PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP ANAK PUTUS SEKOLAH DASAR DI DESA SUMBER JAYA KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2015

(1)

ABSTRAK

PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP ANAK PUTUS SEKOLAH DASAR DI DESA SUMBER JAYA

KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

TAHUN 2015 Oleh Leni Widianingsih

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menjelaskan persepsi orang tua terhadap anak putus sekolah dasar di Desa Sumber Jaya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana persepsi orang tua terhadap anak putus sekolah dasar di Desa Sumber Jaya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Jenis penelitian ini adalah Deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket, wawancara, dokumentasi dan observasi. Teknik analisis data menggunakan rumus interval dan presentase. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 38 orang tua/ KK yang memiliki anak putus Sekolah Dasar.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pada indikator pemahaman orang tua tentang sekolah dasar mencapai 26% yang masuk dalam kategori paham, selanjutnya pada indikator tanggapan orang tua tentang sekolah dasar yang termasuk dalam kategori setuju baru mencapai 29%, pada indikator harapan orang tua tentang sekolah dasar yang termasuk dalam kategori sesuai harapan baru mencapai 42%, Sedangkan persepsi orang tua mengenai anak putus sekolah sekolah dasar sebanyak yaitu sebesar 53%, hal ini berarti orang tua cenderung kurang setuju dengan munculnya anak putus sekolah dasar. Karena dengan adanya anak putus sekolah dasar akan menyebabkan dampak negatif terhadap diri anak seperti menimbulkan kelompok remaja yang liar karena banyak waktu senggang anak diisi dengan kegiatan yang tidak menentu, menimbulkan perasaan kecil hati anak karena tidak mendapatkan pendidikan seperti teman-temannya, meningkatnya jumlah pengangguran, dan akan menyebabkan semakin rendahnya kualitas Sumber daya Manusia. Oleh karena itu semua pihak harus dapat bekerjasama guna meningkatkan mutu pendidikan, terutama orang tua yang berperan paling utama untuk menyekolahkan anak-anaknya. Kata Kunci : Anak, Orang Tua, Persepsi, Putus Sekolah Dasar.


(2)

PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP ANAK PUTUS SEKOLAH DASAR DI DESA SUMBER JAYA

KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

TAHUN 2015

Oleh Leni Widianingsih

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Sumber Jaya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran pada tanggal 06 Maret 1992. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Sarjono dan Ibu Rohani.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis yaitu: 1. Sekolah Dasar Negeri 01 Sumber Jaya Kecamatan Padang Cermin

Kabupaten Pesawaran diselesaikan pada tahun 2005

2. Sekolah Menengah Pertama di Madrasah Tsanawiyah Al-Islam Bunut Padang Cermin Kabupaten Pesawaran diselesaikan pada tahun 2008

3. Sekolah Menengah Atas di MAN 1 (Model) Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2011

4. Pada Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi PPKn Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan melalui jalur SNMPTN UNDANGAN sampai dengan selesainya skripsi ini.


(7)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT, saya persembahkan karya kecil ini sebagai tanda

bakti saya kepada:

Kedua orang tuaku tersayang Bapak sarjono dan Emak rohani yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan kesabaran yang luar biasa dalam mendidik,

membimbing, membiayai pendidikan, memberi semangat, dan senantiasa berdoa demi keberhasilanku.

Adikku tercinta Lusiana serta keluarga besarku yang terus memberikan doa, dukungan dan menanti

keberhasilanku

Para pendidik (bapak ibu guru dan bapak ibu dosen) yang saya hormati,

terimaksih atas ilmu yang telah diberikan Almamater tercinta, Universitas Lampung


(8)

MOTO

Tuntutlah Ilmu sampai Ke Negeri Cina (Hadits Nabi Muhammad SAw)

Keselamatan Manusia Itu Ada dalam Lidah (Kata Mutiara)

Dengan kesabaran, semangat dan kerja keras pasti mampu mewujudkan keinginan

(Leni Widianingsih)

Kemuliaan Itu karena kebaikan budi pekerti bukan keturunan (Kata Mutiara)

Sebaik-baik manusia itu yang baik budi pekerti dan yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya


(9)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP ANAK PUTUS SEKOLAH DASAR DI DESA SUMBER JAYA KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2015”. Skripsi ini dibuat guna memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak atas segala bantuan baik berupa pemikiran, fasilitas, motivasi dan lain-lain demi terselesaikannya penulisan skripsi ini dari awal sampai akhir terutama kepada Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus sebagai pembimbing I dan Ibu Yunisca Nurmalisa S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II, serta ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

2. BapakDr. Abdurrahman, M.Si.Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;


(10)

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung;

6. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd.,M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung dan sekaligus sebagai pembahas I terimakasih atas saran dan masukannya.

7. Bapak Susilo, S.Pd., M.Pd., selaku Pembahas II terima kasih atas saran dan masukannya

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung terimakasih atas segala ilmu yang telah diberikan, saran, masukan serta segala bantuan yang diberikan:

9. Lurah Sumber Jaya yang telah memberi izin penelitian dan atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis;


(11)

11.Kedua orang tuaku tersayang Bapak sarjono dan Emak rohani terimakasih atas doa, senyum, airmata, bahagia, dukungan, kasih sayang yang telah diberikan dan semua pengorbanan kalian untukku yang tiada terkira benilaianya dari segi apapun.

12.Adikku tercinta Lusiana yang telah mendoakan keberhasilanku kelak

13.Seluruh keluarga besar dari Ayah dan Ibu , terimakasih atas doa dan dukungannya.

14.Seluruh Bapak Ibu Guruku terimakasih atas segala yang telah kalian ajarkan, yang mendewasakanku dalam bertutur, berfikir dan bertindak.

15.Abdul Rohman terimakasih atas semua bantuan, semangat, motivasi dalam penyusunan skripsi serta selama masa perkuliahan.

16.Sahabat-sahabat terbaikku (Rika, zai, Agnes, Tora, minarti dan evi meriani) serta rekan-rekanku semua yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu memberikan masukan dan motivasi

17.Anak-anak kosan zamzamah meli,melati, kiki, tirta, reni, memet, ringgo, awang, arif, apri, luki toni, dan ivan terimakasih atas segala bantuan dan persahabatan

18.Teman-teman seperjuanganku di Prodi PPKn angkatan 2011 baik ganjil maupun genap

19.Sahabat-sahabat seperjuangan KKN/PPL Laili, Dita, ocni, Praba, Ica, Gatot, Fiky, Yogi dan Reni


(12)

20.Adik Tingkat saya sekaligus pengurus Laboratorium PPKn, Ridho dan Yanda

21.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan penyajiannya. Akhirnya penulis berharap semoga dengan kesederhanaanya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis

Leni Widianingsih NPM 1113032034


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Data jumlah anak yang putus sekolah di Desa Sumber Jaya ... 4

Tabel 3.1 Jumlah orang tua di Desa Sumber Jaya yang memiliki anak putus sekolah dasar (SD) ... 31

Tabel 4.1 Hasil Uji Coba angket Persepsi Orang Tua Terhadap Anak Putus sekolah Dasar Di Desa Sumber jaya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2014 untuk Soal Item Ganjil (X). ... 46

Tabel 4.2 Hasil Uji Coba angket Persepsi Orang Tua Terhadap Anak Putus sekolah Dasar Di Desa Sumber jaya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2014 untuk Soal Item Genap (Y)... 47

Tabel 4.3 Tabel Kerja Antara Item Soal Kelompok Ganjil (X) dengan Item Genap (Y). ... 48

Tabel 4.4 Urutan Jabatan Kepala Desa Sumber Jaya. ... 51

Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Desa Sumber Jaya. ... 52

Tabel 4.6 Mata Pencaharian Penduduk Desa Sumber Jaya. ... 53

Tabel 4.7 Prasarana Desa Yang Dimiliki Desa Sumber Jaya. ... 54

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pemahaman Tentang Sekolah Dasar. ... 57

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Tanggapan Tentang Sekolah Dasar. ... 59

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Harapan Orang Tua/KK Tentang Sekolah dasar. ... 61

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Persepsi Orang Tua Terhadap Anak Putus Sekolah Dasar . ... 63


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1.Surat Keterangan Penelitian Dari Pembantu Dekan I FKIP Universitas Lampung 2.Surat Izin Penelitian Pendahuluan

3.Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Pendahuluan Dari Kelurahan 4. Surat Izin Penelitian Dari Pembantu Dekan I FKIP Universitas Lampung 5.Surat Keterangan Sudah Melaksanakan Penelitian Dari Kelurahan

6. Angket

7. Distribusi Skor Angket Mengenai Pemahaman Tentang Skolah Dasar 8. Distribusi Skor Angket Mengenai Tanggapan Tentang Skolah Dasar 9. Distribusi Skor Angket Mengenai Harapan Tentang Skolah Dasar

10. .Distribusi Skor Angket Mengenai Persepsi Orang Tua Terhadap Anak Putus Sekolah Dasar


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Bagan Kerangka Fikir ... 29


(16)

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan secara umum merupakan salah satu alat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sebuah Negara, karena dengan kualitas sumber daya manusia yang baik maka pembangunan dalam sebuah Negara akan terlaksana dengan baik juga. Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksankan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Anak-anak mendapatkan pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak sudah dewasa dan berkeluarga mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa dididik oleh guru dan dosen.

Diantara peraturan perundang-undangan RI yang paling banyak membicarakan pendidikan adalah Undang-undang RI No 20 Tahun 2003. Sebab undang-undang ini bisa disebut sebagai induk peraturan perundang-undangan pendidikan. Undang-undang ini mengatur pendidikan pada umumnnya, artinya segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan, mulai dari prasekolah sampai dengan pendidikan tinggi ditentukan dalam undang-undang ini. Definisi pendidikan menurut UU No 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif


(17)

2

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan berfungsi membangun kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu juga pemerintah mewajibkan setiap masyarakat untuk mendapatkan pendidikan. kemudian pasal 31 ayat 1

juga membahas tentang pendidikan yang berbunyi “Tiap-tiap warga

Negara berhak mendapatkan pengajaran”. Dari makna yang terkandung

dalam pasal mengenai undang-undang sudah sangat jelas bahwa pendidikan sangat penting dan pendidikan merupakan hak setiap bangsa.

Tujuan dari pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dengan adanya pendidikan, maka akan timbul dalam diri seseorang untuk berlomba-lomba dan memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.

Sedangkan menurut UNESCO dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui


(18)

3

lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni: (1) learning to Know, (2) learning to do (3) learning to be, dan (4) learning to live together. Dimana keempat pilar pendidikan tersebut menggabungkan tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ.

Berdasarkan pengertian, fungsi dan tujuan pendidikan yang tercantum dalam undang-undang sudah sangat jelas bahwa pendidikan itu sangat penting bagi kehidupan kita. Pemerintah Indonesia juga mewajibkan pendidikan dasar Sembilan tahun kemudian untuk dapat terealisasikan pemerintah memberikan bantuan dana yang dinamakan BOS atau Bantuan Operasional Sekolah. Dana BOS ini diperuntukan bagi mereka yang masih pendidikan dasar yaitu tingkat SD sampai SMP, namun pada kenyataannya belum sepenuhnya terealisasikan secara maksimal dalam kehidupan masyarakat, terlebih lagi apabila di dalam masyarakat tersebut kurang memahami arti penting dan tujuan pendidikan sebagaimana tercantum dalam undang-undang yang sudah di jelaskan di atas.

Hal tersebut terjadi di Desa Sumber Jaya yang masih banyak anak putus sekolah pada tingkat Sekolah Dasar (SD), meskipun orang tua yang kurang mampu mengetahui adanya program sekolah gratis namun orang tua tidak memanfaatkan hal tersebut, sedanhgkan bagi orang tua yang memiliki status ekonomi mapan tidak menjadikan anak-anak mereka untuk tetap bersekolah. Desa Sumber Jaya berjumlah 203 KK yang terbagi menjadi lima RT. Di desa ini mayoritas masyarakatnya hanya lulusan


(19)

4

Sekolah Dasar bahkan banyak juga yang tidak tamat Sekolah Dasar. Sedangkan mereka yang berpendidikan tinggi dapat dikatakan masih sedikit. Berikut ini adalah data anak putus sekolah dari tahun 2010 sampai 2014.

Tabel 1.1 Data jumlah anak yang putus sekolah di Desa Sumber Jaya Tahun Pelajaran Jumlah Anak Putus Sekolah

2010/2011 7 2011/2012 9 2012/2013 11 2013/2014 13

jumlah 60

Sumber : Data SDN 1 Sumber Jaya

Berdasarkan data dalam tabel di atas jumlah anak yang putus sekolah di SDN 1 Sumber Jaya dari tahun ketahun bertambah, siswa di SDN 1 Sumber Jaya hampir sebagian besar adalah warga desa Sumber Jaya. Anak-anak yang putus sekolah di tingkat SD biasanya ketika mereka berada kelas 4, 5, dan kelas 6 sebelum ujian nasional. Dari 60 siswa yang putus sekolah terdapat 35 siswa yang berasal dari Desa Sumber Jaya, hal ini berarti terdapat 35 KK (Kepala Keluarga) yang anaknya putus sekolah dasar. Selain itu juga terdapat 3 KK (Kepala Keluarga) di desa Sumber Jaya yang memang memiliki anak usia pendidikan dasar akan tetapi tidak disekolahkan.

Berdasarkan dari hasil wawancara pada tanggal 2 Oktober 2014 dengan salah satu warga desa Sumber Jaya, beliau beranggapan bahwa pendidikan tinggi


(20)

5

kurang penting, seorang anak cukup bisa membaca dan menulis saja. Faktor-faktor yang menyebabkan anak putus sekolah di tingkat SD disebabkan karena:

1. kurangnya minat belajar pada diri anak

2. siswa yang tinggal kelas, misalnya mereka yang tidak naik dari kelas IV ke kelas V, dan dari kelas V ke kelas VI

3. kurangnya dukungan dari kedua orang tua yang menganggap pendidikan kurang penting bagi anak-anaknya

4. Latar belakang pendidikan orang tua termasuk kedalam faktor anak putus sekolah, karena dengan pendidikan orang tuanya rendah otomatis dalam mendidik anaknya pun sama saja dengan pendidikan orang tuanya, terlebih lagi apabila orang tua tersebut tidak mengetahui atau bahkan menganggap pendidikan kurang penting bagi anak-anaknya.

5. Faktor ekonomi juga menjadi penyebab anak putus sekolah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul “ Persepsi Orang Tua Terhadap Anak Putus Sekolah

Dasar Di Desa Sumber Jaya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2015”.


(21)

6

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. kurangnya minat belajar pada diri anak

2. siswa yang tinggal kelas, misalnya mereka yang tidak naik dari kelas IV ke kelas V, dan dari kelas V ke kelas VI

3. kurangnya dukungan dari kedua orang tuannya yang menganggap pendidikan kurang penting bagi anak-anaknya

4. Latar belakang pendidikan orang tua termasuk kedalam faktor anak putus sekolah, karena dengan pendidikan orang tuanya rendah otomatis dalam mendidik anaknya pun sama saja dengan pendidikan orang tuanya, terlebih lagi apabila orang tua tersebut tidak mengetahui atau bahkan menganggap pendidikan kurang penting bagi anak-anaknya.

5. Faktor ekonomi juga menjadi penyebab anak putus sekolah.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang penulis paparkan di atas, penulis membatasi masalah dalam penelitian ini adalah persepsi orang tua terhadap anak putus sekolah dasar di desa Sumber Jaya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2015.


(22)

7

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas penulis merumuskan masalah yaitu

“Bagaimana persepsi orang tua terhadap anak putus sekolah dasar di Desa

Sumber Jaya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2015?”

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menjelaskan persepsi orang tua terhadap anak yang putus sekolah dasar.

2. Kegunaan a. Teoritik

Penelitian ini berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan terutama ilmu pendidikan, khususnya pendidikan kewarganegaraan karena berhubungan dengan hak dan kewajiban warganegara untuk mendapatkan pendidikan

b. Praktis :

1. Bagi anak-anak dan remaja supaya lebih menyadari bahwa pendidikan sangat penting bagi kehidupan dan merupakan bekal untuk kehidupan selanjutnya.

2. Bagi orang tua supaya memikirkan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya dan merupakan kewajiban orang tua terhadap anak yaitu memberikan pendidikan.


(23)

8

3. Bagi masyarakat setempat supaya dapat mendukung program pendidikan yang sudah di canangkan oleh pemerintah

4. Bagi Peneiti

Melalui penelitian ini peneliti dapat mengerti dan paham mengenai pentingnya pendidikan dasar bagi anak-anak sebagai generasi muda dan saat terjun kedunia pendidikan dan menjadi tenaga pengajar, peneliti dapat memberikan motivasi dan wawasan mengenai pentingnya pendidikan dan meminimalisir adanya anak putus sekolah pada tingkat dasar.

F. Ruang Lingkup

1. Ruang lingkup Ilmu

Mengembangkan konsep ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan karena berhubungan dengan hak dan kewajiban warganegara untuk mendapatkan pendidikan

2. Ruang lingkup Subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah orang tua dan anak-anak putus sekolah dasar di desa Sumber Jaya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.

3. Ruang lingkup Objek

Objek dalam penelitian ini adalah Persepsi orang tua terhadap anak-anak yang putus sekolah dasar


(24)

9

4. Ruang lingkup tempat

Tempat penelitian di Desa Sumber Jaya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran

5. Ruang lingkup waktu

Waktu penelitian adalah sejak dikeluarkannya surat izin penelitian nomor 5540/UN26/3/PL/2014 oleh Dekan FKIP pada tanggal 7 Oktober sampai dengan tanggal 14 Februari 2015


(25)

II TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik 1. Pengertian Persepsi

Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dan berkomunikasi dengan masyarakat di sekitarnya. Dalam interaksi dan komunikasi, ada hal yang dinamakan dengan persepsi. Secara etimologis persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa latin yaitu perception, dari percipere yang artinya menerima atau mengambil ( Alex Sobur dalam Pahriyah,dkk 2014: 4), menurut Konentjaraningrat (2011: 99) berpendapat

bahwa “ persepsi adalah seluruh proses akal manusia yang sadar dalam menggambarkan tentang lingkungan sekitarnya”. Kemudian pengertian

persepsi menurut Sarwono (2012: 86) “persepsi adalah kemampuan untuk

membeda-bedakan, mengelompokan, memfokuskan suatu objek yang ada di lingkungan sekitarnya”.

Sedangkan menurut Jalaluddin Rahmat dalam Pratama, dkk (2014: 3) menyatakan bahwa persepsi adalah merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya. Proses menginterpretasikan


(26)

11

stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses belajar individu. Persepsi dapat dikatakan sebagai suatu pengalaman objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persepai adalah seluruh proses akal manusia mengenai suatu cara pandang dan pemahaman seseorang mengenai suatu objek yang ada di sekitar lingkungannya melalui pengamatan, pengetahuan dan pengalamannya.

1.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Ibid dalam Pratama, dkk (2014: 5) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya di bagi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a.Faktor internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain:

1. Fisiologis

Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.

2. Perhatian.

Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.


(27)

12

3. Minat.

Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat. 4. Kebutuhan yang searah.

Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

5. Pengalaman dan ingatan.

Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadiankejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang.

Selain itu, menurut Jalaludin Rakhmat dalam pahriyah,dkk (2014 :6) beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi individu adalah sebagai berikut :

a. Orang atau objek yang diamati. Setiap individu berusaha membuat penilaian terhadap tingkah laku orang atau objek yang diamati dengan memberikan perhatian (attention) pada orang atau objek tersebut, namun seringkali individu tidak menyadari faktor yang mempengaruhi penilaiannya. Proses persepsi dipengaruhi oleh status orang atau objek yang diamati.

b. Situasi..Aspek-aspek situasional juga berkaitan dengan proses perceptual. Jabatan seseorang atau kebijakan tertentu dalam organisasi akan mempengaruhi objek yang diamati.

c. Pengamat. Persepsi juga dipengaruhi oleh kondisi dalam diri individu yang melakukan pengamatan. Salah satu aspek internal yang mempengaruhinya adalah faktor kebutuhan. Seseorang cenderung mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang memenuhi kebutuhannya, sehingga individu dapat menginterpretasikan suatu masalah dengan cara yang berbeda; d. Persepsi diri. Bagaimana seseorang memandang dirinya akan

mempengaruhi persepsinya. Konsep diri adalah bagaimana individu memandang diri sendiri. Struktur diri ini tidak hanya khas tetapi juga konsisten bagi tiap individu;

e. Katakteristik pribadi. Karakteristik pribadi seseorang mempengaruhi persepsinya terhadap orang lain atau objek. Jika seseorang menerima dirinya sendiri, maka ia cenderung memandang aspek-aspek yang menyenangkan pada diri orang lain dari sudut pandang kelemahan dirinya sendiri.


(28)

13

Berdasarkan faktor-faktor diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa persepsi seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: informasi, minat, situasi, persepsi diri, dan pengalaman.

1.2. Syarat-syarat Mengadakan Persepsi

Menurut Evitasari (2012: 15) Adapun beberapa syarat yang harus dipenuhi seseorang untuk mengeluarkan persepsinya, yakni :

a. Adanya objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor stimulus dapat dating dari luar langsung mengenai alat indra (reseptor), dapat pula dating dari dalam langsung mengenai syaraf penerima (sensoris) yang bekerja sebagai reseptor

b. Alat indra atau reseptor

Yaitu alat untuk menerima stimulus di samping itu harus pula ada syaraf sensoris sebagi alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor kesusunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Selain itu alat indra sebagai alat untuk mengadakan respondi perlukan juga syaraf motoris.

c. Perhatian

Untuk menyadari atau mengadakan pandangan atau persepsi diperlukan pula adanaya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mengadakan persepsi adalah perlu adanya faktor-faktor yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu objek atau stimulus yang di persepsi yang merupakan syarat fisik, alat indra dan syaraf-syaraf serta pusat susunan syaraf-syaraf yang merupakan syaraf-syaraf fisiologis, dan perhatian yang merupakan syaraf psikologis.


(29)

14

1.3 Pengertian Pemahaman

Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami (Fajri & Senja, 2008 : 607-608) Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya

1. pengertian; pengetahuan yang banyak, 2. pendapat, pikiran,

3. aliran; pandangan,

4. . mengerti benar (akan); tahu benar (akan); pandai dan mengerti benar.

Dan jika mendapat imbuhan pe- an menjadi pemahaman, artinya 1. proses,

2. perbuatan,

3. cara memahami atau memahamkan (Depdikbud, 1994: 74).

Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami cara mempelajari baik-baik supaya paham dan pengetahuan banyak.

1.4 Pengertian Tanggapan

Tanggapan merupakan salah satu fungsi jiwa yang pokok dapat diartikan sebagai gambaran, ingatan, dari pengamatan, ketika objek yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu


(30)

15

pengamatan. Jadi jika proses pengamatan sudah berhenti dan tinggal kesan-kesannya. (Ahmadi, 2009:68)

1.5 Pengertian Harapan

Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan sebuah kebaikan di waktu yang akan datang (www.wikipedia.org).

2. Pengertian Orang Tua

Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional dalam Evitasari (2012: 17)

“Orang tua adalah ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua (cerdik,

pandai,ahli, dan sebagainya), sebagai orang yang dihormati dan disegani.”

Sedangkan menurut Hadikusumo dalam Evitasari (2012: 17), menyatakan bahwa “Orang tua adalah pendidik menurut kodrat yakni pendidik pertama dan utama karena secara kodrati anak manusia dilahirkan oleh orang tuanya (ibunya) dalam keadaan tidak berdaya. Hanya dengan pertolongan dan layanan orang tua (terutama ibu ) bayi (anak manusia) itu dapat hidup


(31)

16

Pengertian orang tua menurut Kartono dalam Astrida (2012: 1) “Orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan Ibu dari anak-anak yang dilahirkannya.“

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas mengenai pengertian orang tua dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan yang memiliki tanggung jawab dan kodrat sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya dan sebagai orang tua yang di hormati dan disegani.

Sedangkan menurut Nasution dalam Astrida (2012: 1) menyatakan bahwa

“Orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu

keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu”.

Kemudian menurut Gunarsa dalam Astrida (2012: 1) Orang tua adalah dua individu yang berbeda memasuki hidup bersama dengan membawa pandangan, pendapat dan kebiasaan-kebiasaan sehari-hari.“

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan yang sah dan hidup bersama berperan sebagai ayah dan ibu bagi anak-anak nya dan bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari sebagai pendidik yang pertama dan utama serta memenuhi segala kebutuhan anak-anaknya.


(32)

17

3. Tugas Dan Peran Orang Tua

Setiap orang tua dalam menjalani kehidupan berumah tangga tentunya memiliki tugas dan peran yang sangat penting, menurut Astrida (2012: 2) adapun tugas dan peran orang tua terhadap anaknya dapat dikemukakan sebagai berikut. (1). Melahirkan,(2). Mengasuh, (3). Membesarkan, (4). Mengarahkan menuju kepada kedewasaan serta menanamkan norm-norma dan nilai-nilai yang berlaku Disamping itu juga harus mampu mengembangkan potensi yang ada pada diri anak, memberi teladan dan mampu mengembangkan pertumbuhan pribadi dengan penuh tanggung jawab dan penuh kasih sayang.

Lingkungan keluarga sangat mempengaruhi bagi pengembangan kepribadian anak dalam hal ini orang tua harus berusaha untuk menciptakan lingkungan keluarga yang sesuai dengan keadaan anak.

Dalam lingkungan keluarga harus diciptakan suasana yang serasi, seimbang, dan selaras, orang tua harus bersikap demokrasi baik dalam memberikan larangan, dan berupaya merangsang anak menjadi percaya diri. Salah satu tugas dan peran orang tua yang tidak dapat dipindahkan adalah mendidik anak‐anaknya. Sebab orang tua memberi hidup anak, maka mereka mempunyai kewajiban yang teramat penting untuk mendidik anak mereka. Jadi, tugas sebagai orang tua tidak hanya sekadar menjadi perantara makhluk baru dengan kelahiran, tetapi juga memelihara dan mendidiknya,agar dapat melaksanakan pendidikan


(33)

18

terhadap anak-anaknya, Maka diperlukan adanya beberapa pengetahuan tentang pendidikan.

4. Pengertian Persepsi Orang Tua

Pengertian persepsi menurut Konentjaraningrat (2011: 99) “persepsi adalah seluruh proses akal manusia yang sadar dalam menggambarkan

tentang lingkungan sekitarnya”. Sedangkan pengertian orang tua menurut

Kartono dalam Astrida (2012: 1) “Orang tua adalah pria dan wanita yang

terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan Ibu dari anak-anak yang dilahirkannya.“

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan Persepsi orang tua adalah cara pandang dan pemahaman orang tua mengenai suatu objek yang ada disekitar lingkungannya melalui pengamatan, pengetahuan dan pengalamannya yang berkaitan dengan perannya sebagai orang tua yang bertanggung jawab sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak-anaknya.

5. Pengertian Anak

Pengertian anak menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, yang dimaksud anak menurut undang undang tersebut adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan 1. Menurut


(34)

Undang-19

Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, pada bab I ketentuan umum pasal (1) poin (2). Yang dimaksud anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum kawin.

Sedangkan pengertian anak menurut pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM), anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya Meskipun banyak rumusan mengenai batasan dan pengertian anak. (Lembaga Perlindungan Anak, 2011)

Berdasarkan pengertian anak menurut Undang-undang maka dapat disimpulkan anak adalah seseorang yang berusia dibawah 18 tahun dan belum menikah dan masih dalam masa pendidikan dasar.

6. Pengertian Sekolah Dasar

Sekolah dasar (disingkat SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat).

Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah


(35)

20

pertama (atau sederajat) 3 tahun. Sekolah dasar diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan sekolah dasar negeri (SDN) di Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Kementerian Pendidikan Nasional, kini menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Kementerian Pendidikan Nasional hanya berperan sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan. Secara struktural, sekolah dasar negeri merupakan unit pelaksana teknis dinas pendidikan kabupaten/kota. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Nomor 20 Tahun 2001) Pasal 17 mendefinisikan pendidikan dasar sebagai berikut:

(1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. (2) Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat

7. Pengertian Putus Sekolah

Putus sekolah identik dengan kegiatan remaja yang masih tinggi tingkat ingin tahuannya terhadap sesuatu yang baru. Dan hal inilah yang menyebabkan banyak remaja yang mengalami putus sekolah. Undang-Undang nomor 4 tahun 1979, anak terlantar diartikan sebagai anak yang orang tuanya karena suatu sebab, tidak mampu memenuhi kebutuhan anak sehingga anak menjadi terlantar.


(36)

21

Menurut Ary H. Gunawan (2010) “Putus Sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada mantan peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat

melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan berikutnya”.

Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan di atas tersebut maka pengertian putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran dalam pendidikan dasar karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak tanpa memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

1. Faktor-faktor yang menyebabkan anak putus sekolah Beberapa faktor yang menyebabkan anak putus sekolah yaitu:

a. Kondisi ekonomi keluarga

b. Pengaruh teman yang sudah tidak sekolah c. Sering membolos

d. Kurangnya minat untuk meraih pendidikan/ mengenyam pendidikan dari anak didik itu sendiri

Disamping itu ada faktor internal dan faktor eksternal a. Faktor internal :

1. Dari dalam diri anak putus sekolah disebabkan malas untuk pergi sekolah karena merasa minder, tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekolahnya, sering dicemoohkan karena tidak mampu membayar kewajiban biaya sekolah yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.


(37)

22

2. Karena pengaruh teman sehingga ikut-ikutan diajak bermain seperti playstasion sampai akhirnya sering membolos dan tidak naik kelas , prestasi di sekolah menurun dan malu pergi kembali ke sekolah.. .3 Anak yang kena sanksi karena terlalu sering melakukan pelanggaran

peraturan sekolah yang pada akhirnya pihak sekolah mengeluarkannya (DroupOut).

b. Faktor Eksternal

1 Keadaan status ekonomi keluarga. 2 Kurang Perhatian orang tua

3 Hungan orang tua kurang harmonis

Selain Permasalahan diatas ada faktor penting dalam keluarga yang bisa mengakibatkan anak putus sekolah yaitu :

a. Keadaan ekonomi keluarga.

b. Latar belakang pendidikan ayah dan ibu.

c. Status ayah dalam masyarakat dan dalam pekerjaan.

d. Hubungan sosial psikologis antara orang tua dan antara anak dengan orang tua.

e. Aspirasi orang tua tentang pendidikan anak, serta perhatiannya terhadap kegiatan belajar anak.

f. Besarnya keluarga serta orang – orang yang berperan dalam keluarga.

Menurut Ary H Gunawan (2010: 72-73) Masalah putus sekolah bisa menimbulkan akses dalam masyarakat, oleh karena itu penanganannya


(38)

23

menjadi tugas kita semua. Khususnya melalui setrategi dan pemikiran-pemikiran sosiologi pendidikan, sehingga para putus sekolah tidak mengganggu kesejahteraan sosial. Sekurang-kurangnya ada 3 langkah yang dapat dilakukan, yaitu :

a. Langkah Preventif yaitu membekali para peserta didik dengan keterampilan-keterampilan praktis dan bermanfaat sejak dini, agar kelak bila diperlukan dapat merespon tantangan-tantangan hidup dalam masyarakat secara positif, sehingga dapat mandiri dan tidak menjadi beban masyarakat, atau menjadi parasit dalam masyarakat. Misalnya keterampilan-keterampilan kerajinan, jasa, perbengkelan, elektronika, PKK, fotografi, batik, dan lain sebagainya.

b. Langkah pembinaan yaitu memberikan pengetahuan-pengetahuan praktis yang mengikuti perkrmbangan/pembaharuan zaman, melalui bimbingan dan latihan-latihan dalam lembaga-lembaga sosial/pendidikan luar sekolah seperti LKMD, PKK, Klompencapir, Karangtaruna,, dan sebagainya.

c. Langkah tindak lanjut yaitu memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada mereka untuk terus melangkah maju melalui penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang sesuai kemampuan masyarakat tanpa mengada-ada, termasuk membina hasrat pribadi untuk berkehidupan yang lebih baik dalam masyarakat. Misalnya memberikan penghargaan, bonus, keteladanan, kepahlawanan, dan sebagainya, sampai berbagai kemudahan untuk melanjutkan studi dengan program belajar jarak jauh (BJJ), seperti universitas terbuka, sekolah terbuka dan sebagainya. Juga melalui koperasi dengan berbagai kredit ( KIK< KCK< kredit profesi, dan sebagainya).

8. Pengertian Anak Putus Sekolah Dasar

Pengertian anak menurut pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM), anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya Meskipun banyak rumusan mengenai batasan dan pengertian anak. Sedangkan pengertian putus sekolah Menurut Ary H. Gunawan (2010) “Putus Sekolah merupakan predikat yang diberikan


(39)

24

kepada mantan peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat melanjutkan studinya ke jenjang

pendidikan berikutnya”.

Berdasarkan pengertian para ahli di atas maka dapat disimpulkan Anak putus sekolah dasar adalah keadaan dimana anak mengalami keterlantaran pendidikan pada tingkat dasar karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak dan tanpa memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

B. Penelitian Yang Relevan

a. E-Jurnal GEO FKIP UNTAD tahun 2014 oleh Balgis Sumaga (FKIP

UNIVERSITAS TADULAKO) dalam penelitiannya yang berjudul “

Persepsi Masyarakat Terhadap Anak Putus Sekolah Pada Jenjang SLTA/Sederajat Di Desa Kasimbar Kecamatan Kasimbar Kabupaten

Marigi Moutong”

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pandangan orang tua terhadap anak mereka yang putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat di Desa Kasimbar Kec. Kasimbar Kab. Parigi-Moutong, dan faktor-faktor penyebab anak tersebut putus sekolah pada jenjangSLTA/Sederajat di Desa Kasimbar Kec. Kasimbar Kab. Parigi-Moutong.


(40)

25

Metode penelitian menggunakan penelitian kualitatif melalui pendekatan deskriptif, subjek yang diteliti orang tua yang mempunyai anak putus sekolah pada jenjang SLTA/Sederajat yang berjumlah 147 KK yang terdapat di Desa Kasimbar. Populasi ini tersebar didelapan Dusun. Adapun jumlah sampel yang ditentukan yaitu berjumlah 30 KK. Pengumpulan data menggunakan angket dan wawancara.

Hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan mengenai tanggapan orang tua terhadap anak mereka yang putus sekolah yakni ada dua yakni kurang baik dan tidak baik, dilihat bahwa masih ada orang tua yang menanggapi anak mereka yang putus sekolah itu kurang baik. Hal ini disebabkan dampak positif yang dirasakan orang tua masih besar pengaruhnya dari pada dampak negati. Sebalinya, pada tanggapan tidak baik dikarenakan dampak negatif yang ditimbulkan anak putus sekolah lebih besar dari dampak positif.

Berdasarkan penelitian Balgis Sumaga (2014) tersebut, dapat diketahuai bahwa metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan Deskriptif. Dalam penelitian tersebut ada kesamaan variabel dengan penelitian ini yakni pada variabel persepsi masyarakat atau orang tua. Akan tetapi perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah pada variabel anak putus sekolah dasar sedangkan dalam penelitian tersebut anak putus sekolah pada jenjang SLTA/sederajat.


(41)

26

b. Jurnal Undiksha Vol 4 No 1 tahun 2014 oleh Ni Ayu Krisna Dewi1, Anjuman Zukhri1, I Ketut Dunia2 (Jurusan Pendidikan Ekonomi,Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia) berjudul

“Analisis Faktor-faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Usia Pendidikan

Dasar Di Kecamatan Gerokgak Tahun 2012/2013”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: faktor-faktor penyebab anak putus sekolah usia pendidikan dasar di Kecamatan Gerokgak Tahun 2012/2013, dan faktor yang dominan penyebab anak putus sekolah usia pendidikan dasar di Kecamatan Gerokgak Tahun 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan pada Kecamatan Gerokgak dengan jumlah responden sebanyak 64 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi dianalisis dengan analisis faktor melalui program SPSS versi 16.0, yang meliputi Uji Kaiser-Meyer-Olkin of Sampling adequacy (KMO and Barllet’s Test), Uji Measure of Sampling Adequacy (MSA), koefisien varimax rotation, dan rotasi faktor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada enam faktor penyebab anak putus sekolah usia pendidikan dasar di Kecamatan Gerokgak Tahun 2012/2013. Faktor tersebut (1) faktor ekonomi, (2) faktor perhatian orang tua, (3) fasilitas pembelajaran, (4) minat anak untuk sekolah, (5) budaya dan (6) faktor lokasi sekolah. Faktor perhatian orang tua menjadi faktor yang paling dominan karena memiliki nilai variance explained tertinggi yaitu sebesar 39,952%, artinya bahwa perhatian orang tua mampu menjelaskan penyebab anak putus sekolah usia pendidikan dasar di


(42)

27

Kecamatan Gerokgak. Faktor lokasi sekolah merupakan faktor yang memiliki variance explained terendah yaitu sebesar 17,014%.

Penelitian tersebut dengan penelitian ini memiliki kesamaan yaitu mengenai anak putus sekolah dasar, akan tetapi perbedaan penelitian tersebut pada faktor-faktor yang menyebabkan anak putus sekolah pada usia pendidikan dasar, sedangkan penelitian ini mengenai persepsi orang tua mengenai anak putus sekolah dasar.

c. Pakistan Journal of Social Sciences 7 (5) 365-370 2010 oleh N. Osakwe Regin dan O. Osagie Stella (Departement of Educational Administation and Policy Studies, Faculty of Education, Delta State University, Abraka, Nigeria) berjudul “Perceived Factors Resposible For Dropout In Primary Schools In Delta Central Senatorial District, Nigeria

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab atas putus sekolah dasar di distrik Delta Sentral, Nigeria. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari semua sekolah dasar negeri yang ada di Nigeria. Empat hipotesis yang dirumuskan dan diuji dengan menggunakan Analisis Ragam (ANOVA) Satu Arah dengan tingkat signifikasi 0,05. Sampel 500 responden dipilih dengan menggunakan tekhnik random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan wawancara. Nilai koefisien reliabilitas 0.87 ditentukan menggunakan metode split half untuk menguji konsistensi instrumen internal sehingga dapat diandalkan untuk penelitian


(43)

28

Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi kepala sekolah, guru, dan orang tua mengenai status sosial orang tua, pernikahan dini, gender, dan tingkat pendidikan orang tua. Berdasarkan hasil dan kesimpulan, direkomendasikan bahwa alat-alat sekolah dan alat tulis harus disediakan oleh pihak sekolah. Orang tua harus memberikan kesempatan pendidikan yang sederajat antara anak laki-laki dan anak perempuan.

Penelitian tersebut dengan penelitian ini memiliki kesamaan yaitu mengenai persepsi orang tua terhadap anak putus sekolah dasar. Sedangkan perbedaan penelitian tersebut adalah mengkaji perbedaan persepsi antara kepala sekolah, guru dan orang tua tentang faktor penyebab anak putus sekolah dasar.

C. Kerangka Pikir

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan pendidikan merupakan hak setiap bangsa, karena dengan memiliki pendidikan maka seseorang akan dapat memaksimalkan potensi yang ada dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. pendidikan diberikan kepada individu sejak masih anak-anak hingga dewasa. Pendidikan diperoleh dari orang tua, sekolah, lembaga non formal dan masyarakat. Anak-anak sebagai generasi muda yang diharapkan


(44)

29

mampu menjadi sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat meningkatkan pembanguna dalam negeri. Dalam mewujudkan hal tersebut peran orang tua sangat dibutuhkan karena orang tua memiliki kodrat sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak-anaknya. Orang tua memiliki kewajiban untuk memenuhi segala kebutuhan bagi anak-anaknya baik sandang, pangan, papan dan pendidikan. karena orang tua memiliki harapan yang sangat besar bagi anak-anaknya. Akan tetapi apabila orang tua kurang memahami arti penting bagi pendidikan maka akan terjadi banyaknya anak-anak yang masih usia sekolah dasar akan tetapi mereka sudah tidak bersekolah atau putus sekolah. Sehingga seolah-olah orang tua tidak meiliki harapan besar terhadap anak-anaknya sebagai generasi muda.

Kerangka pikir bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai hubungan dari variabel-variabel penelitian, dalam hal ini yaitu antara persepsi orang tua terhadap anak putus sekolah. Berdasarkan uraian tersebut, secara sistematis kerangka fikir dalam penelitian ini disajikan dalam diagram sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan Kerangka Fikir Persepsi orang tua (X)

1. Pemahaman 2. Tanggapan 3. Harapan

Anak Putus Sekolah Dasar (Y)


(45)

III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Penggunaan metode penelitian deskriptif ini karena bersifat memaparkan, menuturkan, menafsirkan data yang ada dan pelaksanaanya melalui pengumpulan, penyusunan analisa dan interprestasi data yang telah diteliti pada masa sekarang.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka melaui penelitian ini peneliti akan menganalisis dan menjelaskan persepsi orang tua terhadap anak putus sekolah dasar di Desa Sumber Jaya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2012: 61) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian


(46)

31

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Orang Tua/Kepala Keluarga (KK) yang memiliki anak putus sekolah dasar di Desa Sumber jaya Kecamatan Padang Cremin Kabupaten Pesawaran. Berikut adalah jumlah KK di Desa Sumber Jaya yang terbagi dalam lima RT.

Tabel 3.1 Jumlah orang tua/ Kepala Keluarga (KK) di Desa Sumber Jaya yang memiliki anak putus sekolah dasar (SD)

RT Jumlah seluruh

KK

Jumlah KK yang memiliki anak putus sekolah

1 44 8

2 32 5

3 48 12

4 37 7

5 42 6

jumlah 203 38

Sumber : Data Kependudukan Desa Sumber Jaya Tahun 2014

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah Orang Tua/Kepala Keluarga (KK) di desa Sumber jaya yaitu 203 KK yang terbagi dalam lima RT, dari 203 KK tersebut terdapat 38 KK yang memiliki anak putus sekolah dasar (SD)


(47)

32

2. Sampel

Menurut sugiyono (2012: 62) “ sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh KK yang memiliki anak putus sekolah dasar (SD) berjumlah 38 KK. Lebih lanjut dijelaskan bahwa jika anggota populasi kurang dari 100 maka lebih baik semuanya dijadikan sampel (Arikunto dalam Nurjanah,2010:32).

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah persepsi orang tua

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah anak putus Sekolah Dasar di Desa Sumber Jaya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran

D. Definisi Konseptual Variabel 1. Orang Tua

Secara konseptual, orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan yang sah dan hidup bersama berperan sebagai ayah dan ibu bagi anak-anak nya dan bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari


(48)

33

sebagai pendidik yang pertama dan utama serta memenuhi segala kebutuhan anak-anaknya.

2. Pengertian Anak

Secara konseptual, anak adalah seseorang yang berusia dibawah 18 tahun dan belum menikah dan masih dalam masa pendidikan dasar.

3. Putus Sekolah Dasar

keadaan dimana anak mengalami keterlantaran dalam pendidikan dasar karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak dan tanpa memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. .

E. Definisi Operasional Variabel 1. Persepsi Orang Tua

Persepsi orang tua adalah cara pandang dan pemahaman orang tua mengenai suatu objek yang ada disekitar lingkungannya melalui pengamatan, pengetahuan dan pengalamannya yang berkaitan dengan perannya sebagai orang tua yang bertanggung jawab sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak-anaknya. Adapun indikator persepsi meliputi

a. Pemahaman

paham yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami,(Em Zul, Fajri & Ratu Aprilia Senja, 2008 : 607-608).


(49)

34

b. Tanggapan

Tanggapan merupakan salah satu fungsi jiwa yang pokok dapat diartikan sebagai gambaran, ingatan, dari pengamatan, ketika objek yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan. Jadi jika proses pengamatan sudah berhenti dan tinggal kesan-kesannya. ( Ahmadi, 2009:68)

c. Harapan

Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan sebuah kebaikan di waktu yang akan datang (Wikipedia.org).

2. Anak Putus Sekolah Dasar

Sekolah Dasar (SD). adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat). Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun. Adapun anak putus sekolah dasar merupakan keadaan dimana anak mengalami keterlantaran pendidikan pada tingkat dasar karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak dan tanpa memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.


(50)

35

F. Teknk Pengumpulan Data

Salah satu cara untuk melengkapi penelitian ini dengan menggunakan teknik pengumpulan data, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap dan valid yang nantinya dapat mendukung keberhasilan penelitian.

1. Teknik Pokok a. Angket

Teknik dalam penelitian ini menggunakan angket. Teknik angket merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara membuat sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada responden dengan maksud memperolah data dan informasi langsung dari responden yang bersangkutan. Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup yang telah memberikan alternative jawaban yang harus dipilih oleh responden. Sasaran angket dalam penelitian ini adalah disebar ke Orang Tua/ Kepala Keluarga (KK) di desa Sumber Jaya sebagai responden guna untuk memperoleh data dan informasi yang relevan. Dalam penelitian ini digunakan angket karena data yang diperlukan adalah angka-angka yang berupa skor nilai, untuk memperoleh data utama dan dianalisis. Setiap tes memiliki tiga alternatif jawaban yaitu (a), (b), (c) yang setiap jawaban diberi nilai bervariasi.

Menurtu Sugiyono dalam Irawan ( 2014 : 45) “teknik angket atau

kuisioner merupakan suatu teknik pengumpulan data yang yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan


(51)

36

2. Teknik Penunjang a. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk memperoleh informasi yang objektif dan melengkapi data yang tidak ada dalam angket. Melalui wawancara maka akan diketahui keadaan yang sebenarnya dilapangan. Wawancara dilakukan kepada Orang Tua/Kepala Keluarga (KK) untuk mengetahui Persepsi (Pemahaman, Tanggapan dan Harapan) Orang Tua/kepala Kelurga (KK) terhadap anak putus sekolah dasar

b. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk menemukan dan memperoleh data berupa bahan-bahan tertulis mengenai informasi-informasi dan data-data lain yang relevan Teknik ini digunakan dengan mencatat data tertulis tentang keadaan orang tua berupa pendidikan dan keadaan ekonomi, jumlah anak yang putus sekolah dasar di desa Sumber Jaya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Sumber data ini diperoleh dari monografi desa Sumber Jaya dan data Sekolah di SD Negeri 1 Sumber Jaya.

c. Observasi

Teknik ini digunakan untuk melihat keadaan tempat penelitian dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap fokus penelitian yaitu persepsi orang tua terhadap anak putus sekolah dasar di Desa Sumber aya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.


(52)

37

G. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 1. Uji Validitas

Uji validitas menurut Arikunto dalam Irawan ( 2014: 46) “ validitas adalah

keadaan yang menggambarkan tingkat instrument yang bersangkutan Mampu mengukur apa yang akan diukur”. Sedangkan menurut sugiyono

dalam Irawan (2014: 46) “validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan

oleh peneliti.”

2. Uji Reliabilitas

Menurut Arikunto dalam Irawan ( 2014: 46) “ uji reliabilitas merupakan suatu instrument yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagi alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik sehingga mampu

mengungkapkan data yang bisa dipercaya.” Reliabilitas menunjukan

bahwa suatu instrument dapat dipercaya untuk dipergunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik dengan teknik belah dua.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan uji reliabilitas adalah sebagi berikut:

1. Melakukan uji coba angket kepada 10 orang diluar responden 2. Hasil uji coba dikelompokan dalam item ganjil dan item genap

3. Hasil item ganjil dan genap dikorelasikan dengan product moment, yaitu :


(53)

38

Keterangan:

rxy = Koofesien korelasi antara X dan Y X = Skor butir soal

Y = Skor total

N = Banyaknya responden

(Suharsimi Arikunto dalam Irawan, 2014 :47)

4. Kemudian untuk mengetahui reliabilitas seluruh kuisioner digunakan rumus Sperman Brown sebagi berikut :

Keterangan :

xry = Koofesien reliabilitas seluruh tes rgg = koofesien korelasi item ganjil genap 5. Kriterian reliabilitas adalah sebagai berikut:

0,90-1,00 = Reliabilitas kuat 0,50-0,89 = Reliabilitas Cukup 0,00-0,49 = reliabilitas kurang


(54)

39

3. Teknik Analisis Data

Tindak lanjut dari pengumpulan data adalah menganalisis data. Dalam penelitian menggunakan suatu analisis data kualitatif yaitu menguraikan kata-kata dalam kalimat serta angka dalam kalimat secara sistematis. Selanjutnya disimpulkan untuk mengelola dan menganalisis data dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi dalam Evitasari (2012: 49) yaitu

Keterangan :

I = Interval

NT = Nilai Tertinggi NR =Nilai Rendah K =Kategori

Kemudian untuk mengetahui bagaimana persepsi orang tua terhadap anak putus sekolah dasar di Desa Sumber Jaya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Tahun 2014. Digunakan persentasi yang dikemukakan Muhamad Ali dalam Evitasari (2012: 50).

P x 100%

Keterangan :

P = Besarnya Persentase F = Jumlah Alternatif jawaban


(55)

40

Kriteria yang digunakan: 76-100 = Baik

50-75 = Cukup Baik 40-55 = Kurang Baik <40 = Tidak Baik


(56)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data yang peneliti lakukan, maka dapat disimpulkan persepsi orang tua terhadap anak putus sekolah dasar di Desa Sumber Jaya Kecamaan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran tahun 2014 yaitu pada indokator pemahaman orang tua/Kepala Kelurga (KK) tentang sekolah dasar baru mencapai 26% yang termasuk dalam kategori paham mengenai pendidikan/sekolah dasar, dengan demikian masih ada 74% yang termasuk kedaam kategori yang belum sesuai dengan harapan, selanjutnya pada indikator tanggapan orang tua/Kepala Keluarga (KK) yang termasuk dalam kategori setuju baru mencapai 29%, hal ini berarti masih ada 71% yang termasuk kedalam kategori belum sesuai dengan harapan, Kemudian pada indikator harapan yang termasuk dalam kategori sesuai harapan baru mencapai 42%, hal ini berarti masih ada 58% yang termasuk kedalam kategori yang belum sesuai dengan harapan.

Sedangkan persepsi orang tua mengenai anak putus sekolah sekolah dasar sebanyak 20 responden dari 38 responden yaitu sebesar 53% hal ini berarti mayoritas responden kurang setuju dengan adanya anak putus sekolah pada tingkat SD. Karena dengan adanya anak putus sekolah dasar akan menyebabkan dampak negatif terhadap diri anak seperti menimbulkan


(57)

72

kelompok remaja yang liar, karena banyak waktu senggang anak diisi dengan kegiatan yang tidak menentu, menimbulkan perasaan kecil hati anak karena tidak mendapatkan pendidikan seperti teman-temannya, meningkatnya jumlah pengangguran, dan akan menyebabkan semakin rendahnya kualitas Sumber daya Manusia

B. SARAN

Setelah melakukan penelitian, menganalisis dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian, maka penulis dapat mengajukan saran sebagai berikut:

1. Bagi Orang Tua

Orang tua memiliki kewajiban mendidik anak-anaknya supaya menjadi manusia yang berkualitas dan pendidikan dasar merupakan langkah awal dalam mendidik anak-anaknya sebelum melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

2. Bagi anak-anak dan remaja harus menyadari bahwa pendidikan itu sangat penting bagi kehidupan dan merupakan bekal untuk kehidupan selanjutnya, dan apabila ingin menjadi manusia yang berkualitas maka harus bersekolah

3. Bagi masyarakat setempat harus dapat mendukung program pendidikan yang sudah dicanangkan oleh pemerintah yaitu dengan ikut menjadi kontrol sosial bagi anak yang bersekolah.


(58)

73

4. Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah seharusnya lebih memperhatikan lagi mengenai pendidikan, terutama yang berada di daerah pelosok-pelosok baik dari sarana dan prasarana maupun bantuan-bantuan dana, selain itu juga pemerintah daerah harus mengadakan kontrol terhadap perkembangan pendidikan melalui pemantauan kedisiplinan para pendidik dan dukungan orang tua terhadap pendidikan bagi anak-anaknya.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Astrida. 2012. Peran dan Fungsi Orang Tua dalam Mengembangkan Kecerdasan EmosionaAnak.

http://sumsel.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=11413. diakses pada 17 November 2014.

Ahmadi,abu.2009.Psikologi Umum.Jakarta.Rienaka Cipta.

Anonym.2010.Monografi Desa.Sumber Jaya.Peraturan Desa Nomor:1 Tahun 2010. RPJM-Desa

Depdikbud. 1994. Pedoman Analisis Hasil Evaluasi Belajar. Jakarta. Depdikbud. Dewi Ni ayu Krisna,Zukhri Anjuman,Dunia I Ketut. 2014. Analisis Faktor-faktor

Penyebab Anak Putus Sekolah Pada Usia Pendidikan Dasar Di Kecamatan Gerokgak Tahun 2012/2013.Universitas Ganesa Singaraja Indonesia. Jurnal Undiksha Vol 4 No 1 Tahun 2014

EM Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja. 2008. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Edisi Revisi, Cet. 3. Semarang. Difa Publishers.

Evitasari, Nur .2012. Persepsi Orang Tua Terhadap Pelaksanaan Program Sekolah Gratis Di SDN 1 Suka Jaya Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten Lampung Barat Tahun Pelajaran 2011-2012. Universitas

Lampung……Tidak Diterbitkan

Gunawan H, Ary. 2010.Sosiologi Pendidikan.Jakarta.Rienaka Cipta.

Irawan,Yudi. 2014. Persepsi Masyarakat Tentang Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Dari Kalangan Ibu Rumah Tangga Pada Pemilihan Legislatif 2014 Di Kelurahan Sekincau Kecamatan Sekincau Lampung Barat.Universitas Lampung……..Tidak Diterbitkan

Koentjaraningrat. 2011. Pengantar Antropologi. Jakarta. Rineka Cipta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015


(60)

Lembaga Perlindungan Anak.2011. Pengertian Anak Menurut Undang-undang. Diakses Pada 12 November 2014

Nurjanah. 2010. Pengaruh Kinerja Guru Dengan Mutu Lulusan Di SD Negeri Kedatuan Kecamatan Bekri Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2009/2010.Universitas Lampung……..Tidak Diterbitkan

Pahriyah Siti,Suhadi,Raharjo. 2014. Persepsi PNS Provinsi DKI Jakarta Terhadap Penggunaan Kendaraan Umum Bagi Pejabat Dan Pegawai Di Lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.. Jurnal UNJ Volume 2, Nomor 4, Tahun 2014.Hal. 2-15 .Universitas Negeri Jakarta Pratama Zulfikar,Handayani Wuri ,Yasin Yasnita. 2014. Persepsi Pemilih Pemula

Terhadap Pemilu Legislatif Tahun 2014.. Jurnal Volume 2, Nomor 4, Tahun 2014.Hal. 2-9 Universitas Negeri Jakarta

Regina N. Osakwe dan Stella O. Osagie. 2010. Perceived Factors Resposible For Dropout In Primary Schools In Delta Central Senatorial District, Nigeria. Pakistan Journal of Social Sciences 7 (5) 365-370 2010. Departement of Educational Administation and Policy Studies, Faculty of Education, Delta State University, Abraka, Nigeria.

Sarwono, Sarlito W. 2012.. Pengantar Psikologi Umum Jakarta. Rajawali Pers. Sugiyono.2012. Statistik Untuk Penelitian.Bandung. ALFABETA.cv

Sumaga Balgis.2014.Persepsi Orang Tua Terhadap Anak Putus Sekolah Pada Jenjang SLTA/Sederajat Di Desa Kasimbar Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong. E-Jurnal GEO FKIP UNTAD.Universitas Tadulako.

Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional. Surakarta: Cv.ITA.

Undang-undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Surakarta: Cv.ITA.


(1)

40

Kriteria yang digunakan: 76-100 = Baik

50-75 = Cukup Baik 40-55 = Kurang Baik <40 = Tidak Baik


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data yang peneliti lakukan, maka dapat disimpulkan persepsi orang tua terhadap anak putus sekolah dasar di Desa Sumber Jaya Kecamaan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran tahun 2014 yaitu pada indokator pemahaman orang tua/Kepala Kelurga (KK) tentang sekolah dasar baru mencapai 26% yang termasuk dalam kategori paham mengenai pendidikan/sekolah dasar, dengan demikian masih ada 74% yang termasuk kedaam kategori yang belum sesuai dengan harapan, selanjutnya pada indikator tanggapan orang tua/Kepala Keluarga (KK) yang termasuk dalam kategori setuju baru mencapai 29%, hal ini berarti masih ada 71% yang termasuk kedalam kategori belum sesuai dengan harapan, Kemudian pada indikator harapan yang termasuk dalam kategori sesuai harapan baru mencapai 42%, hal ini berarti masih ada 58% yang termasuk kedalam kategori yang belum sesuai dengan harapan.

Sedangkan persepsi orang tua mengenai anak putus sekolah sekolah dasar sebanyak 20 responden dari 38 responden yaitu sebesar 53% hal ini berarti mayoritas responden kurang setuju dengan adanya anak putus sekolah pada tingkat SD. Karena dengan adanya anak putus sekolah dasar akan menyebabkan dampak negatif terhadap diri anak seperti menimbulkan


(3)

72

kelompok remaja yang liar, karena banyak waktu senggang anak diisi dengan kegiatan yang tidak menentu, menimbulkan perasaan kecil hati anak karena tidak mendapatkan pendidikan seperti teman-temannya, meningkatnya jumlah pengangguran, dan akan menyebabkan semakin rendahnya kualitas Sumber daya Manusia

B. SARAN

Setelah melakukan penelitian, menganalisis dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian, maka penulis dapat mengajukan saran sebagai berikut:

1. Bagi Orang Tua

Orang tua memiliki kewajiban mendidik anak-anaknya supaya menjadi manusia yang berkualitas dan pendidikan dasar merupakan langkah awal dalam mendidik anak-anaknya sebelum melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

2. Bagi anak-anak dan remaja harus menyadari bahwa pendidikan itu sangat penting bagi kehidupan dan merupakan bekal untuk kehidupan selanjutnya, dan apabila ingin menjadi manusia yang berkualitas maka harus bersekolah

3. Bagi masyarakat setempat harus dapat mendukung program pendidikan yang sudah dicanangkan oleh pemerintah yaitu dengan ikut menjadi kontrol sosial bagi anak yang bersekolah.


(4)

73

4. Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah seharusnya lebih memperhatikan lagi mengenai pendidikan, terutama yang berada di daerah pelosok-pelosok baik dari sarana dan prasarana maupun bantuan-bantuan dana, selain itu juga pemerintah daerah harus mengadakan kontrol terhadap perkembangan pendidikan melalui pemantauan kedisiplinan para pendidik dan dukungan orang tua terhadap pendidikan bagi anak-anaknya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Astrida. 2012. Peran dan Fungsi Orang Tua dalam Mengembangkan Kecerdasan EmosionaAnak.

http://sumsel.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=11413. diakses pada 17 November 2014.

Ahmadi,abu.2009.Psikologi Umum.Jakarta.Rienaka Cipta.

Anonym.2010.Monografi Desa.Sumber Jaya.Peraturan Desa Nomor:1 Tahun 2010. RPJM-Desa

Depdikbud. 1994. Pedoman Analisis Hasil Evaluasi Belajar. Jakarta. Depdikbud. Dewi Ni ayu Krisna,Zukhri Anjuman,Dunia I Ketut. 2014. Analisis Faktor-faktor

Penyebab Anak Putus Sekolah Pada Usia Pendidikan Dasar Di Kecamatan Gerokgak Tahun 2012/2013.Universitas Ganesa Singaraja Indonesia. Jurnal Undiksha Vol 4 No 1 Tahun 2014

EM Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja. 2008. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Edisi Revisi, Cet. 3. Semarang. Difa Publishers.

Evitasari, Nur .2012. Persepsi Orang Tua Terhadap Pelaksanaan Program Sekolah Gratis Di SDN 1 Suka Jaya Kecamatan Sumber Jaya Kabupaten

Lampung Barat Tahun Pelajaran 2011-2012. Universitas

Lampung……Tidak Diterbitkan

Gunawan H, Ary. 2010.Sosiologi Pendidikan.Jakarta.Rienaka Cipta.

Irawan,Yudi. 2014. Persepsi Masyarakat Tentang Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Dari Kalangan Ibu Rumah Tangga Pada Pemilihan Legislatif 2014 Di Kelurahan Sekincau Kecamatan Sekincau

Lampung Barat.Universitas Lampung……..Tidak Diterbitkan

Koentjaraningrat. 2011. Pengantar Antropologi. Jakarta. Rineka Cipta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015


(6)

Lembaga Perlindungan Anak.2011. Pengertian Anak Menurut Undang-undang. Diakses Pada 12 November 2014

Nurjanah. 2010. Pengaruh Kinerja Guru Dengan Mutu Lulusan Di SD Negeri Kedatuan Kecamatan Bekri Kabupaten Lampung Tengah Tahun

Pelajaran 2009/2010.Universitas Lampung……..Tidak Diterbitkan

Pahriyah Siti,Suhadi,Raharjo. 2014. Persepsi PNS Provinsi DKI Jakarta Terhadap Penggunaan Kendaraan Umum Bagi Pejabat Dan Pegawai Di Lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.. Jurnal UNJ Volume 2, Nomor 4, Tahun 2014.Hal. 2-15 .Universitas Negeri Jakarta Pratama Zulfikar,Handayani Wuri ,Yasin Yasnita. 2014. Persepsi Pemilih Pemula

Terhadap Pemilu Legislatif Tahun 2014.. Jurnal Volume 2, Nomor 4, Tahun 2014.Hal. 2-9 Universitas Negeri Jakarta

Regina N. Osakwe dan Stella O. Osagie. 2010. Perceived Factors Resposible For Dropout In Primary Schools In Delta Central Senatorial District, Nigeria. Pakistan Journal of Social Sciences 7 (5) 365-370 2010. Departement of Educational Administation and Policy Studies, Faculty of Education, Delta State University, Abraka, Nigeria.

Sarwono, Sarlito W. 2012.. Pengantar Psikologi Umum Jakarta. Rajawali Pers. Sugiyono.2012. Statistik Untuk Penelitian.Bandung. ALFABETA.cv

Sumaga Balgis.2014.Persepsi Orang Tua Terhadap Anak Putus Sekolah Pada Jenjang SLTA/Sederajat Di Desa Kasimbar Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong. E-Jurnal GEO FKIP UNTAD.Universitas Tadulako.

Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional. Surakarta: Cv.ITA.

Undang-undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Surakarta: Cv.ITA.


Dokumen yang terkait

Kehidupan Masyarakat Transmigran Di Desa Suak Temenggung Kecamatan Pakaitan Kabupaten Rokan Hilir 1981-2000

1 35 106

STRATEGI PENGEMBANGAN KOPERASI SINAR BANYU MANDIRI DI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

0 12 53

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PENDIDIKAN TERHADAP ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA HALANGAN RATU KECAMATAN NEGERI KATON KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2014

0 12 85

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA PEREMPUAN (Studi Kepala Desa Suka Jaya dan Kepala Desa Paya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran)

2 74 71

PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI DI DESA NGASINAN KECAMATAN BULU KABUPATEN PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI DI DESA NGASINAN KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2014.

0 2 13

PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI DI DESA NGASINAN TAHUN 2014 PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI DI DESA NGASINAN KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2014.

0 2 13

Persepsi Orang Tua Terhadap Anak Putus Sekolah Pada Jenjang SLTA/Sederajat di Desa Kasimbar Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong | Sumaga | GeoTadulako 2595 7780 1 PB

0 0 15

KEDUDUKAN DAN KONTRIBUSI SUMBANGAN MASYARAKAT TERHADAP KEUANGAN DESA DI DESA HANURA KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

0 0 13

PERANAN ORANG TUA DAN SEKOLAH DALAM MENGANTISIPASI ANAK PUTUS SEKOLAH

0 0 16

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA UJUMBOU KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA

0 0 14