14
ada permintaan langsung untuk mengikuti apa yang telah diperbuat oleh kelompok.
Sears, dkk. 2009 berpendapat bahwa bila seseorang menampilkan perilaku tertentu karena disebabkan oleh orang lain menampilkan perilaku
tersebut, disebut konformitas. Konformitas terhadap kelompok teman sebaya ternyata merupakan suatu hal yang paling banyak terjadi pada masa remaja. Agar
remaja dapat diterima dalam kelompok acuan maka penampilan fisik merupakan potensi yang dimanfaatkan untuk memperoleh hasil yang menyenangkan yaitu
merasa terlihat menarik atau merasa mudah berteman. Santrock 2007 menjelaskan bahwa teman sebaya atau
peers
adalah anak- anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih
sama. Konformitas terhadap teman sebaya mengandung keinginan untuk terlibat dalam dunia kelompok sebaya seperti berpakaian sama dengan teman, dan
menghabiskan sebagian waktunya bersama anggota kelompok. Tingkah laku konformitas yang positif terhadap teman sebaya antara lain bersama-sama teman
sebaya mengumpulkan dana untuk kepentingan kemanusiaan.
2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas
Pada dasarnya, orang menyesuaikan diri mempunyai alasan yang kuat. Demikian juga dengan orang melakukan konformitas disebabkan oleh beberapa
alasan dan faktor-faktor. Seseorang yang melakukan konfomitas juga akan berdampak negatif dan positif. Hal - hal yang mempengaruhi adanya konformitas
yang berdampak baik positif ataupun buruk negatif Sears, dkk, 1999 adalah:
1. Kurangnya Informasi. Orang lain merupakan sumber informasi yang penting.
Seringkali orang lain mengetahui sesuatu yang tidak diketahui seseorang, dengan melakukan apa yang orang lain lakukan, seseorang akan memperoleh
manfaat dari pengetahuan orang lain.
2. Kepercayaan terhadap kelompok. Dalam situasi konformitas, individu
mempunyai suatu pandangan dan kemudian menyadari bahwa kelompoknya menganut pandangan yang bertentangan. Semakin besar kepercayaan individu
terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar, semakin besar pula
15
kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok. Semakin tinggi keahlian anggota dalam kelompok tersebut dalam hubungannya dengan
individu, semakin tinggi tingkat kepercayaan dan penghargaan individu terhadap kelompok tersebut.
3. Kepercayaan diri yang lemah. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah tingkat keyakinan orang tersebut pada kemampuannya sendiri untuk menampilkan suatu reaksi.
Semakin lemah kepercayaan seseorang akan penilaiannya sendiri, semakin tinggi tingkat konformitasnya. Sebaliknya, jika seseorang merasa yakin akan
kemampuannya sendiri akan penilaian terhadap sesuatu hal, semakin turun tingkat konformitasnya
4. Rasa takut terhadap celaan sosial. Celaan sosial memberikan efek yang
signifikan terhadap sikap individu karena pada dasarnya setiap manusia cenderung mengusahakan persetujuan dan menghindari celaan kelompok
dalam setiap tindakannya.
2.2.3. Jenis Konformitas