas”

Menurut Djauzak Ahmad (2004:20) perabot kelas meliputi : (a) papan tulis, (b) meja kursi guru, (c) meja kursi peserta didik, (d) almari kelas, (e) jadwal pelajaran, (f) papan absensi, (g) daftar piket kelas, (h) kalender pendidikan, (i) gambar-gambar, (j) tempat cuci tangan, (k) tempat sampah, (l) sapu dan alat pembersih lainnya, dan (m) gambar-gambar alat peraga.


(50)

Dari pendapat di atas dapat diuraikan sebagai berikut: Papan tulis harus cukup besar dan permukaan dasarnya harus rata. Warna dasar papan tulis yang mulai menipis atau belang harus segera di cat ulang. Papan tulis harus ditempatkan di depan dan cukup cahaya. Penempatannya tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, sehingga peserta didik yang duduk dibelakang masih melihat atau membaca tulisan yang paling bawah b. Meja kursi guru ukurannya disesuaikan dengan standart yang ada, meja guru berlaci dan ada kuncinya, meja kursi guru ditempatkan di tempat strategis, misalnya di kanan atau di kiri papan tulis, supaya tidak menghalangi pandangan peserta didik ke papan tulis. c. Meja kursi peserta didik ditata sedemikian rupa sehinggga dapat menciptakan kondidsi kelas yang menyenangkan, ukuran meja dan kursi disesuaikan dengan ukuran badan peserta didik dan dilengkapi dengan tempat tas atau buku. d. Alamari kelas dapat ditempatkan di samping papan tulis atau sebelah kiri atau kanan dinding bisa juga diletakkan di sebelah meja guru. e. Jadwal pelajaran ditempatkan di tempat yang mudah dilihat. f. Papan absensi ditempatkan di sebelah papan tulis atau di dinding samping kelas. Guru juga harus memiliki catatan daftar hadir peserta didik di buku khusus, karena daftar hadir di papan diganti setiap hari sesuai keadaan. g. Daftar piket kelas ditempatkan di samping papan absensi. h. Kalender pendidikan ditempel pada tempat yang mudah dilihat. i. Gambar Presiden, Wakil Presiden, dan lambang burung Garuda Pancasila ditempatkan di depan kelas di atas papan tulis, posisi penempatannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. j. Tempat cuci tangan dan lap tangan diletakkan di depan kelas dekat pintu masuk. Tempat sampah diletakkan di sudut kelas. Besar kecilnya tempat sampah disesuaikan dengan kebutuhan.


(51)

Penyusunan tempat duduk hendaklah bersifat fleksibel, artinya dapat dengan mudah diubah sesui dengan kebutuhan dalam proses pembelajaran. Untuk diskusi misalnya tempat duduk hendaknya dibuat lingakaran atau setengah lingkaran sehingga suasana demokratis dapat dihayati (Mulyadi, 2009 : 28)

Pengaturan tempat duduk siswa dikelas tidaklah netral, Pengaturan sangat berpengaruh dari bagi para siswa interaksi antar mereka dan interaksi dengan guru. Hal ini berarti bahwa pengaturan tempat duduk siswa memberi dampak dalam proses pembelajaran. Pengaturan tempat duduk siswa sering dipandang oleh beberapa guru dianggap remeh, serta tidak berpengaruh terhadap kehidupan dan dinamika kelas. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan dapat disimpulkan bahwa tataletak tempat duduk siswa dalam kelas formal dalam sekolah umumnya berbentuk format kolom dan baris (format KB). Tanpa kita sadari format tempat duduk siswa sebenarnya mempengaruhi pola interaksi siswa, padahal intensitas interaksi antara guru dan siswa, siswa dan siswa dapat mempengaruhi hasil belajar.

Format tempat duduk siswa sebaiknya dibuat luwes sehingga dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan dan persyaratan pembelajaran. Apabila guru memilih teknik diskusi sejumlah format posisi tempat duduk siswa dapat dikembangkan, antara lain format U, lingkaran besar, lingkaran kecil, kotak besar atau kotak kecil. Harus kita akui bahwa ragam format tempat duduk siswa dapat membuahkan hasil positif. (Harsanto, 2007 : 62)

Keributan dikelas yang dapat mengganggu iklim belajar mengajar biasanya berkembang dari hal-hal kecil. Penciptaan iklim kelas merupakan usaha guru


(52)

untuk menciptakan suasana kelas yang serasi dan bebas dari gangguan sehingga anak merasa aman dan senang untuk belajar.

Dengan demikian fungsi manajemen kelas adalah sebagai faktor yang dapat menciptakan dan memelihara proses belajar mengajar yang efektif sehingga siswa dapat belajar dengan maksimal.

2.2.4 Tujuan Manajemen Kelas

Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung pada tujuan pendidikan dan secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa sehingga subjek didik terhindar dari permasalah mengganggu seperti siswa mengantuk, enggan mengerjakan tugas, terlambat masuk kelas, mengajukan pertanyaan aneh dan lain sebagainya.

Mulyadi (2009 : 5) Tujuan pengelolaan kelas adalah : mewujudkan situasi dan kondisi kelas sebagai lingkungan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mereka secara maksimal, menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran, menyediakan dan mengatur fasilitas media pembelajaran yang mendukung dan memungkinkan peserta didik belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual mereka dalam kelas, membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan sifat-sifat individunya.

Tujuan pengelolaan kelas menurut Sudirman (dalam Djamarah 2006) pada hakikatnya terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar peserta didik dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan peserta didik belajar dan bekerja. Terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada peserta didik.


(53)

Sedangkan Arikunto (dalam Djamarah 2006) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisian.

Sebagai sebuah indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah apabila: a) Setiap peserta didik terus bekerja, tidak macet artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu ada tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan padanya; b) setiap peserta didik terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu artinya setiap peserta didik akan bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas yang diberikan padanya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan, menciptakan dan memelihara kondisi yang optimal di dalam kelas sehingga peserta didik dapat belajar dan bekerja dengan baik. Selain itu juga guru dapat mengembangkan dan menggunakan alat bantu belajar yang digunakan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat membantu peserta didik dalam mencapai hasil belajar yang diinginkan. Tujuan pengelolaan kelas yaitu menciptakan dan menjaga kondisi kelas agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan sasarannya.

Artinya upaya yang dilakukan oleh guru, agar siswa-siswa yang kemampuannya tidak semuanya sama, dapat mengikuti dan menguasai materi pelajaran yang diajarkan guru.


(54)

2.2.5 Komponen Manajemen Kelas

Komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif) dan keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.

Djamarah (2006). Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal terdiri dari keterampilan sikap tanggap, membagi perhatian, pemusatan perhatian kelompok. Keterampilan suka tanggap ini dapat dilakukan dengan cara memandang secara seksama, gerakan mendekat, memberi pertanyaan, dan memberi reaksi terhadap gangguan dan kekacauan.

Keterampilan yang termasuk ke dalam keterampilan memberi perhatian adalah visual dan verbal. Tetapi memberi tanda, penghentian jawaban, pengarahan dan petunjuk yang jelas, penghentian penguatan, kelancaran dan percepatan, merupakan sub bagian dari keterampilan pemusatan perhatian kelompok. Masalah modifikasi tingkah laku, pendekatan pemecahan masalah kelompok, dan menemukan serta memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah, adalah tiga buah strategi yang termasuk ke dalam ruang lingkup keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.

Manajemen kelas merupakan kegiatan guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif. Tindakan tersebut dapat berupa tindakan pencegahan (preventif) dan tindakan korektif. Tindakan


(55)

korektif terbagi menjadi dua, yaitu dimensi tindakan dan tindakan penyembuhan (kuratif).

Tindakan manajemen kelas adalah tindakan yang dilakukan oleh guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses pembelajaran berlangsung efektif. Tindakan guru tersebut dapat berupa tindakan pencegahan (preventif) yaitu dengan jalan menyediakan kondisi fisik maupun kondisi sosio-emosional sehingga terasa benar oleh peserta didik rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar. Tindakan lain dapat berupa tindakan korektif terhadap tingkah laku peserta didik yang menyimpang dan merusak kondisi optimal bagi proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.

Tindakan yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang menyimpang yang mengganggu kondisi optimal berlangsungnya pembelajaran. Keberhasilan dalam tindakan pencegahan merupakan salah satu indikator keberhasilan manajemen kelas. Konsekuansinya guru harus mampu mengelola kelas secara efektif dan efisien dalam jangak pendek maupun jangka panjang.

Menurut Ekosiswoyo (2000) usaha yang bersifat pencegahan (kuratif) antara lain langkah-langkah pencegahannya adalah sebagai berikut :

a) Peningkatan kesadaran diri sebagai guru

Hal ini merupakan langkah yang strategis dan mendasar. Karena dengan dimilikinya kesadaran ini akan meningkatkan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki yang merupakan modal besar bagi guru dalam melaksanakan tugasnya. Implikasinya akan tampak pada sikap guru yang demokratis, stabil, harmonis dan


(56)

berwibawa. Penampakan hal seperti ini akan menimbulkan reaksi positif dari peserta didik.

b) Peningkatan kesadaran diri peserta didik

Interaksi positif akan terjalin jika kesadaran guru dan kesadaran peserta didik sudah tercipta. Kurangnya kesadaran peserta didik akan memicu tindakan yang mengganggu kondisi optimal kegiatan pembelajaran.

Hal yang harus dilakukan dalam meningkatkan kesadaran peserta didik adalah memberitahukan akan hak dan kewajibannya sebagai peserta didik, memperhatikan kebutuhan, keinginan dan dorongan para peserta didik, menciptakan suasan saling pengertian, saling menghormati dan rasa keterbukaan antara guru dan peserta didik.

c) Sikap polos dan tulus dari guru

Seorang guru hendaknya bersikap polos dan tulus terhadap peserta didiknya. Hal ini agar dalam setiap tindakannya guru tidak terkesan berpura-pura. Sikap polos dan tulus ini sangat membantu dalam mengelola kelas. Guru dan kepribadiannya akan sangat mempengaruhi lingkungan belajar, karena tingkah laku, cara menyikapi dan tindakan guru merupakan stimulus yang akan direspon oleh peserta didik.

d) Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan

Langkah-langkah yang harus ditempuh antara lain, melakukan identifikasi terhadap berbagai penyimpangan tingkah laku peserta didik baik secara individual atau kelompok, mengenal berbagai pendekatan dalam manajemen kelas, dan mempelajari pengalaman guru-guru lainnya yang gagal atau berhasil sehingga


(57)

dirinya memiliki alternatif yang bervariasi dalam menangani berabagi manajemen kelas.

e) Menciptakan kontrak sosial

Penciptaan kontrak sosial erat hubungannya dengan “standar tingkah laku” yang diharapkan dapat memberi gambaran mengenai fasilitas beserta keterbatasannya dalam memenuhi kebutuhan peserta didik. Hal ini mengingat norma atau nilai yang ada datangnya dari atas dan bersifat satu pihak dan memungkinkan timbulnya kecendrungan untuk dilanggar. Untuk itu, diperlukannya adanya pengelolaan kelas yang perumusannya berupa tata tertib yang dibicarakan bersama peserta didik dan kemudian disetujui oleh guru dan peserta didik itu sendiri. Jika siswa tidak ikut serta dilibatkan dalam pembuatan kontra sosial atau tata tertib tersebut dikhawatirkan siswa akan bertindak sekehendak siswa karena merasa tidak ikut membuat peratuaran yang ada.

Sedangkan usaha yang bersifat penyembuhan (Kuratif), adapun langkah-langkah tindakan penyembuhannya, antara lain:

a) Mengidentifikasi masalah

Pada langkah ini guru mengenal atau mengetahui masalah-masalah pengelolaan kelas yang timbul dalam kelas. Bedasar masalah tersebut guru dapat mengidentifikasi jenis penyimpangan sekaligus mengetahui latar belakang yang membuat peserta didik melakukan penyimpangan tersebut.


(58)

Disini guru menganalisi penyimpangan peserta didik dan menyimpulkan latar belakang dan sumber-sumber dari penyimpangan itu. Selanjutnya menentukan alternatif-alternatif penanggulangannya.

c) Menilai alternatif-alternatif pemecahan

Pada langkah ini guru menilai dan memilih alternatif pemecahan masalah yang dianggap tepat dalam menanggulangi masalah.

d) Mendapatkan balikan

Tahap yang terakhir guru bertindak sebagai monitoring, dengan tujuan untuk menilai keampuhan pelaksanaan dari alternatif pemecahan yang dipilih untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini dapat ditempuh dengan cara melakukan sharing dengan peserta didik.

2.2.6 PERAN GURU DALAM MANAJEMEN KELAS

Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.

Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b)


(1)

115

silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, persiapan pembelajaran, dan penggunaan serta pengembangan media pembelajaran dan alat peraga.

2. Pelaksanaan pengembangan kompetensi profesional guru dalam konteks manajemen kelas di SDN 2 Pesawahan Teluk Betung Selatan sudah dilakukan dengan sangat baik, pelaksanaannya meliputi pengaturan fisik kelas yang kondusif ditekankan pada aspek pengaturan (manajemen) lingkungan pembelajaran, penciptaan transisi masuk dan keluar kelas yang tertib dengan cara membiasakan siswa berbaris di depan kelas sebelum masuk ke dalam kelas, dan membiasakan berdoa sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran serta bersalaman dengan guru dan membiasakan siswa duduk dengan rapi ketika akan keluar kelas, menciptakan suasana kerjasama antar siswa dengan suatu harapan dapat melahirkan suatu pengalaman belajar yang lebih baik, pendistribusian materi yang baik dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode pembelajaran, melaksanakan prosedur pembelajaran dalam pembelajaran kelompok, individual maupun klasikal, menjalin hubungan yang baik antara guru dengan siswa atau peserta didik sehingga mendorong siswa untuk rajin belajar. Penerapan manajemen kelas menggunakan prinsip luwes, antusias dan hangat yang terjalin antara guru dan siswa. Manajemen kelas di SDN 2 Pesawahan Teluk Betung Selatan menggunakan dua tindakan yaitu tindakan pencegahan/preventif dan tindakan korektif.

3. Evaluasi pengembangan kompetensi profesional guru dalam konteks manajemen kelas di SDN 2 Pesawahan Teluk Betung Selatan meliputi evaluasi penilaian dan analisis penilaian pembelajaran yang dilakukan menggunakan berbagai jenis alat penilaian.


(2)

4. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapat model modifikasi prinsip-prinsip manajemen kelas yang dominan di SDN 2 Pesawahan Teluk Betung Selatan. Prinsip manajemen kelas yang paling dominan diantaranya pengaturan fisik kelas, pendistribusian materi, prosedur kerjasama, kegiatan rutin di kelas, transisi keluar masuk kelas, dan hubungan kreativitas siswa.

5.2 Implikasi

Implikasi dapat dirumuskan berdasarkan temuan-temuan penelitian yang merupakan konsekuensi logis untuk mencapai pengembangan profesional guru dalam konteks manajemen kelas dengan maksimal. Penelitian ini mengambil fokus analisis pengembangan kompetensi profesional guru dilihat dari konteks pelaksanaan manajemen kelas. Kepala sekolah dan guru telah memahami pengembangan kompetensi profesional dan telah melaksanakan prinsip-prinsip manajemen kelas.

Hasil penelitian ini memberikan kontribusi teoritik dan praktis terhadap pengembangan kompetensi profesional guru dalam konteks manajemen kelas. Kontribusi yang dimaksud adalah sebagai berikut :

5.2.1 Dapat dijadikan sebagai pedoman satuan pendidikan yang lain dalam melaksanakan manajemen kelas.

5.2.2 Memberikan sumbangan pengetahuan tentang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pengembangan kompetensi guru dalam konteks manajemen kelas.


(3)

117

5.3 Saran

Berdasarkan temuan penelitian dan simpulan hasil penelitian, penulis menyarankan kepada pengelola dan pelaku pendidikan agar dapat meningkatkan dan mengoptimalkan pengembangan kompetensi profesional guru. Secara khusus dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Kepala sekolah diharapkan lebih aktif memberikan motivasi kepada guru dalam hal pengembangan kompetensi profesional, agar dapat meningkatkan semangat guru terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan manajemen kelas.

2. Sebagai seorang guru, berusaha semaksimal mungkin dalam pengembangan kompetensi dengan tujuan memahami pengembangan kompetensi profesional dalam konteks manajemen kelas, melakukan prinsip-prinsip di dalam manajemen kelas sehingga dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dirinya menjadi guru profesional sehingga mutu pendidikan yang diharapkan dapat tercapai dan berkualitas.


(4)

Anwar, Moch. Idochi. 2003. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya

Pendidikan.Bandung: Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Pengajaran Secara Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Burhannudin. 2003. Manajemen Pendidikan. Malang: Universitas Negeri Malang Depdiknas. 2003. Pedoman Administrasi Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Pendidikan

TK dan SD.Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Djamarah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Ekosiswoyo, Rasdi, Maman Rachman, 2002. Manajemen Kelas. CV. IKIP Semarang Press; Semarang

Hadari Nawawi. 2005. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta: Gunung Agung.

Hasibuan dan Moedjiono. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Darling-Hammond, Linda dan Bransford J, 2005:341, Preparing Teachers for

Changing World: what teachers should leasrn and be able to do,

Jossey-Bass, Sanfrancisco.

Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Miles, B.M.& Huberman, M.A. 1992. Analisis Data Kualitatif. Penerjemah Rohani, R.T. Jakarta: Universitas Indonesia

Moleong, Lexy. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyadi. 2009. Classroom Management. Malang : UIN Malang Press

Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan


(5)

119

Mulyasa, E. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung, PT Rosda Karya

Mulyono, 2009. Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, Jogjakarta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 16 Tahun 2007 tentang

Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Peraturan Pemerintah 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Republik Indonesia. 2003. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara.

Radno Harsanto. 2007.Pengelolaan Kelas Yang Dinamis. Yogyakarta. Kanisius Rahman, Bujang. 2013. Manajemen Mutu Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Riyanto, Theo. 2002. Pembelajaran Sebagai Proses Bimbingan Pribadi. Jakarta: Grasindo

Rohani, Ahmad. 2010. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Rusydie, Salman. 2011. Prinsip-prinsip Manajemen Kelas. Jogjakarta: Diva Press Sowiyah. 2010. Pengembangan Kompetensi Guru SD. Lampung: Lembaga

Penelitian Universitas lampung

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta

Surya, Muhammad. 2003. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan Bhakti Winaya.

Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Syaiful Sagala, 2007.Manajemen Strategik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung : Alfabeta

Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005.Tentang Guru dan

dosen. Bandung. Citra Umbara. 2006

Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas


(6)

Uno, Hamzah. B. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Usman, Mohammad Uzer. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Winarno, Hamiseno. 2009. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada