Perbedaan Kepedulian Orang Tua Pada Kegiatan Belajar Anak Sekolah Dasar Di Desa Dan Di Kota (Studi Komparasi di Kelurahan Batang Beruh dan Kota Sidikalang,Kabupaten Dairi)

(1)

Skripsi

PERBEDAAN KEPEDULIAN ORANG TUA PADA KEGIATAN BELAJAR

SISWA SEKOLAH DASAR DI DESA DAN DI KOTA (Studi Komparasi di Kelurahan Batang Beruh dan Kota Sidikalang, Kabupaten

Dairi) D

I S U S U N Oleh :

060901034

Melinda Sari Siahaan

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN SOSIOLOGI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Melinda Sari Siahaan

Nim : 060901034 Departemen : Sosiologi

Judul : Perbedaan Kepedulian Orang Tua Pada Kegiatan Belajar Anak

Sekolah Dasar Di Desa Dan Di Kota (Studi Komparasi di Kelurahan Batang Beruh dan Kota Sidikalang,

Kabupaten Dairi)

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Sosiologi FISIP USU

Drs.Rizabuana, M. Phil, Ph.D

NIP. 196109291986011002 NIP.196805251992031002

Prof. Dr. Badaruddin, Msi

Dekan FISIP USU

NIP. 196207031987111001 Prof. Dr. Arif Nasution, MA


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan ucapan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala berkat kasih-Nya atas kehidupan yang dapat dinikmati dari segi jasmani dan rohani yang membawa penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan juga penyusunan skripsi ini. Secara teristimewa kepada kedua orang tua yang penulis kasihi, bapak saya P. Siahaan, BSc dan mama saya TS br. Solin, BBa yang telah memberikan kasih dan dukungan baik secara moriil maupun materi sampai saat ini penulis dapat mengecap dan menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi. Skripsi ini saya persembahkan sebagai wujud ucapan terima kasih dan bakti saya atas setiap kasih sayang, jerih payah, dan kesabaran yang telah diberikan beliau selama ini.

Pada saat melalui setiap tahapan dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat berbagai hambatan, namun segala sesuatunya dapat penulis lalui dengan pertolongan kasih setia dan hikmat dari Bapa Yang Terkasih untuk kekuatan, keyakinan, dan kesabaran. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak atas bantuan yang telah diberikan pada saat penulis mengalami hambatan. Penulis juga menghaturkan ucapan terima kasih dengan rasa hormat kepada Bapak Prof. DR. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara; Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik; Ibu Dra. Rosmiani, MA, selaku Sekretaris Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, terima kasih untuk atas saran-saran yang telah Ibu


(4)

berikan pada saat melakukan diskusi-diskusi kecil dalam membantu kesulitan saya selama penulisan; Bapak Rizabuana, M. Phil, Ph.D, selaku dosen pembimbing skripsi dan sekaligus dosen penasehat akademik saya yang selama ini mengevaluasi dalam prestasi belajar selama dalam mengikuti perkuliahan. Pada saat penulisan skripsi Bapak banyak memberi dukungan, pengetahuan dan dengan sabar membimbing saya dalam menyelesaikan penulisan skripsi saya mulai dari awal pemilihan judul sampai skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih Pak untuk arahan dan bimbingannya selama ini; Bapak dan Ibu dosen Sosiologi dan dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan materi perkuliahan selama penulis menjalani perkuliahan di FISIP USU sehingga menambah ilmu pengetahuan bagi penulis, dan seluruh staf pendidikan Departemen Sosiologi, Kak Feny, Kak Betty, dan Kak Depi. terima kasih kak untuk bantuan dalam urusan administrasi selama ini.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih untuk orang-orang terkasih yang berada di sekitar penulis. Terima kasih buat adik saya seorang yang banyak memberi dukungan supaya skripsi saya cepat selesai. Semoga dapat menyelesaikan dan mengikuti perkuliahan dengan baik. Ayo semangat, dek; seluruh anggota keluarga besar saya baik dari keluarga besar bapak dan keluarga besar mama, oppung dari bapak dan mama yang telah tiada, seluruh bapak tua/mak tua, bapak uda/inanguda, tulang/inangtulang, uda/tante, dan abang/kakak sepupu. Terima kasih atas dukungannya...; orang yang selalu sabar memberi dukungan dan semangat agar saya dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi dengan baik, bang Simson Pakpahan, SH. Makasi untuk dukungan dan perhatiannya. Ditunggu loh janjinya...;


(5)

seluruh teman-teman saya stambuk 2006, terima kasih atas dukungannya selama ini. Selamat berjuang teman-teman dan jangan patah semangat ya...; buat seluruh abang dan kakak senior ’03, ‘04, ‘05 yang telah banyak membantu penulis, begitu juga dengan junior-junior ’07. ’08, ’09 yang sering memberi motivasi. Terima kasih ya....; buat adik-adik yang bawel-bawel di Sidikalang ada Roy, Melda dan Rose yang selalu menemani dan membantu selama penulisan skripsi, dan yang terakhir buat pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang membantu penulis mulai dari awal penelitian sampai penyelesaian penulisan sripsi. Terima kasih ya...!

Medan, Februari 2010 Penulis


(6)

ABSTRAK

Seorang anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar mendapat kepedulian dari orang tua yang bekerja sama dengan pihak sekolah pada kegiatan belajar sehari-hari. Perhatian orang tua sangat diperlukan oleh anak dalam mengikuti segala kegiatan yang akan dilakukan termasuk kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang diperhatikan orang tua tidak hanya di rumah, tetapi juga termasuk kegiatan belajar di sekolah. Penelitian ini dilakukan pada orang tua yang berada di desa dan di kota, dimana kedua wilayah tersebut diteliti dengan menggunakan model kajian yang sama yaitu kepedulian orang tua pada kegiatan belajar anak dilakukan selama di sekolah dan setelah pulang sekolah atau di rumah. Bentuk kepedulian orang tua dinyatakan dalam bentuk keikutsertaan di rumah dan di sekolah, pengawasan belajar di rumah dan di sekolah, dan juga memberikan motivasi di rumah dan di sekolah. Tujuan penelitian ini untuk melihat sejauh mana perbedaan kepedulian orang tua yang bertempat tinggal di desa dengan kepedulian orang tua yang bertempat tinggal di kota. Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa responden di desa Batang Beruh memiliki kepedulian yang lebih rendah pada anak daripada orang responden di kota Sidikalang di kota memiliki perbedaan pada kepedulian pada kegiatan belajar selama di rumah yaitu adalah pengawasan di rumah, dan kepedulian pada kegiatan sekolah setelah pulang sekolah adalah keikutsertaan di sekolah, pengawasan di sekolah, dan memberikan motivasi di sekolah. Orang tua di desa dan di kota mengalami perbedaan dikarenakan oleh perbedaan kesibukan dalam mencari nafkah dan dan perbedaan cara pandang dalam memberi perhatian pada anak melakukan kegiatan belajar yang rutin baik di rumah maupun di sekolah.


(7)

DAFTAR ISI

Halama n

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Kerangka Teori ... 6

1.6. Hipotesis ... 16

1.7. Defenisi Konsep ... 17

1.8. Operasional Variabel ... 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 39

3.2. Lokasi Penelitian ... 39

3.2.1. Kota Sidikalang ... 40

3.2.1.1. Sejarah Kota Sidikalang ... 40

3.2.1.2. Letak dan Geografis Kota Sidikalang ... 41

3.2.2. Kelurahan Batang Beruh ... 43

3.2.2.1. Sejarah Kelurahan Batang Beruh ... 43

3.2.2.2. Letak dan Geografis Kelurahan Batang Beruh ... 46

3.3. Populasi dan Sampel ... 47

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.5. Analisis dan Interpretasi Data ... 53

3.6. Keterbatasan Penelitian ... 56

BAB IV HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN 4.1. Hasil Penelitian ... 57

4.1.1. Frekuensi Data Identitas Responden ... 57


(8)

4.1.1.2. Identitas Responden Berdasarkan Usia ... 58

4.1.1.3. Identitas Responden Berdasarkan Agama ... 59

4.1.1.4. Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 59

4.1.1.5. Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan ... 60

4.1.1.6. Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 61

4.1.2. Frekuensi Data Pernyataan Responden ... 62

4.1.2.1 Keikutsertaan di rumah ... 62

4.1.2.1.1 Pemberian Peraturan dalam Menentukan ... 62

Waktu Belajar Anak 4.1.2.1.2 Keberadaan Menanyakan Pekerjaan Rumah 64 Setiap Hari 4.1.2.1.3. Keberadaan Membantu Belajar Setiap Hari 65 4.1.2.1.4. Pemberian Latihan Untuk Mengulang ... 67

Pelajaran di Rumah 4.1.2.1.5. Kebiasaan Membaca Surat Kabar dan ... 68

Majalah 4.1.2.1.6. Kebiasaan Menonton Televisi yang berisi . 70 Pengetahuan Umum 4.1.2.2. Pengawasan Belajar di Rumah ... 71

4.1.2.2.1. Pentingnya Kursus Atau Les Di Luar ... 71

Sekolah 4.1.2.2.2. Pemberian Izin Untuk Kursus Atau Les .... 72

Di Luar Sekolah 4.1.2.2.3. Pemberian Kegiatan Keagamaan di Luar .. 74

Sekolah 4.1.2.2.4. Minat, Bakat, dan, Prestasi di Bidang ... 75

Tertentu 4.1.2.2.5. Mengetahui Perkembangan Nilai ... 77

Pelajaran Selama Ini 4.1.2.2.6. Kegiatan Bermain Anak di Rumah ... 78

4.1.2.2.7. Kegiatan Belajar Anak di Rumah ... 79

4.1.2.2.8. Kegiatan Bekerja Anak di Rumah ... 80

4.1.2.3. Memberikan motivasi belajar di rumah ... 82

4.1.2.3.1. Rencana Melanjutkan Pendidikan ke ... 82

Sekolah Menengah Pertama (SMP) 4.1.2.3.2. Rencana Melanjutkan Pendidikan Anak .... 83

ke Sekolah Menengah Atas (SMA) 4.1.2.3.3. Rencana Melanjutkan Pendidikan Anak .... 85

ke Perguruan Tinggi (PT) 4.1.2.3.4. Pemberian Nasehat Rajin Belajar ... 86

4.1.2.3.5. Pemberian Hadiah Jika mendapat ... 87

Rangking Kelas 4.1.2.3.6. Pemberian Hukuman Jika Nilai atau ... 88

Peringkat Kelas Turun 4.1.2.3.7. Pemberian Waktu Hiburan Anak Setiap .... 90


(9)

Hari

4.1.2.3.8. Penyediaan Meja dan Kursi Untuk ... 91

Belajar Anak di Rumah 4.1.2.3.9. Penyediaan Makanan Empat Sehat ... 92

Setiap Hari 4.1.2.3.10. Penyediaan Minuman Lima Sempurna .... 94

Setiap Hari 4.1.2.3.11. Penyediaan Minuman Air Bersih ... 95

4.1.2.3.12. Penyediaan Seragam Sekolah yang ... 96

Lengkap 4.1.2.3.13 Penyediaan Alat Tulis ... 97

4.1.2.4. Keikutsertaan di sekolah ... 98

4.1.2.4.1. Pengharapan Anak Menjadi Mandiri dan ... 99

Disiplin 4.1.2.4.2. Pengharapan Bersifat Religius dari Sekolah 100 4.1.2.4.3. Pengambilan Raport Setiap Akhir Semester 101 4.1.2.4.4. Mengikuti Undangan Rapat Atau Kegiatan 102 Keagamaan Dari Sekolah 4.1.2.5. Pengawasan di Sekolah ... 104

4.1.2.5.1. Memberangkatkan Anak ke Sekolah Setiap 104 Hari 4.1.2.5.2. Perhatian Terhadap Absensi Anak ... 105

Selama Belajar Aktif 4.1.2.5.3. Pemberian Izin untuk Tidak Sekolah Jika .. 107

Anak Sakit 4.1.2.5.4. Pemberian Sumbangan dalam Bentuk ... 108

Uang 4.1.2.5.5. Pemberian Sumbangan dalam Bentuk... 109

Barang 4.1.2.6. Memberikan Motivasi di sekolah ... 110

4.1.2.6.1. Pembayaran Uang Sekolah Secara Rutin ... 110

4.1.2.6.2. Pembayaran Uang Buku ... 111

4.1.2.6.3. Pembayaran Uang Kutipan ... 113

4.1.2.6.4. Pemberian Uang Saku ... 114

4.1.2.6.5. Perolehan Uang Saku Setiap Hari ... 115

4.2. Analisis Hasil Penelitian ... 117

4.2.1 UJI-T ... 117

4.2.1.1. Uji-T pada Sub Variabel ... 117

4.2.1.2. Uji-T Pada Variabel ... 122

4.2.1.3. Uji Hipotesis ... 124

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan... 127


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Banyaknya Murid SD di Kecamatan Sidikalang dan Kelurahan ... 48

Batang Beruh Berdasarkan Kelurahan/ Desa dan Lingkungan Tahun 2007 Tabel 2 Daftar Jumlah Sampel yang Diambil Berdasarkan Desa/Kelurahan ... 49

Dan Lingkungan Tabel 3 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57

Tabel 4 Identitas Responden Berdasarkan Usia ... 58

Tabel 5 Identitas Responden Berdasarkan Agama ... 59

Tabel 6 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 59

Tabel 7 Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan ... 60

Tabel 8 Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 61

Tabel 9 Pemberian Peraturan Dalam Menentukan Waktu Belajar Anak di ... 63

Desa dan di Kota Tabel 10 Menanyakan Pekerjaan Rumah Setiap Hari di Desa dan di Kota ... 64

Tabel 11 Membantu Belajar Setiap Hari di Desa dan di Kota ... 66

Tabel 12 Pemberian Latihan Untuk Mengulang Pelajaran di Rumah di ... 67

Desa dan di Kota Tabel 13 Membaca Surat Kabar Atau Majalah di Desa dan di Kota ... 69

Tabel 14 Menonton Televisi Yang Berisi Pengetahuan Umum Di Rumah di . ... 70

Desa dan di Kota Tabel 15 Pentingnya Kursus / Les Di Luar Sekolah di Desa dan di Kota ... 72

Tabel 16 Pemberian Izin Kursus/Les Di Luar Sekolah di Desa dan Kota ... 73


(11)

Tabel 18 Minat, Bakat Dan Prestasi Pada Bidang Tertentu di Desa dan di ... 76

Kota Tabel 19 Mengetahui Perkembangan Nilai Pelajaran Selama Ini di Desa dan ... 77

di Kota Tabel 20 Kegiatan Bermain Di Rumah di Desa dan di Kota ... 78

Tabel 21 Data Kegiatan Belajar Di Rumah di Desa dan di Kota ... 79

Tabel 22 Data Kegiatan Bekerja Di Rumah di Desa dan di Kota ... 81

Tabel 23 Data Rencana Melanjutkan Pendidikan Anak ke Sekolah Menengah 82 Pertama di Desa dan di Kota Tabel 24 Data Rencana Melanjutkan Pendidikan Anak Ke Sekolah Menengah.. 85

Atas di Desa dan Kota Tabel 25 Data Rencana Melanjutkan Pendidikan Ke Pt di Desa dan Kota ... 85

Tabel 26 Data Pemberian Nasehat Rajin Belajar di Desa dan Kota ... 86

Tabel 27 Data Pemberian Hadiah Jika Mendapat Ranking Kelas di Desa dan Kota 87 Tabel 28 Data Pemberian Hukuman Jika Nilai Kelas Turun di Desa dan Kota... 89

Tabel 29 Data Pemberian Waktu Hiburan Anak Setiap Hari di Desa dan Kota ... 90

Tabel 30 Data Penyediaan Meja/Kursi Belajar Di Rumah di Desa dan Kota ... 92

Tabel 31 Data Penyediaan Makanan Empat Sehat Setiap Hari didesa Dan Kota ... 93

Tabel 32 Data Penyediaan Minuman Lima Sempurna Setiap Hari di desa dan Kota 94 Tabel 33 Data Penyediaan Minuman Air Bersih di Desa dan Kota ... 96

Tabel 34 Data Penyediaan Seragam Sekolah Yang Lengkap di Desa dan Kota ... 97

Tabel 35 Data Penyediaan Alat Tulis di Desa dan Kota ... 98

Tabel 36 Data Pengharapan Menjadi Mandiri dan Disiplin di Desa dan Kota ... 99


(12)

Tabel 38 Data Pengambilan Raport Setiap Akhir Semester di Desa dan Kota... 101

Tabel 39 Data Mengikuti Undangan Kegiatan/Keagamaan di Desa dan Kota... 103

Tabel 40 Data Memberangkatkan Ke Sekolah Setiap Hari di Desa dan Kota... 104

Tabel 41 Data Perhatian Pada Absensi Selama Belajar Aktif di Desa dan Kota... 106

Tabel 42 Data Pemberian Izin Tidak Sekolah Jika Sakit di Desa dan Kota... 107

Tabel 43 Data Pemberian Sumbangan Dalam Uang di Desa dan Kota... 108

Tabel 44 Data Pemberian Sumbangan Dalam Barang di Desa dan Kota ... 109

Tabel 45 Data Pembayaran Uang Sekolah Secara Rutin di Desa dan Kota... 111

Tabel 46 Data Pembayaran Uang Buku di Desa dan Kota... 112

Tabel 47 Data Pembayaran Kutipan di Desa dan Kota... 113

Tabel 48 Data Pemberian Uang Saku di Desa dan Kota... 114

Tabel 49 Data Perolehan Uang Saku Setiap Hari di Desa dan Kota... 116

Tabel 50 Uji-T Pada Sub Variabel Pada Keikutsertaan di Rumah... 118

Tabel 51 Uji-T Pada Sub Variabel Pada Pengawasan Di Rumah... 119

Tabel 52 Uji-T Pada Sub Variabel Pada Memberikan Motivasi Di Rumah ... 120

Tabel 53 Uji-T Pada Sub Variabel Pada Keikutsertaan di Sekolah... ... 121

Tabel 54 Uji-T Pada Sub Variabel Pada Pengawasan di Sekolah... 122

Tabel 55 Uji-T Pada Sub Variabel Pada Memberikan Motivasi DiSekolah ... 122

Tabel 56 Uji-T Pada Variabel... 123


(13)

ABSTRAK

Seorang anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar mendapat kepedulian dari orang tua yang bekerja sama dengan pihak sekolah pada kegiatan belajar sehari-hari. Perhatian orang tua sangat diperlukan oleh anak dalam mengikuti segala kegiatan yang akan dilakukan termasuk kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang diperhatikan orang tua tidak hanya di rumah, tetapi juga termasuk kegiatan belajar di sekolah. Penelitian ini dilakukan pada orang tua yang berada di desa dan di kota, dimana kedua wilayah tersebut diteliti dengan menggunakan model kajian yang sama yaitu kepedulian orang tua pada kegiatan belajar anak dilakukan selama di sekolah dan setelah pulang sekolah atau di rumah. Bentuk kepedulian orang tua dinyatakan dalam bentuk keikutsertaan di rumah dan di sekolah, pengawasan belajar di rumah dan di sekolah, dan juga memberikan motivasi di rumah dan di sekolah. Tujuan penelitian ini untuk melihat sejauh mana perbedaan kepedulian orang tua yang bertempat tinggal di desa dengan kepedulian orang tua yang bertempat tinggal di kota. Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa responden di desa Batang Beruh memiliki kepedulian yang lebih rendah pada anak daripada orang responden di kota Sidikalang di kota memiliki perbedaan pada kepedulian pada kegiatan belajar selama di rumah yaitu adalah pengawasan di rumah, dan kepedulian pada kegiatan sekolah setelah pulang sekolah adalah keikutsertaan di sekolah, pengawasan di sekolah, dan memberikan motivasi di sekolah. Orang tua di desa dan di kota mengalami perbedaan dikarenakan oleh perbedaan kesibukan dalam mencari nafkah dan dan perbedaan cara pandang dalam memberi perhatian pada anak melakukan kegiatan belajar yang rutin baik di rumah maupun di sekolah.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal akan kekayaan dari segi sumber daya alam, baik dari sektor agraria maupun maritim. Begitu juga dengan sumber daya manusia yang memiliki penduduk yang banyak. Namun dari dahulu sampai sekarang, orang-orang yang tinggal di negara Indonesia belum mampu untuk memanfaatkan kekayaan alamnya yang ada secara maksimal. Oleh karena itu, salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini tentu saja meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui potensi yang dimiliki masing-masing individu baik melalui pemenuhan pendidikan dan kesehatan yang baik. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia seringkali dikaitkan dengan masalah “material” (dana) yang akan dipakai dalam pelaksanaan. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, negara dituntut untuk memberikan perhatian yang diikuti kerjasama pendidik dan orang tua.

Orang tua merupakan pihak lain yang melihat secara langsung seberapa besar dana yang dimiliki sehingga dapat memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya sehingga anak-anaknya dapat menjadi seorang yang berkualitas. Pihak orang tua pada umumnya menilai, peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas menjadi begitu erat kaitannya dengan uang. Padahal tidak selamanya ‘pendidikan’ yang mahal memberikan pelayanan dengan kualitas prima. Sebut saja permasalahan-permasalahan yang terdapat di lembaga pendidikan: bullying, tawuran, mencontek,


(15)

pre-marital sex, narkoba, dll. Seringkali lembaga-lembaga pendidikan dengan guru-guru yang profesional tidak mampu menangani permasalahan-permasalahan yang ada di sekolah. Apalagi menurut Megawangi, orang tua yang terlambat mengisi pendidikan yang baik pada anaknya, maka bisa lebih dulu diisi dengan hal yang buruk oleh pihak lain.

Selama ini upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia selalu dikaitkan proses peningkatan kualitas pendidikan formal. Proses peningkatan kualitas pendidikan formal itu sendiri telah dilakukan tetapi ternyata memunculkan berbagai masalah, terutama perihal anggaran yang harus dialokasikan untuk membiayai keperluan proses belajar mengajar. Sehingga pendidikan terasa menjadi begitu mahal. Untuk kalangan yang beruntung, persoalan biaya memang bukan soal. Lain halnya dengan orang miskin. Jangankan untuk bersekolah di tempat yang mewah dan berfasilitas lengkap. Untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti sadang, pangan dan papan pun sangat jauh dari cukup. Mereka tentu akan sangat terbantu dengan adanya bantuan pemerintah, swasta dan juga lembaga swadaya masyarakat seperti BOS, pemberian beasiswa, dan pelayanan lain yang setidaknya dapat menghantarkan putera-puteri bangsa ini megenyam pendidikan yang cukup (setidaknya sampai dengan SMU atau bahkan perguruan tinggi). Sehingga sudah cukup bagi mereka bersekolah di tempat yang sederhana. Tetapi apakah pendidikan yang mereka raih di sekolahnya tersebut lebih buruk? Akankah kualitas hidup mereka akan lebih buruk dari pada anak-anak yang memiliki kesempatan mengenyam pendidikan di sekolah yang mewah?


(16)

Dengan demikian, pendidikan formal yang memiliki fasilitas lengkap, mahal dan berprestasi di segala bidang tidak selamanya memberikan jaminan sebagai alat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Seringkali, tidak berbeda dengan pendidikan formal di sekolah, pendidikan di dalam keluarga juga seringkali dalam dikaitkan dengan ‘uang’. Anak yang lahir di dalam keluarga miskin diasumsikan akan memiliki masa depan yang lebih suram dari pada anak yang lahir dari keluarga yang berkecukupan. Seorang anak yang miskin tentu akan mendapatkan gizi yang buruk, contoh yang buruk dari orang tuanya, dan lingkungan masyarakat yang buruk. Sebaliknya anak yang lahir dari keluarga yang berkecukupan akan mendapatkan gizi yang baik, bimbingan yang baik dari orang tuanya karena orang tuanya juga berpendidikan tinggi, dan terlindungi dari pengaruh lingkungan masyarakat yang buruk. Pada praktiknya sebagian besar asumsi tersebut tidak selamanya benar. Ada anak yang lahir dari keluarga miskin.

Desi Dwi Wulandari(2009 : 5), salah satu kunci dalam pendidikan ialah peranan orang tua. Sebenamya kalau kita me1ihat keterlibatan orang tua sampai saat ini masih sangat kurang, terutama orang tua yang di kota, yang sibuk dengan aktivitas di kantor, sehingga terlihat sekali bahwa anak tersebut seolah-olah itu semua tanggung jawab guru. Kesibukan mereka tersebut dipengaruhi cara berpikir mereka bahwa dengan mencari nafkah sebanyak-banyaknya dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak adalah utama dan sekolah yang berkewajiban untuk membuat anak mnjadi orang yang sukses. Padahal orang tua juga harus terlibat di dalam hal itu karena anak tersebut tidak hanya bisa dikreatifkan selama di sekolah saja. Sedangkan di desa, orang tua kurang memperdulikan pendidikan anak karena cenderung mencari


(17)

nafkah karena kesulitan ekonomi, dan tingkat pendidikan yang masih rendah membuat pola pikir mereka mengenai pendidikan anak menjadi terbatas. Bagi mereka anak sampai pada pendidikan Sekolah Menegah Pertama atau Sekolah Menengah Umum sudah hebat dibandingkan mereka yang hanya tamatan Sekolah Dasar.

Anak tidak akan bisa kreatif kalau tidak ada pantauan secara langsung dari orang tuanya. Keterkaitan orang tua dalam hal ini sangat penting, apalagi kalau dilihat dalam proses belajar mengajar, ada pekerjaan rumah yang tidak bisa dijawab, harusnya orang tua juga kreatif mencari dari buku yang lain atau pun membimbing anak mencarikan hal - hal yang lain sehingga dia merasa bahwa orang tuanya tidak sekadar memberikan uang jajan atau menyekolahkan dia, tetapi juga ikut meningkatkan kreativitas atau meningkatkan pendidikan. Dengan kata lain, dalam penggunaan pendidikan maka semua pihak terlibat, dan oleh karenanya, baik guru, siswa, maupun orang tua mesti kreatif.

Selama ini sebagian orang berpikir bahwa pendidikan itu hanya merupakan tanggung jawab sekolah. Oleh sebab itu, ketika orang tua memasukan anaknya ke sekolah, mereka seolah-olah berpikir bahwa masalah telah selesai. Padahal mereka lupa bahwa orang tua merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keberhasilan pendidikan itu sendiri. Sesuai UUSPN (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional), pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sekolah sebagai pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak ialah dalam keluarga. Peralihan bentuk pendidikan informal/keluarga ke formal/sekolah memerlukan kerjasama antara orang tua dan sekolah (pendidik). Sikap anak terhadap sekolah


(18)

terutama akan dipengaruhi oleh sikap orang tua mereka. Sehingga diperlukan kepercayaan orang tua terhadap sekolah (pendidik) yang menggantikan tugasnya selama di sekolah (Idris, Z, 1981).

Menurut Bashori (2004) dalam tulisannya mengenai peran keluarga dalam pendidikan, orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai usaha-usahanya, menunjukkan kerjasamanya dalam cara anak belajar di rumah dan atau membuat pekerjaan rumahnya. Ketika orangtua terlibat langsung dalam kehidupan dan pendidikan anak-anaknya, maka mereka akan memberi perlakuan yang lebih tepat kepada anak-anak.

1.2Perumusan Masalah

Pada saat ini, kepedulian orang tua lebih kepada sisi material dibandingkan perhatian terhadap sisi pendidikannya. Tanpa mereka sadari kepedulian dalam kegiatan belajar sangat mempengaruhi kemampuan belajar anak. Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian adalah: sejauh manakah perbedaan kepedulian orang tua di desa dan kota terhadap pendidikan anak sekolah dasar terutama dalam hal kegiatan belajar?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan yang lebih besar tentang kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar terutama pada kegiatan belajar siswa berdasarkan kediaman orang tua di desa dan kota.


(19)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

Hasil yang akan diperoleh dalam penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memperoleh pengetahuan yang lebih baik mengenai perbandingan kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak sekolah dasar di desa dan kota dalam pengembangan ilmu-ilmu sosial, khususnya Ilmu Sosiologi

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan juga memberikan sumbangan bagi orangtua di daerah yang bersangkutan agar dapat lebih memberi perhatian atau lebih peduli pendidikan anak sekolah dasar baik untuk orang tua yang ada di desa maupun di kota. 1.5 Kerangka Teori

Pengertian keluarga bahwa keluarga disebut dengan kata “famili” dimana hubungan yang terdiri dari beberapa keluarga atau anak-anak dan cucu yang belum menikah dengan hidup bersama-sama dalam suatu tempat yang dikepalai oleh kepala famili atau “patriach”. Ikatan famili memliki fungsi sosial, kesatuan hukum, upacara-upacara ritual dan juga pendidikan anak. Peranan Keluarga Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :


(20)

1. Peranan Ayah : Sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan juga sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

2. Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

3. Peran Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan atau cita-cita dari sebuah perkawinan. Berapa jumlah yang diinginkan, tergantung dari keluarga itu sendiri. Apakah satu, dua tiga dan seterusnya. Dengan demikian keputusan untuk memiliki sejumlah anak adalah sebuah pilihan, yang mana pilihan tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai yang dianggap sebagai satu harapan atas setiap keinginan yang dipilih oleh orang tua.

Secara umum kehadiran anak dalam keluarga dapat dilihat sebagai fungsi anak yang menguntungkan orang tua dari segi psikologis, ekonomis dan sosial (Horowirz, 1985; Suparlan, 1989; Zinn dan Eitzen, 1990). Pertama, anak dapat lebih mengikat tali perkawinan. Pasangan suami istri merasa lebih puas dalam perkawinan


(21)

dengan melihat perkembangan emosi dan fisik anak. Kehadiran anak juga telah mendorong komunikasi antara suami istri karena mereka merasakan pengalaman bersama anak mereka.

Kedua, orang tua merasa lebih muda dengan membayangkan masa muda mereka melalui kegiatan anak mereka. Ketiga, anak merupakan simbol yang menghubungkan masa depan dan masa lalu. Dalam kaitan ini, orang tua sering menemukan kebahagiaan diri mereka dalam anak-anak mereka, kepribadian, sifat, nilai, dan tingkat laku mereka diturunkan lewat anak-anak mereka. Keempat, orang tua memiliki makna dan tujuan hidup dengan adanya anak. Kelima, anak merupakan sumber kasih sayang dan perhatian. Keenam, anak dapat meningkatkan status seseorang. Pada beberapa masyarakat, individu baru mempunyai hak suara setelah ia memiliki anak. Ketujuh, anak merupakan penerus keturunan. Untuk mereka yang menganut sistem patrilineal, seperti Cina, Korea, Taiwan, dan Suku Batak, adanya anak laki-laki sangat diharapkan karena anak laki-laki akan meneruskan garis keturunan yang diwarisi lewat nama keluarga. Keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki dianggap tidak memiliki garis keturunan, dan keluarga itu dianggap akan punah.

Kedelapan, anak merupakan pewaris harta pusaka. Bagi masyarakat yang menganut sistem matrilineal, anak perempuan selain sebagai penerus keturunan, juga bertindak sebagai pewaris dan penjaga harta pusaka yang diwarisinya. Sedangkan anak laki-laki hanya mempunyai hak guna atau hak pakai. Sebaliknya, pada masyarakat yang menganut sistem patrilineal, anak laki-lakilah yang mewariskan


(22)

harta pusaka. Kesembilan, anak juga mempunyai nilai ekonomis yang penting. Di daerah pedesaan Jawa, anak sudah dapat membantu orang tua pada usia yang sangat muda. White (1982) menemukan bahwa umumnya anak mulai teratur membantu orang tua pada usia 7-9 tahun, tetapi juga ditemukan beberapa kasus anak yang membantu sejak mereka berumur 5-6 tahun. Anak laki-laki biasanya mengumpulkan rumput, memelihara ternak, mengolah sawah atau pekarangan, menjaga adik, dan mengambil air. Semakin besar usia mereka, semakin berat pekerjaan yang harus mereka lakukan. Menurut Leman sebagai orang tua, adalah sebuah kebanggaan tersendiri yang tak akan hilang bila berhasil membimbing anak dalam studi dan menjadikannya sukses. Bahkan orang tua, akan rela berusaha semaksimal mungkin dan melakukan apa saja demi membantu anak sukses dalam studinya.

Setiap orang (dalam hal ini orang tua), telah memiliki sumber-sumber yang terbatas dan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan kepuasan dengan memilih antara berbagai barang, termasuk pilihan jumlah anak yang diinginkan. Dengan pendekatan ini sulit diterangkan mengapa meningkatnya penghasilan justru menyebabkan turunnya fertilitas. Salah satu jawabannya adalah bahwa dengan meningkatnya penghasilan, orang tua ingin agar anaknya bependidikan lebih tinggi, sehingga mereka lebih memilih kualitas dari pada kuantitas anak (Jones dalam Lucas, 1990). Sejalan dengan diadakannya pembangunan sosial ekonomi, maka keinginan mempunyai anak lebih merupakan suatu proses ekonomis daripada proses biologi (Robinson dalam Lucas dkk, 1990). Menurut Robinson (Rahmawatiunhas, 2008:5) ada tiga macam tipe kegunaan anak yakni :


(23)

1) Kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai suatu barang konsumsi, misalnya sebagai sumber hiburan.

2) Kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai suatu sarana produksi, yakni dalam beberapa hal tertentu anak diharapkan untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu yang menambah pendapatan keluarga.

3) Kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai sumber ketentraman, baik pada hari tua maupun sebaliknya.

Di antara berbagai pendekatan terhadap nilai anak, adalah pendekatan mikro ekonomi dan pendekatan psikologi sosial yang dikembangkan dari kerangka kerja Hoffman (Fawcett, 1983). Pendekatan ini menekankan adanya kebutuhan masing-masing orang yang terpenuhi dengan mempunyai anak, cara lain untuk memenuhi kebutuhan ini, dan interaksi antara nilai emosional, sosial dan ekonomi, serta “beban” karena mempunyai anak (Fawcett, 1986). Di beberapa negara, termasuk Indonesia, umumnya anak laki-laki mempunyai arti khusus sehingga anak lelaki paling banyak dipilih. Orang tua dari golongan menengah lebih memilih anak perempuan yang dapat menjadi kawan bagi ibu. Perbedaan tanggapan yang relatif kecil antara suami dan istri ada hubungannya dengan peranan mereka dan pembagian tugas dalam keluarga. Misalnya, wanita yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengasuh anak, mempunyai lingkungan kehidupan sosial yang lebih sempit, menitikberatkan anak sebagai teman dan kebutuhan emosional serta fisik dari pengasuhan anak. Di lain pihak, agaknya para suami lebih mementingkan kebutuhan akan keturunan untuk melanjutkan garis keluarga dan lebih prihatin terhadap biaya anak (Oppong, 1983).


(24)

Hubungan antara pendidikan dengan pola pikir, persepsi dan perilaku masyarakat memang sangat signifikan, dalam arti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin rasional dalam pengambilan berbagai keputusan. Orang tua dalam keluarga tentu saja menginginkan agar anaknya berkualitas dengan harapan dikemudian hari dapat melanjutkan cita-cita keluarga, berguna bagi masyarakat dan negara. Untuk sampai pada cita-cita tersebut tentu saja tidak mudah, dibutuhkan strategi dan metode yang baik. Apakah mungkin menciptakan anak yang berkualitas di tengah waktu yang terbatas, karena kesibukan bekerja, dan apakah mungkin menciptakan anak berkualitas di tengah kondisi keuangan atau pendapatan yang terbatas. Menurut Bouge dalam Lucas (1990) mengemukakan bahwa pendidikan menunjukkan pengaruh yang lebih kuat terhadap kehadiran anak daripada variabel lain. Seorang dengan tingkat pendidikan yang relatif tinggi tentu saja dapat mempertimbangkan berapa keuntungan finansial. Menurut Bellante dan Jackson (1990) anak-anak memberikan utilitas dan jasa pelayanan yang produktif bagi orang tua mereka. Dalam masyarakat yang berpenghasilan rendah (terutama pada daerah pertanian dan pesisir), anak-anak dianggap sebagai sumber tenaga kerja dan sumber pendapatan yang penting bagi keluarga. Selain itu, anak dinilai sebagai investasi hari tua atau sebagai komoditas ekonomi yang dapat disimpan di kemudian hari. Hal tersebut merupakan hubungan positif antara penghasilan dengan nilai anak. Berkorelasi negatif apabila penghasilan yang tinggi akan menilai anak bukan sebagai potensi, modal atau rezeki. Mereka menilai anak sebagai beban dalam keluarga. Anak di sekolah merupakan individu yang diutamakan. Prestasi akademik di pengaruhi pribadi dari secara khusus, namun proses pembelajaran harus diikuti oleh


(25)

partisipasi da kerja sama yang kompak antara orang tua, guru (pengajar) dan pemerintah. Menurut, J. Goode (1991 : 157), seorang anak akan menjadi jika mendapat dorongan yang kuat dari orang tua khususnya ibu yang mendapat kekuasaan menempa anak untuk dapat berprestasi dan mandiri dalam mencapai tujuan hidupnya. Jika anak gagal di keluarga maka ia akan berusaha untuk dapat menang di luar lingkungan.

Dalam Undang-Undang Nomor: 23 Tahun 2002 tentang: Perlindungan Anak Bab IV tentang Kewajiban dan Tangung Jawab, khususnya bagian keempat tentang kewajiban dan Tanggung Jawab Keluarga dan Orang Tua, pada pasal Pasal 26 yang mana salah satunya ayatnya disebutkan bahwa

(l) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:

a. mengasuh, meme1ihara, mendidik, dan melindungi anak;

b. menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya; dan

c. mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.

Dari sini nampak bahwa negara memberi peran kepada orang tua agar sungguh-sungguh menunjukan perhatian kepada anak, termasuk dalam masalah pendidikan. Olehnya, jika orang tua mengabaikan hal tersebut, maka mereka dapat dikenakan sanksi dan hukuman sesuai peraturan yang berlaku.

Hasil-hasil penelitian (Henderson dan Mapp, 2002; National Standards for Parent/Family Involvement Programs, 2004) membuktikan bahwa keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak berhubungan dengan :


(26)

1. Prestasi anak

• Ketika orangtua terlibat, anak memiliki prestasi yang lebih tinggi, tidak memperhatikan status sosial ekonomi, latar belakang etnis/ras atau tingkat pendidikan orangtua. Kepedulian orang tua dalam bentuk perhatian terhadap pendidikan anak secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan pendidikan anak. Social ekonomi, latar belakang etnis atau tingkat pendidikan orang tua yang baik tanpa perhatian orang tua menjadi sia-sia karena perhatian merupakan hal yang penting.

• Ketika orangtua terlibat dalam pendidikan anak mereka, anak-anaknya memiliki skor tes yang lebih tinggi, anak lebih sering menyelesaikan pekerjaan rumah, dan kehadiran anak di sekolah lebih tinggi. Orang tua terlibat sebagai pemberi arahan bukan berarti orang tua yang diutamakan dalam menyelesaikan tugas anak. Keterlibatan ini dapat mengatasi perkembangan nilai-nilai anak dalam pendidikan. Perhatian yang baik menjadi kontrol bagi anak dalam memberikan hasil belajar yang memuaskan.

• Dalam program yang dirancang untuk melibatkan orangtua dalam kemitraan yang penuh, prestasi anak-anak dari keluarga yang tidak beruntung tidak hanya meningkat tetapi juga mampu mencapai level standar yang dipersyaratkan bagi anak-anak dari status sosial ekonomi menengah. Maka dari itu keadaan sosial ekonomi orang tua tidak sepenuhnya mempengaruhi pendidikan anak. Tanpa di sadari jika anak yang berasal dari keluarga yang


(27)

belum beruntung mendapat perhatian orang tua yang lebih, maka ia dapat menaikkan tingkat sosial ekonomi keluarganya.

• Para siswa kemungkinan besar mengalami kemunduran dalam prestasi akademik jika orangtua tidak berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah, tidak mengembangkan sebuah hubungan yang menguntungkan dengan guru, dan tidak memantau apa yang terjadi di sekolah anak-anak mereka.

• Anak-anak lulus dari sekolah dengan nilai yang lebih tinggi. Orang tua yang perhatian terhadap kegiatan belajar anak mendapat hadiah yang member kepuaan atas hasil kerja sama yang baik. Anak juga dapat termotivasi untuk mempertahankan dan meraih nilai yang lebih baik lagi.

• Anak-anak memiliki kemungkinan besar untuk memasuki pendidikan tinggi. Pendidikan dijalani secara bertahap. Pada akhirnya jika seorang anak yang duduk di bangku Sekolah Dasar dapat melalui tahapan-tahapan tersebut sehingga anak sam ke jenjang pergutuan tinggi.

2. Perilaku anak

• Ketika para siswa melaporkan dirinya merasa mendapat dukungan dari sekolah dan rumah, mereka memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi, merasa sekolah lebih penting, cenderung melakukan sesuatu dengan lebih baik

• Perilaku-perilaku siswa seperti terlibat dalam penyalahgunaan narkoba, perilaku kekerasan, dan perilaku antisosial lainnya menunjukkan penurunan seiring dengan meningkatnya keterlibatan orangtua


(28)

• Anak memperlihatkan sikap-sikap dan perilaku-perilaku yang lebih positif. Anak menerapkan apa yang dilihat, diamati, diajarkan dan diperbuat orang tuanya. Anak mempunyai waktu yang lebih lama dengan orang tua dari pada dengan pihak lain seperti sekolah, lingkungan teman bermain dan komunitas lainnya.

3. Budaya

Sekolah-sekolah yang berhasil adalah sekolah-sekolah yang berhasil melibatkan orangtua dari berbagai latarbelakang sosial-ekonomi-budaya, memusatkan diri pada membangun hubungan kemitraan yang menguntungkan antara para guru, keluarga, dan anggota masyarakat; mengakui, menghargai, dan mempertimbangkan kebutuhan keluarga seperti halnya perbedaan status dan budaya; mengembangkan sebuah pandangan kemitraan bahwa wewenang dan tanggung jawab adalah dipikul bersama-sama.

4. Usia

Keuntungan-keuntungan dari keterlibatan orangtua tidak terbatasi pada anak-anak usia dini; mereka semua mendapatkan keuntungan yang bemakna pada semua kelompok usia dan semua tingkatan pendidikan.

5. Kualitas Sekolah

• Sekolah-sekolah yang bekerjasama dengan orangtua dengan baik meningkatkan semangat guru dan mendapat penilaian yang lebih tinggi dari para orangtua. Orang tua memberikan hal-hal yang dapat memotivasi guru untuk lebih semangat dalam mengajar anak mereka di sekolah.


(29)

• Sekolah-sekolah yang para orangtuanya terlibat memiliki dukungan yang lebih banyak dari para orangtua dan memiliki reputasi yang lebih baik di masyarakat. Pihak sekolah dapat terus melakukan hal-hal yang dapat membangun kualitas sekolah, sehingga anak menjadi lebih pintar dalam belajar. Hal ini dapat diperoleh dari fasilitas yang lebih memadai baik bersumber dari pihak sekolah maupun partisipasi sekolah.

• Sekolah-sekolah yang dinilai bagus dalam program kemitraan dengan orangtua memperlihatkan hasil ujian nasional yang lebih baik. Sekolah merupakan sumber pendidikan anak di sekolah. Namun, pendidikan itu akan menjadi sempurna jika orang tua juga memberi perhatian di rumah. Kerja sama antara pihak sekolah dan orang tua memberikan hasil yang memuaskan pada nilai ujian anak di sekolah.

1.6 Hipotesis:

Model kajian akan dilakukan untuk wilayah desa dan kota. Kedua wilayah tersebut akan dibandingkan dengan menggunakan model kajian yang sama. Sehingga hipotesis yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

1. Kepedulian orang tua terhadap kegiatan belajar anak Sekolah Dasar di rumah di kota lebih tinggi daripada di desa.

2. Kepedulian orang tua terhadap kegiatan belajar anak Sekolah Dasar di rumah di desa lebih tinggi daripada di kota.


(30)

3. Tidak ada perbedaan kepedulian orang tua terhadap kegiatan belajar anak Sekolah Dasar di rumah di kota lebih tinggi daripada di desa.

Model Kajian (Model Analisis) akan di tunjukkan melalui bagan berikut ini :

1.7 Defenisi Konsep

Dalam mengetahui penjelasan maksud, pengertian dan kesalahpahaman penafsiran, maka diperlukan penguraian batasan konsep yang digunakan. Maka yang menjadi batasan konsep dalam penelitian ini adalah:

a. Perbedaan :

Suatu kajian yang berisi tentang satu hal yang ingin di ketahui perbedaan antara satu hal dengan hal lain, atau satu hal yang sama namun wilayah yang akan dikaji berada di dua wilayah yang akan dibedakan. Pembahasan mengenai kepedulian orang tua terhadap kegiatan belajar anak Sekolah Dasar Kepedulian orang tua

terhadap pendidikan anak Perhatian orang tua terhadap kegiatan anak setelah pulang sekolah

• Keikutsertaan dirumah

• Pengawasan di rumah

• Motivasi belajar di rumah

Perhatian orang tua terhadap kegiatan anak di

sekolah :  Keikutsertaan di

sekolah  Pengawasan

perkembangan  Motivasi belajar di

sekolah

Kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak

Perhatian orang tua terhadap kegiatan anak setelah pulang sekolah

• Keikutsertaan dirumah

• Pengawasan dirumah

• Motivasi belajar di rumah

Perhatian orang tua terhadap kegiatan anak di

sekolah :  Keikutsertaan di

sekolah  Pengawasan

perkembangan  Motivasi belajar di

sekolah Kegiatan belajar anak Sekolah Dasar


(31)

yang dibedakan oleh dua wilayah yang memiliki ciri khas wilayah yang berbeda.

b. Kepedulian orang tua terhadap kegiatan belajar anak di rumah:

Perhatian yang diberikan orangtua terhadap pendidikan anak. Kepedulian orang tua dalam bentuk perhatian yang bermacam-macam diberikan orang tua dimulai setelah anak pulang sekolah sampai anak sampai malam. Perkiraan waktu yang dimulai dari pukul 15.00-21.00 WIB atau dengan kata lain setelah anak pulang sekolah sampai jam belajar anak di malam hari. c. Desa :

Suatu wilayah yang terdiri dari beberapa dusun yang memiliki penduduk yang bersifat tunggal terdiri atas kumpulan rumahtangga. Wilayah ini masih bersifat tradisional yang sesuai dengan adat dan tradisi yang bersifat turun temurun dan sudah menjadi suatu kebiasaan.

d. Kota:

Suatu wilayah yang terdiri dari beberapa desa yang penduduknya sudah bersifat majemuk. Wilayah ini sudah mengalami modernisasi. Penduduknya dipengaruhi oleh beberapa kebiasaan dari sifat majemuk tersebut. Kota yang menjadi daerah penelitian adalah kota Sidikalang yang merupakan ibukota dari kabupaten Dairi. Di kota ini terdapat sekolah Dasar Negeri sebanyak 25 sekolah dan Sekolah Dasar Swasta sebanyak 2 sekolah. Dari sekolah-sekolah tersebut, terdapat anak Sekolah Dasar 6052 orang di Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Swasta yang masing-masing sekolah terdiri dari enam kelas yaitu kelas 1-6. Dari semua siswa Sekolah Dasar tersebut memiliki


(32)

kepedulian orang tua yang berbeda-beda terhadap kegiatan belajar anak di rumah.

e. Kegiatan belajar anak di rumah:

Segala rutinitas yang sering dan yang lama-kelamaan menjadi kebiasaan anak dalam belajar di rumah. Kegiatan belajar anak tidak hanya sebatas di sekolah saja. Kegiatan belajar dapat dilakukan setelah anak pulang sekolah sampai kepada keesokan harinya anak meningggalkan rumah dan berangkat ke sekolah. Kegiatan belajar anak di rumah yang mendapat perhatian dari orang tua atau tidak ada sama sekali.

f. Kegiatan belajar anak di sekolah:

Kegiatan belajar anak di sekolah secara tidak langsung tidak boleh terlepas dari perhatian orang tua. Selama anak di sekolah, orang tua dapat memberi perhatian dalam berbagai bentuk, seperti pemberian dana atau sumbangan terhadap sekolah. Agar pihak sekolah dapat menyediakan pelayanan yang terhadap anak. Segala bentuk perhatian orang tua menjadi suatu kgiatan kerja sama dengan tujuan yang baik. Tujuan tersebut adalah menjadikan anak yang berhasil.

1.8 Operasionalisasi Variabel

Dalam penelitian kuantitatif secara umum terdapat variabel penelitian. Pada penelitian ini untuk variabel kepedulian orang tua yaitu perhatian terhadap pendidikan di rumah dan perhatian terhadap pendidikan di sekolah. Indikator dari perhatian terhadap pendidikan di rumah adalah:


(33)

Perhatian orang tua terhadap kegiatan belajar anak setelah pulang sekolah (pukul 15:00 – 21:00) terdiri atas :

• Keikutsertaan di rumah

Orang tua menjadi pihak yang dapat terlibat secara langsung untuk setiap kegiatan anak di rumah. Keikutsertaan orang tua di rumah terdiri atas tugas dari sekolah biasanya di berikan oleh guru agar dapat melatih kemampuan dan membantu mengulangi materi yang diajarkan di sekolah. Bentuk perhatian orang tua yaitu menanyakan ada atau tidaknya tugas atau pe-er, membantu mengerjakannya dan dapat juga memberi soal latihan tambahan misalnya memberikan soal-soal dalam bentuk angka-angka operasi matematika untuk berhitung penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, dan memberikan kata-kata atau kalimat-kalimat untuk melatih membaca dan menulis. Informasi dapat diperoleh dari media massa dan elektronik. Untuk karakter anak Sekolah Dasar, media massa yang dapat memberi informasi seperti rubrik anak di surat kabar, dan majalah. Sedangkan media elektronik melalui televisi yang menayangkan acara yang mengandung pengetahuan baik umum atau materi pelajaran dan hiburan.

• Pengawasan di rumah

Selain dari guru di sekolah dan orangtua di rumah, orang tua memberikan kursus yang menambah kemahiran dalam menguasai materi pelajaran. Kursus dapat berupa: kursus matematika, kursus bahasa (Inggris, Mandarin, Perancis), dan lain-lain. Kegiatan yang lain dapat berupa belajar mengaji


(34)

dalam bidang keagamaan. Setiap anak memiliki minat belajar yang berbeda. Orang tua dapat mengawasi anak dalam hal menanyakan nilai-nilai tugas anak, dan mengamati mata pelajaran yang cenderung diminati oleh anak.

• Memberikan motivasi belajar

Motivasi diperlukan untuk mendorong minat belajar anak. Motivasi dapat dilakukan dengan cara-cara pandangan ini dapat dilihat dari pendapat orang tua mengenai rencana kelanjutan dari pendidikan anak yang saat ini duduk di bangku Sekolah Dasar menuju Sekolah Menengah Pertama dan Atas atau Kejuruan (SMP, SMA/SMK), sampai ke perguruan tinggi dan pemberian nasehat pada anak. Orang tua dapat memberikan motivasi dalam hal, yaitu pemberian hadiah yang dapat berupa bingkisan atau hal-hal yang disukai anak dan hukuman. Pemberian bingkisan atau hal yang disukai anak jika anak mendapat nilai bagus atau peringkat baik (peringkat satu sampai dengan sepuluh). Sedangkan hukuman diberikan jika anak mendapat nilai dan peringkat yang jelek (di bawah peringkat sepuluh). Di rumah orang tua dapat memberikan fasilitas sesuai kemampuan masing-masing. Fasilitas yang diperoleh anak untuk belajar di rumah yaitu meja dan kursi belajar, papan tulis, buku-buku bacaan, buku soal latihan. Pemenuhan kebutuhan makanan, dan pakaian sesuai kemampuan.Kebutuhan dalam hal sandang yaitu seragam sekolah yang lengkap ( baju celana/rok, dasi, topi dan atribut), sepatu, tas dan peralatan alat tulis. Kebutuhan dalam hal pangan yaitu makanan dan minuman yang bersih dan makanan empat sehat lima sempurna.


(35)

Kemudian, selain variabel tersebut terdapat variabel kegiatan belajar anak di sekolah. Indikator variabelnya adalah segala kegiatan anak yang dilakukan mulai pukul 08.00-14.00 Wib, terdiri atas :

 Keikutsertaan di sekolah terdiri atas:

Orang tua memilih sekolah berdasarkan apa yang diinginkan dari anaknya, yaitu yang menonjolkan kemandirian, disiplin, dan nilai religius (bertaqwa) sesuai agama dan kepercayaan yang dimiliki. Kegiatan di sekolah dapat berupa pengambilan rapor atau nilai hasil akhir semester, undangan tertentu dalam hal rapat komite, dan acara keagamaan yang diadakan sekolah seperti Israj Mi’Raj, Natal dan lain-lain

 Pengawasan perkembangan

Kehadiran di sekolah merupakan hal yang penting. Dari segi kehadiran, hal yang dilakukan orang tua yaitu memberangkatkan anak sampai ke sekolah, membiasakan untuk tidak memberikan izin kepada anak untuk tidak sekolah jika sakit biasa-biasa saja. Partisipasi ini dilakukan dalam hal membantu perkembangan sekolah. Bentuk partisipasi yang dilakukan berupa sumbangan dari segi pendanaan maupun sumbangan dalam bentuk barang tertentu yang berguna untuk pembangunan sekolah.


(36)

 Motivasi belajar di sekolah

Administrasi di sekolah dapat berupa uang sekolah, uang buku, dan uang kutipan lain-lain dari pihak sekolah. Di sekolah anak tidak saja membutuhkan uang untuk biaya sekolah, tetapi adakalanya anak membutuhkan uang untuk kebutuhan lain, misalnya membeli makanan; membeli keperluan yang mendadak, seperti membeli alat tulis yang akan dipergunakan di hari tertentu tetapi tinggal di rumah.


(37)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Setiap manusia sebagai anggota masyarakat memiliki kehidupan yang pada umumnya menuruti kebiasaan berdasarkan tempat tinggalnya. Berdasarkan kediamannya masyarakat terbagi atas dua kelompok besar yaitu masyarakat yang hidup di desa dan masyarakat yang hidup di kota. Perbedaan tempat tinggal menjadi salah satu faktor berbedanya sifat yang dimiliki oleh anggota masyarakat yang tinggal di dalamnya.

Desa merupakan suatu tempat yang yang berada di wilayah terpencil yang masih memiliki siifat tradisional. Menurut Roucek dan Warren (1963:78), desa memiliki beberapa karakteristik tertentu, yaitu :

a) Mereka memiliki sifat yang homogen (dalam hal mata pencaharian, nilai-nilai dalam kebudayaan serta dalam sikap dan tingkah laku.

b) Kehidupan di desa lebih menekankan anggota keluarga sebagai unit ekonomi dan ditentukan oleh kelompok primer. Dimana semua anggota keluarga terlibat dalam kegiatan pertanian dan pemenuhan ekonomi serta keluarga berperan mengambil keputusan dalam memecahkan masalah.

c) Faktor geografis mempengaruhi setiap kegiatan misalnya keterikatan anggota masyarakat dengan desa kelahirannya.

d) Hubungan semua anggota masyarakat lebih intim dan jumlah anak dalam keluarga inti banyak.


(38)

Pada saat ini dari beberapa ciri di atas sudah tidak terdapat lagi menjadi karakter dalam masyarakat desa. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya perubahan yang salah satunya terjadinya kecenderungan psikologis di antara anggota masyarakat desa. Kecenderungan-kecenderungan psikologis tersebut antara lain :

• Adanya sifat rendah diri karena kemiskinan yang dialami sehingga menentang terhadap orang luar

• Adanya sikap otoriter orang tua terhadap orang yang lebih muda sehingga tidak bebas dalam mengeluarkan pendapat.

• Adanya kecenderungan tidak mau tahu dengan orang lain

• Adanya sifat konservatisme misalnya petani yang tergantung pada alam dalam memperoleh hasil panen.

• Mereka sangat toleran dengan nilai-nilai yang dimilikinya.

• Ada sifat pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

• Memiliki sikap udik sehingga kurang kontak dengan dunia luar.

Sifat masyarakat desa memiliki karakter yang berbeda dengan masyarakat kota. Setelah melakukan perumusan dari hasil penelitian yang dilakukan Charles Wagley di kota Ira (Brasil); John dan Irma Honigman di kota Probisher Bay (Baffin Islands); Rubern Reina di kota Flores (Danau Peten-Itza); Whitten di kota San Lorenzo (pantai utara Equator); Dupree di kota Aq Kupruk(Afganistan); Fernea di kota Daghara, maka Jhon Gullick (Menno, 1992:37) merumuskan bahwa keenam kota kecil tersebut mempunyai ciri khas urban yang sama yang terdiri dari:


(39)

1. Adanya perantara (brokers), baik sebagai penghuni maupun sebagai lembaga yang menjadi penghubung dengan masyarakat yang lebih besar dimana kota atau pemukiman itu merupakan salah satu bagiannya, terutama dalam hal fungsi-fungsi pemerintahan, transportasi, komunikasi, dan perdagangan. 2. Kehadiran orang asing dan orang luar adalah kondisi hidup yang normal di

pemukiman-pemukiman itu.

3. Adanya hubungan-hubungan di antara kelas-kelas di kota-kota itu dengan pribadi-pribadi atau asosiasi-asosiasi di kota-kota lain yang lebih besar. Koneksi-koneksi itu dapat pula disertai dengan perilaku dan sikap yang menurut budaya tertentu. dipandang bersifat duniawi, kosmopolitan, maju, universalistik, dan urban. Mayoritas kelas bawah berbeda cara hidupnya dari cara hidup kelas atas urban.

4. Adanya hubungan-hubungan impersonal, rasinalistik, berorientasi tujuan, atau interpersonal tunggal. Tetapi, di pihak lain, hubungan-hubungan mereka juga adalah multipleks dan intens secara personal dengan klan-klan, keluarga, dan tetangga.

5. Mudah terpengaruh oleh perubahan-perubahan. Tendensi ke arah perubahan ini cenderung akan megintensifkan aspek impersonal dalam berinteraksi. 6. Adanya heterogenitas kultural

Dari kedua kelompok karakter masyarakat yang berdasarkan tempat tinggal di atas, terdapat faktor yang mempengaruhinya yaitu tindakan sosial. Tindakan sosial terdiri atas dua tipe dalam setiap masyarakat, yakni tindakan menurut perskripsi (tindakan yang telah ditentukan, dimana dalam suatu situasi tertentu telah ditentukan


(40)

dan diperlukan suatu arah dan bentuk tindakan tertentu, dan tindakan menurut pilihan, dimana individu dapat memilih arah dan bentuk tindakannya sendiri.

Kedua tindakan tersebut diatur dan ditentukan oleh norma-norma sosial budaya dan sikap motivasi yang telah diinternalisasikan. Namun, sementara tindakan menurut preskripsi mengharuskan individu melakukan suatu tindakan tertentu yang telah ditentukan untuk setiap situasi. Tetapi di dalam tindakan yang menurut pilihan, individu membuat suatu kriteria untuk pilihan tertentu atau spesifik. Tindakan menurut pilihan ini telah membaca individu ke arah sikap yang mandiri, sementara peradaban membutuhkan peningkatan dalam jumlah orang yang bersikap mandiri, walaupun hal ini mungkin masih terbatas pada segmen elite saja. Melalui peradaban maka kreatifitas manusia dapat sangat diperluas; wawasan baru menjadi terbuka; dan aneka orientasi budaya dapat dinyatakan secara berlimpah.

Secara tidak langsung setiap karakter masyarakat di desa dan di kota yang dipengaruhi oleh tindakan sosial mengalami perbedaan. Demikian juga dengan setiap orang tua yang bertempat tinggal di desa dan di kota, sebagai anggota masyarakat tidak terlepas dengan sifat-sifat yang diatas. Menurut Widhi Setya Wardani, karakter masyaraat baik di desa maupun di kota berpengaruh pada perhatian mereka terhadap pendidikan anak. Masyarakat di desa cenderung melakukan tindakan sosial yang pertama tindakan menurut preskripsi mengharuskan individu melakukan suatu tindakan tertentu yang telah ditentukan untuk setiap situasi. Sedangkan masyarakat di kota cenderung melakukan tindakan sosial yang menurut pilihan, individu membuat suatu kriteria untuk pilihan tertentu atau spesifik. Sehingga masyarakat di kota cenderung lebih cepat mengalami perubahan daripada masyarakat di kota.


(41)

Orangtua adalah sosok teladan yang akan diidentifikasi dan diinternalisasi menjadi peran dan sikap oleh anak, maka salah satu tugas utama orangtua adalah mendidik keturunannya, dengan kata lain dalam relasi antara anak dan orangtua itu secara kodrati tercakup unsur pendidikan pengembangan kepribadian anak dan mendewasakannya. Karena itu orangtua merupakan pendidik paling pertama dan paling utama bagi anak-anaknya, (Kartono, 1997:59-60).

Banyak hal yang dapat menghambat dan mengganggu kemajuan belajar, bahkan sering juga terjadi suatu kegagalan. Menurut Ahmad (2007:259) hal atau hambatan yang dapat menyebabkan itu terjadi adalah faktor indogin (faktor yang datang dari diri pelajar) yang meliputi biologis dan psikologis ; dan faktor eksogin (faktor yang datang dari luar pelajar) yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Faktor yang akan lebih khusus diuraikan adalah faktor eksogin yaitu orang tua yang termasuk dalam faktor lingkungan keluarga. Sikap orang tua sangat mempengaruhi kemajuan belajar anak. Berbagai sikap orang tua yang berbeda-beda seperti tidak mengindahkan kegiatan belajar anak, acuh-tak acuh, memanjakan anak, dan memaksakan kehendak pada anak merupakan sikap yang menghasilkan kemajuan yang tidak baik bagi anak.

Sikap tidak mengindahkan dan acuh tak acuh mengenai perhatian pada anak mengakibatkan ia menjadi malas belajar karena mereka merasa kurang bahkan tidak diperdulikan. Sedangkan sikap memanjakan dan memaksakan kehendak merupakan sikap yang berlebihan sehingga dapat membuat anak menjadi manja, marah bahkan sampai melawan jika diminta untuk belajar karena sikapyang dilakukan orang tua tersebut terlalu berlebihan. Adapun hubungan yang baik jika terdapat sikap


(42)

pengertian yang disertai dengan bimbingan-bimbingan yang bermanfaat dan terarah serta bila perlu memberikan hukuman dengan tujuan untuk memajukan belajar anak. Dimana salah satunya kegiatan belajar anak di rumah. Misalnya anak dibiasakan belajar ada atau tidak ada pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru di sekolah. Pada saat mengerjakan, orang tua mengajari anak dan jika anak tidak mau belajar sesuai dengan aturan yang berlaku maka anak diberi hukuman seperti jumlah uang saku dikurangi tetapi hukuman dilakukan tanpa adanya kekerasan baik fisik maupun mental. Menyinggung peranan orangtua sebagai manusia pertama yang akan membentuk kepribadian diri anak, dalam keluarga itulah anak akan mempelajari pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan pribadinya. Jadi orangtua sangat penting membentuk kepribadian anak dalam mengaktualisasikan potensi yang ada sejak anak itu dilahirkan, maka penanaman pendidikan pada anak sangat penting.

Menurut William J. Goode (1985) yang merupakan salah satu tokoh Sosiologi pendidikan, bahwa seorang anak yang berhasil dalam berprestasi merupakan perwujudan dari mutu institusi pendidikan dan keberhasilan orang tua dalam mempersiapkan hal-hal yang diperlukan anak dalam pendidikannya.

Keluarga merupakan institusi sosial yang terkecil di masyarakat. Keluarga menurut Schaefer&Lamm, merupakan hal yang berkaitan langsung dengan suami istri anak-anak mereka yang belum menikah yang tinggal bersama dalam satu rumah atau sering disebut juga dengan keluarga batin (nuclear family). Seperti menurut, Jhon Locke bahwa di dalam keluarga seorang mendapat posisi pertama dalam mendidik anak. Locke mengibaratkan anak dengan konsep “kertas putih” yang dapat


(43)

diisi bentuk dan coraknya sesuai dengan bagaimana keinginan orang tua (keluarga) melalui pengasuhan, perawatan, pengawasan dan pembentukan kepribadian.

Dalam konsep “kertas putih”, anak mendapat proses sosialisasi norma dan nilai dari orang tuanya yang disebut juga sosialisasi primer yang kemudian proses sosialisasi tersebut diikuti dengan internalisasi yaitu proses penyadaran akan peran yang akan dilakukan sesuai norma dan nilai kelompok dimana ia berada. Dalam hal ini orang tualah yang menjadi orang tua dalam sosialisasi prmer. Maka, menurut Orstein & Levin bahwa persiapan yang dilkukan orang tua bagi keberhasilan pendidikan anaknya antara lain ditunjukkan dalam bentuk perhatian terhadap kegiatan pelajaran anak di sekolah dan menekankan arti penting pencapaian prestasi oleh sang anak. Tai, di samping itu orang tua juga menghadirkan pribadi ‘sukses’ yang dapat dijadikan teladan bagi sang anak.

Tujuh kata kunci (Mulia Butar-Butar,2005) yang perlu dipertajam dalam hal-hal yang menjadi tanggung jawab orang tua, yakni:

a) Mengetahui benar jenis mata pelajaran yang ada di sekolah,

b) Memahami pelajaranyang perlu dibantu dengan pekerjaan rumah, les tambahan atau cara lain dalam intensitas belajar,

c) Ikut mengambil peranan dalam hal pelajaran ekstrakurikuler,

d) Jangan sampai dibiarkan putra-putrinya tidak memiliki fasilitas belajar seperti: buku cetak, alat-alat tulis, buku latihan, catatan dan pemeliharaannya,

e) Pemeliharaan fasilitas seperti tas, sampul buku, kebersihan fasilitas dan alat tulis yang memenuhi persyaratan,


(44)

f) Hadir di sekolah apabila dirumah kelihatan putra-putrinya tidak sibuk mengerjakan pelajarannya untuk menanyakan pada guru BK (Bimbingan

Konseling) dan wali kelas,

g) Mengajak putra-putrinya diskusi tentang guru dan keadaan di sekolah agar orang tua dapat mengarahkan pandangan negatif siswa apabila ada menjadi hal yang positif.

Pada tujuh kata kunci yang disebutkan diatas dapat diuraikan sebagai berikut : • Persiapan berangkat ke sekolah.

Kenyataan dalam permasalahan persiapan berangkat ke sekolah, tidak semua siswa jujur dalam pelaksanaanya, karena itu orang tua hendaknya dapat membuktikan kepastian bahwa putra-putrinya sampai di sekolah. Beberapa cara mendapatkan kepastian tersebut oleh orang tua dapat dilakukan sebagai berikut: a).memanfaatkan buku penghubung bagi sekolah yang memilikinya, b).Memeriksa jadwal belajar dan melihat batas pelajaran dibuku catatan/latihan untuk mengetahui perkembangan pelajaran, c). Melihat perkembangan catatan/latihan setelah pulang sekolah, d). Membuat sendiri buku khusus untuk diminta paraf oleh guru vaknya, e). Menanyakan teman sekolahnya apabila ada yang menjadi tetangga terdekat, f). Memperhatikan kegiatannya dalam mengerjakan pekerjaan rumah, g). Memeriksa langsung ke sekolah secara insidentil, tentu dilakukan sepengetahuan putra-putriyang bersangkutan dan cara-cara lain yang dapat menjawab kepastian tersebut. Hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh orang tua sebagai partisipasi langsung dalam pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan oleh masyarakat.


(45)

Biarpun dilaksanakan sistem rayonisasi dalam penerimaan siswa baru, ternyata masih belum semua yang rumahnya dekat dengan sekolah. Salah satu kendala adalah transportasi pelaksanaan menuju sekolah yang termasuk ganggung dalam tujuan mencapai mutu pendidikan yang diharapkan. Karena itu perlu perhatian orang tua dalam peranannya membantu tata tertib sebagai berikut: a). Kalau memungkinkan hendaknya putra-putrinya diantar langsung ke sekolah sebelum pukul 07.00 WIB pagi hari, b). Beberapa orang tua dengan sekolah mengusahakan mobil antar jemput ke sekolah, c). Memperhatikan kerapihan berpakaian dan warna seragamnya, d). Pada hari tugas piket siswa supaya diantar lebih cepat dari biasanya, e). Memanfaatkan waktu untuk minta penjelasan administrasi absen, buku-buku kegiatan siswa, keuangan dan sebagainya kepada wali kelas apabila mengantar putra-putrinya ke sekolah dan lain-lain yang ada hubungannya dengan pelaksanaan menuju sekolah.

• Kegiatan selama jam belajar

Kegiatan belajar di sekolah sepenuhnya tanggung jawab pihak sekolah • Kegiatan ekstrakurikuler

Kepedulian orang tua dalam pelaksanaan ekstrakurikuler seolah-olah hanya menyangkut dana saja. Padahal yang menjadi pokok dalam pencapaian tujuan adalah keterlibatan langsung orang tua dalam pengamatan pelaksanannya, bila perlu ikut memberi petunjuk dalam pelaksanaan teknis. Hal-hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam peranan pelaksanaan ekstrakurikuler sebagai berikut: a). orang tua mengetahui benar jenis kegiatan ekstrakurikuler apa yang ada di sekolah berikut jadwalnya, b). memilih kegiatan yang tepat buat para putra-putrinya, c). mengikuti


(46)

perkembangan hasil dan kegiatan tersebut, d). memberikan masukan pada sekolah dalam pengembangan ekstrakurikuler, e).membantu sanara/prasarana yang diperlukan. Dengan peranan tersebut diharapkan orang tua mempunyai kebanggaan tersendiri sehingga sekolah terbentuk motivasi yang tinggi dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler.

• Persiapan pulang ke rumah

Persiapan pulang ke rumah dapat menimbulkan masalah apabila kuirang mendapat perhatian dari orang tua. Masalah yang sering terjadi adalah sampainya di rumah tidak tepat waktu, karena mampir ke rumah temannya, mampir ke sekolah lain, atau ke toko dan tempat judi dan sebagainya. Untuk itu perlu perhatian orang tua mengatur ketepatan waktu tiba di rumah dengan petunjuk sebagai berikut: a). apabila ada kegiatan sekolah putra-putrinya yang penting dianjurkan pulang dulu, baru diizinkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut, b). kegiatan yang tidak sempat pulang dulu bila usai sekolah agar mendapat jadwal kegiatan atau surat resmi dari pihak sekolah dan diberi bekal makan siang oleh orang tua, c). jangan memberi izin keluar bagi putra-putrinya setelah usai sekolah kalau tidak terlalu penting dan dapat diawasi, d). semua kegiatan resmi wajib dimonitor oleh orang tua terutama materi dan jadwalnya, e). kegiatan di luar sekolah hendaknya dibatasi mengingat masih ada tugas pekerjaan rumah termasuk wajib bantu orang tua.

Peranan orang tua di bidang pengawasan sesusai sekolah adalah sangat menentukan keberhasilan pendidikan karena bapak/ibu guru belum tentu dapat mengawasi semua kegiatan siswa di luar sekolah.


(47)

Membantu orang tua adalah kewajiban bagi putra-putrinya karena hal ini, selain bukti nyata penghormatan pada orang tua juga termasuk pendidikan. Tapi di lain pihak siswa-siswi pun mendapat tugas pekerjaan dari sekolah. Bagaimana pelaksanaan ini diatur dapat memperhatikan petunjuk ini; a). apabila putra-putrinya pulang sekolah hendaknya diperhatikan benar mulai dari langkahnya, cara membawa buku wajahnya dan seluruh tingkah laku dan perbuatannya, b). diberikan petunjuk oleh orang tua bagaimana meletakkan tas sekolah, sepatu, baju dan peralatan lainnya, c). hendaknya sudah tersedia makan siang sesuai dengan aturan rumah tangga masing-masing keluarga, d). dapat dianjurkan bersantai dulu ataupun diberi waktu tidur siang, untuk memulihkan kembali kesehatannya setelah lelah dalam pelaksanaan sekolahnya, e). waktu istirahat ini diberi batas waktu dan menunjukkan tugas rutinnya setelah pulang sekolah selain mengerjakan pekerjaan sekolah.

Demikian hal kegiatan setelah tiba di rumah, tidak boleh terlalu banyak pekerjaan membantu orang tua karena dapat mengganggu pelaksanaan tugasnya dari sekolah.

• Monitoring orang tua langsung di sekolah

Masih ada orang tua beranggapan bahwa kehadirannya hanya pemborosan waktu saja dan dapat mengganggu kegiatan sekolah. Ada juga beranggapan kalau datang ke sekolah hanya karena putra-putrinya mempunyai masalah. Anggapan ini tidaklah sepenuhnya benar, karena kehadiran orang tua ke sekolah adalah kunci utama kedisiplinan siswa termasuk kunci penyelesaian kalau ada masalah. Untuk itu, perlu diberi petunjuk dan manfaat kehadiran orang tua ke sekolah, a). pihak sekolah terutama wali kelas dapat mengenal langsung mitranya hingga kesempatan saling


(48)

memasukkan input tentang siswa tersebut, b). putra-putrinya yang mengetahui orang tuanya mudah berkomunikasi dengan guru apabila hadir langsung jelas tidak berani berbohong, karena merasa diawasi oleh orang tua dan guru, c). orang tua dapat langsung kondisi sekolah terutama kebersihannya, karena hal ini merupakan faktor utama untuk menciptakan suasana belajar yang baik di sekolah, d). dapat memberikan bantuan langsung pada sekolah di berbagai hambatan terutama bidang sarana/prasarana sekolah, e). karena personalia sekolah tugasnya adalah melayani hal ini jelas akan memberi perhatian tersendiri bagi putra-putri yang orang tuanya sering hadir di sekolah apalagi kehadiran orang tua dalam konsultasi yang positif.

Menurut teori Emile Durkheim (Rahmawatiunhas, 2008:11) dengan adanya kehidupan masyarakat modern, berfikiran maju yang dipengaruhi oleh lingkungan dan masyarakat tidak bisa lepas dari dukungan dari kesadaran kolektif, tidak ada pembatasan-pembatasan alamiah apa pun pada kebutuhan dan hasrat manusia, maka aspirasi masyarakat tidak terbatas yaitu memiliki aspirasi yang tinggi tanpa memandang stratifikasi kelas sosial. Dengan aspirasi orangtua yang baik terhadap pendidikan maka mendorong atau memotivasi seserorang untuk berusaha keras agar dapat berpartisipasi aktif dalam mewujudkan aspirasinya. Aspirasi tersebut bukan hanya sekedar dalam bentuk kata-kata atau usaha dari segi moriil akan tetapi bentuk kepedulian dengan memberi perhatian pada kegiatan belajar anak. Jadi, kepedulian orangtua dapat dipengaruhi oleh perkembangan kemajuan di lingkungan sehingga individu mempunyai kesadaran dan terseret mempunyai pikiran yang maju, orangtua melakukan berbagai upaya untuk kemajuan dan keberhasilan anak dalam pendidikan dan dan tidak malu menjadi buruh petani, pedagang kaki lima atau pedagang di pasar.


(49)

Sebuah penelitian Tata Eliestiana Dyah Armunanto (2004:3) yang dilakukan di sekolah tempatnya menimba ilmu di desa Kota Bima, menunjukkan bahwa perhatian orang tua dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah, diperoleh informasi sebanyak 70 siswa (53,44 persen) menyatakan disediakan sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah. Selain itu, ada 65 responden (49,62 persen) menyatakan orang tua menyiapkan situasi khusus dengan makan bersama sebelum anak berangkat ke sekolah. Ada 13 responden (9,92 persen) menyatakan terpisah dengan orang tua saat sarapan. Sejauh mana orang tua menyiapkan keperluan sekolah anaknya, terdapat sebanyak 77 responden (58,78 persen) menjawab selalu diberikan dengan teratur. Dari penelitian ini juga diperoleh informasi bahwa ada 114 responden (87,22 persen) menyatakan selalu dianjurkan oleh orang tua untuk mengganti pakaian sekolah setelah tiba di rumah. Terhadap penyediaan buku-buku yang dibutuhkan saat belajar, hanya 31 responden (22,66 persen) yang menjawab selalu disediakan. Gambaran berbeda tecermin dari ketersediaan alat-alat yang dibutuhkan ketika belajar yakni, 68 responden (51,91 persen) menyatakan selalu disediakan. Dari penelitian ini terungkap, ada 61 responden (46,57 persen) mengaku selalu dibantu. Ini berarti, mayoritas orang tua memperhatikan dengan membantu kesulitan belajar anaknya.

Dari serangkaian penelitian itu, telah disimpulkan bahwa peranan orang tua dalam lingkungan keluarga yang terpenting adalah memberikan pengalaman pertama pada masa anak-anak, sebab pengalaman pertama merupakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak. Kesimpulan menyatakan bahwa siswa yang mendapat


(50)

perhatian yang baik dari orang tuanya akan menunjukkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang kurang mendapat perhatian dari orang tuanya. Demikian juga halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Universitas Chulalongkorn Bangkok, Thailand pada tahun 2006 tentang bermain bagi anak-anak. Hasilnya menunjukkan bahwa anak-anak Indonesia menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk belajar dan kegiatan non fisik, seperti bermain game dan menonton televisi. Menurut penelitian tersebut anak-anak Indonesia paling rendah jika dibandingkan dengan anak-anak Jepang, Thailand, dan Vietnam. Anak-anak Jepang lebih mampu menyeimbangkan waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah (PR), bersantai, dan aktivitas fisik.

Sebenarnya bermain itu bukanlah hanya kesenangan. Bermain adalah bagian hidup anak-anak. Bermain adalah pekerjaan sehari-hari anak (play is child’s work) yang membantunya belajar dan tumbuh. Melalui kegiatan bermain yang menyenangkan, anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang kaya, baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan lingkungan di sekitarnya. Bermain itu penting bagi anak karena bisa membantu mereka untuk belajar tentang dunianya, belajar melakukan sesuatu, belajar memecahkan masalah, belajar menguasai emosi, meningkatkan kreatifitas, menjadi percaya diri, menjadi kuat, dan belajar bergaul dengan orang lain. Bermain akan memiliki nilai yang positif bagi anak, tentunya dengan syarat kualitas bermain anak harus diperhatikan, dan kualitas bermain sangat ditentukan oleh ingkungan tempat anak-anak bermain. Selain itu, bermain harus bisa mendorong perkembangan anak secara berkelanjutan. Dalam bermain juga harus ada unsur (senang) dan manfaatnya. Permainan yang melibatkan


(51)

unsur senang membuat anak tumbuh menjadi manusia dewasa yang utuh, sehat jiwa, dan bahagia.

Kondisi era globalisasi dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan menjadi tantangan tersendiri bagi para orangtua, apalagi banyak orangtua yang beranggapan bahwa semakin banyak anak diberi pelajaran/kursus tambahan, semakin anak berkualitas. Padahal anak perlu melakukan aktivitas di luar rumah dengan teman sebayanya. Maraknya acara tv dan permainan eletronik juga menjadi salah satu faktor yang membuat anak-anak kurang memiliki kesempatan berinteraksi sosial. Aktifitas ini juga menyita waktu anak dengan bentuk aktivitas yang pasif motorik, sehingga anak-anak ini tidak dapat mengembangkan kemampuan fisik, tidak dapat mengamati keadaan sekeliling, rasa ingin tahu berkurang, menjadi kurang kreatif dan terbatasnya pengalaman tentang dunia luar melalui seluruh indra mereka.

Kegiatan bermain dan belajar merupakan hal yang sudah dibiasakan pada anak-anak di Jepang karena para orang tua di Jepang sudah membiasakan anak dengan melakukan kegiatan belajar yang seimbang dengan bermain. Para orang tua sangat peduli akan apa saja yang menjadi kegiatan anak di rumah. Mereka menanamkan kebiasaan tersebut mulai usia dini. Hal ini berpengaruh pada kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah masing-masing dengan tetap memperhatikan mana yang perlu dilakukan atau tidak. Mereka cenderung peduli dengan kegiatan belajar anak pada saat anak di usia yang dini dan saat si anak sudah mampu menyelesaikan masalahnya sendiri dengan bijak maka orang tua mempercayakan kepada anaknya tentang apa yang akan dilakukan anak tersebut untuk ke depan.


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis studi perbandingan dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan agar dapat mempermudah membandingkan antara dua hal yang berbeda berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari pengumpulan data kuantitatif. Penelitian ini membandingkan kepedulian orang tua terhadap pendidikan anak Sekolah Dasar di dua wilayah yaitu kota dan desa.

3.2 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, lokasi yang dipilih adalah Desa Batang Beruh dan Kota Sidikalang, Kabupaten Dairi. Adapun yang menjadi alasan pemilihan lokasi ini dikarenakan lokasi merupakan tempat berdomisili peneliti sehingga mudah dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan. Selain daripada itu, sampai pada saat ini peneliti melihat di desa dan kota tersebut keberhasilan anak dipengaruhi kepada kepedulian orang tua terhadap pendidikan yang berbeda tanpa dilihat dari segi status ekonomi, sosial, dan tingkat pendidikan tetapi dalam bentuk perhatian yang berbeda berdasarkan kediaman orang tua.


(53)

3.2.1. Kota Sidikalang

Penelitian ini memiliki dua lokasi yang berbeda yaitu kota Sidikalang dan Kelurahan Batang Beruh. Deskripsi masing-masing lokasi akan diuraikan sebagai berikut.

3.2.1.1. Sejarah Kota Sidikalang

Dalam penguraian sejarah singkat Kecamatan Sidikalang ini kami belum dapat menjelaskan secara mendetail dari awal sampai akhir, namun demikian berdasarkan penelitian dan membaca buku-buku maupun tulisan-tulisan beberapa tokoh-tokoh masyarakat, bahwa yang kami uraikan ini dapat diyakini. Sebelum pemerintah penjajah Belanda memasuki daerah Kabupaten Dairi, pemerintahan dipimpin oleh Takal Aur (Pertaki) yang bertugas sebagai Kepala Pemerintahan dan merangkap Raja Adat. Kemudian semasa penjajahan Belanda, Pemerintahan di di Kecamatan Sidikalang ini dulunya disebut kenegerian, yaitu kenegerian Kepas, yang dipimpin oleh Raja Ikutan yang dibantu oleh Raja Pandua. Selanjutnya semasa penjajahan Jepang susunan pemerintahan masih tetap seperti penjajahan Belanda, namun istilah jabatan diganti menjadi GUNYO, dan pemerintahan ini pada umumnya diarahkan untuk kepentingan perang dan pengarahan gotong royong, disamping penyuluhan memperbanyak bahan pangan.

Sejak 1 Oktober 1947 Kewedanaan Sidikalang dipisah menjadi 3 Asisiten Wedana dan salah satu diantaranya Asisten Wedana Sidikalang, yang sekarang disebut Kecamatan Sidikalang


(54)

3.2.1.2. Letak Dan Geografis Kota Sidikalang

Kecamatan Sidikalang terdiri dari 11 desa/kelurahan, 41 lingkungan dan 34 dusun dengan luas kecamatan 70,67 km2 atau 4,20% dari total luas Kabupaten Daerah Tingkat II Dairi. Wilayah Kecamatan Sidikalang diapit empat kecamatan dengan perbatasan sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Siempat Nempu Sebelah Timur : Kecamatan Sitinjo

Sebelah Selatan: Kabupaten Pakpak Bharat Sebelah Barat : Kecamatan Berampu

Penduduk Kecamatan Sidikalang sebesar 44.202 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebesar 22.120 jiwa dan perempuan sebesar 22.082 jiwa. Kepadatan penduduk adalah sebesar 625 jiwa per km persegi dengan penyebaran yang tidak merata pada setiap desa/kelurahan. Dari 11 desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Sidikalang terdapat penduduk yang terpadat terdapat di Kelurahan Kota Sidikalang terdapat di Kelurahan Kota Sidikalang yaitu dengan kepadatan sebesar 2.912 jiwa per km persegi. Dan desa/kelurahan yang terjarang penduduknya adalah Desa Sidiangkat dengan tingkat kepadatan 218 jiwa per km persegi.

Penduduk di Kecamatan Sidikalang adalah mayoritas beragama Kristen Protestan, yaitu 31.099 jiwa atau 70,36% dari penduduk Kecamatan Sidikalang, kemudian beragama Islam 9.985 jiwa atau 22,59%, Kristen Katolik 2.847 jiwa (6,44%) dan beragama Budha 243 jiwa (0,55%) serta beragama Hindu sebesar 28 orang atau 0,06%. Karakteristik sosial adat istiadat di Kecamatan Sidikalang dipengaruhi oleh penduduk yang ada, seperti suku Pakpak, Toba, Simalungun, Karo,


(55)

dan suku lainnya serta sifatnya dipengaruhi oleh suku-suku di atas, sehingga kegiatannya masih sangat dipengaruhi oleh norma adat yang berlaku. Di Kecamatan Sidikalang terdapat 28 unit Sekolah Dasar (SD) dengan jumlah murid sebesar 7.745 jiwa,dan tenaga pengajar (guru) sebesar 309 orang. Rata-rata jumlah murid per sekolah adalah 277 jiwa dan banyak murid per tenaga pengajar adalah 25 jiwa.

Di kota ini tidak hanya terdapat pendidikan formal seperti sekolah dasar baik milik pemerintah maupun swasta, akan tetapi sarana pendidikan non formal seperti tempat bimbingan belajar, dan tempat kursus mata pelajaran/bahasa asing. Dimana banyak diantara siswa Sekolah Dasar yang berminat mengikuti kegiatan belajar yang disediakan oleh bimbingan belajar maupun kursus mata pelajaran/bahasa asing. Para siswa tidak hanya mengharapkan untuk memperoleh pendidikan hanya di seolah saja akan tetapi dari luar sekolah. Selain itu, pemerintah daerah juga menyediakan sarana perpustakaan umum daerah, perpustakaan keliling, dan penyediaan warung internet dengan biaya yang relatif murah agar setiap siswa sekolah di kota ini dapat mengakses informasi dan pengetahuan secara global dari segala penjuru dunia.

Pendidikan bagi orang tua ini merupakan salah satu hal terpenting sebagai bekal anak untuk mendapatkan masa depan yang baik. Sebagian besar penduduk memiliki pemukiman yang sederhana dan bahkan sangat sederhana, namun sebagian besar tidak mementingkan penataan rumah menjadi mewah akan tetapi mereka rela asalkan ank-anak mereka dapat menikmati pendidikan setinggi-tingginya. Prinsip hidup masyarakat di ota ini ada dikarenakan oleh sebagian besar masyarakat bersuku Batak, dimana mereka sangat mengutamakan kepentingan keberhasilan anak daripada memupuk harta kekayaan dengan kata lain, bagi mereka anak merupakan kekayaan


(56)

yang sebenarnya. Jika anak mereka menjadi orang yang berhasil maka menjadi kepuasan dan kebanggaan yang tidak ternilai harganya di dalam hidup.

Kota Sidikalang memiliki pemukiman penduduk yang rapat di pusat kotanya, namun di beberapa wilayah desa dan kelurahan terdapat perkebunan yang sebagian besar adalah kopi. Masyarakat yang bermukim di kota ini memiliki keinginan untuk maju terlihat dari kegiatan setiap pagi yang dipadati oleh para pekerja yang berangkat ke tempat kerja masing, para siswa sekolah yang berangkat ke sekolah, para ibu-ibu yang melakukan jual beli di pusat pasar, dan sebagainya. Pusat pasar akan memiliki pengunjung yang ramai pada hari Rabu dan Sabtu karena hari tersebut merupakan hari pekan. Transportasi di kota juga tidak berhenti setiap hari, baik mereka yang bepergian antar wilayah desa maupun sekedar melewati kota untuk menuju kota lain. Aktivitas di kota ini berkurang pada hari Minggu karena kebanyakan penduduk berdiam di rumah untuk melakukan istirahat, setelah seminggu lelah melakukan rutinitas. Orang yang beraktivitas di kota Sidikalang, bukan hanya penduduk Sidikalang namun sebagian besar penduduk bari desa maupun kabupaten lain. Selain untuk bekerja, ada juga yang bersekolah di perguruan tinggi milik Pemerintah Daerah, berobat ke rumah sakit umum, maupun berjalan-jalan di berbagai tempat rekreasi.

3.2.2. Kelurahan Batang Beruh

3.2.2.1. Sejarah Kelurahan Batang Beruh

Sejarah Kelurahan Batang Beruh belum diketahui secara jelas bagaimana asal-usulnya. Beberapa para penatua-penatua di beberapa lingkungan mengatakan bahwa


(57)

Kelarahan Batang Beruh berasal dari kata “batang” yang merupakan salah satu bagian utama dari tanaman, dan kata “beruh” yang berasal dari bahasa Pakpak yang artinya perempuan. Pada awalnya merupakan kawasan perladangan yang sangat lebat dipenuhi oleh tumbuh-tumbuhan yang memiliki batang-batang yang angat besar. Batang-batang dari tanaman tersebut ada yang berupa tanaman liar, kopi robusta, nilam, dan lain-lain. Kemudian, pada saat masa penjajahan Belanda para perempuan yang masih muda banyak dipekerjakan di kawasan hutan yang sempat dijadikan Belanda sebagai salah perkebunan milik pemerintah Belanda.

Para perempuan muda tersebut, mau bekerja sebagai pekerja harian untuk memetik kopi. Mereka membantu orang tua mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada saat itu, perempuan tidak diperbolehkan untuk menikmati pendidikan di bangku sekolah. Para lelaki yang dapat bersekolah karena mereka memiliki status derajat yang lebih tinggi daripada perempuan. Perempuan tidak layak bersekolah karena mereka hanya menunggu untuk dilamar dan melakukan pekerjaan domestik. Beberapa perempuan yang cantik dan hidup dalam keluarga yang berada tidak diperbolehkan sama sekali untuk keluar dari rumah. Selain mereka belajar dalam melakukan tugas sebagai calon ibu rumah tangga, para orang tua takut jika anak perempuannya diculik oleh Belanda. Pada masa itu, Belanda suka sekali dengan perempuan yang masih muda untuk dijadikan selir atau isteri atau sekedar untuk bersenang-senang.

Para perempuan muda yang bekerja di perkebunan sebagai buruh, selalu berusaha untuk bersembunyi di balik pohon jika para pengawas perkebunan mulai mengawasi mereka. Ada juga diantara beberapa perempuan yang sengaja bekerja berkelompok agar mereka tidak diganggu oleh pengawas Belanda. Para pengawas


(58)

yang semua adalah laki-laki mau menggangu dan akhirnya memperkosa para pekerja perempuan tersebut. Maka, lama kelamaan tempat itu dinamakan batang beruh yang artinya perempuan yang bersembunyi di balik batang.

Selain itu, ada juga beberapa orang yang mengatakan bahwa zaman dahulu pada saat daerah itu masih menjadi hutan, ada seorang bayi perempuan yang menangis di dalam hutan. Seorang yang pencari kayu melihat bayi perempuan yang cantik itu menangis. Tetapi tidak ada yang mengetahui siapa pemiilik bayi tersebut. Para warga pada saat itu mempercayai bahwa bayi tersebut merupakan titisan Debata (Pencipta Semesta). Sehingga daerah tersebut di sebut Batang Beruh yaitu anak perempuan yang bersal dari batang.

Kawasan yang lebat dengan pepohonan tersebut lama kelamaan menjadi areal perkebunan kopi yang di gunakan oleh rakyat sejak pemerintahan Belanda berakhir. Perkembangan mulai pesat terjadi sejak didirikannya beberapa sekolah di daerah tersebut. Para orang tua yang tidak ingin anaknya jauh berjalan ke sekolah memutuskan untuk membangun tempat tinggal bersamaan dengan menjaga pekebunan kopi mereka.

Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah penduduk semakin banyak dan pemerintahan Sidikalang mulai berdiri, perlahan-lahan daerah tersebut menjadi sebuah dusun yang kemudian berlanjut menjadi desa dan akhirnya menjadi keluarahan sampai saat ini. Kelurahan ini memiliki jumlah penduduk yang lumayan banyak, namun jumlah penduduk leih sedikit sejak dibentuknya kabupaten Pakpak Bharat dan terakhir adanya pembentukan kecamatan baru yaitu Kecamatan Sitinjo.


(1)

29.Apakah Bapak/Ibu mengharapkan anak menjadi mandiri dan disiplin dari Sekolah Dasar yang saat ini ?

1. ya 2. tidak

3. ragu-ragu 4. tidak tahu

30.Apakah Bapak/Ibu mengharapkan anak yang bersifat religious(bertaqwa terhadap ajaran agama) dari Sekolah Dasar yang saat ini ?

1. ya 2. tidak

3. ragu-ragu 4. tidak tahu

31.Apakah Bapak/Ibu mengambil raport setiap pembagian raport di akhir semester ?

1. ya 2. tidak

3. ragu-ragu 4. tidak tahu

32.Apakah Bapak/Ibu mengikuti undangan seperti rapat dan kegiatan keagamaan tertentu yang mengikutsertakan orang tua ?

1. ya 2. tidak

3. ragu-ragu 4. tidak tahu

33.Kegiatan lainnya ………

B.2 Pengawasan Perkembangan

34.Apakah Bapak/Ibu memberangkatkan anak sampai ke sekolah setiap hari ?

1. ya 2. tidak

3. ragu-ragu 4. tidak tahu

35.Apakah Bapak/Ibu memperhatikan absensi anak selama dalam masa belajar aktif ?

1. ya 2. tidak

3. ragu-ragu 4. tidak tahu

36.Apakah Bapak /Ibu memberikan izin untuk tidak sekolah pada anak yang sedang sakit

yang biasa-biasa saja ?


(2)

38.Apakah Bapak/Ibu pernah memberikan sumbangan dalam bentuk barang seperti, semen, pasir dan lain-lain sebagai partisipasi dalam membantu pembangunan sekolah?

1. ya 2. tidak

3. ragu-ragu 4. tidak tahu

B.3 Motivasi Belajar di Sekolah

39.Apakah Bapak/Ibu secara rutin membayar uang sekolah setiap bulan ?

1. ya 2. tidak

3. ragu-ragu 4. tidak tahu

40.Apakah Bapak/Ibu membayar uang buku yang diperjualbelikan oleh guru atau pihak sekolah ?

1. ya 2. tidak

3. ragu-ragu 4. tidak tahu

41.Apakah Bapak/Ibu secara rutin membayar setiap uang kutipan yang diminta dari sekolah selain dari yang disebut diatas ?

1. ya 2. tidak

3. ragu-ragu 4. tidak tahu

42.Menurut Bapak/Ibu, apakah uang saku atau jajan penting bagi anak?

1. ya 2. tidak

3. ragu-ragu 4. tidak tahu

43.Apakah anak mendapat uang saku atau jajan setiap hari?

1. ya 2. tidak

3. ragu-ragu 4. tidak tahu

44.Apakah anak mendapat uang saku setiap minggu?

1. ya 2. tidak


(3)

Dokumentasi Foto


(4)

Rumah Salah Satu Responden di Kota


(5)

Salah Satu Responden di Desa (responden yang menunjukkan kepedulian terhadap kegiatan belajar dengan menyediakan meja dan kursi khusus untuk anak belajar)

Salah Satu Responden di Desa (responden yang menunjukkan tidak kepedulian terhadap kegiatan belajar tidak menyediakan meja dan kursi khusus untuk anak belajar)


(6)

Dokumen yang terkait

Perilaku Politik Guru (Studi Kasus: Perilaku Politik Ermalina Purba Sebagai Guru PNS di Kelurahan Batang Beruh, Kecamatan Sidikalang dalam Pemilihan Bupati Dairi Tahun 2013)

3 65 96

Pandangan Masyarakat Suku Sakai Terhadap Kesehatan Di Kelurahan Pematang Pudu Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau tahun 2003

1 61 115

Evaluasi Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai Di Kelurahan Pandan Kecamatan Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah

1 26 116

Kehidupan Masyarakat Transmigran Di Desa Suak Temenggung Kecamatan Pakaitan Kabupaten Rokan Hilir 1981-2000

1 35 106

Komunikasi Interaksional Orang Tua Pada Anak Usia Sekolah Dasar di Kota Bandung dalam Menyampaikan Pendidikan Seks (Studi Deskriptif Tentang Komunikasi Interaksional Orang Tua pada Anak Usia Sekolah Dasar di Kota Bandung dalam Menyampaikan Pendidikan Seks

0 26 113

Persepsi Orang Tua dan Guru Terhadap Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Dasar Di Kota Bogor

4 75 113

ORIENTASI DAN POLA ASUH ORANG TUA UNTUK MENYEKOLAHKAN ANAK PADA SEKOLAH UNGGULAN DI KOTA Orientasi Dan Pola Asuh Orang Tua Untuk Menyekolahkan Anak Pada Sekolah Unggulan Di Kota Solo (Studi Kasus Tentang Keputusan Orang Tua Dalam Menyekolahkan Anak Di De

0 2 17

ORIENTASI DAN POLA ASUH ORANG TUA UNTUK MENYEKOLAHKAN ANAK PADA SEKOLAH UNGGULAN DI KOTA Orientasi Dan Pola Asuh Orang Tua Untuk Menyekolahkan Anak Pada Sekolah Unggulan Di Kota Solo (Studi Kasus Tentang Keputusan Orang Tua Dalam Menyekolahkan Anak Di De

0 4 17

pengumuman jadwal ujian cpns 2014 dairi

0 0 2

Deliserdang PengumumandanJadwalUjian

0 2 105