PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA

(1)

commit to user

i

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH

(Studi Eksperimen Perbedaan Pengaruh Latihan Beban dengan Beban Luar dan Beban Dalam pada Siswa Putra Kelas VIII SMP N 2 Matesih

Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010)

SKRIPSI

Oleh:

BAGUS PONCO NUGROHO NIM : K 5603033

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

ii

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA ( Studi Eksperimen Perbedaan Pengaruh Latihan Beban dengan Beban Luar

dan Beban Dalam pada Siswa Putra Kelas VIII SMP N 2 Matesih Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010 )

Oleh:

BAGUS PONCO NUGROHO NIM : K 5603033

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

S U R A K A R T A 2010


(3)

commit to user


(4)

commit to user


(5)

commit to user

v ABSTRAK

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA SCHNEPPER PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP N 2 MATESIH KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui; (1) Perbedaan pengaruh latihan berbeban dengan beban luar dan beban dalam terhadap kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010; (2) Perbedaan pengaruh power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah terhadap kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009; dan (3) Ada tidaknya interaksi antara latihan berbeban dan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2 x 2. Populasi penelitian ini adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010 berjumlah 78 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive random sampling. Sampel yang digunakan berjumlah 40 siswa. Teknik analisis data dengan menggunakan uji Anava dan uji rentang Newman Keuls dengan tingkat signifikan 5%.

Penelitian ini menghasilkan simpulan sebagai berikut: (1) Ada perbedaan pengaruh latihan berbeban menggunakan latihan beban dalam dan latihan beban luar terhadap kemampuan lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010, pengaruh latihan berbeban luar lebih baik daripada latihan berbeban dalam; (2) Ada perbedaan pengaruh antara power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah terhadap kemampuan lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010; (3) Ada interaksi antara latihan berbeban dan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010, dimana power otot tungkai tinggi lebih cocok menggunakan latihan berbeban luar dan power otot tungkai rendah lebih cocok dengan latihan berbeban dalam.


(6)

commit to user

vi MOTTO

 Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh–sungguh

(urusan) yang lain.

(Terjemahan QS. Alam Nasyroh: 6-7)

 Bersyukurlah atas apa yang didapati dan apa yang kita tidak dapati (Bagus Ponco)

 Semua pasti terjadi jika sudah tiba waktunya


(7)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

Bapak dan ibuku tercinta yang mendidikku dan membimbingku sejak kecil

Saudara-saudaraku tersayangTheodora Cety Yusnita

Teman-teman POK semua angkatanShogun Biru (AD 3615 NS)


(8)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Dengan diucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini.

Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ketua Program Kepelatihan Olahraga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. H. M. Mariyanto, M.Kes, sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

5. Slamet Widodo, S.Pd, M.Or sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

6. Kepala Sekolah SMP N 2 Matesih Karanganyar yang telah memberikan ijin mengadakan penelitian.

7. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat.


(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL………..………...

HALAMAN SAMPUL………...

HALAMAN PERSETUJUAN ………...

HALAMAN PENGESAHAN ………....………...

ABSTRAK………...……….…………... MOTTO ………...……... HALAMAN PERSEMBAHAN...

KATA PENGANTAR ………...

DAFTAR ISI ………...

DAFTAR TABEL ………...

DAFTAR GAMBAR ………...

DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I. PENDAHULUAN ………...

A. Latar Belakang Masalah ………...

B. IdentifikasiMasalah ……… C. Pembatasan Masalah………...…. D. Perumusan Masalah.………... E. Tujuan Penelitian...………... F. Manfaat Penelitian... BAB II. LANDASAN TEORI... A. Tinjauan Pustaka.………...

1. Lompat Jauh……… ………..

2. Hakikat Latihan………..………...

3. Latihan Berbeban...………... 4. Latihan Berbeban Dengan Beban Dalam………...… 5. Latihan Berbeban Dengan Beban Luar……….. 6. Power Otot Tungkai... B. Kerangka Pemikiran... C. Perumusan Hipotesis...

i ii iii iv v vi vii viii ix xi xii xiii 1 1 5 5 6 6 7 8 8 8 12 13 15 20 23 25 28


(10)

commit to user

x

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN………... A. Tempat dan Waktu Penelitian... B. Metode Penelitian... C. Variabel Penelitian... D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian... E. Teknik Pengumpulan Data... F. Teknik Analisis Data... BAB IV.HASIL PENELITIAN……….…….…………... A. Deskripsi Data... B. Uji Reliabilitas ... C. Uji Prasyarat Analisis Data... D. Pengujian Hipotesis... E. Pembahasan Hasil Penelitian... BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN...

A. Simpulan... B. Implikasi... C. Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN–LAMPIRAN...

29 29 29 30 31 31 32 37 37 39 40 41 43 47 47 47 48 49 51


(11)

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rancangan Penelitian Faktorial 2 X 2... Tabel 2. Ringkasan ANAVA Untuk Eksperimen Faktorial 2 X 2... Tabel 3. Deskripsi Data Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Schnepper

Menurut Kelompok Penelitian... Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Awal dan Tes

Akhir...………. Tabel 5. Tabel Range Kategori Reliabilitas... Tabel 6.Hasil Uji Normalitas dengan Lilliefors...…....… Tabel 7. Tabel Hasil Uji Bartlet...…... Tabel 8. Ringkasan Nilai Rerata Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya

Schnepper Berdasarkan Latihan Berbeban Tingkat Power Otot Tungkai Sebelum dan Sesudah Diberi Perlakuan.…..…. Tabel 9. Ringkasan Keseluruhan Hasil Analisis Varians Dua Faktor ... Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman Keuls...

30 34

37

39 39 40 40

41 41 42


(12)

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Lompat Jauh Gaya Jongkok...….

Gambar 2. Lompat Jauh Gaya Bergantung...…. Gambar 3. Lompat Jauh Berjalan Di Udara... Gambar 4. Skematis Latihan Berbeban Dengan Beban Dalam Secara

Sirkuit...………....… Gambar 5. Skematis Latihan Berbeban Dengan Beban Dalam Secara

Sirkuit...………... Gambar 6. Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya

Schnepper Berdasarkan Tiap Kelompok Perlakuan dan Tingkat Power Otot Tungkai... Gambar 7. Grafik Nilai Rata-rata Peningkatan Hasil Belajar Lompat

Jauh Gaya schnepper antara Kelompok Perlakuan... Gambar 8. Interaksi Latihan Berbeban dan Power Otot Tungkai... Gambar 9. Tes Power Otot Tungkai...………….

9 10 10

19

22

38

38 45 52


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Petunjuk Pelaksanaan Tes dan Pengukuran Power Otot

Tungkai... Lampiran 2. Petunjuk PelaksanaanTes Lompat Jauh Gaya Schnepper

Surakarta………...

Lampiran 3. Petunjuk Program Latihan Berbeban Dengan Beban Dalam dan Beban Luar... Lampiran 4. Program Latihan Berbeban dengan Beban Luar ... Lampiran 5. Data Hasil Tes Power Otot Tungkai... Lampiran 6. Rekapitulasi data hasil tes power otot tungkai beserta

klasifikasinya………..

Lampiran 7. Data Tes Awal Lompat Jauh... Lampiran 8. Data Tes Akhir Lompat Jauh... Lampiran 9. Uji Reliabilitas Dengan Anava Untuk Hasil Tes Awal

dan Tes AkhirLompat Jauh………... Lampiran 10. Tabel kerja untuk menghitung nilai homogenitas dan

Analisis Varians... Lampiran 11.Uji Normalitas Data Dengan Metode Lilliefors... Lampiran 12. Uji Homogenitas Dengan Uji Bartlet………. Lampiran 13. Analisis Varians... Lampiran 14. Uji Rata–Rata Rentang Newman Keuls... Lampiran 15. Foto– Foto Penelitian……….

50

52

53 54 55

58 60 61

62

68 70 73 74 76 77


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Banyak aspek yang dikembangkan melalui pendidikan jasmani. Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991/1992: 7) menyatakan, “Melalui pendidikan jasmani anak didik akan memperoleh berbagai pengalaman terutama yang sangat erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan, berbagai ungkapan yang kreatif, inovatif, keterampilan gerak, kebugaran jasmani, membiasakan hidup sehat, pengetahuan dan pemahaman terhadap sesama

manusia”.

Pendidikan jasmani mempunyai peran penting untuk menunjang perkembangan dan pertumbuhan siswa. Oleh karenanya, pendidikan jasmani diberikan dari sekolah tingkat paling rendah (Taman Kanak-kanak) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Dalam pendidikan jasmani diajarkan bebagai macam cabang olahraga baik olahraga atletik, permainan maupun olahraga pilihan.

Atletik merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan dalam pendidikan jasmani baik dari Sekolah Dasar (SD) sampai SMA atau SMK, bahkan Perguruan Tinggi. Di Perguruan Tinggi cabang olahraga atletik merupakan Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU). Hal ini sesuai pendapat Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang Suherman (1999/2000: 1) bahwa:

Atletik merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Jamani (Penjas) yang wajib diberikan kepada siswa dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Bahkan di beberapa Perguruan Tinggi, atletik sebagai salah satu Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU). Sedangkan bagi Mahasiswa Pendidikan Olahraga dan Kesehatan merupakan mata kuliah yang harus diambil.

Atletik merupakan cabang olahraga yang wajib diajarkan dari sekolah tingkat paling rendah bahkan sampai perguruan tinggi. Hal ini karena dalam gerakan atletik terdapat pada semua cabang olahraga. Adapun nomor-nomor yang


(15)

commit to user

dilombakan dalam cabang olahraga atletik terdiri dari: jalan, lari lompat dan lempar. Dari nomor-nomor tersebut, masing-masing di dalamnya terdapat beberapa nomor yang telah ditentukan berdasarkan peraturan yang berlaku. Untuk nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country. Nomor lompat meliputi: lompat jauh, lompat tinggi, lompat jangkit, lompat tinggi galah. Nomor lempar meliputi lempar cakram, lempar lembing, tolak peluru dan lontar martil.

Lompat jauh merupakan nomor lompat yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan awalan lari, menolak, melayang di udara dan mendarat. Dalam nomor lompat diajarkan beberapa macam gaya yaitu gaya jongkok (sit down in the air), gaya berjalan di uadara (walking in the air) dan gaya menggantung (snepper). Dari ketiga jenis gaya lompat jauh tersebut letak perbedaannya pada saat melayang di udara.

Membelajarkan lompat jauh bagi siswa sekolah tidaklah mudah, dibutuhkan cara yang tepat. Hal ini karena, lompat jauh gerakan keterampilan yang cukup sulit, karena geraknya terdiri beberapa gerakan yang harus dirangkaian secara baik dan harmonis baik dari awalan, menumpu untuk menolak, melayang di udara dan pendaratan. Untuk mencapai hasil belajar lompat jauh, maka dibutuhkan latihan yang sistematis dan kontinyu.

Melompat setinggi-tinginya merupakan salah satu faktor utama yang dapat mendukung pencapaian prestasi lompat jauh. Untuk mencapai lompatan yang setinggi-tingginya perlu dilakukan latihan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan otot tungkai. Dalam hal ini Soegito, Bambang Wijanarko dan Ismaryati (1993: 59) menyatakan, "Untuk dapat melompat dengan kuat dan baik, diperlukan latihan-latihan penguatan otot-otot kaki".

Melatih otot tungkai merupakan salah satu cara untuk mendukung pencapaian prestasi lompat jauh. Hal ini karena kemampuan otot tungkai berperan penting untuk melakukan lompatan yang tinggi dan jauh ke depan. Otot- otot tungkai dikerahkan terutama pada saat gerakan menumpu untuk menolak setinggi-tingginya. Dengan tolakan tinggi dan jauh ke depan, maka akan mendukung pencapaian prestasi lompat jauh lebih maksimal. Upaya meningkatkan kemampuan otot tungkai harus dilakukan latihan secara sistematis dan kontinyu


(16)

dengan bentuk latihan yang tepat. Untuk meningkatkan kemampuan otot tungkai dapat dilakukan dengan latihan berbeban. Harsono (1988: 185) berpendapat,

Latihan berbeban atau weight training adalah latihan-latihan yang sistematis dimana beban hanya dipakai sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna

mencapai tujuan tertentu”. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam latihan berbeban harus didasarkan pada prinsip-prinsip latihan berbeban yang benar. Menurut Suharno HP.(1985: 15) bahwa, “Dalam pemberian beban latihan dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu dengan beban luar (outter load) dan beban dalam (inner load)”.

Pemberian beban latihan baik dengan beban luar maupun beban dalam, masing-masing dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan otot tungkai. Dari kedua bentuk latihan berbeban tersebut belum diketahui latihan berbeban mana yang lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan otot tungkai, sehingga dapat mendukung kemampuan lompat jauh. Namun disisi lain, pencapaian prestasi lompat jauh tidak hanya dipengaruhi penerapan bentuk latihan untuk meningkatkan otot-otot tungkai. Individu (siswa) merupakan faktor yang dominan berpengaruh terhadap pencapaian prestasi lompat jauh. Faktor siswa ini sangat kompleks di antaranya penguasaan teknik lompat jauh yang baik dan benar, kemampuan kondisi fisik yang baik, semangat latihan dan lain sebagainya.

Kemampuan kondisi fisik yang baik merupakan syarat mutlak untuk mencapai prestasi olahraga. Hal ini sesuai pendapat M. Sajoto (1995: 8) bahwa,

“Kondisi fisik adalah satu prasyarat yang sangat diperlukan dalam usaha

peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau di tawar-tawar lagi”. Salah satu unsur kondisi fisik dalam nomor lompat jauh yaitu daya ledak atau power (Tamsir Riyadi, 1985: 69). Power otot tungkai sangat berperan penting dalam gerakan menumpu untuk menolak. Kemampuan mengerahkan power otot tungkai pada teknik yang benar, maka akan diperoleh lompatan setinggi dan sejauh mungkin, sehingga prestasi lompat jauh gaya jongkok dapat dicapai lebih maksimal.

Latihan berbeban secara sistematis dan kontinyu serta kemampuan fisik yang memadai merupakan komponen yang saling mendukung untuk mencapai kemampuan lompat jauh. Latihan berbeban dengan beban dalam dan beban luar


(17)

commit to user

masing-masing bertujuan untuk mengembangkan kekuatan otot-otot tungkai. Sedangkan pada saat gerakan menumpu untuk menolak dibutuhkan power otot tungkai. Untuk mengetahui pengaruh latihan berbeban dengan beban dalam dan beban luar dan pengaruh power otot tungkai terhadap kemampuan lompat jauh, maka perlu dikaji dan diteliti secara lebih mendalam baik secara teori maupun praktik melalui penelitian eksperimen.

Siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009 adalah obyek yang akan dijadikan sampel dalam penelitian untuk membuktikan dan menjawab permasalahan yang muncul dalam penelitian. Ditinjau dari pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar berjalan dengan baik. Namun kenyataannya kemampuan lompat jauh masih rendah. Masih rendahnya kemampuan lompat jauh disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya penguasaan teknik yang belum baik, kemampuan fisik yang belum memadai, terbatasnya waktu pembelajaran, siswa kurang sungguh-sungguh dalam mengikuti pelajaran dan lain sebagainya.

Terbatasnya waktu pembelajaran merupakan salah satu kendala yang menyulitkan guru. Waktu pembelajaran pendidikan jasmani yang hanya 2 X 40 menit tidak memungkinkan untuk mengembangkan faktor-faktor yang mendukung pencapaian prestasi lompat jauh. Waktu yang tersedia hanya dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan teknik lompat jauh, itu pun waktunya tidak mencukupi. Jika tidak ada waktu tambahan di luar jam pelajaran, (latihan khusus), maka kemampuan lompat jauh tidak dapat meningkat. Selain itu juga, waktu yang tersedia tidak memungkinkan untuk melatih komponen-komponen kondisi fisik yang dapat mendukung kemampuan lompat jauh termasuk power otot tungkai.

Belum pernah dilakukan latihan untuk meningkatkan kemampuan otot tungkai, sehingga berpengaruh terhadap kemampuan lompat jauh. Untuk mendukung kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010, maka perlu dilakukan latihan berbeban. Di samping itu juga, untuk mendukung kemampuan lompat jauh dibutuhkan power otot tungkai.

Upaya mengetahui pengaruh latihan berbeban dengan beban dalam dan beban luar serta pengaruh power otot tungkai dengan kemampuan lompat jauh,


(18)

maka perlu dilakukan penelitian dengan judul, “Perbedaan Pengaruh Latihan

Berbeban dan Power Otot Tungkai terhadap Kemampuan Lompat Jauh (Studi Eksperimen Perbedaan Pengaruh Latihan Beban dengan Beban Luar dan Beban Dalam pada Siswa Putra Kelas VIII SMP N 2 Matesih Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010).”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Pembelajaran lompat jauh di SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010 belum menunjukkan hasil yang maksimal.

2. Faktor-faktor yang mendukung lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010 belum terlatih. 3. Perlunya latihan berbeban secara sistematis dan kontinyu untuk meningkatkan

kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.

4. Belum diketahui pengaruh latihan berbeban dengan beban luar dan beban dalam terhadap kemampuan lompat jauh.

5. Power otot tungkai siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010 belum diketahui.

6. Perlunya upaya meningkatkan kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.

C. Pembatasan Masalah

Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian ini maka perlu dibatasi. Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Perbedaan pengaruh latihan berbeban dengan beban luar dan beban dalam terhadap kemampuan lompat jauh.


(19)

commit to user

2. Pengaruh power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah terhadap kemampuan lompat jauh.

3. Kemampuan kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah diungkapkan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan pengaruh latihan berbeban dengan beban luar dan beban dalam terhadap kemampuan kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010?

2. Adakah perbedaan pengaruh power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah terhadap kemampuan kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010?

3. Adakah interaksi antara latihan berbeban dan power otot tungkai terhadap kemampuan kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:

1. Perbedaan pengaruh latihan berbeban dengan beban luar dan beban dalam terhadap kemampuan kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.

2. Perbedaan pengaruh power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah terhadap kemampuan kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.

3. Ada tidaknya interaksi antara latihan berbeban dan power otot tungkai terhadap kemampuan kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.


(20)

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik bagi peneliti maupun guru dan siswa yang dijadikan obyek penelitian antara lain:

1. Dapat meningkatkan kemampuan lompat jauh siswa yang dijadikan obyek penelitian.

2. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi guru Penjaskes di SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar pentingnya latihan berbeban untuk mendukung kemampuan lompat jauh atau nomor atletik lainnya yang melibatkan kerja otot tungkai.

3. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang penelitian ilmiah untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.


(21)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Lompat Jauh

Lompat jauh merupakan salah satu nomor dalam cabang olahraga atletik. Lompat jauh merupakan suatu gerakan melompat menggunakan tumpuan satu kaki yang bertujuan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Sasaran dan tujuan lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan sejauh mungkin ke sebuah bak lompat yang berisi pasir atau bahan yang sejenis. Hal ini sesuai pendapat Aip Syarifuddin (1992:90) bahwa, “Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan

melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya”.

Berdasarkan gayanya, gaya lompat jauh dibedakan menjadi tiga macam. Dari ketiga gaya dalam lompat jauh tersebut, letak perbedaaanya pada saat melayang di udara. Pada saat melayang di udara tersebut membentuk gerakan atau gaya sesuai yang dikehendaki. Berikut ini akan dikaji dan diteliti lebih mendalam lompat jauh gaya schnepper atau menggantung.

a. Gaya Lompat Jauh

Lompat jauh merupakan suatu bentuk gerak melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dengan jalan melalui tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya.

Berdasarkan gayanya, gaya lompat jauh dibedakan menjadi tiga macam yaitu gaya jongkok (sit down in the air), gaya berjalan di udara (walking in the air) dan gaya menggantung (schnepper). Dari ketiga gaya tersebut letak perbedaanya pada saat melayang di udara. Hal ini sesuai pendapat Tamsir Riyadi


(22)

dari ketiga gaya lompat jauh tersebut sebenarnya hanya terletak pada saat melayang di udara. Jadi mengenai awalan, tumpuan dan cara melakukan pendaratan dari ketiga gaya tersebut pada prinsipnya sama”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, secara keseluruhan teknik lompat jauh adalah sama yaitu terdiri dari awalan, tumpuan untuk menolak, melayang di udara dan pendaratan. Letak perbedaan dari ketiga gaya lompat jauh yaitu pada saat melayang di udara. Adapun teknik gerakan saat melayang di udara dari ketiga gaya dalam lompat jauh menurut Soegito, Bambang Wijanarko dan Ismaryati (1993: 62-63) sebagai berikut:

1) Gaya jongkok:

Saat kaki tolak menolakkan kaki pada balok tumpuan, kaki ayun diayunkan ke depan atas untuk membantu mengangkat titik berat badan ke atas, diikuti kaki tolak menyusul kaki ayun. Saat melayang kedua kaki sedikit ditekuk sehingga posisi badan berada dalam sikap jongkok. Kemudian pada saat akan mendarat kedua kaki diacungkan ke depan bersamaan dengan kedua lengan diluruskan ke depan. Meluruskan kedua lengan ke depan dimaksudkan agar setelah mendarat tidak akan terjungkal ke belakang, sehingga akan mengurangi jarak lompatan.

Gambar 1. Lompat Jauh Gaya Jongkok (Soegito dkk., 1993: 62)

2) Gaya bergantung:

Sesaat kaki tolak menolakkan kaki pada balok tumpu, kaki ayun diayunkan ke depan ata, kemudian diturunkan atau diluruskan bersamaan pinggul didorong ke depan dengan kedua lengan diayunkan ke atas agak ditarik sedikit ke belakang. Saat akan mendarat kedua kaki segera diacungkan ke depan dengan togog badan dibungkukkan ke depan disertai gerakan kedua lengan lurus ke depan.


(23)

commit to user

Gambar 2. Lompat Jauh Gaya Bergantung (Soegito dkk., 1993: 63)

3) Gaya berjalan di udara:

Sesaat kaki tolak menolakkan kaki pada balok tumpu, kaki ayun diangkat ke depan atas untuk membantu mengangkat titik berat badan ke atas. Kemudian kaki ayun tersebut diturunkan dan ditarik ke belakang bersamaan kaki tolakan diayunkan ke depan (seperti gerakan orang berlari/berjalan). Dan diakhiri kaki ayun dibawa secepatnya ke depan kemudian mendarat bersama-sama kedua kaki. Agar gerakan ini dapat dilakukan dengan sempurna, maka tolakan kaki dan ayunan kedua lengan ke atas harus benar-benar kuat hingga dapat melayang di udara setinggi mungkin dan selama mungkin.

Gambar 3. Lompat Jauh Gaya Berjalan Di Udara (Soegito dkk., 1993: 64)

Berdasarkan tiga macam gaya lompat jauh yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa lompat jauh merupakan suatu gerakan melompat sejauh-jauhnya yang didahului dengan lari awalan dengan jarak tertentu kemudian dilanjutkan dengan gerakan menolak satu kaki yang terkuat pada papan tumpuan, lalu melayang di udara dan mendarat pada bak lompat. Gerakan-gerakan tersebut


(24)

merupakan satu rangkaian gerakan yang tidak terputus-putus yang dalam pelaksanaanya merupakan gerakan yang berkelanjutan.

Untuk dapat melakukan lompat jauh dengan baik dan mencapai prestasi lompatan yang optimal diperlukan latihan dengan menggunakan metode yang cepat dan melatih baik itu fisik dari pelompat maupun teknik-teknik dasar dalam lompat jauh.

b. Teknik Lompat Jauh

Teknik merupakan rangkuman metode yang dipergunakan dalam melakukan gerakan dalam suatu cabang olahraga. Teknik juga merupakan suatu proses gerakan dan pembuktian dalam suatu cabang olahraga. Atau dengan kata lain, teknik merupakan pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional yang memungkinkan suatu hasil yang optimal dalam latihan atau perlombaan. Keberhasilan mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya tidak terlepas dari penguasaan teknik melompat yang baik dan benar.

Ditinjau dari gerakan lompat jauh yaitu, melakukan awalan, menolak, melayang di udara dan mendarat. Berdasarkan gerakan lompat jauh tersebut menunjukkan bahwa teknik lompat jauh dikelompokkan menjadi empat bagian. Hal ini sesuai pendapat Yoyo Bahagia dkk., (1999/2000: 160) bahwa, “Untuk tujuan analisis gerak pada lompat jauh harus memperimbangkan secara konsisten empat fase yaitu awalan (run up), tolakan kaki (take off), melayang di udara (flight) dan pendaratan (landing)”.

Penguasaan teknik melompat yang baik dan benar merupakan kunci sukses untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya. Dari keempat teknik melompat tersebut dalam pelaksanaannya harus dirangkaikan dalam satu pola gerakan yang utuh agar dapat mencapai lompatan yang sejauh-jauhnya. Untuk mencapai prestasi lompat jauh yang maksimal, maka teknik-teknik lompat jauh tersebut harus dikuasai dengan baik dan benar.


(25)

commit to user

2. Latihan

a. Pengertian Latihan

Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratrur guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan utama latihan dalam olahraga prestasi adalah untuk mengembangkan kemampuan biomotorik ke standart yang paling tinggi, atau dalam arti fisiologis atlet berusaha mencapai tujuan perbaikan sistem organisme dan fungsinya untuk mengoptimalkan prestasi atau penampilan olahraganya. Berkaitan dengan latihan, Harsono (1988: 101) menyatakan,

“Latihan adalah proses yang sistematis dari latihan atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah latihan atau

pekerjaannya”. Menurut A. Hamidsyah Noer (1996: 6) bahwa, “Latihan suatu proses yang sistematis dan kontinyu dari berlatih atau bekerja yang dilakukan dengan berulang-ulang secara kontinyu dengan kian hari kian menambah jumlah

beban latihan untuk mencapai tujuan”. Hal senada dikemukakan Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:145) bahwa, “Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari

kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya”.

Pengertian latihan yang diungkapkan oleh tiga ahli tersebut pada prinsipnya mempunyai pengertian yang hampir sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa, latihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis dan kontinyu, dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang semakin meningkat.

Latihan yang sistematis maksudnya adalah program latihan direncanakan secara matang, dilaksanakan sesuai jadwal menurut pola yang telah ditetapkan, dan evaluasi sesuai dengan alat yang benar. Penyajian materi harus dilakukan dari materi yang paling mudah ke arah materi yang paling sukar, dari materi yang sederhana mengarah kepada materi yang paling kompleks.

Latihan dilakukan secara berulang-ulang, maksudnya latihan harus dilakukan menimal tiga kali dalam seminggu. Dengan pengulangan ini diharapkan gerakan yang pada saat awal latihan dirasakan sukar dilakukan, pada tahap-tahap berikutnya akan menjadi lebih mudah dilakukan.


(26)

Beban latihan harus meningkat maksudnya, penambahan jumlah beban latihan harus dilakukan secara periodik, sesuai dengan prinsip-prinsip latihan, dan tidak harus dilakukan pada stiap kali latihan, namun tambahan beban harus segara dilakukan ketika atlet merasakan latihan yang dilaksanakan terasa ringan.

b. Prinsip-Prinsip Latihan

Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratur guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan latihan maka harus berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang benar. Menurut Sudjarwo (1993: 21) bahwa, “Prinsip-prinsip latihan digunakan agar pemberian dosis latihan dapat

dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlet”.

Prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam latihan yang terorganisir dengan baik. Agar tujuan latihan dapat dicapai secara optimal, hendaknya diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat. Menurut Sudjarwo (1993: 21-23) prinsip-prinsip latihan di antaranya: “(1) Prinsip

individu, (2) Prinsip penambahan beban, (3) Prinsip interval, (4) Prinsip penekanan beban (stress), (5) Prinsip makanan baik dan, (6) Prinsip latihan

sepanjang tahun”.

Prinsip-prinsip latihan tersebut sangat penting untuk diperhatikan dalam latihan. Tujuan latihan dapat tercapai dengan baik, jika prinsip-prinsip latihan tersebut dilaksanakan dengan baik dan benar.

3. Latihan Berbeban

a. Pengertian Latihan Berbeban

Latihan berbeban merupakan suatu latihan yang dilakukan secara sistematis dan kontinyu yang menggunakan beban tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Berkaitan dengan latihan berbeban Harsono (1988: 185) menyatakan,

“Latihan berbeban adalah latihan yang sistematis di mana beban hanya dipakai sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna mencapai tujuan tertentu”. Menurut Sudjarwo (1993: 35) bahwa, “weight training merupakan latihan yang sistematis dengan beban/tahanan yang berupa badan sendiri/lawan atau dengan


(27)

commit to user

alat seperti barbel, katrol dan lain sebagainya”.Menurut M. Furqon H. (1996: 1)

bahwa, “Latihan berbeban adalah suatu cara menerapkan prosedur pengkondisian

tertentu secara sistematis pada berbagai otot tubuh”.

Berdasarkan pengertian latihan berbeban yang dikemukakan tiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, latihan berbeban adalah suatu bentuk latihan yang memberikan pembebanan pada tubuh baik dengan alat atau pun tanpa alat untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan digunakannya beban tersebut dapat merangsang fisiologis otot untuk beradaptasi dalam meningkatkan kekuatan otot.

O’shea yang dikutip M. Sajoto (1995: 30) menyatakan:

Latihan berbeban mempunyai dua dasar fisiologis untuk mengembangkan

kekuatan secara maksimum yaitu, “(1) Semua program latihan harus

berdasarkan SAID (Specific Adaptation to Imposed Demands), latihan tersebut hendaknya khusus sesuai dengan sasaran yang diinginkan. (2) Latihan harus diberikan berdasarkan prinsip overload. Prinsip ini menjamin agar sistem dalam tubuh mendapat tekanan besarnya beban makin meningkat yang diberikan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam memberikan latihan berbeban harus didasarkan pada karakteristik cabang olahraga yang akan dikembangkan. Sebagai contoh, untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya schnepper latihan berbeban yang relevan adalah latihan untuk meningkatkan kekuatan anggota gerak bawah khususnya otot-otot tungkai. Dalam pemberian beban latihan harus dilakukan secara berulang-ulang lebih memungkinkan tubuh untuk beradaptasi terhadap beban yang diberikan. Bentuk beban latihan yang dapat dipergunakan dalam latihan bermacam-macam. Harsono (1988: 178)

menyatakan, “Latihan-latihan yang cocok untuk perkembangan kekuatan adalah latihan-latihan tahanan (resistance exercise) yaitu kita harus mendorong atau menarik suatu beban. Beban itu bisa anggota tubuh kita sendiri atau pun beban atau bobot dari luar (external resistance)”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam memberikan beban latihan dapat dilakukan dari dalam dan dari luar. Beban latihan dari dalam dapat berupa berat badan sendiri, mendorong atau menarik. Sedangkan beban dari luar dapat berupa alat atau benda seperti barbel dan dumbel.


(28)

b. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Latihan Berbeban

Latihan berbeban merupakan bentuk latihan yang efektif untuk meningkatkan kekuatan. Dalam pelaksanaan latihan berbeban harus diperhatikan beberapa hal penting. Suharno HP. (1985: 16) menyatakan, sebelum dosis beban latihan yang akan diberikan kepada atlet ditetapkan perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

1) Fisik yang mencakup jenis kelamin, kesehatan total dan kesegaran jasmani.

2) Kemampuan gerak yang meliputi unsur-unsur gerak fisik, penguasaan teknik dan taktik.

3) Mental yang meliputi segi kejiwaan, kepribadian dan kematangan juara.

4) Sosial ekonomi yang mempengaruhi atlet.

Faktor-faktor tersebut sangat penting diperhatikan dalam pelaksanaan latihan agar pelatih dapat menentukan dosis latihan yang tepat kepada atletnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan dosis latihan harus didasarkan pada prinsip individual. Hal ini karena, setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda. Jika dalam pemberian dosis latihan yang tepat dan didasarkan kemampuan individu, maka dosis latihan dapat dilaksanakan dengan baik oleh para atletnya. Lebih lanjut Suharno HP. (1985: 17) cara menentukan dosis beban latihan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, “(1) dengan cara uji coba dan (2)

penentuan intensitas dengan MR (Maximum Repeatition)”.

4. Latihan Berbeban dengan Beban Dalam

a. Pengertian Beban Dalam

Latihan berbeban merupakan bentuk latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot. Dalam pemberian beban latihan dapat dilakukan dengan beban dalam. Berkaitan dengan beban dalam Suharno HP. (1985: 15)

menyatakan, “Beban dalam (inner load) adalah suatu beban latihan fisiologis


(29)

commit to user

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, beban dalam merupakan suatu bentuk latihan berbeban yang ditandai dengan kenaikan denyut nadi. Dengan melakukan latihan berbeban, maka denyut nadi akan mengalami peningkatan dari denyut nadi normal. Lebih lanjut Suharno HP. (1985: 16) menyatakan,

“Melakukan beban dalam efek fisiologis yang dapat diperiksa adalah kenaikkan

denyut nadi per menitnya dari si atlet yang melakukan latihan. Inner load dikatakan maksimal bila denyut pols atlet setelah melakukan satu unit latihan meningkat menjadi 2,5–3,5 kali denyut polsnormal per menit”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, pemberian beban dari dalam akan memberi dampak secara fisiologis yang dapat diketahui melalui kenaikkan denyut nadi per menitnya. Latihan berbeban dengan beban dalam dapat dilakukan dengan menggunakan berat badan sebagai bebannya. Latihan berbeban dengan beban berat badan termasuk bentuk latihan isotonik. Hal ini sesuai pendapat KONI

(1993: 20) bahwa, “Dalam latihan isotonik kita dapat memakai badan kita sendiri sebagai beban”. Menurut Depdiknas (2000: 110) bahwa, “Latihan kekuatan

isotonik dilakukan dengan melakukan gerakan secara dinamis baik dalam mengatasi beban diri sendirimaupun dalam mengatasi beban luar”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan berbeban dengan beban dalam yaitu pemberian beban latihan dengan berat badan. Untuk mencapai tujuan latihan, maka latihan berbeban dengan beban dalam harus diklakukan secara berulang-ulang dengan gerakan yang benar. Dengan melakukan latihan secara berulang-ulang, maka tujuan latihan berbeban akan tercapai.

b. Pelaksanaan Latihan Berbeban dengan Beban Dalam Untuk Meningkatkan Lompat Jauh

Melompat setinggi dan sejauh mungkin ke depan merupakan prinsip pokok untuk mencapai prestasi maksimal dalam lompat jauh gaya schnepper. Untuk melompat setinggi dan sejauh mungkin ke depan, maka otot-otot anggota gerak bawah harus dikerahkan secara maksimal. Di samping itu juga, bagian-bagian tubuh yang terlibat dalam gerakan lompat jauh gaya schnepper harus dikerahkan secara baik pada teknik yang benar.


(30)

Berkaitan dengan latihan berbeban dengan beban dalam pada penelitian ini khususnya untuk meningkatkan kemampuan anggota gerak bawah khususnya untuk meningkatkan power otot tungkai yang mendukung dalam gerakan lompat jauh gaya schnepper. Untuk meningkatkan power otot tungkai dengan beban dalam digunakan bentuk latihan melompat. Menurut hasil penelitian Sarwono dan Ismaryati (1999: 44) bahwa, “Meloncat-loncat (hop) selain merupakan bentuk latihan untuk mencapai kecepatan dan ketinggian maksimum dari gerakan tungkai, juga untuk menambah jarak horisontal tubuh. Bentuk latihan melompat yang akan diterapkan dalam penelitian ini yaitu: alternate leg bound, single leg hop dan double leg hop.

Berkaitan dengan latihan berbeban dengan beban dalam, beban dalam yang digunakan untuk meningkatkan power otot tungkai yaitu dengan gerakan meloncat-loncat khususnya alternate leg bound, single leg hop dan double leg hop. Dari latihan meloncat-loncat tersebut dibuat sirkuit dan dikombinasikan dengan bentuk latihan lain yang mendukung gerakan lompat jauh gaya schnepper. Latihan berbeban dengan beban disusun secara sirkuit. Adapun pelaksanaan latihan berbeban dengan beban dalam sebagai berikut:

1) Pos I latihan altenate leg bound

Posisi awal: ambilah sikap berdiri yang enak dengan salah satu kaki agak di depan untuk memulai melangkah, lengan rileks di samping badan.

Pelaksanaan: mulailah dengan tolakan tungkai belakang, gerakan lutut ke dada dan usahakan loncatan setinggi dan sejauh mungkin sebelum mendarat. Bentangkan kaki ke depan dengan cepat. Ayun kedua lengan. Ulangi rangkaian (dengan kaki lain) pada saat mendarat.

2) Pos II latihan sit up

Posisi awal: Posisi pada hook lying (kaki melayang), kaki ditekukkan pada lutut, tangan di belakang kepala dibebani/memegang sebuah pemberat. Baik dalam posisi hook lying atau long lying, gerakan dari paha flexors diperkuat seandainya kaki dipegang ke bawahdan aktivitas dari abdominal (perut) ditingkatkan, seandainya tidak dipegang ke bawah.

Gerakan: Sit-up mencapai siku ke lutut. Curl back down = posisi awal suatu liukan tubuh, mungkin ditambahkan dengan melekatkan suatu siku ke posisi


(31)

commit to user

lutut yang berlawanan. Perlawanan tambahan semacam ini membuat seluruh tubuh berputar selama geraka

3) Pos III single leg hop

Posisi awal: ambilah sikap berdiri seperti dalam latihan double leg speed hop, tetapi hanya menggunakan satu tungkai dalam posisi ditekuk selama berlatih dan jagalah keseimbangan.

Pelaksanaan: mulailah latihan seperti pada latihan double leg hop tetapi dengan satu tungkai. Pada saat di atas atau di udara kedua lutut dilipat. Jika tumpuan atau tolakan menggunakan kaki kanan, maka pada saat mendarat juga menggunakan kaki kanan.

4) Pos IV latihan back-up

Posisi awal: telungkup di lantai (tengkurap), keua kaki lurus dan rapat. Pasangannya duduk di atas kakinya. Tangan dikencangkan bersama di belakang kepala.

Gerakan: angkat tubuh ke atas dengan kedua tangan tetap di belakang kepala. 5) Pos V double leg hop

Posisi awal: ambilah sikap berdiri yang relaks, punggung lurus, pandangan ke depan. Kedua lengan di samping badan dan ditekuk hingga 90 derajat serta posisi ibu jari ke atas.

Pelaksanaan: mulailah meloncat ke atas setiggi mungkin, tekuklah tungkai secara penuh hingga posisi kaki di bawah pantat. Berikan tekanan pada angkatan maksimum dengan membawa lutut ke atas dan ke depan pada tiap ulangan. Setelah mendarat, loncatlah ke atas dengan cepat dengan gerakan tungkai yang sama, gunakan lengan untuk membantu angkatan maksimum. Rangkaian gerakan ini harus dilakukan secepat mungkin. Kerjakan agar mencapai ketinggian dan jarak maksimum, tetapi tidak mengorbankan irama pelaksanaan.

Secara skematis pelaksanaan latihan berbeban dengan beban dalam secara sirkuit sebagai berikut:


(32)

Pos V (Double leg hop) Pos I (altenate leg bound)

Pos IV Pos II (Sit up)

(Back up)

Pos III

(Single leg Hop)

Gambar 4. Skematis Latihan Berbeban dengan Beban Dalam secara Sirkuit

c. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Berbeban dengan Beban Dalam terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper

Latihan berbeban dengan beban dalam merupakan bentuk latihan berbeban yang menggunakan berat badan sebagai beban latihan. Berdasarkan hal tersebut, latihan berbeban dengan beban dalam tentu memiliki kelebihan dan kelemahan. Berdasarkan bentuk latihan yang diberikan dalam latihan berbeban dengan beban dalam dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan latihan berbeban dengan beban dalam antara lain:

1. Dapat meningkatkan kekuatan bagian-bagain tubuh yang terlibat dalam gerakan lompat jauh gaya schnepper.

2. Siswa akan merasa mampu dengan beban berat badannya sendiri, sehingga gerakan dapat dilakukan secara berulang-ulang.

Selain kelebihan tersebut, latihan berbeban dengan beban dalam juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan latihan berbeban dengan beban dalam antara lain:

1. Gerakan terkadang tidak dilakukan dengan benar jika telah kelelahan, sehingga akan berpengaruh pada perkembangan otot.

2. Penambahan beban latihan hanya dilakukan dengan penambahan jumlah gerakan, sehingga perkembangan otot kurang maksimal.


(33)

commit to user

a. Pengertian Beban Luar

Latihan berbeban dengan beban luar merupakan kebalikan dari latihan berbeban dengan beban dalam. Latihan berbeban dengan beban luar merupakan bentuk latihan berbeban dengan menggunakan peralatan atau beban yang digunakan berupa barbel. Berkaitan dengan beban luar, Suharno HP. (1985: 15) menyatakan, “Beban luar (outer load) yaitu bentuk bahan latihan yang ditandai dengan adanya ciri-ciri yang dapat dilihat secara langsung oleh mata”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, beban luar merupakan bentuk latihan berbeban yang dapat dilihat atau diketahui secara langsung baik volume, intensitas, recovery, frekuensi, irama dan durasi latihan. Latihan berbeban dengan beban luar tersebut sama dengan latihan isotonik, hanya saja dalam pelaksanaan latihan menggunakan peralatan seperti barbel atau dumbel. Berkaitan dengan latihan berbeban dengan beban luar yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu bertujuan untuk meningkatkan kekuatan anggota gerak bawah. M. Sajoto (1995: 87) menyatakan, “Latihan-latihan kekuatan otot mempunyai pengaruh terhadap hasil yang dicapai pada kemampuan gerak lain seperti dalam pengembangan daya lompat pada kaki, dan juga terhadap fleksibilitaspada otot dan persendian”.

Untuk meningkatkan kemampuan otot tungkai, maka dalam menerapkan latihan berbeban harus disesuaikan dengan tuntutan gerak dalam lompat jauh. Hal ini karena, latihan berbeban untuk meningkatkan kemampuan melompat ada beberapa macam. Oleh karenanya, seorang pelatih harus cermat dan tepat dalam menentukan bentuk latihan berbeban untuk meningkatkan kemampuan melompat.

b. Pelaksanaan Latihan Berbeban dengan Beban Luar Untuk Meningkatkan Lompat Jauh

Prinsip pelaksanaan latihan berbeban dengan beban luar sama dengan latihan berbeban dengan beban dalam. Hanya saja pembenanan latihan dengan beban luar yang dimaksud dengan menggunakan barbel. Latihan berbeban yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan anggota gerak bawah khususnya power otot tungkai M. Sajoto (1995: 87) mengelompokkan jenis-jenis latihan untuk


(34)

step ups, leg press, snatch jumping squats, clean and jerk heel raises, knee curls (quadriceps), back extention, bench press, sit ups”.

Berdasarkan macam-macam bentuk latihan untuk meningkatkan anggota gerak bawah khususnya untuk meningkatkan kemampuan melompat, jenis latihan berbeban yang akan digunakan adalah leg step ups, standing calf rise, dan squat. Dari bentuk-bentuk latihan untuk mengembangkan anggota gerak bawah tersebut dikombinasikan dengan bentuk latihan lain yang mendukung gerakan lompat jauh gaya schnepper. Latihan dibuat sirkuit yang terdiri dari enam pos. Adapun pelaksanaan latihan berbeban untuk melompat sebagai berikut:

1) Pos I latihan leg step ups

Sikap awal: letakkan bangku setinggi tidak lebih dari 16 inchi (40 centimeter), karena setiap pelenturan lutut yang lebih besar dapat mengakibatkan cedera lutut. Penambahan beban hanya dilakukan dengan sempurna dan secara cepat.

Gerakan: berdiri tegak dengan membawa barbel di atas pundak. Langkah satu kaki ke atas bangku, kemudian susul dengan kaki lainnya. Kedua kaki harus benar-benar lurus pada lutut setelah di atas bangku. Kemudian kembali ke posisi semula, dan lakukan gerakan berikut dengan bergantian kaki yang naik ke bangku lebih dulu.

2) Pos II latihan good morning exercise

Posisi awal: Kedua kaki kaki sedikit kangkang (dibuka), lutut kuat, bar terletak di sepanjang pundak.

Gerakan: Bungkukkan badan ke depan dengan pinggang sampai tubuh disejajarkan dengan kaki dan kembali pada posisi awal. Seadainya menggunakan beban yang berat tekukkan lutut sedikit.

3) Pos III latihan squat

Sikap awal: bar terletak sepanjang bahu, kepala ke depan datar sedikit pinggang melengkung, kaki-kaki berjarak 12-14 inchi.

Gerakan: tarik napas dalam-dalam dan berjongkok pelan-pelan pada posisi paha atas paralel dengan lantai. Dari posisi berjongkok gerakan ke atas dengan mempertimbangkan bahwa bagian belakang yang lebih rendah melengkung dan kuat selama melakukan latihan.


(35)

commit to user

4) Pos IV sit up

Posisi awal: Posisi pada hook lying (kaki melayang), kaki ditekukkan pada lutut, tangan di belakang kepala dibebani/memegang sebuah pemberat. Baik dalam posisi hook lying atau long lying, gerakan dari paha flexors diperkuat seandainya kaki dipegang ke bawahdan aktivitas dari abdominal (perut) ditingkatkan, seandainya tidak dipegang ke bawah.

Gerakan: Sit-up mencapai siku ke lutut. Curl back down = posisi awal suatu liukan tubuh, mungkin ditambahkan dengan melekatkan suatu siku ke posisi lutut yang berlawanan. Perlawanan tambahan semacam ini membuat seluruh tubuh berputar selama gerakan

5) Pos V latihan standing calf rise

Sikap awal: berdiri tegak dengan barbel di atas pundak, dan kedua ujung kaki bertumpu pada balok atau piringan barbel.

Gerakan: angkat tubuh dengan menaikkan tumit (jinjit), jarak maksimum fleksi dari pada lutut dan tegangan sangat dimungkinkan dari latihan ini.

Secara skematis pelaksanaan latihan berbeban dengan beban luar secara sirkuit sebagai berikut:

Pos V (Standing calf rise) Pos I (leg step ups)

Pos IV Pos II (Good morning exercise)

(Sit up)

Pos III (Squat)


(36)

c. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Berbeban dengan Beban Luar terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper

Latihan berbeban dengan beban luar merupakan latihan berbeban yang menggunakan peralatan barbel atau dumbel. Dalam pelaksanaannya latihan berbeban dengan beban luar yaitu melakukan gerakan-gerakan tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan power otot tungkai dan dilakukan secara berulang-ulang berdasarkan berat beban yang harus diterimanya.

Berdasarkan karakteritis dari latihan berbeban dengan beban luar dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan latihan berbeban dengan beban luar antara lain:

1) Dapat meningkatkan kemampuan anggota tubuh yang terlibat dalam gerakan melompat.

2) Berat beban dapat ditingkatkan secara bertahap, sehingga kekuatan otot dapat berkembang secara optimal.

3) Kemampuan fisik akan meningkat, karena pembebanan latihan dengan beban luar didasarkan pada prinsip beban lebih.

Di samping kelebihan tersebut, latihan berbeban dengan beban luar juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan latihan berbeban dengan beban luar antara lain:

1) Latihan berbeban dengan beban luar akan dirasakan terlalu berat, sehingga ada kemungkinan terjadinya over-training.

2) Bagi pemula akan dirasakan rasa sakit pada pensendian atau otot karena tidak terbiasa dengan latihan berbeban.

Berdasarkan kelebihan dan kelemahan latihan berbeban berbeban dengan beban dalam dan beban luar tersebut di atas, tentunya akan memberi dampak terhadap peningkatan power otot tungkai. Dengan meingkatnya power otot tungkai, maka akan membantu pencapaian prestasilompat jauh gaya schnepper.


(37)

commit to user

6. Power Otot Tungkai

a. Pengertian Power

Power merupakan unsur kondisi fisik yang dibutuhkan pada hampir semua cabang olahraga. Seperti diungkapkan KONI (1993: 26) bahwa, “Power lebih

diperlukan dan boleh dikatakan semua cabang olahraga, oleh karena di dalam

power , kecuali ada kekuatan terdapat pula kecepatan”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kekuatan dan kecepatan merupakan unsur utama dari power. Terciptanya power jika kekuatan dan kecepatan dikerahkan secara maksimal dalam waktu yang singkat. Berkaitan dengan power, Dangsina Moeloek dan Arjatmo Tjokronegoro (1984: 7) menyatakan, "Tenaga ledak otot (muscle explosive power) adalah kemampuan otot atau sekelompok otot melakukan kerja secara eksplosif". Menurut Suharno

HP. (1993: 59) bahwa, “Power adalah kemampuan otot atlet untuk mengatasi

tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam satu gerak yang

utuh”. M. Sajoto (1995: 8) menyatakan, "Daya ledak otot (muscular power) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum, dengan usaha yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya". Hal senada dikemukakan Mulyono Biyakto Atmojo (2001: 58) bahwa, “Power adalah kemampuan untuk mengerahkan kekuatan dengan maksimum dalam jangka waktu

yang minim”.

Berdasarkan pengertian power yang dikemukakan empat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, power merupakan kemampuan seseorang untuk mengerahkan kekuatan secara maksimal untuk melakukan gerakan yang utuh dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Berdasarkan kesimpulan pengertian power tersebut dapat dirumuskan pengertian power otot tungkai yaitu, kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai dalam mengatasi tahanan beban atau dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh dalam waktu yang singkat. Power otot tungkai adalah kemampuan otot tungkai untuk melakukan kerja atau gerakan secara eksplosif yang melibatkan otot-otot tungkai sebagai penggerak utama. Power otot tungkai digunakan terutama pada gerakan meloncat,


(38)

melompat, menendang atau gerakan-gerakan lain yang melibatkan kerja otot-otot tungkai secara eksplosif.

b. Peranan Power Otot Tungkai terhadap Kemampuan Lompat Jauh

Power otot tungkai merupakan kemampuan seseorang untuk mengerahkan kekuatan dan kecepatan dari otot-otot tungkai secara maksimal dalam waktu yang singkat. Power otot tungkai berperan terutama dalam gerakan-gerakan yang melibatkan otot-otot tungkai secara maksimal dan eksplosif seperti dalam lompat jauh.

Ditinjau dari gerakan lompat jauh, power otot tungkai berperan terutama pada saat melakukan awalan dan gerakan menumpu untuk menolak. Pada saat melakukan awalan dengan lari cepat (sprint) dan dilanjutkan menumpu untuk menolak pada balok tumpuan merupakan fase perubahan gerak horisontal menjadi gerak vertikal. Pada fase ini kemampuan melakukan awalan dengan cepat dan menumpu dengan kuat sangat ditentukan oleh kemampuan dari otot-otot tungkai. Aip Syarifuddin (1992: 91) menyatakan, “Tolakan adalah perubahan atau

perpindahan gerakan dari gerakan horisontal ke gerakan vertikal yang dilakukan dengan secara cepat. Dimana sebelumnya pelompat sudah mempersiapkan diri untuk melakukan tolakkan sekuat-kuatnya pada langkah yang terakhir, sehingga

seluruh tubuh terangkat ke atas melayang di udara”. Pendapat lain dikemukakan Jes Jerver (1999: 36) menyatakan, “Perubahan dari kecepatan horisontal menjadi

gerakan bersudut didapat dengan cara memberikan tenaga maksimum pada kaki yang akan take off”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, perpaduan kecepatan dan kekuatan sangat penting untuk melakukan tolakan yang semaksimal. Kemampuan kecepatan yang maksimal dan dirubah dengan tolakan yang kuat memberi peluang yang besar untuk dapat melakukan lompatan yang tinggi, sehingga akan diperoleh lompatan yang sejauh-jauhnya. Jika seorang pelompat memiliki power otot tungkai yang baik dan mampu mengerahkan pada teknik yang benar, maka mempunyai peluang untuk dapat melompat sejauh-jauhnya. Namun sebaliknya, jika seorang pelompat power otot tungkainya rendah, maka lompatannya tidak dapat dilakukan secara maksimal.


(39)

commit to user

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut:

1. Perbedaan Pengaruh Latihan Berbeban dengan Beban Dalam dan Beban Luar terhadap Kemampuan Lompat Jauh

Latihan berbeban dengan beban dalam dan beban luar merupakan bentuk pembebanan latihan yang memiliki karakteristik yang berbeda. Latihan berbeban dengan beban dalam yaitu bentuk latihan berbeban yang pembebanan latihannya menggunakan berat badan sendiri. Dalam latihan berbeban dengan beban dalam peningkatan beban latihan dilakukan dengan cara penambahan repetisi atau ulangan gerakan. Berdasarkan karakteristik tersebut, latihan berbeban dengan beban dalam memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan latihan berbeban dengan beban dalam antara lain: dapat meningkatkan kinerja otot tungkai, beban akan dirasakan lebih ringan karena mengakat berat badan sendiri. Sedangkan kelemahan latihan berbeban dengan beban dalam antara lain: gerakan tidak dilakukan dengan benar jika telah mengalami kelelahan sehingga akan berpengaruh pada perkembangan otot, peningkatan beban latihan hanya dilakukan dengan menambah jumlah gerakan, sehingga perkembangan otot tidak maksimal.

Latihan berbeban dengan beban luar merupakan bentuk latihan berbeban yang menggunakan alat berupa barbel atau dumbel. Berdasarkan karakteristik latihan berbeban dengan beban luar, latihan ini memiliki kelebihan antara lain: dapat meningkatkan kinerja otot tungkai, berat beban dapat ditingkatkan secara bertahap sehingga dapat mengembangkan kekuatan otot secara optimal, kemampuan fisik dapat meningkat karena di dasarkan pada prinsip overload. Sedangkan kelemahan latihan berbeban dengan beban luar antara lain: dapat terjadi overtraining, dapat menimbulkan rasa sakit pada otot dan persendian terutama bagi pemula.

Berdasarkan karakteristik, kelebihan dan kelemahan latihan berbeban dengan beban dalam dan beban luar menunjukkan perbedaan, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh. Dengan


(40)

demikian diduga latihan berbeban dengan beban dalam dan beban luar memiliki perbedaan pengaruh terhadap kemampuan lompat jauh gaya schnepper.

2. Perbedaan Pengaruh Power Otot Tungkai Tinggi dan Power Otot Tungkai Rendah terhadap Kemampuan Lompat Jauh

Unsur utama dari power yaitu kekuatan dan kecepatan. Power akan dihasilkan oleh kerja otot yang dikerahkan dengan kekuatan maksimal dan dalam waktu sesingkat mungkin. Dalam gerakan lompat jauh, keberadaan power otot tungkai sangat berperan penting untuk mendukung pencapaian prestasi yangmaksimal.

Power otot tungkai berperan dalam lompat jauh gaya jongkok terutama pada gerakan saat menumpu untuk menolak. Gerakan menumpu untuk menolak merupakan akselesari dari kecepatan awalan yang dilakukan secara maksimal untuk kemudian menumpu dan menolak dengan salah satu kaki yang kuat yang dilakukan secara eksplosif dalam waktu yang singkat. Dengan power otot tungkai yang baik maka akan mendukung gerakan menolak lebih maksimal, sehingga akan diperoleh daya dorong ke depan atas secara maksimal pula. Semakin kuat dan cepat tolakan dari kaki mengakibatkan tubuh melayang tinggi jauh ke depan, sehingga akan diperoleh jarak lompatan yang maksimal pula. Tetapi sebaliknya, jika pada saat melakukan awalan dan tolakkan lemah, maka lompatan juga tidak maksimal. Dengan demikian diduga, antara power otot tungkai tinggi dan rendah memiliki perbedaan pengaruh terhadap hasil belajar lompat jauh gaya jongkok.

3. Interaksi antara Latihan Berbeban dan Kelentukan Otot Punggung terhadap Lompat Jauh Gaya Schnepper

Latihan berbeban dengan beban dalam dan beban luar merupakan bentuk latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan otot tungkai. Hal ini karena, dalam gerakan lompat jauh dibutuhkan otot-otot tungkai yang kuat terutama pada saat gerakan menumpu untuk melompat. Dengan lompatan yang tinggi mempunyai peluang mencapai lompatan yang sejauh-jauhnya. Namun untuk melakukan lompatan yang tinggi dan jauh ke depan dibutuhkan power otot


(41)

commit to user

tungkai. Baik tidaknya power otot tungkai yang dimiliki siswa akan berpengaruh terhadap kemampuan lompat jauh.

Ditinjau dari pelaksanaan latihan berbeban dengan beban dalam dan beban luar bahwa, siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi lebih baik atau lebih cocok diberi latihan berbeban dengan beban luar. Hal ini karena, latihan berbeban dengan beban luar ada beban beruba barbel yang harus diatasi atau diangkat untuk melakukan suatu gerakan tertentu yang melibatkan otot tungkai. Dengan otot-otot tungkai yang baik, maka gerakan-gerakan yang melibatkan otot-otot tungkai pada latihan berbeban dengan beban luar dapat dilakukan dengan baik. Sedangkan siswa yang memiliki power otot tungkai rendah lebih cocok diberi bentuk latihan berbeban dengan beban dalam. Pemberian beban latihan dengan berat badan sendiri akan memudahkan siswa melakukan gerakan-gerakan yang melibatkan otot-otot tungkai. Penambahan beban latihan dengan menambah jumlah gerakan tidak dirasakan berat oleh otot-otot tungkai. Dengan demikian diduga antara latihan berbeban dan power otot tungkai memiliki interaksi di antara keduanya.

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh latihan berbeban dengan beban dalam dan beban luar terhadap kemampuan lompat jauh pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.

2. Ada pengaruh antara power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah terhadap kemampuan lompat jauh pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.

3. Ada interaksi antara latihan berbeban dan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat jauh pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lokasi SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Februari 2010, dengan frekuensi latihan tiga kali dalam satu minggu. Dalam hal ini M. Sajoto (1995: 35) menyatakan, “Para pelatih dewasa ini pada umumnya setuju untuk menjalankan program latihan 2 atau 3 kali setiap minggu, agar tidak terjadi kelelahan yang kronis. Adapun lama latihan yang diperlukan adalah selama

6 minggu atau lebih”.

B. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode pada dasarnya adalah suatu cara melakukan sesuatu. Menurut Winarno Surakhmad (1982-76) metode adalah suatu prosedur atau cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Jadi metode penelitian merupakan suatu cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan penelitian. Metode penelitian yang digunakan ditetapkan berdasarkan pada tujuan dan hasil penelitian yang diharapkan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Dasar penggunaan metode ini adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan memberikan perlakuan kepada subjek yang diakhiri dengan suatu bentuk tes guna mengetahui pengaruh perlakuan yang telah diberikan.

2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah faktorial 2 X 2. Menurut


(43)

commit to user

dimasukkan dua variabel atau lebih untuk memanipulasi secara simultan. Dengan rancangan ini bisa diteliti pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen, dan juga pengaruh interaksi antara variabel-variabel independen”.

Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan gambar rancangan penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 1. Rancangan Penelitian Faktorial 2 X 2 Latihan Berbeban

Power otot tungkai

Beban Dalam (A1)

Beban Luar (A2)

Tinggi (B1) A1B1 A2B1

Rendah (B2) A1B2 A2B2

Keterangan:

A1B1:Kelompok latihan berbeban dengan beban dalam kriteria sampel power otot

tungkai tinggi.

A1B2:Kelompok latihan berbaban dengan beban dalam kriteria sampel power otot

tungkai rendah.

A2B1:Kelompok latihan berbeban dengan beban luar kriteria sampel power otot

tungkai tinggi.

A2B2:Kelompok latihan berbeban dengan beban luar kriteria sampel power otot

tungkai rendah.

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian terdiri dua variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen) yaitu:

1) Variabel bebas (independen) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini yaitu:

a) Variabel manipulatif terdiri atas:

(1) Latihan berbeban dengan beban dalam. (2) Latihan berbeban dengan beban luar.

b) Variabel atributif adalah variabel yang melekat pada diri sampel yang dibedakan atas :

(1) Power otot tungkai tinggi. (2) Power otot tungkai rendah.


(44)

2) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan lompat jauh.

D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009 berjumlah 78 siswa yang terbagi dalam empat kelas.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive random sampling, yaitu didasarkan pada kemampuan kelentukan otot punggung yang dimiliki siswa. Kemampuan kelentukan otot punggung diketahui melalui tes dan pengukuran power otot tungkai dengan bridge-up test terhadap 78 siswa putra tersebut, kemudian diklasifikasi power otot tungkai tinggi, power otot tungkai sedang dan power otot tungkai rendah. Sampel yang digunakan yaitu 20 siswa dengan kategori power otot tungkai tinggi dan 20 kategori power otot tungkai rendah. Sedangkan siswa dengan kategori power otot tungkai sedang tidak dijadikan sampel. Untuk mengelompokkan sampel penelitian ke masing-masing kelompok dengan cara random atau acak. Selanjutnya sampel dikelompokkan menjadi 4 sesuai rancangan faktorial 2 X 2.

E. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan masalah dan hipotesis yang telah diajukan dalam judul penelitian ini, maka data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini dengan tes dan pengukuran dalam olahraga.

Data penelitian diperoleh melalui tes dan pengukuran yang terdiri dari: 1) Tes dan pengukuran power otot tungkai dengan vertical jump dari Barry L.


(45)

commit to user

2) Tes dan pengukuran kemampuan lompat jauh gaya schnepper dari Tamsir Riyadi (1985: 167). Petunjuk pelaksanaan tes terlampir.

F. Teknik Analisis Data 1. Mencari Reliabilitas

Uji reliabilitas dalam penelitian ini dengan menggunakan korelasi interklas dari Mulyono B. (2001: 45) dengan rumus sebagai berikut:

MSA–MSW

R =

MSA

Keterangan :

R = Koefisien reliabilitas

MSA = Jumlah rata-rata dalam kelompok

MSW = Jumlah rata-rata antar kelompok

2. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Adapun langkah masing-masing uji prasyarat tersebut sebagai berikut:

a. Uji Normalitas (Metode Lilliefors)

Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini berasal dari populasi yang normal atau tidak. Adapun langkah-langkah uji normalitas metode Lilliefors menurut Sudjana (2002: 466) sebagai berikut:

1) Pengamatan X1,X2,X3,………….Xn dijadikan bilangan baku

Z1,Z2,Z3,………..Zn,dengan menggunakan rumus :

Zi= { Xi– X }/ SD, dengan X dan SD berturut-turut merupakan rata-rata dan

simpangan baku.

2) Data dari sampel tersebut kemudian diurutkan dari skor terendah sampai skor tertinggi.

3) Untuk tiap bilangan baku ini dan dengan menggunakan daftar distribusi normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z < Zi).


(46)

4) Menghitung perbandingan antara nomor subyek I dengan subyek n yaitu : S(Zi) = i/n.

5) Mencari selisih antara F(Zi)–S(Zi), dan ditentukan harga mutlaknya.

6) Menentukan harga terbesar dari harga mutlak diambil sebagai Lo. Rumusnya : Lo = | F(Zi)–S(Zi) | maksimum.

Kreteria :

Lo < Ltab: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Lo > Ltab: Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas ( Metode Bartlett )

Uji Homogenitas dilakukan dengan Uji Bartlet. Langkah-langkah uji homogenitas dengan metode Bartlet menurut Sudjana (2002: 261) sebagai berikut: 1) Membuat tabel perhitungan yang terdiri dari kolom–kolom kelompok sampel

: dk (n-1), 1/dk, Sdi2, dan (dk) log Sdi2.

2) Menghitung varians gabungan dari semua sampel.

Rumusnya :

 

 

1

1 ... ...

1 2

2

  

n Sd n

SD i

 

1

2 

Log Sd n

B i

3) Menghitung X2

Rumusnya : X2= (Ln) B-(n-1) Log Sdi 1………(2) Dengan (Ln 10) = 2,3026

Hasilnya ( X2hitung ) kemudian dibandingkan dengan ( X2tabel ), pada taraf signifikansi= 0,05 dan dk (n-1).

4) Apabila X2hitung < X2tabel, maka Ho diterima.

Artinya varians sampel bersifat homogen. Sebaliknya apabila X2hitung > X2 tabel, maka Ho ditolak. Artinya varians sampel bersifat tidak homogen.


(47)

commit to user

3. Analisis Data a. ANAVA Rancangan Faktorial 2 x 2

1) Metode AB untuk perhitungan ANOVA dua Faktor Tabel 2. Ringkasan ANAVA untuk Eksperimen factorial 2 x 2

Sumber

Variasi dk JK RJK Fo

Rata–rata Perlakuan A B AB 1 a-1 b-1 (a-1) (b-1) Ry Ay By ABy R A B AB A/E B/E AB/E

Kekeliruan ab(n-1) Ey E

Keterangan :

A = Taraf factorial A N = Jumlah sampel B = Taraf factorial B

Langkah- langkah perhitungan:

a) 2 1 1 2 ij b j a i   

 

b) abn R b j a i y

 1 1

c)

 

ij y

b j a i R J

Jab

 

2

1 1

d)

i

y

a

i

y   bnR

 / 2

1

e)

i

y

b

j

y   anR

 / 2

1

f) byJaby y

g) 2 ( )

y y y y

y  R    


(48)

2) Kreteria Pengujian Hipotesis

Jika FF

  

1 V1V2

, maka hipotesis nol ditolak.

Jika FF

  

1 V1V2

, maka hipotesis nol di terima dengan : dk pembilang

1

i

V dan dk penyebut V2

n1...nkk

= taraf signifikan untuk pengujian hipotesis.

Keterangan:

Y2: Jumlah kuadrat data

Ry : Rata-rata peningkatan karena perlakuan

Ay : Jumlah peningkatan pada kelompok berdasarkan latihan berbeban dengan beban dalam dan beban luar.

By : Jumlah peningkatan berdasarkan power otot tungkai.

Aby: Selisih antara jumlah peningkatan data keseluruhan dan jumlah peningkatan kelompok perlakuan dan power otot tungkai.

Jab : Selisih jumlah kuadrat data dan rata-rata peningkatan perlakuan.

b. Uji Rentang NewmanKeuls setelah ANOVA

Menurut Sudjana (1994:36) langkah-langkah untuk melakukan uji Newman–Keuls adalah sebagai berikut:

1) Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya dari yang terkecil sampai yang terbesar.

2) Dari rangkaian ANAVA, diambil haarga RJK disertai dk-nya.

3) Hitung kekeliruan buku rata-rata untuk setiap perlakuan dengan rumus:

N

Kekeliruan RJK

S E

y  RJK (Kekeliruan) juga didapat dari hasil

rangkuman ANAVA.

4) Tentukan taraf siknifikan , lalu gunakan daftar rentang student. Untuk uji Newman–Keuls, diambil V = dk dari RJK ( Kekeliruan ) dan P = 2,3…,k. Harga– harga yang didapat dari bagian daftar sebanyak (k-1) untuk V dan P supaya dicatat.

5) Kalikan harga – harga yang didapat di titik…….. di atas masing–masing Sy

dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan rentang siknifikan terkecil (RST).


(49)

commit to user

6) Bandingkan selisih rata–rata terkecil dengan RST untuk mencari P-k selisih rata–rata terbesar dan rata–rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-1), dan seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata – rata terbesar kedua rata – rata terkecil dengan RTS untuk P = (k-1), selisih rata-rata terbesar kedua dan selisih rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-2), dan seterusnya. Dengan jalan begitu semua akan ada 1/2K

 

k1 pasangan yang harus dibandingkan. Jika selisih–selisih yang didapat lebih besar dari pada RST-nya masing–masing maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang siknifikan antara rata–rata perlakuan.

c. Hipotesa Statistik

Hipotesa 1 H012

2

1  

A

H

Hipotesa 2 H012

2

1  

A

H

Hipotesa 3 H0Interaksi 0 0

    Interaksi HA

Keterangan

 = Nilai rata–rata

A1= Latihan berbeban dengan beban dalam

A2= Latihan berbeban dengan beban luar

B1= Power otot tungkai tinggi


(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Deskripsi hasil analisis data hasil belajar lompat jauh gaya pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010 sesuai dengan kelompok yang dibandingkan, disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 3. Deskripsi Data Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Schnepper Menurut Kelompok Penelitian.

Perlakuan Power Otot

Tungkai Statistik Tes Awal Tes akhir Peningkatan

Latihan

Beban Dalam

Tinggi Jumlah Mean SD 33,41 3,341 0,308 38,54 3,854 0,343 5,13 0,513 0,117 Rendah Jumlah Mean SD 31,54 3,154 0,162 36,89 3,689 0,257 5,35 0,535 0,127

Latihan

Beban Luar

Tinggi Jumlah Mean SD 33,75 3,375 0,109 40,94 4,094 0,147 7,19 0,719 0,121 Rendah Jumlah Mean SD 31,02 3,102 0,219 36,23 3,623 0,275 5,21 0,521 0,158

1. Pada kelompok perlakuan yang dilatih dengan latihan beban dalam mempunyai rata-rata peningkatan 1.048. Dan pada kelompok perlakuan yang dilatih dengan latihan beban luar mempunyai rata-rata peningkatan 1.240. Bila kedua latihan itu dibandingkan maka rata-rata peningkatan lompat jauh gaya schnepper pada kelompok perlakuan latihan beban luar lebih baik daripada kelompok perlakuan yang dilatih dengan latihan beban dalam.

2. Kelompok perlakuan pada siswa yang mempunyai power otot tungkai tinggi mempunyai rata -rata peningkatan 1.232. Dan pada kelompok perlakuan pada


(1)

schnepper menggunakan Latihan beban dalam dan Latihan beban luar terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar lompat jauh gaya schnepper.

2. Pengujian Hipotesis Kedua

Berdasarkan tingkat power otot tungkai yang dimiliki siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010, hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper. Dari hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai F0 = 4.4789 lebih besar dari Ft = 4,11 ( F0 > Ft ) pada taraf signifikansi 5%. Ini artinya hipotesis nol (H0) ditolak. Hasil ini menunjukkan antara power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper .

3. Pengujian Hipotesis Ketiga

Interaksi faktor utama penelitian dalam bentuk interaksi dua faktor menunjukkan ada interaksi antara latihan berbeban dan power otot tungkai. Dari hasil penghitungan diperoleh nilai F0= 6.9983 ternyata lebih besar dari Ft= 4,11 (F0> Ft) pada taraf signifikansi 5% sehingga H0ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, latihan beban dan power otot tungkai ada interaksi terhadap peningkatan hasil belajar lompat jauh gaya schnepper.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran lebih lanjut mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan sebelumnya. Berdasarkan pengujian hipotesis telah menghasilkan tiga simpulan yaitu: (1) ada perbedaan pengaruh yang signifikan metode latihan lompat jauh gaya schnepper menggunakan Latihan beban dalam dan Latihan beban luar terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010. (2) ada perbedaan yang signifikan


(2)

commit to user

belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010. (3) ada interaksi antara metode latihan beban dan power otot tungkai terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010. Simpulan analisis tersebut dapat dipaparkan secara rinci sebagai berikut:

1. Perbedaan Pengaruh Latihan Berbeban Menggunakan Latihan Beban Dalam dan Latihan Beban Luar terhadap Kemampuan Lompat jauh.

Berdasarkan pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa, ada perbedaan pengaruh antara latihan berbeban menggunakan Latihan beban dalam dan Latihan beban luar terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper. Pada kelompok siswa yang diberi perlakuan latihan berbeban menggunakan Latihan beban luar mempunyai peningkatan lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang diberi perlakuan latihan berbeban menggunakan Latihan beban dalam.

Berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai Fo sebesar 5.3302 > Ft 4.11. Dengan selisih perbedaan peningkatan sebesar 0.192. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh latihan berbeban menggunakan Latihan beban dalam dan Latihan beban luar terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010, dapat diterima kebenarannya.

2. Perbedaan Pengaruh Power Otot Tungkai Tinggi Dan Power Otot Tungkai Rendah Terhadap Kemampuan Lompat Jauh.

Berdasarkan pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa, ada perbedaan signifikan antara power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper.

Berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai Fo 4.4789 > Ft 4.11. Dengan selisih perbedaan peningkatan 0.176. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh antara power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah terhadap hasil belajar terhadap lompat jauh


(3)

gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010, dapat diterima kebenarannya.

3. Interaksi antara Latihan Berbeban dan Power Otot Tungkai terhadap Kemampuan Lompat Jauh.

Dari tabel 7 tampak ada interaksi secara nyata antara kedua faktor utama penelitian. Untuk kepentingan pengujian interaksi faktor utama terbentuklah tabel sebagai berikut: A1 A1 A2 A2 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 1 2 A1 A2 B1 B1 B2 B2 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 1 2 B1 B2

Gambar 8. Interaksi Latihan berbeban dan Power Otot Tungkai

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa, bentuk garis perubahan besarnya nilai peningkatan hasil latihan lompat jauh gaya schnepper adalah berpotongan. Ini artinya, antara latihan berbeban dan power otot tungkai terdapat interaksi diantara keduanya. Dengan demikian dalam menerapkan latihan berbeban perlu mempertimbangkan tingkat power otot tungkai tinggi dan tingkat


(4)

commit to user

power otot tungkai termasuk jenis interaksi indepanden. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada interaksi antara latihan berbeban dan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010 dapat diterima kebenarannya.


(5)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasannya yang telah diungkapkan pada BAB IV, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh latihan berbeban menggunakan Latihan beban dalam dan Latihan beban luar terhadap kemampuan lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010, pengaruh latihan berbeban luar lebih baik daripada latihan berbeban dalam.

2. Ada perbedaan pengaruh antara power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah terhadap kemampuan lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.

3. Ada interaksi antara latihan berbeban dan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010, dimana:

a) Power otot tungkai tinggi lebih cocok menggunakan latihan berbeban luar. b) Power otot tungkai rendah lebih cocok dengan latihan berbeban dalam.

B. Implikasi

Simpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide yang lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar simpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut:

1. Secara umum dapat dikatakan bahwa latihan berbeban dan power otot tungkai merupakan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi peningkatan kemampuan lompat jauh gaya schnepper.

2. Latihan berbeban menggunakan Latihan beban luar ternyata memberikan pengaruh yang lebih baik daripada latihan berbeban menggunakan Latihan


(6)

commit to user

luar memungkinan otot untuk mengadaptasi beban yang berasal dari luar sehingga otot akan terbiasa dengan pembebanan.

3. Latihan berbeban menggunakan Latihan beban dalam dan Latihan beban luar merupakan bentuk pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya schnepper. Di samping itu juga, power otot tungkai yang baik merupakan komponen yang dapat mendukung kemampuan lompat jauh gaya schnepper.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, saran-saran yang dapat dikemukakan kepada guru Penjaskes di SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar sebagai berikut: 1. Untuk mencapai kemampuan lompat jauh gaya schnepper yang optimal harus

menguasai teknik lompat jauh gaya schnepper yang benar dan perlu dilatih faktor-faktor yang mendukung kemampuan lompat jauh gaya schnepper di antaranya power otot tungkai.

2. Untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya schnepper dapat diterapkan latihan berbeban menggunakan Latihan beban dalam dan Latihan beban luar. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, latihan berbeban menggunakan Latihan beban luar lebih baik pengaruhnya terhadap kemampuan lompat jauh gaya schnepper, sehingga latihan berbeban menggunakan Latihan beban luar dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya schnepper.

3. Dalam usaha meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya schnepper , di samping menerapkan latihan berbeban yang tepat, tingkat power otot tungkai yang dimiliki siswa juga dapat mempengaruhi kemampuan lompat jauh gaya schnepper. Untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya schnepper, maka perlu mempertimbangkan tingkat power otot tungkai yang dimiliki siswa.