Evaluasi kinerja pemerintah terhadap kepuasan petani pada operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi pada daerah irigasi Tungkub DAS Sungi.

(1)

TESIS

EVALUASI KINERJA PEMERINTAH TERHADAP KEPUASAN PETANI

PADA OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI PADA

DAERAH IRIGASI TUNGKUB DAS SUNGI

I NYOMAN SETIAWAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

TESIS

EVALUASI KINERJA PEMERINTAH TERHADAP KEPUASAN PETANI

PADA OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI PADA

DAERAH IRIGASI TUNGKUB DAS SUNGI

I NYOMAN SETIAWAN

NIM. 1391561026

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(3)

EVALUASI KINERJA PEMERINTAH TERHADAP KEPUASAN PETANI

PADA OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI PADA

DAERAH IRIGASI TUNGKUB DAS SUNGI

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Studi Teknik Sipil

Program Pascasarjana Universitas Udayana

I NYOMAN SETIAWAN

NIM. 1391561026

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 06 JUNI 2016

Mengetahui Pembimbing I

Prof. Ir. I Nyoman Norken, SU, Ph.D Nip. 19530819 198003 1 004

Pembimbing II

Kadek Diana Hermayani, ST, MT, Ph.D Nip. 19711204 199803 2 001

Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana

Universitas Udayana,

Putu Alit Suthanaya, ST,MEngSC, Ph.D Nip. 19690805 199503 1 001

Direktur

Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S(K) Nip. 19590215 198510 2 001


(5)

iv

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS

Tesis ini Telah Diuji Pada Tanggal 06 Juni 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No.2511/UN14.4/HK/2016, Tanggal 01 Juni 2016

Ketua : Prof. Ir. I Nyoman Norken, SU, PhD

Anggota :

1. Kadek Diana Hermayani, ST, MT, Ph.D 2. Ir. I Gusti Bagus Sila Darma, MT, Ph.D 3. Dr. Ir. I Nyoman Budiartha R.M., MSc


(6)

v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Nama : I Nyoman Setiawan Nim : 1391561026

Program Studi : Magister Teknik Sipil Universitas Udayana.

Judul Tesis : Evaluasi Kinerja Pemerintah Terhadap Kepuasan Petani Pada Operasi Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Pada Daerah Irigasi Tungkub Das Sungi

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan peraturan perundangan yang berlaku

Denpasar, 13 Juni 2016


(7)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul ”Evaluasi Kinerja Pemerintah Terhadap Kepuasan Petani Pada Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Pada Daerah Irigasi Tungkub DAS Sungi

Pada kesempatan ini perkenanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Ir. I Nyoman Norken, SU, PhD, Ibu Kadek Diana Harmayani, ST, MT, PhD, Bapak Ir. I Gusti Bagus Sila Darma,MT, PhD, Bapak Dr. Ir. I Nyoman Budiartha RM, MSc, Ibu Dr. Eng Ni Nyoman Pujianiki, ST, MT, MEng yang juga telah memberikan bimbingan, masukan, serta saran – saran untuk penyempurnaan penelitian ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Dr Ketut Suastika, Sp.PD,KEMD selaku Rektor Universitas Udayana beserta staff atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti studi pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Terimakasih Kepada Prof. Dr.dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Udayana dan Kepada I Putu Alit Suthanaya, ST, MengSC,Ph.D selaku ketua Prodi Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Ucapan terimakasih penulis juga sampaikan kepada Pengamat DAS Tukad Sungi serta para Petani Pemakai Air di Daerah Irigasi Tungkub. Penulis sampaikan juga ucapan terimakasih kepada Istri Ni Wayan Suartika Yanti, SE beserta anak tersayang Putu Raka Dinata Ardi Setiawan yang telah memberikan dukungan sehingga dapat berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini. Terakhir ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada teman – teman: Yuliartha, Ketut Asmara putra, Pande Darma Setiawan, Angga, Made Sure, serta staff satu ruangan yang telah memberikan motivasi.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.

Denpasar, Juni 2016


(8)

vii

EVALUASI KINERJA PEMERINTAH TERHADAP KEPUASAN PETANI

PADA OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI PADA

DAERAH IRIGASI TUNGKUB DAS SUNGI

ABSTRAK

Bali memiliki sumber daya air untuk dikembangkan dan dikelola secara menyeluruh, terpadu, ramah lingkungan dan berkesinambungan untuk kesejahteraan masyarakat. Dari pengamatan secara fisik langsung kelapangan dan melalui data kondisi jaringan Daerah Irigasi (DI) Pada daerah Irigasi Tungkub DAS Sungi khususnya pada saluran primer dan sekunder yang merupakan kewenangan pemerintah ditemukan beberapa indikasi kerusakan dan kebocoran air, terdapat pasangan permanen yang mengalami kebocoran akibat kerusakan, serta saluran sekunder yang masih dalam kondisi saluran tanpa pasangan/ existing tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat kinerja Pemerintah dalam Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi serta mengevaluasi seberapa besar tingkat kepuasan petani terhadap layanan pemerintah dalam Operasi danPemeliharaan Jaringan Irigasi.

Penelitian ini dilakukan pada Daerah Irigasi Tungkub DAS Sungi, digunakan pendekatan eksploratif dan bersifat deskriptif analitis. Dalam hal ini pendekatan eksploratif yaitu mempelajari dan meneliti tentang Daerah Irigasi Tungkub secara langsung, baik melalui kuisioner dan juga observasi atau pengamatan secara langsung.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yang melibatkan 70 responden, terdiri dari pihak yang expertise dalam bidangnya. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan skala likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi petani.

Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kinerja pemerintah dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi pada daerah irigasi tungkub DAS Sungi bahwa pemerintah memiliki kinerja baik dengan pencapaian nilai rata- rata 3.34 dan prosentase pencapai rata –rata sebesar 85.89 %. Sedangkan tingkat kepuasan petani terhadap kinerja yang dilakukan pemerintah menunjukan nilai prosentase lebih kecil yakni sebesar 83.11%, pencapaian tersebut diatas di peroleh dari hasil jawaban responden. Dimana tingkat kepuasan petani akan meningkat bilamana pemerintah mampu menampung aspirasi keinginan petani serta perlu diadakannya peyuluhan dan pelatihan kepada petani terkait kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi.


(9)

viii

EVALUATION PERFORMANCE OF THE GOVERMENT TO FARMER

SATISFACTION IN OPERATION AND MAINTENANCE IRRIGATION

NETWORK ON IRRIGATION AREA TUNGKUBDAS SUNGI.

ABSTRACT

Bali has water resource to be developed and maintained in overall, integrated, eco friendly and continual for the society prosperity. From the physically direct observation to the subject area and through the data of condition district Irrigation system: in Indonesia language Irrigation area (DI). At Tungkub irrigation district especially DAS Sungi primer and secondary line which is the basically government authority, which there are found some of indication damage and water leak, there are permanent installation already leak which is caused by the damage, and the secondary canal is in condition without a pair/grown existing. This research is proposed to analyze the governmentlevel of performance in operation and maintained irrigation network and also to analyze how much farmer satisfaction into government service in operation and maintenance irrigation network.

These researches take the place at Irrigation Tangkub DAS sungi district, using explorative method and descriptive analytic feature. In this case explorative mean that is study and observation the irrigation of Tangkub district directly, both by questionnaire and observation or direct research observation. In collecting data using purposive sampling method, which involve 48 respondents that consist from party is expertise in their field. The analyze data is using descript qualitative method with Richter scale technique to measure gesture, opinion and farmers' perceptions.

The result of the research showing that the government level of performance in operation action and maintained irrigation network at Tangkub DAS Sungi district that government has a good action which take the achievement equally score 3.34 and presents equally achievement 85.89%. While the level of farmer satisfaction into government action showing present score smaller 83.11%, each achievement take from respondences answers where the farmer satisfaction will be increase when the government able to accommodate inspiration the farmer need and there are must counseling and training to the farmer’s related into operation and maintenance irrigation network.


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian masih memegang peranan yang sangat penting dalam menunjang masyarakat.Lebih dari 80% produksi beras nasional dihasilkan dari sawah beririgasi yang terhimpun dalam Daerah Irigasi (Hasan, 2005). Berdasarkan PP No. 77 Tentang Irigasi tahun 2001, irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian, yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak. Sistem irigasi keberlanjutan adalah perwujudan untuk mendukung produktivitas usaha tani guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat. Irigasi memiliki kepentingan dalam pemberdayaan sawah dan dapat memenuhi kebutuhan air bagi usaha pertanian dalam jumlah dan waktu serta kualitas yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan semua tanaman sesuai dengan pola tanam yang telah ditetapkan.

Infrastruktur dan sarana irigasi merupakan salah satu faktor penting dalam proses usahatani. Infrastruktur irigasi sangat menentukan ketersediaan air yang berdampak langsung terhadap kualitas dan kuantitas tanaman khususnya padi.Infrastruktur tersebut dibangun pemerintah ataupun masyarakat petani sendiri. Dalam suatu lahan pertanian dimana jumlah air yang dibutuhkan disesuaikan dengan kebutuhan air tanaman. Pemberian air dapat dinyatakan efisien bila debit air yang disalurkan melalui sarana irigasi dibuat seoptimal


(11)

2 mungkin sesuai dengan kebutuhan tanaman pada lahan potensial yang ada.Menurut Pedoman Teknis Pengembangan Jaringan Irigasi (2014), pemberian air irigasi dari hulu (upstream) sampai dengan hilir (downstream) memerlukan sarana dan prasarana irigasi yang memadai. Sarana dan prasana tersebut dapat berupa bendungan, bendung, saluran primer dan sekunder, box bagi, bangunan ukur, saluran tersier serta saluran tingkat usaha tani (TUT). Rusaknya salah satu bangunanirigasi akan mempengaruhi kinerja sistem yang ada sehingga mengakibatkan efisien dan efektifitas irigasi menurun. Kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari satu jaringan irigasi disebut dengan daerah irigasi (DI).

Bali memiliki sumber daya air untuk dikembangkan dan dikelola secara menyeluruh, terpadu, ramah lingkungan dan berkesinambungan untuk kesejahteraan masyarakatnya. Bali memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) sebanyak 391 DAS, luas 5.636,67 km2 dan panjang sungai 2.776,09 km. Kewenangan dan tanggung jawab pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dalam pengelolaan daerah irigasi diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 14/PRT/M/2015 tanggal 21 april 2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah Irigasi, dimana pada Pasal 18 menjelaskan bahwa kewenangan dan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan ketentuan Daerah Irigasi (DI) dengan luas diatas 3000 ha adalah menjadi wewenangdan tanggung jawab Pemerintah Pusat, Daerah Irigasi (DI) antara 1000 ha–3000 ha adalah kewenangan Pemerintah Provinsi dan Daerah Irigasi (DI) lebih kecil 1000 ha adalah sepenuhnya menjadi kewenangan dan tanggungjawab Pemerintah kabupaten, sedangkan jika berada pada lintas kabupaten maka menjadi tanggungjawab Pemerintah Provinsi.


(12)

3 Jaringan tersier sepenuhnya merupakan tanggungjawab organisasi perkumpulan petani pemakai air (P3A) dalam hal ini adalah masyarakat petani (subak). Kewenangan pemerintah pusat yakni Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang dimana sebagai perpanjangan tangannya di Bali yaitu Balai Wilayah Sungai Bali-Penida. Adapun Daerah Aliran Sungai (DAS) yang menjadi kewenangan Balai Wilayah Sungai Bali–Penida sebanyak 9 DAS meliputi : DAS Yeh Hoo, DAS Sungi, DAS Penet, DAS Ayung, DAS Oos, DAS Petanu, DAS Pakerisan, DAS Unda dan DAS Saba. Kesembilan DAS tersebut mempunyai luas area sebesar 42.304,84 Ha dengan jumlah Daerah Irigasi (DI) sebanyak 112 Daerah Irigasi, diantaranya DI Tungkub DAS Sungi.

Sesuai dengan data dari Rancangan Pola SDA BWS Bali-Penida tahun 2014, potensi ketersediaan air permukaan di Bali sebesar 207,57 m3/detik dan kebutuhan air untuk memenuhi irigasi sebesar 45,067 m3/detik. Dengan potensi yang sangat besar telah dilakukan pembangunan infrastruktur irigasi sebanyak 799 infrastruktur yang diantaranya terdapat waduk, bendung permanen, bendung bronjong, pengambilan bebas, pompa, empelan, bak penampungan serta pengambilan lainnya. Seperti pada Daerah Irigasi Tungkub yang terletak di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungi mempunyai luasan baku 1.092 ha, yang kebutuhan air irigasinya dipenuhi oleh Bendung Tungkub. Sesuai gambar Skema Jaringan Irigasi DI Tungkub, Daerah Irigasi Tungkub mempunyai 5 saluran induk yang diantaranya Saluran Induk Tungkub, Saluran Induk Anyar, Saluran Induk Ulaman, Saluran Induk Kekeran dan Saluran Induk Apit Yeh,serta mempunyai 6 saluran sekunder.


(13)

4 Pada daerah Irigasi Tungkub DAS Sungi dari pengamatan secara fisik langsung ke lapangan dan melalui data kondisi jaringan Daerah Irigasi (DI) Tungkub DAS Sungi tahun 2012 khususnya pada saluran primer dan sekunder yang merupakan kewenangan pemerintah ditemukan beberapa indikasi kerusakan dan kebocoran air pada jaringan Irigasi DI Tungkub DAS sungi. Adapun beberapa indikasi tersebut diantaranya ialah pada bangunnan BT.1 dan BT.2 terjadi kerusakan pada pintu akibat karatan, ruas BT.1–BT.2a terdapat pasangan permanen yang mengalami kebocoran akibat kerusakan. Menurut kondisi data jaringan tahun 2012 dari petugas pengamat DI Tungkub diterangkan juga terdapat saluran induk dan saluran sekunder yang masih dalam kondisi saluran tanpa pasangan/ existing tanah. Perlu diketahui Operasi dan Pemeliharaan (O&P) pada tingkat saluran primer dan sekunder merupakan kewenangan pemerintah.Dengan telah di optimalkannya saluran primer dan sekunder juga akan berpengaruh pada kelangsungan keberadaan air pada saluran tersier sehingga kebutuhan air untuk irigasi di persawahan terpenuhi.

Berdasarkan uraian diatas, sangatlah perlu dilakukan pengkajian mengingat sangat pentingnya peranan pihak yang terkait dalam operasional serta pemeliharaan jaringan irigasi. Sehingga perlu dilakukan Evaluasi Kinerja Pemerintah terhadap Kepuasan Petani pada Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi Tungkub DAS Sungi untuk mengetahui penyebab terjadikurang maksimalnya kinerja pemerintah dalam kegiatan Operasi dan Pemeliharaan (O&P) jaringan irigasi.


(14)

5 1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka masalah pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimanakah tingkat kinerja Pemerintah dalam Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi Tungkub DAS Sungi? 1.2.2 Bagaimanakah kepuasan perkumpulan petani pemakai air (subak) terhadap

pelayanan yang diberikan pemerintah dalam Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi pada Daerah Irigasi Tungkub DAS Sungi?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1.3.1 Untuk menganalisis tingkat kinerja Pemerintah dalam Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi Tungkub DAS Sungi. 1.3.2 Untuk menganalisis seberapa besar tingkat kepuasan petani terhadap

layanan pemerintah dalam Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi Tungkub DAS Sungi.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.1 Dapat memberikan informasi kepada Mahasiswa tentang besarnya kinerja pemerintah dalam Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi Tungkub DAS Sungi.


(15)

6 1.4.2 Dapat menganalisis tingkat kepuasan petani terhadap layanan pemerintah

dalam Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi pada Daerah Irigasi Tungkub di DAS Sungi.

1.4.3 Bagi Mahasiswa dapat melakukan pengembangan lebih lanjut terhadap penelitian ini.

1.5. Lingkup dan Batasan Penelitian

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga nantinya dapat memberi arah yang lebih baik dan memudahkan dalam penyelesaian suatu masalah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, perlu dilakukan pembatasan yaitu :

1.5.1 Lokasi penelitian yang ditinjau hanya pada saluran primer dan sekunder pada jaringan irigasi DI Tungkub DAS Sungi.

1.5.2 Pengambilan responden pada pihak perkumpulan petani pengguna air (P3A/Subak) yang memanfaatkan air pada Daerah Irigasi Tungkub DAS Sungi.


(16)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Irigasi

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2007 irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian. Jenis irigasi seperti irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Secara umum tujuan dari irigasi adalah sebagai berikut.

1. Untuk menyediakan cairan yang diperlukan dalam pertumbuhan tanaman. 2. Untuk mengairi tanaman pada saat musim kemarau yang pendek.

3. Untuk mendinginkan tanah dan atmosfir, sehingga menimbulkan lingkungan yang baik.

4. Untuk mengurangi bahaya pembekuan. 5. Untuk mengurangi garam dalam tanah. 6. Untuk mengurangi bahaya erosi tanah.

7. Untuk melunakkan pembajakan dan gumpalan tanah.

8. Untuk memperlambat terbentuknya tunas dengan pendinginan karena penguapan.

2.2. Jaringan Irigasi

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.12/PRT/M/2015 tentang Pedoman Eksploitasi dan Pemeliharaan, jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan untuk


(17)

8 pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi.Sedangkan satu kesatuan lahan/wilayah yang mendapatkan air dari satu jaringan irigasi disebut daerah irigasi. Jenis jaringan irigasi adalah sebagai berikut:

1. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya. 2. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri

atas saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagisadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.

3. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri atas saluran tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya.

Dalam Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP.01 Departemen Pekerjaan Umum DirektoratJenderal Pengairan tahun 1986 terdapat ketentuan yang mengatur tentang jaringan irigasi. Pada buku tersebut dijelaskan bahwa fungsi suatu jaringan irigasi dapat dibedakan menjadi 4 (empat) unsur, yaitu :

1. Bangunan utama (headwork),merupakan bangunan yang berfungsi untuk mengambil air dari sumbernya, umumnya adalah sungai atau waduk. 2. Jaringan pembawa, berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke

petak-petak tersier.

3. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan kolektif, dimana air irigasi dibagi dan dialirkan ke petak-petak sawah dan


(18)

9 kelebihannya ditampung dalam suatu sistem pembuangan didalam petak tersier.

4. Sistem pembuangan yang ada di luar daerah irigasi untuk membuang kelebihan air irigasi ke sungai atau saluran-saluran alamiah lainnya.

2.3. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai merupakan daerah yang dibatasi punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai-sungai utama (Asdak,1995). Karena Daerah Aliran Sungai(DAS)dianggap sebagai suatu sistem, dalam pengembangannya Daerah Aliran Sungai (DAS) harus diperlakukan sebagai suatu sistem. Dengan memperlakukan sebagai suatu sistem dan pengembangannya bertujuan untuk memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan, maka sasaran pengembangan Daerah Aliran Sungai(DAS) akan menciptakan ciri–ciri yang baik sebagai berikut: (Agus,dkk, 2007)

1. Mampu memberikan produktivitas lahan yang tinggi. Setiap bidang lahan harus memberikan produktivitas yang cukup tinggi sehingga dapat mendukung kehidupan yang layak bagi petani yang mengusahakannya.

2. Mampu mewujudkan, pemerataan produktivitas di seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS).

3. Dapat menjamin kelestarian sumber daya air.

Salah satu fungsi utama dari Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebagai pemasok air dengan kuantitas dan kualitas yang baik terutama bagi orang di


(19)

10 daerah hilir. Alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas tata air pada DAS yang akan lebih dirasakan oleh petani di daerah hilir.

2.4. Bangunan Irigasi

Bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan pengaturan air. Dalam Kriteria Perencanaan Bagian Jaringan Irigasi KP.01 Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Pengairan tahun 1986 jenis bangunan irigasi adalah bangunan utama, bangunan pembawa, bangunan bagi dan sadap, bangunan pengukur dan pengatur, bangunan pengatur muka air, bangunan pembuang dan penguras, bangunan pelengkap, serta bangunan lindung.

2.4.1. Bangunan Utama

Bangunan utama merupakan penyadap dari sumber air yang kemudian akan dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang akan dilayani. Menurut sumber airnya bangunan utama diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu :

1. Bendung

Bendung adalah bangunan air yang dibangun melintang sungai yang sengaja dibuat dengan maksud untuk meninggikan elevasi muka air sungai. Dengan menaikkan muka air sesuai elevasi yang telah direncanakan maka air akan dialirkan secara gravitasi ke daerah yang akan dilayani/daerah yang memerlukan air. ada beberapa jenis bendung yang diantaranya :

a. Bendung tetap (weir) b. Bendung gerak (barrage) c. Bendung karet (inflamle weir)


(20)

11 Pada umumnya bangunan bendung biasanya dilengkap dengan bangunan pengelak, peredam energi, bangunan pengambilan, bangunan pembilas, kantong lumpur dan tanggul banjir.

2. Pengambilan bebas

Pengambilan bebas ialah bangunan yang dibuat di tepi sungai dengan langsung menyadap air sungai untuk dialirkan ke daerah irigasi yang dilayani. Pada bangunan ini tidak menentukan tinggi elevasi muka air sungai. Bangunan ini bisa dibuat bila elevasi sungai lebih tinggi dari daerah layanan sehingga air dapat mengalirkan secara gravitasi menuju daerah yang akan dilayani.

3. Pengambilan dari waduk

Pada umumnya waduk dibangun sebagai tempat penampungan air pada saat terjadi kelebihan air, waduk biasanya dibangun memiliki banyak kegunaan seperti untuk irigasi, pembangkit listrik, peredam banjir, pariwisata dan perikanan. Salah satu kegunaan waduk untuk irigasi, maka pada bangunan outlet dilengkapi dengan bangunan sadap untuk irigasi yang akan di alokasikan untuk pemberian air sebagai fungsi luar daerah irigasi yang dilayani serta karakteristik waduk.

4. Stasiun pompa

Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila upaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk dilakukan baik secara teknis maupun ekonomis. Pengambilan air irigasi dengan pompa merupakan investasi awal yang tidak begitu besar, tetapi biaya operasi dan eksploitasinya yang sangat besar.


(21)

12 2.4.2. Bangunan Pembawa

Bangunan pembawa merupakan bangunan yang berfungsi membawa atau mengalirkan air dari sumbernya menuju petak irigasi. Yang termasuk bangunan pembawa adalah saluran primer yaitu saluran yang membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi, yang batas ujungnya adalah pada bangunan bagi yang terakhir, saluran sekunder yaitu saluran yang membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut yang batas akhirnya adalah bangunan sadap terakhir, saluran tersier dan saluran kwarter. Bangunan pada bangunan pembawa adalah bangunan yang terdapat pada saluran pembawa (khususnya saluran primer dan sekunder) seperti bangunan pengatur, bangunan pengukur debit, bangunan pembawa lainnya dan bangunan pelengkap (KP-01, 1986).

1. Bangunan pengatur

Bangunan pengatur adalah bangunan bagi, sadap dan bagi sadap. Bangunan bagi adalah bangunan air yang terletak pada saluran primer dan sekunder dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih. Bangunan sadap adalah bangunan yang befungsi untuk menyadap atau mengambil air dari saluran primer ke saluran sekunder atau tersier dan atau dari saluran sekunder ke saluran tersier. Sedangkan bangunan bagi sadap adalah rangkaian bangunan bagi dan sadap.

2. Bangunan pengukur debit

Menurut Standar Perencanaan Irigasi KP-02 (1986) bangunan pengukur debit adalah bangunan ukur yang berfungsi untuk mengukur debit yang mengalir.


(22)

13 Beberapa bangunan ukur dapat juga dipakai untuk mengatur aliran air. beberapa contoh bangunan ukur adalah ambang lebar, cipolleti, parshall, romijn, crump de gruyter dan Constant Head Orifice (CHO).

3. Bangunan pembawa lainnya

Bangunan pembawa lainnya ini dibedakan berdasarkan alirannya, yaitu bangunan dengan aliran superkritis dan bangunan dengan aliran subkritis. Bangunan dengan aliran superkritis diperlukan di tempat dimana lereng medannya lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran, contohnya bangunan terjunan dan got miring. Sedangkan bangunan dengan aliran subkritis, contohnya adalah gorong–gorong, talang, shipon, dan flume.

4. Bangunan pelengkap

Bangunan pelengkap adalah bangunan yang dibuat untuk mengatasi halangan/rintangan sepanjang saluran dan bangunan lainnya. Bangunan pelengkap ini dibuat di sepanjang saluran pembawa, contohnya:

a. Pagar dan rel pengaman.

b. Tempat cuci, tempat cuci ini berupa tangga pada tanggul saluran yang berfungsi untuk memudahkan penduduk yang tinggal dekat saluran mencapai air saluran.

c. Kolam mandi ternak

d. Kisi–kisi penyaring, yang berfungsi untuk mencegah tersumbatnya bangunan (siphon dan gorong–gorong panjang) oleh benda–benda yang hanyut.


(23)

14 2.5. Irigasi Menurut Sistem Irigasi Subak

Arti subak dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 9 Tahun 2012 tentang Subak, adalah organisasi tradisional dibidang tata guna air dan atau tata tanaman di tingkat usaha tani pada masyarakat adat di Bali yang bersifat sosioagraris, religius, ekonomis yang secara historis terus tumbuh dan berkembang.

Yang ditekankan pada sistem subak adalah keadilan dalam memperoleh air. Apabila air yang mengalir tidak cukup untuk mengairi seluruh areal sawah maka pemberian air dilakukan dengan cara pergiliran atau rotasi, yaitu subak dibagi menjadi bagian lebih kecil yang disebut tempek. Pola rotasi biasanya diawasi oleh patelik (petugas yang ditunjuk untuk mengawasi pergiliran air). Selain dengan cara rotasi pada sistem subak juga dikenal pengaturan pemberian air dengan sistem nyorog yaitu dengan mengatur waktu tanam tidak bersamaan.

Pola operasi dan pemeliharaan ditingkat subak biasanya diselenggarakan melalui mekanisme musyawarah mufakat dalam sangkepan. Langkah perbaikan atau rehabilitasi pada bangunan dan saluran irigasi, sehingga kehilangan air akibat kebocoran pada saluran dapat dihindari, dan juga dikaitkan dengan pola dan jadwal tanam yang hendak diterapkan dalam suatu organisasi subak. Ketika hendak mengambil keputusan tentang pola dan jadwal tanam itulah musim atau iklim akan diperhitungkan.

2.5.1. Sistem Jaringan Irigasi Subak

Subak sebagai organisasi yang mempunyai fungsi utama untuk mengatur air irigasi telah membangun sistem jaringan irigasi dengan keunggulan teknologi


(24)

15 tradisionalnya, dimana konstruksi jaringan sangat disesuaikan oleh kondisi fisik alam dimana jaringan itu dikonstruksi. Kondisi alam Bali yang bergelombang dan dilalui oleh banyak sungai menjadikan luasan lahan sawah yang sempit, maka dengan kearifan yang sangat tinggi subak telah berupaya menekan pemanfaatan lahan sekecil mungkin dibebaskan untuk pembangunan jaringan irigasi. Maka atas dasar pertimbangan itu ketika subak membangunan jaringan irigasi, banyak memanfaatkan alur alam berupa lembah atau pangkung sebagai saluran pembawa. Secara prinsip antara jaringan irigasi dengan jaringan irigasi subak memiliki tugas dan kewajiban yang sama. Sehingga dalam penelitian ini yang dimaksud dengan jaringan irigasi adalah jaringan irigasi subak. Jaringan irigasi subak sudah dikonstruksi sedemikian lengkap mulai dari bangunan pengambilan pada sumber air, bangunan pembagi dan pengambilan di saluran sampai saluran distribusi di petak-petak sawah, seperti ditunjukkan dalam gambar jaringan irigasi subak pada Gambar 2.1. serta ilustrasi wilayah subak dalam wilayah desa adat sesuai dengan Gambar 2.2.


(25)

16 Gambar 2.1. Jaringan Irigasi Subak

Sumber : Sushila (2006)

Pura Ulun Empelan

Pura

Empelan (Bendung Subak)

Aungan (Terowongan)

Telabah (Saluran Pembawa)

Tembuku Aya (B.Bagi Utama) Tembuku Pemaron

Telabah Pemaron (Saluran Kedua) Tembuku Daanan (B. Sadap)

Telabah Daanan (Saluran Ketiga)

Telabah Pengutangan (Saluran Pembuang)


(26)

17 Gambar 2.2. Ilustrasi Wilayah Subak dalam Wilayah Desa Adat

Sumber : Sushila (2006)

2.6. Evaluasi Kinerja

Evaluasi kinerja atau penilaian prestasi yang dikemukaan L.C Menggison (1998) dalam Mangkunegara (2000) adalah suatu proses yang digunakan untuk menentukan apakah seorang melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut A.E. Sikula (1981) yang dikutib oleh Mangkunegara (2000) mengemukakan bahwa evaluasi kinerja merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan dan potensi yang dapat dikembangkan. Evaluasi dalam proses penafsiran atau penentuan nilai, kualitas atau status dari beberapa obyek orang ataupun sesuatu (barang). Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan dan kinerja organisasi. Disamping itu, tujuan dari evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan

Desa Adat - A Desa Adat - B

Desa Adat - C

Subak - X

Tembuku (B. Bagi) Telabah (Saluran) Aungan (Terowongan) Empelan (Bendung) Tukad (Sungai)


(27)

18 kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja dari Sumber Daya Manusia (SDM) organisasi tersebut.

Evaluasi kinerja terhadap tenaga kerja biasanya dilakukan oleh pihak manajemen atau pegawai yang berwenang untuk memberikan penilaian terhadap tenaga kerja yang bersangkutan dan biasanya merupakan atasan langsung atau juga bisa dari pihak lain yang diberikan wewenang atau ditunjuk langsung untuk memberikan penilaian. Dalam melakukan evaluasi kinerja terhadap seorang, pihak yang berwenang memberikan penilaian seringkali menghadapi dua alternatif pilihan yang harus diambil, yaitu dengan cara memberikan penilaian kinerja berdasarkan deskripsi pekerjaan yang telah ditetapkan sebelumnya, dan dengan cara menilai kinerja berdasarkan harapan-harapan pribadinya mengenai pekerjaan tersebut.{posted on 24 februari 2012 by Hadi Muttaqin Hasyim}

Jika evaluasi kinerja tersebut mendapatkan penilaian yang baik maka akan berpengaruh dengan kepuasan petani. Pada dasarnya kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja yang dirasakan dengan harapannya. Sedangkan kepuasan petani dapat didefinisikan secara sederhana sebagai keadaan dimana kebutuhan, keinginan dan harapan petani dapat terpenuhi melalui kinerja (Oliver,1980).


(28)

19 2.7. Pemerintah

Pemerintah secara etimologis berasal dari kata Yunani, Kubernan atau nakoda kapal yang artinya mengadap ke depan. Sedangkan “memerintah” berarti melihat ke depan, menentukan berbagai kebijakan yang diselenggarakan untuk mencapai tujuan masyarakat Negara. Dalam hal ini evaluasi kinerja pemerintah adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan dan kinerja pemerintah. Pemerintah yang dimaksud dalam penelitian ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Pekerjaan Uumum No. 30/PRT/M/2007 tentang Pedoman Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif yaitu penanggung jawab kegiatan pengelolaan jaringan irigasi adalah Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, badan usaha, badan sosial, kelompok masyarakat, atau perseorangan yang melaksanakan pembangunan, peningkatan, operasi, pemeliharaan atau rehabilitasi jaringan irigasi di suatu wilayah tertentu. Pemerintah termasuk di dalamnya Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, serta dinas-dinas yang membidangi irigasi yang beperan sebagai pembuat kebijakan, perancang dan administrator sesuai dengan kewenangannya bertanggungjawab dalam pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder. Pemerintah dalam pengelolaan jaringan irigasi terkait dengan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi mencakup Direktorat Sumber Daya Air - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Pemerintah Provinsi, serta Pemerintah Kabupaten/Kota yang membidangi irigasi.


(29)

20 2.8. Operasi dan Pemeliharaan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor: 12/PRT/M/2015 yang dimaksud dengan Eksploitasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan membuka menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau, dan mengevaluasi. Sedangkan pemeliharaan jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya.

Berdasarkan Ketentuan Undang-Undang No 11 Tahun 1974 tentang Pengairan dan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Irigasi pelaksanaan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi ditetapkan:

1. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengankewenangannya.

2. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi tersier menjadi hak dan tanggungjawab masyarakat petani pemakai air.

2.9. Kinerja Pemerintah terhadap Kepuasan Petani dalam Operasi dan PemeliharaanJaringan Irigasi

Dalam hal ini kinerja pemerintah dalam operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi berpedoman terhadap tugas Pemerintah yang telah tercantum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor:


(30)

21 12/PRT/M/2015 tentang Pedoman Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Sebagai ketentuan Daerah Irigasi yang menjadi tanggung jawab dan wewenang pemerintah telah diatur pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 77 tahun 2001 tentang irigasi dan mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 14/PRT/M/2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah Irigasi dimana peraturan ini menjelaskan tentang wewenangan dan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan ketentuan: Daerah Irigasidengan luas diatas 3000 ha menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah, Daerah Irigasi antara 1000 ha–3000 ha kewenangan Pemerintah Provinsi dan Daerah Irigasi lebih kecil dari 1000 ha sepenuhnya menjadi kewenangan dan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten,sedangkan jika berada pada lintas kabupaten maka menjadi tanggungjawab Pemerintah Provinsi. Kinerja Pemerintah dalam Operasi Pemeliharaan Jaringan Irigasi ini berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada petani, agar petani mendapatkan air irigasi sesuai dengan kebutuhan masing–masing subak.

2.9.1. Kinerja Pemerintah dalam Operasi Jaringan Irigasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor: 12/PRT/M/2015 tentang Pedoman Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, Pemerintah memiliki peran serta kinerja yang sangat penting dalam kegiatan operasi jaringan irigasi adapun kinerja yang dilakukan pemerintah adalah:

1. Mengumpulkan data (data debit, data curah hujan, data luas tanam,serta pembuatan laporan pengoperasian bangunan irigasi).


(31)

22 2. Membuat Rencana Penyediaan Air Tahunan, Pembagian dan Pemberian

Air Tahunan, Rencana Tata Tanam Tahunan, Rencana Pengeringan, dll. 3. Berperan sebagai pembimbing atau penasehat yang memberi masukan dan

pertimbangan berkaitan dengan ketersediaan air yang mungkin bisa dipergunakan untuk pertanian.

4. Melaksanakan pembagian dan pemberian air (termasuk pekerjaan: membuat laporan permintaan air, mengisi papan operasi, mengatur bukaan pintu)

5. Melakukan pengoperasian pada bangunan irigasi

6. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan operasi jaringan irigasi, melaporkan jika terjadi kekurangan air yang kritis.

2.9.2. Kinerja Pemerintah dalam Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor: 12/PRT/M/2015 tentang Pedoman Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, selain dalam kegiatan operasi jaringan irigasi pemerintah juga turut mempunyai kewajiban dalam pemeliharaan jaringan irigasi tersebut. Adapun kinerja pemerintah dalam pemeliharaan jaringan irigasi dapat dibagi dalam pengamanan jaringan irigasi, pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala dan penanggulangan/perbaikan darurat, hal tersebut diuraikan sebagai berikut:

• Pengamanan jaringan irigasi

Pengamanan merupakan suatu tindak pemeliharaan yang di dalamnya terdapat tindak pencegahan serta tindakan pengamanan, yang diuraikan sebagai berikut:


(32)

23 1. Tindakan pencegahan, berikut tindakan pencegahan yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

a. Melarang pengambilan batu, pasir dan tanah pada lokasi ±500 m sebelah hulu dan ±1.000 m sebelah hilir bendung irigasi atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Melarang memandikan hewan selain di tempat yang telah ditentukan dengan memasang papan larangan.

c. Menetapkan garis sempadan saluran sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.

d. Memasang papan larangan tentang penggarapan tanah dan mendirikan bangunan di dalam garis sempadan saluran.

e. Petugas pengelola irigasi harus mengontrol patok-patok batas tanah pengairan supaya tidak dipindahkan oleh masyarakat.

f. Memasang papan larangan untuk kendaraan yang melintas jalan inspeksi yang melebihi kelas jalan.

g. Melarang mandi di sekitar bangunan atau lokasi-lokasi yang berbahaya. h. Melarang mendirikan bangunan dan atau menanam pohon di tanggul

saluran irigasi.

i. Mengadakan penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat dan instansi terkait tentang pengamanan fungsi Jaringan Irigasi.


(33)

24 2. Tindakan pengamanan, tindakan pengamanan yang dapat dilakukan adalah

sebagai berikut :

a. Membuat bangunan pengamanan ditempat tempat yang berbahaya, seperti: disekitar bangunan utama, siphon, ruas saluran yang tebingnya curam, daerah padat penduduk dan lainnya.

b. Penyediaan tempat mandi hewan dan tangga cuci.

c. Pemasangan penghalang di jalan inspeksi dan tanggul-tanggul saluran berupa portal, patok.

• Pemeliharaan rutin

Pemeliharaan rutin merupakan kegiatan perawatan dalam rangka mempertahankan kondisi Jaringan Irigasi yang dilaksanakan secara terus menerus tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau diganti. Kegiatan pemeliharaan rutin meliputi :

1. Yang bersifat perawatan :

a. Memberikan minyak pelumas pada bagian pintu.

b. Membersihkan saluran dan bangunan dari tanaman liar dan semak-semak. c. Membersihkan saluran dan bangunan dari sampah dan kotoran.

d. Pembuangan endapan lumpur di bangunan ukur.

e. Memelihara tanaman lindung di sekitar bangunan dan di tepi luar tanggul saluran.

2. Yang bersifat perbaikan:

a. Menutup lubang-lubang bocoran kecil di saluran/bangunan.

b. Perbaikan kecil pada pasangan, misalnya siaran/plesteran yang retak atau beberapa batu muka yang lepas.


(34)

25

• Pemeliharaan berkala

Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan perawatan dan perbaikan yang dilaksanakan secara berkala yang direncanakan dan dilaksanakan oleh dinas yang membidangi Irigasi dan dapat bekerja sama dengan P3A/GP3A/IP3A secara swakelola berdasarkan kemampuan lembaga tersebut dan dapat pula dilaksanakan secara kontraktual. Adapun pekerjaan pemeliharaan berkala meliputi :

1. Pemeliharaan berkala yang bersifat perawatan a. Pengecatan pintu

b. Pembuangan lumpur di bangunan dan saluran 2. Pemeliharaan berkala yang bersifat perbaikan

a. Perbaikan bendung, bangunan pengambilan dan bangunan pengatur b. Perbaikan bangunan ukur dan kelengkapannya

c. Perbaikan saluran dan perbaikan pintu-pintu dan skot balk

d. Perbaikan fasilitas pendukung seperti kantor, rumah dinas, kendaraan dan peralatan, serta perbaikan jalan inpeksi

3. Pemeliharaan berkala yang bersifat penggantian a. Penggantian pintu

b. Penggantian alat ukur c. Penggantian peil schall

• Penanggulangan/perbaikan darurat

Pekerjaan perbaikan darurat yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Melakukan perbaikan pada bangunan irigasi yang mengalami kerusakan


(35)

26 Dinas/pengelola irigasi atau yang disediakan masyarakat seperti (bronjong, karung plastik, batu, pasir, bambu, batang kelapa, dan lain - lain).

2. Selanjutnya perbaikan darurat ini disempurnakan dengan konstruksi yang permanen dan dianggarkan secepatnya melalui program rehabilitasi

2.9.3. Kepuasan Petani Pemakai Air Terhadap Kinerja Pemerintah.

Kepuasan merupakan suatu ungkapan perasaan seseorang dimana harapan sesuai dengan keinginan. Kepuasan akan meningkat, bilamana semua keinginan bisa berjalan sesuai dengan yang direncanakan atau harapan. Kinerja yang dilakukan pemerintah dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan akan berdampak pada tingkat kepuasan petani pemakai air. Kinerja yang dilakukan pemerintah hendaknya dapat menampung aspirasi keinginan petani pemakai air, namun tetap berdasarkan peraturan yang berlaku dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan. 2.10. Daerah Irigasi

Daerah Irigasi (DI) merupakan satu kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari suatu jaringan irigasi. Dimana Daerah Irigasi menggunakan bangunan utama atau mata air sebagai sumber air yang akan dialirkan melaui suatu sistem jaringan irigasi yang dibawa dari saluran pembawa sampai ke petak–petak tersier. Dalam penelitian ini, peneliti akan meninjau lebih jauh Daerah Irigasi (DI) Tungkub pada DAS Sungi. Berdasarkan data Rancangan Pola SDA BWS Bali-Penida tahun 2014 diketahui bahwa potensi ketersediaan air permukaan di Bali sebesar 207,57 m3/dt sedangkan kebutuhan air untuk memenuhi irigasi sebesar 45,067 m3/dt Daerah Irigasi Tungkub berada pada DAS Sungi yang terletak pada kecamatan Marga kabupaten Tabanan. Dengan luas baku 1.092 ha, kebutuhan irigasinya dipenuhi oleh Bendungan Tungkub. Daerah irigasi Tungkub terdiri dari


(36)

27 5 saluran primer atau saluran induk dan 6 saluran sekunder, diantaranya adalah Saluran Induk Tungkup, Saluran Induk Anyar, Saluran Induk Ulaman, Saluran Induk Kekeran dan Saluran Induk Apit Yeh. Sedangkan saluran sekundernya adalah saluran sekunder Yeh Pandang, saluran sekunder Teba, saluran sekunder Lanyaran, saluran sekunder Dalem, saluran sekunder Kungkung, dan saluran sekunder Segeh. Pada daerah Irigasi Tungkub ini juga terdiri dari 6 subak.

Pada daerah Irigasi Tungkub DAS Sungi dari pengamatan secara fisik langsung ke lapangan dan melalui data kondisi jaringan Daerah Irigasi (DI) Tungkub DAS Sungi tahun 2012 khususnya pada saluran primer dan sekunder yang merupakan kewenangan pemerintah ditemukan beberapa indikasi kerusakan dan kebocoran air pada jaringan Irigasi DI Tungkub DAS sungi. Adapun beberapa indikasi tersebut diantaranya ialah pada bangunnan BT.1 dan BT.2 terjadi kerusakan pada pintu akibat karatan, ruas BT.1–BT.2a terdapat pasangan permanen yang mengalami kebocoran akibat kerusakan. Menurut kondisi data jaringan tahun 2012 dari petugas pengamat DI Tungkub diterangkan juga terdapat saluran induk dan saluran sekunder yang masih dalam kondisi saluran tanpa pasangan/existing tanah. Perlu diketahui Operasi dan Pemeliharaan (O&P) pada tingkat saluran primer dan sekunder merupakan kewenangan pemerintah sehingga berdampak pada keberadaan air di saluran tersier serta pematang sawah.


(1)

22 2. Membuat Rencana Penyediaan Air Tahunan, Pembagian dan Pemberian

Air Tahunan, Rencana Tata Tanam Tahunan, Rencana Pengeringan, dll. 3. Berperan sebagai pembimbing atau penasehat yang memberi masukan dan

pertimbangan berkaitan dengan ketersediaan air yang mungkin bisa dipergunakan untuk pertanian.

4. Melaksanakan pembagian dan pemberian air (termasuk pekerjaan: membuat laporan permintaan air, mengisi papan operasi, mengatur bukaan pintu)

5. Melakukan pengoperasian pada bangunan irigasi

6. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan operasi jaringan irigasi, melaporkan jika terjadi kekurangan air yang kritis.

2.9.2. Kinerja Pemerintah dalam Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor: 12/PRT/M/2015 tentang Pedoman Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, selain dalam kegiatan operasi jaringan irigasi pemerintah juga turut mempunyai kewajiban dalam pemeliharaan jaringan irigasi tersebut. Adapun kinerja pemerintah dalam pemeliharaan jaringan irigasi dapat dibagi dalam pengamanan jaringan irigasi, pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala dan penanggulangan/perbaikan darurat, hal tersebut diuraikan sebagai berikut: • Pengamanan jaringan irigasi

Pengamanan merupakan suatu tindak pemeliharaan yang di dalamnya terdapat tindak pencegahan serta tindakan pengamanan, yang diuraikan sebagai berikut:


(2)

23 1. Tindakan pencegahan, berikut tindakan pencegahan yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

a. Melarang pengambilan batu, pasir dan tanah pada lokasi ±500 m sebelah hulu dan ±1.000 m sebelah hilir bendung irigasi atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Melarang memandikan hewan selain di tempat yang telah ditentukan dengan memasang papan larangan.

c. Menetapkan garis sempadan saluran sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.

d. Memasang papan larangan tentang penggarapan tanah dan mendirikan bangunan di dalam garis sempadan saluran.

e. Petugas pengelola irigasi harus mengontrol patok-patok batas tanah pengairan supaya tidak dipindahkan oleh masyarakat.

f. Memasang papan larangan untuk kendaraan yang melintas jalan inspeksi yang melebihi kelas jalan.

g. Melarang mandi di sekitar bangunan atau lokasi-lokasi yang berbahaya. h. Melarang mendirikan bangunan dan atau menanam pohon di tanggul

saluran irigasi.

i. Mengadakan penyuluhan/sosialisasi kepada masyarakat dan instansi terkait tentang pengamanan fungsi Jaringan Irigasi.


(3)

24 2. Tindakan pengamanan, tindakan pengamanan yang dapat dilakukan adalah

sebagai berikut :

a. Membuat bangunan pengamanan ditempat tempat yang berbahaya, seperti: disekitar bangunan utama, siphon, ruas saluran yang tebingnya curam, daerah padat penduduk dan lainnya.

b. Penyediaan tempat mandi hewan dan tangga cuci.

c. Pemasangan penghalang di jalan inspeksi dan tanggul-tanggul saluran berupa portal, patok.

• Pemeliharaan rutin

Pemeliharaan rutin merupakan kegiatan perawatan dalam rangka mempertahankan kondisi Jaringan Irigasi yang dilaksanakan secara terus menerus tanpa ada bagian konstruksi yang diubah atau diganti. Kegiatan pemeliharaan rutin meliputi :

1. Yang bersifat perawatan :

a. Memberikan minyak pelumas pada bagian pintu.

b. Membersihkan saluran dan bangunan dari tanaman liar dan semak-semak.

c. Membersihkan saluran dan bangunan dari sampah dan kotoran. d. Pembuangan endapan lumpur di bangunan ukur.

e. Memelihara tanaman lindung di sekitar bangunan dan di tepi luar tanggul saluran.

2. Yang bersifat perbaikan:

a. Menutup lubang-lubang bocoran kecil di saluran/bangunan.

b. Perbaikan kecil pada pasangan, misalnya siaran/plesteran yang retak atau beberapa batu muka yang lepas.


(4)

25 • Pemeliharaan berkala

Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan perawatan dan perbaikan yang dilaksanakan secara berkala yang direncanakan dan dilaksanakan oleh dinas yang membidangi Irigasi dan dapat bekerja sama dengan P3A/GP3A/IP3A secara swakelola berdasarkan kemampuan lembaga tersebut dan dapat pula dilaksanakan secara kontraktual. Adapun pekerjaan pemeliharaan berkala meliputi :

1. Pemeliharaan berkala yang bersifat perawatan a. Pengecatan pintu

b. Pembuangan lumpur di bangunan dan saluran 2. Pemeliharaan berkala yang bersifat perbaikan

a. Perbaikan bendung, bangunan pengambilan dan bangunan pengatur b. Perbaikan bangunan ukur dan kelengkapannya

c. Perbaikan saluran dan perbaikan pintu-pintu dan skot balk

d. Perbaikan fasilitas pendukung seperti kantor, rumah dinas, kendaraan dan peralatan, serta perbaikan jalan inpeksi

3. Pemeliharaan berkala yang bersifat penggantian a. Penggantian pintu

b. Penggantian alat ukur c. Penggantian peil schall

• Penanggulangan/perbaikan darurat

Pekerjaan perbaikan darurat yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Melakukan perbaikan pada bangunan irigasi yang mengalami kerusakan


(5)

26 Dinas/pengelola irigasi atau yang disediakan masyarakat seperti (bronjong, karung plastik, batu, pasir, bambu, batang kelapa, dan lain - lain).

2. Selanjutnya perbaikan darurat ini disempurnakan dengan konstruksi yang permanen dan dianggarkan secepatnya melalui program rehabilitasi

2.9.3. Kepuasan Petani Pemakai Air Terhadap Kinerja Pemerintah.

Kepuasan merupakan suatu ungkapan perasaan seseorang dimana harapan sesuai dengan keinginan. Kepuasan akan meningkat, bilamana semua keinginan bisa berjalan sesuai dengan yang direncanakan atau harapan. Kinerja yang dilakukan pemerintah dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan akan berdampak pada tingkat kepuasan petani pemakai air. Kinerja yang dilakukan pemerintah hendaknya dapat menampung aspirasi keinginan petani pemakai air, namun tetap berdasarkan peraturan yang berlaku dalam kegiatan operasi dan pemeliharaan.

2.10. Daerah Irigasi

Daerah Irigasi (DI) merupakan satu kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari suatu jaringan irigasi. Dimana Daerah Irigasi menggunakan bangunan utama atau mata air sebagai sumber air yang akan dialirkan melaui suatu sistem jaringan irigasi yang dibawa dari saluran pembawa sampai ke petak–petak tersier. Dalam penelitian ini, peneliti akan meninjau lebih jauh Daerah Irigasi (DI) Tungkub pada DAS Sungi. Berdasarkan data Rancangan Pola SDA BWS Bali-Penida tahun 2014 diketahui bahwa potensi ketersediaan air permukaan di Bali sebesar 207,57 m3/dt sedangkan kebutuhan air untuk memenuhi irigasi sebesar 45,067 m3/dt Daerah Irigasi Tungkub berada pada DAS Sungi yang terletak pada kecamatan Marga kabupaten Tabanan. Dengan luas baku 1.092 ha, kebutuhan irigasinya dipenuhi oleh Bendungan Tungkub. Daerah irigasi Tungkub terdiri dari


(6)

27 5 saluran primer atau saluran induk dan 6 saluran sekunder, diantaranya adalah Saluran Induk Tungkup, Saluran Induk Anyar, Saluran Induk Ulaman, Saluran Induk Kekeran dan Saluran Induk Apit Yeh. Sedangkan saluran sekundernya adalah saluran sekunder Yeh Pandang, saluran sekunder Teba, saluran sekunder Lanyaran, saluran sekunder Dalem, saluran sekunder Kungkung, dan saluran sekunder Segeh. Pada daerah Irigasi Tungkub ini juga terdiri dari 6 subak.

Pada daerah Irigasi Tungkub DAS Sungi dari pengamatan secara fisik langsung ke lapangan dan melalui data kondisi jaringan Daerah Irigasi (DI) Tungkub DAS Sungi tahun 2012 khususnya pada saluran primer dan sekunder yang merupakan kewenangan pemerintah ditemukan beberapa indikasi kerusakan dan kebocoran air pada jaringan Irigasi DI Tungkub DAS sungi. Adapun beberapa indikasi tersebut diantaranya ialah pada bangunnan BT.1 dan BT.2 terjadi kerusakan pada pintu akibat karatan, ruas BT.1–BT.2a terdapat pasangan permanen yang mengalami kebocoran akibat kerusakan. Menurut kondisi data jaringan tahun 2012 dari petugas pengamat DI Tungkub diterangkan juga terdapat saluran induk dan saluran sekunder yang masih dalam kondisi saluran tanpa pasangan/existing tanah. Perlu diketahui Operasi dan Pemeliharaan (O&P) pada tingkat saluran primer dan sekunder merupakan kewenangan pemerintah sehingga berdampak pada keberadaan air di saluran tersier serta pematang sawah.