PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN PROFESI TERHADAP GURU AGAMA OLEH KEMENTERIAN AGAMA KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikuti oleh semua orang. Dengan pendidikan yang memadai seseorang akan mampu menjawab tantangan-tantangan global dalam kehidupan. Dengan pendidikan ini pula harkat dan martabat seseorang akan terangkat, semakin rendah tingkat pendidikan seseorang, martabat di lingkungannya juga rendah. Namun apabila seseorang memiliki pendidikan yang tinggi, akan semakin tinggi pula martabat orang tersebut. Hal ini juga akan berlaku pada bangsa dan negara. Harkat dan martabat bangsa Indonesia dimata dunia juga dipengaruhi oleh pendidikan penduduknya.

Pendidikan yang bermutu memiliki kaitan kedepan (forward linkage) dan kaitan kebelakang (backward linkage). Forward linkageberupa bahwa pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita bahwa bangsa-bangsa yang maju, modern, makmur, dan sejahtera adalah bangsa-bangsa yang memiliki sistem dan praktik pendidikan yang bermutu. Backward linkage berupa bahwa pendidikan yang bermutu sangat tergantung pada keberadaan guru yang bermutu, yakni guru yang profesional, sejahtera, dan bermartabat.


(2)

Guru sebagai profesi diakui oleh negara maupun masyarakat. Tetapi pengertiannya seringkali dipersempit sebagai suatu jenis pekerjaan tertentu tanpa melihat prinsip profesionalnya. Dokter, pengacara, akuntan dan profesi lainnya lebih diakui oleh masyarakat karena proses menjadi profesional harus melalui serangkaian ujian yang diselenggarakan oleh organisasi profesi terkait atau lembaga pendidikan yang ditentukan. Seseorang dapat menjadi guru dengan begitu saja ketika ia bertugas menjadi pendidik pada lembaga pendidikan baik sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau non PNS.

Kewenangannya melekat dengan ijazah akta IV yang dikeluarkan Lembaga Pendidik Tinggi Keguruan (LPTK). Dalam prakteknya, seseorang bisa saja menjadi guru dengan tanpa ijazah akta IV selama memiliki kemampuan untuk mengajar di suatu lembaga pendidikan. Inilah yang mendorong lahirnya berbagai produk hukum yang bertujuan untuk mempertegas posisi guru sebagai profesi dan untuk mengaturnya. Guru sebagai suatu profesi diatur lebih jelas dalam produk-produk hukum tersebut. Guru yang profesional harus memiliki sertifikat profesi guru. Inilah yang mendorong diselenggarakannya program pemberian tunjangan profesi guru atau (pelaksanaan sertifikasi guru).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD), mewajibkan guru memiliki kualifikasi akademik, kompetesi, sertifikat pendidik, sehat jasmani, dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan nasional. Kualifikasi akademik guru pada semua jenis dan jenjang pendidikan diperoleh melalui


(3)

pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat (S1/D-IV). Mengenai sertifikat pendidik dapat ditemukan dalam Pasal 1 ayat (12), bahwa sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional.

Tunjangan profesi guru sebagai upaya peningkatan mutu guru dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru, sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia khususnya di Kota Bandar Lampung secara berkelanjutan. Bentuk peningkatan kesejahteraan guru yaitu berupa pemberian tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok kepada guru yang memiliki Sertifikat Pendidik.

Secara khusus sertifikat pendidik merupakan bukti formal dari pemenuhan dua syarat, yaitu kualifikasi akademik minimum dan penguasaan kompetensi minimal sebagai guru. Dengan demikian dapat dirangkum bahwa sertifikat pendidik adalah surat keterangan yang diberikan suatu lembaga tenaga kependidikan yang terakreditasi sebagai bukti formal kelayakan profesi guru, yaitu memenuhi kualifikasi pendidikan minimum dan menguasai kompetensi minimal sebagai agen pembelajaran.


(4)

Sebagai bentuk implementasi kebijakan sertifikasi guru tersebut, pada tahun 2006 sampai sekarang dilaksanakan sertifikasi guru dalam jabatan yang diselenggarakan Tim Sertifikasi Guru Kementerian Agama Kota Bandar Lampung. Sistem sertifikasi terbaru sejak tahun 2011 adalah melalui penilaian portofolio dan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Hal tersebut dilaksanakan guna menyeleksi guru yang layak sertifikasi.

Berdasarkan data Kementerian Agama Kota Bandar Lampung tahun 2011, jumlah guru agama di Kota Bandar Lampung berjumlah 1.274 orang yang terdiri dari guru agama yang berstatus PNS 807 orang dan yang berstatus honorer 467 orang. Peserta yang telah lulus Sertifikasi berjumlah 59 orang guru agama. Pada tahun 2012 sebanyak 170 orang guru yang belum mendapatkan Tunjangan Profesi atau sertifikasi (sisa calon peserta sertifikasi). Kuota tahun 2010 adalah 189 peserta yang mengikuti sertifikasi guru, dan hanya 1 yang tidak lulus dikarenakan adanya manipulasi data dan portofolio. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 10 Tahun 2009 disebutkan bahwa uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio.1

Kesulitan guru dalam menyusun portofolio adalah kurangnya pemahaman guru tentang cara penyusunan portofolio, hal ini dipandang perlu diadakannya sosialisasi cara penyusunan portofolio setiap jenjang oleh panitia Sertifikasi

1


(5)

Guru Kota Bandar Lampung tahun 2011 dengan nara sumber yang mendalami secara mendalam tentang cara penyusunan portofolio. Dan Kementrian Agama Kota Bandar Lampung disini mempunyai peran penting dalam proses sertifikasi. Pada Kementrian Agama Kota Bandar Lampung, sertifikasi masuk dalam bagian Pendidik Tenaga Kependidikan (PTK). Disini dibagi dalam 2 bagian yaitu, Dikdas (Pendidikan Dasar) yang memegang TK, Madrasah Ibtidaiyah (MI), dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Dikmen (Pendidikam Menengah) yang menangani Madrasah Aliyah (MA). Sejak dibentuknya Panitia Pelaksana Tunjangan Profesi beserta Sertifikasi Guru Kota Bandar Lampung berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kantor Kementerian Agama Kw.08.4/2/PP.00/1662/2012 tentang Pembentukan Panitia Pelaksana Sertifikasi Pendidik Kota Bandar Lampung, Panitia Kecamatan dan Nara Sumber Pelaksana Sertifikasi Guru Kota Bandar Lampung, mempunyai tugas untuk menginformasikan kepada guru agama (madrasah) untuk mendaftarkan diri sebagai calon peserta sertifikasi, mengelola guru, menyiapkan guru, menentukan skala prioritas guru peserta sertifikasi dan menetapkan peserta sertifikasi guru berdasarkan form rekap calon peserta baru dan calon peserta revisi (yang terdapat dalam sisa longlist 2012).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang pelaksanaan pemberian tunjangan profesi terhadap guru agama, yang mana tunjangan profesi tersebut dapat dicairkan bagi guru yang telah lulus sertifikasi dalam waktu per- tiga bulannya. Namun, pada kenyataannya hal tersebut sulit terlaksana sehingga melewati batas waktu yang seharusnya. Selain itu juga bagi guru agama yang belum mendapatkan panggilan sertifikasi khususnya yang


(6)

mengajar di tingkat SD (mengajar di sekolah umum) padahal telah memenuhi persyaratan dan telah lama diusulkan dari sekolah. Kendala apa yang terjadi sehingga mempersulit guru tersebut dalam mendapatkan tunjangan profesi, yang telah menjalankan masa kerja puluhan tahun. Sedangkan guru yang mengajar agama di sekolah agama tingkat MI, MTs, dan MA sudah banyak yang mendapatkan panggilan sertifikasi. Dari itu peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian dengan pokok permasalahan: Pelaksanaan Pemberian Tunjangan

Profesi terhadap Guru Agama oleh Kementerian Agama Kota Bandar Lampung”.

1.2 Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah:

1) Bagaimana pelaksanaan pemberian tunjangan profesi terhadap guru agama oleh Kementerian Agama Kota Bandar Lampung ?

2) Apakah faktor penghambat dalam pelaksanaan pemberian tunjangan profesi terhadap guru agama oleh Kementerian Agama Kota Bandar Lampung ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara jelas rinci dan sistematis tentang:

1) untuk mengetahui pelaksanaan pemberian tunjangan profesi terhadap guru agama oleh Kementerian Agama Kota Bandar Lampung: dan


(7)

2) untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat terhadap pelaksanaan pemberian tunjangan profesi terhadap guru agama oleh Kementerian Agama Kota Bandar Lampung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan keterkaitan antara konsep pemberian tunjangan profesi terhadap guru agama oleh Kementerian Agama Kota Bandar Lampung demi meningkatkan mutu pendidikan dan ilmu hukum administrasi negara.

b. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) dapat memberikan pemecahan dalam meningkatkan mutu pendidikan yang efektif dan efisien;

2) dapat menjadi bahan tambahan informasi positif bagi yang ingin melakukan penelitian lanjutan;

3) kontribusi pemikiran bagi pihak-pihak terkait yang ingin mengakses hasil pelaksanaan Kementerian Agama Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan pemberian tunjangan profesi guru agama;

4) sebagai syarat akademik untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(8)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pelaksanaan

Untuk mewujudkan suatu tujuan atau target, maka haruslah ada pelaksanaan yang merupakan proses kegiatan yang berkesinambungan sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti bautan, sifat, dan tanda. Ditambah awalan pe- dan akhiran –an yang berfungsi membentuk kata benda menjadi pelaksana.

Adapun pengertian pelaksanaan oleh beberapa ahli yaitu:

1. Pelaksanaan diartikan sebagai suatu usaha atau kegiatan tertentu yang dilakukan untuk mewujudkan rencana atau program dalam kenyataannya.1

2. Pelaksanaan atau implementasi yakni: Konsep dinamis yang meibatkan secara terus menerus usaha-usaha yang mencari apa yang dilakukan, mengatur aktivitas-aktivitas yang mengarah pada pendapat suatu program kedalam dampak.2

1

Santoso Sastropoetro, 1982, Pengertian Pelaksanaan, hlm183. 3

Djihad, Hisyam dan Suyanto, 2000, Pelaksanaan Pendidikan di Indonesia Memasuki Millenium III: Yogyakarta, Adi Cita.


(9)

3. Pelaksana adalah orang yang mengerjakan atau melakukan rencana yang telah disusun. Sedangkan pelaksanaan adalah perihal (perbuatan, usaha) melaksanakan rancangan.3

Berdasarkan batasan dikemukakkan oleh Poerwadarmita diatas, maka dapat dibedakan antara pengertian pelaksanaan adalah perbuatan yang dilakukan oleh pelaksana. Jadi dengan demikian kedua pengertian tersebut diatas mempunyai arti yang berbeda namun keduanya berasal dari kata laksana.

4. Pelaksanaan merupakan usaha-usaha yang dijalankan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, dimana pelaksanaannya, kapan waktunya dimulai dan berakhir, dan bagaimana cara dilaksanakan.4

5. Jika suatu rencana yang terealisasi telah tersusun dan jika program kerja yang “achievement oriented” telah dirumuskan maka kini tinggal pelaksanaannya. Lebih lanjut, Siagian mengatakan bahwa dalam pelaksanaan ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu:5

a. membuat rencana detail, artinya merubah rencana strategis (jangka panjang) menjadi rencana teknis (jangka pendek) dan mengorganisir sumber-sumber dan staf dan selanjutnya menyusun peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur tertentu;

4

Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh Poerwadarmita, 1986, hlm 553. 4

The Liang Gie, 1977, Pokok-Pokok Implementasi (telah diterjemahkan), hlm 191. 5


(10)

b. pemberian tugas artinya merubah rencana teknis menjadi rencana praktis, dan tujuan selanjutnya melakukan pembgian tugas-tugas dan sumber-sumber;

c. monitor artinya pelaksanaan dan kemajuan pelaksanaan tugas jangan sampai terjadi hal-hal yang berhubungan dengan rencana praktis. Dalam hal ini diperlukan untuk memeriksa hasil-hasil yang dicapai; dan

d. review artinya pelaporan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan, analisis pelaksanaan tugas-tugas, pemeriksaan kembali dan penyusunan jadwal waktu pelaksanaan selanjutnya dalam laporan diharapkan adanya saran dan perbaikan bila ditemui adanya perbedaan dan penyimpangan.

6. Implementasi adalah suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah sebuah rencana dan kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan. Langkah-langkah strategis maupun operasional yang ditempuh guna mewujudkan suatu program atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dan program yang ditetapkan semula.6

Dari definisi di atas menunjukkan bahwa implementasi atau pelaksanaan merupakan aspek operasional dan rencana atau penerapan berbagai program yang telah disusun sebelumnya, mulai dari penetapan sampai hasil akhir yang dicapai sebagai tujuan semula. Lebih lanjut, beliau mengemukakkan bahwa didalam mengimplementasikan atau melaksanakan suatu program yang dipandang sebagai suatu proses. Ada tiga unsur utama dalam pelaksanaan yaitu:

6


(11)

1. adanya program yang dapat menjadi ukuran utama dalam melaksanakan kegiatan;

2. target grup yaitu kelompok yang menjadi sasaran daripada program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah; dan

3. serta unsur-unsur pelaksana yaitu pihak mana saja yang terlibat dalam pelaksanaan program yang dibuat.

7. Maka dalam proses kegiatannya perlu memerhatikan beberapa hal, antara lain7:

a. perlu ditentukan secara jelas siapa atau badan/lembaga mana secara fungsional akan diserahi wewenang mengkoordinasikan program didalam suatu sector;

b. perlu diperhatikan penyusunan program pelaksanaan yang jelas dan baik. Dalam program pelaksanaan itu, dasar prinsip fungsional perlu dituangkan kedalam rangkaian prosedur yang serasi, jelas dan diataati oleh semua pihak yang terlibat dalam hubungan pelaksanaan program tersebut.

c. perlu dikembankan hubungan kerja yang lebih baik, antara lain dalam bentuk badan kerjasama atau suatu panitia kerjasama dengan tanggung jawab dan koordinasi yang jelas; dan

d. perlu diusahakan koordinasi melalu proses penyusunan anggaran dan pelaksanaan pembiayaannya.

8


(12)

Bertolak dari rumusan di atas maka penulis setuju dengan pendapat The Liang Gie dan Syukur Abdullah, bahwa pelaksanaan itu adalah suatu kegiatan dalam proses merealisasikan suatu program dengan melalui prosedur dan tata cara yang dianggap tepat dengan langkah-langkah strategis dan operasional yang ditempuh guna mewujudkan suatu program dan mencapai sasaran program tersebut.

Selanjutnya perlu ditegaskan bahwa hendaknya suatu pelaksanaan harus dapat dipertanggungjawabkan. Ada beberapa segi yang berpengaruh diantaranya adalah pelaksanaan itu sesuai dengan kepentingan masyarakat. Seperti yang dikemukakkan Bintoro, “suatu segi lain dari dapatnya dipertanggungjawabkan suatu pelaksanaan pemerintah adalah apakah pelaksanaannya itu sesuai dengan kepentingan masyarakat”. Dengan demikian pelaksanaan sebagai suatu kegiatan untuk merealisasikan tujuan terhadap sebuah sasaran sehingga suatu pelaksanaan akan mengarah kepada usaha yang sesuai dengan kepentingan masyarakat.

2.2 Tunjangan Profesi

2.2.1 Pengertian Tunjangan Profesi

Tunjangan profesi adalah tunjangan yang diberikan kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya. Guru yang dimaksud adalah guru PNS dan guru bukan PNS yang diangkat oleh pemerintah, pemerintah daerah atau yayasan/masyarakat penyelenggara pendidikan baik yang mengajar di sekolah negeri maupun sekolah swasta.


(13)

Sedangkan yang dimaksud dengan sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat pendidik sebagai bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen yang telah memenuhi standar profesional guru (UU RI No 14 Tahun 2005 dalam Depdiknas, 2004). Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas.

2.2.2 Pelaksanaan Tunjangan Profesi

Sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilakukan oleh Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah. Pelaksanaan tunjangan profesi dan sertifikasi bagi guru dalam jabatan ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007, yakni dilakukan dalam bentuk portofolio. Sistem sertifikasi terbaru di tahun 2011 yaitu dengan melakukan penilaian fortofolio dan juga Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Pelaksanaan tunjangan profesi sebagaimana diketahui dalam beberapa tahun terakhir telah terealisasikan oleh pemerintah dengan cukup baik. Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih terdapat beberapa guru yang sulit memperoleh tunjangan profesi tersebut, khususnya pada guru agama yang mengajar di tingkat SD (mengajar di sekolah umum).


(14)

2.2.3 Tujuan Tunjangan Profesi dan Sertifikasi Guru

Adapun tujuan Tunjangan Profesi dan Sertifikasi Guru adalah sebagai berikut:

a. menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen

pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional;

b. meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan;

c. meningkatkan martabat guru; dan

d. meningkatkan profesionalitas guru.

2.2.4 Manfaat Tunjangan Profesi dan Sertifikasi Guru

Adapun manfaat Tunjangan Profesi dan Sertifikasi Guru adalah sebagai berikut:

a. melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru;

b. melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak

berkualitas dan tidak professional; dan

c. meningkatkan kesejahteraan guru.

2.3 Prinsip Pemberian Tunjangan Profesi (Sertifikasi Guru)

Prinsip sertifikasi guru adalah sebagai berikut:

a. Dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel.8

Objektif yaitu mengacu kepada proses perolehan sertifikat pendidik yang impartial, tidak diskriminatif, dan memenuhi standar pendidikan nasional. Transparan yaitu mengacu kepada proses sertifikasi yang 8

Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan TenagaKependidikan, Sertifikasi Guru dalam Jabatan, 2011 Buku 1 Pedoman Penetapan Peserta, Jakarta, 2011.


(15)

memberikan peluang kepada para pemangku kepentingan pendidikan untuk memperoleh akses informasi tentang proses dan hasil sertifikasi. Akuntabel merupakan proses sertifikasi yang dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan pendidikan secara administratif, finansial, dan akademik.

b. Berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan nasional melalui peningkatan guru dan kesejahteraan guru.9

Sertifikasi guru merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu guru yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru. Guru yang telah lulus uji sertifikasi guru akan diberi tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok sebagai bentuk upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan guru. Tunjangan tersebut berlaku, baik bagi guru yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) maupun bagi guru yang berstatus non-pegawai negeri sipil (non PNS/swasta).

c. Dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan.10

Program tunjangan profesi dan sertifikasi pendidik dilaksanakan dalam rangka memenuhi amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

9

Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI Nomor 18, 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan, Jakarta, 2007.

11

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 11, 2011 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan, Jakarta, 2011.


(16)

d. Dilaksanakan secara terencana dan sistematis.11

Agar pelaksanaan program sertifikasi dan tunjangan profesi dapat berjalan dengan efektif dan efesien harus direncanakan secara matang dan sistematis. Sertifikasi mengacu pada kompetensi guru dan standar kompetensi guru. Kompetensi guru mencakup empat kompetensi pokok yaitu :

1. Kompetensi pedagogik,

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetensi kepribadian,

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b dikemukakan bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

12

Direktorat Jendral Pendidikan, Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 5, 2012, tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan.


(17)

3. Kompetensi sosial, dan

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

4. Kompetensi professional.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

Sedangkan standar kompetensi guru mencakup kompetensi inti guru yang kemudian dikembangkan menjadi kompetensi guru TK/RA, guru kelas SD/MI, dan guru mata pelajaran. Untuk memberikan sertifikat pendidik kepada guru, perlu dilakukan uji kompetensi melalui penilaian portofolio.

e. Jumlah peserta sertifikasi guru ditetapkan oleh pemerintah.

Untuk alasan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan sertifikasi guru serta penjaminan kualitas hasil sertifikasi, jumlah peserta pendidikan profesi dan uji kompetensi setiap tahunnya ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan jumlah yang ditetapkan pemerintah tersebut, maka disusunlah kuota guru peserta dan penetapan kuota tersebut didasarkan atas jumlah data individu


(18)

guru per Kabupaten/Kota yang masuk di pusat data Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

2.4 Dasar Hukum Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Profesi

Hakikatnya setiap program pemerintah yang diselenggarakan dan menyangkut kepentingan umum atau masyarakat luas harus memiliki dasar hukum yang jelas, agar tidak terjadi suatu peyimpangan dikemudian hari yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Berikut adalah dasar hukum dari. pelaksanaan pemberian tunjangan profesi terhadap guru agama oleh Kementerian Agama Kota Bandar Lampung.

a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. b. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru

e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru.

f. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 5 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan.

g. Keputusan Mendiknas Nomor 75/P/2011tentang Penetapan Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Guru dalam Jabatan.


(19)

2.5 Guru Agama

2.5.1 Pengertian Guru

Guru sebagai pendidik dan pengajar anak, guru diibaratkan seperti ibu kedua yang mengajarkan berbagai macam hal yang baru dan sebagai fasilitator anak supaya dapat belajar dan mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal,hanya saja ruang lingkupnya guru berbeda, guru mendidik dan mengajar di sekolah negeri ataupun swasta.

Di bawah ini merupakan beberapa pengertian guru :

a. Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri.12

b. Guru adalah jabatan fungsional, yaitu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam suatu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan keahlian atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.13

12

Noor Jamaluddin , 1978,Pengertian guru, hlm 1. 13


(20)

c. Guru adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan di sekolah.14

d. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.15

Berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli di atas penulis setuju dengan UU No. 14 Tahun 2005 bahwa guru adalah pendidik profesional yang diberikan wewenang oleh pejabat yang berwenang untuk membimbing, mengajar, melatih, mendidik serta menilai anak dari usia pendidikan dasar sampai menengah.

2.5.2 Pengertian Guru Agama

Secara umum definisi pengertian guru agama adalah sebagai berikut :

a. Guru adalah seseorang yang profesinya atau pekerjaannya mengajar, jadi guru agama adalah seseorang yang profesinya mengajar pendidikan agama Islam.16

b. Guru agama adalah hamba Allah yang mempunyai cita-cita Islami, yang telah matang rohaniah dan jasmaniah serta mamahami kebutuhan perkembangan siswa bagi kehidupan masa depannya, ia tidak hanya mentransfer ilmu 14

Keputusan Surat Edaran (SE) Mendikbud dan Kepala BAKN No. 57686)/MPK/1989. 15

Undang-undang No. 14 Tahun 2005. 16


(21)

pengetahuan yang diperlukan oleh siswa akan tetapi juga memberikan nilai dan tata aturan yang bersifat islami ke dalam pribadi siswa sehingga menyatu serta mewarnai prilaku mereka yang bernafaskan Islam.17

c. Guru agama adalah orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan ajaran islam, ia juga bertanggung jawab kepada Allah SWT.18

Masih banyak ahli dan para pakar pendidikan mendefinisikan istilah guru agama akan tetapi penulis setuju dengan pendapat Zuhairini dan dapat dirangkum dari beberapa definisi tersebut bahwasanya guru agama adalah seseorang yang bertugas mengajarkan agama islam sekaligus membimbing anak didik kearah pencapaian kedewasaan serta terbentuknya kepribadian anak didik yang Islami sehingga terjalin keseimbangan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Penulis setuju karena hal tersebut lebih dinamis dalam penerapan ilmu sehari-hari. Demikian juga guru agama tersebut berbeda dengan guru-guru bidang studi lainnya, guru agama disamping melaksanakan tugas dan pembinaan bagi peserta didik ia juga membantu dalam pembentukan kepribadian dan mental anak didik tersebut sehingga anak didik tersebut dapat meningkatkan dan mengembangkan potensi keimanan dan ketaqwaannya kepada Sang Pencipta, karena itu guru agama masuk ke dalam kelas dengan apa yang ada padanya sangat menunjang keberhasilan dalam melaksanakan tugas pendidikan agama bagi peserta didik, misalnya caranya berpakaian, berbicara, bergaul,

17

H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1996, hlm 193. 18


(22)

makan, minum, serta diamnyapun sangat mempunyai arti yang sangat penting karena paling tidak segala prilaku aktifitasnya disoroti oleh lingkungan terutama tauladan bagi peserta didik.

2.5.3 Macam-macam Tingkat Guru Agama dalam Mengajar

Berikut adalah tingkatan pembagian pendidikan dasar sampai pendidika menengah yakni sebagai berikut :

1) Pendidikan dasar sendiri dibagi dalam dua bentuk, yaitu:

a. sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat; dan

b. sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

2) Sedangkan pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, yang terdiri sebagai berikut:

a. pendidikan menengah umum: Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA) atau bentuk lain yang sederajat; dan

b. pendidikan menengah kejuruan: Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa guru mengajar dalam tingkatan Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs), beserta Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).


(23)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:

1) Pendekatan normatif adalah pendekatan yang dilakukan dengan mengkaji serta mempelajari bahan-bahan sekunder berupa peraturan-peraturan yang berlaku di Kementerian Agama Kota Bandar Lampung dan literatur-literatur berupa buku-buku yang ada dan berhubungan dengan masalah yang diteliti. 2) Pendekatan empiris adalah pendekatan yang dilakukan dengan

mengumpulkan informasi tentang kajian atau kenyataan yang terjadi di dalam pelaksanaan pemberian tunjangan profesi terhadap guru agama oleh Kementerian Agama Kota Bandar Lampung, baik dengan wawancara secara langsung, responden, maupun dengan observasi ke lapangan secara langsung. 3.2 Data dan Sumber Data

a. Data Primer

Data primer merupakan perilaku terapan dari ketentuan terhadap peristiwa hukum, yang data-datanya diperoleh dari studi lapangan di lokasi penelitian, yaitu berupa keterangan langsung dari Guru Agama SDN 2 Talang dan staf Kementerian Agama Kantor Wilayah Kota Bandar Lampung yang


(24)

dipilih untuk menjadi sumber penelitian yaitu Dra. Farida Anwar selaku Pranata Humas Kementerian Agama Kota Bandar Lampung beserta Ahmad Sukanto, S.Sos. selaku pegawai seksi Mapenda Kementerian Agama Kota Bandar Lampung.1

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh langsung dari beberapa sumber yang berupa bahan kepustakaan dengan cara mengumpulkan data dari berbagai literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini. Dimana data sekunder bersifat sebagai penunjang untuk kelengkapan data primer.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data senantiasa tergantung pada data yang dikehendaki, yang dapat diklasifikasikan seperti di atas. Oleh karena itu, di dalam metodelogi pengumpulan data, akan didasarkan pada klasifikasi tipe data tersebut, dengan catatan bahwa tidak akan dijelaskan mengenai data simulasi.2Dalam memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini pengumpulan data baik data primer maupun sekunder dilakukan melalui suatu penelitian yang saksama, yaitu dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :

1

Abdulkadir Muhammad,Metode Penelitian Hukum,2004, hlm 51. 21


(25)

a. Data Sekunder

Data yang diambil dari bahan-bahan kepustakaan yang dianggap menunjang dan mempunyai hubungan terhadap permasalahan yang akan dibahas, yakni terdiri dari :

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang berlakunya mengikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, antara lain :

1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

4) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru

5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru.

6) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 5 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan

7) Keputusan Mendiknas Nomor 75/P/2011 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Guru dalam Jabatan.

8) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 10 Tahun 2009. 2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum yang dapat membantu menganalisa bahan hukum primer.


(26)

Bahan-bahan kepustakaan berupa buku-buku kuliah maupun literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian atau masalah yang dibahas.

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum tersier ini bersumber dari Kamus Bahasa Indonesia, jurnal ilmiah dan internet.

b. Data Primer

Sesuai dengan pendekatan masalah diatas, maka dapat ditentukan sumber data yang diperoleh dari penelitian langsung pada Kementerian Agama Kota Bandar Lampung atau studi lapangan, dimana data ini diperoleh dengan mengadakan wawancara. Adapun yang dimaksud dengan wawancara (interview) adalah kegiatan pengumpulan data primer yang bersumber langsung dari responden penelitian di lapangan (lokasi). Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan cara tanya jawab dengan Guru Agama beserta staf Kementerian Agama Kota Bandar Lampung.3

3.4 Pengolahan Data

Keseluruhan data yang diperoleh dari metode tersebut, kemudian dikumpulkan untuk kemudian diolah dengan menggunakan tahap-tahap, yaitu :

1) seleksi data, yaitu mengidentifikasi data yang telah terkumpul apakah data lengkap, benar dan sesuai dengan permasalahan;

3


(27)

2) klasifikasi data, yaitu penempatan data ditetapkan sesuai dengan bidang atau pokok bahasan sehingga diperoleh data yang objektif dan mudah dalam menganalisanya; dan

3) sistematika data, yaitu penelusuran data berdasarkan urutan data yang telah ditentukan sesuai dengan ruang lingkup pokok bahasan secara sistematis.

3.5 Analisis Data

Setelah pengolahan data selesai, hal yang dilakukan adalah analisis data. Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara deskriftif kualitatif. Analisis deskriftif kualitatif adalah menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang terartur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis. Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan yaitu dengan mengkonstruksikan data dalam bentuk kalimat-kalimat yang jelas sehingga tersusun secara sistematis. Kemudian dilakukan pembahasan sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang akurat utuk menjawab permasalahan tentang pokok bahasan.


(28)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dan dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Pelaksanaan Tunjangan Profesi terhadap Guru Agama oleh Kementerian Agama Kota Bandar Lampung:

Panitia sertifikasi pada Kementerian Agama Kota Bandar Lampung menginformasikan kepada guru yang mendapat panggilan sebagai calon peserta sertifikasi untuk mendaftarkan diri sesuai dengan pedoman. Setelah itu dilaksanakan:

a. Uji portofolio terhadap peserta sertifikasi. Peserta yang mengikuti portofolio harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Bagi peserta yang belum lulus atau mengalami kegagalan akan didiklat dapat mengulangi sebagaimana minimal waktu yang telah ditentukan.

b. Setelah melakukan portofolio diakan tes melalui jalur Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) dan memfasilitasi pendanaan PLPG. Panitia Kecamatan dan Nara Sumber Pelaksana Sertifikasi Guru Kota Bandar Lampung, mempunyai tugas sebagai pengelola guru, menyiapkan guru, menentukan skala prioritas guru peserta sertifikasi dan menetapkan peserta sertifikasi guru berdasarkan form rekap calon peserta baru dan calon


(29)

peserta revisi (yang terdapat dalam sisa longlist). Kemudian dilakukan pula tindak lanjut bagi peserta yang tidak lulus dan diskualifikasi.

2. Faktor penghambat dalam pelaksanaan tunjangan profesi terhadap guru agama oleh Kementerian Agama Kota Bandar Lampung adalah guru yang kurang kooperatif atau kurangnya pemahaman guru dalam penyusunan portofolio, mutasi guru, faktor adanya perbedaan pendapat antara staf, dan dana yang tersendat dari pusat yang biasanya menjadi kendala dalam pelaksanaan pemberian tunjangan profesi.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan di atas, peneliti mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Sebaiknya bagi guru agama diharapkan dapat lebih bisa untuk bekerja sama dengan baik agar proses sertifikasi dapat berjalan dengan lancar.

2. Hendaknya dana yang disalurkan dapat lebih tepat waktu sehingga tidak lagi terjadi penundaan jadwal pelaksanaan.

3. Hendaknya pelaksanaan tunjangan profesi terhadap guru agama lebih diperhatikan lagi khususnya bagi guru yang mengajar di sekolah umum yang telah memenuhi persyaratan dan memiliki masa kerja cukup lama untuk diusulkan sebagai calon peserta.


(30)

Halaman

ABSTRAK ...i

HALAMAN JUDUL ...ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...iii

HALAMAN PENGESAHAN...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

RIWAYAT...vi

MOTTO ...vii

SANWACANA ...viii

DAFTAR ISI...ix

I. PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian... 6

1.4 Kegunaan Penelitian... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA...8

2.1 Pengertian Pelaksanaan ... 8

2.2 Tunjangan Profesi ... 12

2.2.1 Pengertian Tunjangan Profesi ... 12

2.2.2 Pelaksanaan Tunjangan Profesi ... 13

2.2.3 Tujuan Tunjangan Profesi dan Sertifikasi Guru... 14

2.2.4 Manfaat Tunjangan Profesi dan Sertifikasi Guru... 14

2.3 Prinsip Pemberian Tunjangan Profesi (Sertifikasi Guru)... 14

2.4 Dasar Hukum Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Profesi ... 18

2.5 Guru Agama ... 19

2.5.1 Pengertian Guru ... 19

2.5.2 Pengertian Guru Agama ... 20

2.5.3 Macam-macam Tingkat Guru Agama dalam Mengajar... 22

III. METODE PENELITIAN ...23

3.1 Pendekatan Masalah ... 23

3.2 Data dan Sumber Data ... 23

3.3 Metode Pengumpulan Data... 24

3.4 Pengolahan Data ... 26


(31)

4.2 Visi dan Misi Kementerian Agama Kota Bandar

Lampung ... 31

4.3 Susunan Organisasi Kementerian Agama Kota Bandar Lampung... 31

4.4 Data Kepegawaian ... 35

4.5 Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Profesi oleh Kementerian Agama Kota Bandar Lampung... 36

4.5.1 Data Guru Agama yang Telah Sertifikasi dan Belum Sertifikasi ... 44

4.5.2 Mekanisme Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Profesi oleh Kementerian Agama Kota Bandar Lampung ... 47

4.6 Faktor-Faktor Penghambat dalam Pelaksanan Tunjangan Profesi terhadap Guru Agama oleh Kementerian Agama Kota Bandar Lampung ... 48

V. KESIMPULAN DAN SARAN ...50

5.1 Kesimpulan... 50

5.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA...52


(32)

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Abdullah, Syukur. 1987.Permasalahan Pelaksanaan. Jakarta. Arifin, H. M.1996.Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Bintoro. 1991.Mekanisasi Pelaksanaan Era Baru. Jakarta: Bumi Aksara.

Darmito, W.J.S, Purwa.Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Djihad, Hisyam dan Suyanto, 2000, Pendidikan di Indonesia Memasuki Millenium

III: Yogyakarta, Adi Cita.

Gie, The Liang. 1977. Pokok-Pokok Implementasi (telah diterjemahkan). Jakarta. Muhammad, Abdulkadir. 2004. Metode Penelitian Hukum. Penerbit PT Citra

Aditya Bakti. Bandung.

N. Arwangga, Suryaputra. 2007.Desain Proposal Penelitian. Pyramid Publisher. Yogyakarta.

Jamaluddin, Noor. 1978.Pengertian guru. Jakarta.

Philipus Hadjon. 1993. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Gadjah Mada. University pers. Yogyakarta.

Santoso Sastropoetro. 1982. Pengertian Pelaksanaan. UI Press. Jakarta. Siagian, SP. 1984.Metode-Metode Perencanaan.Bandung.

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. 1989.Metode Penelitian Survey. Jakarta. Soekanto, Soejono. 1986.Pengantar Penelitian Hukum. UI Press. Jakarta.

Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(33)

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentangGuru dan Dosen.

Direktorat Jendral Pendidikan, Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 5 Tahun 2012 tentangSertifikasi bagi Guru dalam Jabatan.

Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan. Jakarta.

Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Tahun 2011 Buku 1 Pedoman Penetapan Peserta tentangSertifikasi Guru dalam Jabatan. Jakarta.

Keputusan Mendiknas Nomor 75/P/2011 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Guru dalam Jabatan.

Keputusan Surat Edaran (SE) Mendikbud dan Kepala BAKN No.57686)/MPK/1989.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 11 Tahun 2011 tentang

Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan. Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang

Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 5 Tahun 2012 tentang

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 10 Tahun 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.


(34)

(Skripsi)

Oleh : TRIA YUNITA M.

0912011258

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(35)

PELAKSANAAN PEMBERIAN TUNJANGAN PROFESI TERHADAP GURU AGAMA OLEH KEMENTERIAN AGAMA

KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

TRIA YUNITA M

Pada pelaksanaan tunjangan profesi, tidak dipungkiri bahwa guru agama yang mengajar di sekolah umum sering mengalami kesulitan dalam proses sertifikasi. Sertifikasi guru dinyatakan dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani. Sebagai bentuk implementasi kebijakan sertifikasi, tahun 2006 sampai sekarang dilaksanakan sertifikasi guru dalam jabatan. Sistem sertifikasi terbaru sejak tahun 2011 adalah melalui penilaian portofolio dan Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG). Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan pemberian tunjangan profesi terhadap guru agama oleh Kementerian Agama Kota Bandar Lampung dan apa saja faktor penghambat pelaksanaan pemberian tunjangan profesi terhadap guru gama oleh Kementerian Agama Kota Bandar Lampung tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan normatif dan pendekatan empiris.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pelaksanaan tunjangan profesi terhadap guru agama oleh Kementerian Agama Kota Bandar Lampung, yaitu: 1) pelaksanaan melalui portofolio dengan urutan: Staf Mapenda Kemenag menerima usulan daftar nama guru agama dari pihak sekolah, menginformasikan calon peserta, melakukan seleksi berkas, dan terakhir dengan tes portofolio tersebut. 2) pelaksanaan melalui PLPG. Setelah itu melakukan tindak lanjut bagi peserta yang tidak lulus dan diskualifikasi. Faktor penghambat yang dialami Kementerian Agama Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan pemberian tunjangan profesi adalah faktor dari guru yang kurang kooperatif atau kurangnya pemahaman guru dalam penyusunan portofolio, faktor adanya mutasi guru, faktor perbedaan pendapat antara staf, dan dana yang tersendat dari pusat sehingga berakibat pada mundurnya jadwal pelaksanaan pemberian tunjangan profesi.


(36)

THE IMPLEMENTATION OF GIVING THE PROFESSION BENEFIT TO RELIGION TEACHERS BY THE MINISTRY OF RELIGION

BANDAR LAMPUNG

By

TRIA YUNITA M

In the implementation of giving profession benefit, for religion teachers who teach in government schools have some difficulties in certification process. Teacher sertification is stated in Clause 8 Constitution No. 14 2005 about teachers and lecturers, that teachers must have academic qualification, competence, educator’s sertification, healthy in physically and spiritually. As the implementation of teacher sertification, in 2006 until now the implementation of teacher sertification in profession. The latest system of sertification since 2011 is taking portofolio evaluation and teacher training and education (PLPG).

The problem of this research is how the implementation of giving the profession benefit to religion teachers by The Ministry of Religion, Bandar Lampung. And the factor of the implementation of giving the profession benefit to religion teachers by The Ministry of Religion, Bandar Lampung. The methods use in this research is Normative approach and Empiric approach.

The result of this research showed: the implementation of giving the profession benefit to religion teachers by The Ministry of Religion, Bandar Lampung is 1) the implementation taking portofolio with chronology: officer of Mapenda The Ministry of Religion, Bandar Lampung receive religion teachers name list proposal of religion from school board, give the information to the participants, select the files, and last with taking the fortofolio. 2) the implementation through the teacher training and education. Then, to do futher act to failed participants and diskualified participants. Factor faced by The Ministry of Religion, Bandar Lampung in the implementation of giving the profession benefit to the religion teacher is uncooperative teachers (the less understanding of teacher in making portofolio), factor the mutation of teacher, there is the different oppinion in the officer Mapenda, and the fund trouble from govenment makes the late of giving the profession teacher benefit.


(37)

By

TRIA YUNITA M.

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Hukum

Jurusan Hukum Administrasi Negara

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(38)

BANDAR LAMPUNG Nama Mahasiswa :Tria Yunita M

Nomor Pokok Mahasiswa : 0912011258

Bagian : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Charles Jackson, S.H., M.H. Nurmayani, S.H., M.H. NIP. 19551217 198103 1 002 NIP. 19611219 198803 2 002

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

Nurmayani, S.H., M.H. NIP. 19611219 198803 2 002


(39)

1. Tim Penguji

Ketua :Charles Jackson, S.H., M.H. ...

Penguji Utama :Eka Deviani, S.H., M.H. ...

Sekretaris/Anggota :Nurmayani, S.H., M.H. ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S. NIP 19621109 198703 1 003


(40)

Saya persembahkan karya tulis skripsi ini untuk :

Ayahanda Mahyuddin Bedullah, S.E., dan Ibunda Nurbaiti, S.Pd.I., kedua orangtua yang telah membesarkan saya dengan segala

pengorbanan yang telah beliau berikan

Kakak-kakakku dan adikku tersayang Metia Fitriani, S.E., Meri Noviani, S.Pd., Muhammad Fadli Alalhuda M yang menjadi penyemangat ketika saya mulai hampir putus asa dengan keadaan

dan selalu ada disaat saya butuhkan dukungannya Teman-teman terbaik saya Dini, Luisa, Karolina, Rindy,

Ficki, Dara, Dea, Yusni, Alda, Cia, Uni

Seseorang yang telah menemani dan memotivasi saya selama ini Almamater tercinta, Universitas Lampung


(41)

enulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 03 Juni 1991, anak ketigadari empat bersaudara, terlahir dari Ayah yang bernama Mahyuddin Bedullah, S.E., dan Ibu bernama Nurbaiti, S.Pd.I. Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) Kartini I Bandar Lampung pada tahun 1997, dilanjutkan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Talang Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2003, kemudian Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 9 Bandar Lampung, Sekolah Menengah Pertama (SMPN) 3 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2006, lalu dilanjutkan lagi Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Bandar Lampung dan selesai di tahun 2009. Setelah tamat SMA penulis melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di Fakultas Hukum Jurusan Hukum Administrasi Negara Universitas Lampung sampai semester 7 hingga selesainya skripsi ini.


(42)

THE BEST PART OF HAPPINESS IS KNOW WHAT TO BE WHO YOU ARE.


(43)

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat dan rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Profesi terhadap Guru Agama oleh Kementerian Agama Kota Bandar Lampung” telah selesai. Studi ini dilakukan sebagai bagian dari sumbangan pemikiran masukan serta manfaat bagi para praktisi hukum, mahasiswa dan dosen, masyarakat umum yang membacanya, serta Kementerian Agama Kota Bandar Lampung, semoga dapat memperkaya ilmu dan wawasan bagi kita semua agar bisa tercapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan.

Atas bantuan pemikiran, waktu, data dan seluruh informasi yang telah diberikan untuk penyelesaian penelitian skripsi ini, penulis pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Pembimbing I dan Pembimbing II, Bapak Charles Jackson, S.H, M.H., dan Ibu Nurmayani, S.H., M.H. yang telah meluangkan waktu, pikiran, tenaga dan lain-lain untuk senantiasa sabar membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi saya.

2. Pembahas I dan Pembahas II, Ibu Eka Deviani S.H, M.H., dan Ibu Ati Yuniati S.H., M.H., yang bersedia menjadi penguji dalam skripsi saya dan segala arahan yang telah diberikan.


(44)

4. Dekan Fakultas Hukum, Dr. Heryandi, S.H., M.S.

5. Dosen-dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan program studi saya. Beserta Karyawan dan staf di Fakultas Hukum.

6. Kepala Kemenag Kota Bandar Lampung Drs. H. Riyadi, M.Ag. Pembimbing Penelitian selaku Pembina Humas Dra. Farida Anwar, Bapak Sukanto, S.Sos., beserta pegawai Seksi Mapenda di Kemenag Kota Bandar Lampung yang telah bersedia memberikan data informasi dan pemahaman mengenai penelitian skripsi saya.

7. Ibunda Nubaiti, S.Pd.I., dan Ayahanda Mahyuddin Bedullah, S.E., yang sangat kucintai dan kusayangi, yang selalu menyayangiku dan memimbingku dengan sabar dan tabah, berkorban demi segalanya dan memberikan do’a yang tulus demi keberhasilanku.

8. Kakak-kakakku Metia Fitriani M, S.E., Meri Noviani M, S.Pd., dan adikku tersayang Muhammad Fadli Alalhuda yang telah lama menantikan kesuksesan dalam perkuliahanku terima kasih atas kasih sayangnya, motivasi serta do’anya dan seluruh keluargaku yang telah memberikan bantuannya. 9. Rekan-rekan seperjuangan yang menemani dan bersama-sama di Fakultas

Hukum selama 3,5 tahun; Dini Dwi Astari, Karolina Pangestu, Luisa Mayang Yunisa, Yohana Rindy, Saskia Christy, Novia Anggraini, Nadia Purnama Sari, Raisa Harly RA, Oktavianti PS, Mega Puteri, Winda, Ani, Elvira, Refi, Mitha dan semua yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.


(45)

11. Teman-teman KKN Way Kanan Banjit Juni 2012; Kiki, Fani, Adistya, Mia, Hodlan, Ragil.

Akhir kata, semoga amal ibadah yang telah diberikan berupa bantuan, saran, bimbingan, motivasi kepada penulis mendapat Rahmat dan Hidayah dari Allah. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan penalaitian ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan laporan penelitian ini sangat diharapkan. Akhirnya semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Februari 2013


(46)

(1)

RIWAYAT HIDUP

enulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 03 Juni 1991, anak ketigadari empat bersaudara, terlahir dari Ayah yang bernama Mahyuddin Bedullah, S.E., dan Ibu bernama Nurbaiti, S.Pd.I. Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) Kartini I Bandar Lampung pada tahun 1997, dilanjutkan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Talang Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2003, kemudian Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 9 Bandar Lampung, Sekolah Menengah Pertama (SMPN) 3 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2006, lalu dilanjutkan lagi Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Bandar Lampung dan selesai di tahun 2009. Setelah tamat SMA penulis melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di Fakultas Hukum Jurusan Hukum Administrasi Negara Universitas Lampung sampai semester 7 hingga selesainya skripsi ini.


(2)

MOTTO

THE BEST PART OF HAPPINESS IS KNOW WHAT TO BE WHO YOU ARE.


(3)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

karena berkat dan rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Profesi terhadap Guru Agama oleh Kementerian Agama Kota Bandar Lampung” telah selesai. Studi ini dilakukan sebagai bagian dari sumbangan pemikiran masukan serta manfaat bagi para praktisi hukum, mahasiswa dan dosen, masyarakat umum yang membacanya, serta Kementerian Agama Kota Bandar Lampung, semoga dapat memperkaya ilmu dan wawasan bagi kita semua agar bisa tercapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan.

Atas bantuan pemikiran, waktu, data dan seluruh informasi yang telah diberikan untuk penyelesaian penelitian skripsi ini, penulis pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Pembimbing I dan Pembimbing II, Bapak Charles Jackson, S.H, M.H., dan Ibu Nurmayani, S.H., M.H. yang telah meluangkan waktu, pikiran, tenaga dan lain-lain untuk senantiasa sabar membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi saya.

2. Pembahas I dan Pembahas II, Ibu Eka Deviani S.H, M.H., dan Ibu Ati Yuniati S.H., M.H., yang bersedia menjadi penguji dalam skripsi saya dan segala arahan yang telah diberikan.


(4)

3. Pembimbing Akademik, Widya Krulinasari, S.H., M.H., Ibunda yang selalu membantu penulis dan memberikan solusi dalam perkuliahan selama ini. 4. Dekan Fakultas Hukum, Dr. Heryandi, S.H., M.S.

5. Dosen-dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan program studi saya. Beserta Karyawan dan staf di Fakultas Hukum.

6. Kepala Kemenag Kota Bandar Lampung Drs. H. Riyadi, M.Ag. Pembimbing Penelitian selaku Pembina Humas Dra. Farida Anwar, Bapak Sukanto, S.Sos., beserta pegawai Seksi Mapenda di Kemenag Kota Bandar Lampung yang telah bersedia memberikan data informasi dan pemahaman mengenai penelitian skripsi saya.

7. Ibunda Nubaiti, S.Pd.I., dan Ayahanda Mahyuddin Bedullah, S.E., yang sangat kucintai dan kusayangi, yang selalu menyayangiku dan memimbingku dengan sabar dan tabah, berkorban demi segalanya dan memberikan do’a

yang tulus demi keberhasilanku.

8. Kakak-kakakku Metia Fitriani M, S.E., Meri Noviani M, S.Pd., dan adikku tersayang Muhammad Fadli Alalhuda yang telah lama menantikan kesuksesan dalam perkuliahanku terima kasih atas kasih sayangnya, motivasi

serta do’anya dan seluruh keluargaku yang telah memberikan bantuannya. 9. Rekan-rekan seperjuangan yang menemani dan bersama-sama di Fakultas

Hukum selama 3,5 tahun; Dini Dwi Astari, Karolina Pangestu, Luisa Mayang Yunisa, Yohana Rindy, Saskia Christy, Novia Anggraini, Nadia Purnama Sari, Raisa Harly RA, Oktavianti PS, Mega Puteri, Winda, Ani, Elvira, Refi, Mitha dan semua yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.


(5)

10. Teman-teman saya tersayang Alda, Cia, Dea, Dara, Ficki, Putri, Rindy, Yusni.

11. Teman-teman KKN Way Kanan Banjit Juni 2012; Kiki, Fani, Adistya, Mia, Hodlan, Ragil.

Akhir kata, semoga amal ibadah yang telah diberikan berupa bantuan, saran, bimbingan, motivasi kepada penulis mendapat Rahmat dan Hidayah dari Allah. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan penalaitian ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan laporan penelitian ini sangat diharapkan. Akhirnya semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Februari 2013


(6)