Hubungan Pengawasan Orang Tua dengan Tingkat Putus Sekolah Di Kelurahan Purwoasri Kota Metro Tahun 2015

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN PENGAWASAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN PURWOASRI

KOTA METRO TAHUN 2015 Oleh

FREDY NOVARI

Tujuan penelitian ini untuk mnejelaskan hubungan antara pengawasan orang tua dengan tingkat putus sekolah di Kelurahan Purwoasri Kota Metro tahun 2015. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian adalah orang tua yang anaknya mengalami putus sekolah sebanyak 46 responden. Analisis data menggunakan rumus rank spearman rank dan uji t dengan teknik pengumpulan data menggunakan angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengawasan orang tua dengan tingkat putus sekolah. Berdasarkan perhitungan statistik terdapat perbandingan antara pengawasan orang tua dengan tingkat putus sekolah dengan Thitung > Ttabel (17.15>1.68) dengan kata lain terdapat hubungan yang signifikan antara pengawasan orang tua dengan tingkat putus sekolah.


(2)

HUBUNGAN PENGAWASAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN PURWOASRI

KOTA METRO TAHUN 2015

Oleh

FREDY NOVARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

HUBUNGAN PENGAWASAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN PURWOASRI

KOTA METRO TAHUN 2015

(Skripsi)

Oleh Fredy Novari

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Rencana Judul Skripsi Makalah 69

2. Surat Keterangan dari PD I FKIP Unila 70

3. Surat Izin Penelitian Pendahuluan 71

4. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Pendahuluan 72

5. Surat Izin Penelitian 73

6. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian 74

7. Kisi-Kisi Angket 75

8. Distribusi Hasil Angket Pengawasan Orang Tua 79 9. Distribusi Hasil Angket Tingkat Putus Sekolah 81


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Penyebab Siswa Putus Sekolah 21

Tabel 3.1 Jumlah anak-anak yang putus sekolah di Kelurahan

Purwoasri Kec. Metro Utara Kota Metro 29 Tabel 4.1 Hasil Uji Coba Engket Kepada 10 Responden diluar

Sampel untuk item ganjil (X) 41

Tabel 4.1 Hasil Uji Coba Angket Kepada 10 Responden Diluar

Sampel Untuk Item Genap (Y) 41

Tabel 4.3 Tabel Kerja Antara Item Ganjil dan Genap Mengenai

Hubungan Pengawasan Orang Tua Denan Tingkat Putus Sekolah Dikelurahan Purwoasri Kota Metro Tahun 2015 42

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk 44

Tabel 4.5 Tempat Ibadah 47

Tabel 4.6 Sarana Pendidikan 47

Tabel 4.7 Kategori Nilai Pengawasan Orang Tua 50

Tabel 4.8 Kategori Nilai Putus Sekolah 51

Tabel 4.9 Kerja Rank Spearman dari data variabel Bebas (X)

Pengawasan Orang Tua Dan Variabel Terikat (Y) Tingkat


(7)

(8)

(9)

MOTO

“Setelah Kesulitan Pasti Ada Kemudahan” (Q.S. Al-Insyiroh:6)

"Pendidikan Merupakan Perlengkapan Paling Baik Untuk Hari Tua."


(10)

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati dan rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT, Kupersembahkan karya ini

kepada :

Kedua orang tuaku, Mamak Bapak yang sangat Kucintai, Kusayangi, dan Kubanggaan, terimakasih atas kasih sayang,

do’a, dukungan, semangat, dan pengorbanan demi

keberhasilanku.

Terima kasih telah menjadi motivasi terbesar dalam hidupku.

Keluarga besarku yang terus memberikan dukungan dan do’a dan menanti keberhasilanku

Seluruh Dosen yang telah dengan sabar membimbing dan mengarahkan aku hingga aku berhasil


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis benama Fredy Novari anak pertama dari dua saudara saya terlahir pada tanggal yang 05 Mei 1993. Anak pertama dari Bapak Lasiyo Andriyanto dan Ibu Sri Utami.

Penulis menyelesaikan pendidikan TK di TK Aisyah Bustanul alfal pada tahun 1999, kemudian melanjutkan sekolah ke SD Negeri 5 Metro Utara. Kemudian pada tahun 2005 penulis masuk SMP Negeri 6 Metro. Dan pada tahun 2008 melanjutkan ke SMA Negeri 3 Metro.

Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa di program studi PPKn jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui SNMPTN Tertulis.

Penulis juga telah melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dengan tujuan Jogjakarta, Bandung, Jakarta pada bulan Februari 2012. Kemudian melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Gunung Alip dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Banjarnegri Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus Juli-September 2014.


(12)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “HUBUNGAN PENGAWASAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN PURWOASRI KOTA METRO TAHUN 2015”. Skripsi ini dibuat guna memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak atas segala bantuan baik berupa pemikiran, fasilitas, motivasi dan lain-lain demi terselenggaranya penulisan skripsi ini dari awal sampai akhir terutama kepada Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing I dan Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II, serta ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si.Wakil Dekan Bidang Pendidikan dan Kerja Sama Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;


(13)

4. Bapak Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

5. Bapak Drs. Zulkarnaen, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

6. Bapak Drs. Holilulloh, M.Si., selaku pembahas I sekaligus Ketua Program Studi PPKn, terima kasih atas saran dan masukannya;

7. Bapak Susilo, S.Pd., M.Pd., selaku pembahas II terima kasih atas saran dan masukannya;

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung terimakasih atas segala ilmu yang telah diberikan, saran, masukan serta segala bantuan yang diberikan:

9. Kedua orang tuaku tercinta dan saudara-saudaraku tercinta, terimakasih atas doa, senyum, airmata, bahagia, dukungan, kasih sayang yang telah diberikan dan semua pengorbanan kalian untukku yang tiada terkira benilaianya dari segi apapun untukku;

10.Seluruh Bapak Ibu Guruku terimakasih atas segala yang telah kalian ajarkan, yang mendewasakanku dalam bertutur, berfikir dan bertindak. 11.Sahabat-sahabat semua yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu

memberikan masukan dan motivasi serta tempat untuk mengadu dikala gundah gulanah;


(14)

12.Teman-teman seperjuanganku di Prodi PPKn angkatan 2011 baik ganjil maupun genap serta kakak tingkat dan adik tingkat, dari angkatan 2009 – 2014 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan yang kalian berikan;

13.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan penyajiannya. Akhirnya penulis berharap semoga dengan kesederhanaanya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, April 2015 Penulis

Fredy Novari NPM 1113032021


(15)

(16)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

MOTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

a. Secara Teoritis ... 7

b. Secara Praktis ... 7

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

1. Ruang Lingkup Ilmu ... 7

2. Ruang Lingkup Objek ... 8

3. Ruang Lingkup Subjek ... 8

4. Ruang Lingkup Tempat ... 8

5. Ruang Lingkup Waktu ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis ... 9

1. Pengawasan Orang Tua ... 9

a. Pengertian Pengawasan ... 9

b. Orang Tua ... 11

c. Pengawasan Orang Tua ... 11

2. Putus Sekolah ... 19

a. Pengertian Putus Sekolah ... 19


(17)

c. Pengertian Putus Sekolah ... 20

d. Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah ... 21

B. Penelitian yang Relevan... 24

C. Kerangka Pikir ... 25

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 27

B. Populasi ... 28

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 30

1. Variabel Penelitian ... 30

a. Variabel Bebas ... 30

b. Variabel Terikat ... 30

2. Definisi Konseptual ... 30

3. Definisi Operasional ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ... 32

1. Teknik Pokok... 32

a. Angket ... 32

2. Teknik Penunjang ... 32

a. Wawancara ... 32

b. Dokumentasi ... 33

E. Uji Validitas dan Uji Realibilitas ... 33

1. Uji Validitas ... 33

2. Uji Reliabilitas ... 34

H. Analisis Data... 35

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Langkah-langakh Penelitian ... 39

1. Persiapan Pengajuan Judul ... 39

2. Peneltian Pendahuluan ... 39

3. Pengajuan rencana Penelitian ... 40

4. Penyusunan Alat Pengumpulan Data ... 41

5. Pelaksanaan Penelitian ... 41

6. Pelaksanaan Uji Coba Angket ... 42

a. Analisis Validitas Angket ... 42

b. Analisis Realibilitas Angket ... 42

B. Gambaran Umum Lokasi ... 46

1. Sejarah Berdirinya Kelurahan Purwoasri ... 46

2. Keadaan Alam ... 46

3. Keadaan Penduduk ... 48

a. Jumlah Penduduk ... 48

b. Bangunan Desa ... 49

1. Tempat Ibadah ... 49

2. Sararan Pendidikan ... 49

C. Deskripsi Data ... 49

1. Pengumpulan Data ... 49

2. Penyajian Data ... 50


(18)

b. Penyajian Data Mengenai Tingkat Putus Sekolah (Y) ... 60 D. Pembahasan ... 61 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 67 B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan amanah dari Allah SWT, Setiap orang tua menginginkan anak-anaknya cerdas, berwawasan luas dan bertingkah laku baik, berkata sopan dan kelak suatu hari anak-anak mereka bernasib lebih baik dari orang tua mereka, baik dari aspek kedewasaan pikiran maupun kondisi ekonomi. Orang tua selalu menginginkan anaknya menjadi lebih baik dari dirinya dan orang tua juga selalu menginginkan anaknya tidak menjadi orang yang tidak sukses, oleh karena itu orang tua akan selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya walaupun harus dengan bersusah payah.

Orang tua juga berkewajiban memberikan pendidikan bagi anaknya. Edgar Dalle mengemukakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat mempermainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan datang.

Menurut UUSPN pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara


(20)

2

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 7 dijelaskan bahwa:

1. Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya.

2. Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya.

Pendidikan terdapat pihak-pihak yang menjadi pendukung keberhasilan pendidikan pihak pertama yang menjadi pendukung pendidikan adalah masyarakat. Masyarakat memiliki peran penting dalam proses keberhasilan pendidikan, karena dalam lingkungan masyarakat yang selalu mendukung pendidikan dan menyadari tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak akan memotivasi kepada anak-anak di lingkungan sekitar untuk belajar . Terdapat undang-undang yang mengatur tentang kewajiban masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan yaitu UU No. 20 tahun 2003 pasal 9 yang berbunyi “Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan.” Di pasal tersebut menjelaskan tentang kewajiban orang tua dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Jadi merupakan kewajiban bagi masyarakat untuk memajukan pendidikan.

Guru merupakan salah satu penunjang dan fasilitator dalam proses belajar mengajar dan di sini guru dituntut untuk selalu kreatif agar


(21)

anak-anak/siswa-3

siswi tidak jenuh dalam belajar dan di sini guru juga harus selalu mengawasi dan perhatian kepada siswa-siswi yang kurang serius dalam belajar agar dapat memberi motivasi agar serius dalam belajar.

Sekolah merupakan unsur terpenting dalam pendidikan. Karena dengan adanya sekolah maka akan membuat anak-anak semangat untuk bersekolah. Untuk lebih memotivasi anak-anak untuk bersekolah. Sekolah harus dibuat menarik agar memotivasi siswa yang malas untuk bersekolah.

Pendukung keberhasilan pendidikan di atas ketiganya harus saling mendukung satu sama lain, karena jika salah satu tidak mendukung akan sulit untuk mencapai salah satu cita-cita bangsa yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Terutama berakibat banyaknya angka putus sekolah.

Pendidikan anak merupakan salah satu bagian dari tujuan mencerdaskan bangsa. Adanya pendidikan, anak-anak diasah melalui seperangkat pengetahuan untuk memiliki kesadaran dan kemauan yang positif dalam menemukan tujuan untuk dirinya di masa yang akan datang.

Masyarakat Purwoasri Kota Metro, sebagian masyarakat masih menganggap pendidikan kurang penting dan mengajak anak-anak mereka untuk mencari uang dan sebagian lagi banyak anak-anak yang terpengaruh oleh anak muda yang telah lulus sekolah atau tidak lulus sekolah dalam pergaulan bebas. Dari beberapa pengertian di atas dapat kita pahami bahwa pendidikan merupakan kewajiban bagi setiap anak-anak dan orang tua harus memberikan pendidikan kepada anaknya baik pendidikan formal maupun nonformal.


(22)

4

Jika tidak ada pengawasan, motivasi, dan tidak ada kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya maka dimungkinkan banyak anak yang putus sekolah dan berakibat banyaknya anak putus sekolah karena kurangnya pengawasan orang tua dan motivasi orang tua terhadap anaknya untuk bersekolah, karena hal tersebut berakibat pula terhadap meningkatnya jumlah pengangguran dan meningkatnya kenakalan remaja dan tindak asusila.

Pengawasan orang tua yang ideal adalah dengan menerapkan pola asuh kombinasi, karena dengan pola asuh kombinasi ini dapat menyejahterakan anak baik psikis maupun fisik. Dan pola asuh ini orang tua tidak selamanya memberikan alternatif seperti pola asuh demokratis. Tetapi tidak selamanya melarang seperti otoriter. Di sini orang tua melarang anaknya jika tindakan anak tersebut tidak baik dan membiarkan anaknya jika tindakannya masih dalam tahap wajar.

Menjadi orang tua yang ideal bagi anaknya dengan cara menyediakan waktu untuk anak karena dengan komunikasi yang baik dengan anak dibutuhkan waktu yang berkualitas bagi anaknya dan hal tersebut akan membuat anak merasa disayangi oleh orang tuanya. Kedua dengan berkomunikasi secara pribadi, disini jika terdapat kesempatan untuk berbicara tanyakan kepada anak. Karena dengan komunikasi yang baik akan membuat anak menjadi dekat dengan orang tua. Ketiga dengan menghargai anak, orang tua harus mau mendengarkan pendapat sang anak jangan menganggapnya sebagai anak kecil karena terdapat beberapa


(23)

5

hal yang hanya sang anak yang tahu. Berikan sentuhan/kontak fisik dengan anak hal ini akan membuat anak merasa makin disayang oleh orang tua.

Banyak dari mereka yang putus sekolah karena tidak masuk sekolah dan akhirnya dikeluarkan karena melebihi batas 24 hari tidak masuk tanpa keterangan, ada juga karena minuman keras hingga narkoba, dan ada juga karena hamil atau menghamili, hal ini terjadi karena kurangnya pengawasan oleh orang tua terhadap anaknya, kurangnya pemahaman orang tua tentang pendidikan bagi anaknya dan lingkungan yang kurang mendukung. fenomena tersebut sebenarnya juga karena pergaulan sehari-hari dan juga orang tua yang kurang mementingkan pendidikan, karena ijazah dapat dimiliki dengan ikut kejar paket. Akhirnya mereka mengikuti teman-temannya untuk jadi supir walaupun masih dibawah umur.

Putus sekolah bukan merupakan persoalan baru dalam sejarah pendidikan. Persoalan ini telah berakar dan sulit untuk di pecahkan, sebab ketika bertanya kepada orang tua mereka banyak yang menjawab “jika anaknya tidak mau sekolah, mau punya biaya sebanyak apapun tetap tidak mau sekolah. Kalau mau pun, tidak sampai kesekolah.”

Fenomena tersebut maka peneliti mencoba untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana Hubungan Pengawasan Orang Tua Terhadap Anaknya Agar Tetap Sekolah dan Berhasil Sehingga Kasus Anak Putus Sekolah Tidak Terjadi di Kelurahan Purwoasri Kota Metro. Dengan gagasan tersebut maka relevansi dengan kajian pada poin keempat yaitu wilayah kajian pendidikan hukum dan


(24)

6

kemasyarakatan, karena kajian tersebut sesuai dengan gagasan di atas. Wilayah kajian tersebut saya anggap sesuai dengan gagasan saya karena kajian tersebut bertindak dari pembinaan kesadaran hukum masyarakat baik sebagai pribadi, warga masyarakat dan sebagai warganegara. Bagaimana seharusnya perilaku masyarakat yang diatur oleh hukum. Bagaimana peran hukum dalam memecahkan persoalan kehidupan masyarakat.

B. Identifikasi Masalah

1. Pemahaman orang tua tentang pendidikan bagi anak. 2. Pengawasan terhadap anak-anak.

3. Faktor yang menyebabkan putus sekolah. 4. Pengelolaan tentang wajib belajar.

5. Kondisi ekonomi masyarakat. C. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti membatasi masalah tentang hubungan pengawasan orang tua dengan tingkat putus sekolah di Kelurahan Purwoasri Kota Metro pada jenjang SMP. Karena hal ini penulis menganggap masih menjadi topik yang menarik dan masih jarang yang meneliti.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas maka penulis dapat merumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah Hubungan Pengawasan Orang Tua dengan Tingkat Putus Sekolah.”


(25)

7

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini menjelaskan hubungan pengawasan orang tua dengan tingkat putus sekolah.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitiaan ini adalah a. Secara Teoretis

Menerapkan konsep, teori, prinsip dan prosedur pendidikan kewarganegaraan dalam upaya mengoptimalkan pelaksanaan wajib belajar 9 tahun.

b. Secara praktis

Dapat memperluas pengetahuan tentang pengaruh pengawasan orang tua dengan tingkat putus sekolah. Dan diharapkan orang tua menjadi mengerti akan arti pentingnya pendidikan untuk anak-anak mereka.

G. Ruang Lingkup Penelitian a. Ruang lingkup ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam wilayah kajian pada poin keempat yaitu wilayah kajian pendidikan nilai moral Pancasila, karena kajian tersebut sesuai dengan gagasan saya. Wilayah kajian tersebut saya anggap sesuai dengan gagasan saya karena kajian tersebut bertindak dari pembinaan kesadaran hukum masyarakat baik sebagai pribadi, warga masyarakat dan sebagai warganegara.


(26)

8

b. Ruang lingkup objek

Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah anak-anak yang mengalami putus sekolah di Kelurahan Purwoasri Kecamatan Metro Utara Kota Metro. c. Ruang lingkup subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Purwoasri Kecamatan Metro Utara Kota Metro.

d. Ruang lingkup lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Purwoasri Kecamatan Metro Utara Kota Metro.

e. Ruang lingkup waktu

Waktu penelitian dilakukan sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada tanggal 16 Oktober 2014 sampai dengan selesai.


(27)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskriptif Teoretis 1. Pengawasan Orang Tua

a. Pengertian Pengawasan

Pengawasan adalah identik dengan kata “controlling” yang berarti “pengawasan, pemeriksaan”. Sedangkan kata pengawasan dalam kamus umum bahasa Indonesia berarti: “penilik dan penjagaan” (Depdikbud, 2002: 17). Jadi pengawasan berarti mempertahankan dan menjaga dengan baik-baik segala apa yang dilakukan anak dalam segala aktivitasnya. Menurut Prayudi (1981:80) “Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang di jalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan atau diperhatikan”.

Menurut Saiful Anwar (2004:127) pengawasan atau kontrol terhadap tindakan aparatur pemerintah diperlukan agar pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan dapat mencapai tujuan dan terhindar dari penyimpangan-penyimpangan.


(28)

10

Menurut M. Manullang (1995:18) mengatakan bahwa : “Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan suatu pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula”

Dilain pihak menurut Sarwoto yang dikutip oleh Sujamto (1995:18) memberikan batasan :”Pengawasan adalah kegiatan manager yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki.” Sedangkan menurut Harold Koonz,dkk, yang dikutip oleh John Salinderho (1998: 39) mengatakan bahwa pengawasan adalah : Pengukuran dan pembetulan terhadap kegiatan para bawahan untuk menjamin bahwa apa yang terlaksana itu cocok dengan rencana. Jadi pengawasan itu mengukur pelaksanaan dibandingkan dengan cita-cita dan rencana, memperlihatkan dimana ada penyimpangan yang negatif dan dengan menggerakkan tindakan-tindakan untuk memperbaiki penyimpangan-penyimpangan, membantu menjamin tercapainya rencana-rencana.

Menurut pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengawasan merupakan suatu kegiatan sesorang untuk mengontrol atau mengkoreksi suatu kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan, hal ini bertujuan agar suatu kegiatan atau pekerjaan tersebut tidak mengalami atau terjadi kesalahan.


(29)

11

b. Orang Tua

Pengertian orang tua dalam kamus besar bahasa Indonesia karangan Poerwadarmita, 1987: 688 disebutkan “Orang tua artinya ayah dan ibu.“

Menurut Gunarsa ( dikutip dari Soerjono Soekanto, 2004) dalam bukunya psikologi untuk keluarga mengatakan, “Orang tua adalah dua individu yang berbeda memasuki hidup bersama dengan membawa pandangan, pendapat dan kebiasaan-kebiasaan sehari-hari. maka ada dua individu yang memainkan peranan penting yaitu peran ayah dan peran ibu, secara umum peran kedua individu tersebut adalah :

a. Peran ibu adalah :

 Memenuhi kebutuhan biologis dan fisik

 Merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, kasih sayang dan konsisten

 Mendidik, mengatur dan mengendalikan anak

 menjadi contoh dan teladan bagi anak b. Peran ayah adalah :

 Ayah sebagai pencari nafkah

 Ayah sebagai suami yang penuh pengertian dan memberi rasa aman

 Ayah berpartisipasi dalam pendidikan anak

 Ayah sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana, mengasihi keluarga

Nasution (1986:1). Mendefinisikan Orang tua sebagai orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu.

Setiap orang tua dalam menjalani kehidupan berumah tangga tentunya memiliki tugas dan peran yang sangat penting, ada pun tugas dan peran orang tua terhadap anaknya dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Melahirkan, 2. Mengasuh, 3. Membesarkan,


(30)

12

4. Mengarahkan menuju kepada kedewasaan serta menanamkan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku.

Disamping itu juga harus mampu mengembangkan potensi yang ada pada diri anak, memberi teladan dan mampu mengembangkan pertumbuhan pribadi dengan penuh tanggung jawab dan penuh kasih sayang. Anak‐anak yang tumbuh dengan berbagai bakat dan kecenderungan masing‐masing adalah karunia yang sangat berharga, yang digambarkan sebagai perhiasan dunia.

Menurut beberapa pendapat para ahli di atas pengertian orang tua dapat disimpulkan sebagai orang yang bersatu dan dianggap sebagai ayah dan ibu oleh seorang anak yang dilahirkan. Dan orang tua juga merupakan orang yang mengasuh, menjaga dan membesarkan anak dan memberikan pendidikan bagi sangg anak.

c. Pengawasan Orang Tua

Orang tua adalah pusat kehidupan jasmani dan rohani anak dan sebagai penyebab berkenalnya dengan dunia luar maka setiap reaksi emosi anak dan pemikiran terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya dahulu. Pendapat lain mengatakan “Orang tua adalah guru pertama bagi anaknya, sedangkan hubungan guru dengan muridnya sama dengan orang tua dengan anaknya (Daradjat, 1992 : 35).

Menurut Leving dalam Ihroni (2004: 68), mengatakan bahwa pengawasan orang tua adalah suatu keberhasilan anaknya antara lain ditujukan dalam


(31)

13

bentuk perhatian terhadap kegitan pelajaran disekolah dan menekankan arti penting pencapaian pretasi oleh sang anak, tapi disamping itu orang tua perlu menghadirkan pribadi sukses yang dapat dijadikan teladan bagi anak.

Seperti yang dijelaskan dalam penelitian (Henderson dan Mapp, 2002; National Standars For Parent/Family Involment Programs, 2004) membuktikan bahwa pengawasan orang tua dalam pendidikan anak-anaknya dirumah berhubugan dengan, (1) Potensi anak, (2) perilaku anak, (3) budaya.

Pengawasan orang tua dirumah terhadap prestasi belajar siswa merupakan suatu keharusan yang dilakukan oleh orang tua dalam rumah tangga, baik yang dilakukan sengaja ataupun tidak di sengaja sebagaimana yang diungkapkan oleh Atmaja, (1991: 20) bahwa: Hendaknya orang tua berhenti berhati lemah mengawasi anak-anaknya tetapi berhati kuat dalam mendidiknya. Dengan demikian, orang tua merupakan peletakan pertama atau peletakan dasar bagi perkembangan pendidikan anak, karena orang tua yang selalu memperhatikan kebutuhan dan mengawasi anak-anaknya dalam memperlancar kegiatan proses belajar anak baik dirumah maupun di sekolah sehingga anak dapat berprestasi di sekolah. Dalam hal ini orang tua telah diketahui bahwa keluarga merupakan pusat pendidikan pertama dan utama bagi anak, maka suasana rumah tangga juga harus memperhatikan kebutuhan anak dalam menciptakan suasana emosional anak yang baik.


(32)

14

Anak merupakan tumpuan dan harapan di masa depan, maka orang tua senantiasa memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya serta mengubah prilaku anak-anaknya. Semua orang tua berperan aktif dalam pendidikan anak dan ingin melihat anaknya berhasil di sekolah, oleh karena itu, keluarga mempunyai tugas fundamental dalam mempersiapkan anak bagi peranannya dimasa depan. Dasar-dasar prilaku, sikap hidup dan berbagai kebiasaan ditanamkan kepada anak sejak dalam lingkungan keluarga, semua yang menjadi landasan bagi perkembangan pribadinya itu tidak mudah berubah. Oleh sebab itu, penting sekali diciptakan lingkungan keluarga yang baik, dalam arti menguntungkan bagi kemajuan prestasi belajarnya yang baik dan perkembangan pribadi anak serta mendukung terciptanya tujuan pendidikan yang dicita-citakan, Ki Hajar Dewantoro dalam Andang (2005).

Esensinya pendidikan merupakan tanggung jawab keluarga, sedangkan sekolah hanya berpartisipasi, karena produk utama pendidikan adalah disiplin diri, maka pendidikan keluarga secara esensial adalah meletakan dasar. Dasar disiplin diri untuk memiliki dan dikembangkan oleh anak (Wayson, dalam Slamet Iman Santoso, 1990).

Di dalam keluarga pendidikan anak dimulai, inilah sekolah yang pertama. Disinilah ibu bapak sebagai guru-gurunya, maka anak itu harus belajar, segalah pelajaran yang memimpinnya sepanjang hidupnya yaitu pelajaran-pelajaran penghormatan, pemerataan, pengendalian diri dan kejujuran. Ini


(33)

15

adalah mata pelajaran dasar yang perlu diajarkan oleh seorang ibu kepada anaknya dalam rumah tangga.

E.G. White (1991:24) yang dikutip oleh Rusdin berpendapat bahwa kewajiban bapak kepada anaknya tidak dapat dipindahkan kepada ibu. Kalau ibu melakukan kewajibannya sendiri ia pun mempunyai cukup tanggung jawab untuk dipikul. Dengan demikian kedudukan seorang ayah dalam keluarga sangat penting, selain menjadi kepala keluarga juga turut bertanggung jawab dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya. Menurut Lee Salk (1991), kedudukan seorang ayah sama-sama menyenangkan dengan kedudukan sebagai seorang ibu. Namun seorang ayah bisa menunjukkan keunggulan yang luar biasa, memiliki pengalaman hidup yang lebih mempesonakan karena ia ikut memberikan keturunan. Hal ini mencakup kesempatan untuk membina watak si anak, mendidik, mempengaruhi perkembangan tabiatnya, melindungi anak yang masih hijau dan membantu anak mendapat kedudukannya, serta mengawasi setiap apa yang ia lakukan.

Selama ini telah diakui bahwa keluarga adalah salah satu tri pusat pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan secara kodrati. Menurut Buseri, (2004 :22) bahwa pendidikan dilingkungan keluarga berlangsung sejak lahir, bahkan setelah dewasa pun anak masih berhak diawasi oleh orang tuanya sekaligus memberikan nasehat kepada anaknya. Oleh karena itu, keluarga memiliki nilai-nilai dan strategi dalam memberikan pendidikan kepada anak.


(34)

16

Melalui pengawasan itulah terjadi suatu proses penerimaan pengetahuan dan nilai-nilai apa saja yang hidup dan berkembang dilingkungan keluarga. Semua yang diterima dalam fase awal itu akan menjadi referensi kepribadian anak yang baik pula dalam pergaulan masyarakat. Senada dengan pendapat Duval, (1991: 2) bahwa, “orang tua, dalam keluarga berperan sebagai guru, penuntun, pengajar, serta sebagai pemimpin pekerjaan dan pemberi contoh tetapi perlu juga disadari bahwa pendidik tidak mempunyai kemampuan mengubah pribadi anak. Dia hanya sekedar berupaya secara optimal, kemudian berdo’a kepada Yang Maha Kuasa memohon upayanya diridhohi, oleh sebab itu keteladanan berupa disiplin positif dari orang tua, merupakan upaya pengawasan yang sangat besar peranannya dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri.”

Orang tua mempuyai kewajiban untuk selalu berusaha mengarahkan anaknya kepada keberhasilan dan terhindar dari segala macam bentuk kesulitan sebab anak harus diajar dan di biasakan agar segala yang dilakukan utamanya dalam kegiatan belajar dapat berhasil dengan baik. Leman, (2006: 1) mengemukakan bahwa seorang anak akan dapat berhasil dalam kegiatan belajarnya maka diperlukan adanya pengawasan dari orang tua. Pengawasan dapat dilakukan dalam bentuk : mengatur jadwal pelajaran secara tepat, memperhatikan anak pada saat ia belajar, mengecek serta mengoreksi dan hasil belajar yang dilakukan anak.

Dari semua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa orang tua yang memperhatikan pendidikan anaknya meliputi :

a. Meningkatkan waktu belajarnya di rumah, b. Mengawasi kegiatan belajarnya di rumah,

c. Membantu menyediakan atau melengkapi sarana dan prasarana belajarnya,


(35)

17

d. Membantu menyelesaikan tugas pelajarannya dari sekolah, e. Memberikan hadiah jika prestasinya baik,

f. Menghadiri rapat jika ada rapat dengan orang tua siswa di sekolah, g. Memperhatikan pembayaran administrasi sekolah.

Dari pendapat di atas, maka pengertian pengawasan orang tua adalah “usaha yang dilakukan oleh orang tua untuk memperhatikan, mengamati dengan baik segala aktivitas anaknya dalam fungsinya sebagai guru dalam rangka mengembangkan aspek jasmaniah dan rohaniah anaknya, sehingga anak memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya, keluarga dan lingkungannya dalam rangka membentuk kepribadian anak.” Rindi Kusuma (2013:1) Ada 4 macam gaya pengawasan kepada anak, 4 macam tersebut adalah

1. Authoritative Parenting (hangat dan tegas)

2. Authoritarian Parenting (kurang mau menerima kemauan anak)

3. Neglect Parenting (sedikit waktu untuk anak)

4. Indulgent Parenting (memberikan kebebasan tinggi pada anak)

Empat macam gaya pengawasan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Autoritative Parenting (hangat dan tegas)

Orang tua selalu mengajarkan anaknya untuk bersikap mandiri dan mengerjakan segala hal dengan kemapuannya sendiri. Pengawasan ini akan menumbuhkan sikap yang memicu untuk meningkatkan rasa percaya diri, dan tanggung jawab sosial. Penmgawasan ini membuat sang anak memiliki kematangan sosial dan moral, lincah bersosial,


(36)

18

adaptif, kreatif, tekun belajar di sekolah, serta mencapai prestasi belajar yang tinggi.

2. Authoritarian Parenting (kurang mau menerima kemauan anak)

Pengawasan ini menerapkan hukuman kepada sang anak jika anak tersebut melakukan kesalahan dan orang tua juga kurang mau menerima kemauan sang anak. Hal ini berakibat anak melakukan hal yang dapat membuat mereka memberontak pada saat usia mulai menginjak remaja, membuat sang anak ketergantungan pada orang tua, susah untuk aktif dalam masyarakat, sulit untuk bersosialisasi aktif , mereka kurang percaya diri, frustasi, tidak berani menghadapi masalah yang ada, dan mereka suka mengucilkan diri.

3. Neglect Parenting (sedikit waktu untuk anak)

Pola asuh ini merupakan pola asuh yang membuat sang anak menjadi berkemampuan rendah dalam mengontrol emosi dan prestasi di sekolah juga buruk. Pola asuh ini juga membuat anak menjadi kurang bertanggung jawab mudah dihasut. Hal ini karena pola asuh ini terjadi karena orang tua kurang memiliki waktu dengan sang anak dan lebih mementingkan hal lain daripada anak.

4. Indulgent Parenting (memberikan kebebasan tinggi pada anak)

Pola asuh ini orang tua kurang menanamkan sikap disiplin kepada sang anak, anak bebas memilih sesuai kemamuan anak dan pengawasan ini membuat anak bertindak sesuai dengan apaa yang mereka mau dan


(37)

19

orang tua hanya membiarkannya tanpa memarahi dan memberi hukuman. Pola ini akan membuat anak suka menentang, tidak patuh jika disuruh tidak sesuai kehendak anak tersebut, hilangnya rasa tenggang rasa, dan kurang bertoleransi dalam bersosialisasi dimasyarakat. Anak akan suka meminta dan membuat mereka selalu manja dan sulit untuk berprestasi di sekolahnya.

5. Putus Sekolah

a. Pengertian Sekolah

Wayne dalam buku Soebagio Atmodiwiro (2000:37) Sekolah adalah sistem interaksi sosial suatu organisasi keseluruhan terdiri atas interaksi pribadi terkait bersama dalam suatu hubungan organik.

Undang-undang no 2 tahun 1989 sekolah adalah satuan pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar.

Menurut Daryanto (1997:544), sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.

Zanti Arbi dalam buku Made Pidarta (1997:171) Sekolah adalah suatu lembaga atau tempat untuk belajar seperti membaca, menulis dan belajar untuk berperilaku yang baik. Sekolah juga merupakan bagian integral dari suatu masyarakat yang berhadapan dengan kondisi nyata yang terdapat dalam masyarakat pada masa sekarang. Sekolah juga merupakan lingkungan kedua tempat anak-anak berlatih dan menumbuhkan kepribadiannya.


(38)

20

Berdasarkan dari beberapa teori di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sekolah adalah bagian integral dari suatu masyarakat yang berhadapan dengan kondisi nyata yang terdapat dalam mayarakat pada masa sekarang dan sekolah juga merupakan alat untuk mencapai pendidikan yang bermutu dan memenuhi standar nasional pendidikan.

b. Fungsi Sekolah

Simanjuntak dalam Soebagio Atmodiwirio (2000:65) mengemukakan di bidang sosial dan pendidikan sekolah memiliki fungsi, yaitu membina dan mengembangkan sikap mental peserta didik dan menyelenggarakan pendidikan yang bermutu dengan melaksanakan pengelolaan komponen komponen sekolah, melaksanakan administrasi sekolah dan melaksanakan supervisi. Secara garis besar fungsi sekolah adalah :

1. Mendidik calon warganegara yang dewasa. 2. Mempersiapkan calon warga masyarakat. 3. Mengembangkan cita-cita profesi atau kerja.

4. Mempersiapkan calon pembentuk keluarga yang baru. 5. Pengembangan pribadi (realisasi pribadi)

Dari teori diatas, dijelaskan bahwa banyaknya fungsi dan manfaat sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan yang dipercaya oleh masyarakat sebagai alat untuk membentuk kepribadian diri individu dalam mayarakat, mendidik warga negara menjadi lebih baik dan nantinya diharapkan dapat berguna bagi bangsa dan negara

c. Pengertian Putus Sekolah

Putus sekolah identik dengan kegiatan remaja yang masih tinggi tingkat dingin tahuannya terhadap sesuatu yang baru. Dan hal inilah yang menyebabkan banyak remaja yang mengalami putus sekolah. Undang – Undang nomor 4 tahun 1979, anak terlantar diartikan sebagai anak yang orang


(39)

21

tuanya karena suatu sebab, tidak mampu memenuhi kebutuhan anak sehingga anak menjadi terlantar.

Depag RI (2003:4) Anak putus sekolah (drop out) adalah anak yang karena suatu hal tidak mampu menamatkan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah secara formal.

Gunawan dalam bukunya (2010) menulis Putus Sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada mantan peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan berikutnya.

Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan diatas tersebut maka pengertian putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hak – hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

d. Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah

Sesuai dengan hasil wawancara yang pernah peneliti lakukan, ada beberapa faktor yang menyebabkan anak putus sekolah yaitu :

1. Kondisi ekonomi keluarga

2. Pengaruh teman yang sudah tidak sekolah 3. Sering membolos

4. Kurangnya minat untuk meraih pendidikan/ mengenyam pendidikan dari anak didik itu sendiri


(40)

22

Disamping itu ada faktor internal dan faktor eksternal 1. Faktor internal :

 Dari dalam diri anak putus sekolah disebabkan malas untuk pergi sekolah karena merasa minder, tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekolahnya, sering dicemoohkan karena tidak mampu membayar kewajiban biaya sekolah yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.

 Karena pengaruh teman sehingga ikut-ikutan diajak bermain seperti play stasion sampai akhirnya sering membolos dan tidak naik kelas , prestasi di sekolah menurun dan malu pergi kembali ke sekolah..

 Anak yang kena sanksi karena mangkir sekolah sehingga kena Droup Out.

2. Faktor Eksternal

 Keadaan status ekonomi keluarga.

 Kurang Perhatian orang tua

 Hubungan orang tua kurang harmonis

Selain Permasalahan diatas ada faktor penting dalam keluarga yang bisa mengakibatkan anak putus sekolah yaitu :

 Keadaan ekonomi keluarga.

 Latar belakang pendidikan ayah dan ibu.

 Status ayah dalam masyarakat dan dalam pekerjaan.

 Hubungan sosial psikologis antara orang tua dan antara anak dengan orang tua.


(41)

23

 Aspirasi orang tua tentang pendidikan anak, serta perhatiannya terhadap kegiatan belajar anak.

 Besarnya keluarga serta orang – orang yang berperan dalam keluarga.

Tabel 2.1 Penyebab siswa putus sekolah

Variabel Indikator Komponen dasar Sumber data Faktor-faktor

penyebab siswa putus sekolah

Faktor internal a. Inteligensi b. Motivasi

c. Tingkat kesadaran d. Tidak menyukai

sekolah

Wawancara mendalam dan studi dokumentasi Faktor

eksternal

a. Ekonomi b. Faktor sekolah c. Sosial budaya

Wawancara mendalam dan studi dokumentasi

Demikian kompleksya faktor penyebab putus sekolah di bumi pertiwi ini, membuat siapa saja merasa terpanggil untuk harus berbuat. Dalam negara kesatuan RI, adanya Undang-undang Dasar 1945 yang menjamin hak-hak setiap warga negara untuk memperoleh pengajaran yang layak. Dalam hal ini kesempatan untuk memperoleh pendidikan dasar yang layak adalah merupakan hak setiap warga negara, tanpa kecuali. Olehnya latar belakang sosial, budaya, ekonomi dan sebagainya bukanlah penghalang bagi anak-anak usia sekolah untuk mengenyam pendidikan.

Jadi, tanggung jawab pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, tapi tanggung jawab seluruh seluruh komponen bangsa utamanya para orang tua. Karena orang tualah orang pertama dan utama dalam mendidik anak. Pada kenyataannya, tidak sedikit anak-anak yang dianiyaya,


(42)

24

ditelantarkan atau dibunuh hak-haknya oleh orangtuanya sendiri, maupun oleh kerasnya kehidupan. Hak anak seakan-akan tidak ada lagi dan tercabut begitu saja oleh orang-orang yang kurang bertanggung jawab. Padahal hak-hak anak telah diakui dalam Konvensi Hak Anak yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-bangsa tahun 1989.

Abdussalam. R, (1990: 47) Semua anak tanpa membedakan ras, agama, suku bangsa, jenis kelamin, asal usul keturunan ataupun bahasa memiliki empat hak dasar, yaitu :

a. Hak atas kelangsungan hidup Termasuk didalamnya adalah hak atas tingkat kehidupan yang layak, dan pelayanan kesehatan

b. Hak untuk berkembang

Termasuk didalamnya hak untuk memperoleh pendidikan, informasi, waktu luang, berkreasi seni dan budaya, juga hak asasi untuk anak-anak cacat, dimana mereka berhak, mendapatkan perlakuan dan pendidikan khusus.

c. Hak partisipasi

Termasuk didalamnya adalah hak kebebasan untuk menyatakan pendapat, berserikat dan berkumpul, serta ikut serta dalam pengambilan keputusan, yang menyangkut dirinya.

d. Hak perlindungan.

Termasuk didalamnya perlindungan dalam bentuk eksploitasi, perlakuan kejam dan sewenang-wenang dalam proses peradilan pidana maupun dalam hal lainnya.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang disusun oleh Merry Elike Evelyn Titaley mahasiswi FISIP UI dengan judul “Faktor-faktor Penyebab Siswa Putus Sekolah pada Sekolah Menengah Pertama di SMPN 4 dan SMP Taman Siswa Jakarta Pusat.”

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis deskriptif, dimana penelitian dilakukan secara mendalam, rinci dan spesifik terhadap data untuk mengetahui alasan mengapa siswa putus sekolah pada jenjang Sekolah Menengah Pertama.


(43)

25

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis saat ini adalah perbedaan tempat penelitian, waktu peneliti dan subjek karena peneliti berlokasi di belajar di SMPN 4 dan SMP Taman Siswa Jakarta Pusat. Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah tentang putus sekolah. Dan penelitian yang disusun oleh Fathul Kamil tahun 2006 tentang Faktor – Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Pada Tingkat SMP Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung

C. Kerangka Pikir

Dalam pengawasan orang tua terhadap anaknya terdapat beberapa pola asuh orang tua terhadap anaknya yang mana dengan pola asuh tersebut melahirkan anak-anak yang memiliki sikap yang beraneka ragam dan dengan pola asuh tersebut menentukan bagaimana sikap sang anak ketika menginjak remaja dan dewasa. Selain itu juga menentukan tingkat putus sekolah karena dengan pola asuh yang tidak tepat dapat meningkatkan angka putus sekolah karena kenakalan remaja. Terdapat empat jenis pengawasan orang tua terhadap anaknya yaitu:

a. Authoritative Parenting (hangat dan tegas)

b. Authoritarian Parenting (kurang mau menerima kemauan anak) c. Neglect Parenting (sedikit waktu untuk anak)

d. Indulgent Parenting (memberikan kebebasan tinggi pada anak)

Dari empat jenis pengawasan tersebut peneliti mendapatkan menjadi variabel x yang dan untuk variabel y peneliti membagi menjadi tiga tingkat yaitu tinggi, sedang dan rendah.


(44)

26

Hal ini dapat dilihat dalam gambar 1.

Gambar 1. Bagan kerangka pikir Variabel X

Pengawasan Orang Tua: 1. Authoritative Parenting

(hangat dan tegas) 2. Authoritarian Parenting

(kurang mau menerima kemauan anak)

3. Neglect Parenting (sedikit waktu untuk anak)

4. Indulgent Parenting (memberikan kebebasan tinggi pada anak)

Variabel Y Tingkat Putus Sekolah: 1. Tinggi 2. Sedang 3. Rendah


(45)

27

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian korelasional dimaksudkan untuk mencari atau menguji hubungan antara variabel. Peneliti mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkenalkan, menguji berdasarkan teori yang ada. Desain yang sering digunakan adalah cross-sectinal. Cross-sectional merupakan suatu penelitian yang mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. (Notoatmojo 2010:37)

Penelitian korelasional bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel, Hubungan korelatif mengacu pada kecenderungan bahwa variasi suatu variabel diikuti variasi variabel yang lain. Dengan demikian, dalam rancangan penelitian korelasional peneliti melibatkan minimal dua variabel. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif (H1) yang berbunyi ”Ada hubungan antara variabel x dan y” dan hipotesis nol (H0) yang berbunyi ” Tidak ada hubungan antara variabel x dan y”. Skema Penelitian Deskriprif Korelasional

Variabel X ---Variabel Y

Interpretasi Hub. Penilaian dari interpeasi ini adalah semakin mendekati nilai positif atau negatif satu (-/+ 1) adalah semakin signifikan atau semakin


(46)

28

erat hubungannya. Nilai ( + 1 )berarti semakin tinggi nilai variabel x semakin tinggi Nilai variabel y.

B. Populasi

Arikunto (2006:130) menyatakan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Jika seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau sensus. Subyek penelitian adalah tempat variabel melekat. Variabel penelitian adalah objek penelitian.

Sukardi (2010:53) menyatakan populasi adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Di pihak lain, Sisworo dalam Mardalis (2009:54) mendefenisikan populasi sebagai sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti.

Jadi berdasarkan definisi di atas yang menjadi populasi dalam penelitian adalah orang tuayang anak-anaknya putus sekolah di Kelurahan Purwoasri Kota Metro.


(47)

29

Tabel 3.1 jumlah anak-anak yang putus sekolah di kelurahan Purwoasri Kec. Metro Utara Kota Metro

No Lingkungan Jumlah anak Putus Sekolah (SMP)

1 RW 1 15 7

2 RW 2 10 3

3 RW 3 20 10

4 RW 4 21 9

Jumlah 76 46

Sumber: dokumentasi hasil observasi ketua RW C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Teori Variabel Penelitian menurut Sugiyono (2011:60-64). Variabel Penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 161), variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengawasan orang tua (x). b. Variabel Terikat


(48)

30

2. Definisi Konseptual

Pengawasan orang tua adalah usaha yang dilakukan oleh orang tua untuk memperhatikan, mengamati dengan baik segala aktivitas anaknya dalam fungsinya sebagai guru dalam rangka mengembangkan aspek jasmaniah dan rohaniah anaknya, sehingga anak memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya, keluarga dan lingkungannya dalam rangka membentuk kepribadian anak.

Putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hak – hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

3. Definisi Operasional

Masri (1995:46) berpendapat bahwa definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Untuk memberi penjelasan secara operasional tentang variabel-variabel penelitian, diperlukan definisi operasional variabel-variabel.

Variabel yang dapat diukur adalah tinggi rendahnya tingkat putus sekolah yang disebabkan oleh pengawasan orang tua terhadap anaknya. Dan dapat diukur dari indikator dari penelititan ini yaitu:


(49)

31

1. Variabel X ini adalah pengawasan orang tua dapat diukur dengan 1. Authoritative

Parenting (hangat dan tegas)

 berperilaku tegas

 memicu anak-anaknya untuk lebih mandiri, lebih dapat melakukan segala hal dengan kemampuan sendiri anak

 memberikan kesempatan anak membuat keputusan di keluarga

 orang tua menunjukkan kasih sayang dan sabar memahami anaknya 2. Authoritarian

Parenting (kurang mau menerima kemauan anak)

 lebih menggunakan hukuman

 membuat peraturan-peraturan dan tuntutan yang harus dipatuhi anak-anak mereka

 orang tua kurang hangat, kurang menerima, dan kurang mendukung kemauan dan keinginan dari anaknya

3. Neglect Parenting (sedikit waktu untuk anak)

 jarang ada waktu untuk anaknya

 lebih mengutamakan suatu hal dibanding anaknya

 selalu memberikan apa yang anak mau

 tidak mengetahui perilaku dan kebiasaan anak

4. Indulgent Parenting (memberikan kebebasan tinggi pada anak)

 orang tua kurang memperhatikan faktor kedisiplinan dan lebih mengutamakan kemauan anak

 lebih memanjakan anaknya

 melindungi anaknya dengan sangat.

 membiarkan anaknya berbuat kesalahan

 enggan meluruskan penyimpangan perilaku anak

2. Variabel Y adalah putus sekolah dapat diukur melalui indikator 1. Nilai 80-100 dikategorikan tinggi

2. Nilai 70 dikategorikan sedang 3. Nilai ≤ 65 dikategorikan rendah


(50)

32

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini ada dua sumber data yang diperoleh:

1. Teknik Pokok a) Angket

Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 1998: 140). Angket dalam penelitian ini terdiri dari daftar butir-butir pertanyaan yang dibagikan kepada responden dan dipergunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan variabel penelitian.

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup yaitu kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban yang lengkap, sehingga pengisi atau responden hanya memberikan jawaban silang pada jawaban yang telah disediakan. Alternatif jawaban berupa multiple choise seperti butir a, b dan c.

2. Teknik Penunjang a) Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan data-data langsung dari responden serta untuk melengkapi data yang belum lengkap atau terjawab melelui angket. Wawancara secara langsung kepada responden.


(51)

33

E. Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas 1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Untuk uji validitas digunakan control langsung terhadap teori-teori yang melahirkan indikator-indikator variabel yang disesuaikan dengan maksud dan isi butir soal yang dilakukan melalui koreksi angket dengan konsultasi kepada pembimbing. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa suatu alat dikatakan valid apabila mampu secara cermat menunjukkan besar kecilnya suatu gejala yang diukur. Oleh karena itu alat yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah berupa validitas logis (logical validity) dengan cara mengkonsultasikan kepada para dosen pembimbing (jugment). Dalam hal ini alat ukur yang digunakan adalah angket yang disajikan berdasarkan konstruksi teoritisnya. Untuk validitas angket penulis mengadakan ujicoba angket dengan melihat indikator-indikator yang sesuai dengan item-item angket.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur sejauh mana alat ukur yang digunakan dapat dipercaya dalam penelitian ini.

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:160) “ reliabilitas menunjukkan pengertian bahwa suatu instrument dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”.


(52)

34

Langkah-langkah yng dapat ditempuh untuk melakukan uji reliabilitas data adalah sebagai berikut:

1. Melakukan uji coba angket kepada 10 orang diluar responden.

2. Untuk menguji reliabilitas soal angket digunakan teknik belah dua atau ganjil genap.

3. Hasil item ganjil dan genap dikorelasikan dengan product moment yaitu:

= ∑ − ∑

∑ �

√{∑ − ∑� }{∑ −� }

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variebel Y xy = product dari gejala x dan y

n = jumlah responden X = variabel bebes Y = variabel terikat

( Sutrisno Hadi, 2008:294)

4. Untuk mengetahui koefisien reliabilitas seluruh item angket digunakan rumus Sperman Brown, yaitu:

= + ���� Keterangan :

rxy = koefisien reliabilitas seluruh item

rgg = koefisien korelasi item ganjil dan genap ( Sutrisno Hadi, 2008: 37)


(53)

35

5. Hasil analisis kemudian dibadingkan dengan tingkat reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut:

Antara 0,90 − 1,00 = reliabilitas tinggi Antara 0,50 – 0,89 = reliabilitas sedang Antara 0,00 – 0,49 = reliabilitas rendah (Suharsimi Arikunto, 2002)

F. Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan kedalam bentuk yang lebih mudah untuk dipahami. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriftif kuantitatif untuk memecahkan masalah sekarang dengan cara mengumpulkan data, klasifikasi data, guna menggambarkan suatu keadaan secara objektif.

Untuk mengolah dan menganalisis data dalam penelitian ini akan digunakan rumus interval yaitu:

� =�� − �� Keterangan: I = Interval

NT = Nilai Tertinggi NR = Nilai Terendah K = Kategori


(54)

36

Selanjutnya untuk mengolah dan menganalisis data dalam penelitian ini digunakan juga rumus presentase yaitu:

� =� X � % Keterangan:

P = Presentase

F = Frekuensi pada klasifikasi atau kategori variabel yang bersangkutan

N = Jumlah frekuensi dari seluruh klasifikasi kategori variabel

Untuk mengetahui seberapa besar korelasi maka di pergunakan rumus koefisien korelasi rank spearman:

= ∑ + ∑ − ∑ �

√ ∑ ∑

Keterangan: = rank spearman

∑ = banyaknya data yang sama pada variabel X ∑ = banyaknya data yang sama pada variabel Y ∑ � = selisih ranking variabel X dan Y


(55)

37

Sebelum menggunakan rumus tersebut dicari terlebih dahulu nilai ∑ dan nilai ∑ menggunakan rumus:

∑ = �3−�− ∑ ��

Keterangan:

∑ = banyaknya data yang sama pada variabel X �= jumlah sampel

∑ �= himpunan observasi berangka sama Dan menggunakan rumus

∑ = �3−�− ∑ ��

Keterangan:

∑ = banyaknya data yang sama pada variabel X � = jumlah sampel

∑ �= himpunan observasi berangka sama

Selanjutnya untuk mengetahui apakah nilai koefisien korelasi tersebut signifikan atau tidak, maka dilanjutkan dengan uji t sebagai berikut:

ℎ� �� = √� − √ −


(56)

38

Selanjutnya dibuat kesimpulan, dengan kriteria pengujian sebagai berikut: a. Jika ℎ� �� > �� berarti koefisien korelasi signifikan


(57)

67

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan dari hasil penelitian dapat dilihat dari hasil angket dan pembahasan menunjukkan angka yang signifikan yaitu Pemahaman masyarakat tentang pengawasan terhadap anak mereka masih kurang hal ini dapat dilihat dari hasil angket yang menunjukkan presentase cukup tinggi yaitu 58.69% kurang dalam pengawasan terhadap anak mereka. Dalam hal ini orang tua masih menganggap bahwa tidak perlu lagi mengajari anak mereka dirumah karena sudah diajari di sekolah dan hal ini menyebabkan tingginya angka putus sekolah.

Dan hasil tersebut berhubungan sangat erat dengan tingkat putus sekolah hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan yang menunjukkan angka yang sangat erat yaitu Thitung > Ttabel (17.15>1.68).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang sudah dikemukakan di atas, dapat disampaikan saran-saran yang perlu menjadi bahan masukan bagi semua pihak dalam rangka pengawasan orang tua dengan tingkat putus sekolah di Kelurahan Purwoasri Kota Metro Tahun 2015 sebagai berikut


(58)

68

Orang tua harus selalu memperhatikan anak mereka baik dirumah maupun disekolah, hal ini bertujuan agar orang tua dapat mengawasi dan dapat menegurnya jika anak mereka berbuat salah. Pengawasan bukan selalu mengikuti anak pergi tetapi bisa dengan mencari tahu dari pihak lain, jika disekolah bisa dengan menelpon guru secara berkala dan jika di lingkungan tempat tinggal dapat bertanya dengan teman-temannya. Dan orang tua juga harus dapat mengatur waktu anak.

Anak harus mengerti tentang arti pentingnya pendidikan untuk masa depan dan jangan sampai terpengaruh dengan lingkungan tempat tinggal. Selain itu anak juga harus dapat mengatur waktu sendiri.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

--- 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara

Anwar, Syaiful. 2004. Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Glora Madani Press.

Atmodiwirio, Soebagio. 2000. Manajemen Pendidikan IN=ndonesia. Jakarta: Adadizya Jaya.

Dalyono. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. 1989. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Media Abadi.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional. Yogyakarta: Media Abadi.

Fathul Kamil. 2006. Faktor – Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Pada Tingkat SMP Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Tahun 2005.(Skripsi FKIP Pendidikan Geografi 2006).

Gunawan, Wahyu. 2010. Kebut Sehari Menjadi Master PHP. Yogyakarta : Genius Publisher

Henderson dan Mapp, 2004; National Standars For Parent/Family Involment Programs

Ihromi, T. 2004. Bunga rampai sosiologi keluarga. Jakarta : Yayasan Obor. Indonesia

Kamrani Buseri. 2004. Nilai-nilai Ilahiyah Remaja Pelajar, Telaah

Pnenomenologis dan Strategi Pendidikannya. Yogyakarta: UII Press

Kusuma, Rindi. 2014. Macam-macam Pengawasan Orang Tua Terhadap Anak. Bandung.

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan., Bandung :PT. Remaja Rosda Karya.


(60)

Saiful Anwar. 2004. Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Glora Madani Press.

Sarwono, Wirawan, Sarlito. 2000. Psikologi Remaja. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Shochib, Moh. 2010. Pola asuh orang tua : dalam membantu anak

mengembangkan disiplin diri. Rineka Cipta: Jakarta

Sumadi Suryabrata. 1996. Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rajawali Pers, 1990. M. Zakiah Daradjat, dkk, 1992. Ilmu Pendidikan Islam ,Jakarta : Bumi Aksara.


(1)

Sebelum menggunakan rumus tersebut dicari terlebih dahulu nilai ∑ dan nilai ∑ menggunakan rumus:

∑ = �3−�− ∑ ��

Keterangan:

∑ = banyaknya data yang sama pada variabel X �= jumlah sampel

∑ �= himpunan observasi berangka sama

Dan menggunakan rumus

∑ = �3−�− ∑ ��

Keterangan:

∑ = banyaknya data yang sama pada variabel X � = jumlah sampel

∑ �= himpunan observasi berangka sama

Selanjutnya untuk mengetahui apakah nilai koefisien korelasi tersebut signifikan atau tidak, maka dilanjutkan dengan uji t sebagai berikut:

ℎ� �� = √� − √ −


(2)

38

Selanjutnya dibuat kesimpulan, dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

a. Jika ℎ� �� > �� berarti koefisien korelasi signifikan b. Jika ℎ� �� < �� berarti koefisien korelasi tidak signifikan


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan dari hasil penelitian dapat dilihat dari hasil angket dan pembahasan menunjukkan angka yang signifikan yaitu Pemahaman masyarakat tentang pengawasan terhadap anak mereka masih kurang hal ini dapat dilihat dari hasil angket yang menunjukkan presentase cukup tinggi yaitu 58.69% kurang dalam pengawasan terhadap anak mereka. Dalam hal ini orang tua masih menganggap bahwa tidak perlu lagi mengajari anak mereka dirumah karena sudah diajari di sekolah dan hal ini menyebabkan tingginya angka putus sekolah.

Dan hasil tersebut berhubungan sangat erat dengan tingkat putus sekolah hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan yang menunjukkan angka yang sangat erat yaitu Thitung > Ttabel (17.15>1.68).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang sudah dikemukakan di atas, dapat disampaikan saran-saran yang perlu menjadi bahan masukan bagi semua pihak dalam rangka pengawasan orang tua dengan tingkat putus sekolah di Kelurahan Purwoasri Kota Metro Tahun 2015 sebagai berikut


(4)

68

Orang tua harus selalu memperhatikan anak mereka baik dirumah maupun disekolah, hal ini bertujuan agar orang tua dapat mengawasi dan dapat menegurnya jika anak mereka berbuat salah. Pengawasan bukan selalu mengikuti anak pergi tetapi bisa dengan mencari tahu dari pihak lain, jika disekolah bisa dengan menelpon guru secara berkala dan jika di lingkungan tempat tinggal dapat bertanya dengan teman-temannya. Dan orang tua juga harus dapat mengatur waktu anak.

Anak harus mengerti tentang arti pentingnya pendidikan untuk masa depan dan jangan sampai terpengaruh dengan lingkungan tempat tinggal. Selain itu anak juga harus dapat mengatur waktu sendiri.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

--- 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara

Anwar, Syaiful. 2004. Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Glora Madani Press.

Atmodiwirio, Soebagio. 2000. Manajemen Pendidikan IN=ndonesia. Jakarta: Adadizya Jaya.

Dalyono. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. 1989. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Yogyakarta: Media Abadi.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Media Abadi.

Fathul Kamil. 2006. Faktor – Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Pada Tingkat SMP Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Tahun 2005.(Skripsi FKIP Pendidikan Geografi 2006).

Gunawan, Wahyu. 2010. Kebut Sehari Menjadi Master PHP. Yogyakarta : Genius Publisher

Henderson dan Mapp, 2004; National Standars For Parent/Family Involment Programs

Ihromi, T. 2004. Bunga rampai sosiologi keluarga. Jakarta : Yayasan Obor. Indonesia

Kamrani Buseri. 2004. Nilai-nilai Ilahiyah Remaja Pelajar, Telaah Pnenomenologis dan Strategi Pendidikannya. Yogyakarta: UII Press Kusuma, Rindi. 2014. Macam-macam Pengawasan Orang Tua Terhadap Anak.

Bandung.

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan., Bandung :PT. Remaja Rosda Karya.


(6)

Saiful Anwar. 2004. Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Glora Madani Press.

Sarwono, Wirawan, Sarlito. 2000. Psikologi Remaja. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Shochib, Moh. 2010. Pola asuh orang tua : dalam membantu anak mengembangkan disiplin diri. Rineka Cipta: Jakarta

Sumadi Suryabrata. 1996. Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rajawali Pers, 1990. M. Zakiah Daradjat, dkk, 1992. Ilmu Pendidikan Islam ,Jakarta : Bumi Aksara.