LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN PERTAMBAHAN AREA OTOT LENGAN ATAS PADA PRIA

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

LATIHAN BERBEBAN, PEMBERIAN WHEY PROTEIN, DAN PERTAMBAHAN
AREA OTOT LENGAN ATAS PADA PRIA

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Freddy Ferdian
G.0007073
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id


digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul: Latihan Berbeban, Pemberian Whey Protein, dan Pertambahan
Area Otot Lengan Atas pada Pria
Freddy Ferdian, NIM: G.0007073, tahun: 2010
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari Kamis, tanggal 20 Januari 2011

Pembimbing Utama
Nama : Widardo, Drs., M.Sc
NIP : 19631216 199003 1 002

(

)

(


)

(

)

(

)

Pembimbing Pendamping
Nama : Dr. Kiyatno, dr., M.Or., PFK., AIFO
NIP : 19480118 197603 1 002
Penguji Utama
Nama : Suhanantyo, drg., M.Si., Med
NIP : 1951060 619860 1 001
Anggota Penguji
Nama : S. Bambang Widjokongko, dr., M.Pd., PHK
NIP : 19481231 197609 1 001


Surakarta,

Ketua Tim Skripsi

Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes
NIP: 19660702 199802 2 001

Prof. Dr. H. A A. Subijanto, dr., M.S
NIP: 19481107 197310 1 003
commit to user
ii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 10 Juni 2010

Freddy Ferdian
NIM. G.0007073

commit to user
iii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

ABSTRAK
FREDDY FERDIAN, G0007073, 2010, Latihan Berbeban, Pemberian Whey
Protein, dan Pertambahan Area Otot Lengan Atas pada Pria. Fakultas Kedokteran,

Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan membandingkan perbedaan
pertambahan area otot lengan atas antara pria yang berlatih beban dengan
pemberian whey protein dan pria yang berlatih beban saja.

Metode Penelitian: Penelitian eksperimental kuasi dengan rancangan nonequivalent control group. Penelitian dilakukan di lingkungan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret (FK-UNS) Surakarta. Subjek Penelitian diambil secara
quota sampling (mahasiswa FK-UNS n= 34 orang, usia 18-25 tahun, tidak
mengkonsumsi suplemen, sehat secara fisik). Subjek penelitian dikelompokkan
secara acak ke dalam dua kelompok, kelompok latihan berbeban dengan
pemberian whey protein (ORW) dan kelompok latihan berbeban tanpa whey
protein (OR). Kedua kelompok melakukan latihan berbeban otot lengan atas
selama 2 bulan (3 hari/minggu, 1 sesi/hari, 4 jenis latihan/sesi, 3 set/jenis latihan,
10 repetition maximum/set). Data yang diukur berupa pertambahan perkiraan area
otot lengan atas (ΔPAO), diukur menggunakan rumus. Dilakukan pula penilaian
variabel perancu berupa asupan makanan, jumlah latihan, BMI, dan usia. Analisis
data menggunakan uji t tidak berpasangan dan korelasi Pearson SPSS 17 for
Windows. Analisis dilakukan pada mahasiswa pria yang melakukan latihan
berbeban 17-24 kali (n= 14).


Hasil Penelitian: Rerata pertambahan area otot kelompok ORW lebih rendah
dibanding kelompok OR (lengan kanan, p = 0,035; lengan kiri, p = 0,400).
Asupan protein berkorelasi positif bermakna (p = 0,038) terhadap pertambahan
area otot lengan kiri dan jumlah latihan berkorelasi negatif bermakna (p = 0,025)
terhadap pertambahan area otot lengan kanan.

Simpulan Penelitian: Terdapat perbedaan pertambahan area otot lengan atas
yang bermakna (lengan kanan, p = 0,035) antara kelompok latihan berbeban
dengan pemberian whey protein dan kelompok latihan berbeban tanpa whey
protein.

Kata kunci: whey protein, latihan berbeban, pertambahan area otot
commit to user
iv

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id


ABSTRACT
FREDDY FERDIAN, G0007073, 2010, Resistance Training, Whey Protein
Consumption and Upper Arms Muscle-Area Accretion in Men

Objective: The aim of this study was to compare upper arm muscle-area accretion
between whey protein + resistance training group and resistance training group.

Methods: The design was quasi-experimental with non-equivalent control group.
Experiment was held in Medical College of Sebelas Maret University (FK-UNS).
Subject for the study were recruited intensely (FK-UNS students n= 34, 18-25 yr,
not supplement user, physically healthy) with quota-sampling technique. Subject
were allocated at random to two groups, whey protein + resistance training group
(ORW) and resistance-training group (OR). Both of groups had resistance training
focus on upper arms muscle for 2 mo (3 days/wk, 1 session/day, 4
exercises/session, 3 sets/exercise, 10 RM/set). The data which examined were
arms muscle-area accretion (ΔPAO) calculated by formula for estimate arm
muscle area. Besides, there were assessments for confounding factors such as
foods intake, total resistance training, BMI and age. Then, the data were analysed
by SPSS 17 for Windows using independent sample T-test and Pearson’s
correlation. Analysis was done in students who had resistance training 17-24

times (n= 14).

Results: Mean arms muscle-area accretion of ORW group were lower than OR
group (right arm, p = 0,035; left arm, p = 0,400). Protein intake (left arm) and
total resistance training (right arm) were significantly correlated (p = 0,038, p =
0,025)

Conclusion: There was a significant difference between whey protein + resistance
training group and resistance-training group (right arm p = 0,035).

Keywords: whey protein, resistance training, muscle-area accretion

commit to user
v

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus yang telah
memberi ide, inspirasi, kasih karunia, dan penyertaan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul: “Latihan Berbeban, Pemberian Whey
Protein, dan Pertambahan Area Otot Lengan Atas pada Pria”.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan
untuk memenuhi kurikulum di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan memenuhi syarat-syarat kesarjanaan pendidikan dokter di
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulisan skripsi ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu:
1. Prof. Dr. H. A A. Subijanto, dr., M.S, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret dan selaku pembimbing
akademik yang telah memberikan masukan dan bimbingan.
2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku ketua tim skripsi yang memberikan
kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Widardo, Drs., M.Sc, selaku dosen ilmu gizi sekaligus pembimbing
utama yang telah memberikan nasihat, pengarahan, dan motivasi
bagi penulis.
4. Dr. Kiyatno, dr., M.Or., PFK., AIFO, selaku pembimbing
pendamping yang telah memberikan pengarahan berkaitan dengan

latihan berbeban dan metode penelitian.
5. Suhanantyo, drg., M.Si. Med, selaku penguji utama yang telah
memberikan masukan bagi penulis.
6. S. Bambang Widjokongko, dr., PHK., M.Pd, selaku anggota penguji
atas masukan untuk penulis.
7. Seluruh Staf Laboratorium Ilmu Gizi, Laboratorium Fisiologi,
Laboratorium Histologi, dan Bagian Skripsi FK-UNS yang telah
memperlancar penyelesaian skripsi.
8. Sayangku tercinta, Ariyani Novitasari, yang telah membantu selama
penelitian dan penyetakan skripsi.
9. Semua teman mahasiswa FK-UNS angkatan 2007 dan 2008 yang
telah bersedia menjadi subyek penelitian.
10. Mami tercinta, papi, dan gege, terima kasih atas doa dan
dukungannya.
11. Pihak-pihak lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini
disebabkan oleh keterbatasan waktu, tenaga, pengetahuan, dan fasilitas yang
dimiliki penulis sehingga dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun.
Surakarta, 5 Januari 2011

commit to user

vi

Freddy Ferdian

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI
PRAKATA ..................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 2
1. Umum................................................................................... 2
2. Khusus .................................................................................. 2
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 2
1. Manfaat Ilmiah ..................................................................... 2
2. Manfaat Aplikatif ................................................................. 3
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 4
1. Latihan Berbeban (Strength Training/Resistance Training)
.............................................................................................. 4
a. Otot Rangka .................................................................. 4
b. Efek Latihan Berbeban ................................................. 5
c. Jenis Alat dalam Latihan Berbeban .............................. 9
d. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Latihan Berbeban
....................................................................................... 9
e. Energi Selama Latihan Berbeban dan Olahraga ............10
2. Latihan Berbeban dengan Pemberian Whey Protein.............11
a. Whey Protein dan Jenisnya ............................................11
b. Efek Pemberian Whey Protein .......................................12
c. Metabolisme Protein ......................................................15
d. Pertambahan Area Otot dan Rumus Estimasi ................17
B. Kerangka Pemikiran .....................................................................18
C. Hipotesis .......................................................................................19
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian ..........................................................20
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................20
C. Subyek Penelitian .........................................................................20
D. Identifikasi Variabel Penelitian ....................................................22
1. Variabel Bebas ......................................................................22
2. Variabel Terikat ....................................................................22
3. Variabel Perancu ...................................................................23
E. Teknik Sampling ..........................................................................23
F. Definisi Operasional Variabel ......................................................24
1. Variabel Bebas: Pemberian Whey Protein ............................24
2. Variabel Terikat: Pertambahan Area Otot (ΔPAO) ..............24
to user
3. Variabel Perancu commit
...................................................................
26

vii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

a. Terkendali
1) Suplementasi ...........................................................26
2) Latihan Berbeban ....................................................26
3) Usia .........................................................................28
b. Tidak Terkendali
1) BMI .........................................................................28
2) Aktivitas Fisik Selain Jadwal Latihan Berbeban ....28
3) Makanan dan Minuman ..........................................29
4) Faktor Internal .........................................................29
5) Waktu Istirahat ........................................................29
G. Instrumen dan Bahan Penelitian...................................................30
1. Alat ........................................................................................30
2. Bahan ....................................................................................31
H. Rancangan Penelitian ...................................................................32
I. Prosedur Kerja ..............................................................................33
J. Uji Statistik...................................................................................36
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Karakteristik Sampel Pretes dan Postes .......................37
1. Pretes .....................................................................................37
2. Postes ....................................................................................38
B. Hasil Analisis Perbandingan Kelompok ORW dan Kelompok OR
......................................................................................................38
1. Uji t Tidak Berpasangan .......................................................38
a. Uji Prasyarat Normalitas ................................................38
b. Hasil Uji t Tidak Berpasangan .......................................39
2. Uji Korelasi Pearson .............................................................41
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................42
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ......................................................................................47
B. Saran .............................................................................................47
1. Berkaitan Hasil Penelitian.....................................................48
2. Untuk Penelitian Selanjutnya ................................................48
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................49
LAMPIRAN

commit to user

viii

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Analisis Pretes Kelompok ORW dan OR .............................. 37
Tabel 2. Hasil Analisis Postes Kelompok ORW dan OR.............................. 38
Tabel 3. Hasil Analisis Kelompok ORW dan OR ......................................... 39

commit to user

ix

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir ........................................................................ 18
Gambar 2. Rancangan Penelitian ................................................................... 32
Gambar 3. Diagram Mean Pertambahan Area Otot Lengan Atas .................. 40

commit to user

x

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kandungan Ultimate Nutrition® Prostar Whey Protein™
Lampiran 2 PAR-Q Revisi 2002, Canadian Society for Exercise Physiology
Lampiran 3 Stretching, Anderson (1982)
Lampiran 4 Barbell Curl, H. M. Furqon (1996)
Lampiran 5 Reverse Curl, H. M. Furqon (1996)
Lampiran 6 Triceps Press, H. M. Furqon (1996)
Lampiran 7 Lying Triceps Extension, Rai, dkk (2007)
Lampiran 8 Hasil Pretes Kelompok ORW
Lampiran 9 Hasil Pretes Kelompok OR
Lampiran 10 Hasil Postes Kelompok ORW
Lampiran 11 Hasil Postes Kelompok OR
Lampiran 12 Pertambahan Perkiraan Area Otot Lengan Atas Kelompok ORW
Lampiran 13 Pertambahan Perkiraan Area Otot Lengan Atas Kelompok OR
Lampiran 14 Analisis Asupan Gizi Kelompok ORW
Lampiran 15 Analisis Asupan Gizi Kelompok OR
Lampiran 16 Pemenuhan Kebutuhan Protein Kelompok ORW
Lampiran 17 Pemenuhan Kebutuhan Protein Kelompok OR
Lampiran 18 Group Statistic Uji t Tidak Berpasangan
Lampiran 19 Hasil Uji t Tidak Berpasangan Sesuai Tampilan Output SPSS 17
Lampiran 20 Hasil Uji t Tidak Berpasangan untuk Variabel Perancu
Lampiran 21 Hasil Uji Korelasi Pearson untuk Variabel Perancu
Lampiran 22 Contoh Tabel Penilaian Latihan Berbeban
Lampiran 23 Contoh Tabel Penilaian Asupan Makanan Harian (a)
Lampiran 24 Contoh Tabel Penilaian Asupan Makanan Harian (b)
Lampiran 25 Contoh Analisis Menu Makan Nutrisurvey 2007
Lampiran 26 Contoh Hasil Evaluasi Nilai Gizi Nutrisurvey 2007
Lampiran 27 Contoh Questionnaire
Lampiran 28 Ethical Clearance
Lampiran 29 Foto-foto Penelitian

commit to user

xi

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Definisi dari penampilan fisik yang baik berbeda-beda untuk setiap
orang. Meskipun begitu salah satu definisi penampilan fisik yang baik adalah
lengan yang lebih besar dan berotot (Rai dkk., 2007). Berangkat dari definisi
ini, kini bermunculan produk-produk suplemen yang mengaku dapat
menstimulir dan mempercepat pembentukan otot pasca latihan beban. Salah
satu produk tersebut adalah whey protein. Whey protein dipercaya dapat
membentuk otot (Rai dkk., 2007, Anthony et al., 2007, & Wilkinson et al.,
2007). Penelitian menunjukkan konsumsi whey protein pada orang tua (57-72
tahun) sebelum dan sesudah latihan beban yang intensif mencegah penurunan
dari miostatin mRNA (Hulmi et al., 2007), namun demikian sumber lain
menunjukkan bahwa konsumsi whey protein tidak penting sebab konsumsi
whey protein tidak berbeda dengan konsumsi protein daging rendah lemak,
sementara efeknya dalam meningkatkan massa otot disebutkan hanya
merupakan promosi semata (Sizer & Whitney, 2006).
Penelitian ini diperlukan untuk mengkritisi produk whey protein yang
banyak

dipromosikan

sebagai

produk

stimulator

otot

dengan

cara

membandingkan pertambahan area otot lengan atas antara pria yang melakukan
latihan berbeban dengan pemberian whey protein dan pria yang berlatih
berbeban

saja.

Jika terbukti efek whey
commit to user
1

protein sebagai

stimulator

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
2

perkembangan otot maka produk ini akan sangat menguntungkan terutama bagi
para atlet binaraga dalam meningkatkan prestasi. Sebaliknya jika efeknya tidak
terbukti, maka konsumsi whey protein merupakan suatu pemborosan
mengingat produk ini relatif mahal.

B. Rumusan Masalah
Adakah pengaruh pemberian whey protein terhadap pertambahan area
otot lengan atas pada pria yang melakukan latihan berbeban.

C. Tujuan Penelitian
1. Umum
Membandingkan pertambahan area otot lengan atas antara pria yang
melakukan latihan berbeban dengan pemberian whey protein dan pria yang
berlatih berbeban tanpa whey protein.
2. Khusus
Jika ada perbedaan pertambahan area otot lengan atas, berapa pertambahan
yang dihasilkan pada kelompok yang diberi whey protein.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Memberi tambahan informasi mengenai pengaruh pemberian whey protein
terhadap pria yang berlatih beban.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
3

2. Manfaat Aplikatif
a. Mengkritisi produk whey protein yang dipromosikan sebagai produk
stimulator otot.
b. Sebagai salah satu sumber informasi bagi masyarakat mengenai efek
whey protein dan latihan beban terhadap tubuh.
c. Menginformasikan cara sederhana dalam menilai perkiraan ukuran otot
menggunakan lingkar lengan atas dan tricep skin fold pada orangorang yang berlatih beban.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1.

Latihan Berbeban (Strength Training/Resistance Training)
a. Otot Rangka
Otot dibagi menjadi beberapa tipe serabut otot, yaitu tipe I
(slow-twich fibers), IIa (fast-twich oxidative fibers), dan IIb (fast-twich
glycolytic fiber). Tipe serabut otot ini tersebar di seluruh otot dan
dapat terletak di mana saja sehingga pembagian ini sering tidak jelas
(Saltin dan Gollnick, Essen-Gustavsson dan Henrickson dalam
Durstine et al., 1993)
Berbeda dengan serabut tipe I, serabut tipe II memiliki
kecepatan kontraksi yang relatif cepat, durasi kejut yang pendek, dan
aktivitas tinggi miosin-ATPase. Serabut tipe II dibagi menjadi serabut
tipe IIa dan IIb. Tipe IIa menggunakan glikolisis dan metabolisme
oksidatif dalam kapasitas sedang, suplai darah kapiler relatif tinggi,
dan diameter yang relatif kecil (25-40 µm); serabut tipe IIb memiliki
aktivitas glikolisis yang tinggi, sedikit mitokondria, kapasitas
metabolisme yang rendah, dan diameter yang besar (30-60 µm).
(Durstine et al., 1993)

commit to user
4

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
5

b. Efek Latihan Berbeban
Latihan beban bertujuan meningkatkan kapasitas kekuatan
maksimal otot rangka. Latihan beban resistensi tinggi juga
meningkatkan ukuran otot (hipertropi) melalui sintesis dari protein
kontraktil (aktin dan miosin) dan penebalan jaringan konektif
(connective tissue). Selain itu disebutkan pula adanya mekanisme
hiperplasi yang ikut berpengaruh dalam pertambahan ukuran
penampang lintang otot (McCall et al., 1996). Mekanisme sel satelit
dalam hipertrofi masih diperdebatkan (Durstine et al., 1993),
meskipun demikian Moss dan Leblond dalam Hikida et al. (2000)
menyebutkan bahwa aktivasi dari sel satelit menyebabkan penyatuan
ke serat otot sebagai mionuklei yang baru. Penelitian menunjukkan
adanya pertambahan pada penampang lintang otot (cross-sectional
area) dari biceps brachii sebanyak 17,4% pada 14 orang tua yang
berlatih beban selama 12 minggu (Brown et al., 1990).
Menurut Hulmi et al. (2008), aktivitas sel satelit dihambat oleh
miostatin. Miostatin adalah anggota superfamili TGF-β yang
mempunyai efek regulator negatif pada massa otot manusia (Schuelke
et al. dalam Hulmi et al., 2008) dan mamalia (Bogdanovich et al. dan
McPherron et al. dalam Hulmi et al., 2008). mRNA miostatin
mengalami penurunan setelah latihan berbeban tunggal tanpa
suplementasi (Kim et al. dan Raue et al. dalam Hulmi et al., 2008).
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
6

Pada orang tua yang jumlah sel satelitnya sudah mengalami
penurunan pun (Schmalbruch dan Hellhammer, Snow dalam Hikida et
al., 2000) tetap menunjukkan adanya pertambahan pada penampang
lintang otot sebanyak 30% setelah berlatih beban selama 16 minggu
(Hikida et al., 2000).
Tubuh melakukan respon terhadap latihan beban dengan dua
cara,

yaitu

dengan

meningkatkan

ukuran

otot

dan

dengan

meningkatkan kekuatan otot. Kedua respon ini saling terkait.
Pertambahan diameter otot (terutama serabut tipe IIa) disebabkan
penambahan jumlah sarkomer yang paralel dengan miofibril yang
sudah ada (Saltin dan Gollnick dalam Durstine et al., 1993) sehingga
menyebabkan pertambahan diameter otot. Pertambahan ukuran otot
ini akan meningkatkan kontraktilitas serabut otot (kekuatan maksimal
yang diproduksi tiap milimeter persegi dari area penampang lintang
otot ataupun kekuatan yang diproduksi tiap interaksi jembatan silang).
Meskipun demikian, hal ini nampaknya tidak berkorelasi secara pasti.
Penelitian Goodpaster et al. (2006) menunjukkan bahwa luas
penampang lintang otot tidak berkorelasi terhadap kekuatan otot.
Latihan beban ada yang bersifat isotonik, isometrik, dan
isokinetik. Latihan beban isotonik tidak meningkatkan ataupun sedikit
meningkatkan aktivitas enzim glikolitik dan oksidatif pada otot rangka
(Saltin dan Gollnick dalam Durstine et al., 1993). Dalam sumber yang
sama disebutkan pula bahwa aktifitas enzim mitokondria bahkan dapat
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
7

menurun karena adanya efek dilusi hipertrofi tanpa disertai
penambahan mitokondria. Latihan tipe isometrik meningkatkan
cytochrome oxidase dan aktivitas succinate dehydrogenase (Grimby
dalam Durstine et al., 1993). Latihan isokinetik juga meningkatkan
enzim. Latihan isokinetik selama 30 detik dari kontraksi maksimal
menunjukkan

adanya

peningkatan

pada

phosphorylase,

phosphofructokinase, creatine kinase, malate dehydrogenase, dan
succinate dehydrogenase. Apabila latihan isokinetik hanya selama 6
detik,

maka

akan

menunjukkan

peningkatan

aktivitas

phosphofructokinase saja (Costill dalam Durstine et al., 1993).
Pada awal latihan kekuatan meningkat jauh lebih dulu daripada
ukuran otot. Peningkatan ini mungkin diakibatkan dari peningkatan
koordinasi dan pe-rekrut-an motor unit. (Durstine et al., 1993)
Tubuh melakukan adaptasi terhadap latihan beban. Adaptasi
yang terjadi meliputi adaptasi periferal dan sentral. (Durstine et al.,
1993)
Adaptasi periferal meliputi perubahan dalam tubuh seperti
peningkatan Creatine Phosphate (CP) yang berkaitan dengan
peningkatan massa otot, penurunan enzim oksidatif, perubahan
neurogenik (penurunan inhibisi dan pemakaian kekuatan yang lebih
efektif) yang terjadi di awal latihan, diikuti perubahan miogenik
(peningkatan protein kontraktil dan miofibril). Meskipun begitu
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
8

perubahan-perubahan

ini hanya signifikan pada otot yang terlibat

langsung selama latihan beban. (Durstine et al., 1993)
Pada saat berlatih beban intensif terjadi robekan mikro pada
otot (Durstine et al., 1993). Robekan mikro ini disebabkan aktifitas
gen-gen proteolitik melalui jalur ubiquitin/proteasomal menghasilkan
peningkatan mRNA MuRF-1, peningkatan aktifitas apoptosis melalui
jalur caspase (Yang et al., 2006), saat inilah biasanya terjadi Delay
Onset Muscle Soarness (DOMS) atau nyeri pada otot. Proses sintesis,
remodeling, dan recovery yang terjadi 2-4 hari setelah itu
menyebabkan

ukuran

otot

bertambah.

Proses

perbaikan

ini

dipengaruhi oleh myostatin dan myogenic regulatory factors (Hulmi et
al., Kim et al., Raue et al. dalam Hulmi et al., 2007) serta proliferasi
sel satelit (Dreyer et al. dalam Hulmi et al., 2007).
Adaptasi sentral tubuh terhadap latihan beban antara lain
terjadi hipertrofi jantung pada ventrikel kiri (Fleck dalam Durstine et
al., 1993). Latihan beban tidak meningkatkan kebugaran aerobik
seseorang, meskipun pada beberapa studi menyebutkan bahwa latihan
beban pada kaki (Hickson dalam Durstine et al., 1993) ataupun tangan
(Washburn dalam Durstine et al., 1993) menunjukkan peningkatan
dalam ketahanan jangka pendek (short-term endurance), meskipun
tidak terjadi peningkatan uptake oksigen maximal.
Efek tubuh terhadap latihan beban bergantung dan spesifik
pada otot yang digunakan, bentuk latihan (isometrik, isotonik, atau
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
9

isokinetik), sudut gerakan, range of motion, dan kecepatan gerakan
saat berlatih. Meskipun demikian dapat pula terjadi efek silang yaitu
otot yang tidak dilatih ikut berkembang. Hal ini mungkin disebabkan
faktor neurogenik (pembelajaran, penurunan inhibisi, dan penurunan
dari tingkat stimulasi nervus pada bagian otot yang tidak dilatih.
(Durstine et al., 1993)

c. Jenis Alat dalam Latihan Berbeban
Dalam latihan beban terdapat banyak alat yang dapat
digunakan antara constant resistance machines, variable resistance
machines, isokinetic, dan beban lepas (free weight) (Durstine et al.,
1993).

d. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Latihan Berbeban
Latihan berbeban seperti halnya olahraga jenis lain antara lain,
perlu memperhatikan spesifisitas olahraga (menentukan tipe serabut
otot yang terlibat); tipe kontraksi (statis atau dinamis, konsentrik atau
eksentrik); intensitas dan durasi kontraksi; mode olahraga; ekstrimitas
superior, inferior atau campuran keduanya; posisi tubuh saat
berolahraga; beban yang digunakan. (Durstine et al., 1993)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
10

e. Energi Selama Latihan Berbeban dan Olahraga
Latihan beban menggunakan otot sebagai alat gerak aktif. Otot
untuk berkontraksi memerlukan energi yang didapat dari hidrolisis
ATP. ATP harus tersedia dalam jumlah yang cukup agar otot dapat
terus melakukan kontraksi.
ATP dalam otot terdapat dalam jumlah yang terbatas. Setelah
dipecah oleh miosin ATPase, ATP akan menjadi ADP dengan
melepas satu atom P inorganik dan energi. Proses ini hanya terjadi
sebentar saja selama olahraga. Agar ATP tetap tersedia dalam jumlah
yang cukup, perlu resintesis ATP. ATP di-resintesis melalui tiga cara:
sistem CP, glikolisis (keduanya bersifat anaerobik), dan oksidatif
aerobik (siklus Kreb dan fosforilasi oksidatif. (Durstine et al., 1993)
Ketiga cara resintesis berlangsung dengan regulasi enzim
allosterik. Jika ADP banyak terbentuk akan mengaktifkan enzim
allosterik untuk memulai proses perombakan CP, glikolisis, dan
oksidatif aerobik. Sebaliknya peningkatan ATP seluler menyebabkan
inhibisi enzim allosterik. (Durstine et al., 1993)
Proses pembentukan ATP selama berolahraga merupakan
kombinasi proses anaerob (CP dan glikolisis) dan aerob (siklus Kreb
dan fosforilasi oksidatif). Kedua proses ini bergantung pada durasi
olahraga. Semakin singkat durasi olahraga, semakin banyak proses
anaerob berperan dalam pembentukan ATP. (Durstine et al., 1993)
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
11

Proses penggantian dari anaerob ke aerob berlangsung secara
bertahap, bukan serta-merta. Proses olahraga yang berlangsung selama
kurang dari 5 detik menggunakan perombakan CP saja untuk
resintesis ATP. Resintesis ATP akan memerlukan tambahan dari
proses glikolisis (lebih dari 30 detik) dan oksidatif aerobik (lebih dari
45 detik) seiring bertambahnya durasi olahraga. (Durstine et al., 1993)
Proses oksidatif aerobik dapat menggunakan karbohidrat,
lemak, dan protein sebagai sumber energi. Karbohidrat adalah sumber
energi utama yang digunakan selama permulaan olahraga dan selama
olahraga yang intensif (Power dan Howley; Gollnick et al.;
Newsholme dalam Durstine et al., 1993). Pada olahraga lebih dari 30
menit, terjadi perubahan bertahap dari penggunaan karbohidrat
menjadi penggunaan lemak sebagai sumber energi. Protein sangat
jarang mengalami perombakan pada individu yang sehat dan
mendapat asupan gizi yang baik. (Durstine et al., 1993)

2.

Latihan Berbeban dengan Pemberian Whey Protein
a. Whey Protein dan Jenisnya
Whey protein adalah protein susu yang telah dipisahkan dari
komponen caseinate-nya, diekstrak dari whey cair (Williams, 2005).
Proses pemisahan ini dapat terjadi saat pembuatan keju. Bentuk whey
protein awalnya seperti adonan kue yang mana masih mengandung
lemak, abu mineral dan laktosa. Bentuk ini kemudian mengalami
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
12

pengolahan lebih lanjut pada temperatur rendah menghasilkan bubuk
berwarna pastel (whey protein). (Rai dkk., 2007)
Ada beberapa jenis whey protein, antara lain Whey Protein
Concentrate (WPC), Whey Protein Isolate (WPI), dan Whey Protein
Hydrolysate (WPH). WPI memiliki kandungan protein yang lebih
tinggi daripada WPC, sedangkan kandungan karbohidrat dan
lemaknya lebih rendah dibandingkan dengan WPC (Rai dkk., 2007).
Di samping kandungan protein yang tinggi (mencapai 90%), WPI
biasanya juga ditambah substansi lain, termasuk faktor pertumbuhan
(growth factors).

b. Efek Pemberian Whey Protein
Whey protein seperti kebanyakan protein lainnya, agar dapat
terserap dengan baik dan berguna bagi tubuh, perlu memperhatikan
kualitas protein. Kualitas protein bergantung pada kemudahannya
dicerna (digestibility), komposisi asam amino, dan reference protein.
Kualitas

protein

dapat

dinilai

melalui

perhitungan

Protein

Digestibility-Corrected Amino Acid Score (PDCAAS) seperti yang
tercantum dalam Rolfes et al. (2006). Whey protein disebutkan
memiliki nilai biologis yang tertinggi (104) dibanding sumber protein
lainnya (Rai dkk., 2007). Nilai biologisnya bahkan melebihi protein
telur (100) (Rai dkk., 2007 & Rolfes et al., 2006).
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
13

Konsumsi whey protein menurut beberapa penelitian berefek
pada transkripsi dan translasi protein otot baik pada hewan maupun
manusia. Asupan whey protein pada tikus yang berolahraga terbukti
meningkatkan glikogen otot rangka dan liver secara signifikan
(Morifuji et al., 2005), di samping itu konsumsi whey protein juga
meningkatkan konsentrasi serum Branched-Chain Amino Acid
(BCAA), isoleucin dan leucine (Anthony et al., 2007). Penelitian pada
manusia tentang efek whey protein sebelum dan sesudah latihan beban
menunjukkan peningkatan kecepatan fraksional sintesis protein otot
secara signifikan jika dibandingkan dengan konsumsi karbohidrat
maupun susu kedelai (Wilkinson et al., 2007). Whey protein yang
dikonsumsi sebelum dan sesudah latihan juga dapat meningkatkan
Follistatin-Related Gene (FLRG) protein, FLRG berfungsi mencegah
sekresi miostatin (Hill et al., Joulia-Ekaza dan Cabello dalam Hulmi et
al., 2008) sehingga otot dapat berkembang. Pada penelitian Hulmi et
al. (2008), kelompok yang diberi whey protein mengalami
peningkatan jumlah FLRG, namun jumlah miostatin juga mengalami
peningkatan. Pemberian protein dan suplemen asam amino dapat
menunda gejala DOMS setelah latihan beban intensif (Nosaka et al.
dalam Hulmi et al., 2008).
Meski dalam beberapa penelitian efek whey protein begitu
signifikan, tetapi menurut Burke et al. dalam Williams (2005) efek
whey protein hanya terbukti pada beberapa orang sampel, tidak pada
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
14

semua sampel. Pada penelitian efek whey protein setelah berlatih
beban

justru

terbukti

meningkatkan

miostatin

yang

malah

menghambat dalam meningkatkan massa otot (Hulmi et al., 2008).
Produk whey protein memiliki kandungan protein dalam
jumlah yang besar. Protein adalah kumpulan asam amino yang
terhubung melalui ikatan peptida. Ikatan asam amino ini bervariasi,
ada yang hanya belasan ada pula yang mencapai ratusan (Rolfes et al.,
2006). Protein sebagai zat pembangun untuk pertumbuhan dan
maintenance sangat diperlukan bagi atlet yang berlatih beban.
Menurut Wardlaw et al. (2004) kebutuhan protein untuk seorang atlet
angkat beban berkisar antara 1,6 sampai 1,8 gram protein per kilogram
berat badan (2 ¼

kali RDA). Sumber lain lain menyebutkan

kebutuhan protein untuk seseorang yang berlatih beban sebanyak 1,2 1,7 gr/kg/hari. Jumlah ini diperlukan terutama pada awal latihan beban
untuk suplai asam amino esensial yang berguna untuk menunjang
petumbuhan otot (American College of Sports Medicine, 2009).
Jumlah protein yang dikonsumsi menurut Rolfes et al. (2006) tidak
boleh melebihi 2 gram per kilogram berat badan karena jumlah protein
ini akan berdampak pada penggunaan asam amino sebagai sumber
energi dan sintesis glukosa; tidak ada pertambahan dari sintesis
protein otot. Jumlah protein yang berlebihan ini dibutuhkan untuk
sintesis jaringan baru pada latihan beban. Hal ini terjadi karena pada
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
15

latihan beban terjadi robekan mikro pada otot yang diberi beban
berlebih (Durstine et al., 1993).
Penelitian menunjukkan pemberian protein dalam bentuk
kasein dan whey protein serta BCAA meningkatkan massa tanpa lemak
lebih dari kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan DEXA
untuk menilai komposisi tubuh. (Kerksick et al., 2006)

c. Metabolisme Protein
Protein setelah diserap (dalam bentuk asam amino) akan
mengalami metabolisme dalam tubuh. Secara sederhana Rolfes et al.
(2006) menjelaskan protein akan mengalami perubahan (protein
turnover). Di dalam sel, protein akan dipecah dan dibentuk kembali.
Protein yang dipecah akan melepaskan asam amino yang akan
bergabung dengan asam amino hasil pencernaan membentuk amino
acid pool. Amino acid pool terdapat dalam sel dan sirkulasi darah.
Saat dibutuhkan, asam amino-asam amino yang diperlukan dapat
diambil dari amino acid pool untuk membentuk protein tubuh,
senyawa yang mengandung nitrogen, atau dilepas nitrogennya untuk
digunakan sebagai energi. Proses pembentukan dan perombakan
protein ini berlangsung seimbang dalam keadaan normal dan pada
individu yang sehat, menghasilkan proses yang disebut keseimbangan
nitrogen (nitrogen balance).
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
16

Asam amino-asam amino dapat dibentuk kembali menjadi
protein oleh tubuh. Asam amino, terutama asam amino esensial
mutlak didapat dari intake makanan. Apabila kekurangan asam amino
jenis ini, maka tubuh harus merombak protein dalam tubuh untuk
mendapatkannya. (Rolfes et al., 2006)
Penelitian

menunjukkan

konsumsi

suplemen

yang

mengandung asam amino esensial menstimulasi sintesis protein otot.
Hal ini terjadi karena adanya microRNA dan gen-gen yang berkaitan
dengan pertumbuhan pada otot rangka berubah dari jam ke jam setelah
konsumsi asam amino esensial (Drummond et al., 2009).
Asam amino isoleucine, leucine dan valine disebut sebagai
BCAA. BCAA adalah asam amino yang digunakan pertama kali oleh
otot untuk memenuhi kebutuhan energi pada keadaan kekurangan
karbohidrat dan lemak (Wardlaw & Smith, 2005). Meskipun
digunakan sebagai energi, BCAA hanya menyumbangkan sedikit
energi untuk aktivitas otot (Sizer & Whitney, 2006, Wardlaw &
Smith, 2005). Sizer dan Whitney (2006) mengatakan bahwa atlet yang
mengkonsumsi cukup karbohidrat dan kalori tetap menyimpan BCAA
dalam otot mereka. Lebih jauh disebutkan bahwa konsumsi BCAA
dalam dosis besar dapat meningkatkan ammonia plasma yang
menyebabkan kelelahan (Wardlaw & Smith, 2005).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
17

d. Pertambahan Area Otot dan Rumus Estimasi
Terdapat tiga jenis perkiraan ukuran otot, ketiganya adalah
diameter otot lengan (Brozek, McFie, & Frisancho dalam Frisancho,
1974), lingkar otot lengan (Jelliffe & Stini dalam Frisancho, 1974),
dan area otot lengan (Baker et al. & Gurney dalam Frisancho, 1974).
Berikut ini adalah rumus untuk masing-masing estimasi ukuran
otot (Frisancho, 1974):
1) Perkiraan diameter otot lengan atas (mm):

2) Perkiraan area otot lengan atas (mm2):

3) Perkiraan lingkar otot lengan (mm) :
lingkar lengan atas – π(tricep skin fold)

Tricep skin fold diukur menggunakan kaliper dengan cara

jepitan vertikal pada posterior midline dari lengan kanan bagian atas
(pertengahan antara acromion dan olecranon). Tangan berada di
samping tubuh secara bebas. (Durstine et al., 1993)

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
18

B. Kerangka Pemikiran

Latihan berbeban
otot lengan atas

Whey protein

FLRG
meningkat

Robekan mikro
pada otot

Miostatin
menurun

Sel satelit
aktif à
mionuklei
baru

penurunan
komposisi
lemak
tubuh

recovery,
remodeling,
dan resintesis
protein otot

Otot lengan hipertropi

Ukuran lingkar
lengan atas
bertambah

pengukuran
tricep skin
fold
megalami
penurunan

Perkiraan area otot lengan atas bertambah

Gambar 1. Kerangka Berpikir
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
19

C. Hipotesis
Terdapat perbedaan antara pertambahan area otot lengan atas antara
pria yang melakukan latihan berbeban dengan pemberian whey protein dan pria
yang berlatih berbeban tanpa whey protein, Pemberian whey protein akan
menghasilkan pertambahan area otot yang lebih besar.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental kuasi dengan rancangan
non-equivalent control group.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran UNS setelah jam
perkuliahan 3 kali dalam seminggu. Penelitian dimulai pada bulan Agustus
2010 – Oktober 2010.

C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pria
dengan kriteria inklusi usia 18-25 tahun, sudah tidak berlatih beban secara
intensif selama satu bulan terakhir, tidak sedang mengkonsumsi suplemen
apapun, tidak memiliki riwayat penyakit ginjal dan tidak riwayat keluarga
menderita penyakit ginjal, tidak memiliki kelainan kardiovaskuler dan/atau
sistem

respirasi

yang

diseleksi

dengan

Physical

Activity

Readiness

Questionnaire (PAR-Q) revisi 2002 salinan dari Canadian Society for Exercise
Physiology, tidak menderita alergi susu, memiliki anggota gerak atas yang
baik, dan bersedia mengikuti program latihan selama dua bulan (ditunjukkan
dengan inform consent).

commit to user
20

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
21

Pria dipilih sebagai subyek penelitian mengingat perbedaan hormonal
antara pira dan wanita, yaitu pria memiliki hormon testosteron. Hormon
testosteron ikut berperan dalam membentuk massa otot yang dominan pada
pria (Ivey et al., 2000).
Pria-pria yang masuk dalam kriteria inklusi akan dikelompokkan ke
dalam dua kelompok perlakuan. Kelompok tersebut adalah kelompok pria
latihan berbeban yang diberi whey protein (ORW) dan kelompok latihan
berbeban tanpa whey protein (OR). Jumlah anggota tiap kelompok ditentukan
berdasarkan rumus Federer, yaitu (k-1) (n-1) ≥ 15, dengan k = jumlah
kelompok perlakuan, n = jumlah ulangan untuk setiap perlakuan. Pada
penelitian jumlah kelompok perlakuan ada dua (ORW dan OR). Dari rumus ini
akan didapat jumlah ulangan untuk setiap perlakuan adalah 16. Ini berarti
dibutuhkan 16 orang untuk setiap kelompok perlakuan. Jadi total dibutuhkan
sampel minimal sebanyak 32 orang.
Untuk mengantisipasi resiko drop out maka peneliti menambah jumlah
subyek penelitian menjadi 34 orang. Ketiga puluh empat orang yang menjadi
subyek dipilih secara tidak acak (non-probability sampling) oleh peneliti dari
antara mahasiswa Fakutas Kedokteran UNS (populasi) untuk memudahkan
pemantauan menggunakan metode quota sampling. Setiap mahasiswa pria FKUNS yang ditemui di lingkungan FK-UNS, diberi formulir PAR-Q dan
formulir penyaring (kriteria inklusi), diberi penjelasan mengenai prosedur
penelitian, dan ditanya kesediaannya untuk menjadi subyek penelitian.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
22

Mahasiswa pria FK-UNS yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia menjadi
subyek penelitian didaftarkan sebagai sampel.
Selanjutnya 34 orang tersebut dikelompokkan secara acak (menggunakan
undian) ke dalam dua kelompok dengan perlakuan seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya.
Selama waktu penelitian hanya dua sampel yang menyelesaikan latihan
secara penuh (24 kali), keduanya berasal dari kelompok ORW. Jika dilihat dari
batasan satu bulan (12 kali latihan) maka dari kelompok ORW terdapat 9 orang
(53%) yang menyelesaikan, sedangkan dari kelompok OR terdapat 11 orang
(65%) yang menyelesaikan. Namun presentase ini berbeda jika jumlah latihan
dibagi menjadi tiga jenjang seperti pada lampiran 10 dan 11. Pada kelompok
ORW jumlah sampel yang berlatih 17-24 kali berjumlah 8 orang (47%), 9-16
kali latihan berjumlah 6 orang (35%), berlatih 2-8 kali berjumlah 2 orang
(12%), dan satu orang (6%) dropout. Pada kelompok OR jumlah sampel yang
berlatih 17-24 kali berjumlah 6 orang (35%), berlatih 9-16 kali berjumlah 5
orang (29%), berlatih 2-8 kali berjumlah 5 orang (29%), dan satu orang (7%)
dropout. Sampel yang hanya mengikuti latihan sekali dan tidak menyerahkan
pola menu makan dianggap drop out. Terdapat dua sampel drop out, satu dari
kelompok ORW dan satu dari kelompok OR. Sampel drop out tanpa alasan
yang jelas dan tidak dapat dihubungi.

D. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
2. Variabel Terikat

: pemberian whey protein
commit to user
: pertambahan area otot lengan atas (ΔPAO)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
23

3. Variabel Perancu

:

a. Terkendali
1)

suplementasi

2)

Latihan beban

3)

Usia

b. Tidak terkendali
1)

BMI

2)

Aktivitas fisik selain jadwal latihan pada penelitian

3)

Makanan dan minuman

4)

Faktor internal

5)

Waktu istirahat

E. Teknik Sampling
Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel quota
sampling. Kuota berjumlah 34 orang dipilih secara tidak acak (non-probability
sampling) oleh peneliti dari antara mahasiswa Fakutas Kedokteran UNS.
Selanjutnya 34 orang tersebut dikelompokkan secara acak (menggunakan
undian) ke dalam dua kelompok (ORW dan OR).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
24

F. Definisi Operasional Variabel
1.

Variabel Bebas: Pemberian Whey Protein
a. Definisi: Pemberian whey protein adalah pemberian protein susu yang
telah dipisahkan dari komponen caseinate-nya, diekstrak dari whey
cair (Williams, 2005).
b. Penggunaan dalam penelitian: Pemberian whey protein yang
digunakan pada penelitian adalah merek terdaftar dari Ultimate
Nutrition® Prostar Whey™ 10 Lbs Chocolate dengan kandungan
seperti pada tabel 1 (lampiran).
c. Cara membuat: Whey protein dibuat sesuai dengan dosis yang tertera
pada label kemasan (satu skop, setara dengan 30,4 gram) dicampur
dengan 6 Oz air dalam shaker.
d. Cara konsumsi: Whey protein diminum sebelum dan segera (kurang
dari 30 menit) sesudah latihan beban.
e. Hasil pengukuran: “diberi” atau “tidak diberi”. Jika “diberi” maka
bernilai 1, jika “tidak diberi” maka bernilai 0.
f. Skala yang digunakan: nominal

2.

Variabel Terikat: Pertambahan Area Otot (ΔPAO)
a. Definisi: Pertambahan area otot lengan atas (ΔPAO) adalah hasil yang
didapat dari pengurangan perkiraan ukuran area otot lengan atas pretes
(PAO1) dan postes (PAO2).
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
25

b. Cara mengukur: Perkiraan ukuran area otot lengan atas (PAO)
menggunakan rumus untuk perkiraan area otot lengan atas seperti
yang tercantum dalam dasar teori, dengan cara terlebih dahulu
mengukur lingkar lengan atas dan tricep skin fold, selanjutnya
memasukkan ke dalam formula perkiraan diameter otot lengan atas.
Perkiraan diameter otot lengan atas =

c. Hasil dari perhitungan perkiraan diameter otot lengan atas selanjutnya
dimasukkan ke dalam formula untuk mencari perkiraan area otot
lengan atas, (PAO, baik PAO1 maupun PAO2) perkiraan area otot
lengan.
Perkiraan area otot lengan (PAO) =

d. Selanjutnya ΔPAO baru dapat ditentukan dengan mengurangi PAO2
(postes) dengan PAO1 (pretes). Pertambahan area otot lengan:
ΔPAO = PAO2 – PAO1
e. Hasil pengukuran: angka perkiraan area oto lengan atas dalam satuan
milimeter persegi (mm2)
f. Skala yang digunakan: rasio

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
26

3.

Variabel Perancu
a. Terkendali
1) Suplementasi
Suplementasi selain dari perlakuan (whey protein) yang
diberikan dapat menimbulkan bias hasil penelitian. Oleh karena itu
sampel penelitian dihimbau agar tidak mengkonsumsi suplemen
apapun selama latihan.

2) Latihan Berbeban
Sampel tidak diperkenankan melakukan latihan beban selain
perlakuan selama proses penelitian.
a) Definisi: Latihan beban dalam penelitian ini didefinisikan
sebagai latihan isotonik (isotonic training). Latihan beban
terdiri dari dua tipe kontraksi yaitu konsentrik dan
dinamik. (Durstine et al., 1993)
b) Prosedur latihan beban: Tiga kali latihan isotonik dalam
seminggu, dengan fokus beban pada otot lengan atas,
menggunakan beban lepas (free weight). latihan beban
yang dilakukan adalah barbell curls, reverse curl, lying
triceps extension, dan triceps press sesuai dengan yang
dicontohkan oleh Rai dkk. (2007) dan Fox (1984).
Latihan

beban

yang

dilakukan

bertujuan

untuk

meningkatkan komposisi tubuh, dengan tipe latihan
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
27

mengkonsentrasikan pada penggunaan lemak sebagai
bahan bakar dan peningkatan masa otot, intensitas latihan
rendah (10 repetisi), lama latihan cukup lama (3 set untuk
setiap jenis latihan beban), dan frekuensi latihan tiga kali
dalam seminggu selama dua bulan. Total latihan beban
lengkap sebanyak 24 sesi latihan.
c) Cara menentukan beban: Untuk menentukan beban bagi
masing-masing individu dilakukan test 10 repetition
maximum (10 RM) terlebih dahulu untuk masing-masing
jenis latihan. 10 RM didefinisikan sebagai beban yang
mampu untuk diangkat dalam 10 kali ulangan (repetisi)
gerak penuh Range of Movement (ROM).
Beban yang sesuai kemudian digunakan untuk berlatih
dengan pengulangan sebanyak 3 set dengan set I sebanyak
10 repetisi pada ½ beban 10 RM, set II sebanyak 10
repetisi pada ¾ beban 10 RM, dan set III sebanyak 10
repetisi pada beban 10 RM. (Fox, 1984)
d) Terdapat waktu istirahat 1-2 menit antarset dan 2 menit
antarjenis latihan. (Hikida et al., 2006)
e) Hasil pengukuran: jumlah latihan beban yang diikuti
dalam satuan kali
f) Pada penelitian akan dilakukan pembatasan terhadap hasil
latihan beban. Individu yang diikutsertakan dalam
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
28

perhitungan

data

penelitian

hanya

individu

yang

melakukan latihan beban minimal sebanyak 17 kali
latihan.

3) Usia
Perbedaan usia kemungkinan mempunyai perbedaan dalam
status hormonal seperti hormon testosteron, kekuatan dan ketahanan
dalam mengangkat beban, fungsi pulmo dan kardiovaskular
(Chodzko-Zajko et al., 2009). Oleh karena itu dalam penelitian
terdapat pembatasan usia sampel yang digunakan (18-25 tahun).

b. Tidak Terkendali
1) Body Mass Index (BMI)
BMI yang berbeda menentukan cepat lambat terbentuknya
penampilan fisik selama latihan berbeban. Lemak tubuh berpengaruh
terhadap hasil pengukuran triceps caliper skinfold. BMI tidak
dikendalikan untuk mempercepat proses pencarian subyek penelitian.

2) Aktivitas Fisik Selain Jadwal Latihan Berbeban
Aktivitas fisik selain latihan dapat menurunkan lemak tubuh
secara keseluruhan (Sizer & Whitney, 2006) sehingga ada
kemungkinan akan mempengaruhi pada pengukuran tricep skin fold.
commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
29

Aktifitas fisik misalnya: bersepeda, berenang, jalan kaki, dan lain
sebagainya.

3) Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman yang dikonsumsi beraneka ragam dan
memiliki kandungan nilai gizi yang berbeda pula. Oleh karena itu,
sulit untuk menilai dan mengontrol makanan yang dikonsumsi.
Meskipun demikian akan dilakukan pemantauan nutrisi dan penilaian
asupan menggunakan software Nutrisurvey 2007 for Windows.
Pemantauan dilakukan berupa pencatatan asupan tiga kali dalam satu
minggu (dua hari biasa dan satu hari akhir pekan) selama latihan
beban.
Sampel yang diikutsertakan dalam perhitungan data adalah
sampel