Sumber Istilah dan Makna

16 tahun 1921. Dalam publikasi-publikasi Idelsohn yang seterusnya, ia meneliti berbagai macam subyek yang berbeda yang menginspirasi tren penelitian modern dalam bidang ini.

3. Sumber

Sumber utama yang mendukung pembelajaran tentang musik Yahudi adalah tradisi oral dari berbagai komunitas di seluruh penjuru dunia. Sumber- sumber ini telah dicatat dan didokumentasikan sejak awal abad ke-20 secara acak pada mulanya, kemudian setelah beberapa saat, secara sistematis. Sebagian besar sumber-sumber tertulis terkait musik Yahudi berbentuk karya sastra. Sumber utamanya –seperti contohnya Alkitab, Oral Law atau Hukum yang diucapkan Mishnah dan Talmud, Midrash terjemahan alkitabiah, tulisan-tulisan sakral dan tulisan-tulisan nabipendeta, terutama responsa – memberikan informasi seputar kegunaan, fungsi dan karakter dari musik Yahudi di masa pembentukan dan perkembangannya, serta sikap pimpinan agama terhadap musik tersebut. Sumber-sumber ini didapatkan dari bukti- bukti kuat lainnya seperti catatan harian para pengembara. Penggunaan notasi musik Barat secara signifikan dalam musik Yahudi, terutama pada teks tertulisnya, mulai diterapkan pada perkembangannya setelah tahun 1840 dan penggunaan notasi tersebut bertujuan untuk mempertahankan kelanjutan komposisi-komposisi baru ketimbang melestarikan dokumentasi tradisi oral.

4. Musik Dalam Benak Bangsa Yahudi

Peraturan legislatif berkisar pada sikap penyajian yang layak, tuntutan kualitas penyaji dan isi dari musik dalam masyarakat Yahudi tradisional. Dua 17 kelompok penentu telah disebutkan di atas: penolakan pendapat wanita, berdasarkan dari pendapat Rav bahwa „suara wanita adalah sesuatu yang hina‟ dan larangan terhadap musik instrumen. Akan tetapi, pendapat pendeta terkait isi musik dan penyajiannya tidak merepresentasikan sebuah posisi argumen tunggal. Contohnya, kalimat yang dicetuskan dari talmud bahwa kewajiban untuk „membahagiakan mempelai pria dan wanita‟ dengan musik Talmud Babilonia, Berakhot 6b melemahkan oposisi utama terhadap segala bentuk musik instrumental. Reaksi positif dan negatif terhadap musik juga dapat ditemui di dalam tulisan-tulisan oleh guru Spanyol Maimonides 1135-1204. Dalam responsumnya yang terkenal yang membicarakan tentang penyajian lagu-lagu Arab dengan iringan instrumental kemungkinan ditujukan pada komunitas Yahudi di Aleppo; Cohen, 1935, Maimonides menggabungkan menjadi satu opini-opini pendeta yang sebelumnya dan kemudian menyajikan argumen yang keras melawan seluruh jenis musik yang tidak digunakan untuk kegiatan penyembahan relijius. Di sisi lain, melalui tulisannya sebagai seorang tabib, ia merekomendasikan orang-orang untuk mendengarkan musik instrumental dikarenakan oleh kemampuannya untuk menyembuhkan. Asal muasal komentar dan aturan terkait hal ini dan subyek musik lainnya, terutama isu panjang tentang penggunaan melodi dari budaya-budaya sekitar dalam sinagoga, masih ada sampai hari ini. Salah satu pendapat yang terbaru terkait isu ini adalah responsum yang diterbitkan pada tahun 1954 oleh Rabbi Obadiah Yossef, pimpinan pendeta Sephardi di Israel, yang memiliki kecenderungan untuk menggunakan melodi dari lagu-lagu Arab dalam sinagoga. Tulisan-tulisan sakral Yahudi, terutama sejak abad ke-13, membahas tentang kekuatan etika, magis, dan ilahi dari musik Idel, 1997. Kekuatan- kekuatan ini meningkatkan pengalaman relijius dari hal-hal yang mistis. 18 Contohnya, penjaba ran dan penjelasan dari „tujuan-tujuan‟ kavvanot doa yang terselubung, melalui nyanyian dan meditasi contoh, dengan melebarkan kata kunci menggunakan melodi dapat mempercepat persatuan antara manusia dan penciptanya atau antara dunia dan penciptanya. Variasi tulisan-tulisan Yahudi tentang musik dan posisi yang direpresentasikan oleh musik tersebut membuktikan bahwa tidak ada satu ideologi musik yang absolut dalam Yudaisme. Akan tetapi terdapat 2 ide utama yang mendominasi banyak tulisan tradisional yang membahas seputar musik. Yang pertama, tujuan utama musik dalam kehidupan relijius adalah sebagai ekspresi autentik dari perasaan-perasaan manusia dari masing-masing individu. Pendekatan ini menyanggah pemikiran tentang keindahan musik yang di luar akal manusia, baik imitasi dari musik surgawi atau inspirasi dari seseorang yang jenius. Pemikiran yang kedua; kekuatan suara manusia melebihi kekuatan musik instrumental. Bukanlah suatu kebetulan bahwa kegiatan untuk memperindah ibadah sinagoga dengan menggunakan musik „untuk kepentingannya sendiri‟ dan penggunaan dari musik instrumental merupakan ciri khas dari proses Emansipasi Yahudi di era modern.

A. Musik Program

Musik pada umumnya merupakan rekaman kebiasaan-kebiasaan hidup kita yang diungkapkan secara ekspresif dan estetis dalam bentuk bunyi. Bila dianalogikan musik sama halnya dengan bahasa. Dalam musik kita mengenal nada, sedangkan dalam bahasa kita mengenal huruf. Dalam musik kita mengenal figur dan motif, sementara dalam bahasa kita mengenal suku kata dan kata. Oleh sebab itulah, dapat dikatakan bahwa komposisi-komposisi 19 besar dalam dunia musik dapat dianalogikan dengan karangan atau karya rekaan dalam dunia sastra. “Musik sebagai anak kesenian, merupakan salah satu ekspresi manusia yang termula. ” 3 Pada umumnya musik mengandung empat hal penting antara lain, pitch, dinamika keras-lembut, warna suara, dan durasi. Kinerja organ- organ tubuh manusia pada dasarnya merupakan cerminan aktivitas musik. Jantung manusia akan terus berdenyut tiap saat sesuai ketentuan alamiah. Ketika denyut jantung seseorang tidak berjalan secara normal, dapat dikatakan bahwa orang itu sedang menderita sakit. Denyut jantung inilah merupakan cerminan dari tempo dalam musik. Organ-organ tubuh manusia akan bekerja keras ketika seseorang melakukan aktivitas yang berat pula, ini merupakan gambaran dari dinamika dalam musik. Berangkat dari hal ini, manusia kemudian menuangkannya membentuk ide-ide musikal yang tentulah di dalamnya terkandung unsur-unsur musikal yang telah disebutkan sebelumnya. Seiring perjalanan waktu, lebih dari itu manusia berusaha untuk mengekspresikan perasaannya yang salah satunya adalah bercerita atau berkisah melalui musik. Musik yang pada awalnya hanya berfungsi sebagai iringan kini dapat berdiri sendiri menjadi musik instrumental. Musik instrumental mulai berkembang pada abad 16. Pada mulanya musik instrumental merupakan transkripsi dari komposisi vokal dengan beberapa penerapan kecil 4 . Seiring perkembangannya maka lahirlah bentuk-bentuk komposisi instrumental seperti sonata, toccata, canzona, dan lain-lain. Musik 3 Agastya Rama Listya, Kontekstualisasi Musik Gereja Salatiga: Fakultas Teologi Universitas Kristen SatyaWacana, 1999, hlm. 6. 4 Karl- Edmun Prier sj, Sejarah Musik jilid 1 Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1991, hlm. 173. 20 instrumental untuk alat gesek baru dinotasikan menjelang akhir abad 16, namun alatnya sudah dipakai sebelumnya untuk mengiringi musik vokal. 5

1. Istilah dan Makna

Dalam sejarah musik, ada bermacam-macam usaha untuk melukiskan suatu peristiwa melalui musik. Usaha-usaha untuk melukiskan peristiwa inilah yang kemudian melahirkan suatu bentuk musik yang kita kenal dengan musik program. Istilah musik program mulai diperkenalkan pada periode romantik, dimulai oleh Hector Berlioz sejak tahun 1830. Hakikat dari musik program adalah suatu peristiwa, cerita, situasi yang dilukiskan melalui sarana musik sehingga terciptalah asosiasi kepada peristiwa yang diangkat saat musik dibunyikan 6 . Artinya, musik kini tidak lagi mengikuti aturan bentuk yang baku misalnya Sonata tetapi terikat pada urutan cerita atau kisah yang diangkat. Frans Liszt mendefinisikan musik program sebagai berikut: “any preface in intelligible language added to a piece of instrumental music by means of which the composer intends to guard the listener against a wrong poetical interpretation and to direct his atention to a poetical idea of the whole or to a particular part of it,” 7 pembukaan yang ditambahkan pada suatu karya musik instrumental dengan tujuan agar pendengar tidak menciptakan interpretasi yang salah serta agar komponis itu sendiri dapat memusatkan perhatiannya pada ide-ide dari keseluruhan maupun bagian-bagian kecil dari musik tersebut. 5 Ibid., hlm. 179. 6 Karl- Edmun Prier SJ, Sejarah Musik jilid 2 Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1993, hlm. 189. 7 Leon Stein, Structure Style: The Study and Analysis of Musical Form USA: Summy- Bichard Music, 1979, hlm. 171. 21 Pada dasarnya Liszt tidak menganggap musik merupakan media yang dapat mendeskripsikan suatu obyek secara langsung, namun ia menganggap bahwa musik dapat menuntun pendengar untuk berada dalam suatu pemikiran yang sejalan dengan karakter obyek yang diangkat. Artinya bahwa dengan memberikan gagasan tentang karakteristik emosional suatu hal, maka musik dapat merepresentasikan hal itu secara tidak langsung. Eratnya kaitan antara ilustrasi „naratif‟ dan „emosional‟ dari pemikiran Liszt berakibat pada rancunya penggunaan istilah „musik program‟. Sebagian memilih untuk menggunakan istilah tersebut sebagai acuan terhadap musik instrumental dengan „makna‟ naratif atau deskriptif sebagai contoh, musik yang memberi gambaran kepada suatu adegan atau sebuah cerita. Sebagian telah memperluas penggunaan istilah musik program pada segala jenis musik yang memiliki referensi di luar musik, seperti hal-hal yang terjadi maupun perasaan suatu individu. Perluasan istilah ini dilakukan oleh Friedrich Niecks 1907 dengan antusiasme tinggi yang menyebabkan kelalaiannya dalam melihat perbedaan estetika yang vital antara representasi dan ekspresi. Masing- masing istilah harus ditelaah secara mendalam agar dapat memperoleh definisi yang tepat. Definisi yang terlalu luas justru tidak bermakna dan juga tidak dapat sejalan dengan pemikiran para komponis dan kritikus yang ada sejak Liszt menciptakan istilah tersebut. 8 Musik program pada dasarnya bertentangan dengan musik absolut, hal ini dibedakan oleh pendekatan-pendekatannya untuk menggambarkan obyek dan suatu kejadian. Musik program tidak hanya menggambarkan ataupun mengimitasi obyek dari realita kehidupan; tetapi perkembangan musik 8 www.oxfordmusiconlinesubcriberarticlegrovemusic22394?=program+musicsearch= quickpos=1_star=1firsthit, diakses pada tanggal 29 april 2013 pukul 14.34 WIB 22 program juga ditentukan oleh perkembangan tema. Pergerakan musiknya pada akhirnya dipengaruhi oleh cerita atau objek yang disajikan seperti yang dikatakan Liszt dalam tulisannya. Ia mengatakan bahwa dalam musik program pengulangan, perubahan, modifikasi, dan modulasi dari motif-motif disesuaikan dengan relasi mereka terhadap suatu ide puisi maupun cerita yang diangkat. Istilah musik program digunakan tidak hanya pada musik yang memiliki cerita namun juga diaplikasikan pada musik yang diciptakan untuk merepresentasikan sebuah karakter seperti Don Juan and Don Quixote oleh Strauss atau untuk mendeskripsikan suatu adegan atau fenomena dalam La mer oleh Debussy. Kesamaan dari seluruh aplikasi musik program adalah usaha untuk merepresentasikan obyek-obyek melalui musik; akan tetapi ada kebingungan dalam penggunaan istilah ini dalam pengaplikasiannya pada segala bentuk penggambaran musikal, baik itu instrumental, vokal, atau musik insidental yang terkait dengan adegan di panggung. Pada kenyataannya, musik program adalah musik dengan sebuah program. Sesuai dengan ide Liszt, musik program adalah musik yang dimengerti melalui adanya sebuah program; musik tersebut bergerak dan terbentuk dari subjek yang dideskripsikan oleh musik tersebut 9 . Seperti apapun penggunaan istilah itu, ide tentang musik yang merepresentasikan sesuatu sangatlah penting dalam pembentukan konsep dari musik program. Oleh karena itu, penting untuk memahami apakah yang dimaksud dengan „representasi‟ dalam musik. Perbedaan yang pertama adalah antara representasi dan ekspresi. Usaha-usaha untuk membuat perbedaan yang 9 www.oxfordmusiconlinesubcriberarticlegrovemusic22394?=program+musicsearch= quickpos=1_star=1firsthit, diakses pada tanggal 29 april 2013 pukul 14.34 WIB 23 akurat baru dilakukan dewasa ini, dan tidak ada persetujuan yang terkait dengan hubungan dari istilah-istilah yang ada. Akan tetapi perbedaan selalu ada di antara pecinta seni. Sebuah lukisan dapat merepresentasikan sebuah subjek dan dapat juga mengungkapkan suatu emosi terkait subjek. Merepresentasikan sebuah subjek berarti memberikan deskripsi atau karakterisasi pada subjek itu: untuk menjelaskan melalui kata-kata atau gambar seperti apakah subjek tersebut. Deskripsi seperti itu dapat disertai oleh ungkapan perasaan. Terlebih lagi, ada ungkapan emosi yang tidak disertai dengan representasi. Masonic Funeral Music dari Mozart jelas merupakan ungkapan rasa duka, akan tetapi tanpa usaha untuk merepresentasikan atau menjelaskan obyek yang mengungkapkan rasa duka itu. Perdebatan mengenai hal ini selalu terjadi terkait dengan paham bahwa semua jenis musik mengungkapkan perasaan. Jika demikian, terkecuali bila terdapat perbedaan antara representasi dan ekspresi atau ungkapan perasaan, maka semua jenis musik haruslah dianggap sebagai musik representatif. Pemikiran tersebut mengarah pada konklusi bahwa tidak ada perbedaan yang penting antara musik dan lukisan dalam hubungannya terhadap dunia. Diragukan bahwa musik dapat secara literal merepresentasikan subjeknya, sebagaimana lukisan dan literatur merepresentasikan subjek-subjek mereka. Apa yang direpresentasikan lebih jelasnya disebut sebagai imitasi atau peniruan. Contohnya demikian, ketika sebuah karya musik menirukan suara dari ayam jantan maka perbedaan antara representasi dan imitasi dapat terlihat dengan jelas. Sebuah arsitektur dapat mengimitasi lekukan cangkang kerang tanpa menjadi representasi dari cangkang kerang itu; atau seseorang dapat menirukan tingkah laku orang lain 24 tanpa menjadi suatu representasi dari orang lain itu. Representasi pada dasarnya bersifat deskriptif: melibatkan referensi terhadap benda-benda di dunia dan usaha untuk mendeskripsikannya. Imitasi hanyalah menyalin dan bertujuan tidak lebih dari sebagai dekorasi. Contoh-contoh imitasi musik sangatlah banyak dari sejak awal terciptanya musik. Plato dan Aristoteles memberikan karakter imitatif ke dalam musik pada masanya. Namun masih terjadi perdebatan tentang apakah musik hanya dapat direpresentasikan oleh imitasi. Pastinya, Liszt telah memikirkan lebih dari sekedar imitasi ketika ia memperkenalkan konsep musik program. Ketika musik dikatakan dapat merepresentasikan benda-benda, maka seringkali pemikiran tersebut terlihat tidak jelas. Muncul pertanyaan bahwa apakah musik dapat benar-benar mendeskripsikan dunia atau apakah musik hanyalah sekedar memberi kesan. Jika representasi musik hanya sekedar pemberian kesan, tidaklah benar jika musik dikatakan sebagai representasi, karena pendapat tersebut akan memberikan analogi yang kurang tepat terkait dengan seni deskriptif dari literatur dan lukisan. Itu sebabnya Liszt menekankan bahwa musik program yang sebenarnya memiliki elemen naratif atau deskriptif yang merupakan faktor penting untuk pemahaman musik itu sendiri. Dengan kata lain, bagi Liszt, subjek menjadi bagian dari makna musik. Mendengarkan musik dengan asosiasi subjek yang salah sama halnya dengan menyalahartikan musik tersebut. Musik program memberikan contoh sebenarnya dari representasi musik. Lebih jelas lagi, musik program tidak termasuk merupakan musik yang hanya ekspresif, imitatif, atau berkesan. Diragukan bahwa La mer dari Debussy merupakan sebuah deskripsi ketimbang pemberian kesan dari subjek karya tersebut, meski judul-judul dari bagian-bagian karyanya memberi gagasan 25 akan elemen naratif dalam makna karya contohnya, salah satu bagian berjudul De laube à midi sur la mer , yang menggugah Satie sehingga ia berkata bahwa ia secara khusus menyukai bagian tersebut 10 . Musik program harus dibedakan lagi dari musik representasional yang menggunakan kata-kata seperti dalam lieder dan oratorio, atau aksi drama di atas panggung. Penting bagi kita membedakan antara musik yang memberi makna naratif dari musik itu sendiri dengan musik yang menyertai sebuah narasi, melalui kata-kata dari lagu maupun melalui aksi panggung dari sebuah karya drama. Tidak terdapat perbedaan menyeluruh, akan tetapi jika perbedaan tersebut tidak ada, ide dari sebuah musik program sebagai sebuah genre yang terpisah akan menjadi tidak relevan.

2. Sejarah dan Konsep