EVALUASI PELAKSANAAN TUGAS PEMBANTUAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN (TP-OP) JARINGAN IRIGASI PADA SATKER DINAS PENGAIRAN DAN PEMUKIMAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN ANGGARAN 2009 DAN 2010

(1)

ABSTRAK

EVALUASI PELAKSANAAN TUGAS PEMBANTUAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN (TP-OP) JARINGAN IRIGASI PADA SATKER DINAS

PENGAIRAN DAN PEMUKIMAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN ANGGARAN 2009 DAN 2010

Oleh

ZALDI RONALD DIMYADI

Pembagian kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan jaringan irigasi sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa jaringan irigasi yang melayani irigasi sawah dengan luas area lebih dari 3000 Ha merupakan kewenangan dan tanggung jawab pemerintah pusat. Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan (TPOP) Jaringan Irigasi merupakan pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab tersebut kepada pemerintah provinsi/kabupaten.

Evaluasi pelaksanaan TPOP Jaringan Irigasi pada Satuan Kerja Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2009 dan 2010 ditinjau dari aspek penganggaran dan pelaksanaannya akan memberikan gambaran pelaksanaan kinerja pada satuan kerja ini. Dengan sumber dana pada APBN, pelaksanaan tahun anggaran 2009 dengan nilai anggaran sebesar Rp. 20.566.050.000 dan tahun anggaran 2010 dengan nilai anggaran sebesar Rp. 21.937.120.000 pasti memiliki permasalahan dan keadaan yang berbeda-beda hal ini terbukti dengan penyerapan total anggaran yang hanya sebesar 83,98 % pada tahun anggaran 2009 dan penyerapan sebesar 97,75 % pada tahun 2010 . Perbedaan permasalahan dan keadaan yang dihadapi oleh Satuan Kerja pada tiap tahun anggaran akan memberikan dampak positif dan negatif yang akan dianalisa guna penyempurnaan yang berkesinambungan bagi program TPOP.


(2)

ABSTRAK

EVALUASI PELAKSANAAN TUGAS PEMBANTUAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN (TP-OP) JARINGAN IRIGASI PADA SATKER DINAS PENGAIRAN DAN PEMUKIMAN PROVINSI

LAMPUNG TAHUN ANGGARAN 2009 DAN 2010

Oleh

ZALDI RONALD DIMYADI

Pembagian kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan jaringan irigasi sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa jaringan irigasi yang melayani irigasi sawah dengan luas area lebih dari 3000 Ha merupakan kewenangan dan tanggung jawab pemerintah pusat. Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan (TPOP) Jaringan Irigasi merupakan pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab tersebut kepada pemerintah provinsi/kabupaten.

Evaluasi pelaksanaan TPOP Jaringan Irigasi pada Satuan Kerja Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2009 dan 2010 ditinjau dari aspek penganggaran dan pelaksanaannya akan memberikan gambaran pelaksanaan kinerja pada satuan kerja ini. Dengan sumber dana pada APBN, pelaksanaan tahun anggaran 2009 dengan nilai anggaran sebesar Rp. 20.566.050.000 dan tahun anggaran 2010 dengan nilai anggaran sebesar Rp. 21.937.120.000 pasti memiliki permasalahan dan keadaan yang berbeda-beda hal ini terbukti dengan penyerapan total anggaran yang hanya sebesar 83,98 % pada tahun anggaran 2009 dan penyerapan sebesar 97,75 % pada tahun 2010 . Perbedaan permasalahan dan keadaan yang dihadapi oleh Satker pada tiap tahun anggaran akan memberikan dampak positif dan negatif yang akan dianalisa guna penyempurnaan yang berkesinambungan bagi program TPOP.


(3)

ABSTRACT

EVALUATION OF EXECUTION OF OPERATIONAL AND MAINTENANCE ASSISTANCE DUTY (TP-OP) OF IRRIGATION SYSTEM ON WORKING

UNIT OF IRRIGATION AND SETTLEMENT OFFICIAL OF LAMPUNG PROVINCE IN 2009 AND 2010

By

ZALDI RONALD DIMYADI

Authority and responsibility allocation of irrigation system management as mandated in Government Regulation No. 20 Year 2006 which states that irrigation system which serves field irrigation with its area of more than 3000 Ha is the authority and responsibility of central government. Operational and Maintenance Assistance Duty (TP-OP) of irrigation system is the delegation of that authority and responsibility to the provincial/ regency government.

The evaluation of the execution of TP-OP of the irrigation system on working unit of irrigation and settlement agency of Lampung province in 2009 and 2010 reviewed from the aspect of its estimation and execution will give the illustration of the performance of the working unit with source of funds in APBN, in 2009 with its budget estimation is Rp. 20.566.050.000 and in 2010 with its budget estimation is Rp. 21.937.120.000, must have problem and different situation. This is proven by the absorb total budget estimation which is only 83,98% in 2009 and 97,75% in 2010. The distinction of the problem and situation faced by working unit in every fiscal year will give positive and negative impact to be analyzed for the sake of a sustainable improvement for TP-OP program.

Key words: absorption, budget estimation, irrigation system, operation and maintenance.


(4)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa memiliki persoalan dalam pemenuhan kebutuhan pangan bagi penduduknya, target surplus beras sebesar 10 juta ton pada tahun 2014 yang dicanangkan oleh pemerintah merupakan suatu tantangan yang memerlukan kerja keras dari setiap pemangku kepentingan yang terlibat. Dengan semakin berkurangnya lahan guna pembuatan areal sawah baru maka program intensifikasi pertanian merupakan pilihan yang tepat. Sesuai dengan yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi bahwa irigasi berfungsi mendukung produktifitas usaha tani guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat khususnya petani yang diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi dilakukan dengan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi. Pembangunan irigasi di Indonesia sudah dimulai sejak jaman kolonialisasi Belanda pada awal abad ke-20 yang kemudian dilanjutkan oleh Pemerintah Indonesia sampai saat ini. Saat ini Indonesia memiliki luas lahan irigasi nasional sebesar 7.230.183 Ha, Pulau Jawa sebagai sentra padi nasional


(5)

memiliki 46 % luas irigasi nasional yang kemudian disusul Pulau Sumatera sebesar 28 % luas irigasi nasional dan selanjutnya Pulau Sulawesi sebesar 12 %. Untuk daerah Jawa dan Sumatera khususnya, jaringan irigasi yang ada merupakan hasil pembangunan di awal pengembangan irigasi Indonesia (baik sejak jaman kolonial, maupun awal Repelita) yang rata-rata telah berumur lebih dari 20 tahun. Dengan bertambahnya umur bangunan-bangunan air di jaringan irigasi sejak waktu pelaksanaan konstruksi, secara alami maupun pengaruh dari ulah manusia yang tak bertanggung jawab akan terjadi penurunan fungsi dari bangunan tersebut, sedangkan tuntutan kebutuhan pembagian air irigasi yang efisien di seluruh tingkatan jaringan irigasi untuk mengairi lahan tanaman sangat diperlukan.

Sesuai tahapan Survey, Investigation, Land Aqcuisition, Contruction, Operation and Maintenace (SIDLACOM) , setelah kegiatan konstruksi pembangunan jaringan Irigasi proses lanjutan adalah kegiatan operasi dan pemeliharaan. Kegiatan pemiliharaan jaringan irigasi merupakan suatu kegiatan yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar fungsi pelayanan irigasi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien untuk menunjang usaha-usaha sektor pertanian dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, telah mengamanatkan bahwa pembiayaan pelaksanaan konstruksi maupun operasi dan pemeliharaan sistem irigasi di jaringan irigasi primer dan sekunder menjadi tanggungjawab pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dan dapat melibatkan peran serta


(6)

masyarakat petani; dan bahwa pembiayaan pelaksanaan konstruksi sistem irigasi tersier menjadi tanggungjawab petani dan dapat dibantu pemerintah dan pemerintah daerah. Untuk tahun anggaran 2011 ini, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum telah menganggarkan dana sebesar Rp.1.099.549.846.000,00.- guna keperluan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sumber daya air. Alokasi dan teknis penggunaan dana tersebut dilaksanakan secara langsung oleh kementerian secara vertikal melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) / Balai Wilayah Sungai (BWS) maupun di Tugas Pembantuan (TP) melalui dinas-dinas di tiap provinsi maupun kabupaten.

Gam bar 1. RENSTRA Irigasi 2010 - 2014

Provinsi Lampung melalui Dinas Pengairan dan Pemukiman merupakan salah satu provinsi yang mendapatkan kepercayaan dari Kementerian Pekerjaan Umum untuk melaksanakan Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan (TP-OP) Jaringan Irigasi. Tugas Pembantuan ini telah dilaksanakan sejak tahun anggaran 2007 hingga saat ini tahun anggaran 2013. TP-OP yang dilaksanakan oleh Satker Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung ini meliputi pekerjaan : operasi rutin, pemeliharaan rutin, dan pemeliharaan berkala yang dilaksanakan di 9 (sembilan) Daerah Irigasi (D.I) yaitu : D.I.

1 Pembangunan Baru Ha 500,000

2 Rehabilitasi Jaringan Irigasi Ha 1,342,870

3 O & P Ha 2,341,363


(7)

Way Tebu System, D.I. Way Seputih, D.I. Way Sekampung, D.I. Way Curup, D.I. Way Jepara, D.I. Way Pengubuan, D.I. Way Rarem, D.I. Way Tulung Mas, dan D.I. Way Umpu dengan luas total 137.107 Ha.

1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa efektif dan tepat guna dan sasarannya pelaksanaan kegiatan TP-OP Jaringan Irigasi di Satker Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung yang ditinjau dari aspek penyerapan dan tujuan penggunaan anggaran dana.

Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan usulan-usulan kebijakan yang diharapkan dapat menjadi pedoman pelaksanaan penggunaan anggaran dana TP-OP dengan menjadikan Satker Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung pada tahun anggaran 2009 dan 2010 sebagai tinjauan penelitian.

1.3. Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian ini mencakup perhitungan komposisi penyerapan dan tujuan penggunaan anggaran TP-OP pada tahun anggaran 2009 dan 2010. Data-data sekunder yang telah didapatkan akan diolah dan hasilnya dianalisis guna mendapatkan suatu kesimpulan yang diharapkan dapat usulan kebijakan dalam pelaksanan TP-OP.


(8)

Dengan membandingkan pelaksanaan pada dua tahun anggaran (2009 dan 2010) diharapkan ada perbandingan kinerja dan permasalahan-permasalan serta solusi dari tiap tahun anggaran yang telah dilaksanakan. Data-data yang dianalisa adalah data pelaksanaan kegiatan TP-OP di sembilan Daerah Irigasi di Provinsi Lampung yang diperoleh dari tiga wilayah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yaitu UPTD Semangka, UPTD Seputih-Sekampung, UPTD Mesuji Tulang Bawang dan Satuan Kerja (Satker) Dinas Pengairan dan Provinsi Lampung.

1.4. Manfaat Penelitian

Tugas Perbantuan (TP) Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi merupakan suatu bentuk aplikasi kebijakan pemerintah yang bertujuan memberikan menfaat sebesar-besarnya bagi para petani pemakai air irigasi yang akan berdampak bagi ketahanan pangan nasional. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu :

1. Adanya evaluasi mengenai pelaksanaan kegiatan Tugas Perbantuan Operasi Pemeliharaan (TPOP) satuan kerja Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2009 dan 2010

2. Dari evaluasi tersebut diatas akan ditemukan kelemahan-kelemahan dan kebaikan-kebaikan dari suatu kegiatan yang dapat dijadikan sebagai suatu acuan bagi pelaksanaan kegiatan pada tahun-tahun yang akan datang.


(9)

3. Meningkatnya manfaat dan daya guna dari kegiatan Tugas Perbantuan Operasi Pemeliharaan (TPOP) baik secara langsung kepada masyarakat pengguna air irigasi, Pemerintah Pusat khususnya Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Sumber Daya Air selaku pemutus kebijakan, dan Satuan Kerja Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung selaku pelaksana kebijakan.

1.5. Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan tesis ini dibagi menjadi 5 (lima) bab. Bab I yang merupakan pendahuluan dari tesis ini berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan penelitian, lingkup penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penelitian. Bab II terdiri dari kajian secara menyeluruh terhadap pustaka terkait dengan pembahasan tesis ini.

Bab III menguraikan secara rinci metode dan semua tahapan yang dilakukan dalam penelitian, data yang dibutuhkan, pelaksanaan seluruh kegiatan penelitian serta cara analisis atau pengolahan datanya. Bab IV memuat seluruh data yang diperoleh dan hasil pengolahan data tersebut beserta pembahasannya.

Bab V berisi kesimpulan yang memuat hasil-hasil penting dari penelitian yang diperoleh berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab-bab


(10)

sebelumnya, bab ini juga menguraikan saran-saran yang diperlukan guna penyempurnaan hasil penelitian.

1.6. Hipotesis Penelitian

Dalam pelaksanaan kegiatan Tugas Pembantuan Operasi Pemeliharaan (TP-OP) Jaringan Irigasi setiap tahun anggarannya (Tahun Anggaran 2009 dan 2010), masing-masing tahun anggaran memiliki karakter permasalahan-permasalahan dan penyelesaian yang berbeda-beda. Perbedaan ini mungkin timbul karena faktor-faktor teknis maupun non teknis dilapangan, nilai anggaran yang berbeda, bahkan mungkin juga disebabkan faktor manajerial yang berbeda. Oleh karena itu penulis berhipotesis bahwa efektifitas dan daya manfaat serta pencapaian tujuan kegiatan TP-OP pada tahun anggaran 2009 dan 2010 berbeda. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi pelaksanaan guna mengetahui secara lebih mendetail.


(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Irigasi

Indonesia adalah Negara yang sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian dengan makanan pokoknya bersumber dari beras, sagu, serta ubi hasil pertanian. Jumlah penduduk Idonesia diprediksi akan menjadi 275 juta jiwa pada tahun 2025, maka untuk memenuhi produksi bahan makanan pokok berupa padi, sangat diperlukan jaringan irigasi. Irigasi pendukung keberhasilan pembangunan pertanian merupakan kebijakan Pemerintah yang sangat strategis dalam pertumbuhan perekonomian nasional guna mempertahankan produksi swasembada beras. Saat ini sekitar 80 % dari produksi padi dalam negeri berasal dari sawah beririgasi, sementara program ketahanan pangan dapat terganggu dari banyaknya permasalahan yang menghambat kinerja dan keberlanjutan fungsi jaringan irigasi yang telah dibangun dengan tingkat kerusakan jaringan irigasi setiap tahunnya mencapai 100.000 Ha dan pada tahun 2002 kerusakan mencapai 172.000 Ha (Soenarno, 2004).


(12)

Menurut Peraturan Pemerintah nomor 20 Tahun 2006 tentang irigasi pada ketentuan umum bab I pasal 1 berbunyi irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya adalah irigasi permukaan , rawa, air bawah tanah, pompa dan tambak. Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan membuka dan menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu dan bangunan, mengumpulkan data, memantau dan mengevaluasi.

Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian, pembinaan dan pembuangannya. Jaringan utama adalah

jaringan irigasi yang berada dalam satu sistem irigasi, mulai dari bangunan utama, saluran induk/primer, saluran sekunder, dan bangunan sadap serta pelengkapnya.

Petak irigasi adalah petak lahan yang memperoleh air irigasi. Petak tersier adalah kumpulan petak irigasi yang merupakan kesatuan dan mendapatkan air irigasi melalui saluran tersier yang sama.Penyediaan air irigasi adalah penentuan banyaknya air persatuan waktu dan saat pemberian air yang dapat dipergunakan untuk menunjang pertanian. Pembagian air irigasi adalah


(13)

penyaluran air dalam jaringan utama. Pemberian air irigasi adalah penyaluran alokasi air dan jaringan utama ke petak tersier dan kuarter. Penggunaan air irigasi adalah pemanfaatan air di lahan pertanian. Untuk mengalirkan air pada areal persawahan diperlukan jaringan irigasi, dan air irigasi diperlukan untuk mengairi persawahan, oleh sebab itu kegiatan pertanian tidak dapat terlepas dari air. Irigasi sebagai suatu cara untuk mengambil air dari sumbernya guna keperluan pertanian, dengan mengalirkan dan membagikan air secara teratur dalam usaha pemanfaatan air untuk mengairi tanaman. Dalam meningkatkan produktivitas usaha tani diperlukan intensifikasi dengan pemanfaatan sumberdaya air guna melestarikan ketahanan pangan, dan meningkatkan pendapatan petani. Oleh karena itu, optimalisasi pemanfaatan sumber daya air yang dapat dilakukan adalah melalui alokasi air irigasi secara efektif dan efisien.

Efisiensi dan efektivitas penggunaan air irigasi sangat dipengaruhi oleh perilaku para pemangku pengelola irigasi (institusi P3A) melalui pelayanan 3 (tiga) tepat; tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat kualitas yang dibutuhkan tanaman. Secara teknis pemberian air irigasi dan jumlah air yang harus diberikan sangat bergantung pada air yang dibutuhkan tanaman, ketersediaan air irigasi, namun kenyataan di lapangan waktu pemberian air irigasi masih dipengaruhi oleh kondisi fisik saluran irigasi, dan faktor perilaku para petugas di lapangan.


(14)

2.2 Pengelolaan Irigasi

Pengelolaan irigasi sebagai usaha pendayagunaan air irigasi yang meliputi operasi dan pemeliharaan, pengamanan, rehabilitasi, dan peningkatan irigasi. Pengelolaan irigasi diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat petani dan dengan menempatkan perkumpulan petani pemakai air sebagai pengambil keputusan dan pelaku utama dalam pengelolaan irigasi yang menjadi tanggungjawabnya.

Menurut Soenarno (2004) sektor sumber daya air dan irigasi menghadapi permasalahan investasi jangka panjang dan pengelolaan / manajemen yang semakin komplek dan menantang. Oleh karenanya tanpa penanganan yang efektif, hal-hal tersebut akan menjadi kendala bagi pengembangan perekonomian dan tercapainya ketahanan pangan nasional. Kerusakan jaringan irigasi di samping oleh faktor-faktor umur bangunan dan bencana alam, juga disebabkan oleh minimnya penyediaan dana operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Selain itu bias juga dipengaruhi oleh kuantitas dan kontinuitas pembagian air irigasi, karena saluran tidak terlewati air dapat terjadi kerusakan. Timbulnya kerusakan jaringan irigasi juga disebabkan adanya faktor perilaku para pengelola irigasi dan masyarakat pengguna air.

Menurut UU No. 7 tahun 2004 tentang sumber daya air dan PP nomor 20 tahun 2006 tentang irigasi menjelaskan tentang pembagian kewenangan pengelolaan jaringan irigasi berdasarkan luasan areal persawahan yang


(15)

dilayani oleh jaringan irigasi tersebut, yaitu ; luas areal sampai dengan 1000 Ha merupakan kewenangan Pemerintah Kabupaten, luas areal 1000 3000 Ha merupakan kewenangan Pemerintah Propinsi, luas areal diatas 3000 Ha merupakan kewenangan Pemerintah Pusat. Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa pelaksanaan desentralisasi diberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah dengan prinsip pendekatan pelayanan kepada masyarakat diberbagai bidang termasuk irigasi.

2.3 Pelayanan Publik

Pelayanan air irigasi merupakan bentuk pelayanan publik yang perlu upaya pelaksanaan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang mengutamakan kepentingan dan peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan. Penyelengaraan pelayanan publik merupakan upaya Negara untuk memenuhi kebutuhan dasar dan hak-hak sipil setiap warga Negara atas barang, jasa, dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan kepada Negara untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap warga Negara demi kesejahteraannya, sehingga efektivitas suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan pelayanan publik (Sarjadi, 2009). Pengelolaan jaringan irigasi yang diembankan kepada Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat


(16)

Jenderal Sumber Daya Air merupakan suatu bentuk tanggung jawab dan penyelenggaraan pelayanan publik. Kondisi saat ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan pelayanan publik masih dihadapkan pada sistem pemerintahan yang belum efektif dan efisien serta kualitas sumber daya manusia aparatur yang belum memadai. Upaya perbaikan kualitas pelayanan publik dilakukan melalui pembenahan sistem pelayanan publik secara menyeluruh dan terintegrasi. Sejak berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang selanjutnya diubah menjadi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004, diharapkan dapat memberikan dampak nyata yang luas terhadap peningkatan pelayanan terhadap masyarakat. Pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat ke Daerah memungkinkan terjadinya penyelenggaraan pelayanan dengan jalur birokrasi yang lebih ringkas dan membuka peluang bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan inovasi dalam pemberian dan peningkatan kualitas pelayanan (Waluyo, 2007). Secara umum terdapat 4 (empat) unsur yang dapat memberi pengaruh terhadap peningkatan kualitas dan kinerja pelayanan, yaitu :

1. Sumber daya yang bermutu. 2. Sistem dan teknologi terpadu. 3. Strategi yang tepat.

4. Logistik yang memadai.

Dalam konteks tercapainya pembentukan profesionalitas aparatur pemerintah daerah dapat diukur dari kemampuannya melaksanakan urusan pemerintah daerah. Membentuk profesionalitas aparatur dapat melalui


(17)

pendidikan formal maupun berbagai penyertaan dalam program pendidikan dan pelatihan sebagai proses pembelajaran yang dilakukan secara berkelanjutan. Pendidikan dan pelatihan bagi aparatur perlu lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan dalam pelaksanaan tugas guna mengembangkan aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap sehingga dapat memiliki kompetensi yang tinggi sesuai dalam pelaksanaan tugas berdasarkan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan dan teknologi serta tata nilai etik profesi.

Menurut Surjadi (2009), penyelenggaraan fungsi pemerintah daerah mencakup penyelenggaraan urusan-urusan pemerintah daerah dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) urusan, yaitu :

1. Urusan memberikan pelayanan kebutuhan/kepentingan masyarakat (public interest) maupun mengatasi masalah-masalah masyarakat (public affair). Namun dalam hubungan ini tugas pokok pemerintah daerah tidak semata-mata melaksanakan pelayanan sesuai tuntutan/kebutuhan masyarakat, karena itu pendekatan dengan prinsip lebih baik pemerintah daerah sebagai pengemudi dari pada pendayung.

2. Urusan pemberdayaan masyarakat (public energizing), agar masyarakat mampu memenuhi kepentingan dan masalah-masalahnya dengan kekuatan sendiri. Dengan kemampuan masyarakat memenuhi kepentingan dan masalah-masalahnya sendiri akan membawa dampak meringankan beban pemerintah daerah, sekalipun pemerintah daerah


(18)

berupaya meningkatkan kemampuannya untuk melaksanakan pelayanan dan urusan pemerintahan umum lainnya.

3. Urusan pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan kemampuan finansial sebagai karakteristik daerah otonom yang memiliki hak dan kewenangan mengurus rumah tangganya sendiri yang dibuktikan dengan kemampuan dalam pembiayaan penyelenggaraan urusan-urusan daerah. 4. Urusan pemerintah daerah dalam melaksanakan fungsi mengatur untuk

kepentingan dan melindungi masyarakat sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Kebijakan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang efektif dan efisien diperlukan untuk menjamin keberlanjutan sistem irigasi dan hak guna air untuk irigasi yang di dasarkan pada kenyataan sebagai berikut : 1. Adanya pergeseran nilai air dari sumber daya air milik bersama yang

melimpah dan dapat dimanfaatkan tanpa biaya menjadi sumber daya yang bernilai ekonomi dan berfungsi sosial.

2. Terjadinya kerawanan ketersediaan air secara nasional.

3. Meningkatnya persaingan pemanfaatan air antara irigasi dengan penggunaan oleh sektor-sektor lain.

4. Makin meluasnya alih fungsi lahan irigasi untuk kepentingan lainnya.

Menurut Direktorat Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum (2002), reformasi kebijakan sumber daya air mencakup kebijakan irigasi dan kebijakan non-irigasi dengan 4 (empat) sasaran pokok, yaitu :


(19)

1. Perbaikan produk-produk peraturan perundang-undangan dan kerangka kelembagaan nasional dalam rangka desentralisasi pengembangan dan pengelolaan sumber daya air.

2. Perbaikan dan peningkatan kerangka kelembagaan sumber daya air di daerah dan wilayah sungai untuk pelaksanaan desentralisasi pengelolaan sumber daya air.

3. Perbaikan dan peningkatan institusi daerah (provinsi), kabupaten, dan wilayah sungai sebagai pengatur dan pelaksana pengelolaan/manajemen kualitas air di tingkat daerah.

4. Perbaikan dan peningkatan kebijakan nasional, institusi dan peraturan tentang pengelolaan irigasi yang bertujuan untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat (petani), pemakai air untuk mengelola jaringan irigasi.

2.4 Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan (TPOP)

Sesuai dengan Undang Undang No. 7 Tahun 2004 Tentang Pembagian Wilayah Daerah Irigasi yang menjadi kewenangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten / Kota, Pemerintah Pusat melakukan pengelolaan Daerah Irigasi melalui sumber dana APBN yang dalam pelaksanaannya ditugas pembantuankan kepada Pemerintah Provinsi. Agar pemberian air dapat dilakukan dengan adil dan berkesinambungan sesuai dengan keberadaan sumber air dan kebutuhannya maka mutlak diperlukan


(20)

Operasi dan Pemeliharaan. Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan ini akan terdiri dari :

1. Administrasi Kegiatan

Dalam melaksanakan kegiatan Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan ini diperlukan pengadministrasian kegiatan sehingga setiap tahapan pelaksanaan dari pengusulan anggaran sampai dengan pelaksanaan berakhir akan dapat tercatat dengan baik dalam hal teknis maupun dalam hal keuangan. Dalam kegiatan pengadministrasian ini akan dilakukan penyusunan keperluan biaya operasi dan pemeliharaan tahun berikutnya, pelaporan, pengawasan dan monitoring pekerjaan baik pemeliharaan rutin maupun berkala, koordinasi dengan Pusat, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan Kabupaten / Kota, administrasi keuangan serta keperluan lainnya yang berhubungan dengan Operasi Pemeliharaan (OP).

Maksud dari kegiatan Administrasi ini adalah untuk melakukan pencatatan kegiatan baik teknis maupun keuangan sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat lebih terarah, berjalan sebagaimana mestinya dan dapat dipertanggung jawabkan. Sasaran kegiatan Administrasi ini adalah terpantaunya pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat berjalan dengan baik dan benar dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya.

2. Operasi Rutin

Operasi Rutin adalah suatu kegiatan yang diawali dari penentuan Pola Tata Tanam dan rencana pembagian air untuk memenuhi keperluan air


(21)

pada setiap petakan-petakan tersier. Pelaksanaan pembagian air ini dilakukan secara terus- menerus oleh Pengamat dan dibantu oleh Juru Pengairan bekerja sama dengan Petani Pemakai Pengguna Air (P3A) / Gabungan Petani Pemakai Pengguna Air (GP3A).

Dalam penentuan Pola Tata Tanam dan rencana pembagian air dilakukan secara berjenjang dari tingkat tersier yang dibuat oleh P3A beserta anggotanya ( Petani ) hingga ketingkat Kabupaten dan akhirnya ditingkat Provinsi yang diwujudkan dalam bentuk Surat Keputusan Gubernur. Sedangkan dalam pelaksanaannya Petugas-petugas OP yang berkoordinasi dengan GP3A / P3A. terus memantau penerapan Pola Tata Tanam dan terus memperhatikan ketersediaan air sehingga dapat diketahui kebutuhan dan ketersediaan air dalam setiap periodenya dan dapat membagi air dengan baik. Dalam kondisi-kondisi tertentu dimana ketersediaan air menurun (kebutuhan jauh lebih besar dari ketersediaan) maka Petugas OP akan melakukan penelusuran jaringan untuk dapat memastikan tidak adanya air yang terbuang dan mengatur kembali bukaanbukaan pintu. Hal ini dilakukan untuk menghindari kegagalan / penurunan produksi panen.

Tujuan kegiatan Operasi Rutin ini adalah untuk memanfaatkan sumber daya air dan lahan yang ada pada daerah irigasi sehingga air dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin demi untuk keperluan sawah. Sasaran kegiatan Operasi Rutin ini adalah untuk memperoleh pemberian dan


(22)

pembagian air dengan baik sehingga sumber air yang ada dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin demi mempertahankan dan meningkatan produksi bahan pangan.

3. Pemeliharaan Rutin

Pemeliharaan Rutin adalah upaya untuk mempertahankan kondisi dan fungsi saluran dan bangunan irigasi yang ada agar tetap siap dalam mendistribusikan air irigasi sehingga pelayanan pemberian air kepada masyarakat tidak terhambat. Kerusakan-kerusakan kecil dan hal-hal lain yang dapat menghambat aliran air dan hal-hal yang dapat mengakibatkan kehilangan air akan diatasi pada kegiatan pemeliharan rutin ini. Maksud dari kegiatan Pemeliharaan Rutin adalah mempertahankan fungsi saluran dan bangunan irigasi yang ada dengan cara menghindari / membuang penghambat aliran sehingga saluran dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Tujuan kegiatan Pemeliharaan Rutin ini adalah untuk mempertahankan fungsi saluran dan bangunan irigasi yang ada agar pendistribusian air irigasi tidak terhambat untuk menuju ke petak-petak tersier yang ada pada daerah irigasi. Sasaran kegiatan Pemeliharaan Rutin ini adalah agar saluran dan bangunan yang ada mampu mendistribusikan air irigasi menuju ke petak-petak tersier dengan baik sehingga sumber air yang ada dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin demi mempertahankan dan meningkatan produksi bahan pangan.


(23)

4. Pemeliharaan Berkala

Pemeliharaan Berkala adalah upaya untuk mempertahankan kondisi saluran dan bangunan irigasi yang ada agar sarana tersebut dapat mendistribusikan air irigasi dengan baik dan berkelanjutan sehingga pelayanan pemberian air kepada masyarakat dapat lebih terjamin. Kerusakan-kerusakan yang ada pada saluran dan bangunan tersebut akan diperbaiki pada saat pengeringan, sehingga saluran kembali dalam kondisi semula.

Maksud dari kegiatan Pemeliharaan berkala adalah usaha mempertahankan kondisi dan fungsi saluran dan bangunan irigasi yang ada dilakukan secara berkala. Tujuan kegiatan Pemeliharaan berkala ini adalah untuk mempertahankan kondisi dan fungsi saluran dan bangunan irigasi yang ada agar pendistribusian air irigasi tidak terhambat untuk menuju kepetak-petak tersier yang ada serta memperpanjang usia pakai sarana irigasi yang ada. Sasaran kegiatan Pemeliharaan berkala ini adalah mempertahan kan kondisi dan fungsi saluran dan bangunan irigasi yang ada agar mampu mendistribusikan air irigasi menuju ke petak-petak tersier dengan baik dan berkelanjutan sehingga sumber air yang ada dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin demi mempertahankan dan meningkatan produksi bahan pangan.


(24)

5. Survey Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) Menjelang pengajuan anggaran biaya tahun yang akan datang, petugas dari masing-masing wilayah kerja akan melakukan penelusuran jaringan guna melihat kondisi kerusakan dan pemeliharaan riil di lapangan. Kerusakan-kerusakan dan operasional pemeliharaan tersebut didata kemudian dibuat perkiraan biaya yang dibutuhkan berdasarkan kebutuhan yang terdata tersebut sehingga menghasilkan suatu nilai biaya yang akan diajukan sebagai anggaran tahun mendatang.

AKNOP adalah angka kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan untuk pengelolaan irigasi dari hasil inventarisasi penelusuran kerusakan jaringan irigasi yang ditetapkan melalui musyawarah. Komponen yang diperlukan dalam penyusunan AKNOP saat ini berdasarkan pembiayaan kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan besarnya tergantung dari jumlah bangunan dan panjang saluran irigasi yang dikelola dalam satu daerah irigasi. Komponen yang diperlukan dalam penyusunan AKNOP saat ini berdasarkan pembiayaan kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan besarnya tergantung dari jumlah bangunan dan panjang saluran irigasi yang dikelola dalam satu daerah irigasi. Pembiayaan operasi dan pemeliharaan prasarana jaringan irigasi yang mantap besarnya 1% - 2% dari nilai investasi biaya pembangunan jaringan irigasi setiap tahunnya.


(25)

2.5 Bangunan Irigasi dan Pelengkapnya

Sesuai dengan tujuan dari irigasi yaitu sebagai penyediaan dan pengaturan air guna menunjang pertanian, maka diperlukan suatu perangkat sarana dan prasarana untuk menunjang tujuan tersebut. Bangunan irigasi dan pelengkapnya adalah bangunan yang dibangun untuk untuk menyediakan dan mengatur air, dalam hal ini termasuk diantaranya bendung, bendungan, bangunan pengambil/penyadap dari sungai. Kemudian untuk fungsi pengaturan diperlukan pelengkap seperti saluran irigasi, pintu bendung, bangunan bagi/bagi sadap, bangunan pembilas, pelimpah, bangunan ukur, dll. Bangunan irigasi dan pelengkapnya merupakan satu kesatuan perangkat yang mutlak bekerja dengan baik agar fungsi dari sistem jaringan irigasi suatu daerah irigasi dapat bekerja sesuai dengan yang direncanakan, untuk itu diperlukan suatu perencanaan yang tepat, pengoperasian yang baik dan pemeliharaan yang teratur.


(26)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Bagan Alir Penelitian

3.2 Penentuan Daerah dan Waktu Penelitian Data Pelaksanaan TPOP T.A.

2009 dan 2010

Pencapain Progres pada T.A. 2009 dan 2010

Persentase Belanja Untuk Tiap Kegiatan

T.A. 2009 dan 2010

Perbandingan Pelaksanaan TPOP T.A. 2009 dan 2010

Kesimpulan MULAI


(27)

Secara garis besar kajian evaluasi pelaksanaan tugas pembantuan operasi dan pemeliharaan Satuan Kerja (Satker) Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung dilakukan secara analisis data. Data-data yang diperoleh merupakan data sekunder yang diperoleh dari Satker Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung maupun yang berasal dari Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) wilayah kerja yang ditinjau. Daerah tinjauan meliputi 3 (tiga) UPTD yaitu : UPTD Wilayah I Semaka, UPTD Wilayah II Seputih Sekampung, dan UPTD Wilayah III Mesuji - Tulang Bawang. Ketiga UPTD tersebut mencakup 9 (sembilan) daerah irigasi yaitu : D.I. Way Tebu System, D.I. Way Seputih, D.I. Way Sekampung, D.I. Way Curup, D.I. Way Jepara, D.I. Way Pengubuan, D.I. Way Rarem, D.I. Way Tulung Mas, dan D.I. Way Umpu dengan luas total 137.107 Ha.


(28)

Data sekunder yang akan dianalisa adalah data yang terkait dengan data besar penyerapan dana dan tujuan penggunaannya, baik itu untuk operasi rutin, pemeliharaan berkala, pemeliharaan rutin, survey AKNOP maupun administrasi kegiatan sehingga menghasilkan komposisi persentase tujuan penggunaannya pada tahun anggaran 2009 maupun 2010, selanjutnya data tersebut akan dibandingkan dan di analisa guna mencari nilai positif dan negatif dari tiap pelaksanaan kegiatan serta pengaruhnya secara langsung terhadap progres kegiatan operasi dan pemeliharaan fisik jaringan irigasi.

3.3. Pengumpulan Data

Data sekunder yang akan dianalisa diperoleh langsung dari Satker Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung yang bersumber dari laporan e-monitoring, laporan keuangan, laporan progres fisik yang merupakan data valid yang digunakan secara resmi oleh Satker Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung sebagai laporan pertanggungjawaban kepada Kementerian Pekerjaan Umum di Jakarta. Data-data tersebut akan diperoleh baik melalui petugas bagian pelaporan maupun Kepala Satker serta pihak-pihak lain yang berkompeten dalam membuat dan menyampaikan laporan tersebut.

3.4. Metode Analisis Data

Analisis data akan dilakukan terhadap pelaksanaan kegiatan TPOP Satker Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung pada setiap akun-akun


(29)

dalam masing-masing kegiatan pada tiap daerah irigasi. Kegiatan yang dimaksud adalah : administrasi kegiatan,operasi rutin, pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, dan survey AKNOP. Data-data tersebut akan dianalisa pada masing-masing tahun anggaran dan membandingkan kedua tahun anggaran (2009 dan 2010) tersebut.

1. Pencapaian progres

Analisa pertama yang dilakukan adalah menganalisa seberapa besar penyerapan dana pada tahun anggaran 2009 dan 2010 serta pencapaian pekerjaan yang bersifat fisik. Hasil dari analisa ini berupa persentase terhadap keseluruhan anggaran yang tersedia pada tiap-tiap tahun anggaran.

2. Persentase belanja kegiatan

Setelah didapat besar penyerapan dana pada tiap tahun anggaran selanjutnya adalah perhitungan belanja pada tiap-tiap pos kegiatan, dan hasilnya adalah persentase belanja kegiatan terhadap anggaran kegiatan. Hasil dari tahap ini nantinya akan dijadikan dasar penilaian seberapa besar dari anggaran yang benar-benar langsung berhubungan dengan kegiatan operasi dan pemeliharaan.

3. Pembandingan tahun anggaran 2009 dan 2010

Setelah melakukan analisa pencapaian progres dan perhitungan persentase belanja kegiatan dihasilkan suatu kesimpulan untuk masing-masing tahun anggaran yaitu tahun anggaran 2009 dan tahun anggaran 2010. Kesimpulan-kesimpulan tersebut akan dibandingkan sehingga dapat dilihat nilai-nilai kebaikan dan kekurangan dari pelaksanaan


(30)

masing-masing tahun anggaran dan dari kebaikan akan diajukan sebagai acuan pelaksanaan tahun-tahun anggaran berikutnya, sedangkan kekurangan dijadikan materi untuk dievaluasi dan dicarikan solusinya agar tidak terulang kembali pada tahun-tahun anggaran berikutnya.


(31)

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa memiliki persoalan dalam pemenuhan kebutuhan pangan bagi penduduknya, target surplus beras sebesar 10 juta ton pada tahun 2014 yang dicanangkan oleh pemerintah merupakan suatu tantangan yang memerlukan kerja keras dari setiap pemangku kepentingan yang terlibat. Dengan semakin berkurangnya lahan guna pembuatan areal sawah baru maka program intensifikasi pertanian merupakan pilihan yang tepat. Sesuai dengan yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi bahwa irigasi berfungsi mendukung produktifitas usaha tani guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat khususnya petani yang diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi dilakukan dengan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi. Pembangunan irigasi di Indonesia sudah dimulai sejak jaman kolonialisasi Belanda pada awal abad ke-20 yang kemudian dilanjutkan oleh Pemerintah Indonesia sampai saat ini. Saat ini Indonesia memiliki luas lahan irigasi nasional sebesar 7.230.183 Ha, Pulau Jawa sebagai sentra padi nasional


(32)

2

memiliki 46 % luas irigasi nasional yang kemudian disusul Pulau Sumatera sebesar 28 % luas irigasi nasional dan selanjutnya Pulau Sulawesi sebesar 12 %. Untuk daerah Jawa dan Sumatera khususnya, jaringan irigasi yang ada merupakan hasil pembangunan di awal pengembangan irigasi Indonesia (baik sejak jaman kolonial, maupun awal Repelita) yang rata-rata telah berumur lebih dari 20 tahun. Dengan bertambahnya umur bangunan-bangunan air di jaringan irigasi sejak waktu pelaksanaan konstruksi, secara alami maupun pengaruh dari ulah manusia yang tak bertanggung jawab akan terjadi penurunan fungsi dari bangunan tersebut, sedangkan tuntutan kebutuhan pembagian air irigasi yang efisien di seluruh tingkatan jaringan irigasi untuk mengairi lahan tanaman sangat diperlukan.

Sesuai tahapan Survey, Investigation, Land Aqcuisition, Contruction, Operation and Maintenace (SIDLACOM) , setelah kegiatan konstruksi pembangunan jaringan Irigasi proses lanjutan adalah kegiatan operasi dan pemeliharaan. Kegiatan pemiliharaan jaringan irigasi merupakan suatu kegiatan yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar fungsi pelayanan irigasi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien untuk menunjang usaha-usaha sektor pertanian dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, telah mengamanatkan bahwa pembiayaan pelaksanaan konstruksi maupun operasi dan pemeliharaan sistem irigasi di jaringan irigasi primer dan sekunder menjadi tanggungjawab pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dan dapat melibatkan peran serta


(33)

3

masyarakat petani; dan bahwa pembiayaan pelaksanaan konstruksi sistem irigasi tersier menjadi tanggungjawab petani dan dapat dibantu pemerintah dan pemerintah daerah. Untuk tahun anggaran 2011 ini, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum telah menganggarkan dana sebesar Rp.1.099.549.846.000,00.- guna keperluan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sumber daya air. Alokasi dan teknis penggunaan dana tersebut dilaksanakan secara langsung oleh kementerian secara vertikal melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) / Balai Wilayah Sungai (BWS) maupun di Tugas Pembantuan (TP) melalui dinas-dinas di tiap provinsi maupun kabupaten.

Gam bar 1. RENSTRA Irigasi 2010 - 2014

Provinsi Lampung melalui Dinas Pengairan dan Pemukiman merupakan salah satu provinsi yang mendapatkan kepercayaan dari Kementerian Pekerjaan Umum untuk melaksanakan Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan (TP-OP) Jaringan Irigasi. Tugas Pembantuan ini telah dilaksanakan sejak tahun anggaran 2007 hingga saat ini tahun anggaran 2013. TP-OP yang dilaksanakan oleh Satker Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung ini meliputi pekerjaan : operasi rutin, pemeliharaan rutin, dan pemeliharaan berkala yang dilaksanakan di 9 (sembilan) Daerah Irigasi (D.I) yaitu : D.I.

1 ✁✂✄ ☎ ✆✝u✆☎ ✆✞ ☎✟u ✠ ☎ 500,000

2 ✡ ✁☛ ☎✄ ☞✌☞ ✍☎ ✎☞✏ ☎✟ ☞ ✆✝ ☎ ✆✑✟ ☞✝ ☎ ✎☞ ✠ ☎ 1,342,870

3 ✒ & ✠ ☎ 2,341,363


(34)

4

Way Tebu System, D.I. Way Seputih, D.I. Way Sekampung, D.I. Way Curup, D.I. Way Jepara, D.I. Way Pengubuan, D.I. Way Rarem, D.I. Way Tulung Mas, dan D.I. Way Umpu dengan luas total 137.107 Ha.

1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa efektif dan tepat guna dan sasarannya pelaksanaan kegiatan TP-OP Jaringan Irigasi di Satker Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung yang ditinjau dari aspek penyerapan dan tujuan penggunaan anggaran dana.

Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan usulan-usulan kebijakan yang diharapkan dapat menjadi pedoman pelaksanaan penggunaan anggaran dana TP-OP dengan menjadikan Satker Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung pada tahun anggaran 2009 dan 2010 sebagai tinjauan penelitian.

1.3. Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian ini mencakup perhitungan komposisi penyerapan dan tujuan penggunaan anggaran TP-OP pada tahun anggaran 2009 dan 2010. Data-data sekunder yang telah didapatkan akan diolah dan hasilnya dianalisis guna mendapatkan suatu kesimpulan yang diharapkan dapat usulan kebijakan dalam pelaksanan TP-OP.


(35)

5

Dengan membandingkan pelaksanaan pada dua tahun anggaran (2009 dan 2010) diharapkan ada perbandingan kinerja dan permasalahan-permasalan serta solusi dari tiap tahun anggaran yang telah dilaksanakan. Data-data yang dianalisa adalah data pelaksanaan kegiatan TP-OP di sembilan Daerah Irigasi di Provinsi Lampung yang diperoleh dari tiga wilayah Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yaitu UPTD Semangka, UPTD Seputih-Sekampung, UPTD Mesuji Tulang Bawang dan Satuan Kerja (Satker) Dinas Pengairan dan Provinsi Lampung.

1.4. Manfaat Penelitian

Tugas Perbantuan (TP) Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi merupakan suatu bentuk aplikasi kebijakan pemerintah yang bertujuan memberikan menfaat sebesar-besarnya bagi para petani pemakai air irigasi yang akan berdampak bagi ketahanan pangan nasional. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu :

1. Adanya evaluasi mengenai pelaksanaan kegiatan Tugas Perbantuan Operasi Pemeliharaan (TPOP) satuan kerja Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2009 dan 2010

2. Dari evaluasi tersebut diatas akan ditemukan kelemahan-kelemahan dan kebaikan-kebaikan dari suatu kegiatan yang dapat dijadikan sebagai suatu acuan bagi pelaksanaan kegiatan pada tahun-tahun yang akan datang.


(36)

6

3. Meningkatnya manfaat dan daya guna dari kegiatan Tugas Perbantuan Operasi Pemeliharaan (TPOP) baik secara langsung kepada masyarakat pengguna air irigasi, Pemerintah Pusat khususnya Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Sumber Daya Air selaku pemutus kebijakan, dan Satuan Kerja Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung selaku pelaksana kebijakan.

1.5. Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan tesis ini dibagi menjadi 5 (lima) bab. Bab I yang merupakan pendahuluan dari tesis ini berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan penelitian, lingkup penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penelitian. Bab II terdiri dari kajian secara menyeluruh terhadap pustaka terkait dengan pembahasan tesis ini.

Bab III menguraikan secara rinci metode dan semua tahapan yang dilakukan dalam penelitian, data yang dibutuhkan, pelaksanaan seluruh kegiatan penelitian serta cara analisis atau pengolahan datanya. Bab IV memuat seluruh data yang diperoleh dan hasil pengolahan data tersebut beserta pembahasannya.

Bab V berisi kesimpulan yang memuat hasil-hasil penting dari penelitian yang diperoleh berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab-bab


(37)

7

sebelumnya, bab ini juga menguraikan saran-saran yang diperlukan guna penyempurnaan hasil penelitian.

1.6. Hipotesis Penelitian

Dalam pelaksanaan kegiatan Tugas Pembantuan Operasi Pemeliharaan (TP-OP) Jaringan Irigasi setiap tahun anggarannya (Tahun Anggaran 2009 dan 2010), masing-masing tahun anggaran memiliki karakter permasalahan-permasalahan dan penyelesaian yang berbeda-beda. Perbedaan ini mungkin timbul karena faktor-faktor teknis maupun non teknis dilapangan, nilai anggaran yang berbeda, bahkan mungkin juga disebabkan faktor manajerial yang berbeda. Oleh karena itu penulis berhipotesis bahwa efektifitas dan daya manfaat serta pencapaian tujuan kegiatan TP-OP pada tahun anggaran 2009 dan 2010 berbeda. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi pelaksanaan guna mengetahui secara lebih mendetail.


(38)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Irigasi

Indonesia adalah Negara yang sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian dengan makanan pokoknya bersumber dari beras, sagu, serta ubi hasil pertanian. Jumlah penduduk Idonesia diprediksi akan menjadi 275 juta jiwa pada tahun 2025, maka untuk memenuhi produksi bahan makanan pokok berupa padi, sangat diperlukan jaringan irigasi. Irigasi pendukung keberhasilan pembangunan pertanian merupakan kebijakan Pemerintah yang sangat strategis dalam pertumbuhan perekonomian nasional guna mempertahankan produksi swasembada beras. Saat ini sekitar 80 % dari produksi padi dalam negeri berasal dari sawah beririgasi, sementara program ketahanan pangan dapat terganggu dari banyaknya permasalahan yang menghambat kinerja dan keberlanjutan fungsi jaringan irigasi yang telah dibangun dengan tingkat kerusakan jaringan irigasi setiap tahunnya mencapai 100.000 Ha dan pada tahun 2002 kerusakan mencapai 172.000 Ha (Soenarno, 2004).


(39)

9

Menurut Peraturan Pemerintah nomor 20 Tahun 2006 tentang irigasi pada ketentuan umum bab I pasal 1 berbunyi irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya adalah irigasi permukaan , rawa, air bawah tanah, pompa dan tambak. Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan membuka dan menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu dan bangunan, mengumpulkan data, memantau dan mengevaluasi.

Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian, pembinaan dan pembuangannya. Jaringan utama adalah

jaringan irigasi yang berada dalam satu sistem irigasi, mulai dari bangunan utama, saluran induk/primer, saluran sekunder, dan bangunan sadap serta pelengkapnya.

Petak irigasi adalah petak lahan yang memperoleh air irigasi. Petak tersier adalah kumpulan petak irigasi yang merupakan kesatuan dan mendapatkan air irigasi melalui saluran tersier yang sama.Penyediaan air irigasi adalah penentuan banyaknya air persatuan waktu dan saat pemberian air yang dapat dipergunakan untuk menunjang pertanian. Pembagian air irigasi adalah


(40)

10

penyaluran air dalam jaringan utama. Pemberian air irigasi adalah penyaluran alokasi air dan jaringan utama ke petak tersier dan kuarter. Penggunaan air irigasi adalah pemanfaatan air di lahan pertanian. Untuk mengalirkan air pada areal persawahan diperlukan jaringan irigasi, dan air irigasi diperlukan untuk mengairi persawahan, oleh sebab itu kegiatan pertanian tidak dapat terlepas dari air. Irigasi sebagai suatu cara untuk mengambil air dari sumbernya guna keperluan pertanian, dengan mengalirkan dan membagikan air secara teratur dalam usaha pemanfaatan air untuk mengairi tanaman. Dalam meningkatkan produktivitas usaha tani diperlukan intensifikasi dengan pemanfaatan sumberdaya air guna melestarikan ketahanan pangan, dan meningkatkan pendapatan petani. Oleh karena itu, optimalisasi pemanfaatan sumber daya air yang dapat dilakukan adalah melalui alokasi air irigasi secara efektif dan efisien.

Efisiensi dan efektivitas penggunaan air irigasi sangat dipengaruhi oleh perilaku para pemangku pengelola irigasi (institusi P3A) melalui pelayanan 3 (tiga) tepat; tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat kualitas yang dibutuhkan tanaman. Secara teknis pemberian air irigasi dan jumlah air yang harus diberikan sangat bergantung pada air yang dibutuhkan tanaman, ketersediaan air irigasi, namun kenyataan di lapangan waktu pemberian air irigasi masih dipengaruhi oleh kondisi fisik saluran irigasi, dan faktor perilaku para petugas di lapangan.


(41)

11

2.2 Pengelolaan Irigasi

Pengelolaan irigasi sebagai usaha pendayagunaan air irigasi yang meliputi operasi dan pemeliharaan, pengamanan, rehabilitasi, dan peningkatan irigasi. Pengelolaan irigasi diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat petani dan dengan menempatkan perkumpulan petani pemakai air sebagai pengambil keputusan dan pelaku utama dalam pengelolaan irigasi yang menjadi tanggungjawabnya.

Menurut Soenarno (2004) sektor sumber daya air dan irigasi menghadapi permasalahan investasi jangka panjang dan pengelolaan / manajemen yang semakin komplek dan menantang. Oleh karenanya tanpa penanganan yang efektif, hal-hal tersebut akan menjadi kendala bagi pengembangan perekonomian dan tercapainya ketahanan pangan nasional. Kerusakan jaringan irigasi di samping oleh faktor-faktor umur bangunan dan bencana alam, juga disebabkan oleh minimnya penyediaan dana operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Selain itu bias juga dipengaruhi oleh kuantitas dan kontinuitas pembagian air irigasi, karena saluran tidak terlewati air dapat terjadi kerusakan. Timbulnya kerusakan jaringan irigasi juga disebabkan adanya faktor perilaku para pengelola irigasi dan masyarakat pengguna air.

Menurut UU No. 7 tahun 2004 tentang sumber daya air dan PP nomor 20 tahun 2006 tentang irigasi menjelaskan tentang pembagian kewenangan pengelolaan jaringan irigasi berdasarkan luasan areal persawahan yang


(42)

12

dilayani oleh jaringan irigasi tersebut, yaitu ; luas areal sampai dengan 1000 Ha merupakan kewenangan Pemerintah Kabupaten, luas areal 1000 3000 Ha merupakan kewenangan Pemerintah Propinsi, luas areal diatas 3000 Ha merupakan kewenangan Pemerintah Pusat. Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa pelaksanaan desentralisasi diberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah dengan prinsip pendekatan pelayanan kepada masyarakat diberbagai bidang termasuk irigasi.

2.3 Pelayanan Publik

Pelayanan air irigasi merupakan bentuk pelayanan publik yang perlu upaya pelaksanaan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang mengutamakan kepentingan dan peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan. Penyelengaraan pelayanan publik merupakan upaya Negara untuk memenuhi kebutuhan dasar dan hak-hak sipil setiap warga Negara atas barang, jasa, dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan kepada Negara untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap warga Negara demi kesejahteraannya, sehingga efektivitas suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan pelayanan publik (Sarjadi, 2009). Pengelolaan jaringan irigasi yang diembankan kepada Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat


(43)

13

Jenderal Sumber Daya Air merupakan suatu bentuk tanggung jawab dan penyelenggaraan pelayanan publik. Kondisi saat ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan pelayanan publik masih dihadapkan pada sistem pemerintahan yang belum efektif dan efisien serta kualitas sumber daya manusia aparatur yang belum memadai. Upaya perbaikan kualitas pelayanan publik dilakukan melalui pembenahan sistem pelayanan publik secara menyeluruh dan terintegrasi. Sejak berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang selanjutnya diubah menjadi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004, diharapkan dapat memberikan dampak nyata yang luas terhadap peningkatan pelayanan terhadap masyarakat. Pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat ke Daerah memungkinkan terjadinya penyelenggaraan pelayanan dengan jalur birokrasi yang lebih ringkas dan membuka peluang bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan inovasi dalam pemberian dan peningkatan kualitas pelayanan (Waluyo, 2007). Secara umum terdapat 4 (empat) unsur yang dapat memberi pengaruh terhadap peningkatan kualitas dan kinerja pelayanan, yaitu :

1. Sumber daya yang bermutu. 2. Sistem dan teknologi terpadu. 3. Strategi yang tepat.

4. Logistik yang memadai.

Dalam konteks tercapainya pembentukan profesionalitas aparatur pemerintah daerah dapat diukur dari kemampuannya melaksanakan urusan pemerintah daerah. Membentuk profesionalitas aparatur dapat melalui


(44)

14

pendidikan formal maupun berbagai penyertaan dalam program pendidikan dan pelatihan sebagai proses pembelajaran yang dilakukan secara berkelanjutan. Pendidikan dan pelatihan bagi aparatur perlu lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan dalam pelaksanaan tugas guna mengembangkan aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap sehingga dapat memiliki kompetensi yang tinggi sesuai dalam pelaksanaan tugas berdasarkan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan dan teknologi serta tata nilai etik profesi.

Menurut Surjadi (2009), penyelenggaraan fungsi pemerintah daerah mencakup penyelenggaraan urusan-urusan pemerintah daerah dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) urusan, yaitu :

1. Urusan memberikan pelayanan kebutuhan/kepentingan masyarakat (public interest) maupun mengatasi masalah-masalah masyarakat (public affair). Namun dalam hubungan ini tugas pokok pemerintah daerah tidak semata-mata melaksanakan pelayanan sesuai tuntutan/kebutuhan masyarakat, karena itu pendekatan dengan prinsip lebih baik pemerintah daerah sebagai pengemudi dari pada pendayung.

2. Urusan pemberdayaan masyarakat (public energizing), agar masyarakat mampu memenuhi kepentingan dan masalah-masalahnya dengan kekuatan sendiri. Dengan kemampuan masyarakat memenuhi kepentingan dan masalah-masalahnya sendiri akan membawa dampak meringankan beban pemerintah daerah, sekalipun pemerintah daerah


(45)

15

berupaya meningkatkan kemampuannya untuk melaksanakan pelayanan dan urusan pemerintahan umum lainnya.

3. Urusan pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan kemampuan finansial sebagai karakteristik daerah otonom yang memiliki hak dan kewenangan mengurus rumah tangganya sendiri yang dibuktikan dengan kemampuan dalam pembiayaan penyelenggaraan urusan-urusan daerah. 4. Urusan pemerintah daerah dalam melaksanakan fungsi mengatur untuk

kepentingan dan melindungi masyarakat sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Kebijakan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang efektif dan efisien diperlukan untuk menjamin keberlanjutan sistem irigasi dan hak guna air untuk irigasi yang di dasarkan pada kenyataan sebagai berikut : 1. Adanya pergeseran nilai air dari sumber daya air milik bersama yang

melimpah dan dapat dimanfaatkan tanpa biaya menjadi sumber daya yang bernilai ekonomi dan berfungsi sosial.

2. Terjadinya kerawanan ketersediaan air secara nasional.

3. Meningkatnya persaingan pemanfaatan air antara irigasi dengan penggunaan oleh sektor-sektor lain.

4. Makin meluasnya alih fungsi lahan irigasi untuk kepentingan lainnya.

Menurut Direktorat Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum (2002), reformasi kebijakan sumber daya air mencakup kebijakan irigasi dan kebijakan non-irigasi dengan 4 (empat) sasaran pokok, yaitu :


(46)

16

1. Perbaikan produk-produk peraturan perundang-undangan dan kerangka kelembagaan nasional dalam rangka desentralisasi pengembangan dan pengelolaan sumber daya air.

2. Perbaikan dan peningkatan kerangka kelembagaan sumber daya air di daerah dan wilayah sungai untuk pelaksanaan desentralisasi pengelolaan sumber daya air.

3. Perbaikan dan peningkatan institusi daerah (provinsi), kabupaten, dan wilayah sungai sebagai pengatur dan pelaksana pengelolaan/manajemen kualitas air di tingkat daerah.

4. Perbaikan dan peningkatan kebijakan nasional, institusi dan peraturan tentang pengelolaan irigasi yang bertujuan untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat (petani), pemakai air untuk mengelola jaringan irigasi.

2.4 Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan (TPOP)

Sesuai dengan Undang Undang No. 7 Tahun 2004 Tentang Pembagian Wilayah Daerah Irigasi yang menjadi kewenangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten / Kota, Pemerintah Pusat melakukan pengelolaan Daerah Irigasi melalui sumber dana APBN yang dalam pelaksanaannya ditugas pembantuankan kepada Pemerintah Provinsi. Agar pemberian air dapat dilakukan dengan adil dan berkesinambungan sesuai dengan keberadaan sumber air dan kebutuhannya maka mutlak diperlukan


(47)

17

Operasi dan Pemeliharaan. Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan ini akan terdiri dari :

1. Administrasi Kegiatan

Dalam melaksanakan kegiatan Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan ini diperlukan pengadministrasian kegiatan sehingga setiap tahapan pelaksanaan dari pengusulan anggaran sampai dengan pelaksanaan berakhir akan dapat tercatat dengan baik dalam hal teknis maupun dalam hal keuangan. Dalam kegiatan pengadministrasian ini akan dilakukan penyusunan keperluan biaya operasi dan pemeliharaan tahun berikutnya, pelaporan, pengawasan dan monitoring pekerjaan baik pemeliharaan rutin maupun berkala, koordinasi dengan Pusat, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan Kabupaten / Kota, administrasi keuangan serta keperluan lainnya yang berhubungan dengan Operasi Pemeliharaan (OP).

Maksud dari kegiatan Administrasi ini adalah untuk melakukan pencatatan kegiatan baik teknis maupun keuangan sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat lebih terarah, berjalan sebagaimana mestinya dan dapat dipertanggung jawabkan. Sasaran kegiatan Administrasi ini adalah terpantaunya pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat berjalan dengan baik dan benar dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya.

2. Operasi Rutin

Operasi Rutin adalah suatu kegiatan yang diawali dari penentuan Pola Tata Tanam dan rencana pembagian air untuk memenuhi keperluan air


(48)

18

pada setiap petakan-petakan tersier. Pelaksanaan pembagian air ini dilakukan secara terus- menerus oleh Pengamat dan dibantu oleh Juru Pengairan bekerja sama dengan Petani Pemakai Pengguna Air (P3A) / Gabungan Petani Pemakai Pengguna Air (GP3A).

Dalam penentuan Pola Tata Tanam dan rencana pembagian air dilakukan secara berjenjang dari tingkat tersier yang dibuat oleh P3A beserta anggotanya ( Petani ) hingga ketingkat Kabupaten dan akhirnya ditingkat Provinsi yang diwujudkan dalam bentuk Surat Keputusan Gubernur. Sedangkan dalam pelaksanaannya Petugas-petugas OP yang berkoordinasi dengan GP3A / P3A. terus memantau penerapan Pola Tata Tanam dan terus memperhatikan ketersediaan air sehingga dapat diketahui kebutuhan dan ketersediaan air dalam setiap periodenya dan dapat membagi air dengan baik. Dalam kondisi-kondisi tertentu dimana ketersediaan air menurun (kebutuhan jauh lebih besar dari ketersediaan) maka Petugas OP akan melakukan penelusuran jaringan untuk dapat memastikan tidak adanya air yang terbuang dan mengatur kembali bukaanbukaan pintu. Hal ini dilakukan untuk menghindari kegagalan / penurunan produksi panen.

Tujuan kegiatan Operasi Rutin ini adalah untuk memanfaatkan sumber daya air dan lahan yang ada pada daerah irigasi sehingga air dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin demi untuk keperluan sawah. Sasaran kegiatan Operasi Rutin ini adalah untuk memperoleh pemberian dan


(49)

19

pembagian air dengan baik sehingga sumber air yang ada dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin demi mempertahankan dan meningkatan produksi bahan pangan.

3. Pemeliharaan Rutin

Pemeliharaan Rutin adalah upaya untuk mempertahankan kondisi dan fungsi saluran dan bangunan irigasi yang ada agar tetap siap dalam mendistribusikan air irigasi sehingga pelayanan pemberian air kepada masyarakat tidak terhambat. Kerusakan-kerusakan kecil dan hal-hal lain yang dapat menghambat aliran air dan hal-hal yang dapat mengakibatkan kehilangan air akan diatasi pada kegiatan pemeliharan rutin ini. Maksud dari kegiatan Pemeliharaan Rutin adalah mempertahankan fungsi saluran dan bangunan irigasi yang ada dengan cara menghindari / membuang penghambat aliran sehingga saluran dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Tujuan kegiatan Pemeliharaan Rutin ini adalah untuk mempertahankan fungsi saluran dan bangunan irigasi yang ada agar pendistribusian air irigasi tidak terhambat untuk menuju ke petak-petak tersier yang ada pada daerah irigasi. Sasaran kegiatan Pemeliharaan Rutin ini adalah agar saluran dan bangunan yang ada mampu mendistribusikan air irigasi menuju ke petak-petak tersier dengan baik sehingga sumber air yang ada dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin demi mempertahankan dan meningkatan produksi bahan pangan.


(50)

20

4. Pemeliharaan Berkala

Pemeliharaan Berkala adalah upaya untuk mempertahankan kondisi saluran dan bangunan irigasi yang ada agar sarana tersebut dapat mendistribusikan air irigasi dengan baik dan berkelanjutan sehingga pelayanan pemberian air kepada masyarakat dapat lebih terjamin. Kerusakan-kerusakan yang ada pada saluran dan bangunan tersebut akan diperbaiki pada saat pengeringan, sehingga saluran kembali dalam kondisi semula.

Maksud dari kegiatan Pemeliharaan berkala adalah usaha mempertahankan kondisi dan fungsi saluran dan bangunan irigasi yang ada dilakukan secara berkala. Tujuan kegiatan Pemeliharaan berkala ini adalah untuk mempertahankan kondisi dan fungsi saluran dan bangunan irigasi yang ada agar pendistribusian air irigasi tidak terhambat untuk menuju kepetak-petak tersier yang ada serta memperpanjang usia pakai sarana irigasi yang ada. Sasaran kegiatan Pemeliharaan berkala ini adalah mempertahan kan kondisi dan fungsi saluran dan bangunan irigasi yang ada agar mampu mendistribusikan air irigasi menuju ke petak-petak tersier dengan baik dan berkelanjutan sehingga sumber air yang ada dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin demi mempertahankan dan meningkatan produksi bahan pangan.


(51)

21

5. Survey Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) Menjelang pengajuan anggaran biaya tahun yang akan datang, petugas dari masing-masing wilayah kerja akan melakukan penelusuran jaringan guna melihat kondisi kerusakan dan pemeliharaan riil di lapangan. Kerusakan-kerusakan dan operasional pemeliharaan tersebut didata kemudian dibuat perkiraan biaya yang dibutuhkan berdasarkan kebutuhan yang terdata tersebut sehingga menghasilkan suatu nilai biaya yang akan diajukan sebagai anggaran tahun mendatang.

AKNOP adalah angka kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan untuk pengelolaan irigasi dari hasil inventarisasi penelusuran kerusakan jaringan irigasi yang ditetapkan melalui musyawarah. Komponen yang diperlukan dalam penyusunan AKNOP saat ini berdasarkan pembiayaan kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan besarnya tergantung dari jumlah bangunan dan panjang saluran irigasi yang dikelola dalam satu daerah irigasi. Komponen yang diperlukan dalam penyusunan AKNOP saat ini berdasarkan pembiayaan kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan besarnya tergantung dari jumlah bangunan dan panjang saluran irigasi yang dikelola dalam satu daerah irigasi. Pembiayaan operasi dan pemeliharaan prasarana jaringan irigasi yang mantap besarnya 1% - 2% dari nilai investasi biaya pembangunan jaringan irigasi setiap tahunnya.


(52)

22

2.5 Bangunan Irigasi dan Pelengkapnya

Sesuai dengan tujuan dari irigasi yaitu sebagai penyediaan dan pengaturan air guna menunjang pertanian, maka diperlukan suatu perangkat sarana dan prasarana untuk menunjang tujuan tersebut. Bangunan irigasi dan pelengkapnya adalah bangunan yang dibangun untuk untuk menyediakan dan mengatur air, dalam hal ini termasuk diantaranya bendung, bendungan, bangunan pengambil/penyadap dari sungai. Kemudian untuk fungsi pengaturan diperlukan pelengkap seperti saluran irigasi, pintu bendung, bangunan bagi/bagi sadap, bangunan pembilas, pelimpah, bangunan ukur, dll. Bangunan irigasi dan pelengkapnya merupakan satu kesatuan perangkat yang mutlak bekerja dengan baik agar fungsi dari sistem jaringan irigasi suatu daerah irigasi dapat bekerja sesuai dengan yang direncanakan, untuk itu diperlukan suatu perencanaan yang tepat, pengoperasian yang baik dan pemeliharaan yang teratur.


(53)

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Bagan Alir Penelitian

Data Pelaksanaan TPOP T.A. 2009 dan 2010

Pencapain Progres pada T.A. 2009 dan 2010

Persentase Belanja Untuk Tiap Kegiatan

T.A. 2009 dan 2010

Perbandingan Pelaksanaan TPOP T.A. 2009 dan 2010

Kesimpulan MULAI


(54)

24

3.2 Penentuan Daerah dan Waktu Penelitian

Secara garis besar kajian evaluasi pelaksanaan tugas pembantuan operasi dan pemeliharaan Satuan Kerja (Satker) Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung dilakukan secara analisis data. Data-data yang diperoleh merupakan data sekunder yang diperoleh dari Satker Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung maupun yang berasal dari Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) wilayah kerja yang ditinjau. Daerah tinjauan meliputi 3 (tiga) UPTD yaitu : UPTD Wilayah I Semaka, UPTD Wilayah II Seputih Sekampung, dan UPTD Wilayah III Mesuji - Tulang Bawang. Ketiga UPTD tersebut mencakup 9 (sembilan) daerah irigasi yaitu : D.I. Way Tebu System, D.I. Way Seputih, D.I. Way Sekampung, D.I. Way Curup, D.I. Way Jepara, D.I. Way Pengubuan, D.I. Way Rarem, D.I. Way Tulung Mas, dan D.I. Way Umpu dengan luas total 137.107 Ha.


(55)

25

Data sekunder yang akan dianalisa adalah data yang terkait dengan data besar penyerapan dana dan tujuan penggunaannya, baik itu untuk operasi rutin, pemeliharaan berkala, pemeliharaan rutin, survey AKNOP maupun administrasi kegiatan sehingga menghasilkan komposisi persentase tujuan penggunaannya pada tahun anggaran 2009 maupun 2010, selanjutnya data tersebut akan dibandingkan dan di analisa guna mencari nilai positif dan negatif dari tiap pelaksanaan kegiatan serta pengaruhnya secara langsung terhadap progres kegiatan operasi dan pemeliharaan fisik jaringan irigasi.

3.3. Pengumpulan Data

Data sekunder yang akan dianalisa diperoleh langsung dari Satker Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung yang bersumber dari laporan e-monitoring, laporan keuangan, laporan progres fisik yang merupakan data valid yang digunakan secara resmi oleh Satker Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung sebagai laporan pertanggungjawaban kepada Kementerian Pekerjaan Umum di Jakarta. Data-data tersebut akan diperoleh baik melalui petugas bagian pelaporan maupun Kepala Satker serta pihak-pihak lain yang berkompeten dalam membuat dan menyampaikan laporan tersebut.

3.4. Metode Analisis Data

Analisis data akan dilakukan terhadap pelaksanaan kegiatan TPOP Satker Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung pada setiap akun-akun


(56)

26

dalam masing-masing kegiatan pada tiap daerah irigasi. Kegiatan yang dimaksud adalah : administrasi kegiatan,operasi rutin, pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, dan survey AKNOP. Data-data tersebut akan dianalisa pada masing-masing tahun anggaran dan membandingkan kedua tahun anggaran (2009 dan 2010) tersebut.

1. Pencapaian progres

Analisa pertama yang dilakukan adalah menganalisa seberapa besar penyerapan dana pada tahun anggaran 2009 dan 2010 serta pencapaian pekerjaan yang bersifat fisik. Hasil dari analisa ini berupa persentase terhadap keseluruhan anggaran yang tersedia pada tiap-tiap tahun anggaran.

2. Persentase belanja kegiatan

Setelah didapat besar penyerapan dana pada tiap tahun anggaran selanjutnya adalah perhitungan belanja pada tiap-tiap pos kegiatan, dan hasilnya adalah persentase belanja kegiatan terhadap anggaran kegiatan. Hasil dari tahap ini nantinya akan dijadikan dasar penilaian seberapa besar dari anggaran yang benar-benar langsung berhubungan dengan kegiatan operasi dan pemeliharaan.

3. Pembandingan tahun anggaran 2009 dan 2010

Setelah melakukan analisa pencapaian progres dan perhitungan persentase belanja kegiatan dihasilkan suatu kesimpulan untuk masing-masing tahun anggaran yaitu tahun anggaran 2009 dan tahun anggaran 2010. Kesimpulan-kesimpulan tersebut akan dibandingkan sehingga dapat dilihat nilai-nilai kebaikan dan kekurangan dari pelaksanaan


(57)

27

masing-masing tahun anggaran dan dari kebaikan akan diajukan sebagai acuan pelaksanaan tahun-tahun anggaran berikutnya, sedangkan kekurangan dijadikan materi untuk dievaluasi dan dicarikan solusinya agar tidak terulang kembali pada tahun-tahun anggaran berikutnya.


(58)

28

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, S. 2009. Pengelolaan Sumber Daya Air. Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta.

Direktorat Irigasi dan Rawa Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. 2006. Pedoman Operasi Irigasi. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20. 2006Tentang Irigasi. Jakarta. Soenarno. 2004. Tiga Program Pokok Untuk Ketahanan Pangan. Media Informasi Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

Surjadi. 2009. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Reflika Aditama. Bandung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 . 2004. Tentang Sumber Daya Air. Jakarta.

Waluyo. 2007.Manajemen Publik (Konsep, Aplikasi dan Implementasinya Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Mandar Maju. Bandung.


(59)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. RENSTRA Irigasi 2010-2014……….. 3 2. Peta lokasi daerah irigasi yang termasuk dalam kegiatan TPOP. 24 3. Proporsi penganggaran administrasi kegiatan T.A.2009……... 40 4. Perbandingan antara penganggaran dan penyerapan kegiatan

administrasi T.A. 2009……… 41

5. Proporsi penganggaran kegiatan operasi dan pemeliharaan

T.A.2009……….. 42

6. Perbandingan antara anggaran dan penyerapan program operasi

dan pemeliharaan jaringan irigasi……… 43

7. Proporsi penganggaran sub kegiatan operasi rutin T.A. 2009…. 44 8. Perbandingan antara anggaran dan penyerapan kegiatan operasi

rutin T.A. 2009………... 46

9. Proporsi penganggaran sub kegiatan pemeliharaan rutin T.A.2009 48 10. Perbandingan antara anggaran dan penyerapan kegiatan

pemeliha-raan rutin T.A. 2009………... 49

11. Proporsi penganggaran sub kegiatan pemeliharaan berkala


(60)

12. Perbandingan antara anggaran dan penyerapan kegiatan

pemeliha-raan berkala T.A. 2009………. 51

13. Proporsi penganggaran sub kegiatan survey AKNOP T.A.2009... 53 14. Perbandingan antara anggaran dan penyerapan kegiatan survey

AKNOP T.A. 2009………... 54

15.Proporsi penganggaran administrasi kegiatan T.A.2010………. 54

16. Perbandingan antara penganggaran dan penyerapan kegiatan

administrasi T.A. 2010……… 55

17. Proporsi penganggaran kegiatan operasi dan pemeliharaan

T.A.2010……….. 56

18. Perbandingan antara anggaran dan penyerapan program operasi

dan pemeliharaan jaringan irigasi……… 58

19.Proporsi penganggaran sub kegiatan operasi rutin T.A. 2010…. 59 20. Perbandingan antara anggaran dan penyerapan kegiatan operasi

rutin T.A. 2010………... 61

21. Proporsi penganggaran sub kegiatan pemeliharaan rutin T.A.2010 62 22. Perbandingan antara anggaran dan penyerapan kegiatan

pemeliha-raan rutin T.A. 2010………... 63 23. Proporsi penganggaran sub kegiatan pemeliharaan berkala

T.A.2010………. 64

24. Perbandingan antara anggaran dan penyerapan kegiatan

pemeliha-raan berkala T.A. 2010………. 65


(61)

26. Perbandingan antara anggaran dan penyerapan kegiatan survey

AKNOP T.A. 2010………... 67

27. Perbandingan penganggaran dan penyerapan kegiatan T.A. 2009

dan T.A.2010………... 69


(62)

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

I. PENDAHULUAN……… 1

1.1Latar Belakang………. 1

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian………. 4

1.3 LingkupPenelitian………... 4

1.4 Manfaat Penelitian……….. 5

1.5 Sistematika Penelitian……….. 6

1.6 Hipotesis Penelitian……….. 7

II. TINJAUAN PUSTAKA………. 8

2.1 Pengertian Irigasi………. 8

2.2 Pengelolaan Irigasi………... 11

2.3 Pelayanan Publik……….. 12

2.4 Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan (TPOP)………... 16


(63)

III. METODOLOGI PENELITIAN………. 23

3.1 Bagan Alir Penelitian………... 23

3.2 Penentuan Daerah dan Waktu Penelitian………. 24

3.3 Pengumpulan Data………... 25

3.4 Metode Analisis Data………... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……… 28 4.1 Evaluasi Kinerja Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan

(TPOP)Jaringan Irigasi………... 28 4.2 Informasi Umum Tugas Pembantuan Operasi Pemeliharaan

Jaringan Irigasi Satuan Kerja Dinas Pengairan dan

Pemuki-man Provinsi Lampung………... 31

4.3 Analisa Penganggaran dan Penyerapan Anggaran……….. 39

4.3.1Tahun Anggaran 2009………... 39

4.3.2 Tahun Anggaran 2010………... 54

4.4 Perbandingan Pelaksanaan Kegiatan Tahun Anggaran 2009 dan

Tahun Anggaran 2010……….. 68

V. SIMPULAN DAN SARAN……….. 73

5.1 Simpulan……….. 73

5.2 Saran………. 74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, S. 2009. Pengelolaan Sumber Daya Air. Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta.

Direktorat Irigasi dan Rawa Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. 2006. Pedoman Operasi Irigasi. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20. 2006Tentang Irigasi. Jakarta. Soenarno. 2004. Tiga Program Pokok Untuk Ketahanan Pangan. Media Informasi Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

Surjadi. 2009. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Reflika Aditama. Bandung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 . 2004. Tentang Sumber Daya Air. Jakarta.

Waluyo. 2007.Manajemen Publik (Konsep, Aplikasi dan Implementasinya Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Mandar Maju. Bandung.


(65)

✔ ✕

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Pelayanan air irigasi merupakan bentuk pelayanan publik oleh negara guna memenuhi kebutuhan dasar dan hak-hak sipil setiap warga Negara, dalam rangka pelayananan air irigasi tersebut diperlukan upaya pelaksanaan dan pengembangan dan pengelolaan yang baik.

2. Pembagian kewenangan tanggung jawab pengelolaan air irigasi berdasarkan luas area yang dilayani sesuai yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi telah memberikan kepastian hukum bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk melaksanakan dan mengelola irigasi sesuai peraturan tersebut.

3. Pelaksanaan kegiatan Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan (TPOP) Jaringan Irigasi merupakan suatu bentuk kerjasama pengelolaan irigasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam koridor PP Nomor 20 Tahun 2006 yang tujuan utamanya melayani masyarakat pemakai irigasi.

4. Satuan Kerja (Satker) Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung, khususnya pada tahun anggaran 2009 dan 2010 telah


(66)

✖ ✗

melaksanakan Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi dengan baik.

5. Pelaksanaan TPOP-JI pada Satker Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung pada tahun anggaran 2009 dan 2010 masih bersifat padat karya hal ini ditandai dengan belanja honor yang terkait dengan output kegiatan mencapai 68,36 % dari total anggaran sebesar Rp. 21.937.120.000.

6. Pelaksanaan kegiatan TPOP-JI tahun anggaran 2010 secara umum lebih baik dibandingkan dengan pelaksanaan pada tahun anggaran 2009, hal ini didasarkan pada komposisi penganggaran untuk tiap mata anggaran kegiatan, progres penyerapan anggaran sebagai cerminan pelaksanaan di lapangan, baik yang diukur secara nilai dananya maupun secara persentase.

7. Adanya bidang khusus yang menangani tugas-tugas pengadministrasian, monitoring progres, penghubung kebijakan antara Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Satker dan Unit Pelaksana Teknis Daerah memberikan dampak yang signifikan bagi keberhasilan pelaksanaan kegiatan TPOP-JI.

5.2. Saran

1. Dalam hal pelaksanaan pelayanan pengelolaan irigasi diperlukan upaya secara terus menerus dan berkesinambungan serta pengembangan kegiatan-kegiatan sehingga dihasilkan suatu sistem pengelolaan yang baik dan efisien.


(67)

✘ ✙

2. Kegiatan Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (TPOP-JI) merupakan suatu bentuk kerjasama yang baik antara pemerintah pusat yang memiliki kelemahan dalam hal sumber daya manusia dan pemerintah daerah yang memiliki kelemahan kekurang sumber dana, sehingga terjadi sinergi yang saling menguntungkan, oleh karenanya kegiatan ini perlu terus dilaksanakan pada masa-masa mendatang.

3. Pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi (OPJI) khususnya pada Satker Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung harus mulai memikirkan cara untuk mengefisiensikan anggaran, khususnya belanja honor yang terkait dengan output kegiatan yang mencapai 68,36 % dari nilai total anggaran dengan memanfaatkan kemajuan teknologi peralatan kerja maupun pengembangan teknis metode pelaksanaan pekerjaan.

4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap pelaksanaan tahun anggaran 2011, terkait dengan dampak hanya dianggarkannya sub kegiatan survey AKNOP hanya untuk satu daerah irigasi Way Tebu saja tanpa adanya anggaran untuk survey AKNOP pada delapan daerah irigasi lainnya. 5. Penambahan struktur organisasi kerja yang menangani

pengadministrasian pada Satker Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung dapat menjadi proyek percontohan bagi Satuan Kerja Provinsi lainnya, terutama bagi Satuan Kerja yang dirasa memiliki kinerja yang masih rendah.


(1)

EVALUASI PELAKSANAAN

TUGAS PEMBANTUAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN (TP-OP) JARINGAN IRIGASI PADA SATKER DINAS PENGAIRAN DAN

PEMUKIMAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN ANGGARAN 2009 DAN 2010

(Tesis)

Oleh :

ZALDI RONALD D.

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG


(2)

EVALUASI PELAKSANAAN

TUGAS PEMBANTUAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN (TP-OP) JARINGAN IRIGASI PADA SATKER DINAS PENGAIRAN DAN

PEMUKIMAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN ANGGARAN 2009 DAN 2010

Oleh :

ZALDI RONALD D. Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER TEKNIK

Pada

Program Pascasarjana Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG


(3)

Judul Tesis : EVALUASI PELAKSANAAN TUGAS PEMBANTUAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN (TP-OP) JARINGAN IRIGASI PADA SATKER DINAS PENGAIRAN DAN PEMUKIMAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN ANGGARAN 2009 DAN 2010

Nama Mahasiswa : Zaldi Ronald Dimyadi, ST.

No. Pokok Mahasiswa : 0825011012

Program Studi : Teknik Sipil

Fakultas : Teknik

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dr. Dyah Indriana K., S.T.,M.Sc Dra. Sumiharni, S.T., M.T. NIP. 19691219 199512 2 001 NIP. 19570606 198603 2 001

2. Ketua Program Magister Teknik Sipil

Dr. Dyah Indriana K., S.T.,M.Sc NIP. 19691219 199512 2 001


(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Dyah Indriana K., S.T.,M.Sc ………..

Sekretaris : Dra. Sumiharni, S.T., M.T. ………..

Penguji

Bukan Pembimbing :Ir. Ahmad Zakaria, Ph.D. ………..

2. Dekan Fakultas Teknik

Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A. NIP. 19650510 199303 2 008

3. Direktur Program Pasca Sarjana

Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. NIP. 19530528 198103 1 002


(5)

SANWACANA

Puji Syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT sebagai Tuhan Maha

Memberi dan Maha Mengetahui serta Nabi Muhammad SAW sebagai suri

tauladan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Tesis yang berjudul “ Evaluasi Pelaksanaan Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan (TP-OP) Jaringan Irigasi Pada Satker Dinas Pengairan dan Pemukiman Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2009 dan 2010” ini

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknik (M.T) pada

jurusan Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung.

Dalam menyusun tesis ini penulis memperoleh berbagai bantuan baik secara saran

dan masukan, informasi, fasilitas dan bantuan lainnya. Untuk itu, penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Ibu Dr. Lusmeilia Afriani, D.E.A., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Lampung.

2. Ibu Dr. Dyah Indriana K, S.T., M.Sc., selaku Ketua Jurusan Magister Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung, selaku Dosen Pembimbing

Utama, juga selaku teman dan motivator yang telah banyak sekali

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya serta dengan sabar telah


(6)

3. Ibu Dra. Sumiharni, S.T.,M.T., selaku Pembimbing Pembantu atas segala

bimbingan dan arahan serta ide-ide dalam proses penyelesaian tesis ini.

4. Bapak Dr. Ahmad Zakaria, selaku Dosen Penguji yang telah bersedia berbagi

pengalaman dan ide serta bimbingannya dalam penyusunan tesis ini.

5. Bapak dan Ibu dosen pengajar serta para staf administrasi Fakultas Teknik

dan Jurusan Magister Teknik Sipil Universitas Lampung.

6. Indah Primadhini, Pasha Al Nadzri A.Z, Omair Al Ghazi A.Z, serta kepada

Orang Tua yang terus memberikan dukungan dan doanya kepada penulis.

7. Bapak dan Ibu para pegawai di lingkungan Satuan Kerja Dinas Pengairan dan

Pemukiman Provinsi Lampung atas fasilitas serta data-data yang diberikan

guna penyelesaian tesis ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa Magister Teknik Sipil angkatan 2008, untuk

perjuangan bersama dan saling memotivasi dalam menyelesaikan studi pada

Magister Teknik Sipil Universitas Lampung.

9. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.

Semoga Allah SWT dapat membalas semua kebaikan, dan penulis berharap tesis

ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin

Bandar Lampung, Januari 2013