Landasan Pedagogis Landasan Pendidikan Inklusif a. Landasan Filosofis

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 33 mereka ke dalam kelaskelas reguler agar dapat dibentuk menjadi individu- individu yang menghargai adanya perbedaan. 34

d. Landasan Empiris

Berbagai penelitian yang dilakukan berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan inklusif telah banyak dilakukan di berbagai negara terutama negara barat yang dipelopori oleh the National Academy of Sciences Amerika Serikat sejak tahun 1980-an. Hampir keseluruhan penelitian itu menghasilkan kesimpulan bahwa pendidikan inklusif jauh lebih baik daripada pendidikan khusus secara segregasi. Para peneliti merekomendasikan bahwa pendidikan khusus hanya diberikan terbatas berdasarkan hasil identifikasi yang tepat. 35

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Inklusif a. Faktor Pendukung

1 Adanya kepedulian pemerintah, baik pemerintah pusat, propinsi maupun daerah untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan inklusif sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. 2 Keterlibatan stakeholder sebagai penyelenggara pendidikan yang menyediakan fasilitas pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. 34 LUHNWRUDW3HQGLGLNDQXDULDVD0HQJHQDO«K 35 Ibid, h. 15. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 34 3 Adanya kepedulian pihak dunia usaha untuk menyediakan dan memproduksi media pendidikan yang dibutuhkan. 36 Dalam pendidikian inklusif tidak cukup dengan memahami konsepnya saja. Sebuah rencana juga harus realistis dan tepat. Dalam hal ini perlu panduan untuk memastikan bahwa pendidikan inklusif dapat dipraktekkan dalam berbagai budaya dan konteks. Pengalaman pendidikan inklusif yang sukses menunjukkan bahwa ada 3 faktor penentu utama yang perlu diperhatikan agar implementasi pendidikan inklusif bertahan lama 37 : 1 Adanya kerangka yang kuat Pendidikan inklusif perlu didukung oleh kerangka nilai- nilai, keyakinan, prinsip-prinsip, dan indikator keberhasilan. Ini akan berkembang seiring dengan implementasinya dan tidak harus µGLVHPSXUQDNDQ¶VHEHOXPQ\D7HWDSLMLNDSLKDN-pihak yang terlibat mempunyai konflik nilai-nilai dll., dan jika konflik tersebut tidak diselesaikan dan disadari, maka pendidikan inklusif akan mudah ambruk. 2 Implementasi berdasarkan budaya dan konteks local Pendidikan inklusif bukan merupakan suatu cetak biru. Satu kesalahan utama adalah asumsi bahwa solusi yang diekspor dari suatu budayakonteks dapat mengatasi permasalahan dalam 36 Direktorat Pembinaan sekolah Luar Biasa, Model Media Pendidikan Inklusif, 2007, h.48 37 Sue Stubbs, Pendidikan Inklusif Ketika Hanya Ada Sedikit Sumber, 2002, h. 53.