a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan
kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsisten. b. Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.
c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, dan diagram dalam menjelaskan gagasan- gagasan.
19
3. Proses Belajar Mengajar Matematika
Dalam dunia pendidikan kita mengenal dua istilah kata kerja yang sangat mendasar yaitu belajar dan mengajar. Definisi tentang belajar sebenarnya
banyak orang yang telah mendefinisikannya. Akan tetapi pemaknaan dari belajar itu sendiri tiap orang tidaklah sama, karena masing-masing orang
memaknai belajar dari perspektif yang berbeda. Berikut ini beberapa kutipan tentang pengertian belajar menurut sebagian
ahli : a. Menurut Dr. Mustofa Fahmi memberikan pengertian bahwa
sesungguhnya belajar adalah ungkapan yang menunjuk aktifitas yang menghasilkan perubahan-perubahan atau tingkah laku.
20
19
ibid, hal 6
20
Mustaqim, “Psikologi Pendidikan “, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001 hal 34
19
b. Menurut Cronbach learning is shown by achange in behavior as aresult of experience} Jadi menurutnya belajar yang sebaik-baiknya adalah
dengan mengalami dan dalam mengalami manusia menggunakan panca indranya.
21
c. Menurut Drs. Syaiful Bahri Djamaroh belajar adalah proses perubahan prilaku berkat pengalaman dan latihan.
22
d. W.S. Winkel mengemukakan belajar adalah sebagai proses pembentukan tingkah laku secara terorganisir.
23
e. Menurut Herman Hudoyo, belajar adalah kegiatan bagi setiaporang yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku, karena terbentuknya
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap seseorang terbentuk.
24
Dari beberapa gambaran definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku baik aspek jasmani maupun
rohani yang itu didahului atau disertai usaha oleh yang bersangkutan. Selain itu ada beberapa hal unsur penting sebagai ciri khas pengertian tentang belajar
yaitu: a. Adanya usaha atau aktifitas yang di sengaja sehingga menghasilkan suatu
perubahan perilaku, dimana perubahan tersebut ada dua kemungkinan yaitu mengarah pada hal positif dan pada hal negatif.
21
Sumardi Surya brata, “Psikologi Pendidikan “, Jakarta, Raja wali Pers, 1986 hal 247
22
Syaiful Bahri Djamaroh, “Strategi belajar Mengajar “, Jakarta, Rineka Cipta, Cetakan ke-2, 2002 hal 11
23
W.S Winkel, ‘ Psikologi Pengajaran “, Jakarta, Gramedia, 1996 hal 53
24
Herman Hudoyo, ” Strategi Mengajar Belajar Matematika“, Malang, IKIP Malang, 1990 hal 1
20
b. Perubahan prilaku yang terjadi menyangkut berbagai aspek. c. Perubahan tersebut terjadi melalui pengalaman atau latihan. Dalam hal ini
Ngalim Purwanto mengatakan perubahan yang di sebabkan pertumbuhan atau kematangan tidak di anggap sebagai hasil belajar.
d. Perubahan relatif bersifat konstan.
25
Adapun pengertian mengajar juga banyak ahli yang memberi pemaknaan, di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Pror. Dr. S. Nasution, M.A mengartikan mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak.
26
b. Nana Sudjana berpendapat mengajar adalah mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat
mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar.
27
c. Herman Hudoyo berpendapat mengajar adalah suatu kegiatan dimana pengajar menyampaikan pengetahuan atau pengalamanya yang dimiliki
kepada peserta didik dengan tujuan agar pengetahuan yang disampaikan dapat dipahami peserta didik.
28
Dari tiga pengertian mengajar tersebut, dapat diketahui gambaran tentang maksud mengajar, yaitu adanya pemahaman bahwa dalam mengajar
guru sebagai pemberi informasi sehingga peserta didik hanyalah sebagai
25
Ngalim Purwanto, “Psikologi Pendidikan “, Bandung, Rosda Karya, 1990 hal 85
26
Mustaqim, “Psikologi Pendidikan “, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001 hal 91
27
Nana Sudjana, “CBSA Dalam Proses Belajar Mengaja “, Bandung, Sinar Baru, 1989 hal 7
28
Herman hudoyo, “Mengajar Belajar Matematika “, Jakarta, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal PendidikanTinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan, 1998, hal 5
21
objek. Ada juga pemahaman bahwa dalam mengajar guru hanya sebagai fasilitator, peracik lingkungan belajar sehingga siswa lebih aktif sebagai subyek
belajar. Setelah mengetahui maksud belajar dan mengajar, selanjutnya penulis akan
menguraikan tentang apa yang dimaksud dengan proses belajar mengajar matematika. Sebagaimana pembahasan sebelumnya matematika berkenaan
dengan ide-ide terstruktur yang sangat hirarkis, sehingga untuk mempelajari suatu konsep tertentu haruslah menguasai konsep-konsep sebelumnya.
29
Misalnya saja untuk mempelajari konsep B haruslah paham dan menguasai konsep
sebelumnya yaitu konsep A, tidak mungkin seorang siswa mampu memahami konsep B sebelum mampu memahami konsep A. Jadi kalau misalnya
untuk memahami konsep perkalian, haruslah terlebih dahulu memahami konsep penjumlahan. Karena konsep perkalian di dasarkan pada konsep penjumlahan.
Misal lain untuk memahami tentang bilangan pecahan harus dipahami terlebih dahulu tentang bilangan asli, karena bilangan pecahan didasarkan pada bilangan
asli. Seperti yang telah di kemukakan, bahwa belajar berkenaan dengan
proses perubahan tingkah laku dan dalam mengajar guru sebagai fasilitator maka dalam proses belajar mengajar matematika guru merupakan mediator, peracik
lingkungan bagaimana agar siswa mampu menerima, Mengatur dan mengolah informasisecara sistematis dalam mata pelajaran matematika sesuai
kehierarkisan matematika.
29
ibid hal 4
22
Dalam proses mengajar yang sering disebut juga prosedur mengajar, disitu guru diharuskan melakukan kegiatan atau perbuatan-perbuatan yang berbentuk
membawa anak didik kearah tujuan yang akan dicapai. Dengan pengertian lain kegiatan guru dan kegiatan murid dapat sejalan atau searah. Apa yang dilakukan
oleh guru akan mendapat respon dari murid, dan sebaliknya apa yang dilakukan murid akan mendapat sambutan dari guru, atau dengan kata lain bahwa antara
kegiatan guru dan kegiatan murid terjadi hubungan iteraksi yang disebut komunikasi Interaksi.
30
Dalam proses belajar mengajar selalu ditekankan pada pengertian interaksi yaitu hubungan aktif dua arah, antara guru dan murid, hubungan antara guru dan
murid harus diikat oleh tujuan pendidikan. Guru berusaha untuk membantu murid dalam mencapai tujuan pendidikan. Guru harus memilih bahan atau
materi pendidikan yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
31
Disamping memilih bahan yang sesuai, guru selanjutnya memilih metode yang paling tepat
dan sesuai dalam penyampaian bahan pertimbangan faktor situasional serta yang diperkirakan dapat memperlacar jalanya proses belajar mengajar. Setelah proses
belajar mengajar dilakukan, maka langkah selanjutnya yang harus disertakan oleh guru adalah evaluasi.
Oleh sebab itu seorang guru hendaknya mempunyai rumusan tentang tujuan atau obyektif pembelajaran yang jelas, sehingga tidak ada Penafsiran
yang berbeda. Obyektif hendaknya dinyatakan sebagai bentuk klasifikasi
30
ibid, hal 8
31
Herman Hudoyo, “Pengembangan Kurikukulum Matematika dan Pelaksanaanya didepan Kelas“, Surabaya, Usaha Nasional, 1979 hal 50
23
tingkah laku siswa yang melukiskan tentang hasil proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, atau dalam dunia pendidikan sering digunakan istilah
Taksonomi Pendidikan.