ANALISIS PENDAPATAN DAN LINGKUNGAN PENGOLAHAN SUSU KAMBING ETAWA DI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT (Studi Kasus di Unit Pelaksana Kegiatan UPK Program Ragem Sai Mangi Wawai Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat)

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENDAPATAN DAN LINGKUNGAN PENGOLAHAN SUSU KAMBING ETAWA DI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

(Studi Kasus di Unit Pelaksana Kegiatan UPK Program Ragem Sai Mangi Wawai Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat)

Oleh

MUHAMMAD NURUL HUDA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan pengolahan Susu Kambing Etawa, dan mengetahui kondisi lingkungan internal dan lingkungan eksternal pengolahan Susu Kambing Etawa di UPK Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat. Penelitian ini dilaksanakan di UPK (Unit Pelaksana Kegiatan) Kecamatan Tumijajar yang ditentukan secara purposive. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai Januari 2015. Data dianalisis dengan menggunakan (1) R/C biaya tunai, (2) analisis lingkungan (internal dan eksternal). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Pendapatan atas biaya tunai pengolahan Susu Kambing Etawa UPK Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat sebesar Rp. 43.606.000,- dengan R/C biaya tunai sebesar 1,7. (2) Rendahnya produksi

pengolahan Susu Kambing Etawa di UPK Kecamatan Tumijajar disebabkan oleh rendahnya pengadaan bahan baku berupa susu yang dihasilkan dari pemerahan Kambing Etawa yang dipengaruhi oleh pemberian pakan yang kurang optimal serta iklim dan cuaca lokasi budidaya yang kurang mendukung untuk budidaya Kambing Etawa perah.


(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF INCOME AND ENVIRONMENT PROCESSING OF ETTAWA MILK PRODUCTION IN WEST TULANG BAWANG REGENCY

(Case Studies in Project Implementation Unit Ragem Sai Mangi Wawai Program, District of Tumijajar , West Tulang Bawang Regency)

By

MUHAMMAD NURUL HUDA

This study was aimed to determine the processing earnings of Milk Etawa

Production, and to determine the condition both the internal environment and the external environment of Milk Etawa processing in District UPK Tumijajar, Tulang Bawang Barat. This research was conducted at UPK (Project

Implementation Unit), District of Tumijajar determined purposively. The data used include primary data and secondary data. The research was conducted in November 2014 to January 2015. Data were analyzed using (1) R / C cash costs, (2) analysis of the environment (internal and external). The results showed that: (1) Income of cash cost Milk Etawa processing UPK Tumijajar District Tulang Bawang Barat are amounted to Rp. 43.606 million, - R / C cash costs at 1.7. (2) The lower production of Milk Etawa processing in UPK District of Tumijajar due to lower raw material procurement in the form of milk produced from milking Etawa. Its cases was influenced by feeding supplies less than optimal as well as climate and weather farms that was unfavorable for cultivation Etawa milk.


(3)

ANALISIS PENDAPATAN DAN LINGKUNGAN PENGOLAHAN SUSU KAMBING ETAWA DI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Studi Kasus di Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) Program Ragem Sai Mangi

Wawai Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat

Oleh

MUHAMMAD NURUL HUDA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Dayamurni pada tanggal 16 Oktober 1989 sebagai anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Mustofa dan Ibu Titin

Rohmatullaili. Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Dharma Wanita Kecamatan Tulang Bawang Tengah pada Tahun 1996,

pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 4 Candra Kencana pada Tahun 2002, pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Tumijajar pada Tahun 2005, dan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Tumijajar pada Tahun 2008. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Agribisnis Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB) yang diselenggarakan oleh Universitas Lampung pada Tahun 2008.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan. Penulis pernah menjadi anggota Keluarga Muda UKMF FOSI FP Tahun

2008/2009, Ketua Biro BBQ FP UNILA Tahun 2009/2010, Ketua Bidang Studi Syiar Islam UKMF FOSI FP UNILA 2010/2011, Sekretaris Kaderisasi Pusat IMMPERTI (Ikatan Mahasiswa Muslim Pertanian Indonesia) Tahun 2010-2011, anggota Komisi B Puskomnas (Pusat Komunikasi Nasional) FSLDK (Forum Studi Lembaga Dakwah Kampus) Indonesia Tahun 2010-2011, Dewan Pembina UKMF FOSI FP Unila Tahun 2011-2014.


(7)

SKRIPSI INI SAYA PERSEMBAHKAN UNTUK

KEDUA ORANG TUAKU


(8)

“Katakanlah

,

Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam

hatimu atau kamu memperlihatkannya, pasti Allah

mengetahui.‟...”

(QS. Ali Imran :29)

Dari Umar Ibnu Khatab

radhiyallahu „anhu, bahwa

Rasulullah

shallallahu „alaihi wa sallam

bersabda,

Amal itu

tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai

niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan

Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Rasul-Nya, dan barang

siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang

hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah

.”


(9)

SANWACANA

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillahirobil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan karunia, rahmat, dan nikmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan

penulisan skripsi berjudul “Analisis Pendapatan dan Lingkungan Pengolahan Susu Kambing Etawa di Kabupaten Tulang Bawang Barat”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S. selaku Dosen Pembimbing Pertama, terima kasih atas ilmu dan waktu yang diberikan untuk membimbing proses penyelesaian skripsi ini.

2. Ir. Adia Nugraha, M.S. selaku Dosen Pembimbing Kedua, terima kasih atas waktu, ilmu, dan perhatian yang diberikan sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Dr. Ir. Ktut Murniati, M.T.A. selaku Dosen Pembahas, terima kasih atas kesediaannya memberikan saran dan kritik yang berharga untuk


(10)

4. Dr.Ir.Fembriarti Erry Prasmatiwi,M.Sc., sebagai Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

5. Prof.Dr.Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Akademik,

terima kasih atas do’a, perhatian dan keteladanan yang diberikan selama

menjadi Pembimbing Akademik sehingga penulis dapat termotivasi. 7. Bapak dan Ibu yang saya cintai (Bpk Mustofa dan Ibu Titin Rohmatullaili),

terima kasih atas limpahan kasih sayang, perhatian, dukungan dan do’a yang tiada henti untuk penulis.

8. Nenek ku, terimakasih atas do’a dan kasih sayangnya selama ini.

9. Mbak dan Mas ku (Noviana Robiul Laila, S.Pd.I., dan Suroso S.Pd.) terima kasih atas motivasi yang selalu diberikan. Semoga kalian berdua diberikan kemudahan untuk meraih kesuksesan dan menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah. Tak lupa untuk keponakan ku yang imut dan cantik nduk Ranaa smoga menjadi anak yang sholeha.

10. Kepada Pimpinan PT. Pesona Karya Semesta Ir. Efan Tolani, M.Si., M. Ade Utami Ibnu, S.E., Vittorio Dwison, S.I.P., Aep Susanto, S.Si., dan Kak Julhaidir, terimakasih atas dukungan baik moril maupun materil selama ini untuk kesuksesan kami.

11. Tim solid : Jefriandi, S.Si., Dedi Candra., S.H, Ampria Bukhori, S.H., Afandi S Amirullah, S.Pi., Ahmad Fauzi Furqon, S.H, M.H., Budi

Dermawan, S.T.P., Larto Darmawan, S.Pt., Ahmad Danang N, S.P., Lilik Khoirudin, S.Kom, M.T.I., Wira Hadinata, S.T.P., Alif Dwi Antoko, S.Pd.,


(11)

Umam Fahmi, S.T., terimakasih atas kebersamaan dan motivasinya selama ini.

12. Keluarga besar UKMF FOSI FP UNILA Masa Jihad 2009-2011,

Jazakumallah khoiron katsir atas ukhuwah yang kita bangun selama ini. 13. Rekan-rekan Jurusan Agribisnis angkatan 2008, terimakasih atas

kebersamaan kalian selama ini.

14. Keluarga besar Agribisnis Universitas Lampung, para staf, karyawan serta dosen-dosen agribisnis serta seluruh pihak yang telah membantu penulis selama ini.

15. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan strata satu dan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan kebermanfaatan ilmu bagi penulis dan pembaca sekalian.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bandar Lampung, 16 September 2015


(12)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang dan Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah... 9

C.Tujuan Penelitian ... 9

D.Kegunaan Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 10

A.Tinjauan Pustaka ... 10

1. Taksonomi Kambing ... 10

2. Produksi Susu Kambing Etawa ... 15

3. Nilai Gizi Susu Kambing ... 17

4. Pendapatan... 20

5. Manajemen Strategi ... 21

6. Focus Group Discussion (FGD)... 25

B.Kajian Penelitian Terdahulu... 27

C.Kerangka Pemikiran ... 29

III. METODE PENELITIAN ... 32

A.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 32

B.Lokasi, Waktu Penelitian, dan Responden... 34

C.Metode Penelitian dan Pengumpulan Data…... 34

D.Metode Analisis dan Pengujian Data……... 35

1. Metode Analisis Kuantitatif... 35

2. Metode Analisis Deskriptif... 36

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 37

A. Kondisi Historis Kabupaten Tulang Bawang Barat... 37

B. Gambaran Umum Industri... C. Keadaan Umum Kecamatan Tumijajar... 38 39 1. Sejarah Tebentuknya Kecamatan Tumijajar... 39


(13)

ii

4. Tataguna Lahan... 42

D.Potensi Ekonomi Kecamatan... E. Latar Belakang Pengolahan Susu Kambing Etawa... 42 43 V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

A.Keragaan Pengolahan Susu Kambing Etawa... 45

1. Pengadaan Bahan Baku... 45

2. Tenaga Kerja... 51

3. Proses Pengolahan... 4. Pemasaran... 53 54 B.Pendapatan... 56

C.Analisis Lingkungan Internal... 62

1. Produksi... 62

2. Manajemen dan Pendanaan... 63

3. Sumber Daya Manusia... 65

4. Lokasi Pengolahan... 5. Pemasaran... 65 66 D.Analisis Lingkungan Eksternal... 1. Sosial, Ekonomi, dan Budaya... 2. Teknologi... 3. Pesaing... 4. Iklim dan Cuaca... 5. Kebijakan Pemerintah... 67 67 68 69 70 71 VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

A.Kesimpulan ... 72

B.Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(14)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Lampung

2009-2013………..…... 3 2. Peranan Sektor Pertanian dalam Pembentukan PDRB, 2009-2013. 4 3. Produksi Daging, Telur, Susu dan Kulit Tahun 2003-2012………. 6 4. Populasi Ternak Besar dan Kecil Menurut Kecamatan Tahun 2012

Kabupaten Tulang Bawang Barat………. 7 5. Potensi Kambing Etawa Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun

2009-2012………. 8

6. Kandungan Gizi dalam Susu Kambing, ASI, dan susu sapi……… 18 7. Nama Perusahaan Industri Besar dan Sedang Kabupaten Tulang

Bawang Barat 2013……….…. 39

8. Luas Kecamatan menurut Kampung/Kelurahan di Kabupaten

Tulang Bawang Barat 2013……….. 41 9. Sebaran penduduk berdasarkan kampung/kelurahan di Kecamatan

Tumijajar Tahun 2013……….. 41

10. Sebaran penggunaan lahan di Kecamatan Tumijajar Tahun

2013……….. 42

11. Produksi susu Kambing Etawa di UPK Kecamatan Tumijajar... 48 12. Jadwal Pemerahan Susu Kambing Etawa di UPK di Kecamatan

Tumijajar Tahun Ke-1……….. 50

13. HOK agroindustri UPK susu Kambing Etawa Kecamatan


(15)

iv

15. Penyusutan peralatan agroindustri susu Kambing Etawa

Kecamatan Tumijajar tahun 2014 ……....…....………... 58 16. Biaya variabel agroindustri susu Kambing Etawa Kecamatan

Tumijajar tahun 2014 ……...……… 59 17. Pendapatan agroindustri Susu Kambing Etawa UPK Kecamatan


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Alir PengolahanSusu Kambing Etawa…...………... 31 2. Proses Produksi Kambing Perah………. 47 3. Struktur Organisasi UPK susu Kambing Etawa……….. 51 4. Diagram Alir Pengolahan Susu Kambing

Etawa……….……….. 54

5. Saluran Pemasaran Susu Kambing……….. 56 6. Tata Letak UPK susu Kambing Etawa Kecamatan Tumijajar


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha (Soekartawi, 2003).

Ketika krisis ekonomi terjadi, agenda reformasi yang bergulir tanpa arah, proses desentralisasi ekonomi yang menghasilkan kesengsaraan dan penderitaan rakyat, rasanya tidak ada pilihan lain kecuali kembali meninjau sektor pertanian sebagai landasan utama pembangunan ekonomi (Arifin, 2005).

Peran sektor pertanian lain yang juga sangat penting adalah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi daerah. Sesuai tujuan pokok dari pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana dimaksud dalam UU No. 22 tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah dan PP No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, adalah untuk mempercepat perkembangan ekonomi daerah. Cara yang efektif dan efisien untuk membangun


(18)

2

ekonomi daerah adalah melalui pendayagunaan berbagai sumber daya ekonomi yang dimiliki daerah (Gie,2002).

Tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang dapat menunjukkan perubahan kinerja ekonomi wilayah. Dengan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi diharapkan produktivitas dan pendapatan masyarakat akan meningkat melalui penciptaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha.

Selama kurun waktu dua tahun terakhir ini (2012-2013) keadaan ekonomi wilayah Lampung cenderung stabil. Hal ini secara tidak langsung berkaitan dengan

stabilitas ekonomi nasional dan regional yang aman. Pada tahun 2005 memang perekonomian Indonesia mengalami angka pertumbuhan ekonomi yang cukup rendah yaitu sebesar 4,02 % saat terjadi kenaikan harga BBM yang naik dua kali, tetapi secara perlahan-lahan perekonomian kembali membaik dilihat dari

pertumbuhan ekonomi yang cenderung naik pada dua tahun terakhir ini. Berdasarkan PDRB atas harga dasar konstan , laju pertumbuhan ekonomi Lampung tahun 2013 mencapai 5,97 %, melambat dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi didukung oleh pertumbuhan yang positif di semua sektor. Laju pertumbuhan terbesar terjadi pada sektor

pertambangan/penggalian sebesar 10,66 %. Sektor lain yang juga tumbuh cukup tinggi berturut-turut adalah sektor listrik/gas/air bersih sebesar 10,05 %,

keuangan/persewaan/jasa perusahaan sebesar 9,48 % serta sektor jasa-jasa sebesar 9,39 %. Laju pertumbuhan ekonomi sektoran di Provinsi Lampung seperti


(19)

Tabel 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Lampung 2009-2013

Sektor 2009 2010 2011 2012 2013

Pertanian 2,63 1,07 4,96 4,20 3,95

Pertambangan -9.21 -3.88 13,48 4,28 10,66

Industri Pengolahan 5,88 6,11 4,88 4,39 7,56 Listrik/Gas/Air Bersih 2,84 10,41 9,86 11,51 10,05

Konstruksi 4,87 3,71 7,77 5,82 2,50

Perdagangan/hotel/restoran 7,60 4,78 5,50 5,59 4,70 Transportasi/komunikasi 11,47 15,42 12,98 13,73 7,83 keuangan/Persewaan/Jasa Perusahaan 12,91 26,88 7,48 12,44 9,48

Jasa-jasa 5,59 5,59 8,24 9,42 9,39

PDRB 5,26 5,88 6,43 6,53 5,97

PDRB Tanpa Migas 5,52 6,02 6,44 6,56 5,88

Sumber : BPS Provinsi Lampung 2013

Sektor pertanian merupakan sektor andalan Provinsi Lampung, karena ini

memberikan sumbangan yang paling besar dalam pembentukan PDRB Lampung. Sektor Pertanian terbagi menjadi lima subsektor yaitu subsektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.

Keberhasilan pembangunan ekonomi tercermin dari meningkatnya laju

pertumbuhan ekonomi, berkurangnya angka kemiskinan dan pengangguran serta bertambahnya kesempatan kerja. Gambaran tentang kondisi perokonomian suatu wilayah sangat diperlukan, antara lain melalui kajian terhadap data dan indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (BPS Provinsi Lampung, 2013).

Peranan sektor pertanian terhadap PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2013 sebesar 35,54 %, turun sedikit dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 35,90 %, sedangkan laju pertumbuhan sektor ini di tahun 2012 mengalami pertumbuhan positif. Tahun 2013 tercatat sebesar 3,95 %, sedikit melambat


(20)

4

apabila dibandingkan tahun 2012 dengan pertumbuhan sebesar 4,20 %. Peranan sektor pertanian terhadap PDRB seperti disajikan Tabel 2.

Tabel 2. Peranan Sektor Pertanian dalam Pembentukan PDRB, 2009-2013 (persen)

SEKTOR 2009 2010 2011 2012 2013

Pertanian 38,89 36,82 35,56 35,90 35,54

a.Tanaman Bahan Makanan 17,00 16,93 17,33 18,23 18,76 b. Tanaman Perkebunan 7,34 6,46 6,26 5,90 5,72 c. Peternakan & Hasilnya 4,68 3,78 4,01 3,94 4,10

d.Kehutanan 0,55 0,50 0,46 0,47 0,48

e.Perikanan 9,32 9,16 7,49 7,37 6,47

Bukan Pertanian 61,11 63,18 64,44 64,10 64,46

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Provinsi Lampung 2013

Subsektor peternakan memiliki peranan sebesar 4,10 % terhadap perekonomian Provinsi Lampung pada tahun 2013, mengalami peningkatan apabila

dibandingkan dengan peranannya pada tahun 2012 sebesar 3,94 %. Laju

pertumbuhan sektor ini pada tahun 2013 mencapai 5,71 %. Komoditas subsektor peternakan yang potensional di Lampung antara lain sapi potong, kambing, dan ayam ras. Sejak tahun 2007 Pemerintah Provinsi Lampung telah melakukan intensifikasi dalam bidang peternakan di Kabupaten Tanggamus dimana telah terbentuk 1500 petani ternak dalam membudidayakan kambing. Oleh karena itu Pemerintah Provinsi Lampung mengharapkan di tahun mendatang progam tersebut berhasil dan mampu menjawab permintaan pasar dalam dan luar negeri.

Dalam prespektif ekonomi makro, peternakan merupakan sumber pangan yang berkualitas, misalnya daging ataupun susu merupakan bahan baku industri pengolahan pangan, dimana dapat menghasilkan abon, dendeng, bakso, sosis,


(21)

keju, mentega ataupun krim dan juga dapat menghasilkan kerajinan-kerajinan kulit tanduk ataupun tulang. Menurut Tisman (2009) semua kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan pertanian dan peternakan dapat menciptakan lapangan kerja, apalagi saat ini otonomi daerah menjadi kekuatan bagi sektor peternakan untuk meningkatkan produk dan hasilnya sehingga banyak pemerintah daerah yang memberikan stimulus atau pun insentif kepada masyarakat supaya lebih giat dalam mengembangkan usaha ternak sebagai salah satu sektor pertanian.

Sektor peternakan pula merupakan sektor strategis yang terus berkembang. Terlebih adanya komitmen pemerintah untuk terus memperbaiki kualitas gizi masyarakat dengan menyediakan sumber protein yang berasal dari hewan ternak (daging, susu, telur) secara berkelanjutan. Hal ini akan menyebabkan populasi ternak sebagai sumber protein hewani akan terus dipacu untuk ditingkatkan kualitas produksinya. Untuk meningkatkan kualitas produksinya menurut Mariani (2012) perlu diperhatikan berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya, pakan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi produksi dan produktivias ternak, di samping itu biaya pakan menempati porsi terbesar dari total biaya produksi yaitu 70-80 %, sehingga memproduksi pakan bukan hanya harus naik kualitasnya saja tetapi juga dengan harga yang terjangkau oleh para peternak.


(22)

6

Tabel 3. Produksi Daging, Telur, Susu dan Kulit Tahun 2003-2012

Tahun Daging (Ton) Telur (Ton) Susu (liter) Kulit (ton) 2003 47407,79 38163,86 184779,61 951,42 2004 49365,73 34626,27 189396,89 1030,43 2005 50207,09 35245,05 103935,00 1000,44 2006 46050,66 38250,32 159530,00 1184,81 2007 42234,00 38045,19 185310,00 1347,95 2008 57391,82 38397,68 211898,00 1848,77 2009 58449,15 46 304,97 178070,00 1852,33 2010 59200,05 53415,23 109574,00 1037,54 2011 61088,08 56054,88 161945,00 1119,52 2012 61574,82 75396,78 278790,00 1889,16 Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung 2013

Tabel 3 memberikan informasi mengenai kenaikan produk peternakan di Provinsi Lampung. Untuk dua tahun terakhir ini (2011-2012) kenaikan daging mencapai 0,79%, telur 34%, susu 72%, dan kulit 68,7%. Kenaikan produksi hasil

peternakan ini terkait dengan inovasi pemerintah dan penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan hasil produksi. Berbagai penelitian di bidang pakan telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi pakan salah satunya adalah pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ternak yang selama ini belum termanfaatkan seperti bungkil inti sawit, kulit kopi, limbah daun ubi rambat dan lainnya. Hasil-hasil penelitian sangat penting dalam upaya membangun peternakan nasional dan tentu saja meningkatkan kesejahteraan peternak sebagai stakeholder (Mariani, 2012).

Kabupaten Tulang Bawang Barat sebagai kabupaten yang baru pemekaran dari Kabupaten Tulang Bawang dengan Pilkada Pertama Tahun 2011 telah banyak melakukan inovasi di bidang Peternakan. Salah satu progam sektor peternakan ini ialah penggemukan Sapi dan Kambing Etawa. Tim Kementerian Luar Negeri dan


(23)

Perdagangan Australia bersama dengan tim Puslitbangnak Kementerian Pertanian RI dan Kadin Pusat mendukung program penggemukan sapi dan kambing

peranakan etawa (PE) yang diluncurkan Pemkab Tulangbawang Barat. Selain progam penggemukan sapi dan kambing etawa, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Pemkab Tulang Bawang Barat juga mengembangkan Pengolahan Susu Kambing Etawa yang dilaksanakan di setiap Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) Kecamatan.

Tabel 4 menjelaskan populasi peternakan kambing di Kabupaten Tulang Bawang Barat hampir merata di setiap kecamatan. Kecamatan Tumijajar menempati posisi ketiga untuk jumlah populasi kambing setelah Kecamatan Tulang Bawang Tengah diurutan pertama dan Kecamatan Gunung Terang diurutan kedua.

Tabel 4. Populasi Ternak Besar dan Kecil Menurut Kecamatan Kab.Tulang Bawang Barat Tahun 2012

Kecamatan Ternak Besar Ternak Kecil

Sapi Kerbau Kambing Domba

Tulang Bawang Udik 2390 188 6640 301

Tumijajar 6237 52 8147 378

Tulang Bawang Tengah 5427 114 12411 328

Pagar Dewa 511 228 564 0

Lembu Kibang 2466 7 4517 37

Gunung Terang 3010 49 14941 0

Gunung Agung 3199 0 7106 0

Way Kenanga 1980 0 3672 0

Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kab.Tulang Bawang Barat 2013

Progam unggulan Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat “Ragem Sai

Mangi Wawai” di bidang peternakan intinya mencanangkan progam perbaikan

gizi dan ekonomi masyarakat dengan memproduksi Susu Kambing Etawa yang tersebar di setiap UPK Kecamatan (Unit Pelaksana Kegiatan). Tabel 5 di bawah


(24)

8

ini menjelaskan kenaikan populasi ternak kambing etawa dari tahun 2009 sampai tahun 2012.

Tabel 5. Potensi Kambing Etawa Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2009-2012

Tahun Populasi Kambing Etawa 2009 57.998

2010 55.146 2011 55.146 2012 55.421

Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kab.Tulang Bawang Barat 2013

Harapan utama yang digantungkan peternak kambing perah adalah produksi susu. Produksi susu ini tentu saja dari dua sisi yaitu dari segi kualitas maupun kuantitas. Menurut Budiman (2012) jika peningkatan produksi air susu kambing tidak diimbangi oleh perhatian terhadap kualitas susu yang dihasilkan maka akan berakibat pada penolakan pasokan susu kambing segar dari peternak. Untuk menghindari kondisi tersebut, peternak harus benar-benar paham dengan penyebabnya. Agar produksi susu kambing tetap stabil dan bila perlu terus

meningkat, maka peternak harus menjaga dan memelihara ternaknya dengan baik.

Pengolahan Susu Kambing Etawa menjadi progam unggulan di Kabupaten Tulang Bawang Barat, namun selama ini melalui kajian di UPK Susu Kambing Etawa Kecamatan Tumijajar produksi Susu Kambing Etawa yang dihasilkan masih sedikit sehingga belum mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Mencermati permasalahan berupa pendapatan yang fluktuatif, kondisi cuaca yang tidak menentu untuk pengolahan susu kambing, pemasaran produk Susu Kambing Etawa yang optimal maka penelitian ini difokuskan untuk mengetahui pendapatan


(25)

dan menganalisis kondisi lingkungan (Internal-Eksternal) di Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada subbab terdahulu, maka perumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Berapakah pendapatan pengolahan Susu Kambing Etawa?

2. Bagaimana kondisi lingkungan eksternal dan lingkungan internal pengolahan Susu Kambing Etawa ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pendapatan pengolahan Susu Kambing Etawa.

2. Mengetahui kondisi lingkungan eksternal dan lingkungan internal pengolahan Susu Kambing Etawa.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain :

1. Sebagai bahan informasi bagi pemilik usaha untuk mengembangkan usahanya. 2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan


(26)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Taksonomi Kambing

Menurut Davendra and Mcleroy (1982) dalam Dewi (2010), sistematika kambing adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animals Phylum: Chordata

Group : Cranita (Vertebrata) Class : Mammalia

Order : Artiodactyla Sub-order : Ruminantia Famili : Bovidae Sub Famili : Caprinae

Genus : Capra atau Hemitragus Spesies : - Capra hircus

- Capra ibex - Capra caucasica - Capra pyrenaica - Capra falconeri


(27)

Kambing merupakan salah satu jenis binatang memamah biak yang berukuran sedang. Kambing liar jantan maupun betina memiliki tanduk sepasang, namun tanduk pada kambing jantan lebih besar. Kambing, umumnya mempunyai jenggot, dahi cembung, ekor agak ke atas, dan kebanyakan berbulu lurus dan kasar. Panjang tubuh 6 kambing liar, tidak termasuk ekor, adalah 1,3 - 1,4 m, sedangkan ekornya 12 - 15 cm. Bobot yang betina 50 - 55 kg, sedangkan yang jantan bisa mencapai 120 kg (Sinar Tani, 2007 dalam Dewi, 2010).

Berbagai jenis kambing sendiri digolongkan menjadi kambing pedaging dan kambing perah. Kambing perah disebut pula kambing bertipe dwiguna karena selain menghasilkan susu, dagingnya juga bisa dikonsumsi. Namun , tampaknya lebih pas bila kambing perah disebut sebagai kambing multiguna. Selain

menghasilkan susu dan daging, kambing perah juga menghasilkan anakan yang bisa dijual, menghasilkan kulit sebagai bahan kerajinan, serta menghasilkan pupuk organik dan biogas (Haryadi, 2013).

Semua jenis kambing bisa menghasilkan susu. Namun, jumlah produksi susu setiap jenis kambing berbeda-beda sehingga hanya kambing yang produksi susunya tinggi yang dikategorikan sebagai kambing perah. Ada banyak jenis kambing perah di dunia. Kebanyakan jenis kambing ini hidup di daerah subtropics. Beberapa jenis diantaranya telah telah diintroduksi di Indonesia seperti:


(28)

12

1. Kambing Jamnapari

Kambing ini berasal dari india. Kambing ini merupakan ras penghasil susu yang produktivitasnya paling tinggi di Asia. Populasi kambing ini paling banyak terdapat di daerah Etawa, Uttar Pradesh, India.

2. Kambing Peranakan Etawa (PE)

Kambing peranakan etawa (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing lokal dengan kambing Jamnapari atau kambing Etawa, kambing jenis ini merupakan kambing yang potensial dikembangkan di Indonesia karena mampu beradaptasi dengan lingkungan di Indonesia. Adapun ras kambing PE itu sendiri antara lain : PE Kaligesing, PE Senduro, PE Jawarandu.

3. Kambing Saenen

Kambing perah ini berasal dari Lembah saenen, Swiss dengan ukuran

tubuhnya besar, kambing ini memiliki kepala relatif kecil, lancipdengan leher relatif panjang. Kambing saenen merupakan kambing perah yang popular di Eropa. Potensi produksi susunya dapat mencapai lima liter per hari. Karena produksi susunya sangat banyak sehingga kambing saenen dijuluki sebagai ratu kambing perah.

4. Kambing Sapera

Kambing ini merupakan persilangan antara kambing PE dengan kambing Saenen. Sapera sendiri merupakan singkatan dari “Saenen-Peranakan Etawa”, Sapera juga bisa dibilang sebagai ras kambing perah Indonesia karena

pengembangannya dilakukan oleh anak negeri ini.

Kambing Etawa berasal dari India yang disebut kambing jamnapari. Badannya berukuran besar. Tinggi kambing jantan 90 cm hingga 127 cm dan yang betina


(29)

hanya mencapai 92 cm. Bobot kambing etawa jantan bisa mencapai 90-an kg, sedangkan betina hanya mencapai 60-an kg. Telinganya panjang dan terkulai ke bawah. Dahi dan hidungnya cembung. Baik jantan maupun betina bertanduk pendek.

Kambing jenis Etawa ini mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari. Keturunan silang (hibrida) kambing etawa dengan kambing lokal di Indonesia dikenal sebagai kambing “Peranakan Etawa” , atau “PE”. Kambing PE juga bisa dimanfaatkan susunya. Produktifitas susu hampir sama dengan kambing Etawa murni (Widagdo, 2011).

Perkembangan dan minat dari peternak dalam membudidayakan kambing PE meningkat pesat dari tahun ke tahun. Hal ini diikuti pula dengan peningkatan harga dan kualitas dari kambing PE itu sendiri. Peningkatan kualitas kambing PE tidak serta merta muncul secara tiba-tiba, tapi diawali dengan semangat,

keyakinan, kejelian, dan ketekunan dari peternak. Suatu kebanggaan bagi peternak kambing PE apabila peternakan yang dirintis atau dicita-citakan dapat

memberikan hasil yang signifikan bagi peternak itu sendiri dan masyarakat pada umunya.

Secara sederhana para peternak dan calon peternak membudidayakan kambing PE merujuk pada:

1. Kambing PE memiliki postur tubuh yang sangat besar dan elegan dibanding kambing pada umunya yang ada di Indonesia, sehingga jika dijadikan kambing pedaging tentunya akan menghasilkan daging yang lebih banyak dibanding dengan kambing yang lainnya.


(30)

14

2. Kambing PE ini pula dapat dijadikan sebagai salah satu potensi kambing perahan. Susu hasil perahan kambing ini mempunyai nilai ekonomis yang jauh lebih tinggi dibandingkan susu perahan dari sapi. Harga per liter susu kambing PE tahun 2011 adalah Rp.30.000,- sedangkan harga susu sapi hanya Rp.4.000,-.

3. Feses atau kotoran dan urin kambing PE dapat dijadikan sebagai pupuk organik yang sangat baik untuk menyuburkan tanah dan tanaman. Terlebih jika kotoran dan urin difermentasi terlebih dahulu untuk menghilangkan residu dan cendawan yang mungkin dapat menghambat pertumbuhan dan kesuburan tanaman.

Selain itu pula dalam menentukan tujuan usaha pada peternakan kambing Peranakan Etawa harus memperhatikan :

1. Kambing peranakan etawa kepala coklat badan putih atau coklat seluruhnya, kecenderungan kambing PE seperti ini terbatas pada pemenuhan kebutuhan perahan susu, daging, dan pupuk. Kambing dengan tampilan ini tidak untuk diikutkan kontes.

2. Kambing peranakan etawa kepala hitam badan putih, walaupun bibit yang dibeli dengan kualitas C atau D, nilai ekonomisnya akan menjadi lebih luas dan tinggi. Perahan susu, daging, dan pupuk organik yang dihasilkan sudah pasti sama, dan kambing dengan tampilan seperti ini umumnya untuk diikutkan kontes sehingga dapat menambah keuntungan bagi


(31)

2. Produksi Susu Kambing Etawa

Kambing menghasilkan susu atau bisa diperah setelah beranak. Masa kambing menghasilkan susu ini biasa disebut masa laktasi, yang berlangsung selama kurang lebih 8 bulan. Kambing bisa mulai diperah 4-7 hari setelah beranak. Tiga hari setelah beranak, kambing menghasilkan susu kolostrum. Susu kolostrum mengandung zat anti bodi yang sangat dibutuhkan oleh anak kambing untuk memperkuat daya tahan tubuhnya. Produksi susu kambing di Indonesia berkisar antara 1-3 liter per hari, tergantung dari jenis kambing, umur, masa laktasi, pakan, dan tata laksana pemeliharaan. Susu yang dihasilkan perhari akan meningkat sejak induk beranak kemudian menurun secara berangsur-angsur hingga berakhirnya masa laktasi. Umur kambing sangat berpengaruh pada produksi susu. Untuk kambing PE, umur produktif berlangsung hingga umur 6-7 tahun. Di masa laktasi pertama, produksi susu masih rendah. Produksi susu akan makin meningkat di masa laktasi berikutnya dan mencapai puncak pada masa laktasi ketiga (Haryadi, 2013).

Menurut Haryadi (2013) Faktor lain yang berpengaruh pada produksi susu adalah kondisi kandang. Kandang harus diusahakan senyaman mungkin bagi kambing, yaitu bersih, tidak lembab, tidak terlalu panas, dan tidak terlalu bising. Kandang yang tidak nyaman akan membuat kambing mudah stress sehingga produksi susu kambing berkurang. Pakan juga memiliki pengaruh yang besar terhadap jumlah produksi susu . pakan utama kambing berupa rerumputan dan dedaunan yang harus diberikan dalam jumlah cukup. Selain pakan hijauan, kambing harus diberi


(32)

16

pakan tambahan . pakan tambahan yang berprotein tinggi seperti kulit kedelai, bungkil kedelai, ampas tahu yang bisa mendongkrak produksi susu.

Kambing bisa terus diperah selama masih menghasilkan susu, bahkan saat

kambing itu sudah bunting kembali. Namun, setelah memasuki masa kebuntingan 2-3 bulan , pemerahan harus dihentikan agar kambing bisa memulihkan kondisi tubuhnya untuk masa laktasi berikutnya, masa ini disebut masa pengeringan.

Susu kambing hasil perahan harus segera ditangani dengan cara disaring

menggunakan saringan halus dengan kapas dan kain kasa. Penyaringan diperlukan untuk memisahkan kotoran yang mungkin masuk ke dalam susu. Susu kemudian dimasukkan ke dalam botol atau kantong plastic sesuai ukuran yang diinginkan. Susu kemudian disimpan di dalam freezer. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menangani susu agar tidak mudah rusak antara lain :

1. Pendinginan

Susu yang sudah dikemas dimasukkan ke dalam kantong plastic atau botol kemudian dimasukkan ke dalam freezer.

2. Pemanasan

Pemanasan dilakukan untuk membunuh mikroba dan kuman yang dapat merusak susu. Susu dimasak sampai mendidih, kemudian disimpan di tempat yang bersih dan aman.

3. Pasteurisasi

Pemanasan di bawah temperatur didih dapat membunuh kuman dan bakteri pathogen susu, tetapi sporanya masih bisa hidup. Pada proses pasteurisasi,


(33)

enzim-enzim yang mempercepat kerusakan susu di nonaktifkan sehingga susu bisa tahan dalam jangka waktu lama.(Haryadi ,2013).

Ketahanan susu dalam bentuk beku (freezer) rata-rata bisa mencapai waktu tiga bulan, sedangkan dalam keadaan cair dingin yang disimpan dalam pintu lemari es 3-5 hari. Untuk susu bubuk ketahanannya minimal enam bulan sampai satu tahun, tergantung proses pembuatan. Jika dalam penyelesaian akhir dari proses dari proses pembuatan susu bubuk masih bersifat basah maka ketahanannya sampai enam bulan, tapi jika bersifat kering maka ketahanannya bisa mencapai satu tahun (Syambyah, 2012).

3. Nilai Gizi Susu Kambing

Kandungan gizi susu kambing sering dibandingkan dengan ASI (Air Susu Ibu). Tentu saja nilai Gizi ASI lebih baik. Namun dibanding susu sapi atau susu ternak ruminansia lain, nilai gizi susu kambing lebih baik. Susu kambing memiliki beberapa keunggulan, salah satunya lemak susu yang terkandung di dalamnya lebih mudah dicerna. Susu kambing juga dapat dikonsumsi dengan aman

meskipun tanpa melalui proses pemasakan terlebih dahulu. Susu kambing paling baik kalau dikonsumsi dalam keadaan segar setelah diperah. Kandungan zat aktif yang disebut life-energy masih sangat tinggi dalam susu kambing yang masih segar. Tabel 6 memperlihatkan perbedaan antara kandungan gizi susu kambing, ASI, dan susu sapi.


(34)

18

Tabel 6. Kandungan Gizi dalam Susu Kambing, ASI, dan Susu Sapi

Komposisi Gizi (per liter) Satuan Susu

Kambing ASI

Susu Sapi

Energi kkal 670 710 660

Protein gr 32 11 42

Lemak gr 40 38 37

Karbohidrat gr 46 68 49

Calsium mg 1.29 340 1.43

Fosfor mg 1.06 140 1.12

Sodium mg 15 7 27

Potasium mg 46 13 45

Besi mg 1 5 0,5

Seng mg 2,4 3,5 3,5

Klorida mg 1200 375-450 1050

Magnesium mg 100-145 46 120

Vitamin :

Vit A IU 2074 2000 1500

Vit B1 mg 0,400 0,160 0,440

Vit B2 mg 0,1840 0,360 0,21

Vit B3 mg 1,9 1,47 1,0

Vit B6 mg 0,70 0,100 0,640

Vit B12 mg 0,6 0,30 0,43

Vit B5 mg 3,4 1,84 3,5

folacin mg 6 52 55

Diotin mg 39 8 31

Choline mg 150 90 121

Inositol mg 210 330 110

Vit C mg 15 13 21

Vit D IU 24 22 14

Vit E IU - 1,8 0,4

Asam lemak esensial /gram lemak 4,1 - 2,6

Prosentase butir lemak berdiameter kurang dari

3 dram 63 - 43

Sumber : Jensen ,1994 dalam Kaleka, 2013

Permintaan susu kambing meningkat seiring meningkatnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat. Beberapa penyakit yang berhubungan dengan organ

pernapasan seperti asma, bronchitis, pneumonia, dan TBC dapat disembuhkan dengan mengkonsumsi susu kambing. Kandungan flourin yang tinggi dalam susu


(35)

kambing dapat bersifat antiseptik. Penyakit maag, diabetes mellitus, serta penyakit tulang dan gigi dapat diatasi pula dengan susu kambing. Kandungan kalsium yang tinggi dalam susu kambing sangat baik untuk kesehatan gigi dan mencegah osteoporosis. Kandungan natrium dan kloridayang tinggi dalam susu kambing mampu menjaga keseimbangan volume cairan dan elektrolit tubuh. Kandungan Vitamin A baik untuk kesehatan mata dan menjaga system kekebalan tubuh. Selain itu pula kandungan asam lemak dalam susu kambing dapat menanggalkan kulit mati sehingga susu kambing banyak digunakan untuk membuat facial soap atau sabun kecantikan. Yang paling penting, susu kambing aman dikonsumsi untuk semua golongan usia (Haryadi ,2012).

Menurut Yunus (2012) berikut adalah beberapa manfaat kesehatan berkaitan dengan konsumsi susu kambing murni:

1. Susu kambing kurang menimbulkan alergi susu ini tidak berisi protein kompleks yang merangsang reaksi alergi seperti pada susu sapi. 2. Susu kambing tidak menekan sistem kekebalan.

3. Susu kambing membasakan sistem pencernaan. Susu ini berisi alkali basa sehingga tidak menghasilkan asam dalam sistem usus.

4. Susu kambing membantu meningkatkan PH aliran darah.

5. Susu kambing mengandung asam lemak seperti asam kaprilat dan kaprat yang sangat antimikroba. (Mereka benar-benar membunuh bakteri yang digunakan untuk menguji keberadaan antibiotik dalam susu sapi).

6. Susu kambing tidak menimbulkan lendir dan tidak merangsang respons pertahanan sistem kekebalan tubuh manusia.


(36)

20

7. Susu kambing merupakan sumber yang kaya mineral selenium sebagai nutrisi yang diperlukan untuk kekebalan tubuh dan bersifat antioksidan.

4. Pendapatan

Keuntungan atau laba merupakan salah satu tujuan didirikannya suatu usaha. Keuntungan atau laba menunjukkan nilai tambah (hasil) yang diperoleh dari modal yang dijalankan. Untuk mendapatkan keuntungan maksimum dari usaha maka para pengelola harus dapat melakukan usaha untuk memadukan berbagai faktor produksi yang ada seperti produksi, tenaga kerja, modal, dan kemampuan manajemen, sehingga usaha dapat berjalan dengan baik.

Menurut Soekartawi (2000) pendapatan pengolahan dapat diperoleh dengan menghitung selisih antara total penerimaan yang diterima dari hasil usaha dengan total biaya produksi yang dikeluarkan. Penerimaan total pengolahan merupakan jumlah uang yang diterima dari hasil penjualan produk yang dihasilkan,

sedangkan biaya merupakan jumlah uang yang dikeluarkan selama proses pengolahan. Tujuan analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan tingkat keberhasilan suatu kegiatan usaha dan keadaan yang akan datang melalui perencanaan yang dibuat. Secara matematis pendapatan usaha dirumuskan sebagai berikut:

π

= Y.Py - ∑ . – BT Keterangan :

π

= Pendapatan (Rp) Y = Produksi (Liter)


(37)

∑ = Jumlah faktor produksi ke i (i = 1,2,3,....n) P = Harga produk ke i (Rp)

BTT = Biaya tetap total (Rp)

Jumlah pendapatan belum menunjukkan apakah pengolahan menguntungkan atau tidak. Untuk mengetahui apakah pengolahan menguntungkan atau tidak maka digunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya, yang dirumuskan: R/C =

Keterangan :

R/C = Nisbah antara penerimaan dan biaya PT = penerimaan total

BT = biaya total yang dikeluarkan

Jika R/C > 1, maka pengolahan Susu Etawa mengalami keuntungan. Jika R/C < 1, maka pengolahan Susu Etawa mengalami kerugian.

5. Manajemen Strategi

Membahas manajemen strategis dapat dikatakan membicarakan hubungan antara organisasi dan lingkungannya, baik lingkungan internal maupun eksternal. Lingkungan organisasi akhir-akhir ini tidak saja semakin bergejolak mengalami perubahan, namun juga saling berhubungan secara lebih erat. Hal tersebut menuntut organisasi untuk berpikir strategis, mampu menerjemahkan inputnya menjadi strategi yang efektif, serta mengembangkan alasan yang diperlukan untuk meletakkan landasan bagi pelaksanaan strateginya. Kesemuanya diharapkan akan dapat memberikan petunjuk bagaimana menghadapi dan menanggulangi

perubahan yang terjadi dalam lingkungan, bahkan memberi petunjuk pada para pimpinan agar mampu mengendalikan perubahan yang terjadi pada lingkungan tersebut, dan tidak sekedar bersikap memberikan reaksi terhadapnya. Dengan


(38)

22

demikian fokus manajemen strategis adalah menghubungkan organisasi dengan lingkungannya, merumuskan strategi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan memastikan bahwa implementasi strategi berjalan dengan baik. Organisasi juga diharapkan akan mampu mengendalikan arah pencapaian sasaran yang sudah ditetapkan (Ahdiyana, 2010).

Menurut Hubeis (2008) manajemen strategi adalah seperangkat keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja organisasi dalam jangka panjang. Manajemen strategi didefinisikan sebagai kumpulan keputusan dan tindakan yang merupakan hasil rumusan dan implementasi pada rencana yang dibuat untuk mencapai tujuan perusahaan serta bagaiamana mengevaluasi dan melaksanakan tindakan tersebut demi tercapainya tujuan perusahaan, yang mencangkup perumusan, implementasi, dan evaluasi rencana strategi. Dalam bahasa militer, strategi diartikan sebagai perencanaan untuk memimpin suatu kekuatan perang agar dapat memenangi pertempuran. Dalam konteks bisnis, strategi adalah metode untuk berkompetisi melalui tindakan pengefektifan alokasi sumber –sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan.

Tujuan utama manajemen strategi adalah untuk mempelajari mengapa banyak perusahaan sukses dan mengapa banyak perusahaan lainnya gagal. Bagaimana perusahaan mengelola kesuksesan di tengah situasi persaingan serta bagaimana perusahaan menghadapi kegagalan dan bangkit dari kegagalannya untuk menjadi perusahaan yang maju merupakan pokok bahasan utama dalam manajemen strategi (Hubeis, 2008).


(39)

Manajemen strategi mengkombinasikan pola berpikir strategis dengan proses manajemen. Segala sesuatu yang bersifat strategi tidak hanya berhenti pada proses perencanaan saja tapi dilanjutkan sampai pada tingkat oprasi dan pengawasan. Keberhasilan merencanakan , menerapkan, serta mengawasi penerapan setrategi yang telah dibuat akan membawa perusahaan tumbuh dan berkembang .

manajemen strategi juga mencangkup pola baru yang terjadi dalam persaingan bisnis. Pola itu adalah peralihan perencanaan menjadi keunggulan bersaing, peralihan dari elitism menjadi egalitarianism, peralihan dari kalkulasi menjadi kretivitas, dan peralihan sifat kaku menjadi fleksibel (wahyudi, 1996).

Proses manajemen strategi terdiri atas tiga tahapan utama, yaitu perumusan strategi, implementasi strategi, serta evaluasi dan pengendalian strategi, yang diawali dengan pengamatan lingkungan.Tahap perumusan strategi ada enam langkah yaitu : melakukan analisis lingkungan internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan dari perusahaan itu, analisis lingkungan eksternal yang merupakan faktor peluang dan ancaman perusahaan, mengembangkan visi misi jyang jelas, menyusun sasaran dan tujuan perusahaan, merumuskan pilihan-pilihan strategis dan memilih strategi yang tepat, dan menentukan pengendalian. (hubeis, 2008).

Implementasi strategi adalah tentang mengorganisasi tindakan, artinya yang mengimplementasikan lebih banyak dari pada yang membuat. Mulai dari manajemen puncak hingga karyawan paling bawah harus sejalan dan memiliki semangat yang sama. Ketidakselarasan tindakan umumnya karena bawahan kadang tidak dilibatkan dalam perumusan strategi (Hunger, 2003).


(40)

24

Implementasi strategi ada beberapa hal penting yang harus dilakukan, yaitu: 1. Penetapan tujuan tahunan

Sasaran dan tujuan perusahaan yang telah dirumuskan dalam proses

perumusan strategi merupakan sasaran dan tujuan lima tahunan yang harus diturunkan dalam tujuan tahunan.

2. Perumusan kebijakan

Untuk dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, perusahaan perlu merumuskan kebijakan-kebijakan yang mendukung.

3. Memotivasi pekerja

Implementasi strategi adalah proses aksi yang membutuhkan dukungan dari semua staf dan karyawan. Proses motivasi diperlukan agar karyawan

mendukung secara penuh strategi yang akan dan sedang dijalankan perusahaan.

4. Alokasi sumber daya.

Sumber daya yang perlu dialokasikan kembali untuk pencapaian tujuan-tujuan strategi yang baru adalah keuangan, teknologi, dan SDM.

Menurut Hubeis (2008) tujuan perusahaan melakukan analisis lingkungan adalah untuk menilai lingkungan organisasi secara keseluruhan . lingkungan organisasi ini adalah faktor-faktor yang berada di luar atau di dalam organisasi yang dapat mempengaruhi kemajuan organisasi tersebut dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara khusus, peran atau fungsi analisis lingkungan bagi tiap

perusahaan tentu saja berbeda-beda, namun secara umum jika mengacu pendapat Certo dan Peter, ada tiga peran utama analisis lingkungan.


(41)

1. Policy –Oriented Role yaitu peran analisis yang berorientasi pada kebijakan manajemen tingkat atas dan bertujuan untuk memperbaiki kinerja organisasi dengan memberikan informasi bagi manajemen tingkat atas tentang

kecenderungan utama yang muncul dalam lingkungan.

2. Intergrated Strategic Planning Role. Peran ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja organisasi dengan membuat manajemen tingkat atas dan manajer divisi menyadari segala isu yang terjadi di lingkungan perusahaan yang memiliki implikasi langsung pada proses perencanaan.

3. Function-Oriented Role. Peran ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja organisasi dengan menyediakan informasi lingkungan yang member perhatian pada efektivitas kinerja fungsi organisasi tertentu.

6. Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk

menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti. Dinamika kelompok yang terjadi selama berlangsungnya proses diskusi seringkali memberikan informasi penting yang tidak terduka sebelumnya.


(42)

26

Hasil FGD tidak bisa dipakai untuk melakukan generalisasi karena FGD memang tidak bertujuan menggambarkan (representasi) suara masyarakat. Meski demikian, arti penting FGD bukan terletak pada hasil representasi populasi, tetapi pada kedalaman informasinya. Lewat FGD, peneliti bisa mengetahui alasan, motivasi, argumentasi atau dasar dari pendapat seseorang atau kelompok. FGD merupakan salah satu metode penelitian kualitatif yang secara teori mudah dijalankan, tetapi praktiknya membutuhkan ketrampilan teknis yang tinggi (Yusuf, 2011).

Menurut Kristina dan Paramita (2012) Focus Group Discussion (FGD) adalah bentuk diskusi yang didesain untuk memunculkan informasi mengenai keinginan, kebutuhan, sudut pandang, kepercayaan dan pengalaman yang dikehendaki peserta. Definisi lain, FGD adalah salah satu teknik dalam mengumpulkan data kualitatif; di mana sekelompok orang berdiskusi dengan pengarahan dari seorang fasilitator atau moderator mengenai suatu topik . Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa FGD adalah salah satu teknik pengumpulan data kualitatif yang didesain untuk memperoleh informasi keinginan, kebutuhan, sudut pandang, kepercayaan dan pengalaman peserta tentang suatu topik, dengan pengarahan dari seorang fasilitator atau moderator.

Pemakaian FGD sebagai metode penelitian juga sesuai untuk beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tersebut. Beberapa tujuan yang dapat dipenuhi dengan pemakaian metode FGD antara lain pengambilan keputusan, mengetahui kepuasan, dan mengetahui kebutuhan kelompok (Kruger dan Casey, 2000 dalam Yusuf, 2011).


(43)

Menurut Koentjoro (2005) dalam Yusuf (2011), kegunaan FGD di samping sebagai alat pengumpul data adalah sebagai alat untuk meyakinkan pengumpul data (peneliti) sekaligus alat re-check terhadap berbagai keterangan/informasi yang didapat melalui berbagai metode penelitian yang digunakan atau keterangan yang diperoleh sebelumnya, baik keterangan yang sejenis maupun yang

bertentangan.

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengembangan Susu Kambing Etawa telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Salah satu penelitian adalah tentang potensi susu kambing sebagai obat dan sumber protein hewani untuk meningkatkan gizi petani (Atmiyati, 2001). Hasil penelitian ini adalah Memelihara kambing PE sebagai kambing dwiguna (untuk produksi daging dan susu) masih mempunyai potensi untuk dikembangkan . Produksi susunya berpotensi untuk memperbaiki gizi masyarakat pedesaan, juga dapat menyembuhkan penyakit. Perlunya penyuluhan atau demo pemanfaatan susu dari instansi yang berwenang untuk mempopulerkan konsumsi susu kambing sehari-hari dalam peningkatan gizi bagi masyarakat pedesaan.

Selanjutnya penelitian yang sama terkait prospek pengembangan usaha ternak kambing (Sitepu,2008) penelitian ini menjelaskan bahwa masalah yang dihadapi usaha ternak kambing dalam skala besar adalah pakan hijauan yang relatif sedikit jumlahnya, oleh karena itu strategi pengembangan yang sesuai dengan analisi


(44)

28

SWOT adalah memperluas usaha ternak dengan menanam pakan dilahan kurang produktif.

Penelitian lain yang telah dilakukan adalah mengenai analisis kelayakan finansial dan strategi pemasaran susu kambing (Octavia,2010). Penelitian ini

mengungkapkan strategi pemasaran adalah sebagai berikut: 1) melakukan promosi secara intensif dengan mengoptimalkan media pemasaran; 2) meningkatkan pangsa pasar dengan memperluas jaringan pemasaran; 3) mempekerjakan tenaga pemasaran yang qualified; 4) meningkatkan kerjasama dan pelayanan kepada pemasok, agen, dan pelanggan; 5) menciptakan diferensiasi produk untuk menghadapi persaingan dan ancaman produk substitusi.

Kemudian penelitian berikutnya adalah mengenai inovasi produk es krim Susu Kambing Etawa-ubi ungu (Ferichani dkk,2012), Penelitian ini bertujuan untuk membuat produk olahan Susu Kambing Etawa yang lezat, bergizi, nikmat, dan marketable. Hasil dari penelitian ini adalah :

1. Produk Es Krim Susu Kambing Etawa Ubi Ungu dapat menjadi produk yang qualified dari sisi inside dan outside serta marketable walaupun baru dari sisi produk.

2. Pengukuran kepuasan (satisfaction) dapat menjadi alternatif langkah untuk memperoleh produk hasil diversifikasi yang unggul.

Penelitian berikutnya adalah mengenai inovasi teknologi reproduksi mendukung pengembangan kambing perah lokal (Sutama,2011) hasil penelitian ini


(45)

1. Sebagai ternak yang sangat dekat dengan petani kecil, peningkatan

produktivitas kambing perlu diupayakan secara terus-menerus. Peningkatan produktivitas tidak hanya difokuskan pada populasi dan bobot badan, tetapi juga produksi susu per ekor ternak sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

2. Upaya yang dapat ditempuh antara lain adalah meningkatkan efisiensi kinerja reproduksi melalui: (1) penciptaan kondisi lingkungan yang kondusif agar tampilan reproduksi ternak optimal sesuai potensi genetiknya; (2) peningkatan jumlah anak sekelahiran (JAS) dan daya hidup anak dengan menerapkan sinkronisasi berahi, superovulasi dan creep feeding; dan (3) penerapan perkawinan yang tepat untuk memperpendek selang beranak.

3. Dalam penerapannya di lapang, strategi pengembangan kambing perah antara lain meliputi pencapaian pubertas yang lebih awal, penyediaan pejantan unggul, pemanfaatan betina prolifik, dan perkawinan yang efisien. Di samping itu, diperlukan adanya kelembagaan produksi dan pemasaran yang kuat serta diseminasi dan promosi.

C. Kerangka Pemikiran

Pengolahan merupakan salah satu industri yang menggunakan hasil – hasil

(produk) pertanian dan mengubahnya dari bahan mentah menjadi barang setengah jadi ataupun barang jadi yang dapat langsung dikonsumsi atau digunakan dalam proses produksi. Kegiatan pengolahan bertujuan untuk meningkatkan nilai dari produk pertanian yang dihasilkan, sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat di sekitar pengolahan. Pengolahan pada umumnya


(46)

30

berlokasi di daerah pedesaan mengingat kedekatannya dengan bahan baku, sehingga berkaitan dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku.

Kambing Etawa merupakan komoditas unggulan peternakan Kabupaten Tulang Bawang Barat. Usaha pengolahan produksi Susu Kambing Etawa yang terdapat di Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat merupakan progam unggulan Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat untuk meningkatkan ekonomi masyarakat melalui produk Susu Kambing Etawa.

Progam unggulan yang memiliki nama RSMW “Ragem Sai Mangi Wawai” tersebar di setiap UPK Kecamatan di Seluruh Kabupaten Tulang Bawang Barat. Namun dalam pelaksanaanya masih terdapat kendala, sehingga usaha yang

dilakukan belum maksimal. Baik kendala dalam aspek internal perusahaan seperti manajemen, pemasaran, keuangan, produksi maupun kendala dalam aspek

eksternal perusahaan seperti ekonomi,sosial,budaya,teknologi,dan politik.

Keuntungan pengolahan Susu Kambing Etawa dengan usaha komersilnya

ditentukan oleh besarnya biaya produksi di satu pihak dan besarnya penerimaan di pihak lain. Besarnya keuntungan yang diterima digunakan sebagai tolak ukur dalam melihat perkembangan peternakan kambing etawa tersebut dalam jangka panjang. Selain itu, penelitian ini juga melihat kondisi lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi oleh pengolahan Susu Kambing Etawa, guna

merumuskan strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan usaha lebih lanjut.


(47)

Gambar 1. Bagan Alir Pengolahan Susu Kambing Etawa

Lingkungan Pengolahan

Lingkungan Internal : 1. Produksi

2. Manajemen dan pendanaan 3. Sumber daya Manusia 4. Lokasi pengolahan 5. Pemasaran

Lingkungan Eksternal : 1. Ekonomi, sosial, budaya 2. Teknologi

3. Sosial 4. Iklim, cuaca

5. Kebijakan pemerintah Pengolahan Susu Kambing Etawa

Pengadaan Bahan Baku

Pemasaran Pengolahan

Produk

Pendapatan R/C rasio


(48)

32

III. METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.

1. Faktor internal merupakan semua faktor yang mempengaruhi pengolahan Susu Kambing Etawa yang berasal dari dalam perusahaan seperti kondisi keuangan, sumberdaya manusia, produksi, pemasaran, manajemen

2. Faktor eksternal merupakan semua faktor yang mempengaruhi pengolahan Susu Kambing Etawa yang berasal dari luar perusahaan seperti pesaing, pelanggan, pemasok, keadaan alam, kebijakan pemerintah, kondisi ekonomi, sosial budaya dan teknologi.

3. Manajemen strategi merupakan sebagai kumpulan keputusan dan tindakan yang merupakan hasil rumusan dan implementasi pada rencana yang dibuat untuk mencapai tujuan perusahaan serta bagaiamana mengevaluasi dan melaksanakan tindakan tersebut demi tercapainya tujuan perusahaan, yang mencangkup perumusan, implementasi, dan evaluasi rencana strategi

4. Pendapatan adalah balas jasa yang diterima perusahaan dari pengolahan Susu Kambing Etawa. Besarnya pendapatan dihitung dengan mengurangi


(49)

penerimaan pengolahan Susu Kambing Etawa dengan biaya-biaya yang dikeluarkan, diukur dengan satuan rupiah (Rp).

5. Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja, baik di dalam maupun luar anggota keluarga, yang digunakan dalam proses pengolahan Susu Kambing Etawa dan diukur dalam satuan hari kerja (HOK).

6. Umur ekonomis alat adalah jumlah tahun alat selama digunakan, terhitung sejak tahun pembelian sampai alat tersebut tidak dapat digunakan lagi, diukur dalam satuan tahun.

7. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total yg dikeluarkan dan dinyatakan dengan rupiah.

8. Penerimaan merupakan hasil perkalian yang dinyatakan dengan rupiah antara harga jual per liter Susu Kambing Etawa dengan jumlah produksinya.

9. R/C ratio merupakan perbandingan antara penerimaan total dengan biaya total atau disebut dengan R/C ratio atas biaya total.

10. R/C ratio atas biaya tunai merupakan perbandingan antara penerimaan total dengan biaya tunai yg dikeluarkan.

11. Analisis lingkungan internal pengolahan adalah suatu cara untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategis dari dalam pengolahan yang

mempengaruhi keberhasilan misi, tujuan, dan kebijakan pengolahan, seperti kondisi keuangan, sumberdaya manusia, produksi, pemasaran, manajemen 12. Analisis lingkungan eksternal pengolahan adalah suatu cara untuk

mengidentifikasi faktor-faktor strategis dari luar pengolahan yang


(50)

34

pesaing, pelanggan, pemasok, keadaan alam, kebijakan pemerintah, kondisi ekonomi, sosial budaya dan teknologi.

B. Lokasi, Waktu Penelitian, dan Responden

Penelitian ini dilakukan di lokasi pengolahan Susu Kambing Etawa Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) Kecamatan Tumijajar, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Provinsi Lampung. Pemilihan lokasi ini secara sengaja (purposive) dilakukan dengan pertimbangan bahwa lokasi pengolahan Susu Kambing Etawa Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) Kecamatan Tumijajar ini merupakan Progam Unggulan Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat “Ragem Sai Mangi Wawai” yang bergerak di bidang pengolahan dan penjualan Susu Kambing Etawa dan memiliki potensi untuk dikembangkan . (Penelitian dilaksanakan pada Bulan November 2014 sampai dengan Bulan Januari 2015).

Responden dalam penelitian ini adalah Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) Susu Kambing Etawa di Kecamatan Tumijajar.

C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study) dengan satuan kasusnya adalah pengolahan Susu Kambing Etawa di UPK

Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat. Menurut Rahardjo (2010) penelitian studi kasus memusatkan perhatian pada satu objek tertentu yang

diangkat sebagai sebuah kasus untuk dikaji secara mendalam sehingga mampu membongkar realitas dibalik fenomena.


(51)

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dan lokasi penelititan melalui observasi dan wawancara dengan responden

menggunakan kuisioner yang terkait dengan semua faktor baik faktor internal perusahaan seperti kekuatan dan kelemahan maupun faktor eksternal perusahaan seperti peluang dan ancaman. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan bacaan seperti buku, jurnal, artikel.

D. Metode Analisis dan Pengujian Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif dan deskriptif.

1. Metode analisis kuantitatif

Metode analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab tujuan pertama yaitu mengetahui pendapatan pengolahan Susu Kambing Etawa.

a. Pendapatan

Pendapatan pengolahan diperoleh dengan menghitung selisih antara penerimaan dari hasil usaha dengan biaya produksi yang dikeluarkan dalam satu bulan, dirumuskan sebagai berikut :

Π = Y .Py - ∑Xi .Pxi – BTT Keterangan :

Π = Pendapatan (Rp) Y = Produksi (liter)


(52)

36

∑Xi = Jumlah faktor produksi ke i (i = 1,2,3,....n) Px = Harga produksi ke i (Rp)

BTT = Biaya tetap total (Rp)

Untuk mengetahui apakah pengolahan Susu Kambing Etawa menguntungkan atau tidak, maka digunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya yang dirumuskan: R/C =

Keterangan :

R/C = Nisbah antara penerimaan dengan biaya PT = Penerimaan total

BT = Biaya total

 Jika R/C > 1, maka pengolahan Susu Kambing Etawa yang diusahakan mengalami keuntungan.

 Jika R/C < 1, maka pengolahan Susu Kambing Etawa yang diusahakan mengalami kerugian.

2. Metode analisis deskriptif

Metode analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis tujuan kedua. Tujuan kedua dianalisis dengan mengidentifikasi aspek faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pengolahan Susu Kambing Etawa.


(53)

IV. GAMBARAN UMUM

A. Kondisi Historis Kabupaten Tulang Bawang Barat

Kabupaten Tulang Bawang Barat merupakan pemekaran dari Kabupaten Tulang Bawang. Kabupaten Tulang Bawang sendiri mempunyai luas wilayah ± 6.851,32 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2007 berjumlah 860.854 jiwa, terdiri atas 28 (dua puluh delapan) kecamatan. Kabupaten ini memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk mendukung peningkatan penyelenggaraan

pemerintahan daerah. Dengan luas wilayah dan besarnya jumlah penduduk seperti tersebut, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat belum sepenuhnya terjangkau. Kondisi demikian perlu diatasi dengan

memperpendek rentang kendali pemerintahan melalui pembentukan daerah otonom baru sehingga pelayanan publik dapat ditingkatkan guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Pembentukan Kabupaten Tulang Bawang Barat yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tulang Bawang terdiri atas 8 (delapan) kecamatan, yaitu Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kecamatan Lambu Kibang, Kecamatan Gunung Terang, Kecamatan Tumijajar, Kecamatan Tulang Bawang Udik, Kecamatan Gunung Agung, Kecamatan Way Kenanga, dan Kecamatan Pagar Dewa. Kabupaten


(54)

38

Tulang Bawang Barat memiliki luas wilayah keseluruhan 1.201,00 km2 dengan jumlah penduduk 255.833 jiwa pada tahun 2012.

Kabupaten Tulang Bawang Barat diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Tulang Bawang Barat Di Provinsi Lampung tanggal 26 November 2008.

B. Gambaran Umum Industri

Industri di Kabupaten Tulang Bawang Barat umumnya jenis Pengolahan atau Industri pengolahan yang bahan bakunya dari hasil pertanian karena wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah daerah Agraris. Industri besar dan sedang yang beroperasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat ada 8 (delapan) perusahaan yang seluruhnya bergerak di bidang Pengolahan yaitu : 1 (satu) perusahaan bergerak di industri makanan jadi yakni pengolahan keripik pisang alami, 1 (satu) perusahan bergerak di industri pengolahan getah karet, dan 6 (enam) perusahaan lainnya bergerak di pengolahan ubi kayu dengan hasil industry utama tepung tapioka. Kedelapan industri besar dan sedang tersebut mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 2.726 orang. Secara rinci perusahaan industri besar dan sedang di Kabupaten Tulang Bawang Barat disajikan dalam Tabel 7.


(55)

Tabel 7. Nama Perusahaan Industri Besar dan Sedang Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2013

Nama Perusahaan Alamat (Kampung) Produksi Utama Tenaga Kerja Tahun Komersial

Kripik Pisang Alami Murni Jaya Kripik Pisang 35 2002 PT. Budi Acid Jaya

Penumangan

Penumangan Tepung Tapioka

359 1984 PT. HIM Penumangan Latex

Pekat,RSS

1549 1992 PT.Budi Acid Jaya Kibang Yekti

Jaya

Tepung Tapioka

394 1991 PT. Bumi Sakti

Perdana Lau Jaya

Setia Bumi Tepung Tapioka

120 1992 PA Menggala C Suka Jaya Tepung

Tapioka

38 2001

Bumi Tapioka Jaya Karta Tepung Tapioka

165 2010 Tapioka Menggala

Riya Sentoca

Suka Jaya Tepung Tapioka

66 2005

Sumber : BPS Kabupaten Tulang Bawang Barat 2013

Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa industri tepung tapioka merupakan industri paling banyak jumlahnya. Kabupaten Tulang Bawang Barat juga potensial akan hasil pertaniannya, hasil pertanian ini dimanfaatkan sebagai bahan baku industri olahan seperti tepung tapioka.

C. Keadaan Umum Kecamatan Tumijajar

1. Sejarah Terbentuknya Kecamatan Tumijajar

Kecamatan Tumijajar merupakan pemekaran dari Kecamatan Tulang Bawang Udik, berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Ttulang Bawang No. 01 tahun 2001 dan diresmikan pada tanggal 21 januari 2001 dengan Ibukota Murni Jaya. pada awalnya Kecamatan Tumijajar terdiri dari 9 (sembilan) kampung yakni:


(56)

40

Daya Murni, Margo Mulyo, Daya Sakti, Makarti, Margo Dadi, Sumber Rejo, Gunung Menanti, Daya Asri, Murni Jaya . Perkembangan selanjutnya setelah masuk program transmigrasi terjadi penambahan satu kampung yakni Kampung Gunung Timbul, sehingga pada 2005 mejadi 9 (sembilan) kampung dan satu kelurahan, yaitu : Daya Murni, Margo Mulyo, Daya Sakti, Makarti, Margo Dadi, Sumber Rejo, Gunung Timbul, Gunung Menanti, Daya Asri, dan Murni Jaya.

2. Keadaan Geografis

Berdasarkan Kecamatan Tumijajar dalam angka (2013), secara geografis Kecamatan Tumijajar merupakan bagian wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan perbatasan :

a. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Tulang Bawang Tengah b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Utara c. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tulang Bawang Udik

Berdasarkan BPS Tulang Bawang Barat (2013) luas Kecamatan Tumijajar mencapai 19.459 Ha. Luas daerah ini didominasi di Desa makarti dengan 8.543 Ha, data ini menunjukan bahwa Desa makarti adalah desa terluas di Kecamatan Tumijajar. Luas Kecamatan Tumijajar menurut kampung/kelurahan disajikan dalam Tabel 8.


(57)

Tabel 8. Luas Kecamatan menurut Kampung/Kelurahan di Kabupaten Tulang Bawang Barat 2013

No Nama kampung/kelurahan Luas (Ha)

1 Gunung Menanti 1.025

2 Margo Dadi 1.091

3 Murni Jaya 1.008

4 Margo Mulyo 2.667

5 Daya Asri 1.010

6 Daya Murni 1.250

7 Daya Sakti 920

8 Makarti 8.543

9 Sumber Rejo 810

10 Gunung Timbul 1225

Total 19.459

Sumber : Badan Pusat Statistik Tulang Bawang Barat 2013

3. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk Kecamatan Tumijajar adalah 40.548 jiwa, terdiri dari laki-laki adalah 20.587 jiwa, sedangkan penduduk perempuan adalah 19.960 jiwa, seperti disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Sebaran penduduk berdasarkan kampung/kelurahan di Kecamatan Tumijajar Tahun 2013.

Sumber : Kecamatan Tumijajar Dalam Angka, 2013

No Nama

kampung/kelurahan Jumlah penduduk laki-laki Jumlah penduduk perempuan Jumlah laki-laki + perempuan

1 Gunung Menanti 1.225 1.153 2.378

2 Margo Dadi 2.463 2.349 4.813

3 Murni Jaya 1.936 1.836 3.773

4 Margo Mulyo 2.200 2.071 4.272

5 Daya Asri 1.978 2.027 4.005

6 Daya Murni 3.712 3.626 7.337

7 Daya Sakti 2.220 2.133 4.352

8 Makarti 2.305 2.286 4.591

9 Sumber Rejo 1.595 1.531 3.126

10 Gunung Timbul 953 948 1.901


(58)

42

4. Tataguna Lahan

Sebagian besar wilayah Kecamatan Tumijajar merupakan dataran rendah dengan ketinggian berkisar antara 0-450 m di atas permukaan laut. Penggunaan lahan di Kecamatan Tumijajar meliputi persawahan, peladangan, perkebunan, pemukiman, dan lahan lain-lain, seperti disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Sebaran Penggunaan lahan di Kecamatan Tumijajar Tahun 2013

No Penggunaan

lahan Luas (ha) Persentase (%) 1 2 3 4 5 Sawah Peladangan/tebat/tegalan/kolam Perkebunan Pemukiman Lain-Lain 6 663 4.708 5.763 2.077 248 34 24 30 11 1

Jumlah 19.459 100,00

Sumber : Kecamatan Tumijajar Dalam Angka, 2013

D. Potensi Ekonomi Kecamatan

Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah petani padi dan palawija. Kondisi mata pencaharian ini dirasakan petani masih kurang dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari. Namun di Kecamatan ini memilki potensi dalam pengembangan agrondustri Susu Kambing Etawa yang merupakan salah satu Unit Pelaksana Kegiatan Progam Ragem Sai Mangi Wawai yang sampai saat ini masih produktif mengelola pengolahan Susu Kambing Etawa. Apabila potensi ini dikelola secara maksimal, diharapkan dapat membantu memperbaiki kesejahteraan masyarakat setempat dan menjadikan kabupaten Tulang Bawang Barat terkenal dengan produk Susu Kambing Etawa.


(59)

E. Latar Belakang Pengolahan Susu Kambing Etawa

Pengolahan Susu Kambing Etawa di Kabupaten Tulang Bawang Barat yang merupakan progam unggulan Kabupaten Tulang Bawang Barat “Progam Ragem Sai Mangi Wawai” untuk meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan. Masyarakat memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam progam kemandirian kampung dengan peningkatan produktifitas masyarakat secara nyata dalam peningkatan kesejahteraan.

Kampung sebagai institusi masyarakat yang memiliki wilayah otonomi sendiri perlu diperkuat, dengan adanya penguatan institusi kampung pada akhirnya akan mendorong penguatan kemandirian kampung yang tetap bertumpu terhadap kemandirian masyarakat.

Kabupaten Tulang Bawang Barat memiliki luas wilayah 1201 km2 dengan jumlah penduduk ± 258.435 jiwa yang tersebar di delapan kecamatan. Seiring dengan perkembangan Kabupaten Tulang Bawang Barat pada awal peluncuran Progam Ragem Sai MAngi Wawai tahun 2012, saat itu baru 79 kampung dan 3 kelurahan, maka pada tahun 2014 jumlah kampung yang mendapatkan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Progam RSMW berjumlah 93 kampung dan 3 kelurahan, penambahan tersebut merupakan hasil pemekaran kampung yang berjumlah 114 kampung.


(60)

44

Sumber dana pengelolaan sentra Kambing Etawa berasal dari :

1. APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) Kabupaten Tulang Bawang Barat

2. APBK (Anggaran Pendapatan Belanja Kampung) yang terdiri dari Pendapatan Asli Kampung, Dana Bantuan Keuangan Kampung dan sumbangan pihak ketiga.

3. Swadaya Masyarakat.

4. Sumbangan pihak ketiga yang tidak mengikat berbentuk donasi ataupun bentuk lainnya.

Dana yang dialokasikan untuk peningkatan ekonomi produktif yaitu Peningkatan Pemeliharaan Ternak Kambing Etawa setiap UPK/ Kecamatan tidak sama sesuai dengan kebutuhan UPK (Unit Pelaksana Kegiatan)/Kecamatan yang dipergunakan untuk peningkatan pemeliharaan ternak, pengelolaan kandang, kegiatan UPK, Honorarium UPK, dan Honorarium Anak Kandang (Pengelola Kandang), untuk itu masing-masing UPK/Kecamatan menyampaikan Rencana Umum Kegiatan (RUK) kepada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan


(61)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di UPK Susu Kambing Etawa Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengolahan Susu Kambing Etawa UPK Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat memperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp. 43.606.000,- dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp. 15.837.000,- dengan R/C biaya tunai sebesar 1,7 dan R/C biaya total sebesar 1,2.

2. Hasil identifikasi lingkungan internal dan eksternal UPK Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat menyatakan bahwa rendahnya produksi pengolahan Susu Kambing Etawa di UPK Kecamatan Tumijajar disebabkan oleh rendahnya pengadaan bahan baku berupa susu yang dihasilkan dari pemerahan Kambing Etawa yang dipengaruhi oleh pemberian pakan yang kurang optimal serta iklim dan cuaca lokasi budidaya yang kurang mendukung untuk budidaya Kambing Etawa perah.


(62)

73

B. Saran

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, saran untuk UPK Susu Kambing Etawa Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah sebagai berikut :

1. UPK Susu Kambing Etawa Kecamatan Tumijajar diharapkan dapat

mengoptimalkan pemberian pakan konsentrat untuk meningkatkan produksi Susu Kambing Etawa.

2. UPK Susu Kambing Etawa Kecamatan Tumijajar diharapkan dapat mengantisipasi iklim dan cuaca yang kurang mendukung untuk kambing etawa dalam memproduksi susunya.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Ahdiyana, M. Memperkuat Manajemen Strategis melalui Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik. 2010.5 Juni 2014. www.staff.uny.ac.id. Arifin, B. 2005. Pembangunan Pertanian. Grasindo. Jakarta.

Atabany A. 2001. Studi Kasus Produktivitas Kambing PE dan Kambing Saanen Pada Peternakan Kambing Perah Barokah dan PT. Taurus Dairy Farm [tesis]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Atmiyati . Potensi Susu Kambing Sebagai Obat dan Sumber Protein Hewani Untuk Meningkatkan Gizi Petani. 2001. 7Juni 2014.

www.balitnak.litbang.deptan.go.id.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Bawang Barat. 2013. Tulang Bawang Barat Dalam Angka. 2013. BPS Kabupaten Tulang Bawang Barat. Lampung.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2013. Lampung Dalam Angka. BPS Provinsi Lampung. Lampung

Budiman, Y. Upaya Meningkatkan Nilai Tambah Pada Pengolahan Susu Kambing Segar Terpadu Dalam Skala Rumah Tangga. 2012. 9 Juni 2014.

https://agribisnispeternakan.files.wordpress.com

Dewi, A. A. S. 2010. Keragaman Genetik Kambing Gembong dan

Kekerabatannya dengan Kambing Kacang dan Kambing Peranakan Etawa (PE) Melalui Analisis DNA Mitokondria. Universitas Udayana (Tesis). Bali.

Disnakwan Kab. Tulang Bawang Barat. 2013. Potensi Kambing Etawa Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2009-2012. Disnakwan Kab. Tulang Bawang Barat. Lampung.

Ferichani, M., Darsono dan Supanggyo.2012. Inovasi Produk Es Krim Susu Kambing Etawa-Ubi Ungu. Caraka Tani. Vol. 27 No.1. UNS. Solo.


(64)

75

Gie , K.K. Kebijakan dan Strategi Pembangunan Nasional : Sektor Pertanian Sebagai “Prime Mover” Pembangunan Nasional. 2002. 5 juni 2014. www.bappenas.go.id.

Gittinger. 1986. Analisis Ekonomi Proyek – Proyek Pertanian. Jakarta. UI Press. Haryadi, N dan K, Norbertus. 2013. Kambing Perah. Arcita. Solo.

Hidayati A. Pakan Kambing Perah: Sosialisasi Bimbingan Teknis Kambing

Perah, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu. 2012. 7

September 2015.www.peternakan.umm.ac.id.

Hubeis, M dan N, Mukhamad. Manajemen Strategik. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Hunger, J.D dan T.L Wheelen. 2003. Manajemen Strategi. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Mariani, U dan A. P, Frieska. 2012. Pentingkah Scaling Up Penelitian di Bidang Pakan. Info Feed Media Pakan Ternak. Vol. 2 No. 4 Direktorat Pakan Ternak Kementrian Pertanian. Jakarta.

Octavia, I. 2010. Analisis Kelayakan Finansial Dan Strategi Pemasaran Susu Kambing. IPB (Skripsi). Bogor.

Paramitha, A dan K, Lusi. 2013. Teknik Focus Group Discussion Dalam

Penelitian Kualitatif. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol. 16. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Surabaya.

Permadi, R.M, S.R, Handayani, Topowijono .2013. Analisis Return On Investment (ROI) dan Residual Income(RI) Guna Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol.5 No. 1. UB. Malang

Phalepi, MA. 2004. Performa Kambing Peranakan Etawah (Studi Kasus Di Peternakan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaaan Swadaya Citarasa) [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor

Prasetya, H dan F, Lukiastuti. 2009. Manajemen Operasi. Yogyakarta. Media Presindo

Prasetya, H dan F, Lukiastuti. 2009. Manajemen Operasi. Yogyakarta. Media Presindo


(65)

Rahardjo, M. Mengenal Lebih Jauh Tentang Studi Kasus. 2010. 8 Juni 2013. www.mudjia.blogspot.com.

Rangkuti, F. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Render B dan Heizer J. 2001. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi. Salemba Empat. Jakarta.

Sitepu, R. A. 2008. Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo. Universitas Sumatera Utara (Skripsi). Medan. Sofyan, I. 2004.Studi Kelayakan Bisnis.Graha Ilmu.Yogyakarta

Soekartawi. 2000. Pengantar Pengolahan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sutama, I. K. 2011. Inovasi Teknologi Reproduksi Mendukung Pengembangan

Kambing Perah Lokal. Pengembangan Inovasi Pertanian. Vol. 4. No.3. Badan Litbang Pertanian. Bogor.

Syambyah dan S. R, Handoyo. 2012. Kiat Sukses Beternak Kambing Peranakan Etawa. Lily Publisher. Yogyakarta.

Tisman. Konsep Pembangunan Pertanian dan Peternakan Masa Depan. 2009. 7 Juni 2014. http://tisman.blogspot.com/2009/01/konsep-pembangunan-pertanian-dan_09.html.

Wahyudi, A.S. 1996. Manajemen Strategi. Binarupa Aksara. Jakarta. Widagdo, D. 2013. Etawa Taktis dan Jitu. PT Hamafira. Klaten.

Winarso, B. 2007. Dinamika Kegiatan Pengolahan dalam Menunjang Ternak Kambing dan Domba. Lokakarya Nasional Domba dan Kambing : Strategi Pengkajian Produksi dan Mutu Bibit Domba dan Kambing. Pusat Studi Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Litbang Deptan. Bogor. Yunus, A. 2012. Panduan Budidaya Kambing Etawa Usaha Jitu Memerah

Rupiah. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Yusa, M. R. 2011. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada E-cofarm. IPB (Skripsi). Bogor.

Yusuf, I. A. Memahami Focus Group Discussion . 2011. 14 Juni 2014. www. bincangmedia.wordpress.com.


(1)

1. APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) Kabupaten Tulang Bawang Barat

2. APBK (Anggaran Pendapatan Belanja Kampung) yang terdiri dari Pendapatan Asli Kampung, Dana Bantuan Keuangan Kampung dan sumbangan pihak ketiga.

3. Swadaya Masyarakat.

4. Sumbangan pihak ketiga yang tidak mengikat berbentuk donasi ataupun bentuk lainnya.

Dana yang dialokasikan untuk peningkatan ekonomi produktif yaitu Peningkatan Pemeliharaan Ternak Kambing Etawa setiap UPK/ Kecamatan tidak sama sesuai dengan kebutuhan UPK (Unit Pelaksana Kegiatan)/Kecamatan yang dipergunakan untuk peningkatan pemeliharaan ternak, pengelolaan kandang, kegiatan UPK, Honorarium UPK, dan Honorarium Anak Kandang (Pengelola Kandang), untuk itu masing-masing UPK/Kecamatan menyampaikan Rencana Umum Kegiatan (RUK) kepada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan


(2)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di UPK Susu Kambing Etawa Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengolahan Susu Kambing Etawa UPK Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat memperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp. 43.606.000,- dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp. 15.837.000,- dengan R/C biaya tunai sebesar 1,7 dan R/C biaya total sebesar 1,2.

2. Hasil identifikasi lingkungan internal dan eksternal UPK Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat menyatakan bahwa rendahnya produksi pengolahan Susu Kambing Etawa di UPK Kecamatan Tumijajar disebabkan oleh rendahnya pengadaan bahan baku berupa susu yang dihasilkan dari pemerahan Kambing Etawa yang dipengaruhi oleh pemberian pakan yang kurang optimal serta iklim dan cuaca lokasi budidaya yang kurang mendukung untuk budidaya Kambing Etawa perah.


(3)

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, saran untuk UPK Susu Kambing Etawa Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah sebagai berikut :

1. UPK Susu Kambing Etawa Kecamatan Tumijajar diharapkan dapat

mengoptimalkan pemberian pakan konsentrat untuk meningkatkan produksi Susu Kambing Etawa.

2. UPK Susu Kambing Etawa Kecamatan Tumijajar diharapkan dapat mengantisipasi iklim dan cuaca yang kurang mendukung untuk kambing etawa dalam memproduksi susunya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahdiyana, M. Memperkuat Manajemen Strategis melalui Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik. 2010.5 Juni 2014. www.staff.uny.ac.id. Arifin, B. 2005. Pembangunan Pertanian. Grasindo. Jakarta.

Atabany A. 2001. Studi Kasus Produktivitas Kambing PE dan Kambing Saanen Pada Peternakan Kambing Perah Barokah dan PT. Taurus Dairy Farm [tesis]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Atmiyati . Potensi Susu Kambing Sebagai Obat dan Sumber Protein Hewani Untuk Meningkatkan Gizi Petani. 2001. 7Juni 2014.

www.balitnak.litbang.deptan.go.id.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Bawang Barat. 2013. Tulang Bawang Barat Dalam Angka. 2013. BPS Kabupaten Tulang Bawang Barat. Lampung.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2013. Lampung Dalam Angka. BPS Provinsi Lampung. Lampung

Budiman, Y. Upaya Meningkatkan Nilai Tambah Pada Pengolahan Susu Kambing Segar Terpadu Dalam Skala Rumah Tangga. 2012. 9 Juni 2014.

https://agribisnispeternakan.files.wordpress.com

Dewi, A. A. S. 2010. Keragaman Genetik Kambing Gembong dan

Kekerabatannya dengan Kambing Kacang dan Kambing Peranakan Etawa (PE) Melalui Analisis DNA Mitokondria. Universitas Udayana (Tesis). Bali.

Disnakwan Kab. Tulang Bawang Barat. 2013. Potensi Kambing Etawa Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2009-2012. Disnakwan Kab. Tulang Bawang Barat. Lampung.

Ferichani, M., Darsono dan Supanggyo.2012. Inovasi Produk Es Krim Susu Kambing Etawa-Ubi Ungu. Caraka Tani. Vol. 27 No.1. UNS. Solo.


(5)

Sebagai “Prime Mover” Pembangunan Nasional. 2002. 5 juni 2014. www.bappenas.go.id.

Gittinger. 1986. Analisis Ekonomi Proyek – Proyek Pertanian. Jakarta. UI Press. Haryadi, N dan K, Norbertus. 2013. Kambing Perah. Arcita. Solo.

Hidayati A. Pakan Kambing Perah: Sosialisasi Bimbingan Teknis Kambing

Perah, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu. 2012. 7

September 2015.www.peternakan.umm.ac.id.

Hubeis, M dan N, Mukhamad. Manajemen Strategik. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Hunger, J.D dan T.L Wheelen. 2003. Manajemen Strategi. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Mariani, U dan A. P, Frieska. 2012. Pentingkah Scaling Up Penelitian di Bidang Pakan. Info Feed Media Pakan Ternak. Vol. 2 No. 4 Direktorat Pakan Ternak Kementrian Pertanian. Jakarta.

Octavia, I. 2010. Analisis Kelayakan Finansial Dan Strategi Pemasaran Susu Kambing. IPB (Skripsi). Bogor.

Paramitha, A dan K, Lusi. 2013. Teknik Focus Group Discussion Dalam

Penelitian Kualitatif. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol. 16. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Surabaya.

Permadi, R.M, S.R, Handayani, Topowijono .2013. Analisis Return On Investment (ROI) dan Residual Income(RI) Guna Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol.5 No. 1. UB. Malang

Phalepi, MA. 2004. Performa Kambing Peranakan Etawah (Studi Kasus Di Peternakan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaaan Swadaya Citarasa) [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor

Prasetya, H dan F, Lukiastuti. 2009. Manajemen Operasi. Yogyakarta. Media Presindo

Prasetya, H dan F, Lukiastuti. 2009. Manajemen Operasi. Yogyakarta. Media Presindo


(6)

Rahardjo, M. Mengenal Lebih Jauh Tentang Studi Kasus. 2010. 8 Juni 2013. www.mudjia.blogspot.com.

Rangkuti, F. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Render B dan Heizer J. 2001. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi. Salemba Empat. Jakarta.

Sitepu, R. A. 2008. Prospek Pengembangan Usaha Ternak Kambing Di Kabupaten Karo. Universitas Sumatera Utara (Skripsi). Medan. Sofyan, I. 2004.Studi Kelayakan Bisnis.Graha Ilmu.Yogyakarta

Soekartawi. 2000. Pengantar Pengolahan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sutama, I. K. 2011. Inovasi Teknologi Reproduksi Mendukung Pengembangan

Kambing Perah Lokal. Pengembangan Inovasi Pertanian. Vol. 4. No.3. Badan Litbang Pertanian. Bogor.

Syambyah dan S. R, Handoyo. 2012. Kiat Sukses Beternak Kambing Peranakan Etawa. Lily Publisher. Yogyakarta.

Tisman. Konsep Pembangunan Pertanian dan Peternakan Masa Depan. 2009. 7 Juni 2014. http://tisman.blogspot.com/2009/01/konsep-pembangunan-pertanian-dan_09.html.

Wahyudi, A.S. 1996. Manajemen Strategi. Binarupa Aksara. Jakarta. Widagdo, D. 2013. Etawa Taktis dan Jitu. PT Hamafira. Klaten.

Winarso, B. 2007. Dinamika Kegiatan Pengolahan dalam Menunjang Ternak Kambing dan Domba. Lokakarya Nasional Domba dan Kambing : Strategi Pengkajian Produksi dan Mutu Bibit Domba dan Kambing. Pusat Studi Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Litbang Deptan. Bogor. Yunus, A. 2012. Panduan Budidaya Kambing Etawa Usaha Jitu Memerah

Rupiah. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Yusa, M. R. 2011. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pada E-cofarm. IPB (Skripsi). Bogor.

Yusuf, I. A. Memahami Focus Group Discussion . 2011. 14 Juni 2014. www. bincangmedia.wordpress.com.