47
Gambar 4.1 merupakan topologi jaringan yang telah diimplementasikan. Topologi jaringan terbentuk dari
provider
internet dimana perusahaan menggunakan
provider
dari ”telkom speedy
”, akses internet masuk ke dalam modem dengan alamat ip 192.168.1.1 yang kemudian ditampung oleh router mikrotik pada
interface eth
1 dengan alamat ip 192.168.2.1 dan kemudian disebarkan kepada
client
seluruh perusahaan dan
access point
perusahaan dengan alamat ip publik 192.168.2.024 terkecuali alamat 192.168.2.1 yang sudah digunakan oleh
interface eth 2
pada router dari modem internet.
Sesuai dengan skenario desain yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dilakukan implementasi manajemen jaringan pada
perusahaan untuk mengatasi masalah yang ada sebelumnya dengan pengaturan
mangle
serta
queue tree
pada router mikrotik sesuai dengan kebutuhan
client
agar masalah yang ada dapat terselesaikan.
4.2 Hasil Konfigurasi Sistem
4.2.1 Hasil Konfigurasi Dasar Router Mikrotik
Konfigurasi dasar pada router mikrotik ini memiliki tujuan untuk memastikan bahwa seluruh komputer
client
sudah mendapat ip secara otomatis dari router serta hak akses internet dari modem
yang telah dilewatkan pada router mikrotik sebelum dilakukan pembatasan
bandwidth
nantinya. Hal ini dapat tercapai apabila seluruh
client
sudah dapat mengakses internet tanpa ada masalah.
48
Gambar 4.2 Alamat IP
client
DHCP Gambar 4.2 menunjukkan keberhasilan komputer
client
untuk mendapat alamat ip secara otomatis dari DHCP
server
yang telah di konfigurasikan sebelumnya. Dengan
client
sudah mendapat status
bound
maka
client
sudah terikat dengan router dan secara otomatis
client
sudah dapat mengakses internet yang tersedia dari
provider
sebelum penanaman
rule
pada mikrotik. Dengan hasil tersebut maka konfigurasi dasar pada router mikrotik sudah dapat
berjalan dengan baik.
4.2.2 Hasil Konfigurasi Manajemen Bandwidth
Pada implementasi manajemen
bandwidth
dengan mikrotik ini banyak bergantung pada sistem HTB
Hierarchical Token Bucket
. HTB berfungsi untuk membuat
queue
menjadi lebih terstruktur,
dengan membuat
pengelompokan-pengelompokan bertingkat. Ini berfungsi ketika menentukan
traffic management
bandwidth
sesuai dengan kelas
priority
masing-masing
client
. Metode inilah yang akan diterapkan dalam membuat
queue tree
49
untuk manajemen
bandwidth
nanti. Selain itu juga akan didukung dengan penerapan
queue type
model PCQ dimana model ini akan membagi rata
bandwidth
yang dialokasikan per tingkatan sehingga akan menambah kehandalan sistem untuk menangkal masalah yang
ada sebelumnya di dalam perusahaan.
Queue tree
bekerja dengan menggunakan hasil
mark packet
dan
mark connection
yang sudah dibuat pada fitur
firewall mangle
.
Gambar 4.3 Hasil konfigurasi
Mangle
Pada Gambar 4.3 cara kerja firewall mangle dengan mengenali terlebih dahulu sumber data dengan fungsi
mark connection
, selanjutnya data yang dikenali diproses menggunakan
mark packet
. Setiap
rule
memiliki satu pasang
rule mark connection
50
dan
mark packet
seperti pada
rule
pertama yakni pada
index
“0” dan “1” adalah
rule
untuk menangkap koneksi wifi di dalam perusahaan. Kemudian dilanjutkan dengan
rule
kedua yakni
rule mangle
untuk ruang kepala pada
index
“2” dan “3”. Lalu untuk
index
“4” sampai “7” merupakan
index
untuk implementasi pembatasan
bandwidth
pada client sesuai dengan yang telah direncanakan. Sistem kerja
rule
tersebut yakni apabila suatu data dari
protocol tcp
masuk maka akses data awal akan secara otomatis ditampung pada
mangle
awal yakni pada
index
“4” dan “5” sebelum pencapaian kuota 3 Mb, namun setelah akses data mencapai kuota yang ditentukan secara otomatis
mangle
kedua yaitu pada
index
“6” dan “7” akan bekerja untuk membatasi akses data yang masuk. Hal ini tidak akan begitu terasa
apabila
client
melakukan akses data
browsing
halaman biasa. Namun apabila
client
melakukan akses
download
pada jam yang tidak diperbolehkan maka kecepatan
download
akan diturunkan sesuai dengan
rule queue tree
. Begitu juga seterusnya hingga
index
terakhir, sehingga semua
client
memiliki
rule
masing-masing sesuai yang telah didefinisikan pada
mangle
.
Queue tree
merupakan fasilitas manajemen
bandwidth
pada mikrotik
,
dengan menggunakan fungsi ini, dapat membuat
rule
bertingkat dengan membedakan
priority
pemberian
bandwidth
, dengan mengelompokan data berdasarkan IP maupun
protocol
yang sebelumnya telah dideklarasikan pada menu
mangle firewall
. Sebelum penerapan
Queue Tree
dijalankan maka akan perlu adanya pendeklarasian
Queue Type
.
51
Gambar 4.4 Hasil Konfigurasi
Queue Type Queue Type
model PCQ tersebut bekerja dngan membuat
sub-stream
sesuai pc
client
yang sedang
online
berdasarkan parameter
pcq-classifier
yang dapat berupa IP a
ddress
pengirim
src-address
, IP
address
tujuan
dst-address
,
Port
pengirim
src- port
maupun
Port
tujuan
dst-port
. PCQ akan membagi rata
bandwidth
untuk setiap
sub-stream
atau komputer
client
yang hidup sesuai dengan deklarasi
bandwidth
yang telah diberikan. Seperti pada Gambar 4.4 konfigurasi
Queue Type
yakni model PCQ memiliki nama PCQ
-Limit
dan memiliki
pcq-classifier
berdasarkan IP address pengirim
src-address
, jadi PCQ akan bekerja dengan mengidentifikasi alamat IP
client
sebelum memberikan umpan kepada
Queue Tree
. Setelah pendefinisian
Queue Type
selesai selanjutnya
rule
yang diterapkan pada
queue tree
yaitu, dengan memberi prioritas 1 untuk ruang kepala. Hal ini dilakukan dengan memberi prioritas
52
yang lebih rendah terhadap aktivitas pada wifi
dengan nilai prioritas
2 serta untuk client dengan aktifitas
browsing
dengan priority 3 dan aktifitas
download
dengan priority 4 serta untuk aktifitas week-end dan jam pulang kerja diberi
priority default
yakni 8. Hasil konfigurasi yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Gambar 4.5 Hasil Konfigurasi
Queue Tree
Konfigurasi
queue tree
pada Gambar 4.5 terdapat beberapa indikator yang perlu dilihat dalam pengaturan sistem manajemen
bandwidth
yang telah dibuat. Indikator-indikator tersebut terdapat pada kolom
Name
,
Parent
,
Limit-At
, dan
Max-Limit
.
Name
merupakan indikator yang digunakan untuk memberikan nama untuk setiap konfigurasi yang kita buat agar kita dapat mengetahui
konfigurasi apa yang ada di dalamnya.
Parent
merupakan suatu indikator yang digunakan untuk melihat dari mana asal kita
mendapatkan sumber aturan sebelum kita memberikan aturan yang
53
lebih mendetail. Lalu
Limit-At
digunakan untuk memberikan batasan terendah dalam
client
menerima
bandwidth
yang diberikan dari
parent
. Kemudian
Max-Limit
merupakan kebalikan dari
Limit-At
yaitu batasan teratas
client
dalam menerima
bandwidth
yang diberikan dari
parent
. Pada Gambar 4.5, terdapat satu
parent
bernama “ALL” dimana di dalamnya menangkap semua
bandwidth
total yang ada dari
provider
internet yakni sebesar 2 Mbs sebelum didistribusikan atau dibatasi masuk ke dalam jaringan perusahaan. Kemudian di
bawah
parent
“ALL” terdapat beberapa
child
untuk membatasi akses
bandwidth
sesuai dengan kebutuhan setiap bagian di perusahaan. Untuk
child
yang pertama yakni bernama “wifi-global” yang digunakan untuk memberi batas akses wifi di dalam perusahaan
dengan memberi nilai untuk
max-limit bandwidth
sebesar 1800 Mbs. Lalu yang kedua bernama
“week-end” yang bernilai
max-limit
1800 Mbs digunakan untuk aturan disaat hari libur kerja perusahaan
dengan melonggarkan semua
rules
yang ada agar tidak bekerja disaat hari libur kerja diperusahaan yakni hari sabtu dan minggu.
Kemudian terdapat
child
ber nama “Spesial-DIR” untuk konfigurasi
limit bandwidth
pada ruang direktur perusahaan. Pada
child
ini
max- limit
memiliki nilai sebesar 1 Mbs. Setelah itu terdapat
child
dengan nama “Pulker1” dan “Pulker2” yang bernilai
max-limit
1800 Mbs yang digunakan juga untuk melonggarkan akses internet setiap
bagian setelah jam pulang kantor yakni dari jam 16.00 sampai dengan jam 08.00 dengan menonaktifkan
rules
yang bekerja saat jam kerja perusahaan. Lalu
child
selanjutnya bernama “Download”
54
yang memiliki indikator
Max-Limit
256 Kbs.
Child
dengan nama “Download” merupakan
child
sekaligus
parent
dari
child
dengan nama
client
ip masing-masing komputer yang ada di dalam perusahaan.
Child
ini berfungsi untuk memberikan batasan
bandwidth
apabila
rules
menangkap ada kegiatan
download
pada
client
di dalam perusahaan maka
child
ini akan bekerja sesuai dengan batasan yang diberikan setiap
client
untuk membatasi kegiatan
download
dari
client
tersebut sehingga
bandwidth
yang ada tidak terambil atau termakan oleh kegiatan
download client
itu. Untuk
child
dengan nama
client
ip masing-masing dibawah
parent
“Download” memiliki indikator
Limit-At
sebesar 35 Kbs dan
Max- Limit
sebesar 256 Kbs. Dan yang terakhir adalah
child
yang juga merupakan
parent
dari setiap
client
berdasarkan ip komputer di dalam perusahaan bernama “Brosing”. Pada aturan ini diberikan
nilai
Max-Limit
sebesar 1 Mbs dan untuk
child
dari
parent
“Brosing” diberikan
Limit-At
sebesar 128 Kbs dan
Max-Limit
sebesar 1 Mbs. Sama halnya dengan
child
bernama “Download”
child
ini juga bekerja untuk memberikan batasan akses
browsing
pada
client
agar mendapatkan
bandwidth
yang sesuai agar aktifitas
browsing
tidak terganggu oleh aktifitas koneksi
client
lainnya.
4.3 Analisa dan Pengujian Sistem