Merokomendasikan aspirasi masyarakat Daya dukung lingkungan

72 lingkungan. Rencana dan pengoperasiannya seharusnya dievaluasi secara reguler sehingga dapat ditentukan penyesuaianperbaikan yang dibutuhkan. Skala dan tipe fasilitas wisata harus mencerminkan batas penggunaan yang dapat ditoleransi limits of acceptable use. Bersarkan hasil wawancara langsiung dengan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna yang menyatakan bahwa: “Kami membangun sektor wisata telah mempertimbangkan aspek lingkungan seperti keadaan obyek wisata aman dari kekerasan, aman kadam keadaan geografis dan aman bagi keselamatan anak- anak” Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna telah menerapkan pembangunan sektor pariwisata sesuai dengan kapasitas yang dimiliki seperti konsidi lingkungan di Kabupaten Natuna cukup aman untuk di datangi,serta ditambah dengan budaya lokal yang menarik.

7. Monitor dan evaluasi Program

Kegiatan monitor dan evaluasi pembangunan pariwisata berkelanjutan mencakup penyusunan pedoman, evaluasi dampak kegiatan wisata serta pengembangan indikator-indikator dan batasan-batasan untuk mengukur dampak pariwisata. Pedoman atau alat-alat bantu yang dikembangkan tersebut harus mecakup skala nasional, regional, dan lokal. Hasil wanacanra menadalam dengan Kepala Dinas Pariwisata menyatakan bahwa “Setiap unit kegiatan apapun yang telah kami lakuakn selalu dilakukan evaluasi hal tersebut bertujuan untuk mengetauhi letak kelebiahan dan kekurangan dari suatu program” 73 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Kepala Dinas Pariwisata mengaku telah mengevaluasi semua program dan kegiatan yang telah dilakukan pemerintah. Jika program berjalam baik sesuai rencana maka pemerinta mempertahankan dan memingkatkan program tersebut namun jiak hasil evaluasi disara program tidak berjalan sesuai rencana maka pemerintah memperbaiki program tersebut.

8. Pelatihan kepada masyarakat tekait

Pembangunan pariwisata berkelanjutan membutuhkan pelaksanaan program-program pendidikan dan pelatihan untuk membekali pengetahuan masyarakat dan meningkatkan keterampilan bisnis, vocational, dan profesional. Pelatihan sebaiknya meliputi topik tentang pariwisata berkelanjutan, manajemen perhotelan, serta topik-topik lain yang relevan. Hasil wawancara mendalam dengan Kepala Dinas Pariwitasa menyakatan bahwa: “Kami belum bisa mengadakan pelatihan untuk masyarakat hal tersebut dikarenakan berbagai hambatan diantaranya ketersediaan SDM yang memadai” Hasil tersebut dibenarkan oleh Kabid Destinasi Pariwisata yang menyatakan bahwa: “ Program pelatihan masyarakat sebenarnya sudah lama kami canangkan namun dikarenakan berbagai keterbatasan sehingga rencana itu belum sempat terlaksana” sedangkan hasil wawancara dengan masyarakat yang tingal di kawasan obyek wisata mengaku :