HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN ANAK PUTUS SEKOLAH DI DESA UJUMBOU KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN ANAK
PUTUS SEKOLAH DI DESA UJUMBOU KECAMATAN SIRENJA
KABUPATEN DONGGALA
12
2 Nirmawati , Nurvita , dan Ika Listiqowati 1 2 Mahasiswa Pendidikan Geografi Dosen Pendidikan GeografiProgram Studi Penddikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako
ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) apakah ada hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan anak putus sekolah di Desa Ujumbou Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala, (2) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi anak putus sekolah di Desa Ujumbou Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Populasi dalam penenlitian ini adalah seluruh orang tua yang memiliki anak putus sekolah sebanyak 64 responden. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi. Hasil penelitian: Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan tidak adanya hubungan antara hubungan orang tua dengan anak putus sekolah di Desa Ujumbou. Hasil perhitungan diperoleh nilai korelasi antara variabel X dan variabel Y sebesar -0,294. Tingkat hubungan antara tingkat pendidikan orang tua variabel X dan variabel Y sesuai dengan ketentuan interpretasi besarnya korelasi yakni korelasi sangat rendah (0,00-0,199). Selanjutnya, nilai hasil t hitung sebesar -2,420 nilai ini jika dibandingkan dengan nilai tabel t tabel sebesar 1,66901 pada tingkat kepercayaan 5 % atau (-2,420 < 1,66901). Hal ini dinyatakan bahwa jika nilai t lebih kecil dari hitung nilai t tabel maka hubungan variabel X dengan variabel Y, tidak sesuai dengan hipotesis Ha ditolak dan Ho diterima. Jika tidak ada hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan anak putus sekolah maka ada faktor lain yang mempengaruhi anak putus sekolah. Faktor yang mempengaruhi anak putus sekolah di Desa Ujumbou yaitu kurangnya minat anak untuk bersekolah, faktor lingkungan tempat tinggal anak, faktor pekerjaan dan faktor ekonomi.
Kata Kunci : Tingkat Pendidikan Orang Tua, Anak Putus Sekolah
7 Program Studi Pendidikan Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
ABSTRACT
The problems in this study are (1) whether there is a relationship between the level of education ofparents and school dropouts in Ujumbou Village, Sirenja District, Donggala Regency, (2) What are the factors
that affect school dropouts in Ujumbou Village, Sirenja Subdistrict, Donggala Regency. This study uses a
quantitative method using a descriptive approach. The population in this study were all parents who had school
dropouts as many as 64 respondents. Data collection techniques are carried out through observation,
interviews, questionnaires, and documentation. Results: Based on the results of the hypothesis test, there was no
relationship between parent relations and school dropouts in Ujumbou Village. The calculation results obtained
by the correlation value between variables X and Y variables amounted to -0.294. The level of the relationship
between the level of education of parents of variables X and Y according to the provisions of the interpretation
of the magnitude of the correlation is very low correlation (0.00-0.199). Furthermore, the value of the tcount is -
2.420 this value when compared with the table t table value of 1.66901 at the confidence level of 5% or (-2.420
<1.66901). It is stated that if the value of tcount is smaller than the value of ttable then the relationship of
variable X with the variable Y, is not in accordance with the hypothesis Ha is rejected and Ho is accepted. If
there is no relationship between the level of education of parents and school dropouts, there are other factors
that affect dropouts. Factors affecting school dropouts in Ujumbou Village are lack of interest in children in
school, environmental factors for children living, employment factors and economic factors.Keywords: Parent's Education Level, Drop Out Children PENDAHULUAN
Menurut Undang- Undang No.20 tahun 2003 disebutkan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu pendidikan dan martabat bangsa Indonesia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya”. Pasal 7 ayat (2) undang-undang nomor 20 tahun (2003:1) tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa “orang tua dari anak usia wajib belajar, wajib memberikan pendidikan dasar kepada lingkungan keluarga ini sebagai tempat pertama pertumbuhan dan perkembangan anak- anaknya”. Tentu orang tua tidak cukup hanya memenuhi kebutuhan hidup yang berupa material, tetapi orang tua juga harus memberikan pendidikan. Mengacu kepada rumusan dalam undang-undang sisdiknas tersebut, maka proses pendidikan tidak mutlak harus dibebankan kepada guru, akan tetapi orang tua mempunyai tanggung jawab penuh atas anak-anaknya dan membantu anaknya saat-saat mengalami kesulitan dalam proses belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan yaitu faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Dari beberapa faktor tersebut, salah satu kunci dalam pendidikan ialah peranan orang tua dalam lingkungan keluarga sebagaipendorong pemberi semangat, penasehat teman serta menjadi contoh bagi anaknya selain sebagai orang yang mencintai, memberi kasih sayang dan tempat bertanya anaknya.
Pendidikan yang berlangsung di dalam lingkungan keluarga adalah pendidikan informal, dengan orang tua sebagai pendidik. Kasih sayang dan pengertian keluarga khususnya orang tua akan meninggalkan yang positif dalam perkembangan jiwa anak. Untuk itu sudah sepantasnya orang tua menjadi teladan yang baik bagi anak.
8 Program Studi Pendidikan Geografi. P.IPS FKIP UNTAD Di dalam lingkungan keluarga yang berperan menjadi pendidik adalah orang tua. Cara orang tua dalam membimbing anak belajar di rumah berbeda satu sama lain, karena tingkat pendidikan orang tua yang berbeda, kemungkinan ilmu pengetahuan cara membimbing anak dalam belajar belum dikuasai oleh semua orang tua, disebabkan tidak semua orang tua mempunyai tingkat pendidikan tinggi. Cara membimbing anak dalam belajar di rumah akan berpengaruh terhadap prestasi belajar anak, sehingga anak di sekolah akan mempunyai prestasi belajar yang berbeda sesuai dengan bimbingan yang diperoleh anak dari orang tuanya.
Orang tua merupakan pusat pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak. Keluargamerupakan salah satu proses penentu dalam keberhasilan belajar. Orang tua sebagai pendidik pertama karena orang tua yang pertama mendidik anaknya sejak dan sebagai pendidik utama karena pendidikan yang diberikan orang tua merupakan dasar dan sangat menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Peranan orang tua bagi pendidikan anak adalah memberikan dasar pendidikan, sikap dan ketrampilan dasar seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, dan rasa aman merupakan dasar-dasar untuk mematuhi peraturan-peraturan dan menanamkan kebiasaan- kebiasaan.
Sebelum anak menjadi dewasa, orang tua berkewajiban untuk mendidik anaknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan seperti berbicara, sikap, tata krama, berhitung, membaca, menulis, dan sebagainya. Ketika anak mencapai usia belajar, maka orang tua harus bertanggung jawab memasukkan anaknya ke sekolah dan membiayai pendidikannya. Orang tua bertanggung jawab untuk membina anak-anaknya dan mensejahterakan kehidupan mereka. Adapun kesejahteraan anak itu meliputi segi fisik (jasmani) dan mental (rohani). Melihat dari kenyataan bahwa keluarga yang orang tuanya berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan kurang bisa memberikan dukungan dalam melanjutkan pendidikan anaknya. Sebaliknya keluarga yang orang tuanya berpendidikan tinggi lebih bisa memberikan dukungan untuk melanjutkan pendidikan anaknya.
Desa Ujumbou merupakan salah satu dari 13 Desa yang berada di Kecamatan Sirenja dengan luas wilayah 828 Ha, dengan jumlah penduduk sebanyak 2.229 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 448 KK. Masyarakat Desa Ujumbou mayoritas bermata pencaharian sebagai Petani.
Berdasarkan hasil observasi dilapangan, terdapat 524 anak usia sekolah. Dari 524 anak usia sekolah terdapat 64 anak putus sekolah. Anak putus sekolah ini berdampak dalam kehidupan bermasyarakat, dimana yang terjadi dalam masyarakat ialah semakin banyaknya jumlah pengangguran sehingga anak dengan kegiatan yang bersifat negatif seperti mabuk, memakai obat- obatan terlarang. Akibat lainnya juga adalah sang anak sulit mendapatkan pekerjaan karena anak yang tidak mempunyai ijazah maupun tidak adanya pembekalan kemampuan bagi mereka yang putus sekolah. Akan tetapi, anak putus sekolah tidak selamanya berdampak demikian ada juga anak yang membantu orang tua bekerja yang dapat mengurangi beban orang tua dari segi ekonomi. Adapun
9 Program Studi Pendidikan Geografi. P.IPS FKIP UNTAD aktivitas anak yang putus sekolah di Desa ini yaitu membantu orang tua bertani, ada juga yang bekerja sebagai buruh.
Rendahnya tingkat pendidikan anak di Desa Ujumbou dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan orang tua, tingkat pendidikan orang tua di Desa Ujumbou masih tergolong rendah, hal itu dapat lihat dari jumlah 448 KK dengan tingkat pendidikanyang tidak sekolah sebanyak 5% (22 orang), SD sebanyak 50% (224 orang), SLTP sebanyak 19% (85 orang), SLTA sebanyak 22% (99 orang), D3 sebesar 1% (4 orang) dan Strata 1 sebanyak 3% (13 orang).Anak yang tingkat pendidikannya rendah atau bahkan tidak melanjutkan pendidikannya tergantung dari orang tua. Pola pikir orang tua yang menganggap bahwa anak diwajibkan untuk membantu meringankan beban orang tua, sehingga sekolah bukan lagi menjadi kewajiban anak. Tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan orang tua dengananak putus sekolahh di Desa Ujumbou Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala. (2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi anak putus sekolah di Desa Ujumbou Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif.
Menurut Sugiyono (2012:8) penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Dalam hal ini data tersebut diperoleh melalui penyebaran angket kepada responden. Populasi penelitian yaitu jumlah KK orang tua yang memiliki anak putus sekolah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua yang memiliki anak putus sekolah dengan jumlah 64 orang.
Teknik pengumpulan data (1) Observasi awal yang dilakukan oleh peneliti yaitu untuk mendapatkan gambaran umum daerah penelitian. (2) Wawancara dilakukan untuk mendapat data-data atau informasi tentang faktor penyebab anak putus sekolah, dampak dan perilaku anak putus sekolah di Desa Ujumbou. (3) Angket digunakan untuk mendapatkan data tentang pendidikan orang tua, pandangan orang tua terhadap pentingnya pendidikan, pendidikan anak serta hubungan tingkat pendidikan orang tua terhadap anak putus sekolah dari responden. (4) Dokumentasi yaitu mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Data dalam penelitian kuantitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia, melalui observasi dan angket. Sumber lain yang bukan dari manusia di antaranya dokumen, foto dan bahan statistik.
a. Teknik analisis data 1) Analisis Deskriptif Persentase
Teknik analisis ini digunakan untuk menjabarkan hasil perhitungan jawaban responden mengenai variabel tingkat pendidikan orang tua di Desa Ujumbou Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala. Untuk mengetahui persentase distribusi jawaban responden
10 Program Studi Pendidikan Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
HASIL DAN PEMBAHASAN
25
D ari 64 orang yang dijadikan sampel, 4 orang (6%) menjawab “Tidak Sekolah”, 41 orang (64%) menjawab “SD/MI”, 17 orang (27 %) menjawab “SMP/MTS”, 2 orang (3 %) menjawab “SMA/MA/SMK/SMEA” dan tidak ada yang menjawab “Perguruan Tinggi”. Dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat pendidikan orang tua yang memiliki anak putus sekolah di Desa Ujumbou lebih banyak yang hanya sampai “SD/MI” hal ini dapat dilihat dari frekuensi jawaban tidak ada orang tua yang menjawab perguruan tinggi dari total persentase 100 %. Jadi, tingkat pendidikan orang tua yang memiliki anak putus sekolah masih tergolong rendah.
Tabel 2 Pendidikan Anak Sangat Penting Bagi Keluarga dan Masa Depan Anak
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
1
2
3
4
5 Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
31
3 Jumlah 64 100
6
2
39
49
9
3 Jumlah 64 100
Sumber : Pengolahan Angket
D ari 64 orang yang dijadikan sampel, 25 orang (39%) menjawab “Sangat Setuju”, 31 orang (49%) menjawab “Setuju”, 6 orang (9%) menjawab “Ragu-ragu”, 2 orang (3%) menjawab “Tidak Setuju" dan tidak ada yang menjawab “Sangat Tidak Setuju”. Dapat ditarik kesimpulan bahwa orang
Sumber : Pengolahan Angket
Program Studi Pendidikan Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
11
1
terhadap variabel tingkat pendidikan orang tua dan anak putus sekolah peneliti menggunakan rumus: P = (Sugiyono, 2009:95) 2) Analisis Inferensial
Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah korelasi product
moment dengan rumus : ∑ ∑ ∑ √ ∑
∑ ∑ ∑
(Sugiyono, 2009:183)
Berikut ini adalah rincian hasil pengolahan data angket Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Anak Putus Sekolah di Desa Ujumbou yaitu sebagai berikut:
Tabel 1 Tingkat Pendidikan Orang Tua
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
2
64
3
4
5 Tidak Sekolah SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK/SMEA Perguruan tinggi
4
41
17
2
6
27
Program Studi Pendidikan Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
3
28
48
24 Jumlah 64 100
Sumber : Pengolahan Angket
D ari 64 orang yang dijadikan sampel, 18 orang (28%) menjawab “Sangat Setuju”, 31 orang (48%) menjawab “Setuju”, 15 orang (24%) menjawab “Ragu-ragu”. Dapat ditarik kesimpulan bahwa orang tua “Setuju” pendidikan anak merupakan hal yang wajib diupayakan dilihat dari frekuensi jawaban orang tua sebagian besar orang tua menjawab setuju yaitu (48%) dari total persentase 100%.
Tabel 5 Tanpa Pendidikan Anak Tidak Dapat Mencapai Cita-Citanya
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
1
2
4 Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju
31
2
26
24
11
3
41
37
17 Jumlah 64 100
Sumber : Pengolahan Angket
15
18
12
3
tua “Setuju” pendidikan anak sangat penting bagi keluarga dan masa depan anakdilihat dari frekuensi jawaban orang tua sebagian besar orang tua menjawab setuju yaitu (49%) dari total persentase 100%.
Tabel 3 Pendidikan Anak Merupakan Hal Utama dan Selalu diPerhatiakan Perkembangannya
Oleh Orang Tua
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
1
2
3
4
5 Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
22
39
35
5 Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
61
4 Jumlah 64 100
Sumber : Pengolahan Angket
D ari 64 orang yang dijadikan sampel, 22 orang (35%) menjawab “Sangat Setuju”, 39 orang (61%) menjawab “Setuju”, 3 orang (4%) menjawab “Ragu-ragu". Dapat ditarik kesimpulan bahwa orang tua “Setuju” pendidikan anak merupakan hal utama dan selalu diperhatikan perkembangannya oleh orang tua dilihat dari frekuensi jawaban orang tua sebagian besar orang tua menjawab setuju yaitu (61%) dari total persentase 100%.
Tabel 4 Pendidikan Anak Merupakan Hal yang Wajib Untuk diupayakan
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
1
2
3
4
D ari 64 orang yang dijadikan sampel, 2 orang (3%) menjawab “Sangat Setuju”, 26 orang (41%) menjawab “Setuju”, 24 orang (37%) menjawab “Ragu-ragu”, 11 orang (17%) menjawab “Tidak Setuju" dan 1 orang (2%) menjawab “Sangat Tidak Setuju”. Dapat ditarik kesimpulan bahwa orang
Program Studi Pendidikan Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
Tabel 8 Orang Tua Memenuhi Segala Kebutuhan Anak
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)16
1
50
23
25
2 Jumlah 64 100
Sumber : Pengolahan Angket
D ari 64 orang yang dijadikan sampel, 32 orang (50%) menjawab “Selalu”, 15 orang (23%) menjawab “Sering”, 16 orang (25%) menjawab “Kadang-kadang”, 1 orang (2%) menjawab “Hampir Tidak Pernah".
Dapat ditarik kesimpulan bahwa orang tua “Selalu” memberi arahan anak untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi dilihat dari frekuensi jawaban orang tua sebagian besar orang tua menjawab selalu yaitu (50%) dari total persentase 100%.
1
32
2
3
4 Selalu Sering Kadang-kadang Hampir tidak pernah
26
22
16
41
34
25 Jumlah 64 100
Sumber : Pengolahan Angket
15
5 Selalu Sering Kadang-kadang Hampir tidak pernah Tidak pernah
13
22
tua “Setuju” tanpa pendidikan anak tidak dapat mecapai cita-citanya dilihat dari frekuensi jawaban orang tua sebagian besar orang tua menjawab setuju yaitu (41%) dari total persentase 100%.
Tabel 6 Semakin Tinggi Pendidikan Anak Semakin Cerah Masa Depannya
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
1
2
3
4
5 Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
12
26
4
4
19
41
34
6 Jumlah 64 100
Sumber : Pengolahan Angket
Dari 64 orang yang dijadikan sampel, 12 orang (19%) menjawab “Sangat Setuju”, 26 orang (41%) menjawab “Setuju”, 22 orang (34%) menjawab “Ragu-ragu”, 4 orang (6%) menjawab “Tidak Setuju". Dapat ditarik kesimpulan bahwa orang tua “Setuju” semakin tinggi pendidikan anak semakin cerah masa depannya dilihat dari frekuensi jawaban orang tua sebagian besar orang tua menjawab setuju yaitu (41%) dari total persentase 100%.
Tabel 7 Orang Tua Memberi Arahan Anak Untuk Melanjutkan Pendidikan ke Jenjang yang
Lebih Tinggi
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
1
2
3
D ari 64 orang yang dijadikan sampel, 26 orang (41%) menjawab “Selalu”, 22 orang (34%) menjawab “Sering”, 16 orang (25%) menjawab “Kadang-kadang”. Dapat ditarik kesimpulan bahwa
Program Studi Pendidikan Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
D ari 64 orang yang dijadikan sampel, tidak ada orang menjawab “Sangat Setuju”, 1 orang (2%) menjawab “Setuju”, 19 orang (30%) menjawab “Ragu-ragu”, 31 orang menjawab “Tidak Setuju" dan 13 orang menjawab “Sangat Tidak Setuju”. Dapat ditarik kesimpulan bahwa orang tua “Tidak Setuju” kurangnya dukungan orang tua membuat anak putus sekolah dilihat dari frekuensi jawaban orang tua sebagian besar orang tua menjawab tidak setuju yaitu (48%) dari total persentase 100%.
19
31
13
2
30
48
20 Jumlah 64 100
Sumber : Pengolahan Angket
Tabel 11 Orang Tua Memotivasi Anak untuk Melanjutkan Pendidikan
Kejenjang yang Lebih Tinggi
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)5 Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
1
3
4
5 Selalu Kadang-kadang Hampir tidak pernah Tidak pernah
33
12
51
19 Jumlah 64 100
1
4
14
35
orang tua “Selalu” memenuhi segala kebutuhan pendidikan anak dilihat dari frekuensi jawaban orang tua sebagian besar orang tua menjawab selalu yaitu (41%) dari total persentase 100%.
Tabel 9 Orang Tua Mendukung Anak Untuk Melanjutkan Pendidikan kejenjang
yang Lebih Tinggi
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)1
2
3
4
5 Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
24
5
3
37
55
8 Jumlah 64 100
Sumber : Pengolahan Angket
Dari 64 orang yang dijadikan sampel, 24 orang (37%) menjawab “Sangat Setuju”, 35 orang (55%) menjawab “Setuju”, 5 orang (8%) menjawab “Ragu-ragu”. Dapat ditarik kesimpulan bahwa orang tua “Setuju” mendukung anak untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi dilihat dari frekuensi jawaban orang tua sebagian besar orang tua menjawab setuju yaitu (55%) dari total persentase 100%.
Tabel 10 Kurangnya Dukungan Orang Tua Membuat Anak Putus Sekolah No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
1
2
Sumber : Pengolahan Angket
Program Studi Pendidikan Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
4
52
39 Jumlah 64 100
Sumber : Pengolahan Angket
Da ri 64 orang yang dijadikan sampel, tidak ada orang menjawab “Tidak Menempuh Pendidikan Formal”, 6 orang (9%) menjawab “Tidak Tamat SD”, 33 orang (52 %) menjawab “Tidak Tamat SMP”, 25 orang (39%) menjawab “Tidak Tamat SMA”. Dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat pendidikan anak putus sekolah di Desa Ujumbou lebih banyak yang “Tidak Tamat SMP” hal ini dapat dilihat dari frekuensi jawaban (52%) dari total persentase 100 %.
Tabel 14 Anak Memiliki Keinginan Untuk Melanjutkan Sekolah Lagi
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)1
2
3
5 Selalu Sering Kadang-kadang Hampir tidak pernah Tidak pernah
25
15
9
21
5
14
23
14
33
8
9
33
15 Dari
5
64 orang yang dijadikan sampel, 33 orang (51%) menjawab “Selalu”, 19 orang (30%) menjawab “Sering”, 12 orang (19%) menjawab “Kadang-kadang”. Dapat ditarik kesimpulan bahwa orang tua “Selalu” memotivasi anak untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi dilihat dari frekuensi jawaban orang tua sebagian besar orang tua menjawab selalu yaitu (51%) dari total persentase 100%.
Tabel 12 Orang Tua Mengharapkan Agar Anak Dapat Melanjutkan Pendidikan
Kejenjang yang Lebih Tinggi
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)1
2
3
4
5 Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
33
26
51
6
41
8 Jumlah 64 100
Sumber : Pengolahan Angket
D ari 64 orang yang dijadikan sampel, 31 orang (51%) menjawab “Sangat Setuju”, 26 orang (41%) menjawab “Setuju”, 5 orang (8%) menjawab “Ragu-ragu”. Dapat ditarik kesimpulan bahwa orang tua “Sangat Setuju” mengharapakan agar anak dapat melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi dilihat dari frekuensi jawaban orang tua sebagian besar orang tua menjawab tidak setuju yaitu (48%) dari total persentase 100%.
Tabel 13 Tingkat Pendidikan Anak
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
1
2
3
4 Tidak Menempuh pendidikan formal Tidak tamat SD Tidak tamat SMP Tidak tamat SMA
22 Jumlah 64 100
Program Studi Pendidikan Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
24
2
3
4
5 Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
5
10
22
Tabel 16 Latar Belakang Pendidikan Orang Tua yang Rendah Menjadi Faktor
Penyebab Anak Tidak Ingin Melanjutkan Pendidikan
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)3
8
16
37
34
5 Jumlah 64 100
Sumber : Pengolahan Angket
1
Dari 64 orang yang dijadikan sampel, 20 orang (31%) menjawab “Sangat Setuju”, 28 orang (44%) menjawab “Setuju”, 9 orang (14%) menjawab “Ragu-ragu”, 7 orang (11%) menjawab “Tidak Setuju". Dapat ditarik kesimpulan bahwa anak “Setuju” kurangnya minat anak untuk bersekolah lagi menjadi penyebab anak tidak ingin melanjutkan sekolah lagi dilihat dari frekuensi jawaban orang tua sebagian besar orang tua menjawab tidak setuju yaitu (44%) dari total persentase 100%.
16 D
5 Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
ari 64 orang yang dijadikan sampel, 15 orang (23%) menjawab “Selalu”, 9 orang (14%) menjawab “Sering”, 21 orang 339%) menjawab “Kadang-kadang”, 5 orang (8) menjawab “Hampir tidak pernah” dan 14 orang (22%) menjawab “Tidak Pernah”. Dapat ditarik kesimpulan bahwa anak “Kadang-kadang” memiliki keinginan untuk melanjutkan sekolah lagi dilihat dari frekuensi jawaban orang tua sebagian besar orang tua menjawab selalu yaitu (33%) dari total persentase 100%.
Tabel 15 Kurangnya Minat Anak Untuk Bersekolah Menjadi
Penyebab Anak Tidak Sekolah Lagi
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)1
2
3
4
20
Sumber : Pengolahan Angket
28
9
7
31
44
14
11 Jumlah 64 100
Dari 64 orang yang dijadikan sampel, 5 orang (8%) menjawab “Sangat Setuju”, 10 orang (16%) menjawab “Setuju”, 24 orang (37%) menjawab “Ragu-ragu”, 22 orang (34%) menjawab “Tidak Setuju" dan 3 orang (5%) menjawab “Sangat Tidak Setuju”. Dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian anak“Tidak Setuju” latar belakang pendidikan orang tua yang rendah menjadi salah satu faktor penyebab anak tidak ingin melanjutkan sekolah lagi dilihat dari frekuensi jawaban orang tua sebagian besar orang tua menjawab tidak setuju yaitu (39%) dari total persentase 100%.
Program Studi Pendidikan Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
2
13
28
33
19
20 Jumlah 64 100
Sumber : Pengolahan Angket
D ari 64 orang yang dijadikan sampel, 18 orang (28%) menjawab “Sangat Setuju”, 21 orang (33%) menjawab “Setuju”, 12 orang (19%) menjawab “Ragu-ragu”, 13 orang (20%) menjawab “Tidak Setuju" dan tidak ada orang yang menjawab “Sangat Tidak Setuju”. Dapat ditarik kesimpulan bahwa anak “Setuju” teman-teman anak banyak yang bekerja dibandingkan yang sekolah menjadi penyebab anak tidak ingin melanjutkan sekolah lagi dilihat dari frekuensi jawaban orang tua sebagian besar orang tua menjawab tidak setuju yaitu (33%) dari total persentase 100%.
Tabel 19 Lingkungan Masyarakat Cenderung berfikir Melanjutkan Pendidikan Tidak Penting
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)1
3
21
4 Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju
1
19
19
23
1
30
30
36 Jumlah 64 100
Sumber : Pengolahan Angket
12
18
17 Tabel 17. Faktor Lingkungan Keluarga Menjadi Penyebab Anak Tidak Melanjutkan Sekolah No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)
4
1
2
3
4
5 Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
3
21
19
19
2
33
5 Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju
30
30
3 Jumlah 64 100
Sumber : Pengolahan Angket
D ari 64 orang yang dijadikan sampel, 3 orang (4%) menjawab “Sangat Setuju”, 21 orang (33%) menjawab “Setuju”, 19 orang (30%) menjawab “Ragu-ragu”, 19 orang (30%) menjawab “Tidak Setuju" dan 2 orang (3%) menjawab “Sangat Tidak Setuju”. Dapat ditarik kesimpulan bahwa anak “Setuju” lingkungan keluarga menjadi penyebab anak tidak ingin melanjutkan sekolah lagi dilihat dari frekuensi jawaban orang tua sebagian besar orang tua menjawab tidak setuju yaitu (21%) dari total persentase 100%.
Tabel 18 Teman-Teman Anak Banyak yang Bekerja Menjadi
Penyebab Anak Tidak Melanjutkan Sekolah
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)1
2
3
4
D ari 64 orang yang dijadikan sampel, 1 orang (1%) menjawab “Sangat Setuju”, 19 orang (30%) menjawab “Setuju”, 19 orang (30%) menjawab “Ragu-ragu”, 23 orang (36%) menjawab “Tidak Setuju" dan 2 orang (3%) menjawab “Sangat Tidak Setuju”. Dapat ditarik kesimpulan bahwa anak
“Tidak Setuju” tempat tinggal anak mayarakatnya berfikir bahwa melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih penting tidak penting menjadi penyebab anak tidak ingin melanjutkan sekolah lagi dilihat dari frekuensi jawaban orang tua sebagian besar orang tua menjawab tidak setuju yaitu (36%) dari total persentase 100%.
Tabel 20 Tingkat Ekonomi Orang Tua Menjadi Penyebab Anak Tidak Melanjutkan Sekolah
No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)1 Sangat setuju
11
17
2 Setuju
32
50
3 Ragu-ragu
12
19
4 Tidak setuju
9
14
5 Sangat tidak setuju
Jumlah
64 100
Sumber : Pengolahan Angket
D ari 64 orang yang dijadikan sampel, 11 orang (17%) menjawab “Sangat Setuju”, 32 orang (50%) menjawab “Setuju”, 12 orang (19%) menjawab “Ragu-ragu”, 9 orang (14%) menjawab “Tidak Setuju". Dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian anak “Setuju” tingkat ekonomi orang tua yang rendah menjadi salah satu faktor penyebab anak tidak ingin melanjutkan sekolah lagi dilihat dari frekuensi jawaban orang tua sebagian besar orang tua menjawab tidak setuju yaitu (50%) dari total persentase 100%.
Analisis Statistik Inferensial
Pada bagian ini data digunakan dalam penelitian untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian untuk mengetahui hubungan antara (variabel bebas) tingkat pendidikan orang tua dan (variabel terikat) anak putus sekolah.
a. Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Anak Putus Sekolah
Berdasarkan hasil perhitungan, koefisien korelasi (r) adalah sebesar -0,294, apabila
mengacu pada pedoman interpretasi koefisien korelasi menurut Sugiyono, maka dapat
disimpulkan bahwa pengaruh tingkat pendidikan orang tua dengan anak putus sekolah di
Desa Ujumbou termasuk kategori sangat rendah.Berdasarkan taraf signifikasi 5% dan t sebesar 1,66901 maka hipotesis dalam tabel
penelitian ini adalah t hitung sebesar -2,420 < t tabel sebesar 1,69901, maka diperoleh jawaban
bahwa H a ditolak dan H diterima dan dapat ditarik satu kesimpulan bahwa tidakada
hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan anak putus sekolah di Desa Ujumbou.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anak Putus Sekolah
1. Faktor minat Faktor minat adalah salah satu faktor yang mempengaruhi anak putus sekolah di Desa
Ujumou berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa faktor anak putus sekolah karena
18 Program Studi Pendidikan Geografi. P.IPS FKIP UNTAD
faktor minat anak. Anak sudah tidak ingin melanjutkan sekolah lagi walapun sudah diberi
arahan dan dukungan untuk tetap melanjutkan sekolah tetapi anak ini sudah tidak punya
keinginan untuk melanjutkan sekolah.2. Faktor lingkungan Berdasarkan wawancara dapat diketahui bahwa faktor yang membuat anak putus
sekolah karena faktor lingkungan sekolah yang merasa tertekan oleh teman-teman sekolahnya
ketika tidak memberikan contekan sehingga anak tidak ingin bersekolah lagi, kemudian ada
pula faktor yang membuat anak putus sekolah yaitu faktor lingkungan tempat tinggal anak.
Anak berhenti sekolah karena banyak teman-teman yang sudah tidak sekolah lagi sehingga
anak memutuskan untuk berhenti sekolah juga.3. Faktor pekerjaan Hasil wawancara menunjukkan bahwa faktor penyebab anak putus sekolah yaitu karena
faktor pekerjaan. Anak lebih cenderung memilih bekerja dibandingkan sekolah karena dia
bisa menghasilkan uang sendiri tanpa mengharapkan pemberian orang tua lagi, kemudian dia
tidak yakin bahwa dengan pendidikan bisa menjamin kesuksesan seseorang.4. Faktor ekonomi Ekonomi adalah faktor penunjang ataupun pendukung dilaksanakan pendidikan. Hasil
wawancara menunjukan bahwa anak putus sekolah karena faktor lingkungan dan faktor
ekonomi orang tua. Faktor lingkungan yang dimaksud disini merupakan faktor lingkungan
teman sebaya yang terrpengaruh oleh teman-temannya sehingga memutuskan untuk berhenti
sekolah dan faktor ekonomi orang tua menjadi salah satu penyebab anak putus sekolah.PENUTUP Kesimpulan Hasil perhitungan korelasi tidak ada hubungan tingkat pendidikan orang tuaterhadap
anak putus sekolah di Desa Ujumbou Kecamatan Sirenja Kabupaten Donggala. Hal ini
ditunjukan, bahwa harga t hitung = -2,420 dibandingkan dengan t abel sebesar 1,66901pada
tingkat kepercayaan 5 % atau (-2,114 hitung lebih kecil dari nilai t tabel
1,66901) Sehingga t
maka antara variabel X tidak ada hubungan signifikan dengan variabel Y, dari perhitungan uji
hubungan ini tidak sesuai dengan hipotesis Ha ditolak dan Ho diterima. Jadi kedua variabel
tersebut tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua orang tua
terhadapanak putus sekolah di Desa Ujumbou.19 Program Studi Pendidikan Geografi. P.IPS FKIP UNTAD Faktor-faktor yang mempengaruhi anak putus sekolah di Desa Ujumbou yaitu faktor
kurangnya minat anak untuk bersekolah, faktor lingkungan tempat tinggal anak, faktor
pekerjaan dan faktor ekonomi.Saran Bagi orang tua, hendaknya lebih tegas dalam mendidik dan mengarahkan anak dalam
melanjutkan pendidikan serta memperhatikan lingkungan bermain anak yaitu teman-
temannya yang dapat mempengaruhi keinginannya untuk bersekolah. Bagi anak, anak
hendaknya berusaha melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, serta selalu
mendengarkan arahan atau bimbingan serta motivasi yang diberikan oleh orang tua.DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas20 Program Studi Pendidikan Geografi. P.IPS FKIP UNTAD