Pendahuluan Majalah PA Edisi 10 2016

A. Pendahuluan

Dalam karyanya, Speaking in God’s Name: Islamic Law, Authoriy, and Women , Khaled M. Abou El-Fadl mengkritik lembaga Fatwa yang menurutnya mengeluarkan fatwa tanpa memberikan argument yang memuaskan, hanya menggunakan kekuasaaan authoritarianism . Tulisan Abou El-Fadl ini awalnya tulisan pendek yang ditujukan dan sekaligus masukan kritik kepada Lembaga Fatwa di kalangan muslim di Amerika Serikat. Kemudian kepada Lembaga Pengkajian dan Fatwa Arab Saudi, al-Lajnah al-Dâ’imah li al-Buhûs al-‘Ilmiyah wa al-Ifta’ , Council for Scienti ϔic Research and Legal Opinions [CRLO]. Abou El-Fadl menghendaki agar fatwa yang dikeluarkan lembaga tersebut benar-benar berdasarkan pada argumen yang kuat. 1 Khaled M. Abou El-Fadl, Speaking in God’s Name: Islamic Law, Aut horiy, and Women Oxford: Oneworld Publications, 2003, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh R. Cecep Lukman Yasin dan diterbitkan oleh Serambi Ilmu Semesta, dengan judul, At as Nama Tuhan: Dari Fikih Ot orit er ke Fikih Ot orit at if . 2 Amin Abdullah, “Pendekatan Hermeneutika dalam Studi Fatwa2 Keagamaan”, dalam Ibid ., hlm. Ix. T}âhâ Jâbir al-Alwânî pun dituntut untuk berijtihad sejalan dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Setelah pindah ke Amerika Serikat dari Negara asalnya rak, dan setelah mulai terlibat dalam kegiatan akademik intelektual barat dan menjadi bagian dari nternational nstitute of slamic Thought T dan Fiqh Council of the North America FCNA , T}âhâ Jâbir al-Alwânî juga dihadapkan pada sejumlah masalah yang belum pernah dihadapi semasa hidup di negaranya. Bahkan pernah pada satu saat ia menangis bingung, hatinya menyempit karena banyak pertanyaan baru yang tidak ditemuinya dalam kitab- kitab induk. Akhirnya ia membaca al-Qur an, merenungi, memikirkan prinsip-prinsip universal yang kemudian dia namai dengan al-maqâs}id al-‘ulyâ al-h}âkimah . Setelah bergumul dengan kajian slam dan kajian lmu Sosial, ditambah dengan interaksinya dengan kehidupan barat Jasser Audah menawarkan Teori System. Teori ini mengadung unsur, yakni; . Cognitive nature of the system, . Wholeness, . Openness, . nterrelated ierarchy, . Multi Dimensionality, . Purposesfulness. Teori ini 3 Jasser Auda, Maqasid al-Shariah as Philosophy of Islamic Law: A Syst em Approach London disebut pendekatan holistic holistic approach . Kritik Abou El-Fadl, pengalaman T}âhâ Jâbir al-Alwânî dan Jassir Auda tentu juga relevan dengan tuntutan kehidupan kita di ndonesia, bahwa berkembangan zaman menuntut lahirnya pemikiran yang mampu menjawab masalah yang muncul. Mujtahid dituntut untuk tidak pernah berhenti berpikir untuk menyelesaikan masalah-masalah yang muncul sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Sejalan dengan itu tentu para pemerhati dan producer hukum slam ndonesia dituntut untuk selalu aktif memberikan solusi terhadap masalah yang muncul. akim di pengadilan adalah salah satu ujung tombak yang juga mendapat tantangan untuk tidak berhenti berpkir untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapkan kepadanya. Putusan hakim yang mempunyai dasar dan pertimbangan yang kuat dan meyakinkan membuat para pihak yang berperkara merasa mantap dan puas dengan putusan tersebut. Sebagaimana dipahami bahwa ada minimal empat produk pemikiran hukum Washington, The International Institute of Islamic Thought, 2008M1429H, hlm. 45-55. Oleh: Prof. Dr. Khoiruddin Nasution Kepastian dan Tuj uan Hukum dalam Hukum Waris Islam: Kaj ian Inter dan Multidisipliner Guru Besar Fak. Syari‘ah Hukum Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia UII MAJALAH PERADILAN AGAMA Edisi 10 | Des 2016 45 slam, yakni ikih oleh fâqih, fatwa oleh mufti, tafsir oleh mufassir, yurisprudensi oleh hakim dan kodi ikasiperundang-undangan oleh legislatif. Maka yurisprudensi merupakan kumpulan dari hasil ijtihad hakim di pengadilan. Dalam rangka memberikan kepercayaan kepada masyarakat tentang otoritas hukum slam yang diambil dari al-Qur an dan sunnah nabi Muhammad saw, atau putusan yang diberikan hakim di pengadilan, Abou El-Fadl mengelompokan dua jenis otoritas wewenang . Pertama otoritas yang bersifat koersif. Kedua otoritas yang bersifat persuasif. Otoritas koersif adalah wewenang yang bersifat memaksa, sementara otoritas persuasive adalah wewenang yang merupakan pilihan. Tulisan ini mencoba memapar- kan relevansi pemikiran Abou el-Fadl dalam kaitannya dengan pembentukan hukum slam ndo nesia, khususnya di bidang hukum Waris slam ndonesia oleh hakim di pengadilan, dengan meng gu nakan analisis inter dan multidisipliner. Adapun sistema- tika tulisan, setelah latar belakang ditulis Teori Otoritas Abou el-Fadl dan otoritas hakim. Kemudian pembahasan dilanjutkan dengan 4 Khoiruddin Nasution, Pengant ar St udi Islam Jakarta: Pt. RajaGrafi ndo Persada, 2016, hlm. 189-202. uraian beberapa hal yang diper- debat kan para ahli dalam hukum waris slam dan argument kemung- kinan saling waris mewarisi antara pemelak beda agama. Akhirnya tulisan dipungkasi dengan catatan kesimpulan.

B. Teori Otoritas Abou el-Fadl dan Otoritas Hakim