HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PERANAN KELOMPOK MASYARAKAT (POKMAS) DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM RAGEM SAI MANGI WAWAI (RSMW) DI KECAMATAN GUNUNG AGUNG KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

(1)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PERANAN KELOMPOK MASYARAKAT (POKMAS) DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM RAGEM SAI MANGI WAWAI

(RSMW) DI KECAMATAN GUNUNG AGUNG KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

Oleh

Wayan Pastike Gita A

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Tingkat peranan Pokmas dalam Program Ragem Sai Mangi Wawai (RSMW), (2) Tingkat partisipasi masyarakat dalam Program RSMW, (3) Hubungan antara peranan Pokmas dengan tingkat partisipasi masyarakat pada Program RSMW. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Gunung Agung Kabupaten Tulang Bawang Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive. Sampel dalam penelitian ini adalah semua anggota kelompok masyarakat dan masyarakat diluar anggota kelompok masyarakat yang berjumlah 155 responden. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2013 sampai dengan Maret 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan uji Rank Spearman serta dilanjutkan dengan uji-T. Hasil penelitian ini adalah: (1) Peranan kelompok masyarakat termasuk dalam kategori sangat tinggi/sangat baik sebesar 61.8%. (2) Tingkat Partisipasi masyarakat termasuk dalam kategori sedang yaitu sebesar 64%. (3) Terdapat hubungan yang signifikan antara peranan kelompok masyarakat dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program RSMW dengan nilai rs =0,691.


(2)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PERANAN KELOMPOK MASYARAKAT (POKMAS) DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

PROGRAM RAGEM SAI MANGI WAWAI (RSMW) DI KECAMATAN GUNUNG AGUNG KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

Oleh

Wayan Pastike Gita A.

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS HUKU

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(3)

(4)

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalianda Lampung Selatan pada tanggal 8 Februari 1991. Penulis merupakan anak Pertama dari dua bersaudara pasangan dari Bapak Nyoman Dirga dan Ibu Made Janti. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh adalah Pendidikan tingkat Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Cakat Raya diselesaikan pada tahun 2003, SLTP Negeri 2 Banjar Agung diselesaikan pada tahun 2006 dan SMA Lentera Harapan Banjar Agung diselesaikan pada tahun 2009.

Tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Program Strata Satu (S1) pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian dengan Program Studi Agribisnis melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SNMPTN). Pada Bulan Januari-Februari 2011 penulis melakukan Praktik Umum (PU) di PT Indokom Citra Persada (ICP) Bandar Lampung. Pada buan

Juli-Agustus 2012 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Mekar Jaya Kecamatan Gedung Surian Kabupaten Lampung Barat.


(6)

SANWACANA

Om Swasti Astu

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Antara Tingkat Peranan Kelompok Masyarakat (POKMAS) Dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Program Ragem Sai Mangi Wawai (RSMW) Di Kecamatan Gunung Agung Kabupaten Tulang Bawang Barat ini dengan baik. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Effendi, M.S., selaku Dosen Pembimbing I atas semua saran, kritik, bantuan, dan bimbingan yang sangat besar.

2. Helvi Yanfika S.P., M.E.P., selaku Pembimbing kedua, atas bimbingan, masukan, arahan, dan nasehat-nasehat yang telah diberikan.

3. Dr. Ir. Sumaryo GS, M.Si., sebagai pembahas atas kesediaannya untuk memberikan saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini. 4. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

5. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S. selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


(7)

Mas Boim, Mas Bo dan Mas Buchori atas bantuan dan kerjasamanya. 7. Kedua orangtuaku tersayang (Bapak Nyoman Dirga dan Ibu Made Janti)

terimakasih untuk semua doa, limpahan kasih sayang, kesabaran,

perhatian, pengertian dan dukungan serta guru hidup yang terbaik dalam perjalanan hidupku yang tidak dapat terbalaskan olehku.

8. Sahabat-sahabatku tercinta Rinaldi, Sayida Achmad, Saut, Rama, Edi yang senantiasa memberikan pengertian, dorongan, semangat, doa, dan

kebersamaan kita selama ini .

9. Teman-teman Sosek 2009 Bakti, Rendi, Adam, Hilman, Syani, Habil, Ongki, Nisa, Arin, Denisa, Feby, Yunika, Quentya, Yesika, Veronica, okta, Citra serta teman seperjuangan.

10. Kakak Sosek 2008, dan Adik-adik Sosek 2010 atas doa dan bantuannya. 11. Teman-teman baikku di Kosan Kampus Hijau Firstin Tua Sirait, Wayan

Sukariawan S.T, Yanuardi, Pasda, Gusti Dkk yang telah memberi saya semangat dan dorongan selama mengerjakan skripsi ini.

12. Seluruh aparat dan aparatur kampung yang ada di Kecamatan Gunung Agung Kabupaten Tulang Bawang Barat yang telah membantu memberi informasi yang dibutuhkan penulis dalam menyelesaikan penelitiannya.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ini.


(8)

terlupakan.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis,


(9)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah anggota masyarakat responden ... 42 2. Sarana dan prasarana di Kecamatan Gunung Agung ... 46 3. Sebaran responden kelompok masyarakat (Pokmas) berdasarkan

umur ... 52 4. Sebaran responden kelompok masyarakat (Pokmas) berdasarkan

tingkat pendidikan formal ... 53 5. Sebaran responden masyarakat berdasarkan umur ... 54 6. Sebaran responden Masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan

formal ... 55 7. Peranan Pokmas dalam menyelenggarakan dan bertanggungjawab

secara teknis dan administrative dalam pelaksanaan kegiatan ... 56 8. Peranan Pokmas dalam menyusun proposal dan rencana teknis

kegiatan ... 58 9. Peranan Pokmas dalam menyebarluaskan dan mensosialisasikan

program ... 60 10. Peranan Pokmas dalam menghimpun potensi swadaya masyarakat

untuk pelaksanaankegiatan .... ... 62 11. Peranan Pokmas dalam menyiapkan rekening kolektif ... 63 12. Peranan Pokmas dalam melaksanakan kegiatan pembangunan sarana

dan prasarana ... 65 13. Peranan Pokmas dalam membimbing dan mengarahkan masyarakat


(10)

v

14. Peranan Pokmas dalam melakukan pembukuan penerimaan dan

penggunaan dana ... 68

15. Peranan Pokmas dalam melaporkan perkembangan pelaksanaan dan hasil kegiatan ... 69

16. Rekaptulasi tingkat peranan pokmas dari total skor dan persentase dalam Program RSMW Kecamatan Gunung Agung ... 72

17. Partisipasi Masyarakat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan pembangunan ... 76

18. Partisipasi Masyarakat dalam swadaya ... 77

19. Partisipasi Masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan ... 79

20. Partisipasi Masyarakat dalam monitoring dan evaluasi ... 81

21. Partisipasi Masyarakat dalam menerima dan memanfaatkan hasil-hasil pembangunan ... 83

22. Rekapitulasi tingkat partisipasi masyarakat dalam Program RSMW di Kecamatan Gunung Agung ... 85

23. Rincian persentase rata-rata peranan Kelompok Mayarakat dan partisipasi masyarakat dalam program RSMW ... 86


(11)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Paradigma hubungan peranan pengurus kelompok masyarakat (pokmas) dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program Ragam Sai MangiWawai (RSMW) di Kecamatan Gunung Agung


(12)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... III DAFTAR GAMBAR ... VI

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 8

C. Kegunaan Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10

A. Tinjauan Pustaka ... 10

1.Kelompok Masyarakat (Pokmas) ... 10

2. Peranan ... 13

3. Partisipasi dan Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi ... 15

a. Partisipasi ... 15

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi ... 19

4. Program RSMW ... 20

a. Tujuan Program RSMW ... 21

b. Kebijakan Pengelolaan RSMW ... 22

c. Pelaksanaan Program RSMW ... 23

d. Pendanaan ... 25

e. Jenis Kegiatan dan Alokasi Pendanaan ... 25

5. Kajian Penelitian Terdahulu ... 27

B. Kerangka Pemikiran ... 30

C. Hipotesis ... 35

III. METODE PENELITIAN ... 36

A. Konsep Dasar, Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 36


(13)

ii

1. Peranan Pokmas dalam Program Ragam Sai Mangi Wawai

(RSMW) (Variabel X) ... 36

2. Partisipasi Masyarakat dalam Program Ragam Sai Mangi Wawai (RSMW) (Variabel Y) ... 38

B. Lokasi Penelitian, Waktu Penelitian, dan Responden ... 40

C. MetodePenelitian dan Pengumpulan Data ... 42

D. Metode Analisis Data ... 43

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 45

A. Letak dan Luas Wilayah Kecamatan Gunung Agung ... 45

B. Sarana dan Prasarana Publik Kecamatan Gunung Agung ... 45

C. Visi dan Misi Kecamatan Gunung Agung ... 46

D. Tujuan dan Sasaran Kecamatan Gunung Agung ... 46

E. Strategi dan Kebijakan Kecamatan Gunung Agung ... 48

F. Program Ragam Sai Mangi Wawai ... 49

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Keadaan Umum Responden ... 52

1. Keadaan Umum Responden Kelompok Masyarakat (Pokmas) dalam Program Ragam Sai Mangi Wawai (RSMW) ... 52

2. Keadaan Umum Responden Masyarakat dalam Program Ragam Sai Mangi Wawai (RSMW) ... 54

B. Deskripsi Variabel Tingkat Peranan Kelompok Masyarakat dalam Program Ragem Sai Mangi Wawai (RSMW) ... 55

C. Rekapitulasi Tingkat Peranan Kelompok Masyarakat dalam Program Ragam Sai Mangi Wawai (RSMW) ... 71

D. Deskripsi Variabel Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Ragem Sai Mangi Wawai (RSMW) ... 75

E. Rekapitulasi Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Ragem Sai Mangi Wawai (RSMW) ... 84

F. Hubungan antara Tingkat Peranan Kelompok Masyarakat dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Ragem Sai Mangi Wawai (RSMW) di Kecamatan Gunung Agung ... 86


(14)

iii VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94


(15)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pembangunan partisipatif merupakan pendekatan pembangunan yang sesuai dengan hakikat otonomi daerah yang meletakkan landasan pembangunan yang tumbuh berkembang dari masyarakat, diselenggarakan secara sadar dan mandiri oleh masyarakat dan hasilnya dinikmati oleh seluruh masyarakat (Sumaryadi, 2005). Melalui program-program pembangunan partisipatif tersebut diharapkan semua elemen masyarakat dapat secara bersama-sama berpartisipasi dengan cara mencurahkan pemikiran dan sumber daya yang dimiliki guna memenuhi kebutuhannya sendiri.

Pemerintah daerah selaku pemegang mandat penyelenggaraan otonomi di daerah memiliki kewenangan yang luas dalam upaya mewujudkan peningkatan pembangunan di daerah, yang secara proporsional dan kemandiriannya

terintegrasi pula kedalam kerangka pembangunan nasional. Daerah memiliki potensi untuk mengembangkan pengelolaan sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kearifan lokal dan keanekaragamannya.

Daerah yang mempunyai sumber daya dan kearifan lokal masing-masing tersebut tentu dapat dimanfaatkan untuk menjadi sektor unggulan guna peningkatan pembangunan daerah. Provinsi Lampung yang terdiri dari


(16)

berbagai kearifan lokal dan sumber daya yang ada didalamnya, yang tersebar diberbagai wilayah kota ataupun kabupaten.

Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah salah satu kabupaten yang

mempunyai banyak potensi sumber daya yang dapat dikembangkan sesuai dengan kearifan lokal masyarakat, guna membantu peningkatan pembangunan daerah. Kabupaten Tulang Bawang Barat merupakan kabupaten hasil

pemekaran dari Kabupaten Tulang Bawang. Tulang Bawang Barat mempunyai banyak pekerjaan rumah sebagai sebuah kabupaten baru yaitu membentuk dan menata diri dengan karakternya sendiri. Penataan Tulang Bawang Barat sebagai kabupaten dan kota baru memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh dan berkelanjutan, karena peletakan dasar-dasar sebagai sebuah kabupaten sangat menentukan perkembangan selanjutnya.

Konsekuensi dari perkembangan kabupaten dan kota baru, pada Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah penyediaan infrastruktur dasar dan pelayanan publik. Pembangunan infrastruktur serta layanan publik tersebut tentunya membutuhkan pembiayaan. Selama ini pemerintah mengalami keterbatasan dalam memenuhi anggaran pembangunan, sedangkan tuntutan akan penyediaan sarana dan prasarana baik secara kuantitas maupun kualitas semakin

meningkat. Pemerintah dalam hal ini dituntut untuk lebih efisien dan efektif dalam pengelolaan keuangannya. Pemerintah daerah sampai saat ini masih sangat tergantung kepada anggaran pemerintah pusat seperti Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK), mengingat Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang masih rendah. Kondisi keterbatasan pembiayaan


(17)

pemerintah tersebut, maka seharusnya peran pemerintah dalam menyediakan fasilitas sarana dan prasarana semakin lama harus dikurangi untuk merangsang dan mengarahkan peran organisasi non pemerintah seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan kelompok-kelompok masyarakat dalam partisipasi pembangunan. Harapannya masyarakat bisa lebih mandiri dalam

merencanakan, membangun dan mengelola serta memelihara prasarana yang dibutuhkannya. Misalnya dengan memberikan suatu program yang secara langsung atau tidak langsung mengikutsertakan organisasi non pemerintah seperti, kelompok masyarakat dalam pelaksanaannya (Surotinojo, 2009).

Beberapa program pembangunan daerah yang melibatkan masyarakat, aparatur pemerintahan kebupaten, kecamatan, desa serta berbagai lembaga-lembaga non pemerintah sudah banyak dilakukan di Propinsi Lampung, terutama program-program pembangunan tingkat kabupaten. Pada kenyataannya dilapangan menunjukkan bahwa keberhasilan sebagian program tergantung pada kebutuhan, peran serta dan motivasi yang tumbuh dari masyarakat itu sendiri. Upaya pemberdayaan dan pembangunan daerah tersebut juga harus diikuti dengan pemberdayaan kelembagaan aparatur kampung, kelembagaan adat dan kelompok-kelompok masyarakat sehingga pola pembangunan yang partisipatif sangat perlu dikembangkan di tiap-tiap daerah/kampung.

Kabupaten Tulang Bawang Barat sendiri telah menerapkan beberapa program pembangunan daerah yang mengikutsertakan masyarakat dan organisasi non pemerintah dalam pelaksanaannya.


(18)

Salah satu program dan kebijakan kemandirian kampung telah dilakukan di Kabupaten Tulang Bawang Barat yaitu melalui Program Ragem Sai Mangi Wawai. Program Ragem Sai Mangi Wawai (RSMW) diharapkan dapat meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan. Masyarakat memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam program

kemandirian kampung dengan kapasitas yang dimilikimya baik secara individu dan kelompok dengan peningkatan produktifitas secara nyata dalam

peningkatan aset pembangunan.

Program Ragem Sai Mangi Wawai (RSMW) merupakan program utama Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat untuk menguatkan kemandirian kampung yang bertumpu pada kemandirian masyarakat. Program ini

dilaksanakan disemua kecamatan yang ada di Kabupaten Tulang Bawang Barat yaitu pada 8 kecamatan, salah satunya adalah Kecamatan Gunung Agung. Kecamatan Gunung Agung merupakan salah satu kecamatan yang memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh dan berkelanjutan karena kecamatan ini berada cukup jauh dari pusat pemerintahan Kabupaten Tulang Bawang Barat. Hal tersebut akan berimbas pada lemahnya tingkat sosialisasi tentang program serta kegiatan-kegiatan dalam Program RSMW dan pengawasan dari setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam Program RSMW.

Permasalahan itu tentu akan berpengaruh pada tingkat keberhasilan dari Program RSMW sendiri, sehingga peran serta lebih dari kelompok masyarakat (Pokmas) yang ditunjuk menjadi pelaksana program sangat dibutuhkan.


(19)

Kelompok masyarakat diharapkan mampu membantu mensosialisasikan Program RSMW serta pentingnya setiap kegiatan dalam program tersebut.

Adapun tujuan pemberian Program RSMW yaitu, 1) mengintegrasikan program-program pemberdayaan masyarakat, pemerintah kampung, pembangunan infrastruktur kampung dan penguatan Kelompok Usaha Ekonomi Kerakyatan masyarakat kampung dalam rangka efektifitas an efisiensi monitoring, evaluasi dan pengawasan program, 2) mensinergikan seluruh upaya pembangunan kampung dalam aspek lembaga pemerintahan kampung, ekonomi, sosial budaya serta dalam rangkapeningkatan

kesejahteraan masyarakat, 3) meningkatkan partisipasi dan rasa memiliki dari masyarakat selaku target dan pelaku pembangunan, sehingga dapat menjamin keberhasilan dan kontinuitas program, 4) akselerasi peningkatan

perekonomian kampung, karena program akan ditekankan pada sektor yang memiliki keunggulan lokal sesuai potensi sumberdaya dikampung yang

memberikan dampak ganda (multiplier effect) pada perekonomian setempat, 5) memperkuat kapasitas kelembagaan pemerintahan kampung, yang penting artinya sebagai modal sosial (Sosial Capital) dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

Program RSMW dilaksanakan seluruh kampung di Kabupaten Tulang Bawang Barat, dengan sasaran, 1) tumbuhnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, 2) tergalinya potensi usaha dan sumber produksi yang dapat dikembangkan, 3) tumbuhnya kelompok usaha bersama, 4) tumbuhnya potensi sarana pemasaran, 5) kuatnya kelembagaan pemerintahan kampung. Pelaksana Program RSMW


(20)

adalah kelompok masyarakat (Pokmas) yang dibentuk berdasarkan

musyawarah kampung. Pokmas sebagaimana tersebut diatas ditetapkan oleh kepala kampung berdasarkan musyawarah kampung terdiri dari : Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Anggota (3 Orang). Adapun tugas dari Pokmas dalam Program RSMW yaitu,1) menyelenggarakan dan bertanggung jawab secara teknis dan administratif dalam pelaksanaan kegiatan, 2) ikut serta menyusun proposal dan rencana teknis kegiatan yang akan dilaksanakan dengan konsultan perencana yang ditunjuk oleh tim fasilitasi kabupaten, 3) menyebarluaskan dan mensosialisasikan program, 4) menghimpun potensi swadaya masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan, 5) menyiapkan rekening kolektif kelompok masyarakat bersama kepala kampung pada bank yang ditunjuk, 6) melaksanakan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana yang direncanakan, 7) membimbing dan mengarahkan masyarakat dalam

pelaksanaan kegiatan, 8) melakukan pembukuan penerimaan dana dan penggunaan dana, 9) melaporkan perkembangan pelaksanaan dan hasil kegiatan kepada kepala kampung dan camat.

Mekanisme perencanaan kegiatan Program RSMW yaitu pokmas bersama-sama dengan konsultan perencana yang ditunjuk oleh tim fasilitasi kabupaten atas persetujuan kepala kampung dan diketahui oleh camat bertugas membuat proposal kegiatan kampung. Camat menyampaikan usulan tersebut kepada Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat melalui tim fasilitasi kabupaten dalam bentuk rekomendasi proposal kegiatan. Mekanisme pencairan dana dilakukan melalui rekening bersama Pokmas dan kepala kampung sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Panduan RSMW, 2012).


(21)

Semua kegiatan direncanakan berdasarkan kebutuhan masyarakat dilapangan sehingga dapat tepat sasaran dan sesuai kebutuhan masyarakat disetiap

kampungnya. Pada pelaksanaan Program RSMW peran serta aktif masyarakat kampung dalam kelompok-kelompok masyarakat sangat dibutuhkan agar semua rencana kegiatan program dapat terlaksana dengan baik. Terlebih bagi kelompok masyarakat yang memang dibentuk untuk melaksanakan program tersebut. Mereka hendaknya dapat berperan dan berkontribusi lebih dalam setiap perencanaan, mensosialisasikan kegiatan dan pelaksanaan kegiatan. Peranan dan kinerja yang baik dari pelaksana Program RSMW yang dalam hal ini adalah kelompok masyarakat (Pokmas), diharapkan dapat menjadi contoh dan dapat memicu masyarakat. Masyarakat diharapkan dapat tergerak untuk ikut berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan setiap kegiatan yang telah

direncanakan dalam Program RSMW.

Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tertarik menelaah sampai sejauh mana hubungan antara peranan kelompok masyarakat (Pokmas) dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Ragem Sai Mangi Wawai (RSMW). Khususnya di Kecamatan Gunung Agung Kabupaten Tulang Bawang Barat, karena kecamatan ini berada cukup jauh dari pusat Pemerintahan Kabupaten Tulang Bawang Barat. Peranan dari kelompok masyarakat menjadi hal utama yang dapat merangsang tingkat partisipasi masyarakat dan keberhasilan dari setiap kegiatan dalam Program RSMW, mengingat pengawasan yang kurang intensif dari pemerintah kabupaten. Hasibuan (2003), menyatakan bahwa semakin luas rentang kendali, maka pengawasan semakin tidak efektif dan


(22)

akan menurun daya jangkauannya. Semakin rendah pengawasan maka prestasi kerja akan semakin menurun.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diidentifikasi permasalahan, yaitu : 1. Bagaimana peranan Pokmas dalam Program Ragem Sai Mangi Wawai

(RSMW) di Kecamatan Gunung Agung Kabupaten Tulang Bawang Barat ? 2. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Ragem Sai Mangi

Wawai (RSMW) di Kecamatan Gunung Agung Kabupaten Tulang Bawang Barat ?

3. Bagaimana hubungan antara peranan Pokmas dengan tingkat partisipasi masyarakat pada Program Ragem Sai Mangi Wawai (RSMW) di Kecamatan Gunung Agung Kabupaten Tulang Bawang Barat ?

B.Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Tingkat peranan Pokmas dalam Program Ragem Sai Mangi Wawai

(RSMW) di Kecamatan Gunung Agung Kabupaten Tulang Bawang Barat. 2. Tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Ragem Sai Mangi Wawai

(RSMW) di Kecamatan Gunung Agung Kabupaten Tulang Bawang Barat. 3. Hubungan antara peranan Pokmas dengan tingkat partisipasi masyarakat

pada Program Ragem Sai Mangi Wawai (RSMW) di Kecamatan Gunung Agung Kabupaten Tulang Bawang Barat.


(23)

C.Kegunaan penelitian

Hasil penelitian in diharapkan berguna sebagai berikut:

1. Bahan informasi bagi pemerintah daerah untuk pembenahan program Ragem Sai Mangi Wawai (RSMW) ini kedepan agar lebih efektif dan mencapai tingkat keberhasilan yang lebih tinggi.

2. Bahan informasi khususnya bagi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dalam penyelenggaraan program-program pembangunan daerah selanjutnya (BAPPEDA) Kabupaten Tulang Bawang Barat.


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A.Tinjauan Pustaka

1. Kelompok Masyarakat (Pokmas)

Sherif and Sherif (1956, dalam Ahmadi, A., 1999), kelompok adalah unit sosial yang terdiri dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga diantara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur, dan norma-norma tertentu yang khas bagi kelompok itu. Menurut Roland Freedman (dalam Ahmadi, A., 1999) kelompok adalah organisasi terdiri dari 2 (dua) atau lebih individu-individu yang tergantung oleh ikatan-ikatan suatu sistem ukuran-ukuran kelakuan yang diterima dan disetujui oleh semua anggota-anggotanya.

Kartono (1994), mengartikan kelompok adalah kumpulan yang terdiri dari 2 (dua) atau lebih individu, dan kehadiran masing-masing individu

mempunyai arti serta nilai bagi orang lain, dan ada dalam situasi

mempengaruhi. Pada setiap anggota-anggota tadi selalu terdapat aksi-aksi dan reaksi-reaksi yang timbal balik. Ahmadi (1999), menyatakan

masyarakat (society) yaitu wadah segenap individu-individu yang menyelenggarakan antar hubungan sosial, terdiri atas banyak sekali kolektifitas-kolektifitas serta kelompok-kelompok dan tiap-tiap kelompok


(25)

terdiri atas kelompok-kelompok kecil atau sub kelompok. Kelompok adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama dan

mengadakan hubungan antara sesama mereka (Soekanto, 1990). Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling

mempengaruhi dan juga kesadaran untuk saling menolong.

Pengertian masyarakat itu sendiri menurut Gitosaputro (2003) adalah sekelompok orang-orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah geografis tertentu, dan satu sama lain saling berinteraksi untuk mencapai tujuan hidupnya. Abdul Syani (2007) menjelaskan bahwa masyarakat merupakan kelompok-kelompok makhluk dengan realitas-realitas baru yang

berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan tersendiri. Manusia diikat dalam kehidupan kelompok karena rasa sosial serta-merta dan kebutuhannya.

Dari beberapa pengertian yang diungkapkan oleh beberapa ahli dapat disimpulkan kelompok masyarakat (Pokmas) dapat diartikan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, oleh karenanya adanya antar hubungan antar mereka.

Pengertian pokmas dalam Program RSMW adalah organisasi terkecil di tingkat kampung yang dibentuk untuk menyatukan aspirasi masyarakat. Kelompok Masyarakat (Pokmas) sebagai wadah aspirasi, pikiran dan tujuan bersama untuk memudahkan diseminasi informasi atau melibatkan sejumlah masyarakat di setiap kampungnya.


(26)

Struktur kelompok masyarakat dalam Program RSMW terdiri dari, a. ketua,

b. sekretaris, c. bendahara, dan d. anggota (3 orang).

Tugas dan peranan Pokmas dalam Program RSMW adalah sebagai berikut. 1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab secara teknis dan

administratif dalam pelaksanaan kegiatan.

2. Ikut serta menyusun proposal dan rencana teknis kegiatan yang akan dilaksanakan dengan konsultan perencana yang ditunjuk oleh tim fasilitasi kabupaten.

3. Menyebarluaskan dan mensosialisasikan program.

4. Menghimpun potensi swadaya masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan. 5. Menyiapkan rekening kolektif bersama kepala kampung pada bank yang

ditunjuk.

6. Melaksanakan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana yang direncanakan.

7. Membimbing dan mengarahkan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan. 8. Melakukan pembukuan penerimaan dana dan penggunaan dana.

9. Melaporkan perkembangan pelaksanaan dan hasil kegiatan kepada kepala kampung dan camat.


(27)

2. Peranan

Menurut Soekanto (1990), peranan atau peran merupakan pola perilaku yang harus dilakukan berhubungan dengan status kedudukan seseorang dalam sistem sosial. Peranan adalah aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan

kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Tingkat pengetahuan anggota tentang program meliputi pengetahuan tentang sasaran dan tujuan program serta hak dan kewajiban anggota kelompok yang terlibat dalam program.

Pengertian peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai status. Menurut Soekanto (1990), peranan memiliki keterkaitan dengan status seseorang, peranan dapat dilihat apabila seseorang telah melaksanakan kwajiban dan mendapatkan haknya sesuai dengan status yang dimilikinya. Kedudukan (status) dan peranan tidak dapat dipisahkan, karena saling tergantung antara satu dengan yang lain. Peranan menentukan apa yang dibuat terhadap masyarakat serta kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat terhadap seseorang. Selanjutnya Soekanto (1990),

menambahkan bahwa peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status). Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisinya dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam

masyarakat merupakan unsure statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat, sedangkan peranan lebih banyak menunjukkan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai proses.


(28)

Lebih jauh Soekanto (2002), mengemukakan bahwa peranan adalah salah satu aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya seseuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut dapat dikatakan menjalankan suatu peranan. Konsep peranan merupakan salah satu dari seperangkat istilah yang digunakan dalam mempelajari peprilaku individu maupun kelompok, membatasi data yang dikumpulkan, dan mengarahkan analisis yang harus dilakukan. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan masyarakat. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat.

Peranan mencakup tiga hal yaitu:

1) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

2) Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3) Peranan dapat juga dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial seseorang.

Menurut Berry (1995), mendefinisikan peranan adalah sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Konsep peranan merupakan satu dari seperangkat istilah yang digunakan dalam mempelajari perilaku individu maupun kelompok,


(29)

membatasi data yang dikumpulkan, dan mengarahkan analisis yang harus dilakukan. Selanjutnya Berry (1995), mengemukakan tentang konsep harapan-harapan (role expectation) yang terangkum dalam dua macam harapan yaitu : (1) harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban dar pemegang peran, (2) harapan dari pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan perannya. Struktur masyarakat dapat dilihat sebagai pola-pola peranan yang saling berhubungan. Walaupun peranan adalah bagian dari struktur masyarakat, tetapi peranan hanya ada selama peranan-peranan itu diisi oleh individu.

3. Partisipasi dan Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi a. Partisipasi

Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu. Ada dua makna partisipasi masyarakat, yaitu :

(1) Partisipasi transformasional yaitu terjadi ketika partisipasi itu dipandang sebagai tujuan dan sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi.

(2) Partisipasi instrumental yaitu terjadi ketika partisipasi dilihat sebagai suatu cara untuk mencapai sasaran tertentu (Mikkelsen, dalam


(30)

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Dalam defenisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi, sebenarnya partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat

kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan.

Adapun bentuk partisipasi yang nyata yaitu sebagai berikut.

1) Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan.

2) Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.

3) Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program.

4) Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui

keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya


(31)

Menurut Madrie (1988, dalam Effendi 2007) partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah keikutsertaan warga atau keterlibatan warga masyarakat dalam proses pembangunan, ikut mendapat keuntungan dari proses dan hasil pembangunan baik pembangunan yang dilakukan oleh komunitas, organisasi atau pembangunan yang dilakukan pemerintah. Adanya keuntungan yang didapat dari hasil pembangunan itulah masyarakat dapat memenuhi kebutuhan, meningkatkan taraf hidup dan dan meningkatkan kesejahteraannya.

Adapun bentuk partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan yaitu sebagai berikut.

1. Merencanakan pembangunan dan ikut dalam pengambilan keputusan yaitu partisipasi yang tahapannya paling tinggi tingkatannya diukur dari derajat keterlibatannya. Dalam tahap perencanaan, orang sekaligus diajak turut membuat keputusan yang mencakup gagasan, tujuan, maksud dan target, diskusi.

2. Swadaya masyarakat yaitu keterlibatan masyarakat dalam memikul beban pembangunan seperti memberikan sumbangan materi. 3. Pelaksanaan kegiatan yaitu keterlibatan masyarakat dalam

aktivitas-aktivitas riil yang merupakan perwujudan program dalam kegiatan fisik bentuk tenaga kerja yang sepadan dengan manfaat yang akan diterima oleh warga yang bersangkutan.

4. Monitoring dan evaluasi yaitu keikutsertaan masyarakat dalam mengukur atau memberikan penilaian sampai seberapa jauh tujuan program dapat dicapai, penilaian terhadap organisasi tingkat kampung


(32)

dalam program dan penilaian terhadap bidang pembangunan misalnya fasilitas umum dan lainnya.

5. Menerima dan memanfaatkan hasil-hasil pembangunan yaitu keterlibatan warga masyarakat dalam menerima hasil, menikmati keuntungan atau menggunakan fasilitas-fasilitas yang telah dibangun secara langsung dari kegiatan yang telah dilakukan.

Menurut Effendi (2007), partisipasi ada dua bentuk yaitu partisipasi vertikal dan partisipasi horizontal. Partisipasi vertikal adalah suatu bentuk kondisi tertentu dalam masyarakat yang terlibat di dalamnya atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan dimana masyarakat berada sebagai posisi bawahan. Partisipasi horizontal adalah dimana masyarakatnya tidak mustahil untuk mempunyai prakarsa dimana setiap anggota/kelompok masyarakat berpartisipasi secara horizontal antara satu dengan yang lainnya, baik dalam melakukan usaha bersama, maupun dalam rangka melakukan kegiatan dengan pihak lain. Menurut Effendi sendiri, tentu saja partisipasi seperti ini merupakan tanda permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri.

Menurut Yadop (1980, dalam Gitosaputro, 2003) partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan secara sukarela dan atas kemauannya sendiri, yang dapat digolongkan dalam empat bentuk sebagai berikut.


(33)

2. Partisipasi dalam pelaksanaan program pembangunan.

3. Partisipasi dalam menilai kemajuan-kemajuan program pembangunan. 4. Partisipasi dalam memanfaatkan hasil-hasil pembangunan.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan program namun ada juga yang sifatnya dapat menghambat keberhasilan program. Misalnya saja faktor usia, terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri dari faktor dari dalam masyarakat (internal), yaitu kemampuan dan kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi, maupun faktor dari luar masyarakat (eksternal) yaitu peran aparat dan lembaga formal yang ada.

Kemampuan masyarakat akan berkaitan dengan stratifikasi sosial dalam masyarakat. Menurut Weber dan Zanden (1988 dalam Yulianti, 2012), mengemukakan pandangan multidimensional tentang stratifikasi masyarakat yang mengidentifikasi adanya 3 komponen di dalamnya, yaitu kelas (ekonomi), status (prestice) dan kekuasaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Faktor internal

Untuk faktor-faktor internal adalah berasal dari dalam kelompok masyarakat sendiri, yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok


(34)

didalamnya. Tingkah laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti umur, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan dan penghasilan. Secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan tingkat partisipasi, seperti usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya menjadi anggota masyarakat, besarnya pendapatan, keterlibatan dalam kegiatan pembangunan akan sangat berpengaruh pada partisipasi (Slamet, 1994 dalam Yulianti, 2012).

2. Faktor-faktor Eksternal

Menurut Sunarti (dalam Yulianti 2012), faktor-faktor eksternal ini dapat dikatakan petaruh (stakeholder), yaitu semua pihak yang berkepentingan dan mempunyai pengaruh terhadap program ini. Petaruh kunci adalah siapa yang mempunyai pengaruh yang sangat signifikan, atau mempunyai posisi penting guna kesuksesan program.

4. Program RSMW

Program Ragem Sai Mangi Wawai (RSMW) adalah suatu program dan kebijakan kemandirian kampung. Program ini adalah program unggulan dari Kabupaten Tulang Bawang Barat yang ditujukan untuk membangun setiap wilayah atau kampung yang ada di kabupaten tersebut. Program ini diharapkan dapat meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan. Masyarakat memiliki kesempatan untuk

berpartisipasi dalam program kemandirian kampung dengan kapasitas yang dimilikinya baik secara individu dan kelompok dengan peningkatan


(35)

Kabupaten Tulang Bawang Barat sendiri terdiri dari 8 (delapan) kecamatan dan 79 kampung dan semua kampung tersebut diberikan Program RSMW. Kampung sebagai institusi masyarakat yang memiliki wilayah otonomi sendiri perlu diperkuat. Harapannya dengan adanya penguatan institusi kampung pada akhirnya akan mendorong penguatan kemandirian kampung yang tetap bertumpu terhadap kemandirian masyarakat. Pelaksanaan kebijakan program yang berbasis di kampung diyakini dapat menciptakan kemandirian masyarakat dengan pemanfaatan potensi lokal (SDA dan SDM) dengan berorientasi kepada partisipasi masyarakat dalam pembangunan kampung.

a. Tujuan Program RSMW

Tujuan dari pemberian Program RSMW ini adalah sebagai berikut. 1) Mengintegrasikan program-program pemberdayaan masyarakat, pemerintah kampung, pembangunan infrastruktur kampung dan penguatan Kelompok Usaha Ekonomi Kerakyatan masyarakat kampung dalam rangka efektifitas dan efisiensi monitoring, evaluasi dan pengawasan program.

2) Mensinergikan seluruh upaya pembangunan kampung dalam aspek lembaga pemerintahan kampung, ekonomi, sosial budaya serta dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.

3) Meningkatkan partisipasi dan rasa memiliki dari masyarakat selaku target dan pelaku pembangunan, sehingga dapat menjamin


(36)

4) Akselerasi peningkatan perekonomian kampung, karena program akan ditekankan pada sektor yang memiliki keunggulan lokal sesuai potensi sumberdaya dikampung yang memberikan dampak ganda (multiplier effect) pada perekonomian setempat.

5) Memperkuat kapasitas kelembagaan pemerintahan kampung, yang penting artinya sebagai modal sosial (Sosial Capital) dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

b. Kebijakan Pengelolaan RSMW

Kebijakan pengelolaan program Ragem Sai Mangi Wawai (RSMW), yaitu sebagai berikut.

1) Metode

metode yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah melakukan

pemberian dana hibah dan dukungan program SKPD kepada kampung pada 8 kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Barat.

2) Kriteria pelaksaan kegiatan dan penggunaan dana hibah

kegiatan dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pemberian stimulan pembangunan kampung, yaitu inisiatif, partisipatif, demokratis,

manfaat, gotong royong dan berkelanjutan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dari, oleh dan untuk masyarakat.

3) Perencanaan Kegiatan

perencanaan Program RSMW dilakukan disetiap kampung di Kabupaten Tulang Bawang Barat, dengan sasaran sebagai berikut. a) Tumbuhnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi


(37)

b) Tergalinya potensi usaha dan sumber produksi yang dapat dikembangkan

c) Tumbuhnya kelompok usaha bersama d) Tumbuhnya potensi sarana pemasaran

e) Kuatnya kelembagaan pemerintahan kampung.

c. Pelaksanaan Program RSMW

Pelaksana Program RSMW adalah kelompok masyarakat (Pokmas) yang dibentuk berdasarkan musyawarah desa. Pokmas sebagaimana tersebut diatas ditetapkan oleh kepala kampung terdiri dari : ketua, sekretaris, bendahara dan anggota (3 Orang). Proposal kegiatan kampung disusun oleh Pokmas bersama-sama dengan konsultan perencana yang ditunjuk oleh tim fasilitasi kabupaten atas persetujuan kepala kampung dan diketahui oleh camat. Camat menyampaikan usulan tersebut kepada pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat melalui tim fasilitasi kabupaten dalam bentuk rekomendasi proposal kegiatan. Mekanisme pencairan dana dilakukan melalui rekening bersama Pokmas dan kepala kampung sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Perencanaan kegiatan dalam Program Ragem Sai Mangi Wawai (RSMW) yaitu sebagai berikut.

1) Perencanaan Kegiatan Fisik

Bahwa untuk melaksanakan kegiatan Program RSMW karena keterbatasan SDM dikampung perlu dilakukan perencanaan oleh tenaga ahli yang berfungsi sebagai konsultan perencana yang ditunjuk


(38)

oleh tim fasilitasi kabupaten untuk menyusun perencanaan program yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dimasing-masing kampung.

2) Perencanaan Kegiatan Non Fisik

Bahwa dalam pelaksanaan perencanaan kegiatan non fisik melibatkan partisipasi masyarakat dalam penyusunannya, terutama mengenai hal yang menjadi prioritas dan kebutuhan dikampung masing-masing. Melalui mekanisme penyaluran penjaringan aspirasi masyarakat, dalam hal-hal tertentu untuk efektifitas dan ketepatan sasaran pelaksanaannya dapat dikoordinasikan oleh tim fasilitasi kabupaten dan tim fasilitasi kecamatan.

Adapun prinsip pelaksanaan kegiatan dan penggunaan dana hibah Program RSMW adalah sebagai berikut.

a) Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan secara bersama (kooperatif) yaitu oleh aparat pemerintah kampung bersama dengan masyarakat

kampung/kelompok masyarakat dengan sumberdaya, tata cara dan teknologi tepat guna spesifik lokasi.

b) Semua kegiatan dikelola secara terbuka dan dapat

dipertanggungjawabkan (akuntabel) baik secara moral, teknis maupun administrasi.

c) Peran partisipatif masyarakat dalam bentuk swadaya masyrakat dapat berupa bahan-bahan material, dana dan tenaga kerja.


(39)

d. Pendanaan

Sumber dana program Ragem Sai Mangi Wawai (RSMW) yaitu berasal dari: APBD kabupaten, APBK, swadaya pihak ketiga yang tidak

mengikat. Besaran dana Program RSMW dari APBD Kabupaten Tulang Bawang Barat untuk setiap kampung dengan jumlah maksimal Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) yang diberikan berdasarkan indikator jumlah aparatur kampung (terdiri dari; kepala kampung, juru tulis, BPK, kaur, suku, RT dan RW).

e. Jenis Kegiatan dan Alokasi Pendanaan

Pada dasarnya jenis kegiatan yang diajukan masyarakat terbuka untuk kegiatan yang menurut masyarakat menjadi skala prioritas untuk pelaksanaan dikampungnya. Jenis kegiatan lebih ditujukan untuk membangun SDM aparatur dan masyarakat, pembangunan infrastruktur kampung, rehabilitasi atau perbaikan sarana dan prasarana kantor serta fasilitas sosial-umum yang rusak ringan atau berat dengan pola kegiatan padat karya dengan kategori dan alokasi pendanaan meliputi:

1. Pembangunan/rahabilitasi infrastruktur dan fasilitas sosial serta umum untuk kegiatan prasarana dasar masyarakat dengan alokasi dana sebesar 50 % dari alokasi perkampung.

2. Perencanaan dan pengawasan teknis sebesar 5 % penataan

administrasi pemerintah kampung sebesar 10 % yang dilaksanakan oleh tim fasilitasi kabupaten.


(40)

3. Pengembangan sentra usaha ekonomi kerakyatan dengan alokasi maksimum 20 persen dari alokasi dana perkampung, dana tersebut bersifat bergulir dan berkelanjutan.

Bahwa untuk mengefektifkan pemanfaatan anggaran tersebut

pelaksanaannya adalah untuk pemberdayaan kelompok usaha ekonomi kerakyatan melalui pengembangan peternakan kambing etawa yang dilaksanakan bergulir untuk 1 tahun anggaran dipusatkan di 1 (Satu) kampung dalam 1(satu) kecamatan, hal tersebut agar secara ekonomis dapat mempercepat perkembangan sentra usaha ekonomi kerakyatan tersebut, masing-masing kampung memiliki modal usaha yang besarrnya sesuai dengan nilai nominal alokasi dana untuk pengambangan sentra usaha ekonomi kerakyatan di tiap-tiap kampung.

Administrasi pengelolaan kegiatan maksimal 5 % pengembangan sumberdaya manusia sebesar 5 %, yaitu melalui pelaksanaan bimbingan teknis bagi aparatur kampung/masyarakat yang dilaksanakan oleh tim fasilitasi kabupaten. Monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan olen tim monitoring dan evaluasi sebesar 5 % yang penggunaannya sebagai berikut:

a. Pelaksanaan rapat koordinasi monitoring dan evaluasi RSMW, sosialisasi dan pelaksanaan monitoring Program RSMW. b. Honorarium dan transportasi tim.


(41)

Pengelolaan administrasi serta pelaporan yang dilaksanakan oleh kunsultan perencana, pelaporan dimaksud diserahkan kepada ketua tim fasilitasi kabupaten melalui bagian administrasi pembangunan serta bagian keuangan Sekertaris Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat.

5. Kajian Penelitian Terdahulu

Menurut Wijaya (2011), meneliti tentang hubungan antara peranan Peratin dengan tingkat kinerja Kelompok Masyarakat (Pokmas) dalam Program Gerakan Membangun Bersama Rakyat (GMBR) di Kabupaten Lampung Barat. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa peranan peratin dalam Program GMBR di Kabupaten Lampung Barat dalam kategori tinggi sebesar 80 %, hal ini dikarenakan sebagian besar peratin sudah melaksanakan perannya dengan baik sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam Program GMBR. Peratin selalu melakukan sosialisasi program kepada seluruh lapisan masyarakat, memfasilitasi dan

memantabkan rumusan rencana kegiatan, membentuk pokmas, menginventasrisasi swadaya masyarakat, pendampingan pokmas, memimpin forum musyawarah, memantau dan evaluasi serta pelaporan perkembangan pelaksanaan kegiatan dari awal proses pembangunan hingga selesai program pembangunan. Tingkat kinerja pokmas dalam Program GMBR di Kabupaten Lampung Barat dalam kategori tinggi sebesar 70 %. Hal tersebut menunjukan bahwa pokmas sudah cukup baik dalam

menjalankan tugas dan fungsinya dalam Program GMBR namun belum dapat tercapai secara maksimal. Terdapat hubungan yang signifikan antara


(42)

peranan peratin/kepala pekon dengan tingkat kinerja pokmas dalam Program GMBR (rs=0,467) yang ditunjukan oleh nilai t-hitung 3,384 lebih besar dari t-tabel pada α = 0,05 dan α = 0,01, hal tersebut menunjukkan bahwa

semakin baik peranan peratin dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam Program GMBR maka semakin tinggi tingkat kinerja pokmas sebagai pelaksana kegiatan dalam Program GMBR.

Menurut Kusumawati (2011), meneliti tentang hubungan antara tingkat peranan Kelompok Masyarakat (Pokmas) dengan tingkat partisipasi

masyarakat dalam Program Gerakan Membangun Bersama Rakyat (GMBR) di Kabupaten Lampung Barat. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa tingkat peranan pokmas dalam Program GMBR di Kabupaten Lampung Barat dalam kategori tinggi sebesar 75 %, ini berarti kelompok masyarakat telah memahami dan menghayati tugas pokok dan fungsinya dalam Program GMBR. Pokmas selalu melakukan bimbingan berupa arahan kepada

masyarakat dalam kegiatan pembangunan sarana fisik, mengikuti kegiatan pembangunan sarana dan prasarana dari pembangunan tahap satu sampai kegiatan pembangunan selesai serta menghimpun potensi swadaya masyarakat. Tingkat partisipasi masyarakat dalam Program GMBR di Kabupaten Lampung Barat dalam kategori tinggi sebesar 75 %. Hal tersebut dibuktikan dengan masyarakat ikut serta dalam merencanakan pembangunan dan ikut dalam pengambilan keputusan, ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana fisik, melakukan monitoring dan evaluasi, serta menerima dan memanfaatkan hasil-hasil pembangunan. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat peranan pokmas dengan


(43)

tingkat partisipasi masyarakat dalam Program GMBR (rs=0,660). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin baik peranan pokmas dalam memahami tugas pokok dan fungsinya dalam Program GMBR maka

masyarakat akan terpacu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk berpartisipasi secara aktif dalam Program GMBR.

Menurut Hadi (2012 ), meneliti tentang Peranan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dan partisipasi masyarakat pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa: 1) tingkat peranan KPMD dalam Program PNPM-MP di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus sebagian besar termasuk dalam kategori tinggi, namun tingkat peranan KPMD dalam

menyebarluaskan dan mensosialisasikan program termasuk dalam kategori sedang, 2) tingkat partisipasi masyarakat dalam Program PNPM-MP yakni partisipasi masyarakat dalam merencanakan pembangunan dan ikut dalam pengambilan keputusan, memonitoring dan mengevaluasi kegiatan program, dan memanfaatkan hasil-hasil pembangunan termasuk dalam kategori tinggi, namun tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan Program PNPM-MP termasuk dalam kategori sedang dan tingkat partisipasi masyarakat dalam memberikan swadaya termasuk dalam klasifikasi rendah, 3) terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat peranan KPMD dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program PNPM-MP di Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus.


(44)

B.Kerangka Pemikiran

Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk mencapai suatu perubahan mendasar dari masyarakat yaitu untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan dalam konteks pemberdayaan masyarakat dimaksudkan agar individu maupun kelompok atau lembaga dapat berperan aktif dalam peningkatan kualitas kehidupannya. Pembangunan dapat dikatakan berhasil apabila mampu menumbuhkan perbaikan yang

berkelanjutan secara mandiri, baik dalam perbaikan kesejahteraan masyarakat maupun dalam peningkatan kapasitas masyarakat untuk membangun secara mandiri. Sebagai ujung tombak dan koordinator pelaksanaan pembangunan peran serta pemerintahan dan masyarakat sangat penting dan strategis dalam penyelengaraan pembangunan nasional.

Syarat pembangunan adalah adanya kemauan yang keras, serta kemampuan untuk dapat memanfatkan setiap kesempatan bagi keperluan pembangunan. Masyarakat harus aktif memecahkan masalah-masalah dan memiliki sikap terbuka bagi pikiran-pikiran dan usaha baru. Peranan diartikan sebagai suatu tindakan ataupun perilaku yang harus dilaksanakan seseorang yang menempati suatu posisi tertentu dalam keadaan sosial (Effendi, 2007). Hal ini berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Dalam upaya meningkatkan partisipasi dan swadaya masyarakat dalam proses pembangunan, pemerintah daerah melaksanakan kebijakan untuk mendorong


(45)

gerakan pembangunan dari, oleh dan untuk masyarakat melalui program yang diberi nama Ragem Sai Mangi Wawai (RSMW).

Pelaksana program RSMW ini adalah kelompok-kelompok masyarakat yang dibentuk oleh masing-masing kampung. Tugas kelompok masyarakat ini dalam Program RSMW ini adalah sebagai berikut: 1) menyelenggarakan dan

bertanggung jawab secara teknis dan administratif dalam pelaksanaan kegiatan, 2) ikut serta menyusun proposal dan rencana teknis kegiatan yang akan

dilaksanakan dengan konsultan perencana yang ditunjuk oleh tim fasilitasi kabupaten, 3) menyebarluaskan dan mensosialisasikan program, 4)

menghimpun potensi swadaya masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan, 5) menyiapkan rekening kolektif bersama kepala kampung pada bank yang ditunjuk, 6) melaksanakan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana yang direncanakan, 7) membimbing dan mengarahkan masyarakat dalam

pelaksanaan kegiatan, 8) melakukan pembukuan penerimaan dana dan penggunaan dana, 9) melaporkan perkembangan pelaksanaan dan hasil kegiatan kepada kepala kampung dan camat.

Menurut Madrie (1988, dalam Effendi, 2007) partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah keikutsertaan warga atau keterlibatan warga masyarakat dalam proses pembangunan, ikut mendapat keuntungan dari proses dan hasil pembangunan baik pembangunan yang dilakukan oleh komunitas, organisasi atau pembangunan yang dilakukan pemerintah. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan melalui Program RSMW ini dapat dilihat melalui


(46)

keputusan pembangunan, 2) partisipasi dalam swadaya, 3) partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, 4) partisipasi dalam monitoring dan evaluasi kegiatan, 5) partisipasi dalam pemanfaatan dan menikmati hasil.

Program RSMW merupakan suatu program yang mengedepankan kemandirian kampung dan juga kemandirian masyarakatnya. Peningkaktan partisipasi dalam setiap pelaksanaan program sangat diperlukan agar masyarakat mengerti tentang tujuan dari Program RSMW, sehingga masyarakat merasa bertanggung jawab atas keberlangsungan program demi terwujudnya tujuan bersama. Upaya menumbuhkan partisipasi masyarakat agar mendukung dan ikut

melaksanakan setiap kegiatan dalam Program RSMW, diperlukan peranan dari kelompok masyarakat ditiap-tiap kampung sebagai pelaksana dan penanggung jawab program. Peranan kelompok masyarakat sangat diperlukan agar dapat menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Peranan yang dimaksud adalah peranan pokmas yang terdiri dari peranan ketua,

sekretaris, bendahara, dan anggota (3 orang) dalam menjalankan setiap tugasnya. Pengukuran tingkat peranan kelompok masyarakat dilakukan dengan menggunakan tugas-tugas kelompok masyarakat itu sendiri sebagai indikatornya. Tugas kelompok masyarakat dalam hal ini adalah sesuai dengan tugas dari kolompok masyarakat seperti yang ditulis diatas dan yang telah diatur dalam petunjuk pelaksanaan program.

Tingkat peranan pokmas yang digunakan sebagai indikator dalam penelitian ini adalah tugas dari pokmas yang sesuai dengan petunjuk pelaksanaan. Indikator tingkat peranan pokmas dalam Program RSMW tersebut dijadikan variabel


(47)

bebas (X) dalam penelitian ini, sedangkan indikator tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan pada Program RSMW ini menjadi variabel terikat (Y). Secara sistematis kerangka pemikiran hubungan antara peranan pokmas dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program RSMW dapat dilihat pada Gambar 1.


(48)

Gambar 1. Paradigma hubungan peranan pengurus kelompok masyarakat (pokmas) dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Ragem Sai Mangi Wawai (RSMW) di Kecamatan Gunung Agung Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Variabel Terikat (Y) Tingkat Partisipasi

Masyarakat dalam Program RSMW di Kabupaten Tulang Bawang Barat.

1. Partisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan pembangunan

2. Partisipasi dalam Swadaya

3. partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan 4. partisipasi dalam

monitoring dan evaluasi kegiatan

5. partisipasi dalam pemanfaatan dan menikmati hasil Variabel Bebas (X)

Peranan Pokmas dalam Program RSMW di Kabupaten Tulang Bawang Barat. 1. Menyelenggarakan dan bertanggung

jawab secara teknis dan administratif dalam pelaksanaan kegiatan

2. Ikut serta menyusun proposal dan rencana teknis kegiatan yang akan

dilaksanakan dengan konsultan perencana yang ditunjuk oleh tim fasilitasi

kabupaten

3. Menyebarluaskan dan mensosialisasikan program 4. Menghimpun potensi swadaya

masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan, 5. Menyiapkan rekening kolektif bersama kepala kampung pada bank yang ditunjuk 6. Melaksanakan kegiatan pembangunan

sarana dan prasarana yang direncanakan 7. Membimbing dan mengarahkan

masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan 8. Melakukan pembukuan penerimaan

dana dan penggunaan dana 9. Melaporkan perkembangan


(49)

C.Hipotesis

Berdasarkan uraian dan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang nyata antara tingkat peranan kelompok masyarakat dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Ragem Sai Mangi Wawai (RSMW) di Kecamatan Gunung Agung Kabupaten Tulang Bawang Barat.


(50)

III. METODE PENELITIAN

A.Konsep Dasar, Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel

Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian-pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data-data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Berdasarkan beberapa hipotesis yang diuji dalam penelitian ini secara

operasional diuraikan tentang batasan dan ukuran dari variabel-variabel yang diteliti.

1. Peranan Pokmas dalam Program Ragem Sai Mangi Wawai (RSMW) (variabel X)

Tingkat peranan Pokmas dalam Program RSMW memiliki 9 indikator. Indikator-indikator peranan Pokmas dalam Program RSMW akan diukur menggunakan daftar pertanyaan yang jawabannya diklasifikasikan dalam kategori sangat baik, baik, cukup, kurang, dan tidak baik dan diberi skor 1,2,3,4 dan 5. Penelitian ini memakai alternative jawabansebagai berikut: sangat baik di beri skor 5, baik di beri skor 4, cukup di beri skor 3, kurang di beri skor 2 dan tidak baik di beri skor 1. Pemberian skor tersebut

berdasarkan pada pemberian skor skala likert (Nazir, 1988 dalam Sambas, 2007). Angka-angka inilah yang nantinya diolah sehingga menghasilkan skor tertentu. Namun perlu diingat, sesuai dengan sifat/cirinya angka-angka atau skor yang sudah diperoleh tidak menunjukkan arti apa-apa atau tidak menunjukkan bahwa skor yang sangat tinggi lebih baik dari skor yang


(51)

sangat rendah. Angka “5” hanya menunjukkan tingkat peranan “sangat baik”, angka “4” menunjukkan tingkat peranan “baik”, angka “3”

menunjukkan tingkat peranan “cukup” dan angka “2” menunjukkan tingkat

peranan “kurang” dan angka “1” menunjukan tingkat peranan “tidak baik”. Sembilan indikator peranan Pokmas tersebut adalah sebagai berikut.

a. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab secara teknis dan

administratif dalam pelaksanaan kegiatan yaitu semua kegiatan dikelola secara terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan baik secara moral, teknis maupun administratif.

b. Ikut serta menyusun proposal dan rencana teknis kegiatan yang akan dilaksanakan dengan konsultan perencana yang ditunjuk oleh tim

fasilitasi kabupaten yaitu tugas pokmas ikut serta dalam mengatur secara baik proposal dan rencana anggaran dan biaya kegiatan yang akan dilaksanakan.

c. Menyebarluaskan dan mensosialisasikan program yaitu tugas Pokmas untuk menyebarluaskan program agar masyarakat mengetahui dan ikut berpartisipasi di dalam program.

d. Menghimpun potensi swadaya masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan yaitu tugas pokmas dalam mengumpulkan dan mendata banyaknya sumbangan masyarakat yang diberikan baik dalam bentuk tenaga kerja, lahan, material dan lain-lain.

e. Menyiapkan rekening kolektif bersama kepala kampung pada bank yang ditunjuk yaitu tugas spesimen ketua dan bendahara pokmas dalam


(52)

f. Melaksanakan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana yang

direncanakan yaitu tugas pokmas dalam kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk pemerataan pembangunan dan keserasian pengembangan wilayah serta membuka wilayah terisolir.

g. Membimbing dan mengarahkan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan yaitu tugas pokmas dalam memberi petunjuk kepada masyarakat pada pelaksanaan kegiatan.

h. Melakukan pembukuan penerimaan dana dan penggunaan dana yaitu tugas pokmas dalam membuat pencatatan mengenai penerimaan dan pengeluaran dana dan penggunaan dana baik untuk upah tenaga kerja, pembelian bahan material, dan lainnya.

i. Melaporkan perkembangan pelaksanaan dan hasil kegiatan kepada kepala kampung dan camat yaitu tugas pokmas dalam membuat pelaporan perkembangan pelaksanaan kegiatan Progam RSMW.

Pengukuran peranan Pokmas (Variabel X) dalam Program RSMW ini dengan menggunakan pertanyaan yang diberi skor dan akan dipersentasekan sejauh mana indikator peranan Pokmas (Variabel X) telah dilaksanakan.

2. Partisipasi Masyarakat dalam Program Ragem Sai Mangi Wawai (RSMW) (Variabel Y)

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan keikutsertaan masyarakat dalam proses pembangunan dan ikut memanfaatkan hasil pembangunan. Pengukuran tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan ini menggunakan Indikator sebagai berikut:


(53)

a. Partisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan pembangunan yaitu partisipasi yang tahapannya paling tinggi tingkatannya diukur dari derajat keterlibatannya. Dalam tahap ini, orang sekaligus diajak turut membuat keputusan yang mencakup gagasan, tujuan, maksud dan target, diskusi.

b. Partisipasi dalam swadaya yaitu keterlibatan masyarakat dalam memikul beban pembangunan seperti memberikan sumbangan materi.

c. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan yaitu keterlibatan masyarakat dalam aktivitas-aktivitas riil yang merupakan perwujudan program dalam kegiatan fisik bentuk tenaga kerja yang sepadan dengan manfaat yang akan diterima oleh warga yang bersangkutan.

d. Partisipasi dalam monitoring dan evaluasi kegiatan yaitu keikutsertaan masyarakat dalam mengukur atau memberikan penilaian sampai seberapa jauh tujuan program dapat dicapai, penilaian terhadap organisasi tingkat kampung dalam Program RSMW, dan penilaian terhadap bidang

pembangunan misalnya fasilitas umum dan lainnya.

e. Partisipasi dalam pemanfaatan dan menikmati hasil yaitu keterlibatan masyarakat dalam menerima hasil, menikmati atau menggunakan fasilitas-fasilitas yang telah dibangun secara langsung dari kegiatan Program RSMW yang telah dilakukan.

Pengukuran partisipasi masyarakat (variabel Y) dalam Program RSMW ini dengan menggunakan pertanyaan yang diberi skor yaitu pada penelitian ini alternatif jawabannya adalah, angka “5” menunjukkan tingkat partisipasi


(54)

“3” menunjukkan tingkat partisipasi “cukup” dan angka “2” menunjukkan tingkat partisipasi “rendah” dan angka “1” menunjukkan tingkat partisipasi

“sangat rendah”. Hal ini mengacu pada pemberian skor pada skala Likert.

Angka-angka inilah yang akan diolah sehingga menghasilkan skor tertentu dan akan dipersentasekan sejauh mana tingkat partisipasi masyarakat (variabel Y) dalam Program RSMW. Klasifikasi data lapangan dirumuskan berdasarkan pada rumus Sturges (dalam Dajan, 1986) dengan rumus :

Keterangan :

Z = interval kelas X = nilai tertinggi Y = nilai terendah

K = banyaknya kelas atau kategori

B.Lokasi, Waktu Penelitian, dan Responden

Lokasi penelitian adalah Kecamatan Gunung Agung Kabupaten Tulang

Bawang Barat. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Kecamatan Gunung Agung Kabupaten Tulang Bawang Barat merupakan daerah yang terdapat Program RSMW. Pengambilan data ini dilaksanakan pada bulan februari 2014.

Responden dalm penelitian ini adalah kelompok masyarakat dan anggota masyarakat yang ikut dalam Program RSMW di Kecamatan Gunung Agung Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kelompok masyarakat dalam Program RSMW di Kecamatan Gunung Agung berjumlah 11 kelompok masyarakat dari 11 kampung yang ada. Kelompok masyarakat terdiri dari 5 orang pengurus dan semua dijadikan responden dalam penelitian ini, sehingga total responden


(55)

untuk kelompok masyarakat adalah 55 orang responden. Masyarakat yang dijadikan responden diambil menggunakan tehnik sampling. Jumlah populasi masyarakat di kesebelas kampung tersebut berjumlah 28.057 orang.

Perhitungan jumlah sampel anggota masyarakat mengacu pada teori Yamane (1967 dalam Rakhmat, 2001), yaitu :

Keterangan :

n = Jumlah sampel. N = Jumlah populasi.

d = Presisi (diterapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90%).

Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini sebanyak 100 orang yang akan diambil dari 11 kampung di Kecamatan Gunung Agung yaitu Marga Jaya, Mekar Jaya, Suka Jaya, Mulya Jaya, Wono Rejo, Sumber Jaya, Bangun Jaya, Tunas Jaya, Jaya Murni, Tri Tunggal Jaya, dan Mulya Sari. Pengambilan sampel masing-masing kampung ditentukan menggunakan proportional random sampling yang mengacu pada rumus Nasir (1988), yaitu :

[ ] Keterangan:

ni = Jumlah sampel setiap kampung.

Ni = Jumlah populasi masing-masing kampung. N = Jumlah seluruh populasi anggota masyarakat. n = Jumlah sampel secara keseluruhan.


(56)

Tabel 1. Jumlah anggota masyarakat responden

No Nama Kampung/

Kelurahan Jumlah Total Penduduk Jumlah Sampel

1 Marga Jaya 2.846 10

2 Mekar Jaya 3.397 12

3 Suka Jaya 4.851 17

4 Mulya Jaya 2.820 10

5 Wono Rejo 1.072 4

6 Sumber Jaya 1.157 4

7 Bangun Jaya 1.979 7

8 Tunas Jaya 4.676 17

9 Jaya Murni 2.919 10

10 Tri Tunggal Jaya 1.029 4

11 Mulya Sari 1.311 5

Jumlah 28.057 100

C.Metode Penelitian Dan Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuisioner. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara langsung dengan ketua kelompok masyarakat dan anggota masyarakat yang trmasuk dalam Program RSMW dengan menggunakan pertanyaan. Data sekunder diperlukan sebagai tambahan informasi yang diperoleh dari literatur, dinas atau instansi terkait dan lembaga-lembaga yang berhubungan dengan penelitian ini.


(57)

D.Metode Analisis Data

Pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kualitatatif (tabulasi) untuk menganalisis peranan kelompok masyarakat, menganalisis tingkat partisipasi masyarakat dan manganalisis hubungan antara peranan kelompok masyarakat dengan hubungan tingkat partisipasi masyarakat dilakukan pengujian hipotesis yang dalam penelitian ini menggunakan statistik non parametrik korelasi peringkat Rank Spearman dengan SPSS 17.0

(Statistical Programs For Social Science). Hal ini lebih tepat karena uji korelasi Rank Spearman dapat menguji atau mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas dan varibel terikat. Adapun rumus uji koefisien korelasi Rank Spearman (Siegel, 1994) adalah sebagai berikut.

∑ Keterangan :

rs = Penduga koefisien korelasi. di = Perbedaan setiap pasangan rank . N = Jumlah responden.

Pengujian dilanjutkan untuk menjaga tingkat signifikasi pengujian bila terdapat rank kembar baik pada variable X maupun pada variable Y sehingga

dibutuhkan faktor koreksi t (Siegel, 1997) dengan rumus sebagai Berikut :

∑ ∑ ∑

√∑ ∑


(58)

Keterangan :

∑ = jumlah kuadrat variabel X yang dikoreksi ∑ = jumlah kuadrat variabel Y yang dikoreksi ∑ = jumlah faktor koreksi variabel X

∑ = jumlah faktor koreksi variabel Y T = faktor koreksi

t = banyaknya observasi berangka sama pada peringkat tertentu n = jumlah sampel

Jumlah sampel penelitian lebih besar dari sepuluh, maka pengujian dilanjutkan dengan uji–t dengan rumus sebagai berikut.

t

hitung = | 2

1 2 s r N   | Keterangan :

t hitung = nilai t yang dihitung n = jumlah sampel penelitian

rs = penduga korelasi Rank Spearman

Kaidah pengambilan keputusan adalah :

1. Jika t hitung ≤ t tabel maka tolak H1, pada (α) = 0,05 atau (α) = 0,01 berarti tidak terdapat hubungan antara kedua variabel yang diuji.

2. Jika t hitung > t tabel maka terima H1, pada (α) = 0,05 atau (α) = 0,01 berarti terdapat hubungan antara kedua variabel yang diuji.


(59)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A.Letak dan Luas Wilayah Kecamatan Gunung Agung

Kecamatan Gunung Agung terbentuk pada tahun 2006 memiliki luas 9.950 hektar, dengan ibukota di Kampung Gunung Agung. Jarak ibu kota

Kecamatan Gunung Agung dengan ibu kota kabupaten adalah sekitar 30 kilo meter. Dataran Kecamatan Gunung Agung berada sekitar 20 meter di atas permukaan laut. Batas-batas wilayah Kecamatan Gunung Agung adalah: 1. sebelah Utara Kecamatan Lambu Kibang;

2. sebelah Selatan berbatasan dengan Tulang Bawang Tengah;

3. sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Negeri Besar Kabupaten Way Kanan; dan

4. sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang.

B.Sarana Prasarana Publik Kecamataan Gunung Agung

Kecamatan Gunung Agung terdapat sarana dan prasarana seperti peribadatan, pendidikan dan kesehatan. Secara rinci sarana dan prasarana yang terdapat di Kecamatan Gunung Agung dapat dilihat pada Tabel 2.


(60)

Tabel 2. Sarana dan prasarana di Kecamatan Gunung Agung

No Sarana/Prasarana Jenis Jumlah/unit

1 Peribadatan Masjid

Langgar/musola Gereja

6 7 1 2 Pendidikan TK

SD/MI

Sekolah SMP Sekolah SMA Lembaga keagamaan 5 3 1 1 2

3 Kesehatan Puskesmas

Puskesmas Pembantu

1 3

Sumber : Kecamatan Gunung Agung dalam angka 2012.

C.Visi dan Misi Kecamatan Gunung Agung

Visi Kecamatan Gunung Agung Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah:

“Mewujudkan Kecamatan Gunung Agung yang Tumbuh dan Berkembang Menuju Daya Saing” untuk mencapai visi yang ditetapkan oleh Kecamatan Gunung Agung Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah:

1. Mewujudkan tata kelola pemerintahan kecamatan yang baik.

2. Membangun perekonomian Kecamatan berbasis perkebunan karet dan kelapa sawit serta industri rumah tangga yang adil dan berkelanjutan. 3. Meningkatkan daya dukung sarana dan infrastruktur wilayah.

4. Mewujudkan masyarakat yang demokratis dan taat hukum.

D.Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kecamatan Gunung Agung

Tujuan merupakan penjabaran misi SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang lebih spesifik dan terukur sebagai upaya mewujudkan visi dan misi Kecamatan Gunung Agung yang dilengkapi dengan rencana sasaran yang


(61)

hendak di capai. Tujuan Pembangunan Kecamatan Gunung Agung adalah: 1. Meningkatnya pelayanan dan kualitas kesehatan masyarakat.

2. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban umum. 3. Meningkatnya kinerja pemerintahan.

4. Meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur pertanian.

5. Meningkatkanya kualitas pembangunan daerah melalui partisipasi publik dalam setiap tahapan pembangunan.

6. Terbangunnya pembangunan ekonomi dengan basis agribisnis. 7. Meningkatkatnya kesadaran dan partisipasi dalam penerapan dan

penegakan peraturan perundang-undangan.

8. Meningkatnya kualitas dan kuantitas prasarana dan fasilitas pelayanan umum. 9. Meningkatnya penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan. 10. Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan desa.

11. Meningkatnya kualitas pelayanan masyarakat.

Sasaran adalah pejabaran dari tujuan secara terukur, yaitu sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan secara nyata. Sasaran pembangunan pemerintah daerah Kecamatan Gunung Agung adalah:

1. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat didukung oleh Jamkesmas, Jamkesmasda, Poskesdes, Pustu, Puskes Rawat Inap. 2. Pengembangan infrastruktur sebagai pelayanan dasar ditentukan

pada peningkatan kualitas infrastruktur yang ada.

3. Revitalisasi areal dan komoditas perkebunan rayat khususnya komoditas sawit dan karet.


(62)

tingkat kecamatan.

5. Terwujudnya peningkatan penyelenggaraan pemerintahan desa. 6. Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan masyarakat.

E.Strategi dan Kebijakan Pembangunan Kecamatan Gunung Agung Strategi adalah langkah-langkah yang berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi atau cara untuk mewujudkan tujuan, dirancang secara konseptual, analistis, realistis rasional dan komprehensif. Strategi di wujudkan dalam kebijakan dan program, guna mewujudkan tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan Kecamatan Gunung Agung strategi yang ditempuh adalah:

a. Melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan dilaksanakan dengan transparansi dalam rangka

mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. b. Meningkatkan kuantitas dan kualitas aparatur.

c. Mengusulkan peningkatan alokasi anggarana bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi.

d. Meningkatkan kualitas dan penyediaan fasilitas pelayananan. e. Meningkatkan partisipasi aktif dari masyarakat dan sektor swasta.

Kebijakan adalah arah yang diambil dalam menentukan bentuk konfigurasi program untuk mencapai tujuan. Kebijakan daerah Kecamatan Gunung Agung dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi, meliputi:


(63)

dan fungsi yaitu sebagai berikut:

(1)Peningkatan kemampuan SDM aparatur.

(2)Penyediaan sarana dan prasarana kantor yang memadai. (3)Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas.

b. Kebijakan Eksternal, yaitu kebijakan yang ditertibkan oleh SKPD dalam rangka mengatur, mendorong dan memfasilitasi kegiatan

masyarakat:

(1) Peningkatan kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan.

(2) Peningkatan peran sektor swasta.

(3) Peningkatan koordinasi antar instansi di Kecamatan Gunung Agung. (4) Optimalisasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Kampung. (5) Meningkatkan kapasitas masyarakat.

(6) Meningkatkan kualitas lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat.

F. Program Ragem Sai Mangi Wawai (RSMW)

Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat menempuh upaya nyata dalam penyelenggaraan pembangunan yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat yaitu dengan mengimplementasikan Program Ragem Sai Mangi Wawai. Program ini merupakan program unggulan Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat untuk mengintegrasikan berbagai program

pembangunan dan pemberdayaan pemerintah dan masyarakat kampung yang terdapat pada satuan kerja perangkat daerah Pemerintah Kabupaten Tulang


(64)

Bawang Barat dengan dilatarbelakangi oleh prinsip kebersamaan untuk keberhasilan.

Program Ragem Sai Mangi Wawai di Kabupaten Tulang Bawang Barat dilaksanakan dengan melibatkan pemerintah kecamatan sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Pemerintah kecamatan dalam hal ini

melaksanakan upaya untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi dan ketepatan pencapaian sasaran dengan melakukan fasilitasi kegiatan dalam Program Ragem Sai Mangi Wawai. Kegiatan- kegiatan dimaksud apabila dilaksanakan oleh pemerintah kampung dan masyarakat tidak efektif secara kualitas maka diperlukan pendampingan dan pengawasan teknis kegiatan serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia.

Camat dalam pelaksanaan Program Ragem Sai Mangi Wawai melaksanakan fungsi koordinasi. Secara umum camat mempunyai tugas pokok

melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah dan juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan yaitu: mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat, mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, mengkoordinasikan penerapan dan penegakan Peraturan Perundang-undangan, mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum, mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan

pemerintahan di tingkat kecamatan, membina dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan kampung dan melaksanakan


(65)

pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan yang belum dilaksanakan pemerintahan desa atau kampung.


(66)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Tingkat peranan pokmas dalam Program RSMW di Kabupaten Tulang Bawang Barat dalam kategori sangat tinggi/sangat baik sebesar 61,8 persen, ini berarti kelompok masyarakat telah memahami dan menghayati tugas pokok dan fungsinya dalam Program RSMW. Pokmas selalu melakukan bimbingan berupa arahan kepada masyarakat dalam kegiatan pembangunan sarana fisik, mengikuti kegiatan pembangunan sarana dan prasarana dari pembangunan tahap satu sampai kegiatan pembangunan selesai serta menghimpun potensi swadaya masyarakat.

2. Tingkat partisipasi masyarakat dalam Program RSMW di Kecamatan Gunung Agung dalam kategori sedang sebesar 64 persen. Hal tersebut dibuktikan dengan masyarakat ikut serta dalam merencanakan pembangunan dan ikut dalam pengambilan keputusan, ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana fisik, melakukan monitoring dan evaluasi, serta menerima dan memanfaatkan hasil-hasil pembangunan.


(67)

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat peranan pokmas dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program RSMW (rs=0,691). Hasil di atas menunjukkan semakin baik peranan pokmas dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam program RSMW maka masyarakat akan terpacu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk berpartisipasi secara aktif dalam program RSMW.

B. Saran

1. Tingkat peranan kelompok masyarakat secara keseluruhan sudah sangat baik tetapi secara per-indikator masih ada yang perlu dan bisa ditingkatkan yaitu pada peranan pokmas menghimpun potensi swadaya masyarakat,

keikutsertaan dalam pembuatan rekening kolektif serta membimbing dan mengarahkan masyarakat. Indikator tersebut masih dapat ditingkatkan dengan cara membuat sistem yang dapat mengajak masyarakat tidak hanya

memberikan sumbangan tenaga tetapi dapat juga memberikan sumbangan material, uang atau bahkan makanan untuk orang-orang yang sedang bekerja. Anggota pokmas juga harus lebih aktif dalam pengelolaan rekening kolektif, tidak hanya ketua dan bendahara saja yang berperan dalam mengelolanya. Anggota pokmas yang bertugas dalam pembangunan dilapangan juga dapat lebih berperan aktif lagi tidak hanya mengarahkan tetapi juga ikut memberi contoh kerja secara langsung sehingga masyarakat dapat mengikutinya langsung.

2. Partisipasi masyarakat juga harus ditingkatkan terutama partisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan serta partisipasi swadaya. Partisipasi


(68)

tersebut dapat ditingkatkan dengan cara masyarakat harus lebih berani dalam mengungkapkan gagasan/pendapat meraka dalam forum diskusi. Partisipasi swadaya juga dapat ditingkatkan dengan masyarakat mau memberikan sumbangan selain tenaga misalnya seperti sumbangan material untuk

pembangunan, sumbangan uang, sumbangan uang atau sumbangan lain yang dapat berguna dalam kegiatan program RSMW.

3. Partisipasi masyarakat akan dapat meningkat seiring dengan peningkatan Pokmas dalam menjalankan peranannya. Jika ingin partisipasi masyarakat meningkat maka pokmas harus bisa memberi contoh dengan menjalankan peranannya dengan sebaik mungkin.


(69)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, S. 2007. Sosiologi. Bumi Aksara. Jakarta

Ahmadi, A. 1999. Psikologi Sosial. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2011. Petunjuk Pelaksana dan Teknis Ragem Sai Mangi Wawai. Tulang Bawang Barat.

Badan Pusat Statistik. 2012. Tulang Bawang Barat dalam Angka 2012. Bandar lampung

Berry, D. 1995. Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Effendi, I. 2007. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Melalui Program Pemberdayaan. Universitas Lampung. Bandar Lampung Gitosaputro, S. 2003. Pengantar Pengembangan Masyarakat dan Pemberdayaan

Masyarakat. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Hasibuan, M. 2003. Manajemen Sumberdaya Manusia. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Kartono, K. 1994. Pemimpin dan Kepemimpinan. PT. Raja Grafindo. Jakarta. Mardikanto, T. 1991. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret

University Press. Surakarta.

Nasir. M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat. 2012. Panduan Program Ragem Sai Mangi Wawai (RSMW). Bappeda. Panaragan Jaya.

Siegel, S. 1997. Statistika Nonparametrik. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Soekanto, S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada.


(70)

Sumaryadi, I Nyoman, 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayaan Masyarakat. Penerbit Citra Utama. Jakarta.

Surotinojo, I. 2009. Partisipasi Masyarakat Dalam Program Sanitasi Oleh Masyarakat (Sanimas)di Desa Bajo Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo, Gorontalo. UNDIP. Semarang

Wijaya. 2011. Hubungan Antara Peranan Peratin dengan Tingkat Kinerja Kelompok Masyarakat (Pokmas) dalam Gerakan Membangun Bersama Rakyat (GMBR) di Kabupaten Lampung Barat. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Yulianti, Y. 2012. Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam

Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kota Solok. Tesis. Universitas Andalas. Padang.


(1)

51

pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan yang belum dilaksanakan pemerintahan desa atau kampung.


(2)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Tingkat peranan pokmas dalam Program RSMW di Kabupaten Tulang Bawang Barat dalam kategori sangat tinggi/sangat baik sebesar 61,8 persen, ini berarti kelompok masyarakat telah memahami dan menghayati tugas pokok dan fungsinya dalam Program RSMW. Pokmas selalu melakukan bimbingan berupa arahan kepada masyarakat dalam kegiatan pembangunan sarana fisik, mengikuti kegiatan pembangunan sarana dan prasarana dari pembangunan tahap satu sampai kegiatan pembangunan selesai serta menghimpun potensi swadaya masyarakat.

2. Tingkat partisipasi masyarakat dalam Program RSMW di Kecamatan Gunung Agung dalam kategori sedang sebesar 64 persen. Hal tersebut dibuktikan dengan masyarakat ikut serta dalam merencanakan pembangunan dan ikut dalam pengambilan keputusan, ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana fisik, melakukan monitoring dan evaluasi, serta menerima dan memanfaatkan hasil-hasil pembangunan.


(3)

92

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat peranan pokmas dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program RSMW (rs=0,691). Hasil di atas menunjukkan semakin baik peranan pokmas dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam program RSMW maka masyarakat akan terpacu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk berpartisipasi secara aktif dalam program RSMW.

B. Saran

1. Tingkat peranan kelompok masyarakat secara keseluruhan sudah sangat baik tetapi secara per-indikator masih ada yang perlu dan bisa ditingkatkan yaitu pada peranan pokmas menghimpun potensi swadaya masyarakat,

keikutsertaan dalam pembuatan rekening kolektif serta membimbing dan mengarahkan masyarakat. Indikator tersebut masih dapat ditingkatkan dengan cara membuat sistem yang dapat mengajak masyarakat tidak hanya

memberikan sumbangan tenaga tetapi dapat juga memberikan sumbangan material, uang atau bahkan makanan untuk orang-orang yang sedang bekerja. Anggota pokmas juga harus lebih aktif dalam pengelolaan rekening kolektif, tidak hanya ketua dan bendahara saja yang berperan dalam mengelolanya. Anggota pokmas yang bertugas dalam pembangunan dilapangan juga dapat lebih berperan aktif lagi tidak hanya mengarahkan tetapi juga ikut memberi contoh kerja secara langsung sehingga masyarakat dapat mengikutinya langsung.

2. Partisipasi masyarakat juga harus ditingkatkan terutama partisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan serta partisipasi swadaya. Partisipasi


(4)

93

tersebut dapat ditingkatkan dengan cara masyarakat harus lebih berani dalam mengungkapkan gagasan/pendapat meraka dalam forum diskusi. Partisipasi swadaya juga dapat ditingkatkan dengan masyarakat mau memberikan sumbangan selain tenaga misalnya seperti sumbangan material untuk

pembangunan, sumbangan uang, sumbangan uang atau sumbangan lain yang dapat berguna dalam kegiatan program RSMW.

3. Partisipasi masyarakat akan dapat meningkat seiring dengan peningkatan Pokmas dalam menjalankan peranannya. Jika ingin partisipasi masyarakat meningkat maka pokmas harus bisa memberi contoh dengan menjalankan peranannya dengan sebaik mungkin.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, S. 2007. Sosiologi. Bumi Aksara. Jakarta

Ahmadi, A. 1999. Psikologi Sosial. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2011. Petunjuk Pelaksana dan Teknis

Ragem Sai Mangi Wawai. Tulang Bawang Barat.

Badan Pusat Statistik. 2012. Tulang Bawang Barat dalam Angka 2012. Bandar lampung

Berry, D. 1995. Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Effendi, I. 2007. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan

Melalui Program Pemberdayaan. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Gitosaputro, S. 2003. Pengantar Pengembangan Masyarakat dan Pemberdayaan

Masyarakat. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Hasibuan, M. 2003. Manajemen Sumberdaya Manusia. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Kartono, K. 1994. Pemimpin dan Kepemimpinan. PT. Raja Grafindo. Jakarta. Mardikanto, T. 1991. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret

University Press. Surakarta.

Nasir. M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat. 2012. Panduan Program Ragem

Sai Mangi Wawai (RSMW). Bappeda. Panaragan Jaya.

Siegel, S. 1997. Statistika Nonparametrik. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Soekanto, S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada.


(6)

Sugiyono. 2014. Metodelogi Penelitian Kuantitatif dan Kuantitatif. Alfabeta. Bandung.

Sumaryadi, I Nyoman, 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan

Pemberdayaan Masyarakat. Penerbit Citra Utama. Jakarta.

Surotinojo, I. 2009. Partisipasi Masyarakat Dalam Program Sanitasi Oleh Masyarakat (Sanimas)di Desa Bajo Kecamatan Tilamuta Kabupaten

Boalemo, Gorontalo. UNDIP. Semarang

Wijaya. 2011. Hubungan Antara Peranan Peratin dengan Tingkat Kinerja Kelompok Masyarakat (Pokmas) dalam Gerakan Membangun Bersama

Rakyat (GMBR) di Kabupaten Lampung Barat. Skripsi. Universitas

Lampung. Bandar Lampung.

Yulianti, Y. 2012. Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam

Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

Perkotaan di Kota Solok. Tesis. Universitas Andalas. Padang.


Dokumen yang terkait

Peranan Pemerintah Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Infrastruktur (Studi Pada Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang)

21 179 143

Pola Partisipasi Masyarakat Dalam Pelestarian Hutan Mangrove (Studi Deskriptif di Desa Jago-jago Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah)

1 49 86

Peranan Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Fisik Studi Pada Kantor Kepala Desa Palding Jaya Sumbul Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi)

15 191 104

Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung 2005 di Kabupaten Karo (Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Batukarang Kecamatan Payung).

19 180 90

Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan (Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir)¬¬

0 40 106

EFEKTIVITAS KOORDINASI PELAKSANAAN PROGRAM RAGEM SAI MANGI WAWAI OLEH CAMAT DI KECAMATAN PAGAR DEWA KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

2 39 83

Hubungan Dinamika Kelompok Masyarakat (Pokmas) dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Gerakan Serentak Membangun Kampung (GSMK) di Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang

0 13 89

HUBUNGAN PERANAN KELOMPOK MASYARAKAT (POKMAS) DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM GERAKAN SERENTAK MEMBANGUN KAMPUNG (GSMK) DI KABUPATEN TULANG BAWANG

18 273 69

PERANAN FASILITATOR KECAMATAN DALAM MENDINAMISKAN KELOMPOK MASYARAKAT (POKMAS) PADA PROGRAM GERAKAN SERENTAK MEMBANGUN KAMPUNG (GSMK) KABUPATEN TULANG BAWANG

0 18 98

ANALISIS PENDAPATAN DAN LINGKUNGAN PENGOLAHAN SUSU KAMBING ETAWA DI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT (Studi Kasus di Unit Pelaksana Kegiatan UPK Program Ragem Sai Mangi Wawai Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat)

4 44 65