33
5.2 Pembahasan
5.2.1 Karakteristik Responden
Demografi responden seperti telah disinggung di awal meliputi usia, jenis kelamin, dan pendidikan. Deskripsi untuk masing-masing aspek demografi dari
keluarga pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan adalah 41,4 berada pada rentang usia 41-60 tahun. Hasil univariate
diperoleh bahwa umur termuda dari responden adalah usia 18 tahun dan usia yang tertua adalah usia 77 tahun. Berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 60 orang
60,6 dan mayoritas memiliki tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atassederajat sebanyak 38 orang. Hal tersebut menggambarkan bahwa
pengetahuan dapat dipengaruhi oleh usia dan tingkat pendidikan, dimana Muntiaroh, Hidayati dan Meikawati 2013 berpendapat bahwa usia dan tingkat
pendidikan dapat mengubah pola fikir seseorang, dan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dalam hal penelitian ini lebih ditujukan pada pengetahuan
tentang skizofrenia.
5.2.2 Pengetahuan keluarga tentang skizofrenia berdasarkan usia
Hasil penelitian menyebutkan bahwa sebagian besar keluarga pasien skizofrenia berada pada rata-rata usia dewasa pertengahan yaitu sebanyak 41
orang 41,4. Usia seseorang pada kelompok usia pertengahan ini memiliki tingkat kematangan dan kekuatan dalam berfikir dan bekerja terutama
pengambilan keputusan dalam memilih fasilitas kesehatan bagi anggota keluarga
yang sakit Hurlock, 1993. Berdasarkan dari Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa
Universitas Sumatera Utara
34 tingkat pengetahuan baik pada usia dewasa tengah memiliki frekuensi tertinggi
yaitu 26 orang 63,4. Hal ini menunjukan bahwa usia memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan.
Cara pandang seseorang dalam penyelesaian masalah – dalam hal ini tindakan
memilih fasilitas kesehatan bagi anggota keluarga yang sakit – dipengaruhi oleh
tahap perkemangan usia seseorang. Stuart dkk, 2005 menyatakan bahwa kelompok usia dewasa tengah dianggap sudah matang dalam hal mengelola
informasi dan pengetahuan yang diperoleh. Sehingga, semakin bertambah usia responden maka semakin bertambah keyakinan mereka untuk datang ke fasilitas
kesehatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusnipah
2012 yang mana memperoleh hasil bahwa rata-rata usia responden adalah 47,2 tahun atau termasuk dalam kelompok usia dewasa tengah.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat dilihat bahwa usia seseorang mempengaruhi kemampuan dan pengetahuan kognitif seseorang, terutama dalam
pengambilan keputusan dalam penggunaan fasilitas kesehatan sebagai sarana mempertahankan dan meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
5.2.3 Pengetahuan keluarga tentang skizofrenia berdasarkan jenis kelamin Hasil penelitian menyebutkan bahwa jenis kelamin perempuan sebanyak 60
orang 60,6 lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki 39 orang 39,4. Penelitian ini sesuai dengan Friedman 1998 yang menyatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
35 peran sentral ibu dalam keluarga sebagai istri yaitu sebagai pembuat keputusan
tentang kesehatan, pendidik dan pemberi asuhan keperawatan dalam keluarga.
Berdasarkan dari Tabel 5.3 distribusi pengetahuan keluarga tentang
skizofrenia berdasarkan jenis kelamin responden dapat diketahui bahwa, tingkat pengetahuan baik pada jenis kelamin perempuan memiliki frekuensi tertinggi
yaitu 33 orang 55. Hasil olah data ini sejalan dengan hasil penelitian Yusnipah 2012
menyatakan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan 71 orang. Begitu pula dengan hasil penelitian Suwardiman 2011 yang menyatakan bahwa
sebagian besar keluarga yang merawat pasien gangguan jiwa berjenis kelamin perempuan 59.5.
Tetapi, Lestari 2011 dalam penelitiannya terhadap keluarga yang merawat pasien TBC menegaskan bahwa tidak ada hubungan secara langsung karakteristik
jenis kelamin dan pengetahuan. Sejalan dengan itu, berdasarkan hasil cross tab antara pengetahuan dan jenis kelamin menunjukkan tidak memiliki hubungan
yang signifikan. Hasil cross tab tersebut sejalan dengan pendapat Yusnipah 2012 yang menyatakan bahwa pengalaman dan peran keluarga lebih berpengaruh
terhadap pengetahuan yang diperolehnya, tidak bergantung pada jenis kelamin perempuan atau laki-laki.
5.2.4 Pengetahuan keluarga tentang skizofrenia berdasarkan tingkat pendidikan Hasil penelitian menyatakan pendidikan terakhir responden terdiri dari Sekolah
Dasar SD sebanyak 22 orang 22,2, Sekolah Menengah Pertama SMP yaitu
Universitas Sumatera Utara
36 sebanyak 21 orang 21,2, Sekolah Menengah Atas SMA yaitu sebanyak 38
orang 38,4 dan Perguruan Tinggi sebanyak 18 orang 18,2. Data tersebut di atas menyatakan bahwa mayoritas resonden memiliki pendidikan terakhir setara
SMA.
Distribusi pengetahuan keluarga dari Tabel 5.4 diketahui bahwa frekuensi
tertinggi pendidikan terakhir yang memiliki pengetahuan baik adalah setara SMA yaitu 27 orang 71.1. Hasil perhitungan cross tab penelitian menunjukan bahwa
tingkat pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan. Idealnya semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin baik pula
pengetahuannya. Menurut pendapat peneliti pengetahuan seseorang tidak semata- mata ditentukan oleh tingkat pendidikan. Tetapi, ada hal lain yang perlu dicermati
bahwa semakin sering seseorang memperoleh informasi maka akan semakin luas wawasan dan pengetahuan seseorang tentang suatu hal Sari, 2009.
5.2.5 Pengetahuan Keluarga tentang Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan
Skizofrenia merupakan pola penyakit bidang psikiatri yang mana merupakan sindroma klinis dari berbagai keadaan psikopatologis yang mengganggu serta
melibatkan proses berfikir, berpresepsi, emosi, gerakan dan tingkah laku Nevid dkk, 2002.
Studi Bank Dunia world bank pada tahun 1995 di beberapa negara menunjukkan bahwa hari-hari produktif yang hilang atau Disability Adjusted Life
Years DALY’s sebesar 8,1 dari Global Burden of Dease. Hal ini disebabkan
Universitas Sumatera Utara
37 oleh masalah kesehatan jiwa. Status jiwa yang buruk akan menurunkan
produktifitas sehingga menurunkan Indeks Pembangunan Manusia IPM. Pratama, Syahrial, dan Ishak 2015 dalam penelitiannya menyatakan bahwa
terdapat beberapa faktor yang memiliki nilai yang signifikan terhadap kekambuhan pasien skizofrenia yaitu pengetahuan keluarga, dukungan keluarga,
kepatuhan dalam mengonsumsi obat, dan aktivitas keagamaan. Pengetahuan keluarga yang baik tentang skizofrenia diharapkan dapat mengurangi angka
kekambuhan skizofrenia. Dilihat dari kriteria hasil penelitian menujukkan bahwa mayoritas responden
memiliki pengetahuan yang baik mengenai skizofrenia yaitu 57 orang 57,6 dan 42 orang 42,4. Peneliti berasumsi bahwa responden mayoritas sudah
mengetahui pengetahuan tentang skizofrenia. Pernyataan tersebut didukung oleh Ryandini 2011 yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan pada keluarga
pasien skizofrenia sebagian besar adalah tinggi pada persentase 55,6. Hal tersebut dimungkinkan dengan lamanya proses perawatan dan kunjungan rutin ke
rumah sakit untuk kontrol ulang. Hal ini menjadikan keluarga banyak memperoleh informasi dan bertemu dengan petugas kesehatan sehingga pengetahuan mereka
tentang skizofrenia juga tinggi. Pernyataan tersebut di atas didukung oleh Wardana 2009 yang menyatakan
bahwa responden yang memiliki pengetahuan tentang skizofrenia rendah memiliki kecenderungan kambuh 3,2 kali dibandingkan dengan keluarga yang memiliki
pengetahuan tinggi tentang skizofrenia. Nurdiana 2007 pun menyatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan keluarga, maka semakin berkurang frekuensi
Universitas Sumatera Utara
38 kekambuhan anggota penderita skizofrena. Fadli 2013 menambahkan bahwa
pengetahuan yang perlu dimiliki oleh keluarga antara lain pemahaman tentang skizofrenia terkait tanda dan gejala, faktor penyebab, cara pemberian obat, dosis
obat dan efek samping pengobatan, serta sikap yang perlu di tunjukkan dan dihindari selama merawat klien dirumah.
Apabila dilihat dari kriteria pertanyaan maka distribusi jawaban terbanyak dijawab benar dan salah oleh responden dapat dijabarkan sebagai berikut ini:
a. Pertanyaan dengan kategori pengertian, tanda dan gejala skizofrenia
Pertanyaan dengan kategori pengertian, tanda dan gejala skizofrenia terdiri dari pertanyaan nomor 1 sampai dengan nomor 5. Pertanyaan yang paling
banyak dijawab benar oleh responden terdapat pada pertanyaan nomor 4 yaitu sebanyak 80 orang 80,8, pertanyaan tersebut berhubungan
dengan kekambuhan atau muncul kembali tanda dan gejala dari skizofrenia. Responden setuju apabila penderita mengalami kekambuhan
maka akan segera dibawa ke RSJ, hal ini dapat dilihat dari jumlah kunjungan dari tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami peningkatan yaitu
dari 10.787 menjadi 11.336 orang Rekam Medis, 2015 Pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh responden adalah
pertanyaan nomor 1 perihal defenisi skizofrenia. Pertanyaan ini dijawab salah oleh responden sebanyak 44 orang 44,4. Angka tersebut hampir
setengah dari responden. pertanyaan ini merupakan salah satu pertanyaan apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami oleh anggota
keluarga yang sakit, yang mana salah satu tugas keluarga di bidang
Universitas Sumatera Utara
39 kesehatan adalah mengetahui atau mengenal masalah keluarga Friedman,
2010. Responden menyatakan bahwa skizofrenia bukanlah suatu gangguan jiwa. Hal ini dilatarbelakangi dengan pengetahuan keluarga
pasien yang masih kurang mengenai skizofrenia pernyataan ini didukung oleh jawaban dari responden terkait pertanyaan nomor 5. Responden
sebanyak 57 orang 57,6 menjawab salah tanda dan gejala dari penyakit skizofrenia. Sejalan dengan hasil penelitian Yaqin 2015 yang
menunjukkan bahwa tanda dan gejala kekambuhan skizofrenia pada keluarga pasien skizofrenia di instalasi rawat jalan RSJD Surakarta
sebagian besar adalah cukup, serta terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tanda dan gejala skizofrenia paranoid dengan upaya
mencegah kekambuhan. Responden beranggapan bahwa curiga, marah- marah tanpa sebab dan sering melakukan kekerasan terjadi hanya jika
keinginan pasien tidak dipenuhi. b.
Pertanyaan dengan kategori penggunaan obat Pertanyaan dengan kategori penggunaan obat terdiri dari pertanyaan
nomor 6 sampai dengan nomor 10. Pertanyaan nomor 6,7,9, dan 10 dijawan benar dengan persentase 91 sampai 96 hal ini dikarenakan
keluarga pasien rutin membawa penderita skizofrenia untuk melakukan kontrol ulang, sehingga meningkatkan pengetahuan mereka mengenai
pengobatan pada penderita skizofrenia, dengan kata lain pengalaman merupakan salah satu sumber pengetahuan Notoatmodjo, 2007.
Universitas Sumatera Utara
40 Pertanyaan yang banyak dijawab salah oleh responden merupakan
pertanyaan nomor 8 mengenai cara penggunaan obat dengan persentase 64,4. Pertanyaan ini dijawab beberapa responden memberikan obat
kepada penderita dengan cara menggabungkan dengan pengobatan lain atau pengobatan tradisional yang mereka anggap dapat membantu
pemulihan pasien. c.
Pertanyaan dengan kategoti efek samping penggunaan obat Pertanyaan dengan kategori efek samping penggunaan obat terdiri dari
pertanyaan nomor 11 sampai dengan nomor 15. Pertanyaan yang paling banyak dijawab benar oleh responden terdapat pada pertanyaan nomor 15
yaitu sebanyak 86 orang 86,9, pertanyaan tersebut mengenai pemberhentian pengobatan. Yusnipah 2012 menyatakan bahwa sebagian
besar responden mengetahui tentang manfaat, jenis dan dosis obat bagi pasien halusinasi, namun mayoritas responden belum mengetahui
mengenai efek samping obat pasien. Pertanyaan yang banyak dijawab salah oleh responden adalah pertanyaan
nomor 14 tentang penggunaan obat, dan efek samping obat. Jawaban responden tentang hal ini sebanyak 43 orang 43,4 menjawab salah.
Padahal pengobatan haruslah tetap diteruskan sesuai dengan anjuran dokter dikarenakan tanda dan gejala dari skizofrenia dapat muncul
kembali. Bagi pasien sendiri efek samping obat merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pasien dalam penggunaan obat. Banyak pasien yang
Universitas Sumatera Utara
41 menghentikan minum obat dikarenakan terganggu oleh efek samping obat
sehingga mempengaruhi tingkat kekambuhan pasien skizofrenia
Kazadi
, 2008.
Kurnia 2015 menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara keteraturan minum obat dan kekambuhan. Penelitian ini menyatakan
bahwa pasien yang tidak teratur minum obat mengalami kekambuhan 31,2 sedangkan yang tidak kambuh sebesar 3,7.
d. Pertanyaan dengan kategori peran keluarga dalam merawat penderita
skizofrenia Pertanyaan dengan kategori efek samping penggunaan obat terdiri dari
pertanyaan nomor 16 sampai dengan nomor 20. Pertanyaan yang paling banyak dijawab benar oleh responden terdapat pada pertanyaan nomor 17
yaitu sebanyak 84 orang 84,8, pertanyaan tersebut mengenai pemenuhan kebutuhan dasar penderita skizofrenia. Siswanto 2006
menyatakan bahwa salah satu fungsi keluarga adalah perawatan anggota keluarga yang sakit, dimana keluarga merupakan unit terpenting dalam
pencegahan maupun pengobatan penyakit. Sehingga sudah tanggup jawab keluarga dalam memenuhi kebutuhan dari anggota keluarganya yang sakit.
Pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh responden adalah pertanyaan nomor 16 tentang peran keluarga terhadap penderita
skizofrenia. Responden yang berpendapat setuju dengan pertanyaan tersebut adalah sebanyak 60 orang 60,6. Artinya, responden menjawab
dengan salah. Menurut Hawari 2001 skizofrenia dapat mengganggu
Universitas Sumatera Utara
42 persepsi, pikiran, pembicaraan, dan gerakan seseorang. Semua aspek
aktivitasnya dapat terganggu, bahkan dikalangan masyarakat sering memandang rendah mereka. Pernyataan tersebut sejalan dengan Rakhmat
2005 yang menyatakan bahwa keluarga mempunyai pengaruh besar dalam diri kita, dimana kehangatan keluarga dapat menimbulkan perasaan
positif. Sesuai dengan pendapat Rasmun 2001 menyatakan bahwa terdapat beberapa peran keluarga dalam pemulihan skizofrenia. Peran
tersebut meliputi melibatkan penderita dalam kegiatan sehari-hari dan kegiatan keluarga, jangan timbulkan rasa malu terhadap pasien, berikan
rasa peduli dan tanggapan bahwa pasien juga mempunyai fungsi seperti manusia normal umumnya. Sebagai tambahan adalah berikan pujian atas
semua tugas dan kegiatan yang dilakukan pasien untuk merangsang keinginan atau motivasi untuk melakukannya kembali.
Berdasarkan beberapa analisa pertanyaan di atas, maka disimpulkan bahwa pengetahuan tentang skizofrenia terdiri dari pengertian skizofrenia, tanda dan
gejala skizofrenia, pengobatan dan efek samping dari pengobatan, serta peran keluarga terhadap penderita skizofrenia yang salah memiliki peluang untuk
timbulnya kembali kekambuhan pada penderita. Hal tersebut dapat ditinjau dari rekam medis Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildream Medan yang
mengalami peningkatan penderita skizofrenia setiap tahunnya. Oleh karena itu, pengetahuan tentang skizofrenia sangatlah penting diberikan kepada keluarga.
Peningkatan pengetahuan tentang skizofrenia kepada keluarga dapat dilakukan dengan pemberian pendidikan kesehatan. Haddah 2013 menyatahan bahwa
Universitas Sumatera Utara
43 pendidikan kesehatan sangat penting untuk meningkatkan status kesehatan dan
tingkat pengetahuan baik individu, kelompok, maupun komunitas. Dalam konteks ini meliputi anggota keluarga penderita skizofrenia. Sehingga, dapat mengurangi
angka kejadian masalah kesehatan mental ataupun skizofrenia. Pendidikan kesehatan bergantung pada hubungan dan komunikasi antara
perawat dengan keluarga pasien. Perawat diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan baik pasien maupun keluarga pasien. Oleh sebab
itu, seluruh perawat diharapkan mampu menolong pasien dan keluarga pasien dalam meningkatkan pengetahuan mereka melalui pendidikan kesehatan
Ruddick, 2013.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN