A. Pendahuluan
Dalam karyanya, Speaking in God’s Name: Islamic Law, Authoriy,
and Women , Khaled M. Abou
El-Fadl mengkritik lembaga Fatwa yang menurutnya mengeluarkan
fatwa tanpa
memberikan argument yang memuaskan,
hanya menggunakan kekuasaaan authoritarianism
. Tulisan Abou El-Fadl ini awalnya tulisan pendek
yang ditujukan dan sekaligus masukan kritik kepada Lembaga
Fatwa di kalangan muslim di Amerika Serikat. Kemudian kepada
Lembaga Pengkajian dan Fatwa Arab Saudi, al-Lajnah al-Dâ’imah
li al-Buhûs al-‘Ilmiyah wa al-Ifta’
, Council for Scienti
ϔic Research and Legal Opinions
[CRLO]. Abou El-Fadl menghendaki agar
fatwa yang dikeluarkan lembaga tersebut benar-benar berdasarkan
pada argumen yang kuat.
1 Khaled M. Abou El-Fadl,
Speaking in God’s Name: Islamic Law, Aut horiy, and Women
Oxford: Oneworld Publications, 2003, yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia oleh R. Cecep Lukman Yasin dan diterbitkan oleh Serambi Ilmu Semesta, dengan
judul,
At as Nama Tuhan: Dari Fikih Ot orit er ke Fikih Ot orit at if
. 2
Amin Abdullah, “Pendekatan Hermeneutika dalam Studi Fatwa2 Keagamaan”, dalam
Ibid
., hlm. Ix.
T}âhâ Jâbir al-Alwânî pun dituntut untuk berijtihad sejalan
dengan perkembangan
dan tuntutan zaman. Setelah pindah
ke Amerika Serikat dari Negara asalnya rak, dan setelah mulai
terlibat dalam kegiatan akademik intelektual barat dan menjadi
bagian dari nternational nstitute of slamic Thought T dan Fiqh
Council of the North America
FCNA , T}âhâ Jâbir al-Alwânî juga dihadapkan pada sejumlah masalah
yang belum pernah dihadapi semasa hidup di negaranya. Bahkan
pernah pada satu saat ia menangis bingung,
hatinya menyempit
karena banyak pertanyaan baru yang tidak ditemuinya dalam kitab-
kitab induk. Akhirnya ia membaca al-Qur an, merenungi, memikirkan
prinsip-prinsip universal yang kemudian dia namai dengan
al-maqâs}id al-‘ulyâ al-h}âkimah
. Setelah bergumul dengan
kajian slam dan kajian lmu Sosial, ditambah dengan interaksinya
dengan kehidupan barat Jasser Audah
menawarkan Teori
System. Teori ini mengadung unsur, yakni; . Cognitive nature
of the system, . Wholeness, . Openness,
. nterrelated ierarchy, . Multi Dimensionality,
. Purposesfulness. Teori ini
3 Jasser
Auda,
Maqasid al-Shariah as Philosophy of Islamic Law: A Syst em Approach
London
disebut pendekatan
holistic holistic approach
. Kritik
Abou El-Fadl,
pengalaman T}âhâ Jâbir al-Alwânî dan Jassir Auda tentu juga relevan
dengan tuntutan
kehidupan kita
di ndonesia,
bahwa berkembangan zaman menuntut
lahirnya pemikiran yang mampu menjawab masalah yang muncul.
Mujtahid dituntut untuk tidak pernah berhenti berpikir untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang muncul sesuai dengan
perkembangan dan tuntutan zaman.
Sejalan dengan itu tentu para pemerhati dan producer hukum
slam ndonesia dituntut untuk selalu aktif memberikan solusi
terhadap masalah yang muncul. akim di pengadilan adalah
salah satu ujung tombak yang juga mendapat tantangan untuk
tidak berhenti berpkir untuk menyelesaikan masalah-masalah
yang dihadapkan kepadanya. Putusan hakim yang mempunyai
dasar dan pertimbangan yang kuat dan meyakinkan membuat
para pihak yang berperkara merasa mantap dan puas dengan
putusan tersebut. Sebagaimana dipahami bahwa ada minimal
empat produk pemikiran hukum
Washington, The International Institute of Islamic Thought, 2008M1429H, hlm. 45-55.
Oleh: Prof. Dr. Khoiruddin Nasution
Kepastian dan Tuj uan Hukum dalam Hukum Waris Islam:
Kaj ian Inter dan Multidisipliner
Guru Besar Fak. Syari‘ah Hukum Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dosen Fakultas Hukum Universitas
Islam Indonesia UII
MAJALAH PERADILAN AGAMA
Edisi 10 | Des 2016
45
slam, yakni ikih oleh fâqih, fatwa oleh mufti, tafsir oleh mufassir,
yurisprudensi oleh hakim dan kodi ikasiperundang-undangan
oleh legislatif. Maka yurisprudensi merupakan kumpulan dari hasil
ijtihad hakim di pengadilan.
Dalam rangka memberikan kepercayaan kepada masyarakat
tentang otoritas hukum slam yang diambil dari al-Qur an dan
sunnah nabi Muhammad saw, atau putusan yang diberikan
hakim di pengadilan, Abou El-Fadl mengelompokan dua jenis otoritas
wewenang . Pertama otoritas yang bersifat koersif. Kedua
otoritas yang bersifat persuasif. Otoritas koersif adalah wewenang
yang bersifat memaksa, sementara otoritas
persuasive adalah
wewenang yang merupakan pilihan.
Tulisan ini mencoba memapar- kan relevansi pemikiran Abou
el-Fadl dalam kaitannya dengan pembentukan
hukum slam
ndo nesia, khususnya di bidang hukum Waris slam ndonesia
oleh hakim di pengadilan, dengan meng gu nakan analisis inter dan
multidisipliner. Adapun sistema- tika tulisan, setelah latar belakang
ditulis Teori Otoritas Abou el-Fadl dan otoritas hakim. Kemudian
pembahasan dilanjutkan dengan
4 Khoiruddin Nasution,
Pengant ar St udi Islam
Jakarta: Pt. RajaGrafi ndo Persada, 2016, hlm. 189-202.
uraian beberapa hal yang diper- debat kan para ahli dalam hukum
waris slam dan argument kemung- kinan saling waris mewarisi antara
pemelak beda agama. Akhirnya tulisan dipungkasi dengan catatan
kesimpulan.
B. Teori Otoritas Abou el-Fadl dan Otoritas Hakim