2. Pendidikan Kewarganegaraan 2
3. Bahasa Indonesia 5
4. Matematika 5
5. Ilmu Pengetahuan Alam 4
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3
7. Seni Budaya dan Ketrampilan 2
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 2
B. Muatan Lokal
1. Bahasa Ingris 2
2. Bahasa Sunda 2
C. Pengembangan Diri
1. Pramuka 1
2. Komputer 1
3. BTQ 1
4. Kesenian 1
5. PaskibraAubade 1
6. Seni Bela Diri Pencak Silat 1
Jumlah 3
2 32
42 43
Ekuivalen 2 jam pembelajaran Adapun muatan Kurikulum di MIN Negeri Cinisti meliputi mata pelajaran sebagai berikut :
1. a. Pendidikan Agama Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, SKI :
Tujuan : 1. Memberi wawasan terhadap keberagaman agama di Indonesia
2. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa terhadap Allah SWT sesuai dengan agama yang dianutnya melalui pemberian, pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, dan
pembiasaan. 3. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berilmu, rajin
beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, berdisiplin, etis, toleran, harmonis secara personal dan sosial, serta mengembangkan budaya beragama di sekolah.
1. b. Pendidikan Kewarganegaraan :
Tujuan : 1.
Meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia
2. Menanamkan wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme, bela negara, penghargaan terhadap hak-hak
azasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup. Kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan terhadap hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku antikorupsi, kolusi,
dan nepotisme. 1.
c. Bahasa Indonesia :
Tujuan : Membina ketrampilan berbahasa secara lisan dan tertulis serta dapat menggunakan bahasa sebagai alat
komunikasi dan sarana pemahaman iptek.
1. d. Bahasa Inggris :
Tujuan : Membina keterampilan berbahasa Inggris dan berkomunikasi secara lisan dan tertulis untuk menghadapi
perkembangan iptek dalam menyongsong era globalisasi. 1.
e. Matematika :
Tujuan : Memberikan pemahaman logika dan kemampuan dasar matematika dalam rangka penguasaan iptek.
1. f. Ilmu Pengetahuan Alam :
Tujuan : Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa untuk mernguasai dasar sains dalam rangka
penguasaan iptek. 1.
g. Ilmu Pengetahuan Sosial :
Tujuan : Memberikan pengetahuan sosial kultural masyarakat yang majemuk, mengembangkan kesadaran hidup
bermasyarakat, serta melatih ketrampilan hidup secara mandiri. 1.
h. Seni Budaya Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, Seni Teater :
Tujuan : Mengembangkan apresiasi seni, daya kreasi, dan kecintaan pada seni budaya nasional.
1. i. Pendidian Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan :
Tujuan : Menanamkan kebiasaan hidup sehat, meningkatkan kebugaran dan keterampilan dalam bidang olahraga,
menanamkan rasa sportifitas, tanggung jawab, disiplin, dan rasa percaya diri pada siswa. Madrasah ini menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu untuk beberapa pelajaran sesuai
dengan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi, dan atau dimanfaatkan untuk mata pelajaran lain yang dianggap penting dengan mengungkapkan beberapa alasannya. Misalnya Komputer sebagai bagian
dari Pengembangan Diri pada struktur di atas, merupakan penambahan dari mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK.
Selain itu, perlu juga ditegaskan, bahwa:
Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit
Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran dua semester adalah 34-38 per- minggu.
Di sekolah kami, MIN Negeri Cinisti, terdapat program intra kurikuler seperti tabel di atas dan juga ekstra kurikuler yang dikembangkan dalam program Pengembangan Diri. Waktu belajar di sekolah kami dimulai dari
pukul 07.30 pagi hingga pukul 12.05 selama 6 hari dari hari Senin hingga Sabtu. Khusus hari Senin, ada tambahan kegiatan upacara hingga jam pelajaran dimulai pukul 08.05 sampai dengan 12.05 6 jam
pelajaran . Khusus hari Jum’at, bubar kelas pukul 11.20. dilanjutkan sholat jama’ah Jum’at disekitar rumah siswa masing-masing. Pengembangan diri TIK dilaksanakan tiap hari sesuai jadwal pukul 13.00 – 14.00, kecuali
Seni Bela Diri Pencak Silat dilaksanakan pada hari Senin, Rabu dan Sabtu sore jam 14.00 – 15.00 WIB.
1. 2. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata
pelajaran lain dan atau terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri. Substansi muatan lokal ditentukan oleh sekolah, tidak terbatas pada mata pelajaran seni-budaya dan keterampilan, tetapi juga
mata pelajaran lainnya, seperti Bahasa Sunda. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga sekolah harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang
diselenggarakan. Sekolah dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester, atau dua mata pelajaran muatan lokal dalam satu tahun.
Muatan lokal yang diterapkan di MIN Negeri Cinisti adalah: - Bahasa Sunda wajib bagi seluruh siswa dari kelas i sampai VI. Alokasi waktu 2 jam pelajaran.
- Bahasa Inggris 2 jam pelajaranminggu Berikut ini tabel alokasi waktu untuk mata pelajaran Muatan Lokal yang diselenggarakan di MIN Negeri Cinisti.
No .
Mata Pelajaran Muatan Lokal Alokasi Waktu JP
I – II III – IV
V VI
1 Bahasa daerah Sunda
2 2
2 2
Bahasa Sunda 2
2 2
Sedangkan tujuan diberikan Muatan Lokal tersebut adalah : 1.
a. Bahasa sunda :
Tujuan : Membina keterampilan berbahasa Jawa baik lisan maupun tertulis dalam upaya mempertahankan nilai-nilai
budaya Jawa masyarakat setempat dalam wujud komunikasi dan apresiasi sastra. b. Bahasa Inggris :
Tujuan : Membina kemampuan untuk bisa menggunakan bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari.
B. PENGATURAN BEBAN BELAJAR
1. Pengaturan Beban Belajar
1. Ketentuan Beban Belajar
1 Madrasah Ibtidaiyah Negeri Cinisti Kab. Garut menyelenggarakan pendidikan dengan menggunakan sistem paket.
2 Sistem Paket adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan
struktur kurikulum yang berlaku . 3 Penyelesaian program pendidikan dengan menggunakan sistem paket adalah enam tahun yang dibagi
dalam enam semester. 4 Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan pesera didik untuk mengikuti
program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
5 Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik.
6 Penugasan Terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang pendidik untuk mencapai standar kompetensi dengan waktu penyelesaian
ditentukan oleh pendidik. 7 Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi
pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang pendidik untuk mencapai standar kompetensi dengan waktu penyelesaian ditentukan sendiri oleh peserta didik.
Adapun pengaturan beban belajar pada sistem tersebut sebagai berikut. a. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket dialokasikan sebagaimana tertera dalam
struktur kurikulum. Pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang terdapat pada semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran dapat dilakukan secara fleksibel dengan jumlah beban belajar yang tetap.
Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan. Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam
mencapai kompetensi, di samping dimanfaatkan untuk mata pelajaran lain yang dianggap penting dan tidak terdapat di dalam struktur kurikulum yang tercantum di dalam Standar Isi.
b. Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket untuk MIN Negeri Cinisti adalah antara 0 – 50 dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan.
Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan potensi dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.
1. Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah setara dengan satu jam tatap muka.
Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka. Untuk kegiatan praktik di sekolah kami, misalnya pada kegiatan praktikum Bahasa Inggris yang berlangsung selama 2 jam pelajaran setara dengan 1
jam pelajaran tatap muka, sesuai yang tertulis pada Struktur Kurikulum MIN Negeri Cinisti. 1.
b. Tabel Beban Belajar SIswa
SATUAN PENDIDIKA
N KELAS
SATU JAM
PEMBELAJARA N TATAP MUKA
MENIT JUMLAH
JAM PEMBEL
PER MINGGU
MINGGU EFEKTIF
PER TAHUN
PELAJARA N
WAKTU PEMBELAJARAN
PER TAHUN JUMLAH
JAM PER TAHUN
60 MENIT
MIN Cinisti
I sd III 35
Kelas : I. 32
II. 32 III. 42
36 Kelas :
I. 1050 II. 1085
III. 1120 jam
pembelajaran Kelas :
I.
37.800 Kelas :
I. 630 II. 651
III. 672
menit II.
39.060 menit
III. 40.320
menit IV sd
VI 35
43 36
1.260 jam
pembelajaran 45.360 menit
756 1.
Sistem Pembelajaran
1. Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam :
Pembelajaran PAI diarahkan pada aspek penguasaan konsep dan penerapan. Pembelajaran PAI disajikan degan cara tatap muka, penugasan terstruktur dan penugasan mandiri tidak terstruktur di dalam maupun di luar kelas.
Pedekatan yang digunakan antara lain Tanya jawab, Diskusi, Praktek dan Simulasi. 1.
Sistem Pembelajaran PKn : Sistem Pembelajaran PKn menekankan sikap dan tingkah laku peserta didik supaya tahu akan hak dan
kewajibannya. Meningkatkan kesadaran dan wawasan kebangsaan, jiwa patriotisme, bela negara, demokrasi, ketaatan hukum, ketaatan membayar pajak, kesetaraan jender dan sikap serta perilaku anti KKN yang disajikan
melalui tatap muka, tugas terstruktur dan tugas mandiri tidak terstruktur. Pendekatan CTL, Ceramah bervariasi, tanya jawab, inquiry, diskusi,Role playing, Simulasi, PBI, Sosiodrama.
1. Sistem Pembelajaran Bahasa Indonesia :
Sistem Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan pada aspek yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis dengan menekankan kemampuan berbahasa lisan dan tulis. Dan penyajian mata pelajaran Bahasa
Indonesia dengan pendekatan CTL, Ceramah bervariasi, tanya jawab, inquiry, diskusi,Role playing, Simulasi, PBI, Sosiodrama melalui tatap muka, praktik, penugasan terstruktur dan penugasan mandiri tak terstruktur.
1. Sistem Pembelajaran Matematika :
Sistem Pembelajaran matematika diarahkan pada tiga aspek, yaitu pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi dan pemecahan masalah. Penyajian mata pelajaran matematika dilakukan melalui tatap muka,
tugas mandiri terstruktur dan tugas mandiri tidak terstruktur. Pendekatan yang digunakan antara lain CTL, diskusi,Tanya jawab, Demonstrasi, PBI.
1. Sistem Pembelajaran IPA :
Pembelajaran IPA diarahkan pada pemahaman dan penerapan konsep serta kinerja yang menekankan pada cara-cara mengetahui gejala alam secara sistematis dengan mengutamakan pemberian pengalaman secara
langung melalui observasi dan proses penemuan. Pembelajaran IPA disajikan dengan cara tatap muka, penugasan terstruktur dan penugasan mandiri tak
terstruktur di dalam maupun di luar kelas. Pedekatan yang digunakan antara lain CTL, DI, PBI, Cooperative Learning, Demonstrasi, Ekspositori, Diskusi, Observasi, Eksperimen, Inkuiri, Studi Pustaka, Wawancara,
Kunjungan Kerja.
1. Sistem Pembelajaran IPS :
Pembelajaran IPS menekankan pada penguasaan konsep, pengamatan, pengkajian, pengidentifikasian, mendiskusikan dan aplikasi. Penerapan IPS diantaranya melalui tatap muka, pemahaman,
pengamatan,penkajian, pengidentifikasian, pendiskusian dan aplikasi. Pedekatan yang digunakan antara lain CTL, Cooperative Learning, Demonstrasi, Diskusi, Observasi, Studi
Pustaka.
1. Sistem Pembelajaran Seni Budaya :
Pembelajaran Seni Budaya diarahkan pada aspek apresiai dan kreasi seni budaya lokal dan modern. Pembelajaran Seni Budaya disajikan melalui tatap muka, penugasan terstruktur dan penugasan mandiri tidak
terstruktur. Pendekatan yang digunakan antara lain CTL, Cooperative Learning, Demonstrasi, Diskusi, Observasi, Studi Pustaka.
1. Sistem Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan :
Pembelajaran Penjaskes diarahkan pada aspek permainan dan olehraga, aktivitas pengembangan, uji diri dan senam, aktivitas ritmik, dan pilihan.
Pembelajaran Penjaskes disajikan melalui tatap muka, penugasan terstruktur dan penugasan mandiri tidak terstruktur.Pendekatan yang digunakan antara lain Pemodelan, CL, Demonstrasi.
1. Sistem Pembelajaran Bahasa Sunda :
Pembelajaran Bahasa Sunda diarahkan pada mendengar, berbicara, membaca, menulis dan apresiasi sastra.
Penyajian mata pelajaran Bahasa Sunda dilaksanakan melalui tatap muka, penugasan terstruktur dan penugasan mandiri tidak terstruktur. Pendekatan yang digunakan antara lain CTL, Tanya jawab, Diskusi dan
Demonstrasi. 1.
Sistem Pembelajaran Bahasa Inggris : Sistem Pembelajaran Bahasa Ingris diarahkan pada empat aspek yaitu mendengar, berbicara, membaca dan
menulis dengan menekankan pada kemampuan berbahasa lisan dan tulis. Dan penyajian mata pelajaran Bahasa Inggris melalui tatap muka dan praktik serta penugasan terstruktur dan penugasan mandiri tak
terstruktur. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Inggris adalah CTL. BAB V
PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL
1. A. Konsep dan Sifat Muatan Lokal
Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam
mata pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan.
Muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada Standar Isi di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Keberadaan mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di masing- masing daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal
ini sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan kurikulum muatan lokal mendukung dan melengkapi kurikulum nasional.
Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan
dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahawa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal
1. B. MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL
1. Proses Pengembangan Mata Pelajaran Muatan lokal pengembangannya sepenuhnya ditangani oleh sekolah dan komite sekolah yang
membutuhkan penanganan secara profesional dalam merencanakan, mengelola, dan melaksanakannya. Dengan demikian di samping mendukung pembangunan daerah dan pembangunan nasional, perencanaan,
pengelolaan, maupun pelaksanaan muatan lokal memperhatikan keseimbangan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Penanganan secara profesional muatan lokal merupakan tanggung jawab pemangku
kepentingan stakeholders yaitu sekolah dan komite sekolah. Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal oleh sekolah dan komite sekolah dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah
2. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal
3. Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal
4. Menentukan Mata Pelajaran Muatan Lokal
5. Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada
Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP Lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:
1. a. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah
Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai pihak yang terkait di daerah yang bersangkutan
seperti PemdaBappeda, Instansi vertikal terkait, Perguruan Tinggi, dan dunia usahaindustri. Keadaan daerah seperti telah disebutkan di atas dapat ditinjau dari potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi aspek
sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari: 1 Rencana pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas pembangunan daerah, baik
pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun pembangunan berkelanjutan sustainable development;
2 Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis kemampuan-kemampuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan;
3 Aspirasi masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan daerahnya, serta konservasi alam dan pemberdayaannya
1. b. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal
Berdasarkan kajian dari beberapa sumber seperti di atas dapat diperoleh berbagai jenis kebutuhan. Berbagai jenis kebutuhan ini dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah, antara lain untuk:
1 Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah; 2 Meningkatkan keterampilan di bidang pekerjaan tertentu;
3 Meningkatkan kemampuan berwiraswasta; 4 Meningkatkan penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan sehari-hari;
1. c. Menentukan bahan kajian muatan lokal
Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal yang dapat diangkat sebagai bahan kajian sesuai dengan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Penentuan bahan kajian
muatan lokal didasarkan pada kriteria berikut: 1 Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik;
2 Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan; 3 Tersedianya sarana dan prasarana
4 Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa 5 Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan
6 Kelayakan berkaitan dengan pelaksanaan di sekolah; 7 Lain-lain yang dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan situasi daerah.
1. d. Menentukan Mata Pelajaran Muatan Lokal
Berdasarkan bahan kajian muatan lokal tersebut dapat ditentukan kegiatan pembelajarannya. Kegiatan pembelajaran ini pada dasarnya dirancang agar bahan kajian muatan lokal dapat memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilaiaturan yang berlaku di
daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Kegiatan ini berupa kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi
daerah, dan prospek pengembangan daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Serangkaian kegiatan pembelajaran yang sudah ditentukan
oleh sekolah dan komite sekolah kemudian ditetapkan oleh sekolah dan komite sekolah untuk dijadikan nama mata pelajaran muatan lokal.
Substansi muatan lokal di MIN Cinisti terdiri atas :
1. Bahasa Daerah Sunda
Sebagai upaya mempertahankan nilai-nilai Budaya Sunda Masyarakat setempat dalam wujud Komunikasi dan Apresiasi Sastra.
1. Bahasa Inggris
sebagai uapaya meningkatkan ketrampilan siswa dalam berbicara Bahsa Inggris. e. Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada Standar
Isi yang ditetapkan oleh BSNP. 1 Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah langkah awal dalam membuat mata
pelajaran muatan lokal agar dapat dilaksanakan di sekolah. Adapun langkah-langkah dalam mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah sebagai berikut:
a Pengembangan Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah menentukan kompetensi yang didasarkan pada materi sebagai basis pengetahuan.
b Pengembangan Kompetensi Dasar Kompetensi dasar merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa. Penentuan ini dilakukan dengan
melibatkan guru, ahli bidang kajian, ahli dari instansi lain yang sesuai. 2 Pengembangan silabus secara umum mencakup:
a Mengembangkan indikator b Mengidentifikasi materi pembelajaran
c Mengembangkan kegiatan pembelajaran d Pengalokasian waktu
e Pengembangan penilaian f Menentukan Sumber Belajar
Langkah-langkah tersebut dapat mengacu pada penyusunan silabus mata pelajaran. 2. Pihak yang Teribat dalam Pengembangan
Sekolah dan komite sekolah mempunyai wewenang penuh dalam mengembangkan program muatan lokal. Bila dirasa tidak mempunyai SDM dalam mengembangkan sekolah dan komite sekolah dapat bekerjasama dengan
dengan unsur-unsur Depdiknas seperti Tim Pengembang Kurikulum TPK di daerah, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan LPMP, Perguruan Tinggi dan instansilembaga di luar Depdiknas, misalnya pemerintah
DaerahBapeda, Dinas Departemen lain terkait, dunia usahaindustri, tokoh masyarakat. Peran, tugas dan tanggung jawab TPK secara umum adalah sebagai berikut
1. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing;
2. Menentukan komposisi atau susunan jenis muatan lokal;
3. Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-
masing; 4.
Menentukan prioritas bahan kajian muatan lokal yang akan dilaksanakan;
5. Mengembangkan silabus muatan lokal dan perangkat kurikulum muatan lokal lainnya, yang dilakukan
bersama sekolah, mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP Peran Perguruan Tinggi dan LPMP antara lain memberikan bimbingan dan bantuan teknis dalam:
1. Mengidentifikasi dan menjabarkan keadaan, potensi, dan kebutuhan lingkungan ke dalam komposisi
jenis muatan lokal; 2.
Menentukan lingkup masing-masing bahan kajianpelajaran; 3.
Menentukan metode pengajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan jenis bahan kajianpelajaran
Peran instansilembaga di luar Depdiknas secara umum adalah: 1.
Memberikan informasi mengenai potensi daerah yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, kekayaan alam, dan sumber daya manusia yang ada di daerah yang bersangkutan, serta prioritas
pembangunan daerah di berbagai sektor yang dikaitkan dengan sumber daya manusia yang dibutuhkan; 2.
Memberikan gambaran mengenai kemampuan-kemampuan dan keterampilan yang diperlukan pada sektor-sektor tertentu;
3. Memberikan sumbangan pemikiran, pertimbangan, dan tenaga dalam menentukan prioritas muatan
lokal sesuai dengan nilai-nilai dan norma setempat. 3. Rambu-rambu
Berikut ini rambu-rambu untuk diperhatikan dalam pelaksanaan muatan lokal. a. Sekolah yang mampu mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar beserta silabusnya
dapat melaksanakan mata pelajaran muatan lokal. Apabila sekolah belum mampu mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar beserta silabusnya sekolah dapat melaksanakan muatan lokal berdasarkan
kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh sekolah, atau dapat meminta bantuan kepada sekolah yang terdekat yang masih dalam satu daerahnya. Bila beberapa sekolah dalam satu daerah belum mampu mengembangkan
dapat meminta bantuan TPK daerah, atau meminta bantuan dari LPMP di propinsinya. b. Bahan kajian hendaknya sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik yang mencakup perkembangan
pengetahuan dan cara berpikir, emosional, dan sosial peserta didik. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diatur sedemikian rupa agar tidak memberatkan peserta didik dan tidak mengganggu penguasaan pada
kurikulum nasional. Oleh karena itu dalam pelaksanaan muatan lokal dihindarkan adanya pekerjaan rumah PR. c. Program pengajaran hendaknya dikembangkan dengan melihat kedekatan dengan peserta didik yang
meliputi dekat secara fisik dan secara psikis. Dekat secara fisik maksudnya terdapat dalam lingkungan tempat tinggal dan sekolah peserta didik, sedangkan dekat secara psikis maksudnya bahwa bahan kajian tersebut
mudah dipahami oleh kemampuan berpikir dan mencernakan informasi sesuai dengan usianya. Untuk itu, bahan pengajaran hendaknya disusun berdasarkan prinsip belajar yaitu: 1 bertitik tolak dari hal-hal konkret ke
abstrak; 2 dikembangkan dari yang diketahui ke yang belum diketahui; 3 dari pengalaman lama ke pengalaman baru; 4 dari yang mudahsederhana ke yang lebih sukarrumit. Selain itu bahan kajianpelajaran
hendaknya bermakna bagi peserta didik yaitu bermanfaat karena dapat membantu peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
d. Bahan kajianpelajaran hendaknya memberikan keluwesan bagi guru dalam memilih metode mengajar dan sumber belajar seperti buku dan nara sumber. Dalam kaitan dengan sumber belajar, guru diharapkan dapat
mengembangkan sumber belajar yang sesuai dengan memanfaatkan potensi di lingkungan sekolah, misalnya dengan memanfaatkan tanahkebun sekolah, meminta bantuan dari instansi terkait atau dunia usahaindustri
lapangan kerja atau tokoh-tokoh masyarakat. Selain itu guru hendaknya dapat memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan peserta didik aktif dalam proses belajar mengajar, baik secara mental, fisik, maupun
sosial. e. Bahan kajian muatan lokal yang diajarkan harus bersifat utuh dalam arti mengacu kepada suatu tujuan
pengajaran yang jelas dan memberi makna kepada peserta didik. Bahan kajian muatan lokal juga dapat disusun dan diajarkan hanya dalam jangka waktu satu semester, dua semester atau satu tahun ajaran.
f. Alokasi waktu untuk bahan kajianpelajaran muatan lokal perlu memperhatikan jumlah minggu efektif untuk mata pelajaran muatan lokal pada setiap semester.
BAB VI KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI
1. A. Konsep dan Sifat Kegiatan Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolahmadrasah.Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling
berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir peserta didik, serta kegiatan ekstra kurikuler. Untuk satuan pendidikan kejuruan, kegiatan pengembangan diri,
khususnya pelayanan konseling ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan karir. Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus
peserta didik.