Studi Beberapa Jenis Material Plaza terhadap Pembentukan Iklim Mikro dan Kenyamanan Pengunjung (Kasus di Taman Bunga Keong Mas, Taman Mini Indonesia Indah)
STUD! BEBERAPA JEW IS MATERlAL PLAZA
TEWMADAQ PEMBENTUKAN IKLlM MaRBKRO
DAN KENYAMAMAN PENGUWJUNG
( KASUS
on
ranmaH BUHGA KEONG MAS,
TAMAN MlNl INDONESIA IMDAH )
Oleh
ETTY WIDJAYA
A 23.1117
S V R U S A N BUD1 D A Y A P E R T A N I A N I
FAKULTAS
PERTANIAN
I N S T I T U T P E R T A N I A N BOGOR
B O G O R
1992
ETTY WIDJAYA. Studi Beberapa
en is Material Plaza Terhadap
Pembentukan Iklim Mikro dan Kenyamanan pengunjung.
Kasus
di Taman Bunga Keong Mas, Taman Mini ~ndonesiaIndah, Jakarta (di bawah bimbingan Hadi Susilo Arifin dan Indung
Sitti Fatimah) .
Plaza merupakan ruang terbuka terstruktur yang berfungsi untuk berbagai kegiatan manusia.
Pada tahun 70-an
hingga kini, plaza telah banyak terdapat di Indonesia.
Di
Indonesia, plaza belum termanfaatkan secara optimal untuk
keiatan manusia karena beriklim tropis.
Penggunaan mate-
rial perkerasaan plaza yang terdiri dari berbagai jenis
dapat membentuk iklim'mikro dan berpengaruh terhadap ke\
nyamanan pemakai plaza.
Alat dan bahan yany diyunakan untuk mclakukan pcnclitian ini adalah termometer bola basah-bola kering, sling
termometer, tube solarimeter dan integrator, serta kuisioner yang dibagikan kepada responden yang dipilih secara
acak.
Studi dilakukan pada plaza yang terdiri dari mate-
rial konblok dan keramik, sedangkan lapangan rumput digunakan sebagai pembanding.
Ketiga bentuk tersebut, ada
yang berada di tempat ternaungi tanaman, dekat kolam air,
dan tempat terbuka.
Data pengamatan dan pencatatan iklim
mikro yang terbentuk terdiri dari data suhu udara,
baban nisbi,
kelem-
intensitas matahari; serta nilai kenyamanan
bagi pengunjung plaza dengan menggunakan rumus Thom.
suhu udara mengalami peningkatan beberapa derajat pada ketiga jenis material (rumput, konblok, keramik) di tiga tempat pengukuran (tempat ternaungi tanaman, dekat kolam air, tempat terbuka).
peningkatan suhu udara selalu
diikuti penurunan kelembaban udara dan sebaliknya.
Berdasarkan iklim mikro yang terbentuk, peringkat alternatif penggunaan ketiga jenis material plaza dari yang
terbaik adalah rumput, konblok, dan keramik.
Berdasarkan
pengaruhnya terhadap kenyamanan pengunjung, peringkat alternatif penggunaan ketiga jenis material plaza dari yang
terbaik
adalah
konblok, rumput, dan
keramik.
Peringkat
lokasi dari ketiga jenis material plaza dari yang terbaik
adalah di tempat ternaungi tanaman, di dekat kolam air,
dan di tempat terbuka.
Keberadaan atau penambahan elemen lunak (tanaman dan
air) pada plaza dapat memberikan efek penyejukan dan efek
psikologis bagi pengunjung plaza.
STUD1 BEBERAPA JENIS MATERIAL PLAZA
TERHADAP PEMBENTUKAN IKLIM MIKRO
DAN KENYAMANAN PENGUNJUNG
(KASUS DI TAMAN BUNGA KEONG MAS,
TAMAN MINI INDONESIA INDAH)
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
oleh
ETTY WIDJAYA
A.23 1117
JURUSAN BUD1 DAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
1992
Judul
:
STUD1 BEBERAPA JENIS MATERIAL
PLAZA TER-
HADAP PEMBENTUKAN IKLIM MIKRO DAN
MANAN
PENGUNJUNG (KASUS DI TAMAN
KENYABUNGA
KEONG MAS, TAMAN MINI INDONESIA INDAH).
Nama mahasiswa : ETTY WIDJAYA
Nomor Pokok
: A.23 1117
Menyetujui :
I
Dosen Pembimbinq I
Dosen Pembimbing I1
Ir Hadi Susilo Arifin, MS
NIP : 131 430 805
Ir Indung Sitti Fatimah
NIP : 131 846 876
ya Pertanian
Chozin, MAgr
0 536 690
Tanggal Lulus :
5 JAN 1992
RIWAYAT HIDUP
'
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 30 Januari
1968 sebagai putri keempat dari empat bersaudara pasangan
Bapak Widjaya dan Ibu Rosjaty.
Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan penulis pada
tahun 1980 di SD Methodist Medan.
Pendidikan SLTP dan
SLTA masing-masing diselesaikannya pada tahun 1983 di SMP
Sutomo Medan, dan pada tahun 1986 di SMA Sutomo Medan.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada
tahun 1986 melalui jalur PMDK.
Pada tahun 1987 penulis
diterima di Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas pertanian dan mengambil Program Studi Arsitektur Pertamanan.
KATA PENGlWTNi
Skripsi yang berjudul Studi Beberapa d en is d ate rial
Plaza Terhadap Pembentukan Iklim ~ i k r odan Kenyamanan
Pengunjung (Kasus di Taman Bunga Keong Mas, Taman Mini Indonesia Indah) merupakan persyaratan untuk kelulusan penulis pada Program S1 Jurusan Budi Daya ~ertanian,Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan
kepada :
1.
Ir Hadi susilo Arifin, MS
sebagai dosen
dan Ir Indung Sitti Fatimah
pembimbing I
sebagai dosen
pembimbing
11, atas segala bimbingan dan perhatiannya selama
nelitian dilaksanakan maupun selama laporan ini
pe-
disu-
sun.
2.
Manager dan seluruh
staf Taman
Bunga Keong Mas
atas
izin lokasi penelitian yang telah diberikan kepada penulis dan segala bantuannya selama pelaksanaan penelitian di Taman Bunga Keong Mas.
3.
Ir Heny Suharsono, MS
sebagai dosen penguji dan
atas
segala koreksi dan masukan yang diberikan kepada penulis.
3.
Kepala
Laboratorium dan staf Jurusan
Agrometeorologi
atas bantuan peralatan yang diperlukan penulis
selama
penelitian dan pengarahan yang diberikan kepada
penu-
lis selama penyusunan laporan ini.
Kenyarnanan Pengunjung Plaza •.....••..•.
36
Latar Belakang Pengunjung •..........•..
38
....................................
39
Pernbentukan Iklirn Mikro Akibat dari
Material Plaza .....••.•....•.....•.•..•
39
Tanarnan ............•..••..•.......•....
42
Air ..................•....•....•••••...
44
Ternpat Terbuka •...•.•••.•.....•.•..••..
46
Kenyarnanan .....•...••.....•.•..••••••••
47
Latar Belakang Pengunjung •••.••••..••••
48
KESIMPULAN DAN SARAN ••.•..•••..•••••.•..•..•.••••
50
Kesirnpulan •....•...••.•.•...••..•••.••••••.••
50
Saran ..........••.•..••••.•...••..•.••.•••••
51
DAFTAR PUSTAKA ..............•.•.....•....•.•..•..
52
LAMPlRAN ...•......•••..........•..••.•.••••.•••••
54
Pernbahasan
Lampiran
1.
Kriteria Pembobotan dan Penilaian Kualitatif
Kuisioner Studi Beberapa Jenis Material Plaza
Terhadap Pembentukan Iklim Mikro dan Kenyamanan Pengunj ung . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
55
2.
Data Klimatologi Bulan Oktober 1990 .........
56
J.
Data Klimatologi Rata-Rata Tahun 1990 .......
57
4.
Nilai Rata-Rata Suhu Udara (oC) Berdasarkan
Pengukuran Sling Termometer dari Berbagai
Jenis Material dan seabaran Waktu ......•....
58
Intensitas Matahari (kWatt m- 2 )..............
59
5.
6.
Latar Belakang Pengunjung Taman Bunga Keong
Mas ..................................................................................
60
Jumlah Frekuensi Pengunjung Taman Bunga
Keong Mas .........................•.•.••••.•
61
Persentase (%l Saran Pengunjung Taman Bunga
Keong Mas ...........................•••••...
61
9.
Daya Pantul Warna (Brown, 1987) ....•...••...
62
10.
Daya Pantul Warna Bidang yang Dianjurkan
(Brown, 1987) ..........................••...
62
7.
8.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada abad pertengahan di kota Italia, plaza sangat
populer yang berfungsi,sebagai sejenis ruang keluarga untuk warga kota.
Menurut Ashihara
(1986)
maksudkan tersebut adalah merupakan bentuk
plaza yang di。イウゥエ・ォオセ@
tan-
pa atap, hampir tidak ada pepohonan ditanam dan lantai diberi perkerasan dengan pola-pola yang indah. Di daerah
subtropis, plaza berfungsi sebagai ruang terbuka untuk menyerap sinar matahari dan menaikkan suhu udara serta digunakan sebagai tempat berjemur pad a waktu musim panas.
Seiring dengan perkembangan
arsitektur modern, plaza
mulai dikenal di Indonesia pada tahun tujuh puluhan.
Di
Indonesia, plaza banyak digunakan dalam taman sebagai tempat istirahat, bersantai, dan sebagainya.
Penggunaan yang berbeda ini disebabkan oleh perbedaan
iklim di daerah tropis (2 musim) dan subtropis
Penggunaan plaza di daerah tropis (Indonesia)
(4 musim).
belum begi-
tu optimal dibandingkan dengan daerah subtropis, karena di
daerah tropis matahari senantiasa bersinar sepanjang tahun
sehingga pemakai plaza
dan malam hari.
banyak
dijumpai pada
pagi, sore,
Oleh sebab itu, rancangan plaza di Indo-
nesia banyak terdapat perubahan-perubahan dengan penambahan elemen lunak (vegetasi, air) dan elemen keras (bangku, lampu taman, patung, dan sebagainya).
4
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk melakukan studi pada
beberapa jenis material plaza terhadap pembentukan iklim
mikro dan pengaruhnya terhadap kenyamanan pengunjung pada
plaza dalam taman.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna sebagai masukan bagi arsitek lansekap dalam merencana dan merancang
plaza suatu taman dengan memperhatikan faktor bahan, konstruksi, tekstur, warna, dan
mendapatkan kenyamanan.
sebagainya
agar
pengunjung
TINJAUAN PUSTAKA
Plaza
Plaza merupakan pusat ruang kota, didominasi oleh
bentuk-bentuk bangunan yang bagus di sekelilingnya.
Plaza
merupakan tempat untuk mempertunjukkan patung-patung dan
air mancur yang indah serta merupakan area sirkulasi
ramai oleh kelompok manusia.
yang
Ruang terbuka atau plaza me-
rupakan suatu ruang terbuka yang sangat luas, cermin dari
kehidupan dan konsep kehidupan di Italia.
Belakangan ini
terlihat adanya usaha pembaharuan yang dilakukan oleh para
arsitek, perencana dan perancang untuk memperkenalkan plaza dalam bentuk yang kaku dengan berbagai pola dalam kota
(Eckbo, 1964).
Menurut Hakim (1987) pada dasarnya ruang terbuka merupakan
suatu wadah yang dapat menampung kegiatan aktivi-
tas tertentu dari warga lingkungan tersebut baik secara
individu atau secara kelompok.
Bentuk ruang terbuka ini
sangat tergantung pola dan susunan massa bangunan. Pengertian dan batasan pola ruang terbuka adalah bentuk dasar ruang terbuka di luar bangunan, yang dapat digunakan
oleh publik (setiap orang), dan memberi kesempatan untuk
melakukan bermacarn-rnacarn kegiatan.
Ruang-ruang terbuka dalam lingkungan hidup yaitu
lingkungan alam dan manusia dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
7
Pada suatu tapak kota, bentuk tanah aslinya mungkin
telah diubah untuk memuat
kegiatan intensif.
Dalam hal
ini, bidang dasar mungkin masih dijadikan suatu unsur
pe-
nentu yang kuat melalui penggunaan bahan, tekstur, dan
warna (Snyder dan Catanese, 1989).
Lantai sebagai bidang alas besar pengaruhnya terhadap
pembentukan ruang luar karena bidang alas erat kaitannya
dengan fungsi ruangnya.
dibedakan menjadi dua
(1)
Permukaan lantai pada ruang dapat
yaitu:
Bahan keras : batu, kerikil, keramik, dan
lain-
nya.
(2)
Bahan lunak : rumput, tanah, dan lainnya.
Sebidang lantai yang mempunyai sifat bahan berbeda dari
permukaan lantai sekitarnya akan membentuk kesan ruang
tersendiri.pengaruh perbedaan bahan tersebut dipergunakan untuk membedakan fungsi-fungsi ruang luar yang berlainan (Hakim,1987).
Menurut Simond (1961)
bidang alas merupakan area
penggunaan yang berhubungan erat dengan segala macam kegiatan yang berlangsung di atasnya.
Oleh karena itu, pe-
milihan jenis material perkerasan harus dilakukan secara
hati-hati agar tercipta keharmonisan dengan lingkungan di
sekitarnya. Material untuk permukaan plaza dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
13
Warna dalam arsitektur digunakan untuk menekankan
atau memperjelas karakter suatu objek,
memberikan aksen
pada bentuk dan bahannya (Isaag dalam Hakim, 1987).
Semua bahan juga mempunyai warna.
Warna dapat mem-
bantu menciptakan suatu suasana dalam suatu ruang. Warnawarna yang cerah melambangkan keceriaan, sedangkan warnawarna yang lebih lunak dapat digunakan untuk mengesankan
kehangatan dan ketenangan.
Jadi, warna dapat digunakan
untuk menciptakan suasana lingkungan yang bermacam-macam,
membantu dalam batasan ruang dengan memberi tekanan pada
skala dan proporsi.
Kontrasnya warna dan pengulangan war-
na dapat menciptakan keselarasan (Snyder dan Catanese,
1989) .
Menurut Hakim (1987) warna dalam kaitannya dengan
suatu rancangan adalah sebagai salah satu elemen yang dapat mengekspresikan suatu objek di samping
tekstur dan garis.
bahan, bentuk,
Warna dapat menimbulkan kesan yang di-
inginkan oleh pencipta dan mempunyai efek
psikologi.
Se-
bagai contohnya, apakah suatu ruang berkesan luas atau
sempit, sejuk atau hangat, dan sebagainya.
Warna memegang peranan penting dalam mengatur ruang
dan massa di alam terbuka.
Karena dalam pengaturan ruang
itu menggunakan unsur yang alami (tanaman, air dan sebagainya) dan unsur buatan manusia, maka dalam memilih dan
mengkomposisikan
warna dari
massa-massa itu harus
tepat
14
berdasarkan teori serta prinsip-prinsip warna agar tercapai hasil karya yang mempunyai kesan menyatu dengan alam
tetapi bervariasi.
vegetasi dan Air
Penggunaan fungsional tanaman yang penting adalah pada pengendalian iklim mikro.
Pepohonan berdaun rimbun
membantu mengalihkan hembusan angin.
suhu udara juga da-
pat dipengaruhi oleh bayangan yang ditimbulkan pepohonan
di daerah-daerah beriklim hangat dan transpirasi uap air
dari tumbuh-tumbuhan dapat menimbulkan suatu efek penyejuk.
Tumbuh-tumbuhan juga berman fa at menjaga udara tetap
segar dan menekan tingkat pencemaran yang lebih tinggi.
Tumbuh-tumbuhan berperan sebagai suatu bahan penyerap pada
kawasan lahan, yaitu menyerap panas dan sinar matahari,
juga suara.
Kelembaban
yang menyebar ke dalam atmosfir
melalui transpirasi membantu memperendah atau menstabilkan
suhu udara.
Pepohonan juga melakukan berbagai fungsi ik-
lim mikro penting lainnya seperti perlindungan terhadap
angin dan untuk pengubahan suhu.
Tanaman dan vegetasi
alamiah merupakan indikator iklim mikro yang baik (Laurie,
1986).
Menurut Hakim (1987)
tanaman tidak hanya mengandung
atau mempunyai nilai estetis saja, tapi juga berfungsi untuk menambah kualitas lingkungan.
Salah satu fungsi
dari
15
tanaman adalah sebagai pengendali iklim untuk kenyamanan
manusia.
Tanaman
berguna
sebagai penahan, penyerap, dan
mengalirkan angin sehingga menimbulkan iklim mikro.
Ta-
naman dapat mengurangi kecepatan angin kira-kira 75%- 85%.
Menurut Snyder dan catanese (1989) tumbuhan dapat memantulkan sinar matahari sebelum mencapai permukaan. Tanaman-tanaman menyebarkan dan memantulkan radiasi karena
permukaan-permukaan mereka yang banyak mempunyai penonjoIan dan umumnya permukaannya kasar gelap.
sep・ョセュー。エ@
mak-semak rendah atau lapangan-lapangan dapat menjadi
penentu dalam mengendalikan pemantulan air atau permukaan-permukaan terhampar.
TUmbuhan dapat digunakan untuk
mengurangi peningkatan suhu di daerah-daerah datar.
Tumbuhan mempunyai pengaruh yang menyejukkan pada suhu udara dan dapat mengubah iklim mikro dalam musim panas
sebesar tujuh derajat.
Pepohonan dan lindungan tumbuhan
juga dapat mengubah suatu iklim mikro dengan memberikan
naungan dari matahari musim panas.
Salah satu bahan pertamanan penting lainnya adalah
air. Elemen ini bila digabungkan dengan perkerasan dan
tumbuh-tumbuhan,
akan' memberikan gambaran dan kualitas
pada ruang-ruang yang direncanakan.
nen dasar pada alam
dan arsitektur
Air merupakan kompopertamanan.
Pada la-
han yang melandai air mengalir dengan halus, hampir tanpa
16
suara, dan kadang-kadang memberikan keindahan sekejap, tetapi dalam sekejap itulah air merefleksikan suasana lingkung an di sekitarnya.
Air juga berguna sebagai un sur pendingin pada waktu
Air dapat dipancarkan ke udara untuk mem-
cuaca panas.
bantu menurunkan suhu udara.
Bunyi air mancur atau air
terjun dapat pula dimanfaatkan untuk menutupi bunyi-bunyi
yang tidak dikehendaki dan menciptakan suatu keistimewaan
lingkungan tambahan oleh perancang (Laurie, 19B6).
Menurut Ruberstein (1969) air merupakan elemen alami
yang fleksibel, bentuknya
berubah menurut
wadahnya. Air
merupakan tocal point dari lansekap, memberikan rasa sejuk
dan nyaman kepada orang yang berada di sekitarnya.
Air
dapat pula menimbulkan suara yang merdu dan membuat hidup
lebih cerah.
Menurut Brown (19B7) pada iklim-iklim panas kering,
air yang menguap ke udara pada dasarnya dapat menurunkan
suhu udara.
Angka penguapan dan angka penyejukan tergan-
tung kepada
luas air, kecepatan angin, kelembaban nisbi
dari udara dan
suhu air.
Dari hal-hal ini, perancang
mempunyai kendali yang paling banyak atas luas air dan 10kasi nisbi terhadap ruang-ruang yang akan disejukkannya.
Disamping meningkatkan luas permukaan kolam, daerah efektif dapat ditingkatkan dengan semprotan pada kolam atau
pada permukaan lainnya.
17
Laurie (1986) menyatakan bahwa air juga memiliki suatu pengaruh penghangatan dan penyejukan.
memperbesar kelembaban,
umumnya.
Air juga dapat
tergantung pada pola-pola suhu
Semakin besar kawasan air yang terdapat semakin
besar dampak yang mungkin terjadi pada iklim mikronya.
Brown (1987) mengatakan bahwa penggunaan kolam-kolam
air pada daerah-daerah terlindungi untuk memberikan suatu
oasis sejuk dari udara padang pasir yang panas dan kolamkolam untuk menyejukkan udara yang bergerak melalui bangunan di Taliesin West dekat Phoenix, Arizona.
Iklim Mikro dan Kenyamanan
Iklim mikro adalah iklim spesifik suatu tapak, dan
berubah-ubah di tapak tersebut.
lum dikerjakan,
Pada suatu tapak yang be-
iklim mikro akan dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu: permukaan tanah dan bentuk tanah.
Rancangan
tapak untuk ruang-ruang kegiatan yang menyenangkan menghendaki agar perancang langsung mengamati dan mengukur
iklim mikro yang timbul di tapak tersebut.
Bahan-bahan
permukaan tanah menyerap panas, menyimpannya, dan memancarkannya kembali ke dalam atmosfir selama suatu periode
waktu.
Tetapi tidak semua panas terserap, ada yang segera
dipantulkan kembali ke atmosfir.
Bahan-bahan yang berbeda mempunyai sifat pantulan,
serapan, dan pancaran khas
yang berbeda pula.
Umpamanya,
18
permukaan air menyerap panas, menyimpannya, dan
memancar-
kannya kembali ke atmosfir sesudah suatu periode.
Proses
ini berlangsung untuk menyamakan perbedaan suhu harian dan
musiman di tapak-tapak yang bersebelahan (Snyder dan Catanase, 1989).
Iklim mikro yang dapat mempengaruhi kenyamanan meliputi radiasi matahari, angin, dan curah hujan.
Radiasi
matahari dapat mengurangi kenyamanan terutama pada daerah
tropika pada siang hari, maka perlu diberi peneduh. Arah
angin pada suatu daerah perlu diperhatikan dalam pengolahan tata ruang luar,
agar tercipta ruang-ruang dengan
pergerakan angin mikro yang sejuk dan menyenangkan bagi
kegiatan manusia.
Pada ruang-ruang terbuka yang luas perlu diadakan
elemen-elemen penghalang angin agar kecepatan angin yang
kencang dapat dihalangi sehingga tercipta sua sana yang
nyaman.
Curah hujan merupakan salah satu faktor yang se-
ring menimbulkan gangguan terhadap aktifitas manusia di
ruang luar, oleh karena itu harus tersedia tempat terlindung dari hujan (Hakim, 1987).
Pengkajian iklim mikro adalah bidang yang baru dan
kompleks.
Pada umumnya iklim mikro perkotaan dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu : reflektivitas dan konduktivitas yang rendah dari bahan-bahan yang dibuat seperti beton,
batu bata, aspal,dan bangunan-bangunan
yang
rap at
19
menimbulkan panas dalam jumlah besar, dengan menciptakan
pengaruh suatu 'pulau panas'
yang mengandung arus udara
naik i arus konveksi menimbulkan awan, polusi udara yang
diciptakan oleh industri dan gas buangan dari knalpot mobil menambah kekotoran awan, menciptakan kabut yang mengurangi jumlah radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi (Snyder dan catanese, 1989).
Menurut Laurie (1986) iklim merupakan hasil dari sejumlah faktor-faktor tak tetap (variabel) yang berhubungan
timbal balik, meliputi suhu, uap air, angin, radiasi matahari, dan curah hujan.
Topografi, vegetasi, air, dan
ゥォセ@
lim merupakan sebuah komponen lingkungan yang penting.
Iklim ideal bagi kenyamanan manusia (negara empat musim)
telah dirumuskan sebagai berikut : udara yang bersih, suhu
antara 50°F (lOoC) - 80 0 p (27°C), kelembaban antara 40% 75% udara yang tidak terperangkap dan tidak berupa angin
kencang, dan keterlindungan terhadap hujan.
Istilah iklim mikro mengacu kepada ruang lingkup daerah yang diselidiki dan tidak usah sampai ke ukuran perbedaan iklim, yang mungkin besar sekali dalam suatu perhubungan yang erato
Pengukuran kecepatan dan arah angin,
perbedaan suhu, curah hujan,
dan radiasi matahari harus
diambil secara khusus tergantung kepada kepentingannya,
penilaian-penilaian yang dibuat,
kesimpulan-kesimpulan
yang bersifat intuitif dapat ditarik dari suatu pengertian
20
tentang bagaimana iklim mikro itu timbul,
baik pada ling-
kungan buatan seperti bangunan, permukaan-permukaan perkerasan, tanaman at au pada alam sendiri.
Suhu dan aliran udara yang terdapat di dalam atau di
luar bangunan dapat dirubah terutama oleh orientasi dan
pengaturan letak bangunan pada tapak, teknik-teknik konstruksi, dan penanaman pepohonan.
Daya penyejuk yang di-
miliki udara dan derajat ketidaknyamanan yang disebabkan
oleh panas dan kelembaban akan berpengaruh pada rancangan
ruang-ruang dalam dan luar bangunan, menunjukkan kebutuhan akan keteduhan, jalan kecil yang beratap, penanaman pepohonan penghalang angin, dan lain-lainnya.
Menurut Simond (1961) kenyamanan merupakan segala sesuatu yang memperlihatkan dirinya sesuai dan harmonis dengan penggunaan suatu ruang, baik dengan ruang itu sendiri
maupun dengan berbagai bentuk, tekstur, warna, simbol maupun tanda, suara dan bunyi,
kesan,
intensitas dan warna
cahaya maupun bau, atau apapun juga.
Pemenuhan maksud dan
tujuan,
keinginan dan kebutuhan yang seharusnya ada.
urutan-urutan yang teratur,
berkembang dan memuaskan.
Hubungan yang harmonis, persatuan dalam keragaman. suatu
nilai keseluruhan yang mengandung keindahan
Albert dalam Hakim (1987), kenyamanan
adalah kenik-
matan atau kepuasan manusia di dalam melaksanakan aktifitasnya.
Faktor-faktor iklim yang mempengaruhi
kenyamanan
21
manusia adalah suhu, radiasi matahari, kelembaban nisbi,
dan angin.
Menurut Todd (1987)
suhu efektif merupakan ukuran
yang dipergunakan untuk menentukan tingkat kenyamanan dari
sebuah tapak.
Suhu efektif adalah suhu yang dirasakan ba-
dan sebagai suatu akibat dari efek-efek gabungan dari radiasi, hujan, kelembaban, dan angin.
Suhu efektif dapat
berubah-ubah cukup besar dari lokasi ke lokasi, bahkan pada sebuah tapak kecil dikarenakan faktor-faktor iklim.
Iklim umum pad a dasarnya tidak dapat diubah, tetapi
iklim pada suatu bag ian lahan tertentu dapat dipengaruhi
dengan mudah dan dirubah oleh perancang. Perancangan pertamanan dan penanaman tumbuh-tumbuhan, pengaturan letak
bangunan yang cermat, dan rancangan arsitektur bergabung
di dalam pembentukan suatu iklim mikro yang nyaman.
Penggunaan ruang-ruang luar dipengaruhi oleh keteduhan dan
angin, kebisingan dan suhu.
Hal-hal ini merupakan petun-
juk penting terhadap kualitas lingkungan (Laurie, 1986).
Keindahan merupakan hal yang perlu diperhatikan sekali dalam hal penciptaan kenyamanan karena hal tersebut dapat mencakup masalah kepuasan batin dan panca indera sehingga rasa nyaman dapat diperoleh.
Keindahan ini dapat
dicapai dengan mempergunakan elemen-elemen tanaman, bentuk-bentuk yang mempergunakan perk eras an (Hakim, 1987).
22
Persyaratan kenyamanan dapat dinyatakan dari segi karakteristik-karakteristik termal yaitu: suhu udara, kelembaban relatif, gerakan udara, dan radiasi.
Tidak ada satu
kondisi tunggal yang menyebabkan kenyamanan, melainkan lebih merupakan serangkaian kondisi.
Kenyamanan, bagi tiap
orang atau kelompok orang mana saja, dapat sangat berbeda
menurut kebudayaan, usia, pakaian,
jenis kelamin, dan ke-
sehatan mereka yang terlibat (Snyder dan catanese, 1989).
Menurut Todd (1987) seseorang yang terbiasa dengan
iklim tropis akan merasa nyaman pada suatu zona yang beberapa derajat lebih hangat daripada suhu efektif maksimum
yang secara nyaman dialami oleh seseorang dari Inggris.
Persepsi
persepsi adalah suatu gambaran, pengertian, serta interpretasi seseorang mengenai suatu objek, terutama bagaimana orang tersebut menghubungkan informasi itu dengan
dirinya dan lingkungan di mana ia berada (Siswantinah,
1987).
Menurut Lime dan Stanley (1979) persepsi berhubungan
dengan suatu proses di mana suatu individu menerima informasi dari lingkungan sosial dan fisik, dan menafsirkan dalam pengalaman dan sikapnya.
Persepsi bukan proses yang pasif, tetapi proses yang
aktif dari suatu interaksi antara seseorang dengan lingkungannya, dan merupakan suatu pencapaian (Hilgard, 1978).
23
Persepsi dapat diartikan sebagai pengamatan yang secara langsung dikaitkan dengan suatu makna tertentu.
Pro-
ses yang melandasi persepsi tentu berawal dari adanya informasi dari lingkungan.
Tidak semua rangsang (informa-
si) diterima dan disadari oleh individu, melainkan diseleksi berdasarkan orientasi nilai yang dimilikinya dan juga pengalaman pribadi (Gambar 1).
Kekurangan yang melekat pada informasi, begitupun bagian-bagian yang kabur,
'dilengkapi' sendiri oleh indivi-
du, baik melalui imajinasi maupun fikiran dan nalar untuk
memperoleh suatu keutuhan dan kebulatan yang bermakna.
Keseluruhan informasi yang telah membulat menjadi sesuatu yang utuh, kemudian diberi tafsiran (interpretasi,
makna) antara lain atas dasar orientasi nilai dan pengalaman pribadi individu.
(output)
Keluaran keseluruhan proses ini
ialah penangkapan/penghayatan.
Antara seleksi,
pembulatan dan tafsiran terjadi hubungan ketergantungan
(interdependen), namun ciri khas individualnya diperoleh
dari orientasi nilai dan pengalaman pribadi
al, 1986).
(Boedojo et
24
serta Pengalaman
Informasi
1
I
p・イウーセ@
Seleksi
L
:::::k::::rPJretasi
Pembulatan
Subyektif
Gambar 1.
Proses Persepsi (Boedojo et al, 1986).
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian
studi di lapang dilaksanakan selama sebulan, yaitu
pada bulan Oktober 1990.
Tempat penelitian adalah di Ta-
man Bunga Keong Mas, Taman Mini Indonesia Indah Jakarta.
Bahan dan Alat
Bahan dan alat diperlukan khusus untuk pengukuran
suhu udara, kelembaban nisbi, dan intensitas matahari di
lapang.
Alat yang digunakan berupa 3 set termometer bola
kering-bola basah, 1 buah sling termometer, 3 set tube
solarimeter dan integrator.
Bahan yang digunakan berupa
lembaran kuisioner yang dibagikan kepada para responden
yang terdiri dari pengunjung Taman Bunga Keong Mas.
Peni-
laian kualitatif kuisioner dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1.
Metoda
Pada prinsipnya studi ini bersifat deskriptif.
Pe-
ngukuran suhu udara, kelembaban nisbi, dan intensitas matahari dilakukan pada 3 jenis material yaitu rumput, konblok, dan keramik.
Ketiga jenis material berlokasi di
tempat yang ternaungi tanaman,
di dekat kolam air,
di
tempat terbuka tanpa naungan.
Pengukuran di tempat yang ternaungi tanaman diambil
dari bawah naungan sampai bayangan keteduhan naungan dan
harus bebas dari pengaruh air.
Pengukuran di dekat kolam
26
air diambil dari tepi kolam hingga 1 meter dari tepi kolam
dan terbebas dari pengaruh naungan.
Pengukuran di tempat
yang terbuka harus terbebas dari pengaruh tanaman dan air.
Waktu pengukuran dilakukan pada pagi hari (jam 09.00
- 11.00), siang hari
(jam 11.00 -
(jam 14.00 - 16.00).
Pengamatan dilakukan setiap 15 menit
dalam selang waktu 2 jam.
13.00),
dan sore hari
Semua pengukuran dan pengamatan
di lapang dilakukan pada keadaan euaea eerah (tidak mendung dan tidak hujan), pada hari dan jam yang berbeda.
Dalam sehari dilakukan pengukuran di
3,
lokasi yang sama
tapi berbeda jenis materialnya dan pada waktu yang bersamaan.
Pada saat berlangsungnya pengukuran dan pengamatan,
kuisioner dibagikan kepada responden yang memasuki lokasi
pengukuran tersebut.
Responden yang mengisi kuisioner
dalam 2 kali pengukuran pada 1 lokasi ± 23 orang yang
diambil seeara aeak (random).
Untuk mengetahui pembentukan iklim mikro yang terjadi
dari beberapa jenis material plaza, maka data suhu udara
dan kelembaban nisbi yang diperoleh dari termometer bola
basah-bola kering pada ketinggian 30 em dari permukaan
perkerasan masing-masing diratakan.
but dibuat dalam tabel dan histogram.
togram
tersebut
Kemudian hasil terseDari tabel dan his-
dapat dilihat perbedaan suhu
udara
dan
27
kelembaban nisbi dari ketiga jenis material pada berbagai
waktu.
Untuk mengetahui suhu efektif (kenyamanan) pengunjung
plaza, maka data suhu yang diperoleh
(sling termometer)
dihitung dengan rumus Thom dalam Ayoade (1983), yaitu :
ET
=
0.4 (Td + Tw) + 4.8
=
Suhu efektif (oe)
Td
=
suhu bola kering (oe)
Tw
=
suhu bola basah (oe)
dimana : ET
Hasil perhitungan suhu efektif ini dibandingkan dengan
pendapat responden tentang kenyamanan.
Apabila pada waktu
yang bersamaan dimana pengukuran dilakukan dan kuisioner
disebarkan,
lebih dari atau sama dengan 75% responden
menyatakan nyaman maka kondisi suhu efektif tersebut dianggap nyaman bagi pengunjung.
Apabila kurang dari 75%
responden menyatakan nyaman maka kondisi suhu efektif tersebut
dianggap tidak nyaman bagi pengunjung.
Keseluruhan
hasil tersebut dibuat dalam tabel dan dapat digunakan untuk mendapatkan peringkat pemilihan jenis material.
Batasan Operasional
1.
Responden adalah orang yang telah memasuki plaza
yang
ditentukan sebagai lokasi penelitian
acak
dan secara
diminta pendapatnya dengan cara mengisi kuisioner.
28
2.
Persepsi adalah suatu gambaran, pengertian
terpretasi
seseorang mengenai
bagaimana orang
serta
in-
suatu obyek , terutama
tersebut menghubungkan informasi
dengan dirinya dan lingkungan dimana
ia berada
itu
(Sis-
wantinah, 1987).
3.
Lokasi pengukuran adalah plaza yang ternaungi tanaman,
di dekat kolam air, dan tempat terbuka tanpa naungan.
4.
Waktu pengukuran adalah pad a
pagi
hari (jam
09.00-
11.00), siang hari (jam 11.00 - 13.00), dan sore
(jam 14.00 - 16.00).
hari
Waktu pengukuran ini disesuaikan
dengan jadwal Taman Bunga Keong Mas.
5.
Waktu pengamatan adalah 15 men it
sekali dalam
selang
waktu 2 jam, dimana pada saat yang bersamaan juga
di-
bagikan kuisioner kepada responden.
6.
Plaza yang ternaungi tanaman adalah plaza yang
terna-
ungi dengan tidak
maupun
membedakan jenis tanamannya
bentuk (pohon/tanaman pergola).
7.
Plaza di dekat kolam air adalah plaza yang terletak di
sekeliling kolam air dengan tidak membedakan air
man-
cur, air terjun, air yang diam dan tanpa naungan.
8.
Plaza di tempat terbuka adalah plaza yang terletak di
tempat terbuka tanpa naungan apapun dan bebas dari pengaruh air.
9.
Penilaian Kualitatif Kuisioner dap?t dilihat pada
bel Lampiran 1.
Ta-
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penqukuran
Iklim Mikro Plaza di Tempat Ternaunqi Tanaman
Hasil pengukuran suhu udara pada ketiga jenis material plaza (Gambar Lampiran 1, 2, 3) menunjukkan nilai suhu udara keramik yang paling tinggi dibandingkan dengan
nilai suhu konblok dan rumput
(Tabel 1 dan Gambar .2).
Suhu udara pada ketiga jenis material menunjukkan nilai
tertinggi di waktu sore hari.
Nilai kelembaban nisbi uda-
ra pada ketiga jenis material menunjukkan nilai kelembaban
kerarnik dan waktu sore hari yang paling rendah (Tabel 2
dan Gambar 3).
Tabel 1.
Nilai Rata-Rata Suhu Udara
(oC)
pada
Ketinggian 30 em dari Berbagai Jenis Material di Tempat Ternaungi Tanarnan.
KERAMIK (oC)
KONBLOK (oC)
RUMPUT (oC)
Pagi
30.7
29.6
30.0
Siang
31.8
31.3
30.7
Sore
33.7
32.4
31.4
WAKTU
30
t ('e)
35
Pa g i
S jan g
S rc
Keterangan :
I:.:·::J Konblok
Gambar 2.
Tabel 2.
WAKTU
iセゥ@
Rumput
Histogram Suhu Udara (oC) pada Ketinggian
30 em dari Berbagai Jenis Material di Tempat Ternaungi Tanaman.
Nilai Rata-Rata Kelembaban Nisbi Udara
(%)
pada Ketinggian 30 em dari Berbagai Jenis
Material di Tempat Ternaungi Tanaman.
KERAMIK (%)
KONBLOK (%)
RUMPUT (%)
Pagi
72.9
81.3
77.2
Siang
69.5
75.3
74.2
Sore
62.9
61. 6
67.3
31
(1.)
POl gi
S ian g
Keterangan :
Keramik
Gambar 3.
iセZN@
Konblok
1:::1
Rumput
Histogram Kelembaban Nisbi Udara (%) pada
Ketinggian 30 em dari Berbagai Jenis Material di Tempat Ternaungi Tanaman.
Iklim Mikro Plaza di Dekat Kolam Air
Hasil pengukuran suhu udara pada ketiga jenis material plaza (Gambar Lampiran 4, 5, 6) menunjukkan nilai suhu udara keramik yang paling tinggi dibandingkan dengan
nilai suhu konblok dan rumput
(Tabel 3 dan Gambar 4).
Suhu udara pada ketiga jenis material menunjukkan nilai
tertinggi
di
waktu siang hari.
Nilai
kelembaban
nisbi
32
udara pada ketiga jenis material menunjukkan nilai kelembaban konblok dan waktu siang hari yang paling rendah
(Tabel 4 dan Gambar 5).
Tabel 3.
\
Nilai Rata-Rata Suhu Udara (oe) pada Ketinggian 30 em dari Berbagai Jenis Material
di Dekat Kolam Air.
WAKTU
KERAMIK (oe)
KONBLOK (oe)
RUMPUT (oe)
pagi
39.6
34.7
38.4
. siang
39.8
38.6
39.1
Sore
36.3
36.7
33.4
t ("C)
Keterangan :
1::·.:.::1 Konblok
Gambar 4.
I:-::::::j Rumput
Histogram Suhu Udara .(oe) pad a Ketinggian
30 em dari Berbagai Jenis Material di Dekat Kolam Air.
33
Tabel 4.
WAKTU
Nilai Rata-Rata Kelembaban Nisbi Udara (%)
pada Ketinggian 30 em dari Berbagai Jenis
Material di Dekat Kolam Air.
KONBLOK (%)
KERAMIK (%)
RUMPUT (%)
pagi
59.4
51. 8
58.6
Siang
46.7
42.3
47.8
Sore
56.6
54.0
69.6
S ian g
Pagi
Keterangan :
Keramik
Gambar 5.
H:"fl
... Konblok
'
Qセrオューエ@
Histogram Kelembaban Nisbi Udara (%) pada
Ketinggian 30 em dari Berbagai Jenis Material di Dekat Kolam Air.
34
Iklim Mikro Plaza di Tempat Terbuka
Hasil pengukuran suhu udara pada ketiga jenis material plaza (Gambar Lampiran 7, 8, 9) menunjukkan nilai suhu udara keramik yang paling tinggi dibandingkan dengan
nilai suhu konblok dan rumput (Tabel 5 dan Gambar 6).
Su-
hu udara pada ketiga jenis material menunjukkan nilai tertinggi di waktu siang hari.
Nilai kelembaban nisbi udara
pada ketiga jenis material menunjukkan nilai kelembaban
keramik dan waktu siang hari yang paling rendah (Tabel 6
dan Gambar 7).
Tabel 5.
Nilai Rata-Rata Suhu Udara (oC)
pada Ketinggian 30 em dari Berbagai Jenis Material
di Tempat Terbuka.
WAKTU
KERAMIK (oC)
KONBLOK (oC)
RUMPUT (oC)
Pagi
38.2
36.2
35.6
Siang
39.7
37.6
36.5
Sore
37.2
35.2
33.3
Tabel 6.
WAKTU
Nilai Rata-Rata Kelembaban Nisbi Udara (%)
pada Ketinggian 30 em dari Berbagai Jenis
Material di Tempat Terbuka.
KERAMIK (%)
KONBLOK (%)
RUMPUT (%)
Pagi
46.9
55.8
58.6
Siang
39.8
49.8
51. 2
Sore
47.0
54.3
61.9
35
tee}.
3
セlj@
r. gi
__セ@
Sian g
__セ@
Sore
Keterangan:
[セ@
-, ...
Keramik
Gambar 6.
wGZセ[Q@
..
Konblok
iセᆬ@
Rumput
Histogram Suhu Udara (oC) pada· Ketinggian
30 em dari Berbagai Jenis Material di Tempat Terbuka.
ruH'4l
Vセ@
Keterangan :
e':' I '
BセG@
Keramlk
Gambar 7.
8 Konblok
r:::::r
セ@r::.::.:1
Rumput
Histogram Kelembaban Nisbi Udara (%) pada
Ketinggian 30 em dari Berbagai Jenis Material di Tempat Terbuka.
36
Kenyamanan
pengun;ung Plaza
Suhu efektif pengunjung plaza dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Thom (Tabel 7,
8,
dan 9).
Hasil
tersebut diprosentasikan dengan persepsi pengunjung untuk
mendapatkan nilai kenyamanan pengunjung plaza (Tabel 10).
Tabel 7.
Suhu Efektif (DC) pada Berbagai Material
dan Sebaran Waktu di Tempat Ternaungi Tanaman.
MATERIAL
WAKTU
KERAMIK (DC)
KONBLOK (DC)
RUMPUT (oC)
Pagi
28
27
27
Siang
28
28
28
Sore
29
28
28
Tabel 8.
Suhu Efektif (DC) pada Berbagai Material
dan Sebaran Waktu di Dekat Kolam Air.
MATERIAL
WAKTU
KERAMIK (DC)
KONBLOK (DC)
RUMPUT (DC)
Pagi
33
29
32
Siang
32
31
32
Sore
31
31
30
37
Tabel 9.
Suhu Efektif (oC) pad a Berbagai Material
dan Sebaran Waktu di Tempat Terbuka.
MATERIAL
WAKTU
KERAMIK (oC)
KONBLOK (oC)
RUMPUT (oC)
Pagi
31
-30
30
siang
31
31
30
Sore
30
30
29
Tabel 10.
Persepsi Kenyamanan Berdasarkan Persentase
(%) Pengunjung (n = 207) di Berbagai Lokasi (Berbeda Jenis Material) dan Berbagai
Sebaran Waktu.
PENGUNJUNG (%)
LOKASI
PAGI
N
TANAMAN
Rumput
Konblok
Keramik
T
78.3 21.7
100.0 .
87.0 13.0
I
I
I
I
SIANG
N
T
SORE
N
T
-
82.6
82.6
78.3
17.4
17.4
21.7
87.0
78.3
78.3
13.0
21.7
21.7
KOLAM AIR
Rumput
Konblok
Keramik
65.2
73.9
69.6
34.8
26.1
30.4
69.6
73.9
65.2
30.4
26.1
34.8
52.2
47.8
47.8
47.8
52.2
52.2
TERBUKA
Rumput
Konblok
Keramik
26.1
43.5
30.4
73.9
56.5
69.6
52.2
56.5
43.5
47.8
43.5
56.5
34.8
39.1
30.4
65.2
60.9
69.6
Keterangan
N
=
Nyaman
T
=
Tidak Nyaman
38
Latar Belakang Pengunjung
Tabel Lampiran 6 memuat data latar belakang pengunjung Taman Bunga Keong Mas.
dari perempuan (53.14%).
ling banyak adalah 15 -
Sebagian besar mereka terdiri
Kisaran umur pengunjung yang pa24 tahun (60.87%).
Dilihat la-
tar belakang pendidikannya, mereka sebagian besar sudah
tamat SLTA (58.45%),
sedangkan berdasarkan pekerjaan uta-
manya kebanyakan pengunjung terdiri dari pelajarjmahasiswa
(41.06%).
Sebagian besar mereka berasal dari kota Jakarta
(67.63%).
Sebagian besar pengunjung (35.27%) telah lebih dari
tiga kali mengunjungi Taman Bunga Keong Mas (lihat Tabel
Lampiran 7).
berekreasi.
Sebagian besar mereka mempunyai tujuan untuk
Tetapi
mereka juga memiliki tujuan lain se-
perti mempelajari jenis tanaman dan mengunjungi museum Asmat.
sebagian besar pengunjung (53.14%) menyarankan agar
menambah pepohonan dan kolam air untuk meningkatkan kenyamanan pada plaza.
Sebagian pengunjung (37.68%)
menyaran-
kan untuk menambah pepohonan saja dan sebagian kecil pengunjung (9.18%) menyarankan untuk menambah kolam air saja
untuk meningkatkan kenyamanan pad a plaza (Tabel Lampiran
8) .
39
Sebagian besar pengunjung (68.60%) menyarankan penggunaan hamparan rumput
mendatang.
untuk pengembangan plaza di masa
Sebagian pengunjung (16.42%) menyarankan peng-
gunaan material keramik dan sebagian pengunjung (14.98%)
menyarankan penggunaan material konblok untuk pengembangan
plaza di masa mendatang (Tabel Lampiran 8).
Pembahasan
Pembentukan Iklim Mikro Akibat dari Material Plaza
Suhu udara material keramik pada ketiga tempat pengukuran mulai pagi hingga sore hari menunjukkan nilai suhu
udara yang paling tinggi dibandingkan dengan konblok dan
rumput.
Bahan permukaan pada sebuah tapak mampu mempengaruhi
banyaknya cahaya l!Iatahari yang dipantulkan.
Semakin te-
rang dan halus permukaannya, semakin banyak cahaya matahari yang akan dipantulkan (Todd, 1987).
Menurut Kukreja (1972), material keramik mempunyai
permukaan yang licin dan halus,
serta berwarna terang.
Material keramik merupakan bahan permukaan yang tidak dapat menyerap panas dengan baik karena mempunyai nilai albedo yang tinggi, sebaliknya malah akan meningkatkan suhu
udara permukaannya.
40
Gambar 8.
Pemantulan Sinar Matahari oleh Suatu
mukaan (Clenon, 1983).
Per-
Suhu udara material konblok menunjukkan nilai yang
lebih rendah dari suhu udara keramik dan lebih tinggi dari
suhu udara material rumput.
Suhu udara material rumput
menunjukkan nilai yang paling rendah dibandingkan suhu
udara material konblok dan keramik.
Menurut Todd (1987) bahan-bahan permukaan yang berbeda-beda dapat menyerap dan memantulkan cahaya matahari
pada angka yang berbeda pula (lihat Tabel Lampiran 5).
Material konblok mempunyai tekstur permukaan yang kasar, berwarna gelap (abu-abu tua, merah kusam), albedo
25%-35%, merupakan bah an yang dapat menyerap air dan panas
dengan baik.
Oleh sebab itu, peningkatan suhu udaranya
akan lebih kecil daripada material keramik· (Kukrej a,
1972).
41
Material rumput mempunyai albedo 10%-15%, tekstur
permukaannya lebih kasar dan berwarna lebih gelap (hijau
tua kusam) dari material konblok.
Material rumput merupa-
kan material lunak dan sangat baik dalam menyerap air dan
panas, sehingga peningkatan suhu udaranya lebih kecil daripada material konblok dan keramik (Kukreja, 1972).
Warna pada berbagai jenis material juga mempengaruhi
banyaknya radiasi yang dipantulkan oleh permukaan material.
Setiap warna memiliki daya pantul tersendiri (Tabel
Lampiran 9).
Semakin terang warna permukaan material, se-
makin besar daya pantul warna tersebut.
Daya pantul yang
dianjurkan untuk masing-masing bidang dapat dilihat pada
Tabel Lampiran 10 (Brown, 1987).
Secara umum hasil pengukuran menunjukkan peningkatan
suhu udara yang selalu diikuti dengan penurunan kelembaban
nisbi udara, dan berlaku sebaliknya jika penurunan suhu
udara maka kelembaban nisbi udara akan meningkat.
Kelembaban nisbi udara dipengaruhi oleh suhu udara
dan tidak berlaku sebaliknya.
Naiknya suhu udara akan
menyebabkan defisit tekanan uap sehingga kapasitas udara
dalam menampung uap air meningkat pula yang selanjutnya
menyebabkan penurunan kelembaban udara (Basuki, 1987).
42
Tanaman
suhu udara ketiga jenis material plaza yang berada di
tempat ternaungi tanaman menunjukkan nilai suhu udara yang
paling rendah daripada di dekat kolam air dan tempat terbuka.
Sebaliknya kelembaban nisbi udara menunjukkan nilai
yang paling tinggi daripada di dekat kolam air dan tempat
terbuka.
Tanaman berperan sebagai suatu bahan penyerap panas
dan cahaya matahari.
Kelembaban yang menyebar ke dalam
atmosfir melalui transpirasi membantu memperendah atau
menstabilkan suhu udara di sekitarnya (Laurie, 1986).
Nilai intensitas matahari dari ketiga jenis material
di tempat ternaungi tanaman memiliki nilai yang terkecil.
Tanaman sangat efektif untuk menyerap dan mengurangi pemantulan.
Tanaman dapat mereduksi ± 80% - 90% radiasi ma-
tahari dibandingkan dengan tempat terbuka.
Menurut Olgyay (1973), tanaman dapat memberikan efek
penyejukan dan mempunyai peranan yang penting dalam menciptakan suatu iklim mikro yang nyaman.
Kanopi pepohonan
yang lebat dapat memperendah suhu udara di bawahnya dan
daun-daun hijau yang gelap dapat menyerap panas dan mengurangi pemantulan.
43
Gambar 9.
Peranan Kanopi dan Warna Daun Pepohonan
Terhadap Penyerapan dan Pemantulan Sinar
Menurut Bernatzky (1978), tanaman mempunyai fungsi :
(1) mengendalikan iklim mikro,
(2) mengkonsumsi karbondi-
oks ida dan memproduksi oksigen,
menyegarkan dan menyejukkan udara,
panas,
(3)
membersihkan udara,
(4)
mendinginkan udara
(4) dan lain-lain.
Kombinasi dari bahan-bahan permukaan yang lebih gelap
dan albedo yang rendah dengan tanaman dapat menyerap panas
dengan baik.
Penyejukan melalui penguapan dapat menyebab-
kan suatu perbedaan suhu sebanyak 14 0 F
(10 o e)
di antara
permukaan terbuka dengan perrnukaan berumput.
Suhu udara ketiga jenis material plaza di tempat ternaungi tanaman pada waktu sore hari menunjukkan nilai yang
tinggi.
Kemungkinan hal ini disebabkan masuknya sinar ma-
tahari melalui celah-celah kanopi pepohonan dan penyerapan
44
oleh permukaan material secara lambat sehingga penyebaran
radiasi yang akan dipantulkan kembali juga berlangsung
secara lambat dan terhalangi oleh naungan kanopi, akibatnya suhu udara secara perlahan akan meningkat juga.
Jum-
lah uap air yang berfungsi untuk menyerap radiasi yang dipantulkan sangat berubah menurut tempat dan waktu.
Hal
ini juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
peningkatan suhu udara di sore hari.
Menurut Soedarsono (1985), sejak surya terbit hingga
pukul 14.00 - 16.00 apabila energi radiasi yang diterima
lebih cepat dari hilangnya radiasi, maka kurva suhu udara
biasanya naik.
Selama siang hari lebih banyak energi
diterima dari surya daripada yang diradiasikan oleh permukaan bumi, sehingga udara di permukaan bumi suhunya terus
naik sampai pukul 14.00 - 16.00.
Keberadaan suatu genangan air pada atau di dekat sebuah tapak membantu menyejukkan iklim mikro tapak.
Massa
air bertindak sebagai reservoir panas (Todd, 1987).
Air
juga memiliki pengaruh penghangatan dan penyejukan.
Air
dapat juga memperbesar kelembaban, tergantung pada polapola suhu umumnya (Laurie, 1986).
45
Suhu udara ketiga jenis material yang berada di dekat
kolam air menunjukkan nilai suhu udara yang tinggi dibandingkan dengan tempat terbuka dan tempat ternaungi tanaman.
Hal ini disebabkan tempat dimana pengukuran berlang-
sung terletak pada sisi arah datangnya angin dari kolam
air, sehingga tidak akan menerima efek penyejukan yang
menguntungkan dari angin yang bertiup melintasi kolam air.
Arah angin terbanyak pada saat itu adalah variasi.
suhu udara material rumput lebih tinggi daripada suhu
udara material konblok.
Hal ini disebabkan kolam air tem-
pat material rumput berada merupakan kolam air yang tenang
(air dalam keadaan diam), sedangkan kolam air tempat material konblok berada merupakan kolam air mancur yang airnya
senantiasa bergerak dan mengalir sehingga suhu udara material konblok lebih rendah dari suhu udara material rumput.
Air yang menguap ke udara pada dasarnya dapat mengurangi suhu udara.
Angka penguapan dan angka penyejukan
tergantung kepada luas air at au permukaan kolam, suhu air,
arah dan kecepatan angin (Brown, 1987).
Posisi tapak dengan mengindahkan air sangat mempengaruhi pengaruh air pada iklim mikro tapak.
Tapak yang ter-
letak pada sisi arah datangnya angin dari kolam air tidak
akan menerima efek penyejukan dari angin yang melintasi
kolam air tersebut (Todd, 1987).
46
,.
.
:
. ..
GセZMN@
Gambar 10.
.
. .
pengaruh Arah Angin dan Posisi Kolam Air
Terhadap Suhu Udara.
Tempat Terbuka
Suhu udara ketiga jenis material yang berada di
tempat terbuka
menunjukkan nilai
suhu udara yang
paling
tinggi daripada di tempat ternaungi tanaman dan di dekat
kolam air.
Sebaliknya
kelembaban nisbi udara menunjukkan
nilai yang paling rendah daripada di tempat ternaungi tanaman dan di dekat kolam air.
Material permukaan di tempat terbuka menerima radiasi
surya secara langsung dan lebih memantulkan radiasi surya
karena albedonya besar.
Selain itu, memiliki konduktivi-
tas yang tinggi, dan juga keadaannya lebih kering.
Radia-
si surya akan segera memanaskan permukaan dan selanjutnya
udara diatasnya dipanaskan oleh permukaan tersebut,
hingga suhu udara meningkat.
se-
47
Besarnya radiasi yang ada pada sebuah tapak mempunyai
pengaruh langsung terhadap suhu.
10 0 e - 12 0 e
Variasi-variasi sebanyak
dapat diperoleh di antara tapak yang terkena
cahaya matahari penuh dan tapak yang ternaungi oleh keteduhan (Todd, 1987).
Kenyamanan
Pengunjung plaza di Taman Bunga Keong Mas merasa nyaman pada suhu efektif yang berkisar 27 0 e - 29 0 e mulai dari
pagi hingga sore hari di ketiga jenis material yang berada
pada tempat ternaungi tanaman.
Pengunjung merasa tidak
nyaman pada suhu efektif yang berkisar 29 0 e
-
pagi hingga sore hari di ketiga jenis material ケ。セァ@
di dekat kolam air,
efektif 29 0 e
-
33 0 e mulai
berada
dan merasa tidak nyaman pada suhu
31 0 e mulai pagi hingga sore hari di ketiga
jenis material yang berada.di tempat terbuka.
pengunjung merasa lebih nyaman berada di tempat yang
ternaungi tanaman daripada di dekat kolam air dan tempat
terbuka.
Hal ini disebabkan tanaman dapat memberikan ke-
teduhan, mengurangi
atau menyalurkan
angin, mengurangi
banyaknya perolehan panas radiasi, sehingga menjaga suhu
efektif pada daerah yang ternaungi lebih sejuk dibandingkan tempat yang terbuka atau dekat kolam air.
48
Pengunjung merasa nyaman di dekat kolam air daripada
di tempat terbuka karena air dapat memberikan rasa sejuk
dan nyaman kepada orang yang berada di sekitarnya.
Pada
tempat terbuka, pengunjung terkena cahaya matahari langsung sehingga merasa kepanasan dan akhirnya merasa tidak
nyaman.
Permukaan material keramik memiliki tekstur halus dan
warn a terang yang berada di tempat terbuka
sangat meman-
tulkan sinar matahari, sehingga pengunjung merasa silau
secara visual dan akhirnya merasa tidak nyaman.
Latar Belakanq Penqunjunq
Taman Bunga Keong Mas mempunyai day a tarik tersendiri
bagi pengunjung.
Hal ini terlihat dari frekuensi pengun-
jung yang lebih dari tiga kali mengunjungi Taman Bunga
Keong Mas untuk berekreasi.
Daya tarik tersebut dikarena-
kan Taman Bunga Keong Mas memiliki keanekaragaman tanaman,
memiliki museum Asmat, koleksi kaktus, koleksi suplir, dan
pembibitan tanaman serta tempat bermain untuk anak-anak.
Waktu sehari tidak cukup bagi pengunjung untuk mengunjungi
Taman Bunga Keong Mas untuk menikmati daya tarik tersebut
karena taman tersebut sangat luas,
sehingga mereka akan
mengunjungi taman tersebut di kemudian hari.
49
Pengunjung lebih banyak menyarankan penambahan pepohonan dan kolam air untuk meningkatkan kenyamanan pada
plaza.
Pengunjung memiliki persepsi bahwa dengan adanya
pepohonan yang banyak dan kolam air maka sua sana plaza
terasa lebih teduh dan sejuk.
Pengunjung lebih banyak menyarankan penggunaan hamparan rumput untuk pengembangan plaza di masa mendatang
karena mereka membutuhkan lapangan rumput untuk bermain.
Selain itu,
lapangan rumput yang luas akan memberikan
suatu efek visual yang menyenangkan bagi pengunjung.
Pengunjung merasa warna hijau rumput akan memberikan
kesejukan dan kenyamanan pada suasana lingkungan.
Seba-
gian kecil pengunjung menyarankan penggunaan material
keramik dan konblok.
Material keramik tidak begitu disu-
kai karena licin dan menyilaukan mata jika terkena sinar
matahari.
Material konblok tidak begitu disukai karena
memiliki warna yang kusam dan material ini baru dikenal
oleh masyarakat luas, sehingga pengetahuan akan material
ini agak terbatas.
53
Olgyay, v. 1973. Design with climate. Princeton University Press. Princeton - New Jersey.
Ruberstein, H.M. 1969. A Guide to site and Environmental
Planning. John Wiley & Sons, Inc. New York.
Simonds, J.O. 1961.
Landscape Architecture.
Hill Book Company, Inc. New York.
Mc
Graw
Siswantinah, W. 1987. Persepsi pengunjung Tentang Lingkungan Rekreasi dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya. Studi di Taman Mini Indonesia Indah dan Kebun Raya Cibodas (tidak dipublikasikan). Fakultas
Pasca sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Snyder, J.C., catanese, A.J.
Erlangga. Jakarta.
1989.
Pengantar Arsitektu
TEWMADAQ PEMBENTUKAN IKLlM MaRBKRO
DAN KENYAMAMAN PENGUWJUNG
( KASUS
on
ranmaH BUHGA KEONG MAS,
TAMAN MlNl INDONESIA IMDAH )
Oleh
ETTY WIDJAYA
A 23.1117
S V R U S A N BUD1 D A Y A P E R T A N I A N I
FAKULTAS
PERTANIAN
I N S T I T U T P E R T A N I A N BOGOR
B O G O R
1992
ETTY WIDJAYA. Studi Beberapa
en is Material Plaza Terhadap
Pembentukan Iklim Mikro dan Kenyamanan pengunjung.
Kasus
di Taman Bunga Keong Mas, Taman Mini ~ndonesiaIndah, Jakarta (di bawah bimbingan Hadi Susilo Arifin dan Indung
Sitti Fatimah) .
Plaza merupakan ruang terbuka terstruktur yang berfungsi untuk berbagai kegiatan manusia.
Pada tahun 70-an
hingga kini, plaza telah banyak terdapat di Indonesia.
Di
Indonesia, plaza belum termanfaatkan secara optimal untuk
keiatan manusia karena beriklim tropis.
Penggunaan mate-
rial perkerasaan plaza yang terdiri dari berbagai jenis
dapat membentuk iklim'mikro dan berpengaruh terhadap ke\
nyamanan pemakai plaza.
Alat dan bahan yany diyunakan untuk mclakukan pcnclitian ini adalah termometer bola basah-bola kering, sling
termometer, tube solarimeter dan integrator, serta kuisioner yang dibagikan kepada responden yang dipilih secara
acak.
Studi dilakukan pada plaza yang terdiri dari mate-
rial konblok dan keramik, sedangkan lapangan rumput digunakan sebagai pembanding.
Ketiga bentuk tersebut, ada
yang berada di tempat ternaungi tanaman, dekat kolam air,
dan tempat terbuka.
Data pengamatan dan pencatatan iklim
mikro yang terbentuk terdiri dari data suhu udara,
baban nisbi,
kelem-
intensitas matahari; serta nilai kenyamanan
bagi pengunjung plaza dengan menggunakan rumus Thom.
suhu udara mengalami peningkatan beberapa derajat pada ketiga jenis material (rumput, konblok, keramik) di tiga tempat pengukuran (tempat ternaungi tanaman, dekat kolam air, tempat terbuka).
peningkatan suhu udara selalu
diikuti penurunan kelembaban udara dan sebaliknya.
Berdasarkan iklim mikro yang terbentuk, peringkat alternatif penggunaan ketiga jenis material plaza dari yang
terbaik adalah rumput, konblok, dan keramik.
Berdasarkan
pengaruhnya terhadap kenyamanan pengunjung, peringkat alternatif penggunaan ketiga jenis material plaza dari yang
terbaik
adalah
konblok, rumput, dan
keramik.
Peringkat
lokasi dari ketiga jenis material plaza dari yang terbaik
adalah di tempat ternaungi tanaman, di dekat kolam air,
dan di tempat terbuka.
Keberadaan atau penambahan elemen lunak (tanaman dan
air) pada plaza dapat memberikan efek penyejukan dan efek
psikologis bagi pengunjung plaza.
STUD1 BEBERAPA JENIS MATERIAL PLAZA
TERHADAP PEMBENTUKAN IKLIM MIKRO
DAN KENYAMANAN PENGUNJUNG
(KASUS DI TAMAN BUNGA KEONG MAS,
TAMAN MINI INDONESIA INDAH)
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
oleh
ETTY WIDJAYA
A.23 1117
JURUSAN BUD1 DAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
1992
Judul
:
STUD1 BEBERAPA JENIS MATERIAL
PLAZA TER-
HADAP PEMBENTUKAN IKLIM MIKRO DAN
MANAN
PENGUNJUNG (KASUS DI TAMAN
KENYABUNGA
KEONG MAS, TAMAN MINI INDONESIA INDAH).
Nama mahasiswa : ETTY WIDJAYA
Nomor Pokok
: A.23 1117
Menyetujui :
I
Dosen Pembimbinq I
Dosen Pembimbing I1
Ir Hadi Susilo Arifin, MS
NIP : 131 430 805
Ir Indung Sitti Fatimah
NIP : 131 846 876
ya Pertanian
Chozin, MAgr
0 536 690
Tanggal Lulus :
5 JAN 1992
RIWAYAT HIDUP
'
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 30 Januari
1968 sebagai putri keempat dari empat bersaudara pasangan
Bapak Widjaya dan Ibu Rosjaty.
Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan penulis pada
tahun 1980 di SD Methodist Medan.
Pendidikan SLTP dan
SLTA masing-masing diselesaikannya pada tahun 1983 di SMP
Sutomo Medan, dan pada tahun 1986 di SMA Sutomo Medan.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada
tahun 1986 melalui jalur PMDK.
Pada tahun 1987 penulis
diterima di Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas pertanian dan mengambil Program Studi Arsitektur Pertamanan.
KATA PENGlWTNi
Skripsi yang berjudul Studi Beberapa d en is d ate rial
Plaza Terhadap Pembentukan Iklim ~ i k r odan Kenyamanan
Pengunjung (Kasus di Taman Bunga Keong Mas, Taman Mini Indonesia Indah) merupakan persyaratan untuk kelulusan penulis pada Program S1 Jurusan Budi Daya ~ertanian,Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan
kepada :
1.
Ir Hadi susilo Arifin, MS
sebagai dosen
dan Ir Indung Sitti Fatimah
pembimbing I
sebagai dosen
pembimbing
11, atas segala bimbingan dan perhatiannya selama
nelitian dilaksanakan maupun selama laporan ini
pe-
disu-
sun.
2.
Manager dan seluruh
staf Taman
Bunga Keong Mas
atas
izin lokasi penelitian yang telah diberikan kepada penulis dan segala bantuannya selama pelaksanaan penelitian di Taman Bunga Keong Mas.
3.
Ir Heny Suharsono, MS
sebagai dosen penguji dan
atas
segala koreksi dan masukan yang diberikan kepada penulis.
3.
Kepala
Laboratorium dan staf Jurusan
Agrometeorologi
atas bantuan peralatan yang diperlukan penulis
selama
penelitian dan pengarahan yang diberikan kepada
penu-
lis selama penyusunan laporan ini.
Kenyarnanan Pengunjung Plaza •.....••..•.
36
Latar Belakang Pengunjung •..........•..
38
....................................
39
Pernbentukan Iklirn Mikro Akibat dari
Material Plaza .....••.•....•.....•.•..•
39
Tanarnan ............•..••..•.......•....
42
Air ..................•....•....•••••...
44
Ternpat Terbuka •...•.•••.•.....•.•..••..
46
Kenyarnanan .....•...••.....•.•..••••••••
47
Latar Belakang Pengunjung •••.••••..••••
48
KESIMPULAN DAN SARAN ••.•..•••..•••••.•..•..•.••••
50
Kesirnpulan •....•...••.•.•...••..•••.••••••.••
50
Saran ..........••.•..••••.•...••..•.••.•••••
51
DAFTAR PUSTAKA ..............•.•.....•....•.•..•..
52
LAMPlRAN ...•......•••..........•..••.•.••••.•••••
54
Pernbahasan
Lampiran
1.
Kriteria Pembobotan dan Penilaian Kualitatif
Kuisioner Studi Beberapa Jenis Material Plaza
Terhadap Pembentukan Iklim Mikro dan Kenyamanan Pengunj ung . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
55
2.
Data Klimatologi Bulan Oktober 1990 .........
56
J.
Data Klimatologi Rata-Rata Tahun 1990 .......
57
4.
Nilai Rata-Rata Suhu Udara (oC) Berdasarkan
Pengukuran Sling Termometer dari Berbagai
Jenis Material dan seabaran Waktu ......•....
58
Intensitas Matahari (kWatt m- 2 )..............
59
5.
6.
Latar Belakang Pengunjung Taman Bunga Keong
Mas ..................................................................................
60
Jumlah Frekuensi Pengunjung Taman Bunga
Keong Mas .........................•.•.••••.•
61
Persentase (%l Saran Pengunjung Taman Bunga
Keong Mas ...........................•••••...
61
9.
Daya Pantul Warna (Brown, 1987) ....•...••...
62
10.
Daya Pantul Warna Bidang yang Dianjurkan
(Brown, 1987) ..........................••...
62
7.
8.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada abad pertengahan di kota Italia, plaza sangat
populer yang berfungsi,sebagai sejenis ruang keluarga untuk warga kota.
Menurut Ashihara
(1986)
maksudkan tersebut adalah merupakan bentuk
plaza yang di。イウゥエ・ォオセ@
tan-
pa atap, hampir tidak ada pepohonan ditanam dan lantai diberi perkerasan dengan pola-pola yang indah. Di daerah
subtropis, plaza berfungsi sebagai ruang terbuka untuk menyerap sinar matahari dan menaikkan suhu udara serta digunakan sebagai tempat berjemur pad a waktu musim panas.
Seiring dengan perkembangan
arsitektur modern, plaza
mulai dikenal di Indonesia pada tahun tujuh puluhan.
Di
Indonesia, plaza banyak digunakan dalam taman sebagai tempat istirahat, bersantai, dan sebagainya.
Penggunaan yang berbeda ini disebabkan oleh perbedaan
iklim di daerah tropis (2 musim) dan subtropis
Penggunaan plaza di daerah tropis (Indonesia)
(4 musim).
belum begi-
tu optimal dibandingkan dengan daerah subtropis, karena di
daerah tropis matahari senantiasa bersinar sepanjang tahun
sehingga pemakai plaza
dan malam hari.
banyak
dijumpai pada
pagi, sore,
Oleh sebab itu, rancangan plaza di Indo-
nesia banyak terdapat perubahan-perubahan dengan penambahan elemen lunak (vegetasi, air) dan elemen keras (bangku, lampu taman, patung, dan sebagainya).
4
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk melakukan studi pada
beberapa jenis material plaza terhadap pembentukan iklim
mikro dan pengaruhnya terhadap kenyamanan pengunjung pada
plaza dalam taman.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna sebagai masukan bagi arsitek lansekap dalam merencana dan merancang
plaza suatu taman dengan memperhatikan faktor bahan, konstruksi, tekstur, warna, dan
mendapatkan kenyamanan.
sebagainya
agar
pengunjung
TINJAUAN PUSTAKA
Plaza
Plaza merupakan pusat ruang kota, didominasi oleh
bentuk-bentuk bangunan yang bagus di sekelilingnya.
Plaza
merupakan tempat untuk mempertunjukkan patung-patung dan
air mancur yang indah serta merupakan area sirkulasi
ramai oleh kelompok manusia.
yang
Ruang terbuka atau plaza me-
rupakan suatu ruang terbuka yang sangat luas, cermin dari
kehidupan dan konsep kehidupan di Italia.
Belakangan ini
terlihat adanya usaha pembaharuan yang dilakukan oleh para
arsitek, perencana dan perancang untuk memperkenalkan plaza dalam bentuk yang kaku dengan berbagai pola dalam kota
(Eckbo, 1964).
Menurut Hakim (1987) pada dasarnya ruang terbuka merupakan
suatu wadah yang dapat menampung kegiatan aktivi-
tas tertentu dari warga lingkungan tersebut baik secara
individu atau secara kelompok.
Bentuk ruang terbuka ini
sangat tergantung pola dan susunan massa bangunan. Pengertian dan batasan pola ruang terbuka adalah bentuk dasar ruang terbuka di luar bangunan, yang dapat digunakan
oleh publik (setiap orang), dan memberi kesempatan untuk
melakukan bermacarn-rnacarn kegiatan.
Ruang-ruang terbuka dalam lingkungan hidup yaitu
lingkungan alam dan manusia dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
7
Pada suatu tapak kota, bentuk tanah aslinya mungkin
telah diubah untuk memuat
kegiatan intensif.
Dalam hal
ini, bidang dasar mungkin masih dijadikan suatu unsur
pe-
nentu yang kuat melalui penggunaan bahan, tekstur, dan
warna (Snyder dan Catanese, 1989).
Lantai sebagai bidang alas besar pengaruhnya terhadap
pembentukan ruang luar karena bidang alas erat kaitannya
dengan fungsi ruangnya.
dibedakan menjadi dua
(1)
Permukaan lantai pada ruang dapat
yaitu:
Bahan keras : batu, kerikil, keramik, dan
lain-
nya.
(2)
Bahan lunak : rumput, tanah, dan lainnya.
Sebidang lantai yang mempunyai sifat bahan berbeda dari
permukaan lantai sekitarnya akan membentuk kesan ruang
tersendiri.pengaruh perbedaan bahan tersebut dipergunakan untuk membedakan fungsi-fungsi ruang luar yang berlainan (Hakim,1987).
Menurut Simond (1961)
bidang alas merupakan area
penggunaan yang berhubungan erat dengan segala macam kegiatan yang berlangsung di atasnya.
Oleh karena itu, pe-
milihan jenis material perkerasan harus dilakukan secara
hati-hati agar tercipta keharmonisan dengan lingkungan di
sekitarnya. Material untuk permukaan plaza dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
13
Warna dalam arsitektur digunakan untuk menekankan
atau memperjelas karakter suatu objek,
memberikan aksen
pada bentuk dan bahannya (Isaag dalam Hakim, 1987).
Semua bahan juga mempunyai warna.
Warna dapat mem-
bantu menciptakan suatu suasana dalam suatu ruang. Warnawarna yang cerah melambangkan keceriaan, sedangkan warnawarna yang lebih lunak dapat digunakan untuk mengesankan
kehangatan dan ketenangan.
Jadi, warna dapat digunakan
untuk menciptakan suasana lingkungan yang bermacam-macam,
membantu dalam batasan ruang dengan memberi tekanan pada
skala dan proporsi.
Kontrasnya warna dan pengulangan war-
na dapat menciptakan keselarasan (Snyder dan Catanese,
1989) .
Menurut Hakim (1987) warna dalam kaitannya dengan
suatu rancangan adalah sebagai salah satu elemen yang dapat mengekspresikan suatu objek di samping
tekstur dan garis.
bahan, bentuk,
Warna dapat menimbulkan kesan yang di-
inginkan oleh pencipta dan mempunyai efek
psikologi.
Se-
bagai contohnya, apakah suatu ruang berkesan luas atau
sempit, sejuk atau hangat, dan sebagainya.
Warna memegang peranan penting dalam mengatur ruang
dan massa di alam terbuka.
Karena dalam pengaturan ruang
itu menggunakan unsur yang alami (tanaman, air dan sebagainya) dan unsur buatan manusia, maka dalam memilih dan
mengkomposisikan
warna dari
massa-massa itu harus
tepat
14
berdasarkan teori serta prinsip-prinsip warna agar tercapai hasil karya yang mempunyai kesan menyatu dengan alam
tetapi bervariasi.
vegetasi dan Air
Penggunaan fungsional tanaman yang penting adalah pada pengendalian iklim mikro.
Pepohonan berdaun rimbun
membantu mengalihkan hembusan angin.
suhu udara juga da-
pat dipengaruhi oleh bayangan yang ditimbulkan pepohonan
di daerah-daerah beriklim hangat dan transpirasi uap air
dari tumbuh-tumbuhan dapat menimbulkan suatu efek penyejuk.
Tumbuh-tumbuhan juga berman fa at menjaga udara tetap
segar dan menekan tingkat pencemaran yang lebih tinggi.
Tumbuh-tumbuhan berperan sebagai suatu bahan penyerap pada
kawasan lahan, yaitu menyerap panas dan sinar matahari,
juga suara.
Kelembaban
yang menyebar ke dalam atmosfir
melalui transpirasi membantu memperendah atau menstabilkan
suhu udara.
Pepohonan juga melakukan berbagai fungsi ik-
lim mikro penting lainnya seperti perlindungan terhadap
angin dan untuk pengubahan suhu.
Tanaman dan vegetasi
alamiah merupakan indikator iklim mikro yang baik (Laurie,
1986).
Menurut Hakim (1987)
tanaman tidak hanya mengandung
atau mempunyai nilai estetis saja, tapi juga berfungsi untuk menambah kualitas lingkungan.
Salah satu fungsi
dari
15
tanaman adalah sebagai pengendali iklim untuk kenyamanan
manusia.
Tanaman
berguna
sebagai penahan, penyerap, dan
mengalirkan angin sehingga menimbulkan iklim mikro.
Ta-
naman dapat mengurangi kecepatan angin kira-kira 75%- 85%.
Menurut Snyder dan catanese (1989) tumbuhan dapat memantulkan sinar matahari sebelum mencapai permukaan. Tanaman-tanaman menyebarkan dan memantulkan radiasi karena
permukaan-permukaan mereka yang banyak mempunyai penonjoIan dan umumnya permukaannya kasar gelap.
sep・ョセュー。エ@
mak-semak rendah atau lapangan-lapangan dapat menjadi
penentu dalam mengendalikan pemantulan air atau permukaan-permukaan terhampar.
TUmbuhan dapat digunakan untuk
mengurangi peningkatan suhu di daerah-daerah datar.
Tumbuhan mempunyai pengaruh yang menyejukkan pada suhu udara dan dapat mengubah iklim mikro dalam musim panas
sebesar tujuh derajat.
Pepohonan dan lindungan tumbuhan
juga dapat mengubah suatu iklim mikro dengan memberikan
naungan dari matahari musim panas.
Salah satu bahan pertamanan penting lainnya adalah
air. Elemen ini bila digabungkan dengan perkerasan dan
tumbuh-tumbuhan,
akan' memberikan gambaran dan kualitas
pada ruang-ruang yang direncanakan.
nen dasar pada alam
dan arsitektur
Air merupakan kompopertamanan.
Pada la-
han yang melandai air mengalir dengan halus, hampir tanpa
16
suara, dan kadang-kadang memberikan keindahan sekejap, tetapi dalam sekejap itulah air merefleksikan suasana lingkung an di sekitarnya.
Air juga berguna sebagai un sur pendingin pada waktu
Air dapat dipancarkan ke udara untuk mem-
cuaca panas.
bantu menurunkan suhu udara.
Bunyi air mancur atau air
terjun dapat pula dimanfaatkan untuk menutupi bunyi-bunyi
yang tidak dikehendaki dan menciptakan suatu keistimewaan
lingkungan tambahan oleh perancang (Laurie, 19B6).
Menurut Ruberstein (1969) air merupakan elemen alami
yang fleksibel, bentuknya
berubah menurut
wadahnya. Air
merupakan tocal point dari lansekap, memberikan rasa sejuk
dan nyaman kepada orang yang berada di sekitarnya.
Air
dapat pula menimbulkan suara yang merdu dan membuat hidup
lebih cerah.
Menurut Brown (19B7) pada iklim-iklim panas kering,
air yang menguap ke udara pada dasarnya dapat menurunkan
suhu udara.
Angka penguapan dan angka penyejukan tergan-
tung kepada
luas air, kecepatan angin, kelembaban nisbi
dari udara dan
suhu air.
Dari hal-hal ini, perancang
mempunyai kendali yang paling banyak atas luas air dan 10kasi nisbi terhadap ruang-ruang yang akan disejukkannya.
Disamping meningkatkan luas permukaan kolam, daerah efektif dapat ditingkatkan dengan semprotan pada kolam atau
pada permukaan lainnya.
17
Laurie (1986) menyatakan bahwa air juga memiliki suatu pengaruh penghangatan dan penyejukan.
memperbesar kelembaban,
umumnya.
Air juga dapat
tergantung pada pola-pola suhu
Semakin besar kawasan air yang terdapat semakin
besar dampak yang mungkin terjadi pada iklim mikronya.
Brown (1987) mengatakan bahwa penggunaan kolam-kolam
air pada daerah-daerah terlindungi untuk memberikan suatu
oasis sejuk dari udara padang pasir yang panas dan kolamkolam untuk menyejukkan udara yang bergerak melalui bangunan di Taliesin West dekat Phoenix, Arizona.
Iklim Mikro dan Kenyamanan
Iklim mikro adalah iklim spesifik suatu tapak, dan
berubah-ubah di tapak tersebut.
lum dikerjakan,
Pada suatu tapak yang be-
iklim mikro akan dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu: permukaan tanah dan bentuk tanah.
Rancangan
tapak untuk ruang-ruang kegiatan yang menyenangkan menghendaki agar perancang langsung mengamati dan mengukur
iklim mikro yang timbul di tapak tersebut.
Bahan-bahan
permukaan tanah menyerap panas, menyimpannya, dan memancarkannya kembali ke dalam atmosfir selama suatu periode
waktu.
Tetapi tidak semua panas terserap, ada yang segera
dipantulkan kembali ke atmosfir.
Bahan-bahan yang berbeda mempunyai sifat pantulan,
serapan, dan pancaran khas
yang berbeda pula.
Umpamanya,
18
permukaan air menyerap panas, menyimpannya, dan
memancar-
kannya kembali ke atmosfir sesudah suatu periode.
Proses
ini berlangsung untuk menyamakan perbedaan suhu harian dan
musiman di tapak-tapak yang bersebelahan (Snyder dan Catanase, 1989).
Iklim mikro yang dapat mempengaruhi kenyamanan meliputi radiasi matahari, angin, dan curah hujan.
Radiasi
matahari dapat mengurangi kenyamanan terutama pada daerah
tropika pada siang hari, maka perlu diberi peneduh. Arah
angin pada suatu daerah perlu diperhatikan dalam pengolahan tata ruang luar,
agar tercipta ruang-ruang dengan
pergerakan angin mikro yang sejuk dan menyenangkan bagi
kegiatan manusia.
Pada ruang-ruang terbuka yang luas perlu diadakan
elemen-elemen penghalang angin agar kecepatan angin yang
kencang dapat dihalangi sehingga tercipta sua sana yang
nyaman.
Curah hujan merupakan salah satu faktor yang se-
ring menimbulkan gangguan terhadap aktifitas manusia di
ruang luar, oleh karena itu harus tersedia tempat terlindung dari hujan (Hakim, 1987).
Pengkajian iklim mikro adalah bidang yang baru dan
kompleks.
Pada umumnya iklim mikro perkotaan dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu : reflektivitas dan konduktivitas yang rendah dari bahan-bahan yang dibuat seperti beton,
batu bata, aspal,dan bangunan-bangunan
yang
rap at
19
menimbulkan panas dalam jumlah besar, dengan menciptakan
pengaruh suatu 'pulau panas'
yang mengandung arus udara
naik i arus konveksi menimbulkan awan, polusi udara yang
diciptakan oleh industri dan gas buangan dari knalpot mobil menambah kekotoran awan, menciptakan kabut yang mengurangi jumlah radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi (Snyder dan catanese, 1989).
Menurut Laurie (1986) iklim merupakan hasil dari sejumlah faktor-faktor tak tetap (variabel) yang berhubungan
timbal balik, meliputi suhu, uap air, angin, radiasi matahari, dan curah hujan.
Topografi, vegetasi, air, dan
ゥォセ@
lim merupakan sebuah komponen lingkungan yang penting.
Iklim ideal bagi kenyamanan manusia (negara empat musim)
telah dirumuskan sebagai berikut : udara yang bersih, suhu
antara 50°F (lOoC) - 80 0 p (27°C), kelembaban antara 40% 75% udara yang tidak terperangkap dan tidak berupa angin
kencang, dan keterlindungan terhadap hujan.
Istilah iklim mikro mengacu kepada ruang lingkup daerah yang diselidiki dan tidak usah sampai ke ukuran perbedaan iklim, yang mungkin besar sekali dalam suatu perhubungan yang erato
Pengukuran kecepatan dan arah angin,
perbedaan suhu, curah hujan,
dan radiasi matahari harus
diambil secara khusus tergantung kepada kepentingannya,
penilaian-penilaian yang dibuat,
kesimpulan-kesimpulan
yang bersifat intuitif dapat ditarik dari suatu pengertian
20
tentang bagaimana iklim mikro itu timbul,
baik pada ling-
kungan buatan seperti bangunan, permukaan-permukaan perkerasan, tanaman at au pada alam sendiri.
Suhu dan aliran udara yang terdapat di dalam atau di
luar bangunan dapat dirubah terutama oleh orientasi dan
pengaturan letak bangunan pada tapak, teknik-teknik konstruksi, dan penanaman pepohonan.
Daya penyejuk yang di-
miliki udara dan derajat ketidaknyamanan yang disebabkan
oleh panas dan kelembaban akan berpengaruh pada rancangan
ruang-ruang dalam dan luar bangunan, menunjukkan kebutuhan akan keteduhan, jalan kecil yang beratap, penanaman pepohonan penghalang angin, dan lain-lainnya.
Menurut Simond (1961) kenyamanan merupakan segala sesuatu yang memperlihatkan dirinya sesuai dan harmonis dengan penggunaan suatu ruang, baik dengan ruang itu sendiri
maupun dengan berbagai bentuk, tekstur, warna, simbol maupun tanda, suara dan bunyi,
kesan,
intensitas dan warna
cahaya maupun bau, atau apapun juga.
Pemenuhan maksud dan
tujuan,
keinginan dan kebutuhan yang seharusnya ada.
urutan-urutan yang teratur,
berkembang dan memuaskan.
Hubungan yang harmonis, persatuan dalam keragaman. suatu
nilai keseluruhan yang mengandung keindahan
Albert dalam Hakim (1987), kenyamanan
adalah kenik-
matan atau kepuasan manusia di dalam melaksanakan aktifitasnya.
Faktor-faktor iklim yang mempengaruhi
kenyamanan
21
manusia adalah suhu, radiasi matahari, kelembaban nisbi,
dan angin.
Menurut Todd (1987)
suhu efektif merupakan ukuran
yang dipergunakan untuk menentukan tingkat kenyamanan dari
sebuah tapak.
Suhu efektif adalah suhu yang dirasakan ba-
dan sebagai suatu akibat dari efek-efek gabungan dari radiasi, hujan, kelembaban, dan angin.
Suhu efektif dapat
berubah-ubah cukup besar dari lokasi ke lokasi, bahkan pada sebuah tapak kecil dikarenakan faktor-faktor iklim.
Iklim umum pad a dasarnya tidak dapat diubah, tetapi
iklim pada suatu bag ian lahan tertentu dapat dipengaruhi
dengan mudah dan dirubah oleh perancang. Perancangan pertamanan dan penanaman tumbuh-tumbuhan, pengaturan letak
bangunan yang cermat, dan rancangan arsitektur bergabung
di dalam pembentukan suatu iklim mikro yang nyaman.
Penggunaan ruang-ruang luar dipengaruhi oleh keteduhan dan
angin, kebisingan dan suhu.
Hal-hal ini merupakan petun-
juk penting terhadap kualitas lingkungan (Laurie, 1986).
Keindahan merupakan hal yang perlu diperhatikan sekali dalam hal penciptaan kenyamanan karena hal tersebut dapat mencakup masalah kepuasan batin dan panca indera sehingga rasa nyaman dapat diperoleh.
Keindahan ini dapat
dicapai dengan mempergunakan elemen-elemen tanaman, bentuk-bentuk yang mempergunakan perk eras an (Hakim, 1987).
22
Persyaratan kenyamanan dapat dinyatakan dari segi karakteristik-karakteristik termal yaitu: suhu udara, kelembaban relatif, gerakan udara, dan radiasi.
Tidak ada satu
kondisi tunggal yang menyebabkan kenyamanan, melainkan lebih merupakan serangkaian kondisi.
Kenyamanan, bagi tiap
orang atau kelompok orang mana saja, dapat sangat berbeda
menurut kebudayaan, usia, pakaian,
jenis kelamin, dan ke-
sehatan mereka yang terlibat (Snyder dan catanese, 1989).
Menurut Todd (1987) seseorang yang terbiasa dengan
iklim tropis akan merasa nyaman pada suatu zona yang beberapa derajat lebih hangat daripada suhu efektif maksimum
yang secara nyaman dialami oleh seseorang dari Inggris.
Persepsi
persepsi adalah suatu gambaran, pengertian, serta interpretasi seseorang mengenai suatu objek, terutama bagaimana orang tersebut menghubungkan informasi itu dengan
dirinya dan lingkungan di mana ia berada (Siswantinah,
1987).
Menurut Lime dan Stanley (1979) persepsi berhubungan
dengan suatu proses di mana suatu individu menerima informasi dari lingkungan sosial dan fisik, dan menafsirkan dalam pengalaman dan sikapnya.
Persepsi bukan proses yang pasif, tetapi proses yang
aktif dari suatu interaksi antara seseorang dengan lingkungannya, dan merupakan suatu pencapaian (Hilgard, 1978).
23
Persepsi dapat diartikan sebagai pengamatan yang secara langsung dikaitkan dengan suatu makna tertentu.
Pro-
ses yang melandasi persepsi tentu berawal dari adanya informasi dari lingkungan.
Tidak semua rangsang (informa-
si) diterima dan disadari oleh individu, melainkan diseleksi berdasarkan orientasi nilai yang dimilikinya dan juga pengalaman pribadi (Gambar 1).
Kekurangan yang melekat pada informasi, begitupun bagian-bagian yang kabur,
'dilengkapi' sendiri oleh indivi-
du, baik melalui imajinasi maupun fikiran dan nalar untuk
memperoleh suatu keutuhan dan kebulatan yang bermakna.
Keseluruhan informasi yang telah membulat menjadi sesuatu yang utuh, kemudian diberi tafsiran (interpretasi,
makna) antara lain atas dasar orientasi nilai dan pengalaman pribadi individu.
(output)
Keluaran keseluruhan proses ini
ialah penangkapan/penghayatan.
Antara seleksi,
pembulatan dan tafsiran terjadi hubungan ketergantungan
(interdependen), namun ciri khas individualnya diperoleh
dari orientasi nilai dan pengalaman pribadi
al, 1986).
(Boedojo et
24
serta Pengalaman
Informasi
1
I
p・イウーセ@
Seleksi
L
:::::k::::rPJretasi
Pembulatan
Subyektif
Gambar 1.
Proses Persepsi (Boedojo et al, 1986).
METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian
studi di lapang dilaksanakan selama sebulan, yaitu
pada bulan Oktober 1990.
Tempat penelitian adalah di Ta-
man Bunga Keong Mas, Taman Mini Indonesia Indah Jakarta.
Bahan dan Alat
Bahan dan alat diperlukan khusus untuk pengukuran
suhu udara, kelembaban nisbi, dan intensitas matahari di
lapang.
Alat yang digunakan berupa 3 set termometer bola
kering-bola basah, 1 buah sling termometer, 3 set tube
solarimeter dan integrator.
Bahan yang digunakan berupa
lembaran kuisioner yang dibagikan kepada para responden
yang terdiri dari pengunjung Taman Bunga Keong Mas.
Peni-
laian kualitatif kuisioner dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1.
Metoda
Pada prinsipnya studi ini bersifat deskriptif.
Pe-
ngukuran suhu udara, kelembaban nisbi, dan intensitas matahari dilakukan pada 3 jenis material yaitu rumput, konblok, dan keramik.
Ketiga jenis material berlokasi di
tempat yang ternaungi tanaman,
di dekat kolam air,
di
tempat terbuka tanpa naungan.
Pengukuran di tempat yang ternaungi tanaman diambil
dari bawah naungan sampai bayangan keteduhan naungan dan
harus bebas dari pengaruh air.
Pengukuran di dekat kolam
26
air diambil dari tepi kolam hingga 1 meter dari tepi kolam
dan terbebas dari pengaruh naungan.
Pengukuran di tempat
yang terbuka harus terbebas dari pengaruh tanaman dan air.
Waktu pengukuran dilakukan pada pagi hari (jam 09.00
- 11.00), siang hari
(jam 11.00 -
(jam 14.00 - 16.00).
Pengamatan dilakukan setiap 15 menit
dalam selang waktu 2 jam.
13.00),
dan sore hari
Semua pengukuran dan pengamatan
di lapang dilakukan pada keadaan euaea eerah (tidak mendung dan tidak hujan), pada hari dan jam yang berbeda.
Dalam sehari dilakukan pengukuran di
3,
lokasi yang sama
tapi berbeda jenis materialnya dan pada waktu yang bersamaan.
Pada saat berlangsungnya pengukuran dan pengamatan,
kuisioner dibagikan kepada responden yang memasuki lokasi
pengukuran tersebut.
Responden yang mengisi kuisioner
dalam 2 kali pengukuran pada 1 lokasi ± 23 orang yang
diambil seeara aeak (random).
Untuk mengetahui pembentukan iklim mikro yang terjadi
dari beberapa jenis material plaza, maka data suhu udara
dan kelembaban nisbi yang diperoleh dari termometer bola
basah-bola kering pada ketinggian 30 em dari permukaan
perkerasan masing-masing diratakan.
but dibuat dalam tabel dan histogram.
togram
tersebut
Kemudian hasil terseDari tabel dan his-
dapat dilihat perbedaan suhu
udara
dan
27
kelembaban nisbi dari ketiga jenis material pada berbagai
waktu.
Untuk mengetahui suhu efektif (kenyamanan) pengunjung
plaza, maka data suhu yang diperoleh
(sling termometer)
dihitung dengan rumus Thom dalam Ayoade (1983), yaitu :
ET
=
0.4 (Td + Tw) + 4.8
=
Suhu efektif (oe)
Td
=
suhu bola kering (oe)
Tw
=
suhu bola basah (oe)
dimana : ET
Hasil perhitungan suhu efektif ini dibandingkan dengan
pendapat responden tentang kenyamanan.
Apabila pada waktu
yang bersamaan dimana pengukuran dilakukan dan kuisioner
disebarkan,
lebih dari atau sama dengan 75% responden
menyatakan nyaman maka kondisi suhu efektif tersebut dianggap nyaman bagi pengunjung.
Apabila kurang dari 75%
responden menyatakan nyaman maka kondisi suhu efektif tersebut
dianggap tidak nyaman bagi pengunjung.
Keseluruhan
hasil tersebut dibuat dalam tabel dan dapat digunakan untuk mendapatkan peringkat pemilihan jenis material.
Batasan Operasional
1.
Responden adalah orang yang telah memasuki plaza
yang
ditentukan sebagai lokasi penelitian
acak
dan secara
diminta pendapatnya dengan cara mengisi kuisioner.
28
2.
Persepsi adalah suatu gambaran, pengertian
terpretasi
seseorang mengenai
bagaimana orang
serta
in-
suatu obyek , terutama
tersebut menghubungkan informasi
dengan dirinya dan lingkungan dimana
ia berada
itu
(Sis-
wantinah, 1987).
3.
Lokasi pengukuran adalah plaza yang ternaungi tanaman,
di dekat kolam air, dan tempat terbuka tanpa naungan.
4.
Waktu pengukuran adalah pad a
pagi
hari (jam
09.00-
11.00), siang hari (jam 11.00 - 13.00), dan sore
(jam 14.00 - 16.00).
hari
Waktu pengukuran ini disesuaikan
dengan jadwal Taman Bunga Keong Mas.
5.
Waktu pengamatan adalah 15 men it
sekali dalam
selang
waktu 2 jam, dimana pada saat yang bersamaan juga
di-
bagikan kuisioner kepada responden.
6.
Plaza yang ternaungi tanaman adalah plaza yang
terna-
ungi dengan tidak
maupun
membedakan jenis tanamannya
bentuk (pohon/tanaman pergola).
7.
Plaza di dekat kolam air adalah plaza yang terletak di
sekeliling kolam air dengan tidak membedakan air
man-
cur, air terjun, air yang diam dan tanpa naungan.
8.
Plaza di tempat terbuka adalah plaza yang terletak di
tempat terbuka tanpa naungan apapun dan bebas dari pengaruh air.
9.
Penilaian Kualitatif Kuisioner dap?t dilihat pada
bel Lampiran 1.
Ta-
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penqukuran
Iklim Mikro Plaza di Tempat Ternaunqi Tanaman
Hasil pengukuran suhu udara pada ketiga jenis material plaza (Gambar Lampiran 1, 2, 3) menunjukkan nilai suhu udara keramik yang paling tinggi dibandingkan dengan
nilai suhu konblok dan rumput
(Tabel 1 dan Gambar .2).
Suhu udara pada ketiga jenis material menunjukkan nilai
tertinggi di waktu sore hari.
Nilai kelembaban nisbi uda-
ra pada ketiga jenis material menunjukkan nilai kelembaban
kerarnik dan waktu sore hari yang paling rendah (Tabel 2
dan Gambar 3).
Tabel 1.
Nilai Rata-Rata Suhu Udara
(oC)
pada
Ketinggian 30 em dari Berbagai Jenis Material di Tempat Ternaungi Tanarnan.
KERAMIK (oC)
KONBLOK (oC)
RUMPUT (oC)
Pagi
30.7
29.6
30.0
Siang
31.8
31.3
30.7
Sore
33.7
32.4
31.4
WAKTU
30
t ('e)
35
Pa g i
S jan g
S rc
Keterangan :
I:.:·::J Konblok
Gambar 2.
Tabel 2.
WAKTU
iセゥ@
Rumput
Histogram Suhu Udara (oC) pada Ketinggian
30 em dari Berbagai Jenis Material di Tempat Ternaungi Tanaman.
Nilai Rata-Rata Kelembaban Nisbi Udara
(%)
pada Ketinggian 30 em dari Berbagai Jenis
Material di Tempat Ternaungi Tanaman.
KERAMIK (%)
KONBLOK (%)
RUMPUT (%)
Pagi
72.9
81.3
77.2
Siang
69.5
75.3
74.2
Sore
62.9
61. 6
67.3
31
(1.)
POl gi
S ian g
Keterangan :
Keramik
Gambar 3.
iセZN@
Konblok
1:::1
Rumput
Histogram Kelembaban Nisbi Udara (%) pada
Ketinggian 30 em dari Berbagai Jenis Material di Tempat Ternaungi Tanaman.
Iklim Mikro Plaza di Dekat Kolam Air
Hasil pengukuran suhu udara pada ketiga jenis material plaza (Gambar Lampiran 4, 5, 6) menunjukkan nilai suhu udara keramik yang paling tinggi dibandingkan dengan
nilai suhu konblok dan rumput
(Tabel 3 dan Gambar 4).
Suhu udara pada ketiga jenis material menunjukkan nilai
tertinggi
di
waktu siang hari.
Nilai
kelembaban
nisbi
32
udara pada ketiga jenis material menunjukkan nilai kelembaban konblok dan waktu siang hari yang paling rendah
(Tabel 4 dan Gambar 5).
Tabel 3.
\
Nilai Rata-Rata Suhu Udara (oe) pada Ketinggian 30 em dari Berbagai Jenis Material
di Dekat Kolam Air.
WAKTU
KERAMIK (oe)
KONBLOK (oe)
RUMPUT (oe)
pagi
39.6
34.7
38.4
. siang
39.8
38.6
39.1
Sore
36.3
36.7
33.4
t ("C)
Keterangan :
1::·.:.::1 Konblok
Gambar 4.
I:-::::::j Rumput
Histogram Suhu Udara .(oe) pad a Ketinggian
30 em dari Berbagai Jenis Material di Dekat Kolam Air.
33
Tabel 4.
WAKTU
Nilai Rata-Rata Kelembaban Nisbi Udara (%)
pada Ketinggian 30 em dari Berbagai Jenis
Material di Dekat Kolam Air.
KONBLOK (%)
KERAMIK (%)
RUMPUT (%)
pagi
59.4
51. 8
58.6
Siang
46.7
42.3
47.8
Sore
56.6
54.0
69.6
S ian g
Pagi
Keterangan :
Keramik
Gambar 5.
H:"fl
... Konblok
'
Qセrオューエ@
Histogram Kelembaban Nisbi Udara (%) pada
Ketinggian 30 em dari Berbagai Jenis Material di Dekat Kolam Air.
34
Iklim Mikro Plaza di Tempat Terbuka
Hasil pengukuran suhu udara pada ketiga jenis material plaza (Gambar Lampiran 7, 8, 9) menunjukkan nilai suhu udara keramik yang paling tinggi dibandingkan dengan
nilai suhu konblok dan rumput (Tabel 5 dan Gambar 6).
Su-
hu udara pada ketiga jenis material menunjukkan nilai tertinggi di waktu siang hari.
Nilai kelembaban nisbi udara
pada ketiga jenis material menunjukkan nilai kelembaban
keramik dan waktu siang hari yang paling rendah (Tabel 6
dan Gambar 7).
Tabel 5.
Nilai Rata-Rata Suhu Udara (oC)
pada Ketinggian 30 em dari Berbagai Jenis Material
di Tempat Terbuka.
WAKTU
KERAMIK (oC)
KONBLOK (oC)
RUMPUT (oC)
Pagi
38.2
36.2
35.6
Siang
39.7
37.6
36.5
Sore
37.2
35.2
33.3
Tabel 6.
WAKTU
Nilai Rata-Rata Kelembaban Nisbi Udara (%)
pada Ketinggian 30 em dari Berbagai Jenis
Material di Tempat Terbuka.
KERAMIK (%)
KONBLOK (%)
RUMPUT (%)
Pagi
46.9
55.8
58.6
Siang
39.8
49.8
51. 2
Sore
47.0
54.3
61.9
35
tee}.
3
セlj@
r. gi
__セ@
Sian g
__セ@
Sore
Keterangan:
[セ@
-, ...
Keramik
Gambar 6.
wGZセ[Q@
..
Konblok
iセᆬ@
Rumput
Histogram Suhu Udara (oC) pada· Ketinggian
30 em dari Berbagai Jenis Material di Tempat Terbuka.
ruH'4l
Vセ@
Keterangan :
e':' I '
BセG@
Keramlk
Gambar 7.
8 Konblok
r:::::r
セ@r::.::.:1
Rumput
Histogram Kelembaban Nisbi Udara (%) pada
Ketinggian 30 em dari Berbagai Jenis Material di Tempat Terbuka.
36
Kenyamanan
pengun;ung Plaza
Suhu efektif pengunjung plaza dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Thom (Tabel 7,
8,
dan 9).
Hasil
tersebut diprosentasikan dengan persepsi pengunjung untuk
mendapatkan nilai kenyamanan pengunjung plaza (Tabel 10).
Tabel 7.
Suhu Efektif (DC) pada Berbagai Material
dan Sebaran Waktu di Tempat Ternaungi Tanaman.
MATERIAL
WAKTU
KERAMIK (DC)
KONBLOK (DC)
RUMPUT (oC)
Pagi
28
27
27
Siang
28
28
28
Sore
29
28
28
Tabel 8.
Suhu Efektif (DC) pada Berbagai Material
dan Sebaran Waktu di Dekat Kolam Air.
MATERIAL
WAKTU
KERAMIK (DC)
KONBLOK (DC)
RUMPUT (DC)
Pagi
33
29
32
Siang
32
31
32
Sore
31
31
30
37
Tabel 9.
Suhu Efektif (oC) pad a Berbagai Material
dan Sebaran Waktu di Tempat Terbuka.
MATERIAL
WAKTU
KERAMIK (oC)
KONBLOK (oC)
RUMPUT (oC)
Pagi
31
-30
30
siang
31
31
30
Sore
30
30
29
Tabel 10.
Persepsi Kenyamanan Berdasarkan Persentase
(%) Pengunjung (n = 207) di Berbagai Lokasi (Berbeda Jenis Material) dan Berbagai
Sebaran Waktu.
PENGUNJUNG (%)
LOKASI
PAGI
N
TANAMAN
Rumput
Konblok
Keramik
T
78.3 21.7
100.0 .
87.0 13.0
I
I
I
I
SIANG
N
T
SORE
N
T
-
82.6
82.6
78.3
17.4
17.4
21.7
87.0
78.3
78.3
13.0
21.7
21.7
KOLAM AIR
Rumput
Konblok
Keramik
65.2
73.9
69.6
34.8
26.1
30.4
69.6
73.9
65.2
30.4
26.1
34.8
52.2
47.8
47.8
47.8
52.2
52.2
TERBUKA
Rumput
Konblok
Keramik
26.1
43.5
30.4
73.9
56.5
69.6
52.2
56.5
43.5
47.8
43.5
56.5
34.8
39.1
30.4
65.2
60.9
69.6
Keterangan
N
=
Nyaman
T
=
Tidak Nyaman
38
Latar Belakang Pengunjung
Tabel Lampiran 6 memuat data latar belakang pengunjung Taman Bunga Keong Mas.
dari perempuan (53.14%).
ling banyak adalah 15 -
Sebagian besar mereka terdiri
Kisaran umur pengunjung yang pa24 tahun (60.87%).
Dilihat la-
tar belakang pendidikannya, mereka sebagian besar sudah
tamat SLTA (58.45%),
sedangkan berdasarkan pekerjaan uta-
manya kebanyakan pengunjung terdiri dari pelajarjmahasiswa
(41.06%).
Sebagian besar mereka berasal dari kota Jakarta
(67.63%).
Sebagian besar pengunjung (35.27%) telah lebih dari
tiga kali mengunjungi Taman Bunga Keong Mas (lihat Tabel
Lampiran 7).
berekreasi.
Sebagian besar mereka mempunyai tujuan untuk
Tetapi
mereka juga memiliki tujuan lain se-
perti mempelajari jenis tanaman dan mengunjungi museum Asmat.
sebagian besar pengunjung (53.14%) menyarankan agar
menambah pepohonan dan kolam air untuk meningkatkan kenyamanan pada plaza.
Sebagian pengunjung (37.68%)
menyaran-
kan untuk menambah pepohonan saja dan sebagian kecil pengunjung (9.18%) menyarankan untuk menambah kolam air saja
untuk meningkatkan kenyamanan pad a plaza (Tabel Lampiran
8) .
39
Sebagian besar pengunjung (68.60%) menyarankan penggunaan hamparan rumput
mendatang.
untuk pengembangan plaza di masa
Sebagian pengunjung (16.42%) menyarankan peng-
gunaan material keramik dan sebagian pengunjung (14.98%)
menyarankan penggunaan material konblok untuk pengembangan
plaza di masa mendatang (Tabel Lampiran 8).
Pembahasan
Pembentukan Iklim Mikro Akibat dari Material Plaza
Suhu udara material keramik pada ketiga tempat pengukuran mulai pagi hingga sore hari menunjukkan nilai suhu
udara yang paling tinggi dibandingkan dengan konblok dan
rumput.
Bahan permukaan pada sebuah tapak mampu mempengaruhi
banyaknya cahaya l!Iatahari yang dipantulkan.
Semakin te-
rang dan halus permukaannya, semakin banyak cahaya matahari yang akan dipantulkan (Todd, 1987).
Menurut Kukreja (1972), material keramik mempunyai
permukaan yang licin dan halus,
serta berwarna terang.
Material keramik merupakan bahan permukaan yang tidak dapat menyerap panas dengan baik karena mempunyai nilai albedo yang tinggi, sebaliknya malah akan meningkatkan suhu
udara permukaannya.
40
Gambar 8.
Pemantulan Sinar Matahari oleh Suatu
mukaan (Clenon, 1983).
Per-
Suhu udara material konblok menunjukkan nilai yang
lebih rendah dari suhu udara keramik dan lebih tinggi dari
suhu udara material rumput.
Suhu udara material rumput
menunjukkan nilai yang paling rendah dibandingkan suhu
udara material konblok dan keramik.
Menurut Todd (1987) bahan-bahan permukaan yang berbeda-beda dapat menyerap dan memantulkan cahaya matahari
pada angka yang berbeda pula (lihat Tabel Lampiran 5).
Material konblok mempunyai tekstur permukaan yang kasar, berwarna gelap (abu-abu tua, merah kusam), albedo
25%-35%, merupakan bah an yang dapat menyerap air dan panas
dengan baik.
Oleh sebab itu, peningkatan suhu udaranya
akan lebih kecil daripada material keramik· (Kukrej a,
1972).
41
Material rumput mempunyai albedo 10%-15%, tekstur
permukaannya lebih kasar dan berwarna lebih gelap (hijau
tua kusam) dari material konblok.
Material rumput merupa-
kan material lunak dan sangat baik dalam menyerap air dan
panas, sehingga peningkatan suhu udaranya lebih kecil daripada material konblok dan keramik (Kukreja, 1972).
Warna pada berbagai jenis material juga mempengaruhi
banyaknya radiasi yang dipantulkan oleh permukaan material.
Setiap warna memiliki daya pantul tersendiri (Tabel
Lampiran 9).
Semakin terang warna permukaan material, se-
makin besar daya pantul warna tersebut.
Daya pantul yang
dianjurkan untuk masing-masing bidang dapat dilihat pada
Tabel Lampiran 10 (Brown, 1987).
Secara umum hasil pengukuran menunjukkan peningkatan
suhu udara yang selalu diikuti dengan penurunan kelembaban
nisbi udara, dan berlaku sebaliknya jika penurunan suhu
udara maka kelembaban nisbi udara akan meningkat.
Kelembaban nisbi udara dipengaruhi oleh suhu udara
dan tidak berlaku sebaliknya.
Naiknya suhu udara akan
menyebabkan defisit tekanan uap sehingga kapasitas udara
dalam menampung uap air meningkat pula yang selanjutnya
menyebabkan penurunan kelembaban udara (Basuki, 1987).
42
Tanaman
suhu udara ketiga jenis material plaza yang berada di
tempat ternaungi tanaman menunjukkan nilai suhu udara yang
paling rendah daripada di dekat kolam air dan tempat terbuka.
Sebaliknya kelembaban nisbi udara menunjukkan nilai
yang paling tinggi daripada di dekat kolam air dan tempat
terbuka.
Tanaman berperan sebagai suatu bahan penyerap panas
dan cahaya matahari.
Kelembaban yang menyebar ke dalam
atmosfir melalui transpirasi membantu memperendah atau
menstabilkan suhu udara di sekitarnya (Laurie, 1986).
Nilai intensitas matahari dari ketiga jenis material
di tempat ternaungi tanaman memiliki nilai yang terkecil.
Tanaman sangat efektif untuk menyerap dan mengurangi pemantulan.
Tanaman dapat mereduksi ± 80% - 90% radiasi ma-
tahari dibandingkan dengan tempat terbuka.
Menurut Olgyay (1973), tanaman dapat memberikan efek
penyejukan dan mempunyai peranan yang penting dalam menciptakan suatu iklim mikro yang nyaman.
Kanopi pepohonan
yang lebat dapat memperendah suhu udara di bawahnya dan
daun-daun hijau yang gelap dapat menyerap panas dan mengurangi pemantulan.
43
Gambar 9.
Peranan Kanopi dan Warna Daun Pepohonan
Terhadap Penyerapan dan Pemantulan Sinar
Menurut Bernatzky (1978), tanaman mempunyai fungsi :
(1) mengendalikan iklim mikro,
(2) mengkonsumsi karbondi-
oks ida dan memproduksi oksigen,
menyegarkan dan menyejukkan udara,
panas,
(3)
membersihkan udara,
(4)
mendinginkan udara
(4) dan lain-lain.
Kombinasi dari bahan-bahan permukaan yang lebih gelap
dan albedo yang rendah dengan tanaman dapat menyerap panas
dengan baik.
Penyejukan melalui penguapan dapat menyebab-
kan suatu perbedaan suhu sebanyak 14 0 F
(10 o e)
di antara
permukaan terbuka dengan perrnukaan berumput.
Suhu udara ketiga jenis material plaza di tempat ternaungi tanaman pada waktu sore hari menunjukkan nilai yang
tinggi.
Kemungkinan hal ini disebabkan masuknya sinar ma-
tahari melalui celah-celah kanopi pepohonan dan penyerapan
44
oleh permukaan material secara lambat sehingga penyebaran
radiasi yang akan dipantulkan kembali juga berlangsung
secara lambat dan terhalangi oleh naungan kanopi, akibatnya suhu udara secara perlahan akan meningkat juga.
Jum-
lah uap air yang berfungsi untuk menyerap radiasi yang dipantulkan sangat berubah menurut tempat dan waktu.
Hal
ini juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
peningkatan suhu udara di sore hari.
Menurut Soedarsono (1985), sejak surya terbit hingga
pukul 14.00 - 16.00 apabila energi radiasi yang diterima
lebih cepat dari hilangnya radiasi, maka kurva suhu udara
biasanya naik.
Selama siang hari lebih banyak energi
diterima dari surya daripada yang diradiasikan oleh permukaan bumi, sehingga udara di permukaan bumi suhunya terus
naik sampai pukul 14.00 - 16.00.
Keberadaan suatu genangan air pada atau di dekat sebuah tapak membantu menyejukkan iklim mikro tapak.
Massa
air bertindak sebagai reservoir panas (Todd, 1987).
Air
juga memiliki pengaruh penghangatan dan penyejukan.
Air
dapat juga memperbesar kelembaban, tergantung pada polapola suhu umumnya (Laurie, 1986).
45
Suhu udara ketiga jenis material yang berada di dekat
kolam air menunjukkan nilai suhu udara yang tinggi dibandingkan dengan tempat terbuka dan tempat ternaungi tanaman.
Hal ini disebabkan tempat dimana pengukuran berlang-
sung terletak pada sisi arah datangnya angin dari kolam
air, sehingga tidak akan menerima efek penyejukan yang
menguntungkan dari angin yang bertiup melintasi kolam air.
Arah angin terbanyak pada saat itu adalah variasi.
suhu udara material rumput lebih tinggi daripada suhu
udara material konblok.
Hal ini disebabkan kolam air tem-
pat material rumput berada merupakan kolam air yang tenang
(air dalam keadaan diam), sedangkan kolam air tempat material konblok berada merupakan kolam air mancur yang airnya
senantiasa bergerak dan mengalir sehingga suhu udara material konblok lebih rendah dari suhu udara material rumput.
Air yang menguap ke udara pada dasarnya dapat mengurangi suhu udara.
Angka penguapan dan angka penyejukan
tergantung kepada luas air at au permukaan kolam, suhu air,
arah dan kecepatan angin (Brown, 1987).
Posisi tapak dengan mengindahkan air sangat mempengaruhi pengaruh air pada iklim mikro tapak.
Tapak yang ter-
letak pada sisi arah datangnya angin dari kolam air tidak
akan menerima efek penyejukan dari angin yang melintasi
kolam air tersebut (Todd, 1987).
46
,.
.
:
. ..
GセZMN@
Gambar 10.
.
. .
pengaruh Arah Angin dan Posisi Kolam Air
Terhadap Suhu Udara.
Tempat Terbuka
Suhu udara ketiga jenis material yang berada di
tempat terbuka
menunjukkan nilai
suhu udara yang
paling
tinggi daripada di tempat ternaungi tanaman dan di dekat
kolam air.
Sebaliknya
kelembaban nisbi udara menunjukkan
nilai yang paling rendah daripada di tempat ternaungi tanaman dan di dekat kolam air.
Material permukaan di tempat terbuka menerima radiasi
surya secara langsung dan lebih memantulkan radiasi surya
karena albedonya besar.
Selain itu, memiliki konduktivi-
tas yang tinggi, dan juga keadaannya lebih kering.
Radia-
si surya akan segera memanaskan permukaan dan selanjutnya
udara diatasnya dipanaskan oleh permukaan tersebut,
hingga suhu udara meningkat.
se-
47
Besarnya radiasi yang ada pada sebuah tapak mempunyai
pengaruh langsung terhadap suhu.
10 0 e - 12 0 e
Variasi-variasi sebanyak
dapat diperoleh di antara tapak yang terkena
cahaya matahari penuh dan tapak yang ternaungi oleh keteduhan (Todd, 1987).
Kenyamanan
Pengunjung plaza di Taman Bunga Keong Mas merasa nyaman pada suhu efektif yang berkisar 27 0 e - 29 0 e mulai dari
pagi hingga sore hari di ketiga jenis material yang berada
pada tempat ternaungi tanaman.
Pengunjung merasa tidak
nyaman pada suhu efektif yang berkisar 29 0 e
-
pagi hingga sore hari di ketiga jenis material ケ。セァ@
di dekat kolam air,
efektif 29 0 e
-
33 0 e mulai
berada
dan merasa tidak nyaman pada suhu
31 0 e mulai pagi hingga sore hari di ketiga
jenis material yang berada.di tempat terbuka.
pengunjung merasa lebih nyaman berada di tempat yang
ternaungi tanaman daripada di dekat kolam air dan tempat
terbuka.
Hal ini disebabkan tanaman dapat memberikan ke-
teduhan, mengurangi
atau menyalurkan
angin, mengurangi
banyaknya perolehan panas radiasi, sehingga menjaga suhu
efektif pada daerah yang ternaungi lebih sejuk dibandingkan tempat yang terbuka atau dekat kolam air.
48
Pengunjung merasa nyaman di dekat kolam air daripada
di tempat terbuka karena air dapat memberikan rasa sejuk
dan nyaman kepada orang yang berada di sekitarnya.
Pada
tempat terbuka, pengunjung terkena cahaya matahari langsung sehingga merasa kepanasan dan akhirnya merasa tidak
nyaman.
Permukaan material keramik memiliki tekstur halus dan
warn a terang yang berada di tempat terbuka
sangat meman-
tulkan sinar matahari, sehingga pengunjung merasa silau
secara visual dan akhirnya merasa tidak nyaman.
Latar Belakanq Penqunjunq
Taman Bunga Keong Mas mempunyai day a tarik tersendiri
bagi pengunjung.
Hal ini terlihat dari frekuensi pengun-
jung yang lebih dari tiga kali mengunjungi Taman Bunga
Keong Mas untuk berekreasi.
Daya tarik tersebut dikarena-
kan Taman Bunga Keong Mas memiliki keanekaragaman tanaman,
memiliki museum Asmat, koleksi kaktus, koleksi suplir, dan
pembibitan tanaman serta tempat bermain untuk anak-anak.
Waktu sehari tidak cukup bagi pengunjung untuk mengunjungi
Taman Bunga Keong Mas untuk menikmati daya tarik tersebut
karena taman tersebut sangat luas,
sehingga mereka akan
mengunjungi taman tersebut di kemudian hari.
49
Pengunjung lebih banyak menyarankan penambahan pepohonan dan kolam air untuk meningkatkan kenyamanan pada
plaza.
Pengunjung memiliki persepsi bahwa dengan adanya
pepohonan yang banyak dan kolam air maka sua sana plaza
terasa lebih teduh dan sejuk.
Pengunjung lebih banyak menyarankan penggunaan hamparan rumput untuk pengembangan plaza di masa mendatang
karena mereka membutuhkan lapangan rumput untuk bermain.
Selain itu,
lapangan rumput yang luas akan memberikan
suatu efek visual yang menyenangkan bagi pengunjung.
Pengunjung merasa warna hijau rumput akan memberikan
kesejukan dan kenyamanan pada suasana lingkungan.
Seba-
gian kecil pengunjung menyarankan penggunaan material
keramik dan konblok.
Material keramik tidak begitu disu-
kai karena licin dan menyilaukan mata jika terkena sinar
matahari.
Material konblok tidak begitu disukai karena
memiliki warna yang kusam dan material ini baru dikenal
oleh masyarakat luas, sehingga pengetahuan akan material
ini agak terbatas.
53
Olgyay, v. 1973. Design with climate. Princeton University Press. Princeton - New Jersey.
Ruberstein, H.M. 1969. A Guide to site and Environmental
Planning. John Wiley & Sons, Inc. New York.
Simonds, J.O. 1961.
Landscape Architecture.
Hill Book Company, Inc. New York.
Mc
Graw
Siswantinah, W. 1987. Persepsi pengunjung Tentang Lingkungan Rekreasi dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya. Studi di Taman Mini Indonesia Indah dan Kebun Raya Cibodas (tidak dipublikasikan). Fakultas
Pasca sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Snyder, J.C., catanese, A.J.
Erlangga. Jakarta.
1989.
Pengantar Arsitektu