b. Infeksi Gigi
Sinus maksila mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan akar gigi premolar dan molar atas. Hubungan ini dapat menimbulkan masalah klinis seperti infeksi yang
berasal dari gigi dan fistula oroantral dapat naik ke atas dan menimbulkan infeksi sinus maksila.
19
Penelitian Primartono tahun 2003 di Semarang dengan menggunakan desain Cross Sectional, hasil analisis statistik menunjukkan infeksi gigi berhubungan secara
bermakna dengan kejadian rinosinusitis maksila kronik p=0,000 dan diperoleh nilai RP=12,36 CI 95=3,75-40,75.
41
Penelitian Farhat tahun 2004 di RSUP H. Adam Malik Medan, penyakit gigi yang terbanyak menyebabkan rinosinusitis maksila adalah abses apikal 71,43, diikuti
oleh periodontitis 34,29, gingivitis 20, fistula oroantal 8,75, kista dentigerous 2,86 dan granuloma periapikal 2,86.
42
c. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya rinosinusitis kronik. Hal ini disebabkan penderita diabetes mellitus berada dalam kondisi
immunocompromised atau turunnya sistem kekebalan tubuh sehingga lebih rentan terkena penyakit infeksi seperti rinosinusitis.
40
Hasil penelitian Primartono tahun 2003 di Semarang, dari 31 penderita rinosinusitis maksila kronik didapatkan 3 orang
9,7 dengan diabetes mellitus.
41
d. Asma
Asma merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya rinosinusitis kronik. Sebesar 25-30 penderita asma dapat berkembang menjadi polip hidung sehingga
mengganggu aliran mukus.
43
Hasil penelitian Seybt et al tahun 2003 di Georgia, dari 145 penderita rinosinusitis kronik didapatkan 34 orang 23,4 menderita asma.
44
e. Rinitis Alergi
Alergi merupakan suatu penyimpangan reaksi tubuh terhadap paparan bahan asing yang menimbulkan gejala pada orang yang berbakat atopi sedangkan pada
kebanyakan orang tidak menimbulkan reaksi apapun.
45
Rinitis alergi adalah suatu penyakit manifestasi reaksi hipersensitifitas tipe I Gell Comb yang diperantarai
oleh IgE dengan mukosa hidung sebagai organ sasaran utama. Gejalanya berupa hidung beringus, bersin-bersin, hidung tersumbat dan gatal.
46
Peranan alergi pada rinosinusitis kronik adalah akibat reaksi anti gen anti bodi menimbulkan pembengkakan mukosa sinus dan hipersekresi. Mukosa sinus yang
membengkak dapat menyumbat ostium sinus dan mengganggu drainase sehingga menyebabkan timbulnya infeksi, yang selanjutnya menghancurkan epitel permukaan.
Kejadian yang berulang terus-menerus dapat menyebabkan rinosinusitis kronis.
45
Penelitian Eko tahun 2008 di Yogyakarta dengan menggunakan desain Case Control, hasil analisis statistik menunjukkan rinitis alergi berhubungan secara bermakna
dengan kejadian rinosinusitis maksila kronik p=0,003 dan diperoleh nilai OR=3,95 CI 95=1,55-10,11.
47
f. Kelainan anatomi hidung