PENGARUH SUPERVISI PENDIDIKAN, ORGANISASI PROFESI GURU DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PROFESIONALITAS GURU IPS TERPADU MGMP KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011/201212

(1)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Jl. Soemantri Brojonegoro No.01 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145 Telp. (0721) 704624 Faximile (0721) 704624

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini, adalah:

1. Nama : Rizky Prasastifani

2. NPM : 0813031047

3. Program Studi : Pendidikan Ekonomi

4. Alamat : Perumahan Tanjung Raya Permai Blok C4 No.4, Tanjung Senang, Bandar Lampung

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Mei 2012 Yang Membuat Pernyataan

Rizky Prasastifani 0813031047


(2)

ABSTRAK

PENGARUH SUPERVISI PENDIDIKAN, ORGANISASI PROFESI GURU DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PROFESIONALITAS GURU

IPS TERPADU MGMP KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011/201212

Oleh

RIZKY PRASASTIFANI

Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan manusia. Pendidikan amat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Dimana salah satu aspek yang berperan adalah kesiapan guru dalam bersikap professional saat mengajar. Profesi adalah suatu jabatan, profesional adalah kemampuan atau keahlian dalam memegang suatu jabatan tertantu, sedangkan profesionalitas adalah jiwa dari suatu profesi dan profesional. Profesionalitas guru adalah sikap guru yang memiliki kompetesi, semangat, motivasi yang baik dalam mengajar untuk melaksanakan tugasnya secara baik secara ikhlas agar tujuan

pemebelajarannya dapat tercapai. Guru professional adalah guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Sikap profesionalitas dari setiap orang bahkan guru berbeda-beda. Ada guru yang memiliki sikap profesionalitas yang baik, sedang dan ada pula yang masih harus ditingkatkan. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi profesionalitas guru yang berdampak pula terhadap peningkatan kinerja guru.

Berdasarkan hal di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi profesionalitas guru IPS Terpadu MGMP Kota Bandar Lampung yang dibatasi pada variabel supervisi pendidikan, organisasi profesi guru, dan lingkungan kerja terhadap profesionalitas guru IPS Terpadu MGMP Kota Bandar Lampung tahun 2011/2012.


(3)

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan ex post facto. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota MGMP IPS Terpadu Kota Bandar Lampung yang berjumlah 124 orang, dan sampel dalam penelitian ini adalah 95 orang. Data yang terkumpul melalui angket, diolah dengan komputer melalui program SPSS versi 16. Untuk menguji

hipotesis pertama, kedua, ketiga digunakan uji regresi linier sederhana dan untuk menguji hipotesis keempat, kelima, keenam dan ketujuh digunakan uji regresi linear multiple atau ganda.

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil sebagai berikut.

1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara supervisi pendidikan terhadap profesionalitas guru IPS Terpadu MGMP Kota Bandar Lampung tahun

2011/2012 yang ditunjukkan oleh hasil uji regresi linier sederhana diperoleh r²= 0,247 pada taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan analisis data diperoleh t hitung = 5,529 sedangkan ttabel = 1,986 , ini berarti thitung > ttabel.

2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara organisasi profesi guru terhadap profesionalitas guru IPS Terpadu MGMP Kota Bandar Lampung tahun

2011/2012 yang ditunjukkan oleh hasil uji regresi linier sederhana diperoleh r²= 0,204 pada taraf signifikansi 0,05 Berdasarkan analisis data diperoleh t hitung = 4,889 sedangkan ttabel = 1,986, ini berarti thitung > ttabel.

3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara lingkungan kerja terhadap profesionalitas guru IPS Terpadu MGMP Kota Bandar Lampung tahun

2011/2012 yang ditunjukkan oleh hasil uji regresi linier sederhana diperoleh r²= 0,200 pada taraf signifikansi 0,05 Berdasarkan analisis data diperoleh t hitung = 4,827 sedangkan ttabel = 1,986, ini berarti thitung > ttabel.

4. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara supervisi pendidikan dan organisasi profesi guru secara bersama-sama terhadap profesionalitas guru IPS Terpadu MGMP Kota Bandar Lampung tahun 2011/2012 yang ditunjukkan oleh hasil uji regresi linier multiple diperoleh R²= 0,391, pada taraf signifikansi 0,05 dengan Fhitung = 29,595 sedangkan Ftabel = 3,095, ini berarti Fhitung >Ftabel.

5. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara supervisi pendidikan dan lingkungan kerja secara bersama-sama terhadap profesionalitas guru IPS

Terpadu MGMP Kota Bandar Lampung tahun 2011/2012 yang ditunjukkan oleh hasil uji regresi linier multiple diperoleh R²= 0,386, pada taraf signifikansi 0,05 dengan Fhitung = 28,950 sedangkan Ftabel = 3,095, ini berarti Fhitung >Ftabel.

6. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara organisasi profesi guru dan lingkungan kerja secara bersama-sama terhadap profesionalitas guru IPS

Terpadu MGMP Kota Bandar Lampung tahun 2011/2012 yang ditunjukkan oleh hasil uji regresi linier multiple diperoleh R²= 0,347, pada taraf signifikansi 0,05 dengan Fhitung = 24,452 sedangkan Ftabel = 3,095, ini berarti Fhitung >Ftabel.

7. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara supervisi pendidikan, organisasi profesi guru, dan lingkungan kerja terhadap profesionalitas guru IPS Terpadu MGMP Kota Bandar Lampung tahun 2011/2012 yang ditunjukkan oleh hasil uji regresi linier multiple diperoleh R²= 0,495, pada taraf signifikansi 0,05 dengan Fhitung = 29,674 sedangkan Ftabel = 2,703, ini berarti Fhitung >Ftabel.

Kata kunci : Supervisi Pendidikan, Organisasi Profesi Guru, Lingkungan Kerja dan Profesionalitas Guru.


(4)

Judul Skripsi :

Nama Mahasiswa

Nomor Pokok Mahasiswa Program Studi

Jurusan Fakultas

Pembimbing I

Drs. Hi. Nurdin, M.Si. NIP 19600817 198603 1 003

Ketua Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Drs. Buchori Asyik, M.Si. NIP 19560108 198503 1 002

Judul Skripsi : PENGARUH SUPERVISI PENDIDIKAN, ORGANISASI PROFESI GURU DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP

PROFESIONALITAS GURU IPS TERPADU MGMP KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011 / 2012

: Rizky Prasastifani Mahasiswa : 0813031047

: Pendidikan Ekonomi

: Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. KOMISI PEMBIMBING Pembimbing II

Drs. Hi. Nurdin, M.Si. Drs. Yon Rizal,

NIP 19600817 198603 1 003 NIP 19600818 198603 1 005

2. MENGETAHUI,

Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Ekonomi

Drs. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Hi. Nurdin, M.Si. 198503 1 002 NIP 19600817 198603 1 003

PENGARUH SUPERVISI PENDIDIKAN, ORGANISASI PROFESI GURU DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP

IPS TERPADU KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN

: Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

izal, M.Si 19600818 198603 1 005

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi

Drs. Hi. Nurdin, M.Si.


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Hi. Nurdin, M.Si. ...

Sekretaris : Drs. Yon Rizal, M.Si. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. R. Gunawan S, S.Pd, S.E, M.M. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 27 September 1990 dengan nama lengkap Rizky Prasastifani. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara, Putri dari pasangan Bapak Sugiharto dan Ibu Sunarti.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu:

1. TK Kartini Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 1996

2. SD Negeri 2 Rawa Laut Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2002

3. SMP Negeri 1 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2005

4. SMA Negeri 5 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2008

Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan PIPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Pada bulan Januari 2011, penulis mengikuti Kuliah Kerja

Lapangan (KKL) di Solo - Yogyakarta - Bandung - Jakarta. Pada bulan Juli 2011, penulis mengikuti Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Rukti Harjo, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah. Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Seputih Raman.


(7)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, atas izin dan ridha-Nya lah karya kecilku ini dapat diselesaikan

yang akan kupersembahkan kepada :

Kedua orang tuaku, Bapak Sugiharto dan Ibu Sunarti. Terimakasih telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh kasih sayang tanpa rasa lelah dan bosan, serta tiada henti selalu mendo’akanku dalam setiap hembusan nafasnya.

Adik-adikku, Intan Puspitasari, Ilham Hasfi R.O dan Syafira Octavia yang selalu menjadi motivasi dalam hidupku dan

selalu membuat keceriaan dalam hidupku.

Seluruh keluarga besar Tumikir Cokrodikromo dan Musliman Hadi Sumartono yang selalu menyemangatiku.

Wisnu Dwi Kusuma yang selama ini telah menambah warna-warni dunia dan keceriaan dalam hidupku

Sahabat-sahabatku yang selalu memberi semangat dan selalu bersama dalam perjuanganku mencapai cita-cita

Para pendidikku yang ku hormati

Terimakasih atas seluruh ilmu yang telah diberikan


(8)

MOTTO

“Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan”

(Al-Jaatsiyah, 45:22)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah

dengan sungguh-sungguh urusan yang lain” (Al-Insyirah, 6-7)

“Kita semua diperhatikan oleh Tuhan Yang Maha Penyayang. Tapi jika engkau ingin lebih dipehatikan,

berdoalah” (Mario Teguh)

Tanpa keberanian hidup ini tidak menyenangkan, hidup tanpa tantangan itu melumpuhkan


(9)

SANWANCANA

Allhamdulillahirobbilallamin segala puji hanya bagi ALLAH SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis junjungkan kepada Rasulullah SAW, yang selalu dinantikan syafa’atnya di Yaumul akhir nanti. Skripsi dengan judul “Pengaruh Supervisi Pendidikan, Organisasi Profesi Guru dan Lingkungan Kerja Terhadap Profesionalitas Guru IPS Terpadu MGMP Kota Bandar Lampung Tahun

2011/2012” penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak memperoleh saran maupun kritik yang bersifat membangun sekaligus merupakan sebuah pembelajaran baik dalam menambah ilmu pengetahuan maupun dalam kehidupan penulis sendiri. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila;

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M. S., selaku Pembantu Dekan I FKIP Unila; 3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II FKIP Unila; 4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., selaku Pembantu Dekan III FKIP Unila; 5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan


(10)

6. Bapak Drs. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan IPS, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, sekaligus sebagai pembimbing I yang telah sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

7. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si, selaku Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta motivasi kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini;

8. Bapak Dr. R. Gunawan Sudarmanto, S.Pd, S.E., M.M., selaku Penguji Utama terima kasih atas saran dan motivasi yang telah diberikan;

9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis;

10. Bapak Dr. H. M. Basrowi, S.Pd., M.Pd., terima kasih atas saran dan kritiknya selama ini;

11. Bapak Drs. Parwono, selaku Ketua MGMP IPS Terpadu dan Bapak/Ibu guru anggota MGMP IPS Terpadu yang telah membantu mengumpulkan data penelitian;

12. Kedua orangtua penulis, Bapak Sugiharto dan Ibu Sunarti tercinta terima kasih atas doa, dukungan, pengorbanan, dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis;

13. Seluruh keluarga besarku yang telah mendoakan keberhasilanku, adik-adikku Intan Puspitasari, Ilham Hasfi Ridho Oktafian dan Safira Octavia terima kasih atas semua yang telah kalian berikan untukku;


(11)

14. Wisnu Dwi Kusuma yang sejak dari masa SMA selalu bersama-sama mencapai cita-cita. Terima kasih atas motivasi dan segala hal yang telah diberikan;

15. Sahabat-sahabatku yang tiada dapat penulis sebutkan satu per satu, Tyas, Eli, Wulan, Laras, Aprilia, Shofaa, Nindia, Dica, Nadia, Eka, Selvina, Yeni, Novita, Anisa, Mbew, Taufik, Siska;

16. Sahabat Maho’s Andrea, Anggia, Citra, Endriyan, Gika, Meyta, Ratih, Ewa, dan Yanatika yang selama ini telah membantu memberikan saran dan dukungannya;

17. Teman-teman Ecoution ’08, Siti,Eis,Evo,Fajaria,Metra,Nastiti,

Ria,Sri,Santi,Aulia,Desy,Devy,Dinar,Dyah,Eka,Elda,Elysa,Fadila,Ferli, Fredy,Fiqih, Galih,Kiki,Lisa,Udin,Marsel,Maya,Nia,Ulan,Pepi,Puji,

Rahma,Rosi, Rudi,Windy,Wardani,Woro,Yuli,Acc,Yeni,Mitha,Joko,Chintya dan semua mahasiswa program studi Pendidikan Ekonomi dan Jurusan IPS; 18. Teman-teman PPL sekaligus KKN, Sari, Titin, Ninuk, Novi, Dena, Ririn, dan

April.

19. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Dalam menyusun Skripsi ini masih banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandar Lampung, Mei 2012 Penyusun

Rizky Prasastifani NPM. 0813031047


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Ruang Lingkup Penelitian... 10

F. Tujuan Penelitian ... 10

G. Manfaat Penelitian ... 11

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 13

1. Profesionalisme Guru ... 13

2. Supervisi Pendidikan ... 32

3. Organisasi Profesi ... 43

4. Lingkungan Kerja ... 51

B. Hasil Penelitian Relevan ... 61

C. Kerangka Pikir ... 63

D. Hipotesis ... 67

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 68

B. Populasi dan Sampel ... 69

1. Populasi ... 69

2. Sampel ... 70

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 70

D. Variabel Penelitian ... 71

E. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 72

1. Definisi Konseptual Variabel ... 72

2. Definisi Operasional Variabel ... 73

F. Teknik pengumpulan Data ... 78

1. Interview (wawancara) ... 78


(13)

Halaman

3. Angket (kuisioner) ... 79

G. Uji Persyaratan Instrumen... 79

1. Uji Validitas Angket ... 79

2. Uji Reabilitas Angket ... 83

H. Uji Persyaratan Statistik Parametrik ... 86

1. Uji Normalitas ... 86

2. Uji Homogenitas ... 86

I. Uji Persyaratan Regresi Linear Ganda (Uji Asumsi Klasik) ... 87

1. Uji Keberartian Dan Kelinearan Regresi ... 87

a) Uji Keberartian ... 87

b) Uji Kelinearan ... 88

2. Uji Multikolinearitas ... 89

3. Uji Autokorelasi ... 90

4. Uji Heteroskedastisitas ... 90

J. Pengujian Hipotesis ... 91

1. Regresi Linear Sederhana ... 91

2. Regresi Linear Ganda ... 93

IV. Kajian Pustaka, Kerangka Berpikir, dan Hipotesis A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 96

1. Sejarah Singkat Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Kota Bandar Lampung ... 96

2. Tujuan MGMP ... 98

3. Ruang Lingkup MGMP ... 98

4. Prinsip Kerja MGMP ... 98

5. Peran MGMP ... 99

6. Kolaborasi MGMP ... 99

7. Kegiatan MGMP ... 99

8. Pembiayan MGMP ... 99

B. Gambaran Umum Responden ... 102

C. Deskripsi Data ... 102

1. Data Supervisi Pendidikan ... 104

2. Data Organisasi Profesi Guru ... 106

3. Data Lingkungan Kerja ... 109

4. Data Profesionalisme Guru ... 111

D. Pengujian Persyaratan Analisi Data ... 114

1. Uji Normalitas ... 114

a) Uji Normalitas Supervisi Pendidikan ... 115

b) Uji Normalitas Organisasi Profesi Guru ... 116

c) Uji Normalitas Lingkungan Kerja ... 117

d) Uji Normalitas Profesionalisme Guru ... 118

2. Uji Homogenitas ... 119

E. Uji Persyaratan Regresi Linear Ganda ... 120

1. Uji Kelinieran Regresi ... 120

2. Uji Multikolenieritas ... 123


(14)

Halaman

4. Uji Heteroskedastisitas ... 126

F. Pengujian Hipotesis ... 128

1. Pengujian Hipotesis Pertama ... 128

2. Pengujian Hipotesis Kedua ... 130

3. Pengujian Hipotesis Ketiga ... 132

4. Pengujian Hipotesis Keempat ... 136

5. Pengujian Hipotesis Kelima ... 139

6. Pengujian Hipotesis Keenam ... 143

7. Pengujian Hipotesis Ketujuh ... 147

G. Pembahasan... 152

V. Saran A. Kesimpulan ... 165

B. Saran ... 167 DAFTAR PUSTAKA


(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data Guru dan Aktivitasnya dalam MGMP IPS Terpadu... 5

2. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 62

3. Variabel, Indikator, Sub Indikator, dan Skala Pengukuran ... 75

4. Hasil Perhitungan Uji Coba Validitas Variabel Supervisi Pendidikan ... 80

5. Hasil Perhitungan Uji Coba Validitas Variabel Organisasi Profesi Guru ... 81

6. Hasil Perhitungan Uji Coba Validitas Variabel Lingkungan Kerja ... 82

7. Hasil Perhitungan Uji Coba Validitas Variabel Profesionalisme Guru ... 82

8. Hasil Analisis Realibilitas Angket Variabel Supervisi Pendidikan ... 84

9. Hasil Analisis Realibilitas Angket Variabel Organisasi Profesi Guru ... 84

10. Hasil Analisis Realibilitas Angket Variabel Lingkungan Kerja ... 85

11. Hasil Analisis Realibilitas Angket Variabel Profesionalisme Guru ... 85

12. Analisis Varians Uji Kebeartian ... 88

13. Analisa Varias Uji Keliniearan ... 89

14. Distribusi Frekuensi Supervisi Pendidikan ... 104

15. Kategori Supervisi Pendidikan... 105

16. Distribusi Frekuensi Organisasi Profesi Guru ... 106

17. Kategori Organisasi Profesi Guru ... 107

18. Distribusi Frekuensi Lingkungan Kerja ... 109

19. Kategori Lingkungan Kerja ... 110

20. Distribusi Frekuensi Profesionalisme Guru ... 112

21. Kategori Profesionalisme Guru ... 113

22. Hasil Pengujian Normalitas Variabel X1 Dengan Menggunakan SPSS ... 115

23. Hasil Pengujian Normalitas Variabel X2 Dengan Menggunakan SPSS ... 116

24. Hasil Pengujian Normalitas Variabel X3 Dengan Menggunakan SPSS ... 117

25. Hasil Pengujian Normalitas Variabel YDengan Menggunakan SPSS ... 118

26. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas ... 119

27. Hasil Pengujian HomogenitasDengan Menggunakan SPSS ... 120

28. Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas ... 120

29. Hasil Uji Kelinearan Regresi untuk X1 ... 121

30. Hasil Uji Kelinearan Regresi untuk X2 ... 122

31. Hasil Uji Kelinearan Regresi untuk X3 ... 122

32. Kesimpulan Hasil Uji Linearitas Garis Regresi ... 123

33. Hasil Uji Multikolinearitas... 123

34. Rekapitulasi Hasil Uji Multikolinearitas ... 125

35. Hasil Uji Autokorelasi ... 126


(16)

xiv

Tabel Halaman

37. Rekapitulasi Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 127

38. Tabel Model Summary X1 - Y ... 129

39. Tabel Coefficients X1 - Y ... 129

40. Tabel Model Summary X2 - Y ... 131

41. Tabel Coefficients X2 - Y ... 132

42. Tabel Model Summary X3 - Y ... 133

43. Tabel Coefficients X3 - Y ... 134

44. Tabel Model Summary X1, X2 - Y ... 135

45. Tabel Anova X1, X2 - Y ... 136

46. Tabel Coefficients X1, X2 - Y ... 138

47. Tabel Excluded Variables X1, X2 - Y ... 139

48. Tabel Model Summary X1, X3 - Y ... 139

49. Tabel Anova X1, X3 - Y ... 140

50. Tabel Coefficients X1, X3 - Y ... 142

51. Tabel Excluded Variables X1, X3 - Y ... 143

52. Tabel Model Summary X2, X3 - Y ... 143

53. Tabel Anova X2, X3 - Y ... 144

54. Tabel Coefficients X2, X3 - Y ... 146

55. Tabel Excluded Variables X2, X3 - Y ... 147

56. Tabel Model Summary X2, X3 - Y ... 147

57. Tabel Anova X2, X3 - Y ... 148

58. Tabel Coefficients X2, X3 - Y ... 150


(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori. Paradigma ganda dengan tiga variabel independen ... 66

2. Hubungan + Alur Kerja Guru MGMP IPS Terpadu ... 102

3. Kurva Normal Q-Q Plot X1 ... 115

4. Kurva Normal Q-Q Plot X2 ... 116

5. Kurva Normal Q-Q Plot X3 ... 117


(18)

I. PENDAHULUAN

Pada bab pertama ini penulis akan membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan manusia. Pendidikan amat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu pendidikan karena guru berperan langsung dalam proses pendidikan. Mengingat keberadaan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar sangat berpengaruh, maka sudah semestinya kualitas guru harus diperhatikan.


(19)

2 Usman (2006: 15) mendefinisikan bahwa, “Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.” Selanjutnya dalam Shofiana (2008:1), Kamal Muhammad Isa

mengemukakan bahwa “Guru atau pendidik adalah pemimpin sejati, pembimbing dan pengarah yang bijaksana, pencetak para tokoh dan pemimpin ummat.”

Pendapat lain dikemukakan oleh Sholeh (2006: 3) mengungkapkan bahwa: Dalam proses pendidikan, guru tidak hanya menjalankan fungsi alih ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tapi juga berfungsi untuk

menanamkan nilai (values) serta membangun karakter (character building) peserta didik secara berkelanjutan. Dalam terminologi Islam, guru

diistilahkan dengan murabby, satu akar kata dengan rabb yang berarti Tuhan. Jadi, fungsi dan peran guru dalam sistem pendidikan merupakan salah satu manifestasi dari sifat ketuhanan. Demikian mulianya posisi guru, sampai-sampai Tuhan, dalam pengertian sebagai rabb mengidentifikasi diri-Nya sebagai rabbul’alamin, Sang Maha Guru, Guru seluruh jagad raya. Menanggapi apa yang telah dikemukakan oleh Asrorun Ni’am Sholeh, penulis memahami bahwa profesi mengajar adalah suatu pekerjaan yang memiliki nilai kemuliaan dan ibadah. Mengajar adalah suatu kewajiban bagi setiap orang yang memiliki pengetahuan. Selanjutnya, mengingat mengajar adalah suatu kewajiban bagi setiap orang yang memiliki pengetahuan, maka sudah sepantasnya bagi orang yang tidak menyampaikan ilmu pengetahuan maka akan berakibat dosa bagi dirinya. Profesi mengajar merupakan kewajiban yang hanya dibebankan kepada orang yang berpengetahuan.

Sehingga profesi mengajar harus didasarkan pada adanya kompetensi dan kualifikasi tertentu bagi setiap orang yang hendak mengajar. Secara umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolok ukur bagi keberhasilan kinerja profesionalitas


(20)

3 yang ditunjukkan guru. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa: Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Kontroversi antara kondisi ideal yang harus dijalani guru sesuai harapan Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dengan

kenyataan yang terjadi merupakan suatu hal yang perlu dicermati secara mendalam tentang faktor penyebab munculnya dilema tersebut. Sebab hanya dengan memahami faktor yang berpengaruh terhadap profesionalitas guru maka dapat dicari alternatif pemecahannya sehingga faktor tersebut bukan menjadi hambatan bagi peningkatan profesionalitas guru melainkan mampu meningkatkan dan mendorong profesionalitas guru kearah yang lebih baik.

Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang professional itu harus menguasai seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dikuasai dan dikembangkan melalui tingkat pendidikan tertentu. Seorang guru yang benar-benar sadar dengan tugas dan tanggung jawab serta kewajibannya dalam proses belajar mengajar, tentunya akan selalu introspeksi diri dan selalu berusaha ingin maju agar mampu menyelesaikan tugasnya sebagai seorang pendidik. Untuk itu guru dituntut agar selalu berusaha meningkatkan kualitas kemampuannya dengan menambah pengetahuan, memperkaya pengalaman, memperbanyak buku bacaan, mengikuti seminar, lokakarya dan lain-lain.


(21)

4 Peningkatan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar akan berhasil

dilakukan jika adanya kemauan dan usaha dari para guru. Menurut Soetjipto dan Kosasi (2004: 230) bahwa:

Seringkali guru masih belum mengetahui jenis, prosedur, dan mekanisme memperoleh berbagai sumber yang sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan profesionalisme mereka. Pengetahuan tentang supervisi pendidikan memberikan bantuan kepada guru dalam merencanakan dan melaksanakan peningkatan profesional mereka dengan memanfaatkan sumber yang tersedia.

Organisasi profesi adalah tempat berkumpulnya dua orang atau lebih manusia yang memiliki profesi atau pekerjaan yang sama. Dengan adanya organisasi profesi guru diharapkan dapat meningkatkan profesionalitas sesorang. Karena dari organisasi profesi guru mereka dapat saling berdiskusi membahas kendala yang dihadapinya dalam menjalankan tugasnya. Begitu juga dengan guru, organisasi profesi guru dibuat untuk menjalin komunikasi yang lebih baik lagi dari rekan satu profesi. Organisai guru yang ada saat ini misalnya, PGRI, MGMP, ISPI dan lain-lain.

Lingkungan Kerja adalah hal yang paling mempengaruhi suasana kerja seseorang. Karena hampir separuh hari seseorang dihabiskan di tempat kerja mereka.

Seseorang akan bekerja dengan baik serta penuh tanggung jawab apabila

didukung oleh situasi dan kondisi lingkungan kerja yang menyenangkan dan iklim yang kondusif. Begitu juga dengan profesi mengajar, lingkungan kerja yang aman dan nyaman akan membawa dan menambahkan semangat para pekerja.

Profesionalitas seorang guru dapat dilihat dari beberapa hal, dalam hal ini penulis mengambil contoh dari keaktifan guru dalam melakukan penelitian tindakan kelas (PTK), keaktifan guru dalam menulis atau membuat artikel di koran dan surat


(22)

5 kabar, atau menjadi pembina dalam organisasi maupun kelompok kerja guru dan siswa. Berikut data dari MGMP mata pelajaran IPS Terpadu Kota Bandar

Lampung mengenai data guru yang lulus sertifikasi, data guru yang pernah menulis di koran atau surat kabar, data guru yang pernah membuat PTK, dan data guru yang pernah menjadi pembina kegiatan intrakurikuler dan ekstrakuler siswa.

Tabel 1. Data Guru dan Aktivitasnya dalam MGMP IPS Terpadu

No Indikator Jumlah Persentase 1 Guru yang sudah mendapat sertifikasi guru 70 orang 56, 4 % 2 Guru yang pernah menulis di surat kabar 5 orang 4, 03 % 3 Guru yang pernah membuat PTK 15 orang 12, 09 % 4 Guru yang pernah membimbing atau

menjadi pembina kegiatan siswa 17 orang 13, 07 % 5 Guru yang rutin mengikuti pelatihan di

MGMP 65 orang 52, 4 %

6 Guru yang menyiapkan perangkat

pembelajaran secara mandiri 40 orang 32, 2 % Sumber: Hasil wawancara dengan ketua MGMP IPS Terpadu dan anggota MGMP IPS Terpadu

Berdasarkan data yang diperoleh oleh penulis dari MGMP mata pelajaran IPS Terpadu Kota Bandar Lampung, terlihat bahwa masih terdapat guru yang kurang dalam sikap profesionalitasnya. Dari hasil wawancara dengan ketua MGMP IPS Terpadu, di dapat informasi bahwa, sebagian anggota MGMP IPS Terpadu aktif dalam pertemuan MGMP bila pada awal tahun ajaran baru. Itu juga dikarenakan untuk mendapatkan informasi tentang perangkat pembelajaran. Padahal MGMP dipersiapkan untuk membahas masalah-masalah dalam pembelajaran IPS Terpadu baik untuk guru yang mengajar pada kelas 7, 8, dan 9. Menurut ketua MGMP, terkadang walaupun telah diadakan pelatihan-pelatihan model pembelajaran, masih ada guru yang tidak menerapkan ilmu yang sudah didapatnya dari pertemuan MGMP.


(23)

6 Menurutnya, hal ini mungkin disebabkan oleh kesibukan para guru dan keadaan di sekolah yang kurang memadai. Biasanya tidak semua sekolah dapat memberikan lingkungan kerja yang memadai dan nyaman. Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota MGMP, diperoleh data bahwa adanya supervisi pendidikan biasanya hanya dilakukan dari pihak sekolah. Supervisi yang dilakukan berbentuk supervisi klinis. Supervisi ini dilakukan oleh wakil kepala (waka) bidang

kurikulum dan frekuensinya masih belum teratur. Supervisi pendidikan dari pihak pengawas juga belum efektif dilakukan.

Untuk itu, faktor-faktor yang mempengaruhi profesionalitas guru dipandang perlu untuk dipelajari, ditelaah dan dikaji secara mendalam. Agar dapat memberikan gambaran yang jelas faktor yang lebih berperan dan urgen yang mempengaruhi profesionalitas guru sehingga nantinya profesionalitas guru dapat berjalan lebih baik lagi. Dari beberapa faktor yang diduga mempengaruhi profesionalitas guru, penulis dalam penelitian ini lebih mengkhususkan untuk meneliti faktor supervisi pendidikan organisasi profesi guru dan lingkungan kerja.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan membahasnya dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pengaruh Supervisi Pendidikan, Organisasi Profesi Guru Dan Lingkungan Kerja Terhadap Profesionalitas Guru IPS Terpadu MGMP Kota Bandar Lampung Tahun 2011/2012”


(24)

7 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasikan sejumlah permasalahan sebagai berikut.

1. Pentingnya guru profesional dalam era globalisasi sebagai pencetak para tokoh dan profesi lainnya.

2. Rendahnya profesionalitas guru meskipun sudah tersertifikasi ditunjukkan dengan kurang aktifnya guru dalam melaksanakan pengembangan diri. 3. Organisasi profesi guru yang belum termanfaatkan untuk meningkatkan

profesionalitas guru. Hanya dijadikan sebagai syarat dalam profesinya. Belum dimanfaatkan untuk memberikan kontribusi lebih dalam

pengembangan pofesinya

4. Masih kurang kesadaran guru untuk membahas permasalahan-permasalahan dalam mengajar. Kurangnya pengoptimalan dalam organisasi profesi guru.

5. Kurangnya penerapan ilmu yang didapat dari pelatihan dalam melaksanakan proses pembelajaran.

6. Kegiatan supervisi pendidikan yang seharusnya membantu guru dalam mengevaluasi pekerjaannya masih kurang dilakukan. Sehingga guru kurang menyadari kekurangan yang dimilikinya.

7. Lingkungan kerja dan fasilitas guru yang belum memadai membuat guru kurang. Hal ini juga membuat guru kurang maksimal dalam memanfaatkan fasilitas yang ada untuk proses pembelajaran.


(25)

8

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian ini lebih fokus dan tidak menyimpang dari apa yang ingin diteliti, maka penulis membatasi penelitian ini pada permasalahan sebagai berikut:

1) Secara garis besar, permasalahan yang menyangkut dengan faktor yang mempengaruhi profesionalitas guru (Y) sangat kompleks sekali. Adapun pada penelitian ini, profesionalitas guru yang dimaksud adalah

profesionalitas guru yang tergabung dalam kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Mata Pelajaran IPS Terpadu di Kota Bandar Lampung

2) Sedangkan faktor yang diduga mempengaruhi profesionalime guru dalam penelitian ini diambil menjadi tiga faktor saja dari sekian banyak faktor yang diduga mempengaruhi profesionalitas guru. Faktor itu adalah supervisi pendidikan (X1), lingkungan kerja (X2), dan organisasi profesi guru (X3).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah:

1. Apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara supervisi pendidikan terhadap profesionalitas guru IPS Terpadu MGMP Kota Bandar Lampung tahun 2011/2012?


(26)

9 2. Apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara organisasi profesi

guru terhadap profesionalitas guru IPS Terpadu MGMP Kota Bandar Lampung tahun 2011/2012?

3. Apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara lingkungan kerja terhadap profesionalitas guru IPS Terpadu MGMP Kota Bandar Lampung tahun 2011/2012?

4. Apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara supervisi

pendidikan dan organisasi profesi guru terhadap profesionalitas guru IPS Terpadu MGMP Kota Bandar Lampung tahun 2011/2012?

5. Apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara supervisi pendidikan dan lingkungan kerja terhadap profesionalitas guru IPS Terpadu MGMP Kota Bandar Lampung tahun 2011/2012?

6. Apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara organisasi profesi guru dan lingkungan kerja terhadap profesionalitas guru IPS Terpadu MGMP Kota Bandar Lampung tahun 2011/2012?

7. Apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara supervisi pendidikan, organisasi profesi guru, dan lingkungan kerja terhadap profesionalitas guru IPS Terpadu MGMP Kota Bandar Lampung tahun 2011/2012?


(27)

10 E. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut. 1. Ruang lingkup objek

Ruang lingkup objek penelitian ini adalah supervisi pendidikan, lingkungan kerja, organisasi profesi guru dan profesionalitas guru. 2. Ruang lingkup subjek

Ruang lingkup subjek adalah seluruh guru anggota MGMP IPS Terpadu Kota Bandar Lampung.

3. Ruang lingkup tempat

Ruang lingkup tempat penelitian ini adalah MGMP IPS Terpadu Kota Bandar Lampung.

4. Ruang lingkup waktu

Ruang lingkup waktu penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2011/2012. 5. Disiplin Ilmu

Disiplin ilmu yang berhubungan dengan penelitian ini adalah aspek-aspek supervisi pendidikan, organisasi profesi, lingkungan kerja dan kompetensi guru yang berhubungan dengan profesionalitas guru.

F. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh supervisi pendidikan terhadap profesionalitas guru IPS Terpadu MGMP Kota Bandar Lampung tahun 2011/2012.

2. Pengaruh organisasi profesi terhadap profesionalitas guru IPS Terpadu MGMP Kota Bandar Lampung tahun 2011/2012.


(28)

11 3. Pengaruh lingkungan kerja terhadap profesionalitas guru IPS Terpadu

MGMP Kota Bandar Lampung tahun 2011/2012.

4. Pengaruh supervisi pendidikan dan organisasi profesi guru terhadap profesionalitas di MGMP IPS Terpadu Kota Bandar Lampung tahun 2011 / 2012.

5. Pengaruh supervisi pendidikan dan lingkungan kerja terhadap

profesionalitas di MGMP IPS Terpadu Kota Bandar Lampung tahun 2011 / 2012.

6. Pengaruh organisasi profesi guru dan lingkungan kerja terhadap

profesionalitas di MGMP IPS Terpadu Kota Bandar Lampung tahun 2011 / 2012.

7. Pengaruh supervisi pendidikan, organisasi profesi guru, dan lingkungan kerja terhadap profesionalitas guru IPS Terpadu MGMP Kota Bandar Lampung tahun 2011/2012.

G. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang hendak dicapai dari hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk:

1. Secara teoritis

a. Melengkapi dan memperkaya khasanah keilmuan serta teori yang sudah diperoleh melalui penelitian sebelumnya dan menyajikan suatu wawasan khusus tentang kajian-kajian supervisi pendidikan, organisasi profesi guru, dan lingkungan kerja guru untuk meningkatkan profesionalitas guru.


(29)

12 2. Secara praktis

a. Memberikan sumbangan pemikiran kepada para kepala sekolah, seluruh tenaga pendidik (guru), dan stakeholders pendidikan untuk meningkatkan supervisi pendidikan, mengoptimalkan efektivitas organisasi kerja guru sebagai tempat bertukar informasi yang baik dan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman untuk meningkatkan profesionalitas guru sesuai dengan apa yang diharapkan.

b. Sebagai bahan referensi bagi semua pihak yang bermaksud melakukan penelitian lebih lanjut.

c. Bagi lembaga (instansi) yang terkait, diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam meningkatkan kaderisasi pendidik baik untuk saat ini maupun untuk yang akan datang.

d. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan mendapat informasi baru mengenai pengetahuan tentang profesionalitas yang harus dimiliki seorang guru. Sehingga dengan demikian, dapat memberikan masukan dan


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

Pada bab kedua ini, penulis akan membahas tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan yang telah dilakukan orang lain sebelumnya, kerangka pikir, dan hipotesis. Berdasarkan teori dan hasil penelitian yang relevan yang telah dikumpulkan oleh peneliti tentang masing-masing variabel yang akan diteliti, selanjutnya peneliti membuat dugaan sementara (hipotesis) dan mendesain rancangan penelitian yang akan dilakukan.

A. Tinjauan Pustaka

1. Profesionalitas Guru

a) Pengertian Profesionalitas Guru

Sebelum mengarah kepada pengertian profesionalitas, maka lebih dulu kita mencari akar kata dari profesionalitas, yaitu profesi. Kata profesi masuk ke dalam Bahasa Indonesia yang berasal dari kata profession. Adapun maknanya yang terkandung adalah pengakuan atau pernyataan. Menurut Arifin pada Sofiana (2008: 10) kata profesi berasal dari kata “profession”. Profession memiliki makna yang sama dengan kata Occupation yang berarti pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan khusus. Dengan kata lain, profesi dapat diartikan sebagai suatu bidang keahlian khusus yang menangani lapangan kerja tertentu.


(31)

14 Selanjtnya Arifin pada Sofiana (2008: 11) menambahkan bahwa:

“Profesionalitas” adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. Dengan demikian, sebutan profesionalitas lebih menggambarkan suatu

“keadaan”derajat keprofesian seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan, dan keahlianyang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya. Dalam hal ini guru diharapkan memiliki profesionalitas keguruan yang memadai sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara efektif.

Profesionalitas bisa didefinisikan sebagai penguasaan terhadap ilmu pengetahuan tertentu atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya.

Maister dalam Hidayanto (2009: 27) mengemukakan bahwa profesionalitas bukan sekedar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap. Pengembangan profesionalitas lebih dari seorang teknisi dan bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku

yang dipersyaratkan.

Menurut Yamin (2007: 3) bahwa, ”Profesi mempunyai pengertian seseorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik, dan prosedur berlandaskan intelektualitas.” Namun, Jasin Muhammad yang dikutip oleh Namsa (2006: 29), beliau menjelaskan bahwa:

Profesi adalah suatu lapangan pekerjaan yang dalam melakukan tugasnya memerlukan teknik dan prosedur ilmiah, memiliki dedikasi serta cara menyikapi lapangan pekerjaan yang berorientasi pada pelayanan yang ahli. Pengertian profesi ini tersirat makna bahwa di dalam suatu pekerjaan profesional diperlukan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual yang mengacu pada pelayanan yang ahli.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk

menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Sedangkan profesional adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan


(32)

15 hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang. Makna profesionalitas mempunyai perbedaan yang mendasar, profesionalitas dapat juga mencakup kemampuan untuk bertindak secara professional dan sungguh-sungguh dalam perihal keprofesian (profesi). Profesionalisme sendiri merupakan komitmen para anggota dalam suatu profesi untuk secara terus menerus meningkatkan

kemampuannya.

Syamsudin (1999: 95) berpendapat bahwa, “Pembahasan tentang profesi melibatkan beberapa istilah yang berkaitan, yaitu: profesi, profesionalitas, profesional, profesionalisasi, dan profesionalisme.” Profesi menunjuk pada suatu pelayanan atau jabatan yang menuntut kehlian, tanggung jawab, dan kesetiaan terhadapnya.” Sedangkan Kariman dalam buku Uno (2008: 15) menganggap bahwa, ”Profesionalisme seorang guru merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan , yaitu pemahaman tentang

pembelajaran, kurikulum, dan perkembangannya manusia termasuk gaya belajar.” Kunandar (2007: 46) menyatakan, “Pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.”


(33)

16 Sehingga dapat dikatakan bahwa, profesionalitas guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang

pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Sementara itu, guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Sedangkan Oemar Hamalik (2006: 27) mengemukakan bahwa, “Guru professional merupakan orang yang telah menempuh program pendidikan guru dan memiliki tingkat master serta telah mendapat ijazah negara dan telah berpengalaman dalam mengajar pada kelas-kelas besar.” Rusman (2011: 19) mendefinisikan Profesionalisme guru sebagai berikut.

Kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pembelajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Sementara itu, guru yang professional adalah guru yang memiliki kompetensi yang

dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pembelajaran. Guru professional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang luas dibidangnya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, profesi adalah suatu jabatan, profesional adalah kemampuan atau keahlian dalam memegang suatu jabatan tertentu, sedangkan profesionalitas adalah jiwa dari suatu profesi dan profesional. Dengan demikian, profesionalitas guru dalam penelitian ini adalah profesionalitas guru dalam bidang studi IPS Terpadu, yaitu seorang guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang studi IPS Terpadu yang telah mendapat menempuh pendidikan khusus dalam bidang pendidikan. Ia juga berpengalaman dalam mengajar IPS Terpadu sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru IPS Terpadu dengan kemampuan tinggi.


(34)

17

b) Kriteria Guru Sebagai Profesi

Terdapat beberapa penjelasan dari para ahli mengenai konsep guru dan guru profesional. Menurut Adler dalam buku Bafadal (2006: 3-5) bahwa, ”Guru merupakan unsur manusiawi yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik dalam upaya keberhasilan pendidikan.”

Menurut Rice dan Bishporick dalam Bafadal (2006: 3-5) bahwa, ”Guru profesional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam

melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari.” Glickman juga mengatakan dalam buku Bafadal (2006: 3-5) bahwa:

Seseorang akan bekerja secara profesional bilamana orang tersebut memiliki kemampuan (ability) dan motivasi (motivation). Maksudnya seseorang akan bekerja secara profesionalisme bilamana memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya seseorang tidak akan bekerja secara profesional bilamana hanya memenuhi salah satu di antara dua syarat di atas. Jadi, betapa pun tingginya kemampuan seseorang ia tidak akan bekerja secara profesional apabila tidak memiliki motivasi kerja seseorang ia tidak akan sempurna dalam

menyelesaikan tugas-tugasnya bilamana ia tidak didukung oleh kemampuan. Menurut Glen Langford dalam buku yang ditulis oleh Yamin (2007: 14)

menjelaskan, kriteria profesi mencakup: (1) upah, (2) memiliki pengetahuan dan keterampilan, (3) memiliki rasa tanggung jawab dan tujuan, (4) mengutamakan layanan, (5) memiliki kesatuan, (6) mendapat pengakuan dari orang lain atas pekerjaan yang digelutinya.

Kemudian Robert W. Richey dalam Namsa (2006: 37) mengemukakan ciri-ciri sekaligus syarat-syarat dari suatu profesi sebagai berikut:

a) Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal daripada kepentingan pribadi.


(35)

18 panjang untuk mempelajari konsep-konsep serta prinsip-prinsip

pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya.

c) Memiliki kualifikasi tertentu untuk memenuhi profesi tersebut serta mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.

d) Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku sikap serta cara kerja.

e) Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.

f) Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan disiplin diri dalam profesi, serta kesejahtraan anggotannya.

g) Memandang profesi sebagai suatu karier hidup (a live carier) dan menjadi seorang anggota yang permanen.

Bila diperhatikan ciri-ciri profesi di atas nampaknya bahwa profesi guru tidak mungkin dikenakan pada sembarang orang yang dipandang oleh masyarakat umum sebagai pendidik. Pekerjaan profesi harus berorientasi pada layanan sosial. Seorang profesional ialah orang yang melayani kebutuhan anggota masyarakat baik secara perorangan maupun kelompok. Sebagai orang yang memberikan pelayanan sudah tentu membutuhkan sikap rendah hati dan budi halus. Sikap dan budi halus ini menjadi sarana bagi terjalinnya hubungan yang baik yang ikut menentukan keberhasilan profesi.

Terdapat beberapa prinsip mengajar dalam Uno (2008: 16) agar guru dapat melaksanakan tugasnya secara professional, sebagai berikut.

1) Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi pelajaran yang diberikan serta dapat menggunakan berbagai media dari sumber belajar yang bervariasi.

2) Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam berpikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.

3) Guru harus dapat membuat urutan (sequence) dalam pemberian pelajaran dan penyesuaian dengan usia dan tahapan tugas perkembangan peserta didik.

4) Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik (kegiatan apersepsi), agar peserta didik menjadi mudah dalam memahami pelajaran yang

diterimanya.

5) Sesuai dengan prinsip repetisi dalam proses pembelajaran, diharapkan guru dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang hingga tanggapan peserta didik menjadi jelas.


(36)

19 6) Guru wajib memerhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara

mata pelajaran dan/atau pratik nyatanya dalama kehiduan sehari-hari. 7) Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan

cara memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung, mengamati/meneliti, dan menyimpulkan pengetahuan yang dihadapinya. 8) Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina

hubungan sosial, baik dalam kelas maupun di luar kelas.

9) Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta secara

individual agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaanya tersebut. Adapun pengertian guru menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 dalam buku Susanto (2007: 29) tentang Guru dan Dosen, yakni sebagaimana tercantum dalam Bab I Ketentuan Umum pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa:

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah.”

Sedangkan dalam Bab1 pasal 1 angka 6 UU Sisdiknas dalam Susanto (2007: 29): Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen … serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Pada pasal 1 angka 4 UUGD dalam Sujanto (2007: 29) menjelaskan bahwa :

Profesionalisme adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang yang menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan professi.”

Berdasarkan penjabaran di atas dapat dilihat bahwa Undang Undang sudah mengatur dengan begitu jelas bahwa bagaimana seharusnya cirri seorang guru. Selanjutnya tergantung dari kemauan politik pemerintah dan kemauan kita bersama untuk menuju menjadi guru professional. Dimana guru kita di didik berkeahlian untuk mengajar dengan kemahiran dan kecakapan. Hal ini diperoleh


(37)

20 melalui proses pembelajaran di kelas dan praktek lapangan, dengan matakuliah yang khusus untuk persiapan mengajar. Secara konseptual, unjuk kerja guru menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana yang dikutip oleh Yamin (2007: 4) mencakup tiga aspek, yaitu (a) kemampuan profesional, (b) kemampuan sosial, dan (c) kemampuan personal (pribadi). Menurut Soedijarto dalam Kusnandar (2007: 57) kemampuan professional guru meliputi:

1) Merancang dan merencanakan program pembelajaran. 2) Mengembangkan program pembelajaran

3) Mengelola pelaksanaan program pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa profesionalitas guru adalah sikap guru yang memiliki kompetesi, semangat, motivasi yang baik dalam mengajar untuk melaksanakan tugasnya secara baik secara ikhlas agar tujuan pemebelajarannya dapat tercapai. Guru professional adalah guru yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal, guru yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Dan sikap profesionalitas guru dapat terlihat dari beberapa cirinya, yaitu:

a) Mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang secara terus menerus di

up grade;

b) Loyalitas pada pekerjaan yang tinggi selalu termotivasi dalam bekerja; c) Mengabdi pada masyarakat secara tulus dan iklas;

d) Tidak selalu memadvertising jasa-jasanya kepada orang lain; dan e) Mengikuti organisasi profesinya dengan baik.


(38)

21

c) Ciri Profesionalitas Guru

Seseorang disebut profesional, minimal memiliki 2 ciri, yakni kompeten dan sertifikat. Berkompeten, artinya memiliki kecakapan sesuai standar kerja

profesinya. Menguasai Standar Operasional Prosedur. Hal ini harus dibuktikan dalam perbuatan, dalam performansi. Jika ia seorang guru, maka kompetensi minimal harus menguasai substansi, metode dan evaluasi.

Seorang profesional juga perlu dukungan legalitas, yakni sertifikat.

Sertifikat merupakan bukti yang syah yang dikeluarkan lembaga berwenang bahwa yang bersangkutan memiliki kompetensi seperti yang tertulis di sertifikat tersebut. Berkompeten dan menunjukkan performansi sesuai predikatnyamerupak an ciri utama guru profesional. Ini adalah ciri empirik yangterlihat sehari-hari. Tentu saja masih banyak ciri profesionalitas di luar yang dijelaskan di atas. Surachmad (2004: 5) mengidentifikasi sejumlah ciri yang mendasar yang diperlukan bagi guru profesional, yang dapat diakronimkan dengan lima huruf berbunyi “HADITS”. Guru disebut profesional jika memiliki:

1. Hasrat, 2. Amanah, 3. Dewasa, 4. Interpersonal, 5. Teladan, dan 6. Setia.

1. Hasrat

Guru profesional jika memiliki hasrat terus berkembang.

Manusia ini adalah pembelajar. Ia gemar ilmu pengetahuan danmampu menerima perubahan sebagai syarat kemajuan. Dengan jiwa terbuka dan obyektif, guru lebih mudah melibatkan diri dalam prosesinovatif dan pembaharuan pada umumnya.

2. Amanah

Guru profesional amanah pada tugas. Ia menerimatanggung jawab mengajar sebagai pengabdian. Berbeda dari sekedar pencari kerja, guru


(39)

22 lebih dari sekedar pegawai atau pencari nafkah.Mengajar bukan sekedar pekerjaan, tetapi lebih bernilai ibadah.

3. Dewasa

Guru profesional berpandangan hidup dewasa. Ia memiliki prinsip dan pola hidup yang jelas serta konsisten. Dalam sikap dan pembawaan serta dalam pergaulan dan pekerjaan guru menjadikan prinsip dan nilai hidup sebagai rujukan.

4. Interpersonal

Guru profesional memiliki sifat interpersonal yangkuat. Ia memiliki empati, hangat, dan mudah bergaul dengan sesamamanusia. Khususnya dengan anak didiknya. Dalam sikap dan tingkahlakunya ia senantiasa melahirkan suasana ramah dan bersahabat.

5. Teladan

Guru profesional berperangai teladan. Ia hidup dengan moral yang bersih, jujur, teratur dan efisien. Ia menunjukkan kebiasaanhidup terencana.

6. Setia

Guru profesional setia pada tugas. Bangga dengan profesinya. Membela kepentingan anak didiknya demi masa depan yang lebih baik. Tidak menyesal menjalani profesi guru, apapun resikonya.

Di Indonesia, prinsip-prinsip profesionalitas disebutkan dalam UU No. 14 Tahun 2005 dalam Hidayanto (2009: 28) sebagai berikut.

1) Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang

dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: (a) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (b)memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; (c) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan

sesuaidengan bidang tugas; (d) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidangtugas; (e) memiliki tanggung jawab atas

pelaksanaan tugas keprofesionalan; (f).memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (g) memiliki

kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (h) memiliki jaminan perlindungan hukum dalammelaksanakan tugas keprofesionalan; dan (i) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

2) Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan

secara demokratis berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilaikeagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.


(40)

23

d) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru

Usaha untuk meningkatkan dan mewujudkan professional guru dalam pendidikan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi upaya peningkatan profesionalisme guru dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

(sumber:http://Suciptoardi.wordpress.com // profesionalisme-duniapendidikan/ diakses tanggal 11-11-2011.

1. Faktor Internal

Faktor internal ini sebenarnya berkaitan erat dengan syarat-syarat menjadi seorang guru. Adapun faktor yang dimaksud antara lain:

a. Latar belakang pendidikan guru

Salah satu syarat utama yang harus dipenuhi seorang guru sebelum

mengajar adalah harus memiliki ijazah keguruan. Dengan ijazah keguruan tersebut, guru memiliki bukti pengalaman mengajar dan bekal pengetahuan baik pedagogis maupun didaktis, yang sangat besar pengaruhnya untuk membantu pelaksanaan tugas guru. Sebaliknya tanpa adanya bekal pengetahuan tentang pengelolaan kelas, proses belajar mengajar dan lain sebagainya, dia akan merasa kesulitan untuk dapat meningkatkan kualitas keguruannya. Sebagaimana dikatakan Ali Saifullah, bahwa proses

keberhasilan guru itu ditentukan oleh pendidikan, persiapan, pengalaman kerja dan kepribadian guru. Dengan demikian ijazah yang dimliliki guru akan nenunjang pelaksanaan tugas mengajar guru itu sendiri.

b. Pengalaman mengajar guru

Kemampuan guru dalam menjalankan tugas sangat berpengaruh terhadap peningkatan profesionalisme guru. Hal ini ditentukan oleh pengalaman mengajar guru terutama pada latar belakang pendidikan guru. Bagi guru yang belum sberpengalaman mengajarnya baru satu tahun misalnya, akan berbeda dengan guru yang berpengalaman mengajarnya telah bertahun-tahun. Sehingga semakin lama dan semakin banyak pengalaman mengajar, semakin sempurna tugas dalam mengantarkan anak didiknya untuk

mencapai tujuan belajar.

c. Keadaan kesehatan guru

Kalau kesehatan jasmani guru terganggu, misalnya badan terasa lemah dan sebagainya, maka hal tersebut akan mengganggu kesehatan rohaninya dan ini akan berpengaruh pada etos kerja yang menjadi semakin berkurang. Kalau kesehatan rohani sehat maka kenungkinan kesehatan jasmaninya sehat, begitu juga sebaliknya. Maka dengan kondisi jasmani yang sehat akan


(41)

24 menghasilkan proses belajar mangajar sesuai yang diharapkan. Amir D. mengemukakan bahwa "Seorang guru harus mempunyai tubuh yang sehat, sehat dalam arti tidak sakit dan dalam arti kuat, mempunyai energi cukup sempurna . Jadi guru yang sehat akan dapat mengerjakan tugas-tugas sebagai guru dengan baik, karena tugas-tugas itu menuntut energi yang cukup banyak. Terganggunya kesehatan guru akan mempengaruhi kegiatan proses belajar mengajar, terutama dalam meningkatkan profesionalismenya.

d. Keadaan kesejahteraan ekonomi guru

Seorang guru jika terpenuhi kebutuhannya, maka ia akan lebih percaya diri sendiri merasa lebih aman dalam bekerja maupun kontak-kontak sosial lainnya. Sebaliknya jika guru tidak dapat memenuhi kebutuhannya karena disebabkan gaji yang dibawah rata-rata, terlalu banyaknya potongan dan kurang terpenuhinya kebutuhan lainnya, akan menimbulkan pengaruh negatif, seperti mencari usaha lain dengan mencari pekerjaan diluar jam-jam mengajar, dan hal yang demikian jika dibiarkan berjalan terus menerus akan sangat menganggu efektifitas pekerjaan sebagai guru. Dan hal ini akan mempengaruhi terhadap upaya peningkatan profesionalisme guru. Selanjutnya, faktor- faktor eksternalnya adalah sebagai berikut.

(sumber: http://Suciptoardi.wordpress.com// profesionalisme-duniapendidikan/ diakses tanggal 11-11-2011.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi peningkatan profesionalisme guru diantaranya:

a. Sarana pendidikan

Dalam proses belajar mengajar sarana pendidikan merupakan faktor dominan dalam menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan tersedianya sarana yang memadai akan mempermudah pencapain tujuan pembelajaran ,sebaliknya keterbatasan sarana pendidikan akan menghambat tujuan proses belajar mengajar. Terbatasnya sarana pendidikan dan alat peraga dalam proses belajar mengajar secara tidak langsung akan menghambat profesional guru. Jadi dengan demikian sarana pendidikan mutlak diperlukan terutama bagi pelaksanaan upaya guru dalam

meningkatkan profesionalnya.

b. Kedisiplinan kerja disekolah

Disiplin adalah sesuatu yang terletak didalam hati dan didalam jiwa

seseorang yang memberikan dorongan bagi orang yang bersangkutan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu sebagaimana ditetapkan oleh norma-norma dan peraturan yang berlaku.Kedisiplinan di sekolah tidak hanya diterapkan pada siswa, tetapi juga diterapkan oleh seluruh pelaku pendidikan disekolah termasuk guru. Untuk membina kedisiplinan kerja merupakan pekerjaan yang tidak mudah karena masing-masing pelaku pendidikan itu adalah orang yang heterogen (berbeda). Di sinilah fungsi


(42)

25 kepala sekolah sebagai pemimpin, pembimbing, dan pengawas diharapkan mampu untuk menjadi motivator agar tercipta kedisiplinan di dalam lingkungan sekolah.

c. Pengawasan kepala sekolah

Pengawasan kepala sekolah terhadap tugas guru amat penting untuk mengetahui perkembangan guru dalam melaksanakan tugasnya. Tanpa adanya pengawasan dari kepala sekolah maka guru akan melaksanakan tugasnya dengan seenaknya sehingga tujuan pendidikan yang diharapkan tidak dapat tercapai. Karena pengawasan kepala sekolah bertujuan untuk pembinaan dan peningkatan proses belajar mengajar yang menyangkut banyak orang, pengawasan ini hendaknya bersikap fleksibel dengan memberi kesempatan kepada guru mengemukakan masalah yang

dihadapinya serta diberi kesempatan kepada guru untuk mengemukakan ide demi perbaikan dan peningkatan hasil pendidikan. Sifat untuk menonjol sebagai atasan dan menganggap guru sebagai bawahan semata-mata akan melahirkan hubungan yang kaku dan akibatnya guru akan merasa tertekan untuk menjalankan perintah untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan sekaligus meningkatkan kualitasnya.

d) Aspek-aspek Kompetensi Guru Profesional

Munandar dalam buku Uno (2008: 61) bahwa kompetensi adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Menurutnya, dua faktor yang mempengaruhinya adalah faktor bawaaan (bakat), faktor latihan (hasil belajar). Menurut Kusnandar (2007: 51) bahwa, “Guru professional pada intinya adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu, membedah aspek profesionalisme guru berarti juga mengkaji kompetensi yang harus dimiliki seorang guru.”

Menurut Munsy dalam Uno (2008: 61) bahwa, “Kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan.

Kompetensi menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk kependidikan, dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan.” Saat menjalankan tugas, agar efektif dan efisien guru harus memiliki kompetensi


(43)

26 tertentu. Merujuk pada konsep yang dianut di lingkungan Depdiknas dalam

Danim (2002: 32), sebagai “Instructional Leader” guru harus memiliki 10 kompetensi :

1. mengembangkan kepribadian, 2. menguasai landasan kependidikan, 3. menguasai bahan pengajaran, 4. menyusun bahan pengajaran, 5. melaksanakan program pengajaran, 6. menilai hasil dan proses belajar-mengajar, 7. menyelenggarakan program bimbingan, 8. menyelenggarakan administrasi sekolah, 9. kerjasama dengan sejawat dan masyarakat, dan

10. menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran. Lokakarya kurikulum pendidikan guru yang diselenggarakan oleh Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G) dalam buku Hamalik (2006: 44), telah dirumuskan sejumlah kemampuan dasar seorang calon guru lulusan sistem multistrata sebagai berikut:

a) Menguasai bahan yakni menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum kurikulum sekolah, menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi. b) Mengelola program belajar mengajar yakni merumuskan tujuan

instruksional mengenal dan bisa memakai metode mengajar, memilih materi dan prosedur instruksional yang tepat, melaksanakan program belajar dan mengajar, mengenal kemampuan anak didik,menyesuaikan rencana dengan situasi kelas, melaksanakan dan merencanakan

pengajaran remedial, serta mengevaluasi hasil belajar.

c) Mengelola kelas yakni mengatur tata ruang kelas dalam rangka CBSA,dan menciptakan iklim belajar yang efektif.

d) Menggunakan media yakni memilih dan menggunakan media, membuat alat alat bantu pelajaran sederhana, menggunakan dan mengelola

laboratorium, mengembangkan laboratorium, serta menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar.

e) Menguasai landasan-landasan kependidikan. f) Merencanakan program pengajaran.

g) Mengelola interaksi belajar mengajar.

h) Menguasai macam-macam metode mengajar.

i) Menilai kemampuan prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. j) Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan


(44)

27 Hamzah B. Uno (2008: 18), kompetensi profesionalisme yang harus menjadi andalan guru adalah .

1. Kompetensi Profesionalisme

Adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil. Adapun

kompetensi yang harus dimiliki guru yaitu: a. Kompetensi Pribadi

Beberapa kompetensi yang harus ada guru yaitu memiliki pengetahuan yang dalam tentang materi pelajaran yang menjadi tanggung jawabannya,

mempunyai pengetahuan tentang perkembangan peserta didik serta kemampuan untuk memperlakukan mereka secara individual. b. Kompetensi Sosial

Guru harus dapat memperlakukan peserta didik secra wajar dan bertujuan agar tercapai optimalisasi potensi pada diri masing-masing peserta didik. Kompetensinya menyangkut kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan lingkungan mereka (seperti orangtua, tetangga dan sesama teman). c. Kompetensi Profesional Mengajar

Berdasarkan peran guru sebagai pengelola proses pembelajaran, harus memiliki kemampuan :

1) Merencanakan sistem pembelajaran a) Merumuskan tujuan

b) Memilih prioritas materi yang akan diajarkan c) Memilih dan menggunakan metode

d) Memilih dan menggunakan sumber belajar yang ada e) Memilih dan menggunakan media pembelajaran 2) Melaksanakan sistem pembelajaran

a) Memilih bentuk kegiatan pembelajaran yang tepat b) Menyajikan urutan pembelajaran secara tepat 3) Mengevaluasi sistem pembelajaran

a) Memilih dan menyusun jenis evaluasi

b) Melaksanakan kegiatan evaluasi sepanjang proses c) Mengadminsitrasikan hasil evaluasi

2. Seperangkat Tugas Guru

Menurut User dalam Uno (2008: 20) terdapat tiga tugas guru yaitu: Tugas guru sebagai suatu profesi meliputi mendidik dalam arti meneruskan dan mengembangkan nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan iptek, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan pada peserta didik. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi bahwa guru di sekolah harus dapat menjadi orangtua kedua, dapat memahami peserta didik dengan tugas

perkembangannya mulai dari sebagai makhluk bermain (homoludens), sebagai makhluk remaja/berkarya (homopither) dan sebagai makhluk berpikir/dewasa (homosapiens). Membantu peserta didik dalam


(45)

28 mentransformasikan dirinya sebagai upaya pembentukan sikap dan membantu peserta dalam mengidentifikasi diri pesertab itu sendiri. Menurut Rusman (2011: 22), kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang professional meliputi:

a. Kompetensi Pedagogik

Adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir a). Artinya guru harus mampu mengelola kegiatan pembelajaran, mulai dari

merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi manajemen kurikulum, serta memiliki pemahaman tentang psikologi pendidikan, terutama terhadap kebutuhan dan perkembangan peserta didik agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan berhasil guna.

b. Kompetensi Personal

Adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlan mulia. (SNP, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir b). Artinya guru memiliki sikap kepribadian yang mantap, sehingga guru mampu menjadi sumber inspirasi bagi siswa. Dengan kata lain, guru harus memiliki kepribadian yang patut diteladani, sehingga mampu melaksanakan tri-pusat yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantoro, yaitu Ing Ngarso Sung Tulado,

Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. (di depan guru member teladan/contoh, di tengah memberikan karsa, dan di belakang

memberikan dorongan/motivasi).

c. Kompetensi Profesional

Adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir c). Artinya guru harus memiliki pengetahuan yang luas berkenaan dengan bidang studi atau subjek matter

yang akan diajarkan serta penguasaan didaktik metodik dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritis, mampu memilih model, strategi, dan metode yang tepat serta mampu menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran. Guru pun harus memiliki pengetahuan luas tentang kurikulum, dan landasan kependidikan.

d. Kompetensi Sosial

Adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan


(46)

29 ayat 3 butir d). Artinya ia menunjukkan kemampuan berkomunikasi social, baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama teman guru, dengan kepala sekolah bahkan dengan masyarakat luas.

Selanjutnya Rusman (2008: 23) menambahkan apabila guru telah memiliki keempat kompetensi di atas, maka guru tersebut telah memiliki hak professional karena ia telah jelas memenuhi syarat-syarat berikut:

1) Mendapat pengakuan dan perlakuan hukum terhadap batas wewenang keguruan yang menjadi tanggung jawabnya.

2) Memiliki kebebasan untuk mengambil langkah-langkah interaksi edukatif dalam batas tanggung jawabnya dan ikut serta dalam proses pengembangan pedidikan setempat.

3) Menikmati teknis kepemimpinan dan dukungan pengelolaan yang efektif dan efisien dalam rangka menjalankan tugas sehari-hari.

4) Menerima perlindungan dan organisasi profesi yang wajar terhadap usaha-usaha dan prestasi yang inovatif dalam bidang pengabdiannya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah satuan dari beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru supaya ia dapat menjalankan tugasnya (mengajar) dan melaksanakan proses belajar dan mengajar dengan baik dan sukses. Terdapat beberapa komponen yang harus dimiliki guru, dimana kompetensi guru ini akan berpengaruh terhadap profesionalisme guru tersebut. Kompetensi yang harus dimiliki guru yaitu:

1. Kompetensi Pedagogik

Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi Personal

Adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlan mulia.


(47)

30 3. Kompetensi Professional

Adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional.

4. Kompetensi sosial

Adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan

masyarakat sekitar.

e) Kriteria Guru Profesional

Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan

menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat dikategori sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru yang profesional, mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya. Kunandar (2007: 58) mengemukakan bahwa suatu pekerjaan profesional memerlukan persyaratan khusus, yakni:

1. Menuntut adanya keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam.

2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.

3. Menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai;

4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya.


(48)

31 Sujanto (2007: 90), guru dikatakan professional apabila memiliki karakteristik :

1) Guru selalu membuat perencanaan mengajar yang konkret dan rinci yang digunakan sebagai pedoman dalam KBM. Pada prinsipnya persiapan mengajar guru sudah diwajibkan sejak lama. Saat ini tinggal melakukan berbagai adaptasi saja dari perubahan yang diinginkan.

2) Guru berusaha menempatkan siswa sebagai subyek belajar, guru sebagai pelayan, fasilatator, dan mitra siswa agar siswa dapat mengalami proses belajar bermakna. Ketika guru memposisikan sebagai mitra belajar merupakan hal baru, karena selama ini guru sebagai pusat perhatian siswa. Guru masih sebagai orang sumber belajar utama, dan ada anggapan bahwa guru masih sebagai figure sentral dalam KBM. 3) Guru dapat bersikap kritis, teguh, dalam membela kebenaran dan

bersikap inovatif. Untuk dapat bersikap kritis, guru dituntut memiliki pengetahuan yang cukup, menguasai substansi materi pelajaran dengan baik, memiliki informasi luas tentang pendidikan dan kehidupan masyarakat, serta memahami arah dan kebijakan politik pendidik yang terus berubah sesuai dengan tuntutan zamannya.

4) Guru juga bersikap dinamis dalam mengubah pola pembelajaran (peran siswa, peran guru, dan gaya mengajarnya). Peran siswa yang awalnya sebagai “konsumen” berubah menjadi “produsen.”

5) Guru juga berani meyakinkan pihak lain (kepala sekolah, orangtua, dan masyarakat) tentang rancangan inovasi yang akan dilakukan dengan argumentasi logis-kritis. Untuk dapat melakukan itu, guru harus belajar secara terus menerus, agar dapat memiliki pengetahuan yang

komprehensif.

6) Guru harus kreatif membangun dan menghasilkan karya pendidikan seperti: tulisan ilmiah, pembuatan alat bantu mengajar, menganalisis bahan ajar, organisasi kelas, dsb. Kreatifitas harus dapat menunjang keefektifan pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas, harus kita ketahui bahwa untuk menjadi guru professional terdapat beberapa langkah atau kriteria yang harus dipenuhi oleh guru misalnya saja: (1) memiliki latar belakang pendidikan dalam bidang yang akan diajar; (2) memiliki mental dan badan yang sehat; (3) memiliki keahlian menjadi seorang guru; (4) bersikap kritis, teguh, dan rela membela kebenaran; (5) selalu membuat perencanaan mengajar dengan tepat waktu; (6) bersikap dinamis dalam hal memberi inovasi dalam program pengajaran. Diharapkan dengan guru yang profesional akan memberikan perbaikan kualitas pendidikan yang akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.


(1)

47 bagi anggotanya. Organisasi profesi juga berfungsi sebagai pemersatu seluruh anggota profesi dalam kiprahnya menjalankan tugas keprofesiannya, dan memiliki fungsi peningkatan kemampuan profesional profesi ini. Kedua fungsi tersebut dapat diuraikan berikut ini.

1) Fungsi Pemersatu

Kelahiran suatu organisasi profesi tidak terlepas dari motif yang mendasarinya, yaitu dorongan yang menggerakkan para profesional untuk membentuk suatu organisasi keprofesian. Motif tersebut begitu bervariasi, ada yang bersifat sosial, politik, ekonomi, kultural, dan falsafah tentang sistem nilai. Namun, umumnya dilatar belakangi oleh dua motif, yaitu motif intrinsik dan ekstrinsik. Secara intrinsik, para profesional terdorong oleh keinginannya mendapatkan kehidupan yang layak, sesuai dengan tugas profesi yang diembannya, bahkan mungkin mereka terdorong oleh semangat menunaikan tugasnya sebaik dan seikhlas mengkin. Secara ekstrinsik mereka terdorong oleh tuntutan masyarakat pengguna jasa suatu profesi yang semakin hari

semakin kompleks. Organisasi profesi kependidikan, merupakan organisasi profesi sebagai wadah pemersatu pelbagai potensi profesi kependidikan dalam menghadapi kopleksitas tantangan dan harapan masyarakat pengguna pengguna jasa kependidikan.

2) Fungsi Peningkatan Kemampuan Profesional

Fungsi ini secara jelas tertuang dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 yang berbunyi, “Tenaga kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan mengembangkan

karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat, dan

kesejahteraan tenaga kependidikan”. PP tersebut menunjukkan adanya legalitas formal yang secara tersirat mewajibkan para anggota profesi kependidikan untuk selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya melalui organisaasi atau ikatan profesi kependidikan. Bahkan dalam UUSPN Tahun 1989, Pasal 31 ayat 4 dinyatakan bahwa, “Tenaga kependidikan berkewajiban untuk berusaha mengembangkan

kemampuan profesionalnya sesuai dengan perkembangan tuntutan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta pembangunan bangsa.”

Peningkatan kemampuan profesional tenaga kependidikan berdasarkan Kurikulum 1994 dapat dilakukan melalui dua program, yaitu program terstruktur dan tidak terstruktur. Program terstruktur adalah program yang dibuat dan dilaksanakan sedemikian rupa, mempunyai bahan dan produk kegiatan belajar yang dapat diakreditasikan secara akademik dalam jumlah SKS tertentu. Dengan demikian , pada akhir program para peserta akan memperoleh sejumlah SKS yang pada gilirannya dapat disertakan dengan kualifikasi tetrtentu tenaga kependidikan. Program tidak terstruktur adalah program pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan yang dibuka berdasarkan kebutuhan tertentu sesuai dengan tuntutan waktu dan lingkungan yang ada. Terlingkup dalam program tidak terstruktur ini adalah:


(2)

48 2. Supervisi yang dilaksanakan oleh pengawas atau pejabat yang terkait

seperti Kepala Sekolah, Kepala Bidang, Kakandep;

3. Pembinaan dan pengembangan sejawat, yaitu dengan sesama tenaga kependidikan sejenis melalui forum konunikasi, seperti MGI. 4. Pembinaan dan pengembangan individual, yaitu upaya atas inisiatif

sendiri dengan partisipasi dalam seminar, loka karya, dan yang lainnya.

b) Tujuan Organisasi Profesi Kependidikan

Salah satu tujuan organisasi ini adalah mempertinggi kesadaran sikap, mutu dan kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan guru. Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61, ada lima misi dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu: meningkatkan dan/atau mengembangkan (1) karier, (2) kemampuan, (3) kewenangan profesional, (4) martabat, dan (5)

kesejahteraan seluruh tenaga kependidikan. Sedangkan visinya secara umum ialah terwujudnya tenaga kependidikan yang profesional.

1. Meningkatkan dan/atau mengembangkan karier anggota, merupakan

upaya dalam mengembangkan karier anggota sesuai dengan bidang pekerjaan yang diembannya. Karier yang dimaksud adalah perwujudan diri seorang pengemban profesi secara bermakna, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain (lingkungannya) melalui serangkaian aktivitas. Organisasi profesi berperan sebagai fasilitator dan motifator terjadinya peningkatan karier setiap anggota. Adalah kewajiban organisasi profesi kependidikan untuk mampu memfasilitasi dan memotifasi anggotanya mencapai karier yang diharapkan sesuai dengan tugas yang diembannya.

2. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kemampuan anggota,

merupkan upaya terwujudnya kompetensi kependidikan yang handal. Dengan kekuatan dan kewibawaan organisasi, para pengemban profesi akan memiliki kekuatan moral untuk senantiasa meningkatkan

kemampuannya.

3. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kewenangan profesional

anggota, merupakan upaya para profesional untuk menempatkan anggota suatu profesi sesuai dengan kemampuannya. Organisasi profesi

kependidikan bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan kepada anggotanya melaluai pendidikan atau latihan terprogram.

4. Meningkatkan dan/atau mengembangkan martabat anggota, merupakan

upaya organisasi profesi kependidikan agar anggotanya terhindar dari perlakuan tidak manusiawi dari pihak lain dan tidak melakukan praktik melecehkan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan memasuki organisasi


(3)

49 profesi kependidikan anggota sekaligus terlindungi dari perlakuan

masyarakat yang tidak mengindahkan martabat kemanusiaan dan berupaya memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan standar etis yang disepakati.

5. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kesejahteraan, merupakan

upaya organisasi profesi skependidikan untuk meningkatkan

kesejahteraan lahir batin anggotanya. Dalam teori Maslow, kesejahteraan ini mungkin menempati urutan pertama berupa kebutuhan fisiologis yang harus dipenuhi. Banyak kiprah organisasi profesi kependidikan dalam meningkatkan kesejahteraan anggota. Asprasi anggota melalui organisasi terhadap pemerintah akan lebih terindahkan dibandingkan individu. sumber : http://beautifulindonesiaandpeace.blogspot.com//makalah-profesi-keguruan.html diakses tanggal 11-11-2011.

c) Macam-Macam Organisasi Profesi Kependidikan Di Indonesia

Secara kuantitas, tidak berlebihan jika banyak kalangan pendidik menyatakan bahwa organisasi profesi kependidikan di Indonesia berkembang pesat bagaikan tumbuhan di musim penghujan. Karena memang terdapat beberapa jenis

organisasi profesi kependidikan yang ada di Indonesia itu sendiri. Disamping PGRI yang satu-satunya organisasi yang diakui oleh pemerintah juga terdapat organisasi lain yang disebut Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang didirikan atas anjuran Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. Sayangnya, organisasi ini tidak ada kaitan yang formal dengan PGRI.

Selain itu ada juga organisasi profesional guru yang lain yaitu ikatan serjana pendidikan indonesia (ISPI), yang sekarang suda mempunyai nanyak devisi yaitu Ikatan Petugas Bimbingan Belajar (IPBI), Himpunan Serjana Administrasi Pendidikan Indonesia (HSPBI), dan lain-lain, hubungannya secara formal dengan PGRI juga belum tampak secara nyata, sehingga belum didapatkan kerjasama yang saling menunjang dalam meningkatkan mutu anggotanya.


(4)

50 Contoh organisasi profesi guru

1) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)

PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912. Kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932. Menurut Basuni dalam buku Soetjipto dan Raflis Kosasi (2004: 35) bahwa:

Pada saat didirikannya, , organisasi ini disamping memiliki misi profesi juga ada tiga misi lainnya, yaitu misi politis-deologis, misi peraturan organisaoris, dan misi kesejahteraan. Misi profesi PGRI adalah upaya untuk

meningkatkan mutu guru sebagai penegak dan pelaksana pendidikan nasional. Salah satu tujuan PGRI adalah mempertinggi kesadaran, sikap, mutu, dan kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan mereka.Dalam kaitannya dengan pengembangan profesional guru, PGRI sampai saat ini masih mengandalkan pihak pemerintah, misalnya dalam merencanakan dan melakukan program-program penataran guru serta program peningkatan mutu lainnya. PGRI belum banyak merencanakan dan melakukan program atau kegiatan yang berkaitan dengan perbaikan cara mengajar, peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru, peningkatan kualifikasi guru, atau melakukan penelitian ilmiah tentang masalah-masalah professional yang dihadapinya oleh para guru dewasa ini.

2) MGMP

Menurut Soetjipto dan Raflis Kosasi (2004: 36) bahwa :

Di samping PGRI sebagai satu-satunya organisasi profesi guru-guru sekolah yang diakui pemerintah sampai saat ini, ada prganisasi guru yang disebut Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sejenis yang didirikan atas anjuran pejabat-pejabat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan profesioanalisasi dari guru dalam kelompoknya masing-masing. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini diatur dengan jadwal yang cukup baik. Sayangnya, belum ada keterkaitan dan hubungan formal antara kelompok guru-guru dalam MGMP ini dengan PGRI. Merupakan lembaga efektif dan potensial untuk


(5)

51 4. Lingkungan Kerja

Setiap manusia maupun para pegawai sangatlah menginginkan suatu lingkungan kerja yang baik dan menunjang suatu pekerjaan yang akan dilakukannya, karena lingkungan kerja yang aman dan nyaman akan membawa dan menambah

semangat para pekerja. Lingkungan kerja merupakan suatu situasi dimana karyawan tersebut bekerja, lingkungan kerja dalam suatu organisasi sangat penting untuk diperhatikan manajemen. Lingkungan akan menjadi efektif atau tidak banyak tergantung kepada orang lain itu sendiri.

Supardi dalam Sutirto (2007: 35) menyatakan bahwa:

Manusia dan beban kerja serta faktor-faktor dalam lingkungan kerja

merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sebab bila tidak ada dalam keseimbangan akan menimbulkan kelebihan bagi tenaga kerja yang akan menyebabkan gangguan pada daya kerja. Oleh karena itu untuk memperoleh produktivitas yang tinggi, perlu adanya usaha-usaha untuk mencapai suasana lingkungan yang baik. Usaha-usaha ini antara lain: a) menempatkan seseorang sesuai dengan keahlian seseorang; b) hubungan kerja yang harmonis antara bawahan dan atasan; c) penyediaan fasilitas yang cukup serta memadai, seperti kesehatan, keselamatan kerja, sarana pekerjaan, rekreasi dan lain-lain.

Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman. Lebih jauh lagi lingkungan kerja yang kurang baik dapat tidak mendukung diperolehnya

rancangan sistem kerja yang efisien. Lingkungan kerja yang baik sangat

membantu dalam proses pencapaian tujuan dalam organisasi. Lingkungan kerja di sekolah sangat penting untuk diperhatikan dalam manajemen sekolah.

Penyusunan suatu system kerja yang baik akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila didukung dengan lingkungan kerja yang memuaskan para guru.


(6)

52 a) Pengertian Lingkungan Kerja

Menurut pendapat Ridel & Brown dalam Sutirto (2007: 23) “Lingkungan sekolah harus dapat dibuat sedemikian mungkin serta dapat memberikan

rangsangan/stimulus sebaik mungkin serta dapat memberikan rangsangan / stimulus sebaik mungkin.” Lingkungan kerja yang positif akan mendorong para guru untuk bekerja dengan sebaik-baiknya, sehingga pelaksanaan pekerjaan dalam sekolah akan dapat berjalan dengan baik.

Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Nitisemito (2004: 135) dalam bukunya mengatakan bahwa, “Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.” Sedangkan menurut Larsen dalam Lestari (2007: 15) bahwa:

Lingkungan kerja yang positif merupakan suatu norma harapan dan kepercayaan dari personil-personil yang terlibat dalam organisasi sekolah, yang dapat memberikan dorongan untuk bertindak yang mengarah pada prestasi yang tinggi. Suasana sekolah yang efektif dirasakan sebagai penuh rasa kekeluargaan, bersifat praktis, dan penuh kejujuran.

Menurut Jahrie dan Hariyoto dalam Lestari (2007: 15) bahwa, “Lingkungan kerja adalah keseluruhan sarana dan prasarana kerja yang ada disekitar para pekerja yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan. Sedangkan menurut Sedarmayanti (intangina, 2008) mendefiniskan bahwa, “Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang