EMBRIOGENESIS DAN DAYA TETAS TELUR IKAN

EMBRIOGENESIS DAN DAYA TETAS TELUR IKAN NILA(Oreochromis niloticus)
PADA SALINITAS BERBEDA
I PENDAHULUAN1.1
Latar Belakang
Tambak-tambak payau untuk budidaya udang windu yang kualitasnyasudah menurun dan
tidak produktif menyebabkan produksi udang windumenurun. Penurunan angka produksi
udang windu tersebut pada akhirnyamenurunkan pendapatan pembudidaya tambak. Di sisi
lain, ikan nila merupakankomoditas ekspor yang populer di masyarakat karena rasa
dagingnya yang khas(Khairuman dan Amri, 2003). Ikan nila ini juga menjadi andalan
para pembudidaya tambak dikarenakan memiliki laju pertumbuhan dan perkembangbiakan
yang cepat, memiliki toleransi lingkungan hidup yang luassehingga dapat hidup di sungai,
waduk, danau, rawa, sawah, kolam dan tambak,serta memiliki resistensi yang relatif tinggi
terhadap kualitas air dan penyakit(Sucipto, 2002). Oleh karena itu, untuk mengisi
kekosongan tambak dan memberimasukan pendapatan bagi para pembudidaya tambak, ikan
nila mulaidibudidayakan pada tambak udang windu yang sudah tidak produktif
tersebut.Budidaya ikan nila di tambak sama seperti halnya budidaya ikan lainnya juga
membutuhkan benih. Benih ikan nila selama ini dihasilkan dari pembenihandi air tawar,
sehingga untuk ditebar di tambak udang windu yang berair payau,maka ikan nila harus
diadaptasikan dulu di air payau. Namun, kendala yangditemui selama ini, yaitu ikan nila
dewasa memiliki masa adaptasi yang agak lamaapabila diadaptasikan pada air payau, selain
itu juga jarang sekali dilakukan pembenihan ikan nila di air payau, oleh karena itu perlu

dilakukan penelitiantentang pembenihan ikan nila di air payau. Tujuan dilakukannya
pembenihan ikannila di air payau ini terutama untuk mengetahui besar daya tetas telur ikan
nila dan bagaimana embriogenesisnya bila telur ikan nila ditetaskan dalam air payau
danfaktor yang paling berpengaruh dalam usaha ini adalah salinitas.Salinitas merupakan
total konsentrasi ion-ion K +, Na+, Mg2+, NO3-, Ca2+,SO42-, Cl-dan HCO 3- yang ada
dalam air (Boyd, 1982 dalam Maisura, 2004).Salinitas sangat berpengaruh terhadap
osmoregulasi pada ikan (Buttner et al,1993). Ikan nila termasuk golongan ikan yang hidup pada air
tawar (Fujaya,2004). Oleh karena itu, apabila telur ikan nila ditetaskan pada air yang
bersalinitaslebih tinggi, maka kandungan air pada telur ikan nila akan tertarik
keluar sedangkan garam-garam yang terkandung pada air payau akan masuk ke dalamtelur
ikan nila. Unsur-unsur tertentu pada garam ini dapat mempercepat prosestranspor aktif yang
berguna untuk mempercepat pergerakan sel (Prunet danBornancin, 1989). Oleh karena itu,
apabila pergerakan sel cepat maka proses penetasan telur juga menjadi cepat. Penelitian ini
merupakan bagian darirangkaian penelitian pengembangan pembenihan ikan nila di air
payau. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembudidaya ikan
nila.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapatdirumuskan
permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimana gambaran embriogenesis ikan nila apabila ditetaskan padasalinitas berbeda?
b. Apakah terdapat pengaruh salinitas terhadap daya tetas telur ikan nila?
c. Berapakah salinitas terbaik untuk menghasilkan daya tetas telur ikan nilatertinggi?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Mengetahui gambaran embriogenesis ikan nila apabila ditetaskan padasalinitas berbeda.
b. Mengetahui pengaruh salinitas terhadap daya tetas telur ikan nila.
c. Mengetahui salinitas terbaik untuk menghasilkan daya tetas telur ikan nilatertinggi.
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepadamasyarakat perikanan
tentang gambaran embriogenesis ikan nila apabila telur ikan nila ditetaskan pada salinitas
berbeda, pengaruh salinitas terhadap daya tetastelur ikan nila, serta salinitas terbaik untuk
menghasilkan daya tetas telur ikan nilatertinggi. Pada akhirnya, dapat diaplikasikan para
masyarakat perikanan sebagai pengembangan pembenihan ikan nila di air payau.
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1-31 Juli 2010 di Laboratorium UPTPengembangan
Budidaya Air Tawar Umbulan, Desa Sidepan, KecamatanWinongan, Kabupaten Pasuruan,
Provinsi Jawa Timur.
4.2 Materi Penelitian

4.2.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi : alat untuk pemijahan buatan,
antara lain : bak penampung induk ikan nila, timbangan digital,mangkok, petri disc, spuit,
bulu ayam, stopwatch, saringan dan sendok, alat untuk penetasan, antara lain : akuarium,
rak penetasan, gelas penetasan, kran aerasi, pipa paralon, sedotan, pompa air, selang pompa,
selang aerasi, aerator, bak penampungan stok air salinitas 5, 10, 15 dan 20 ppt, kran infus,
selang inlet dan selang outlet, dan alat untuk pengamatan, antara lain : pipet, object
glass, mikroskop, penggaris, DO meter, thermometer, hydrometer dan pH paper.
4.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan, antara lain : satu ekor induk jantan dan tiga ekor induk betina ikan
nila yang telah matang gonad, sperma dan telur induk ikan nilayang telah matang gonad,
NaCl fisiologis, air tawar dan air laut.
4.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Padametode penelitian ini,
percobaan ditujukan untuk pengamatan kemungkinan
adanya sebab-akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kondisi perlakuan dan
membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrolyang tidak dikenai

kondisi perlakuan (Suryabrata, 1998). Teknik pengambilandata dilakukan dengan cara
observasi langsung, yaitu dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap

gejala-gejala subjek yang diselidiki, baik pengamatan itu dilakukan di dalam situasi yang
sebenarnya maupun situasi buatanyang khusus diadakan.
4.3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalahRancangan Acak Lengkap
(RAL), terdiri dari lima perlakuan salinitas inkubasitelur, yaitu 0 (kontrol), 5, 10, 15 dan 20
ppt. Penentuan salinitas berdasarkan pernyataan Suyanto (1994) yang menunjukkan bahwa
ikan nila mampu hidup pada air tawar, payau dan laut. Masing-masing perlakuan terdiri dari
empatulangan dengan waktu pengamatan setiap jam ke-3, ke-21, ke-25, ke-29, ke-45,ke-75
dan ke-99 setelah fertilisasi. Penentuan waktu pengamatan tersebutdilakukan berdasarkan
periode perkembangan telur yang disusun oleh Morrison
et al.
(2001). Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah fase-fase perkembangan telur
(embriogenesis) dan daya tetas telur.
4.3.2 Prosedur Penelitian
A. Persiapan Penelitiana. Tempat Penetasan Telur Penetasan telur ikan nila dilakukan secara
intensif, yaitu denganmenggunakan corong atau gelas tetas, yang merupakan modifikasi
penetasan telur
secara alami. Air yang dialirkan ke dalam gelas penetasan dimaksudkan selainagar telurtelur tetap bergerak juga untuk mempertahankan kualitas air tetapterjaga. Gelas yang
berukuran tinggi 10 cm, diameter atas 7 cm, diameter bawah2,5 cm dapat menampung telur
sebanyak 200-250 butir telur per gelas untuk penetasan. Selama kegiatan penetasan telur,

air terus-menerus dialirkan ke corong penetasan menggunakan sistem resirkulasi. b.
Perhitungan Salinitas Air yang DibutuhkanPenelitian menggunakan salinitas air 0, 5, 10, 15
dan 20 ppt. Contoh pembuatan air bersalinitas disajikan pada Lampiran 1 dan rumus yang
digunakanuntuk menghitung salinitas air tersebut menurut Mahasri dkk. (2009) adalah :V
1
.N
1
=V
2
.N
2
V
1
V
2
×N
2
N
1
Keterangan :V

1
= volume air lautV
2
= volume air yang diperlukan N
1

= salinitas air laut N
2
= salinitas yang diperlukan
3. Pembuatan Selang
Inlet
dan Selang
Outlet
Penetasan telur ikan nila pada salinitas berbeda dilakukan secara bertahapdengan mengaliri
akuarium penetasan dengan air bersalinitas 5, 10, 15 dan 20 pptselama 48 jam sampai
salinitas air pada akuarium penetasan mencapai 5, 10, 15dan 20 ppt. Perubahan salinitas air
secara bertahap ini dilakukan dengan caramenggunakan peralatan seperti selang
inlet
, selang
outlet

dan kran infus. Selang
inlet
dihubungkan dari bak penampungan stok air yang bersalinitas 5, 10, 15 dan20 ppt ke
masing-masing akuarium penetasan, sedangkan selang
outlet

dihubungkan dari masing-masing akuarium penetasan ke tempat pembuangan air.Masingmasing selang diberi kran infus yang gunanya untuk mengatur pemasukandan pengeluaran
air. Skema alat penetasan dapat dilihat pada Gambar 4.23 45 6 78911312 11 10Gambar 3.
Skema alat penetasan telur ikan nila pada salinitas berbeda
Keterangan :1.
Akuarium stock air bersalinitas 5, 10, 15 atau 20 ppt2.
Selang inlet3.
Kran infus4.
Kran aerasi5.
Pipa6.
Sedotan7.
Gelas penetasan8.
Selang outlet9.
Kran infus10.
Akuarium penetasan11.

Rak penetasan12.

Pompa air
13.
Selang pompa
B. Pelaksanaan Penelitiana. Pemijahan Buatan dan
Stripping
Induk Ikan NilaPemijahan ikan dilakukan dengan cara memasangkan induk ikan nila jantan
dan betina di dalam kolam pemijahan ikan dengan perbandingan jantan dan betina 1:3.
Selanjutnya induk ikan nila akan melakukan perkawinan secara alamidan biasanya
berlangsung pada siang hari dengan selang waktu 3-7 hari setelahdipasangkan (Sucipto,
2002).Setelah nampak tanda-tanda ikan mulai memijah, induk betina dan jantanikan nila
ditangkap dan dilakukan pengurutan (
stripping
) untuk mendapatkan telur dan sperma ikan nila. Telur-telur yang diperoleh ditampung
dalam mangkok dansperma ditampung dalam
petri disc
yang berisi larutan NaCl fisiologis dengan pengenceran sepuluh kali. Setelah itu sperma dan
telur dicampur, ditambah air dan diaduk perlahan dengan menggunakan bulu ayam selama
lebih kurang limamenit (Mubarak, 2007). b. Penempatan Telur pada Salinitas BerbedaTelur

ikan nila yang telah terbuahi ditempatkan pada gelas atau corong penetasan pada masingmasing perlakuan sebanyak 240 butir telur tiap ulangan,namun air yang digunakan pada
akuarium penetasan belum bersalinitas 5, 10, 15dan 20 ppt. Semua telur pada tiap perlakuan
awalnya bersalinitas 0 ppt.Selanjutnya, empat dari lima perlakuan tersebut masing-masing
dialiri air bersalinitas 5, 10, 15 dan 20 ppt selama 48 jam sampai salinitas air pada
akuarium penetasan bersalinitas masing-masing 5, 10, 15 dan 20 ppt, sedangkan yang
satu perlakuan, air untuk penetasan telur tetap bersalinitas 0 ppt dan digunakan
sebagaikontrol. Sutisna dan Sutarmanto (1999) menyatakan bahwa penetasan telur
dengan menggunakan corong tetas berguna untuk meningkatkan daya tetas telur.Selain
karena corong tetas merupakan modifikasi penetasan telur secara alami juga karena pada
tahap awal perkembangan telur, telur sangat rentan terhadapgangguan, khususnya gangguan
secara mekanik.c. Pengamatan EmbriogenesisPengamatan embriogenesis dilakukan pada
jam ke-3, ke-21, ke-25, ke-29,ke-45, ke-75 dan ke-99 setelah fertilisasi. Perkembangan
embrio yang diamati,antara lain : morula, blastula, gastrula, epiboli, mata, jantung, otak,
faring,melanofor, ekor, pembuluh darah dan kantung kuning telur. Waktu pengamatanini
dilakukan berdasarkan periode-periode perkembangan embrio yang disusunoleh Morrison
et al.
(2001), ditampilkan pada Lampiran 2.d. Perhitungan Daya Tetas Telur Setyono (2009)
menyebutkan, daya tetas telur dapat dihitung denganmenggunakan rumus sebagai berikut
:Daya tetas = ___a + b___ x 100%a + b + c
Keterangan :a = jumlah telur yang menetas normal b = jumlah telur yang menetas cacat

(abnormal)c = jumlah telur yang tidak menetas (mati)
4.3.3 Parameter Pengamatan
A. Parameter UtamaParameter utama dalam penelitian adalah fase-fase perkembangan
telur (embriogenesis) dan daya tetas telur. Pengamatan fase-fase perkembangan
telur dilakukan dengan menggunakan mikroskop pada jam ke-3, ke-21, ke-25, ke-29,

ke-45, ke-75 dan ke-99 setelah fertilisasi Penghitungan telur yang menetasdilakukan 24 jam
setelah telur menetas dengan cara mengambil larva sedikit demisedikit pada wadah yang
lebih kecil sampai larva dalam gelas penetasan habis,kemudian dihitung daya tetasnya
dengan menggunakan rumus. Parameter utamadigunakan untuk mengetahui salinitas
optimum untuk embriogenesis dan dayatetas telur ikan nila.B. Parameter
PendukungParameter pendukung dalam penelitian adalah kualitas air antara lain : suhu, pH
dan oksigen terlarut. Pengukuran terhadap suhu, pH dan oksigen terlarutdilakukan setiap
hari dengan menggunakan alat pengukur. Parameter pendukungdigunakan untuk
melengkapi data guna pembahasan parameter utama.
4.3.4 Analisis Data
Data hasil penelitian yang diperoleh dianalisa secara deskriptif untuk embriogenesis,
sedangkan untuk daya tetas telur dianalisis secara statistik denganmenggunakan ANAVA (
Analysis of Variance
). Apabila terdapat perbedaan yangnyata, maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda

Duncan untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan satu dengan perlakuan yang lainnya.
Taraf kesalahanyang digunakan, yaitu 5% (Kusriningrum, 2008).

VI SIMPULAN DAN SARAN6.1 Simpulan
1. Pada empat jam setelah fertilisasi perlakuan B, C, D dan E
memperlihatkan perkembangan embrio pada awal periode blastula, kecuali perlakuan A
yangmemperlihatkan embrio berada pada akhir periode pembelahan. Pada 45 jamsetelah
fertilisasi perlakuan A, D dan E memperlihatkan pada bagian anterior terdapat bentuk
kepala yang masih samar dan terdapat bercak melanofor pada permukaan telur, sedangkan
perlakuan B dan C memperlihatkan mata yangtelah tampak namun belum berpigmen dan
terdapat bercak melanofor pada permukaan telur. Pada 76 jam setelah fertilisasi embrio pada
perlakuan B, Cdan D terdapat pigmentasi di mata, pembesaran otak, jantung berdenyut,
ekor terlihat memanjang, sedangkan pada perlakuan A telah ada telur yang menetasdan
perlakuan E memperlihatkan embrio ikan nila yang tidak mengalami perkembangan. Pada
85 jam setelah fertilisasi perlakuan B telah ada telur yangmenetas, perlakuan C dan D
memperlihatkan terbentuknya faring, sedangkan perlakuan E memperlihatkan telur yang
lapisan pelindungnya rusak sehinggacairan dalam telur tertarik keluar dan akhirnya mati.
Pada seratus jam setelahfertilisasi perlakuan C dan D memperlihatkan telur yang baru
menetas,sedangkan perlakuan E memperlihatkan embrio yang rusak dan mati.2. Perlakuan
salinitas berbeda pada penetasan telur ikan nila memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap daya tetas telur ikan nila.3. Perlakuan dengan salinitas 10 ppt merupakan salinitas
terbaik untuk menghasilkan daya tetas telur ikan nila tertinggi.

6.2 Saran
Kegiatan pembenihan ikan nila (
Oreochromis niloticus

) pada salinitaslebih tinggi dari media kontrol sebaiknya dilakukan pada salinitas 10 ppt.
Hal inidikarenakan pada salinitas 10 ppt tersebut penetasan telur ikan nila
dapatmenghasilkan daya tetas telur tertinggi daripada perlakuan salinitas lainnya.