PERANAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER BUDAYA BANGSA PESERTA DIDIK DI ERA GLOBALISASI PADA SMP NEGERI 21 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011/2012

(1)

PERANAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER BUDAYA BANGSA

PESERTA DIDIK DI ERA GLOBALISASI PADA SMP NEGERI 21 BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2011/2012

Oleh

MERLI OCTA ROZULI

Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan memegang peranan yang penting dalam membangun karakter budaya bangsa peserta didik, karena dengan pembelajaran PKn siswa akan ditransformasikan, ditanamkan dan diajarkan nilai-nilai luhur bangsa sebagai jatidiri dan karakter Bangsa Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan memberikan informasi bahwa peranan pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan dalam pembentukan karakter budaya bangsa pada siswa SMP Negeri 21 Bandar Lampung tahun 2011/ 2012.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, karena dalam penelitian ini penulis berusaha untuk memberikan gambaran keadaan yang terjadi pada saat ini secara sistematis dan faktual. Populasi dalam penelitian berjumlah 74 siswa dengan jumlah angket 40 item soal.

Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan belum berperan dalam membangun karakter budaya bangsa peserta didik di SMP Negeri 21 Bandar Lampung, khususnya dalam hal berfikir rasional, berfikir kreatif, berpartisipasi aktif dan membentuk pribadi yang dinamis. Sedangkan dalam hal melatih siswa berfikir kritis pembelajaran PKn telah berperan sebagai upaya membangun karakter budaya bangsa. Hasil uji Hipotesis menyatakan Ho ditolak karena ZH= 5.61 > 1.96 sehingga terdapat hubungan yang positip antara variabel X ( Pembelajaran PKn ) dengan variabel Y ( Karakter Budaya Bangsa Di Era Globalisasi ).


(2)

PERANAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER BUDAYA BANGSA

PESERTA DIDIK DI ERA GLOBALISASI PADA SMP NEGERI 21 BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2011/2012

(Skripsi)

MERLI OCTA ROZULI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(3)

NEGERI 21 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011/2012

Oleh

Merli Octa Rozuli

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Social

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

TABEL GAMBAR

Halaman 1. Gambar Koridor Pembangunan ... 23 2. Diagram Kerangka Pikir ... 43


(5)

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

RIWAYAT HIDUP... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

HALAMAN MOTTO... viii

SANWACANA... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 11

C. Pembatasan Masalah... 11

D. Rumusan Masalah... 12

E. Tujuan Dan Kegunaan Masalah... 12

1. Tujuan Penelitian ... 12

2. Kegunaan Penelitian ... 12

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 13

1. Ruang Lingkup Ilmu... 13

2. Ruang Lingkup Objek... 13

3. Ruang Lingkup Subjek ... 13

4. Ruang Lingkup Tempat ... 13

5. Ruang Lingkup Waktu... 13

II. KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 14

1. Era Globalisasi ... 14

2. Membangun Karakter Budaya Bangsa ... 22

3. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 32

a. Pengertian Pembelajaran... 32

b. Pembelajaran PKn... 34

c. Pendidikan Kewarganegaraan... 36

4. Dimensi Materi Pkn ... 40


(6)

B. Kerangka Pikir ... 43

C. Hipotesis ... 44

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 45

B. Populasi Dan Sampel... 45

1. Populasi ... 45

2. Sampel ... 46

C. Variabel Penelitian, Operasional Dan Rencana Pengukuran... 46

1. Variabel Penelitian... 46

2. Operasional Penelitian ... 46

3. Rencana Pengukuran Variabel... 47

D. Teknik Pengumpulan Data ... 47

1. Angket/ Koesioner ... 47

2. Wawancara ... 48

E. Validitas Dan Uji Reabilitas ... 48

F. Teknik Analisa Data ... 49

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Langkah-Langkah Penelitian ... 51

1. Persiapan Pengajuan Judul ... 51

2. Penelitian Pendahuluan... 51

3. Pengajuan Penelitian... 52

4. Pelaksanaan Penelitian... 52

5. Penyusunan Alat Pengumpul Data ... 53

6. Pelaksanaan Uji Coba Angket ... 53

a. Analisis Validitas Angket ... 53

b. Analisis Reabilitas Angket ... 53

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 58

1. Sejarah Singkat Sekolah ... 58

2. Situasi Dan Kondisi Sekolah ... 59

3. Keadaan Sekolah ... 60

C. Diskripsi Data ... 60

1. Pengumpulan Data... 60

2. Penyajian Data ... 61

3. Analisis Data... 79

D. Pembahasan Dan Pengujian... 82

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA


(7)

Lampiran

1. Rencana Judul Kaji Makalah Skripsi 2. Syarat Penelitian Pendahuluan 3. Surat Izin Penelitian

4. Kisi-Kisi Angket 5. Angket Responden

6. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian 7. Surat Keterangan Mahasiswa

8. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Seminar Proposal 9. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Seminar Hasil 10. Surat Perbaikan Seminar Proposal

11. Hasil Perbaikan Seminar Hasil

12. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Dari SMP Negeri 21 B.Lampung

13. Contoh Macam-Macam Bentuk Karakter Budaya Bangsa 14. Kartu Konsultasi Pembimbing I

15. Kartu Konsultasi Pembimbing II

16. Menghitung Korelasi Product Moment Belahan Ganjil X Dan Genap Y 17. Hasil Perhitungan Korelasi Produc Moment Ganjil Dan Genap


(8)

18. Tabel Bantu Korelasi Rank Spearman Ganjil Dan Genap 19. Contoh Macam-Macam Karakter

20. Distribusi Skor Angket Indikator Berfikir Kritis Dan Berfikir Rasional 21. Distribusi Skor Angket Indikator Berfikir Kreatif Dan Berpartisipasi Aktif. 22. Distribusi Skor Angket Indikator Pribadi Yang Dinamis Dan Disiplin 23. Distribusi Skor Angket Indikator Kerja Keras Dan Rasa Ingin Tahu

24. Distribusi Skor Angket Indikator Bersahabat/ Komunikatif Dan Tanggung Jawab.


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Data Pelanggaran Tata Tertip Sekolah Pada Jam Pelajaran Pkn ... 9

2. Nilai Dan Skripsi Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa... 29

3. Jumlah Siswa/I SMP Negeri 21 Bandar Lampung ... 46

4. Hasil Uji Coba Angket Di Luar Responden Untuk Item Ganjil (X) ... 55

5. Hasil Uji Coba Angket Di Luar Respnden Untuk Item Genap (Y) ... 55

6. Kerja Antara Item Ganjil (X) Dan Item Genap (Y) ... 56

7. Table Bantu Korelasi Rank Spearman Ganjil & Genap ... 57

8. Distribusi Frekuensi Skor Angket Indikator Berfikir Kritis ... 62

9. Distribusi Frekuensi Skor Angket Indikator Berfikir Rasional ... 64

10. Distribusi Frekuensi Skor Angket Indikator Berfikir Kreatif ... 65

11. Distribusi Frekuensi Skor Angket Indikator Berpartisipasi Aktif ... 67

12. Distribusi Frekuensi Skor Angket Indikator Pribadi yang Dinamis ... 68

13. Distribusi Frekuensi Skor Angket Indikator Disiplin ... 69

14. Distribusi Frekuensi Skor Angket Indikator Kerja Keras ... 71

15. Distribusi Frekuensi Skor Angket Indikator Rasa Ingin Tahu ... 72

16. Distribusi Frekuensi Skor Angket Indikator Bersahabat/ Komunikatif .... 74

17. Distribusi Frekuensi Skor Angket Indikator Tanggung Jawab ... 76


(10)

19. Rekapitulasi Variabel (Y) Karakter Budaya Bangsa ... 78 20. Perhitungan Korelasi Rank Spearman antara belahan ganjil dan genap melalui tabel


(11)

MOTTO

Satu Keteladanan Lebih Berharga Dari Seribu

Nasehat Tentang Kejujuran .

Kesuksesan itu terjadi karna adanya persiapan,

kerja keras dan belajar dari kegagalan .


(12)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Dr. Irawan Suntoro, M.S ……….

Sekretaris :Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd ………

Penguji

Bukan Pembimbing :Drs. Holilulloh, M.Si. ………..

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si NIP 19600315 198503 1 003


(13)

DIDIK DI ERA GLOBALISASI PADA SMP NEGERI 21 BANGDAR LAMPUNG TAHUN 2011/2012

Nama Mahasiswa :

Merli Octa Rozuli

No. Pokok Mahasiswa : 0743032026

Jurusan : Pendidikan IPS

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyetujui

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Irawan Suntoro, M.S Yunisca Nurmalisa, S.Pd, M.Pd NIP 19560323 198403 1003 NIP 19870602 200812 2001

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan IPS Ketua Program Studi PPKn

Drs. H. Iskandar Syah, M.H. Drs. Holilulloh, M.Si. NIP 195710111987031001 NIP 196107111987031003


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Merli Octa Rozuli, yang dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 14 Oktober 1987. Putri pertama dari empat bersaudara, buah kasih pasangan Bapak Drs. Erwan Effendi dan Ibu Maylina.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah TK Assalam Perumahan Korpri yang diselesaikan pada 1993. Sekolah Dasar Negeri 5 Sukarame Perumahan Korpri, Bandar Lampung diselesaikan tahun 1999. Sekolah Menengah Pertama Negeri 19 Bandar Lampung yang selesai pada 2002. Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bandar Lampung Pada Tahun 2005. Dilanjutkan dengan Diploma 1 Universitas Swasta Dian Cipta Cendikia Bandar Lampung tahun 2006 dan dilanjutkan dengan SPMB Unila tahun 2007 di Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (Non SPMB).

Program pengalaman lapangan (PPL) pernah dilaksanakan di Pemda Provinsi Lampung bagian Tata Pemerintahan tahun 2006, dan PPL di SMP Negeri 1 Natar Tahun 2010 pada bulan Januari sampai Maret.


(15)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Peranan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Karakter Budaya Bangsa Peserta Didik Di Era Globalisasi Pada SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun 2011/2012”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan kripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan motivasi dari berbagai pihak.

Penulis mengucapkan trimakasih yang setulusnya kepada:

1. Prof. Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S Jaya, M.S. selaku pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si. selaku pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(16)

4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H. selaku pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Drs Holilullah, M.Si. selaku Ketua Program Studi PKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, sekaligus sebagai Pembahas I.

7. Hermi Yanzi, S.Pd. M.Pd selaku pembahas II dalam penulisan skripsi.

8. Dr. Irawan Suntoro, M.S selaku pembimbing I yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi.

9. Yunisca Nurmalisa, S.Pd. M.Pd selaku membimbing II dan sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat dan petunjuk selama pembuatan skripsi. 10. Seluruh Dosen dan Staf pengajar serta administarif Universitas Lampung.

11. Almamaterku Universitas Lampung yang aku banggakan.

12. Bapak Drs. Juminto Haryadi selaku kepala Sekolah dan staf TU SMP Negeri 21 yang telah memberi izin penelitian dan atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis. 13. Ibu Nurlaila,S.Pd. Ibu Asmana, S.Pd dan para siswa SMP Negeri 21 yang telah

membantu penulis mengumpulkan data skripsi.

14. Teristimewa Ayahanda dan Ibunda tersayang yang telah memberikanku kasih sayang, doa, motivasi, dan dukungan secara moral dan finansial. “Aku akan memberikan yang terbaik untuk membanggakan kalian”.

15. Adik-adikku tersayang M. Isya Nuddin, M. Agung Saputra dan M. Raja Ilham yang selalu memberikan semangat, canda tawa serta perhatian untuk keberhasilanku.


(17)

meraih impian-impian kita untuk masa depan dengan sebuah ketulusan dan kejujuran. 18. Teman-temanku di FKIP PKn UNILA ’07, Mb’Patma, Mb’Erda, Riri, Heppy, Hastian,

Sandika, Andri, Rumaini dll. Trimakasih untuk semangat, dan kebersamaan kalian, aku akan selalu merindukan kalian kelak.

19. Adik-adik angkatan ’08 (Agustinus, Uci, Ucu, Mira, Yuni dll), ’09 (Ika, yeni, Adit, dll), ’10 dan ’11 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga kalian dapat mengejar apa yang kalian impikan dan sukses selalu ^_^.

20. Teman-teman PPL ku di SMP Negeri 1 Natar, Arif, Dwi puji (cuy), Dwi, Feni, trimakasih untuk kebersamaan kalian.

21. Kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/I berikan akan selalu mendapatkan pahala dari Allah SWT. Peneliti menyadiri dalam pembuatan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Februari 2012 Penulis


(18)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedung Meneng Bandar Lampung

SURAT PERNYATAAN TELAH SEMINAR

Yang bertanda tangan dibawah ini, Ketua Program Studi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung menerangkan bahwa :

Nama :MERLI OCTA ROZULI

NPM :0743032026

Jurusan/ Program Studi : Pendidikan IPS/ PPKn

Yang bersangkutan telah melaksanakan seminar I (Proposal) dan Seminar II

(skripsi) dengan judul ” PERANAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER BUDAYA BANGSA PESERTA DIDIK DI ERA GLOBALISASI PADA SMP NEGERI 21 TAHUN 2011/2012”.

Yang telah dilaksanakan pada bulan Agustus-Januari 2011/2012.

Demikian surat pernyataan ini di buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Bandar Lampung, Januari 2012 Ketua Program Studi PPKn

Drs. Holilulloh, M.Si. NIP. 19610711198703 1 003


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era Globalisasi merupakan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang telah banyak mengubah budaya dan peradaban suatu bangsa. Kata era sendiri adalah masa atau kurun waktu, yang memuat beberapa peristiwa penting. Sedangkan globalisasi itu adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak dan elektronik. Globalisasi terbentuk oleh adanya kemajuan di bidang komunikasi dunia, yang terjadi karena tindakan manusia itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat terjadi perubahan pada masyarakat suatu bangsa.

Berkembangnya alat-alat elektronik dan majunya media informasi seperti radio, surat kabar atau majalah, televisi, komputer, handpone ataupun akses internet secara tidak langsung membuat masyarakat mengalami perubahan dalam hidupnya, seperti praktis dan mudahnya kita dalam berkomunikasi dengan menggunakan handpone atau internet. Tetapi juga ada pengaruh buruk akan kemajuan globalisasi ini, dari segi positif diantaranya : perubahan tata nilai dan sikap menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua irasional menjadi rasional. Masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju. Tingkat Kehidupan


(20)

2

yang lebih Baik. Majunya alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih. Dan mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sedangkan dampak negatif dari globalisasi ini : pola hidup konsumtif, sikap individualistic, gaya hidup kebarat-baratan, kesenjangan social dan kemerosotan ahlak generasi. Semua hal itu terjadi melalui media informasi dan komunikasi yang memberikan andil dan pengaruh dalam melatar belakangi dampak yang terjadi di masyarakat dunia.

Televisi sebagai media komunikasi yang menyajikan berbagai macam acara berupa hiburan, informasi, periklanan dan lainnya telah menyihir masyarakat mulai dari anak-anak sampai lanjut usia. Media ini menyediakan berbagai hiburan yang dapat dinikmati oleh masyarakat bebas tanpa harus bersusah payah mendatanginya. Misalnya kita dapat mengetahui kebudayaan suatu negara di belahan bumi lainnya dengan menonton televisi, tanpa harus berkeliling dunia dan mengeluarkan biaya yang cukup mahal. Tetapi juga memberikan dampak negatif dalam pembentukan sikap dan karakter seseorang, hal ini dapat dilihat dari adegan-adegan televisi yang tidak mendidik bahkan cenderung negatif.

Sebagai media massa, tayangan televisi memungkinkan bisa ditonton oleh anak-anak dan remaja, termaksud acara-acara yang ditujukan untuk orang dewasa. Anak-anak dan remaja yang masih berjiwa labil juga emosional sering salah menafsirkan adegan yang ditayangkan oleh program berita ditelevisi. Keadaan yang seperti demikian menjadikan anak-anak dan remaja khususnya terpancing rasa keingintahuan yang besar untuk mencoba adegan


(21)

yang mereka saksikan lewat layar kaca. Dari situlah muncul perilaku yang menyimpang pada anak dan remaja. Seperti melawan orang tua, bersikap acuh tak acuh, berkelahi dan bertindak brutal.

Begitu juga halnya dengan komputer dan internet yang merupakan salah satu bentuk teknologi yang dapat memberikan solusi untuk memenuhi tuntutan zaman moderen, dibandingkan dengan pendahulunya surat kabar, radio, televisi dan lainnya, komputer atau internet memiliki beberapa kelebihan yang sesuai dengan tuntutan zaman sekarang. Internet dapat menguasai ruang dan jarak, mencapai sasaran yang sangat luas, memiliki nilai aktualitas terhadap suatu pemberitaan dan informasi yang sangat cepat, serta bersifat audio visual sehingga meningkatkan daya rangsang dan pemahaman seseorang terhadap informasi yang disajikan.

Berdasarkan berbagai kemungkinan masalah yang bisa ditimbulkan dari media informasi tersebut, tentu peran orang tua tidak bisa diabaikan. Kedisiplinan dan pengawasan orang tua mutlak diperlukan. Orang tua harus lebih peka dan peduli terhadap anak-anaknya dari pada aktifitasnya sendiri, jika orang tua terlalu asik dengan kesibukannya untuk mencari nafkah, maka akan berpengaruh pada kebiasaan perilaku sang anak yang tidak teratur dan semaunya, sehingga pembentukan karakter anak tersebut jauh dari karakter bangsa.

Kita tahu bahwa pembentukan karakter seorang anak di pengaruhi oleh faktor interen dan faktor eksteren. Faktor interen adalah lingkungan masyarakat yang dipengaruhi oleh majunya teknologi dan informasi seperti handpone,


(22)

4

televisi, komputer dll. Sedangkan faktor eksteren didapat dari lingkungan keluarga dan sekolah. Keluarga adalah pilar utama bangsa the main estate of a nation. Sentralnya peran keluarga dalam pembentukan karakter bangsa menentukan akan bekal kepribadian seorang anak yang akan menjadi penerus masa depan. Keluarga sebagai unit social terkecil di masyarakat haruslah menjadi wahana penanaman nilai, pembangun dan pembentuk karakter (charakter building) anak bangsa yang mandiri dan bertanggung jawab. Banyaknya para pelajar yang telah mengesampingkan atau menyepelehkan aturan tata krama dan sopan santun, seperti kurang menghormati orang tua, bersikap acuh tak acuh, tidak menghargai pendapat orang lain, lebih suka bertengkar dari pada berdamai, berbohong, bersikap curang, saling mengejek, dan tauran menyebakan luntur dan lenyapnya karakter bangsa Indonesia yang sejak dulu menjadi ciri dan jatidiri bangsa Indonesia. Untuk itu penanaman karakter anak selain pada keluarga, sekolah juga sebagai lembaga pendidikan turut andil dalam pembentukan karakter para penerus bangsa.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berfungsi mencerdaskan anak bangsa sebagai penerus dimasa depan. Pembinaan nilai, norma, etika dan jatidiri seorang anak ditempa saat ia mulai mengenal lingkungan dan memecahkan suatu masalah. Jika seorang anak atau remaja tidak mengenali dan memahami nial karakter bangsanya maka tidak mungkin pendidikan kita hanya akan menghasilkan siswa yang pintar tetapi tidak berkarakter atau bahkan lebih ironis, sudah tidak begitu pintar tidak berkarakter pula.


(23)

Kata karakter sudah sering disebutkan dan dipahami arti harfiahnya oleh banyak orang, namun pada kenyataannya masih banyak diantara kita yang sengaja mengabaikannya. karakter adalah sesuatu yang harus dibangun, dibentuk, ditempa dan dikembangkan serta dimantapkan. Dan kita tahu bahwa dalam membangun karakter sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, baik di dalam masyarakat dan selanjutnya meluas di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan didalam kehidupan secara global. Sejak tahun 1997/1998 Indonesia telah mengalami krisis Multidimensi yang dampaknya hingga saat ini terus terasa dan tak kunjung selesai. Berawal dari adanya krisis moneter, ekonomi, politik, hukum, kepercayaan, kepemimpinan dan yang sangat fatal adalah adanya krisis akhlak dan moral yang mempunyai dampak berkelanjutan sampai hari ini. Krisis yang semula merupakan krisis identitas menjadi lebih dalam karena menyangkut masalah hati nurani yang mencerminkan adannya krisis karakter, terlebih lagi adanya krisis yang berkaitan dengan jati diri.

Penanaman karakter, jiwa, dan jatidiri Bangsa ini dilakukan dengan Pendidikan Imam Santoso menyatakan “Pembinaan watak merupakan tugas utama pendidikan”.Seseorang yang berkarakter akan mempunyai keberanian menyampaikan pendapatnya secara baik, benar, tegar tetapi santun. Sehingga orang yang berkarakter tidak cukup hanya sebagai seseorang yang baik saja, tetapi orang yang mampu menggunakan nilai baik tersebut melalui suatu daya juang untuk mencapai tujuan yang mulia.


(24)

6

Maka pelaksanaan proses Pendidikan Nasional di Indonesia, baik melalui pendidikan formal maupun non formal diarahkan kepada penanaman nilai-nilai, etika dan norma-norma pendidikan serta keagamaan kepada setiap anak didik, agar menjadi generasi bangsa yang cerdas berwawasan luas dan berilmu pengetahuan dengan keterampilan yang tinggi dalam kemajuan teknologi dengan tetap berpijak kepada nilai-nilai, etika dan norma sesuai dengan kepribadian bangsa yaitu Pancasila.

Pendidikan merupakan inti utama dalam pengembangan sumber daya manusia yang peranannya sangat penting bagi pertumbuhan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang baik maka suatu bangsa dapat berdiri kokoh di tengah-tengah globalisasi dunia. Menginat besarnya pendidikan untuk memberikan arah kendali serta lingkup pendidikan yang merata, maka pemerintah telah mengesahkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 (UU Sisdiknas N0.20 Tahun 2003) yang menggariskan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu dan martabat manusia Indonesia untuk mewujudkan tujuan nasional”. Dimana tujuan Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa terhadap Tuhan YME, berahlak mulia, sehat, berilmu, cerdas, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Maka untuk membangun nilai-nilai dan karakter bangsa itu harus dilakukan pada lembaga sekolah, dengan sub pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Dalam penelitian yang penulis lakukan di SMP 21 Bandar Lampung, banyak siswa-siwa dalam menghadapi pelajaran ilmu-ilmu social, seperti Sejarah,


(25)

Geografi Ekonomi ataupun PPKn sering kali mengundang rasa bosan dan menjenuhkan di kalangan siswa. Begitu juga dengan metode yang guru berikan dalam penyampaian materi dikelas, kurang menarik perhatian siswa. Hal ini karena guru hanya memakai metode Diskusi dan penjelasan di kelas, sehingga hanya terjadi hubungan saru arah saja (guru ke murit), ditambah lagi banyak guru atau pun para pendidik yang hanya mementingkan penyampaian materinya saja (tugas) dengan target Silabus dan RPP terselesaikan tanpa memperhatikan bagaimana hubungan (kewajiban) penyampaian yang baik dari materi ataupun socialnya. Agar siswa menjadi tertarik dan suasana kelas menjadi menyenangkan. Dengan begitu penyampaian materi akan cepat diserap oleh siswa.

Mulyasana dalam Djahiri (2006:166) mengemukakan bahwa:

Pada kenyataannya, proses pembelajaran di Indonesia dititik beratkan pada pencapaian target kurikulum dengan menggunakan angka dan Ijasah sebagai tolak ukur keberhasilan. Kondisi ini telah memaksa terbentuknya iklim kelas yang hanya menetapkan nilai dan ijasah sebagai ukuran prestasi belajar. Dengan demikian tidaklah keliru apabila orentasi belajar para peserta didik akan melakukan “penghalalan” segala cara untuk memperoleh nilai dan ijasah, merekayasa tugas pun akan dinyatakan sah demi nilai dan ijasah.

Harus diakui bahwa dalam melaksanakan tugas dan peran sebagai guru civictidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan. Sebagaimana dikemukakan Somantri dan Wuryan dalam Mona (2008:46) bahwa guru sebagai pendidik, khusunya Guru civic dituntut harus memahami: (a) Berbagai macam teknik mengajar, (b) Hubungan bahan pelajaran civic dengan ilmu-ilmu social lainnya, (c) Lingkungan masyarakat,


(26)

8

agama, sains dan teknologi, (d) Menganalisis karakter kata-kata ilmu social yang dapat ditafsirkan dari berbagai arti sudut pandang. Terlebih latar belakang siswa yang berbeda-beda. Karena itu, pendidikan kewarganegaraan diarahkan pada upaya pemberdayaan peserta didik menjadi manusia yang bermartabat, mampu bersaing dan unggul dijamannya, serta dapat memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan dilingkungannya. Dalam posisi inilah pembelajaran pendidikan kewarganegaraan diarahkan pada proses pembebasan peserta didik dari ketidak benaran, ketidak adilan dan ketidak jujuran. Berkaitan dengan hal tersebut Budimansyah (2008:182) menyatakan:

“Diperlukan upaya-upaya yang terencana dan terarah dalam suatu pembelajaran Pkn yang mampu menggali seluruh potensi individu peserta didik secara cerdas dan efektif demi terbentuknya masyarakat yang sejahtera, bertanggung jawab dan mempunyai karakter yang kuat. Untuk itu Revitalisasi Pkn yang harus dilakukan adalah Subjek pembelajaran yang kuat (Powerful learning area) yang secara kurikuler ditandai oleh pengalaman belajar secara kontekstual dengan ciri-ciri bermakna (meaningful), terintegrasi (integrated), berbasis nilai (value bases), menantang (challenging) dan mengaktifkan (activating)”.

Pembelajaran yang cocok dengan hal-hal tersebut adalah pembelajaran PKn dengan konsep dan paradigm baru, yaitu Pembelajaran Berbasis Portopolio yaitu melalui praktik belajar kewarganegaraan (project citizen) sebagai salah satu model adaktif yang dapat menggantikan pembelajaran sebelumnya yang sering dikenal dengan pembelajaran Konvensional.

Pendidikan Kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan


(27)

jatidiri dan karakter sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayan bangsa dan negara yang dilandasi oleh nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan Kewarganegaraan dapat juga diartikan sebagai sebuah program pendidikan yang difokuskan untuk membina seseorang yang sudah memiliki status kewarganegaraan yang baik (good citizen), yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh nilai-nila Pancasila dan UUD 1945.

Nilai-nilai dasar yang perlu dikembangkan diantaranya : keadilan, kebenaran, kebijaksanaan, kejujuran, keberadaban, kebebasan, kesejahteraan, ketaqwaan, keimanan, kesabaran, keiklasan, kasih sayang, kebersamaan, kesetiakawanan, rendah hati, tenggang rasa, gotong royong dan kepedulian haruslah diwujudkan dalam bentuk realisasi.

Berikut data tabel tindak pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh para siswa pada saat jam pelajaran Pendidikan kewarganegaraan berlangsung atau pun pada saat jam pelajaran lain.

Tabel 1. Data Siswa Yang Melanggar Tata Tertip Sekolah pada Jam Pelajaran PKn

No Keterangan Jenis Karakter Kelas

VII VIII IX

1 Terlambat Kedisiplinan 0 25 44

2 Tidak Mengerjakan Tugas (PR)

Kerja Keras 11 18 29

3 Melawan guru Cinta Damai 0 0 0

4 Berkelahi Dengan Teman Bersahabat/ komulikatif

- 2 4


(28)

10

6 Mencuri & Berbohong Kejujuran 0 3 2

7 Membawa Gambar Porno Relijius 0 0 0

Jumlah 18 65 139

Sumber : Guru PKn dan BK SMP Negeri 21 Bandar Lampung.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Sri Kuswati, S.Pd. Guru bidang study PKn, yang dilakukan pada hari Selasa 16 Agustus 2011, Pukul 10.20 WIB menyatakan “Bahwa hampir rata-rata siswa di tiap kelas melakukan tindak pelanggaran tata tertib pada jam pelajaran PKn berlangsung”. Hal senada di kemukakan juga oleh Ibu Nurlaila, S.Pd (Selasa, 16/ 08/ 2011) pukul 15.45 WIB di ruang Guru SMP Negeri 21 “ Tindakan pelanggaran kedisiplinan ini hampir ditemukan pada setiap kelas pada saat pelajaran PKn atau pun pelajaran lain, khususnya dalam hal tugas rumah dan penyalah gunaan HP”.

Dilihat dari sisi karakteristik bangsa Indonesia, hal-hal yang dilakukan oleh para siswa sekarang sungguh jauh dari sifat karakter bangsa. Untuk itu peran serta dari berbagai pihak baik orang tua dan masyarakat dapat membantu untuk menanamkan nilai-nilai luhur Bangsa, bukan hanya Guru yang mengajarkan di sekolah pada bidang study Pkn saja tetapi semua orang yang peduli akan nilai karakter generasi pelajar saat ini. Karena itu saya dapat memberikan gambaran tentang pentingnya Peranan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Karakter Peserta Didik Di Era Globalisasi Pada SMP Negeri 21 Bandar Lampung, yang ditanamkan sejak dini sebagai generasi penerus bangsa agar tumbuh menjadi bangsa yang berkepribadian dengan jatidiri yang jelas dan tidak mudah diombang ambingkan oleh kemajuan zaman.


(29)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, maka masalah ini dapat di identifikasikan sebagai berikut :

1. Pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan di Sekolah belum efektif. 2. Perhatian keluarga terhadap perilaku anak belum optimal.

3. Nilai-nilai karakter bangsa untuk sebagian siswa belum dilaksanakan. 4. Budaya sekolah belum maksimal untuk menanamkan kebiasaan yang

positif.

5. Media Informasi lebih mendominasi membentuk perilaku anak. C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas jangkauannya, maka pembatasan masalahnya hanya mencakup :

1. Pembelajaran PKn disekolah

2. Karakter Budaya Bangsa pada para peserta didik. D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka dirumuskan masalahnya sebagai berikut: Bagaimanakah Peran Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Karakter Budaya Bangsa Peserta Didik Di Era Globalisasi Pada SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun 2011/2012.


(30)

12

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan Bagaimanakah Peran aktifitas pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam membangun karakteristik budaya bangsa peserta didik di era globalisasi.

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis

Secara teorits penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep-konsep Ilmu pendidikan , khususnya pendidikan kewarganegaraan dengan kajian pendidikan Moral Pancasila.

b. Kegunaan Praktis

Sebagai bahan kajian dan masukan bagi para guru SMP untuk lebih dapat menanamkan nilai-nilai luhur, etika dan norma bangsa kita, agar tetap teguh berdiri tanpa harus terpengaruh oleh pesatnya masa Globalisasi.

F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini dalam ruang lingkup Ilmu Pendidikan khususnya Pendidikan Kewarganegaraan dengan wilayah kajian Pendidikan Moral Pancasila yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat Indonesia.


(31)

2. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran dan Karakter Budaya Bangsa Peserta Didik.

3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa di SMP Negeri 21 Bandar Lampung pada Tahun Pelajaran 2011/2012.

4. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini di laksanakan di SMP Negeri 21 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 2011/2012.

5. Ruang Lingkup Waktu

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan sejak dikeluarkannya surat izin Nomor 4979 /UN 26/3/PL/2011. Penelitian pendahuluan di setujui oleh dekan FKIP Universitas Lampung.


(32)

14

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis 1. Era Globalisasi

Era adalah masa atau kurun waktu, sejumlah tahun dalam kurun waktu antara beberapa peristiwa penting. Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak dan elektronik. Globalisasi terbentuk oleh adanya kemajuan di bidang komunikasi dunia. Ada pula yang mendefinisikan globalisasi sebagai hilangnya batas ruang dan waktu akibat kemajuan teknologi informasi.

Globalisasi terjadi karena faktor-faktor nilai budaya luar, seperti: a. Selalu meningkatkan pengetahuan

b. Etos kerja c. Patuh hukum

d. Kemampuan memprediksi e. Kemandirian

f. Efisiensi dan produktivitas g. Keterbukaan

h. Keberanian bersaing i. Rasionalisasi dan j. Manajemen resiko.

Pengertian Globalisasi menurut penulis adalah suatu ruang lingkup yang luas tanpa ada batasan wilayah, dan siapanpun kapanpun serta dimanapun semua orang dapat menggunakannya.


(33)

Globalisasi terjadi melalui berbagai saluran, di antaranya: a. Lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan.

b. Lembaga keagamaan.

c. Indutri internasional dan lembaga perdagangan. d. Wisata mancanegara.

e. Saluran komunikasi dan telekomunikasi internasional.

f. Lembaga internasional yang mengatur peraturan internasional. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin majunya globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Para penyelenggara pendidikan terjebak dalam perasaan ketidak-pastian dengan sistem pendidikan saat ini. Hal ini disebabkan oleh tingkat kemajuan-kemajuan yang dicapai ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi, melampaui kesiapan lembaga-lembaga pendidikan dalam mendesign kurikulum, metode dan sarana yang dimiliki guna menghasilkan lulusan-lulusan yang terbaik guna memasuki sebuah era yang ditandai dengan tingkat kompetisi dan perubahan yang begitu aktif dan cepat.

Mastuhu dalam Menata Ulang Pemikiran Sitem Pendidikan Nasional dalam Abad 21 mengemukakan : “Globalisasi sering diterjemahkan “mendunia” atau “mensejagat”. Maksudnya betapapun kecilnya sesuatu yang disampaikan oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun, dengan cepat dapat menyebar ke seluruh pelosok dunia, baik berupa ide, gagasan, data, informasi, produksi, temuan obat-obatan, pembangunan, pemberontakan, sabotase, dan sebagainya. Karena begitu disampaikan saat itu pula diketahui oleh semua orang di seluruh dunia. Hal ini biasanya banyak terjadi di lingkungan politik, bisnis, atau perdagangan, dan berpeluang


(34)

16

mampu mengubah kebiasaan, tradisi, dan bahkan budaya. Dampak dari negatifnya globalisasi adalah:

1. Globalisasi bidang hukum, pertahanan, dan keamanan

Dampak positif globalisasi bidang hukum, pertahanan, dan keamanan : a. Semakin menguatnya supremasi hukum, demokratisasi, dan

tuntutan terhadap dilaksanakannya hak-hak asasi manusia.

b. Menguatnya regulasi hukum dan pembuatan peraturan perundang-undangan yang memihak dan bermanfaat untuk kepentingan rakyat banyak.

c. Semakin menguatnya tuntutan terhadap tugas-tugas penegak hukum yang lebih profesional, transparan, dan akuntabel.

d. Menguatnya supremasi sipil dengan mendudukkan tentara dan polisi sebatas penjaga keamanan, kedaulatan, dan ketertiban negara yang profesional.

Dampak negatif globalisasi bidang hukum, pertahanan, dan keamanan : a. Peran masyarakat dalam menjaga keamanan, kedaulatan, dan

ketertiban negara semakin berkurang karena hal tersebut sudah menjadi tanggung jawab pihak tentara dan polisi.

b. Perubahan dunia yang cepat, mampu mempengaruhi pola pikir masyarakat secara global. Masyarakat sering kali mengajukan tuntutan kepada pemerintah dan jika tidak dipenuhi, masyarakat cenderung bertindak anarkis sehingga dapat mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa.

2. Globalisasi bidang sosial budaya

Dampak positif globalisasi bidang sosial budaya :

a. Meningkatkan pembelajaran mengenai tata nilai sosial budaya, cara hidup, pola pikir yang baik, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yang telah maju.

b. Meningkatkan etos kerja yang tinggi, suka bekerja keras, disiplin, mempunyai jiwa kemandirian, rasional, sportif, dan lain sebagtainya.


(35)

Dampak negatif globalisasi bidang sosial budaya :

a. Semakin mudahnya nilai-nilai barat masuk ke Indonesia baik melalui internet, media televisi, maupun media cetak yang banyak ditiru oleh masyarakat.

b. Semakin memudarnya apresiasi terhadap nilai-nilai budaya lokal yang melahirkan gaya.

c. Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk social.

d. Semakin lunturnya semangat gotong-royong, solidaritas, kepedulian, dan kesetiakawanan sosial sehingga dalam keadaan tertentu/ darurat, misalnya sakit,kecelakaan, atau musibah hanya ditangani oleh segelintir orang.

3. Globalisasi bidang ekonomi sektor perdagangan

Dampak positif globalisasi bidang ekonomi sektor perdagangan :

a. Liberalisasi perdagangan barang, jasa layanan, dan komodit lain memberi peluang kepada Indonesia untuk ikut bersaing merebut pasar perdagangan luar negeri, terutama hasil pertanian, hasil laut, tekstil, dan bahan tambang.

b. Di bidang jasa kita mempunyai peluang menarik wisatawan mancanegara untuk menikmati keindahan alam dan budaya tradisional yang beraneka ragam.

Dampak negatif globalisasi bidang ekonomi sektor perdagangan : a. Arus masuk perdagangan luar negeri menyebabkan defisit

perdagangan nasional.

b. Maraknya penyelundupan barang ke Indonesia.

c. Masuknya wisatawan ke Indonesia melunturkan nilai luhur bangsa d. Kurang bersaingnya produk-produk lokal dengan produk luar yang

membanjiri pasar di masyarakat.

4. Globalisasi bidang ekonomi sektor produksi

Dampak positif globalisasi bidang ekonomi sektor produksi :

a. Adanya kecenderungan perusahaan asing memindahkan operasi produksi perusahaannya ke negara-negara berkembang dengan pertimbangan keuntungan geografis (melimpahnya bahan baku, areal yang luas, dan tenaga kerja yang masih murah) meskipun masih sangat terbatas dan rentan terhadap perubahan-perubahan kondisi sosial-politik dalam negeri ataupun perubahan-perubahan


(36)

18

global, Indonesia memiliki peluang untuk dipilih menjadi tempat baru bagi perusahaan tersebut.

Dampak negatif globalisasi bidang ekonomi sektor produksi :

a. Perusahaan dalam negeri lebih tertarik bermitra dengan perusahaan dari luar. Akibatnya kondisi industry dalam negeri sulit berkembang.

b. Terjadi kerusakan lingkungan dan polusi limbah industri.

c. Suatu perusahaan asing memindahkan usahanya keluar negeri mengakibatkan PHK tenaga kerja dalam negeri.

Sumber : (http://dadot.wordpress.com/2010/03/28/dampak-positif-dan-negatif-globalisasi-bagi-indonesia/)

Dalam mengahadapi kenyataan seperti ini, kita menghadapi dua pilihan antara "membiarkan diri terseret oleh proses globalisasi" atau "kita memanfaatkan proses globalisasi untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalitas pribadi".

Persoalan real yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah bagaimana membentuk karakter bangsa (Nation Character Building). Bagaimana Nilai-nilai budaya bangsa yang telah mengakar kuat berhadapan dengan pusaran arus globalisasi yang demikian mengancam. Bagaimanapun juga khazanah keragaman budaya dan heterogenitas masyarakat Indonesia, di satu sisi merupakan keistimewaan namun di sisi lain menimbulkan kekhawatiran.

Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh


(37)

terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte Scholte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.

Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang dengan globalisasi (http://kadri-blog.blogspot.com/2011/01/teori-globalisasi.html)

A. Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.

B. Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.

C. Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.

D. Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.

Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teoritis yang dapat dilihat, yaitu:

1. Para Globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis


(38)

20

tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.

a. Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.

b. Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan.

2. Para Tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.

3. Para Transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.


(39)

Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan. (Teori Globalisasi). (http://kadri-blog.blogspot.com/2011/01/teori-globalisasi. html).

Untuk itu peran penting karakter dalam dunia pendidikan sangat dibutuhkan oleh para generasi muda khususnya, dan para pendidik inilah yang akan berperan dalam menyampaikan, mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai luhur, norma, etika yang sudah menjadi karakter bangsa Indonesia walau pun kamajuan zaman di era globalisasi yang terus menggerus dunia.

Imam Santoso bapak Psikologi Indonesia, menyatakan “ Pembinaan watak merupakan tugas utama pendidikan”. Hal yang samapun pernah di utarakan oleh Herbert Spencer, seorang Filsuf Inggris 1820-1903 “ Education has for the Formation of charakter”(Sasaran pendidikan adalah membangun karakter). Dan untuk membangunnya generasi muda khususnya pelajar akan mempelajari dan memahaminya di sekolah pada pelajaran Pendidikan kewarganegaraan.


(40)

22

2. Membangun Karakter Budaya Bangsa A. Karakter

Karakter memang sulit untuk didefinisikan, tetapi lebih mudah dipahami melalui uraian-uraian (Describe) berisikan pengertian. Karakter sering diberi padanan kata watak, tabiat, perangai atau akhlak. Dalam ilmu karakter atau karakterologi, karakter diberi arti gerak-gerik, tingkah laku, amal perbuatan, cara bersikap yang berakar pada jiwa seseorang.

Sigmund freud (2008:15) “Character is a Striving system which underly behaviour”. Karakter dapat diartikan sebagai kumpulan tata nilai yang mewujudkan dalam suatu sistem daya juang yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku. Untuk membangun karakter yang perlu kita lakukan adalah membentuk kebiasaan (Habits Forming) yang berarti kita harus menanamkan pada diri kita dan anak didik kita tentang kebiasaan-kebiasaan yang baik. Karakter itu perlu dibangun, dibentuk, ditempa serta dimantapkan dari lingkungan yang kecil, yakni keluarga sampai di lingkungan luas yaitu masyarakat, bangsa dan dalam kehidupan secara global.

Dalam membangun karakter Soedarsono (2008:28) menyebutkan ada koridor-koridor yang perlu kita lakukan, yaitu :

1. Internalisasi tata nilai.

2. Menyadari mana yang boleh dan mana yang tidak boleh (The does and the don’ts).


(41)

3. Membentuk kebiasaan (Habit forming).

4. Menjadi teladan (role model) sebagai pribadi yang berkarakter. Gambar 1.

4 Koridor Pembangunan Karakter

Sumber : H. Soemarno Soedarsono (Membangun kembali Jati Diri Bangsa)

Apabila kita melihat pembangunan karakter yang merupakan proses tiada henti, maka Soedarsono dan Nani (2008:30) menyatakan ada 4 tahapan pembangunan karakter dalam kehidupan, yaitu :

1. Pada usia Dini yang disebut tahap Pembentukan 2. Pada usia Remaja yang disebut tahap Pengembangan 3. Pada usia Dewasa yang disebut tahap Pemantapan 4. Pada usia Tua yang disebut tahap Pembijaksanaan I N T E R N A L I S A S I M E N Y A D A R I M E N J A D I M E M B E N T U K

TATA NILAI Mana yang

Boleh& Tidak


(42)

24

Tahap pembentukan karakter, sangat diperlukan perhatian lebih pada pendidikan usia dini. Di kota-kota besar cukup banyak orang tua yang karena kesulitan ekonomi, keduanya harus bekerja. Namun banyak juga orang tua yang tidak harus bekerja, tetapi menyibukkan diri mereka seharian diluar rumah, sehingga pengawasan pada anak dilakukan oleh pembantu atau pengasuh anak. Hal ini tidak mungkin dilakukan oleh seorang pembantu yang memiliki pendidikan yang rendah dan hanya mampu melakukan pekerjaan sederhana untuk rumah tangga, tidakkah akan timbul kekhawatiran bahwa karakter anak itu akan meniru pengasuhnya. Inilah gambaran pembentukan karakter pada usia dini yang ternyata tidak hanya terjadi di kota-kota besar tetapi sudah merambah ke pedesaan yang seharusnya masih memegang teguh nilai-nilai keagaman dan budi pekerti yang luhur. Pada tahap pembangunan karakter usia remaja, modal baku pertumbuhan anak dipengaruhi dengan kondisi objektif yang nyata dan mudah sekali terpengaruh. Hal seperti ini dapat kita saksikan di sekeliling kita, misalnya anak-anak dan para remaja kurang menghormati orang tua, gaya bahasa yang kasar, sikap semaunya, kurang bertanggung jawab dan bertindak tidak terpuji lainnya. Jika hal itu terus dibiarkan maka tidak mungkin nantinya para peserta didik ini manjadi masyarakat yang tidak saling mempercayai dan menghargai. Kesimpulan yang dapat saya ambil dari beberapa penjelasan di atas adalah pembangunan karakter baik dirumah maupun di masyarakat


(43)

menunjukkan proses yang tidak menggembirakan, sehingga tumpuan membangun karakter pada saat ini ada pada guru. Guru menjadi ujung tombak dari pengalaman kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara untuk peserta didik melalui penciptaan dan pembangunan karakter pribadi yang akan memberikan teladan dan contoh yang baik. Menurut Hanna Bastaman: “Karakter merupakan aktualisasi potensi dari dalam dan internalisasi nilai-nilai moral dari luar menjadi bagian kepribadiannya”.

Menurut H. Soemarno (2008:16)

Karakter merupakan nilai-nilai yang terpatri dalam diri kita melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan dan pengaruh lingkungan, dipadukan dengan nilai-nilai dari dalam diri manusia menjadi semacam nilai instrinsik yang mewujud dalam sistem daya juang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku kita.

Menurut Nani “Karakter adalah sistem daya juang yang menggunakan nilai-nilai moral yang terpatri dalam diri kita yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku”.

Menurut Quraish Shihab (2008:16) “Himpunan pengalaman, pendidikan dan nilai-nilai yang menumbuhkan kemampuan didalam diri kita sebagai alat ukir sisi paling dalam hati manusia yang mewujudkan baik pemikiran, sikap dan perilaku termaksud akhlah mulia dan budi pekerti”.


(44)

26

Pengertian karakter dalam agama Islam lebih dikenal dengan istilah akhlak. Seperti yang dikatakan Imam Al-Ghazali: “Akhlak adalah sifat yang tertanam/ menghujam didalam jiwa dan dengan sifat itu seseorang akan secara spontan dapat dengan mudah memancarkan sikap, tindakan dan perbuatan”.

Beberapa pendapat diatas maka dapat saya simpulkan, bahwa karakter harus diwujudkan melalui nilai-nilai moral yang dipatrikan untuk menjadi semacam nilai Instrinsik dalam diri kita dan mewujudkannya dalam bentuk semacam daya juang yang akan melandasi pemikiran sikap dan perilaku kita.

B. Membangun Karakter (Charakter Building)

Membangun karakter atau yang lebih populer dengan istilah Character Building, merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Istilah ini biasanya banyak dipakai dalam kursus-kursus kepribadian dan pengembangan diri. Sebagaimana yang telah kita pahami bersama, pengertian karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, seperti tabiat, watak, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lainnya. Sedangkan pengertian dari membangun adalah proses pengolahan dan pembentukan suatu unsur atau materi yang sudah ada menjadi sesuatu yang baru dan berbeda. Dari kedua pengertian tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa membangun karakter adalah suatu proses pembentukan watak atau budi pekerti. Tentunya dalam pengertian yang positif, tujuan dari


(45)

pembentukan watak atau budi pekerti di sini adalah menjadi lebih baik dan terpuji dalam kapasitasnya sebagai pribadi yang mempunyai akal budi dan jiwa.

Membangun karakter dapat kita lakukan dengan mengawalinya pada diri kita sendiri, lalu keluarga dan seterusnya yang bersifat bottom up. Sebagai langkah awal untuk membangun karakter kepada peserta didik H. Soemarno Soedarsono (2008:38) menggunakan dan menerapkan Rumus 5 + 3 + 3 atau 11 kebiasaan.

5 Sikap Dasar, yaitu :

a) Membangun sikap Jujur dan tulus dengan berani mengatakan apa yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. b) Sikap yang Terbuka yang merefleksikan keberhasilan luar

dalam.

c) Berani Mengambil Resiko dan Bertanggung Jawab yang ditunjukkan dengan membela kebenaran dan keadilan.

d) Konsisten dengan Komitmen dengan selalu menepati janji dan perkataan harus sesuai dengan perbuatan.

e) Sikap bersedia Berbagi (Sharing) yang menampilkan mentalitas berkelimpahan untuk saling berbagi hal yang positip.

3 Syarat, yaitu :

a) Dengan Niat yang bersih untuk mengawali setiap pekerjaan (Nawaitu).

b) Tidak Mendahulukan Kehendak Tuhan agar apa yang kita rencanakan mendapat Ridha-Nya (Insya Allah).

c) Bersyukur kepada-Nya atas hasil apa pun yang kita dapat, baik yang kita senangi maupun yang tidak kita senangi dan inginkan (Alhamdullah).


(46)

28

3 Cara, yaitu :

a) Mencanangkan hasrat untuk berubah melalui Doa atau Ibadah karena hakikat dari doa adalah tuntunan terhadap diri sendiri untuk mewujudkan perubahan.

b) Mewujudkan Perubahan dengan memanfaatkan empat anugerah ilahi pada manusia (Self awareness, consciousness, imagination, and independent will).

c) Sikap memberi Suri Teladan. Memberikan contoh yang baik sebagai wujud nyata dari perkataan dan sikap kita.

Akhirnya, ada satu hal yang sangat prinsip dan merupakan kata kunci atau main point, yakni keinginan untuk berubah menjadi lebih baik sesungguhnya berpulang pada moral choice (keputusan moral) pada masing-masing individu itu sendiri. Pendidikan formal, training, aktualisasi diri, atau kegiatan apapun semuanya akan menjadi tidak berarti, apabila di dalam diri individu yang bersangkutan tidak ada keinginan yang kuat (spirit) untuk berubah.

Tampilan-tampilan yang akan dilahirkan bergantung pada pemikiran karakter seseorang, dimana seseorang itu khususnya peserta didik dapat memanfatkan nilai-nilai moral yang dimilikinya melalui daya juang yang ditampilkan dan dipancarkan agar mampu mewujudkan suatu tindakan yang nyata.


(47)

Tabel 2.

Nilai & Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

No NILAI DESKRIPSI

1 Religius Sikap & perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari yang lainnya.

4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5 Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar& tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6 Kreatif Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8 Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak serta kewajiban dirinya dan orang lain.

9 Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.

10 Semangat Kebangsaan

Cara berfikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa & negara di atas kepentingan sendiri dan kelompoknya.

11 Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepeduliaan dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.

12 Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.


(48)

30

13 Bersahabat/ Komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.

14 Cinta Damai Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. 15 Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai

bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16 Peduli

Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17 Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 18 Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas

& kewajibannya, yang seharusnya ia lakukan terhadap diri sendir, masyarakat, lingkungan (Alam, sosial dan budaya), Negara dan Tuhan YME.

Sumber: H. Soemarno Soedarsono (Membangun kembali Jati Diri Bangsa)

Dilihat dari beberapa poin nilai karakter bangsa yang di jelaskan, hanya 5 poin saja yang di terapkan pada SMP Negeri 21 yaitu : Disiplin, kerja keras, rasa ingin tahu, bersahabat/ komunikatif dan Tanggung jawab. Tujuan dari adanya pembinaan karakter bangsa, agar para generasi muda mampu bersikap dan bertingkah laku dengan sepatutnya, sehingga mampu mengantarkan bangsa menuju kesuksesan hidup. Kesuksesan hidup suatu bangsa tergantung bagaimana bangsa tersebut dapat membawa diri sesuai dengan cita-cita dan dapat mengantisipasi secara tepat sesuai dengan tuntutan zaman. Dengan demikian sumber karakter adalah belief system yang telah terpatri dalam sanubari bangsa. Bagi bangsa Indonesia belief system ini tiada lain adalah Pancasila, yang didalamnya terdapat konsep, prinsip dan nilai yang merupakan faktor penting dalam pembentukan karakternya.


(49)

Dasar hukum dari pembinaan karakter bangsa sebagai peraturan perundang-undangan terdapat dalam :

a) Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 31 Ayat (3)

Pemerintah mengusahakan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

b) Undang-Undang No.20 tahun 2003, Tentang Sisdiknas pasal 3 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi pesrta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berhklak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

c) Ketetapan MPR RI No.VI/MPR/2001, Tentang Etika Kehidupan Bernegara. “Pokok-pokok, arah kebijaksanaan dan kaidah pelaksanaan etika kehidupan bernegara, serta merekomendasikan kepada presiden RI dan lembaga-lembaga tinggi negara serta masyarakat untuk melaksanakan ketetapan tersebut sebagai salah satu acuan dasar dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa”. d) Lembaga pengkajian dan pengembangan kehidupan bernegara


(50)

32

pesan kepada LPPKB agar menyampaikan suatu gagasan mengenai Membangun Kembali Bangsa Indonesia, dengan jalan membangun moral dan karakter bangsa. Dengan lebih mengutamakan (1) Nation And Character Building. (2) Pembangunan Konstitusionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. (3) Mengembangkan etika kehidupan bernegara dengan tidak meninggalkan jatidiri bangsa”.

Karakter diberikan, ditanamkan dan dibina oleh guru sebagai panutan dan pendidik untuk membentuk jati diri siswa dalam proses pembentukan jatidiri pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. 3. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

A. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses belajar yang dialami oleh siswa dan didapat dari berbagai informasi seperti tulisan-tulisan, gambar-gambar yang berkaitan dengan materi belajar dan juga dari siaran televisi atau gabungan beberapa objek secara fisik dimana guru akan memberikan arahan untuk membantu siswa mendapatkan informasi pengetahuan. Sugiartini dalam Ristina (2009:15) mengemukakan mengenai pembelajaran sebagai berikut :

Pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya yang sistemik dan disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar terjadi kegiatan belajar membelajarkan. Dalam kegiatan ini terjadi interaksi anatara kedua belah pihak, yaitu peserta didik (warga negara) yang melakukan kegiatan belajar dengan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan.


(51)

Menurut Dedeng (2008:2) “Pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa dengan cara memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil yang diinginkan”. Senada dengan teory diatas Hamzah Uno mengemukakan “Pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai sumber belajar, tetapi mungkin berintekrasi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan”.

Dick and Carrey (1985) menjelaskan bahwa “Tujuan pengajaran adalah untuk menentukan apa yang dapat dilakukan oleh anak didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran”. Sehingga dapat saya simpulkan bahwa tujuan pembelajaran itu adalah sesuatu yang dinyatakan dalam bentuk materi, kemudian ditampilkan/ diwujudkan dengan perilaku sehingga terlihat hasil yang nyata.

Silberman (2002 : XXVI) mengemukakan bahwa teknik-teknik pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran dirancang untuk bagaimana mendorong para peserta didik diajarkan dengan lembut untuk berfikir, merasakan dan menetapkan yang di dalamnya harus:

a. Full-class learning (belajar sepenuhnya di dalam kelas) petunjuk dari pengajaran yang merangsang seluruh kelas. b. Class discussion (diskusi kelas) dialog dan debat mengenai


(52)

34

c. Collaboratif learning (belajar dengan bekerja sama) tugas-tugas dikerjakan dengan kerjasama dalam kelompok-kelompok kecil pesertadidik.

d. Question Prompting (cepatnya pertanyaan) siswa meminta klarifikasi penjelasan.

e. Peer Teaching (belajar dengan sebaya) petunjuk diberikan oleh peserta didik.

f. Independent Learning (belajar mandiri) aktifitas-aktifitas belajar dilakukan secara indifidual.

g. Affective Learning (belajar afektif) aktifitas-aktifitas yang membantu peserta didik untuk menguji perasaan-perasaan, nilai-nilai dan perilaku mereka.

h. Skill Development (penggembangan keterampilan) mempelajari dan mempraktikkan keterampilan baik teknik maupun non teknis.

Dengan demikian pembelajaran dapat meliputi segala pengalaman yang diaplikasikan guru kepada siswanya dan Intensitas pengalaman belajar dapat dilihat dari tingginya keterlibatan siswa dalam psoses belajar baik didalam kelas maupun diluar kelas.

B. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Pembelajaran Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu dan anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga Ruang lingkup mata pelajaran PKn meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi : Hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara,


(53)

sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.

2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

3. Hak asasi manusia meliputi : Hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

4. Kebutuhan warganegara meliputi : Hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warganegara.

5. Konstitusi negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan kostitusi.

6. Kekuasaan dan Politik meliputi : Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya


(54)

36

Demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokarasi.

7. Pancasila meliputi : kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka. (Kurikulum KTSP, 2006)

C. Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian

Pendidikan memiliki peranan penting dalam menjamin perkembangan dan kelangsungan bangsa dan warga negaranya. Menurut John Dewey pendidikan (2003:69) adalah “Proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia”.

Komalasari dan Budiansyah (2008:77) mengatakan bahwa, “Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) tidak bisa diisolasikan dari kecenderungan globalisasi yang berdampak pada kehidupan siswa”.

Sementara itu dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang pendidikan nasional, menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual


(55)

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Lebih lanjut dalam pasal 37 UU RI No. 20 tahun 2003, menyebutkan tentang Fungsi Pendidikan nasional,

yakni “Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan memiliki rasa kebangsaan cinta tanah air”. Definisi pendidikan yang telah dijelaskan diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan dan menumbuhkan bakat, pribadi, potensi-potensi lainnya secara optimal dalam diri anak, kearah yang positip.

Dimana Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan fungsi pendidikan menuntut warga negara untuk mampu meningkatkan harkat dan martabat baik sebagai pribadi, warga masyarakat maupun sebagai suatu bangsa.

Melihat perkembangan Era globalisasi saat ini pendidikan kewarganegaraa harus mengembangkan civic completence yang meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge),


(56)

38

keterampilan kewarganegaraan (civic skill), dan watak atau karakter kewarganegaraan (civic disposition) yang multidimensional.

Pendidikan kewarganegaraan pun berorentasi pada konsep “contextualized multiple intelegence” yang membuka pandangan akan perlunya penanganan pembelajaran yang lebih kreatif, aktif-pertisipatif, bermakna dan menyenangkan dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Pancasila.

Pendidikan kewarganegaraan atau disingkat PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang penting dalam suatu jenjang pendidikan, karena dalam mata pelajaran PKn perkembangan moral, budi pekerti dan jatidiri seorang anak sangant ditekankan. PKn sebagai Citizenship Education secara substantif dan pedagogis didesain untuk mengembangkan warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) adalah proses pengubah sikap dan tata laku seseorang dan sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang cerdas, terampil, kreatif dan inofatif serta mempunyai karakter yang khas


(57)

dalam sikap dan moral sebagai bangsa Indonesia yang dilandasi nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

Proses pendidikan itu sebagai transfer pengetahuan seharusnya menjadi alat transformasi nilai-nilai moral danCharacter Building. Semakin terdidik seseorang secara logis, seharusnya semakin tahu mana jalan yang benar dan mana jalan yang menyimpang, sehingga ilmu dan kualitas akademis yang didapatkan tidak disalah-gunakan. 2. Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan.

Tim Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah (2006:11), visi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan proses pendidikan yang integral di sekolah untuk pengembangan kemampuan dan kepribadian yang cerdas, partisipasif dan bertanggung jawab, yang pada gilirannya akan menjadi landasan untuk berkembangnya masyarakat Indonesia yang demokratis.

3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan (Depdiknas,2003) sebagai berikut :

1. Berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2. Berpartisipasi aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan masyarakat.


(58)

40

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri dan pribadi berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lainnya. 4. Berintegrasi dengan bagsa-bangsa lain dalam percaturan dunia

secara langsung atau atidak langsung dengan memanfaatkan teknologi dan komunikasi.

4. Dimensi Materi Pendidikan Kewarganegaraan

Paradigma baru PKn menerapkan pola pikir baru dengan hasil belajar yang dimiliki siswa. Dengan substansi kajian materi PKn terdiri dari:

A. Dimensi Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge) Pada dimensi pengetahuan ini mencangkup bidang politik, hukum, moral. Secara rinci materi PKn meliputi pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintahan dan non pemerintah, identitas nasional, pemerintah berdasarkan hukum (Rule Of Law) dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, sejarah nasional, HAM, hak sipil, dan hak politik.

B. Dimensi Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skill) Meliputi keterampilan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, mmisalnya: berperan serta dan aktif dalam mewujudkan masyarakat madani, proses pengambilan keputusan politik, keterampilan mengadakan


(59)

koalisi, kerja sama mengelola konflik, keterampilan hidup dan sebagainya.

C. Dimensi Nilai-Nilai Kewarganegaraan (Civic Values) Mencangkup percaya diri, komitmen, penguasaan atas nilai religius, norma dan nilai luhur, nilai keadilan, demokratis, toleransi, kebebasan individual, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul, perlindungan terhadap minoritas dan sebagainya.

Dimensi-dimensi tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan merupakan suatu kesatuan yang utuh dan bulat, karena pendidikan kewarganegaran dipandang sebagai mata pelajran yang memegang peranan penting dalam membentuk warga negara yang baik, berahlak dan bertanggung jawab sesuai dengan Falsafah dan Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Ruang lingkup mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi : Hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebangsaan sebagai bangsa indonesia, sumpah pemuda, keutuhan NKRI, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap negara RI, keterbukaan dan jaminan keadilan.

2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi : Tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di kelompok belajar, norma


(60)

42

yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan Peradilan Nasional, hukum dan Peradilan Internasional.

3. Hak asasi manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen Nasional Dan Internasional, pemajuan HAM, penghormatan dan perlindungan HAM.

4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan dalam hukum.

5. Konstitusi negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan, dan konstitusi yang pertama, kontitusi yang pernah digunakan di Indonesia dan hubungan dasar negara dengan konstitusi. 6. Kekuasaan dan politik, meliputi : pemerintah desa dan

kecamatan, pemerintah daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

7. Pancasila, meliputi : kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara dan pengamalan nilai-nilai Pancasila.


(61)

Melihat dari ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan, peran pendidikan PKn diharapkan dapat merubah sikap para remaja yang mulai tidak mengindahkan nilai-nilai luhur bangsa, kembali memegang dan mengikuti nilai, norma, etika dan budaya bangsa sebagai Jatidirinya.

B. Kerangka Pikir

Peranan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan secara garis besar dari hasil penelitian adalah berfikir kritis, rasional, kreatif berpartisipasi aktif dan membentuk pribadi yang demokratis. Hal tersebut mempengaruhi karakter-karakter peserta didik generasi muda dalam memiliki nilai dan melestarikan karakter budaya bangsa yang diantaranya disiplin, kerja keras, rasa ingin tahu, bersahabat/ komunikatif dan tanggung jawab sebagai jati diri kita yang sesungguhnya. Dari uraian diatas maka dapat saya simpulkan dalam bentuk kerangka pikir, sebagai berikut :

Gambar 2. Kerangka Pikir

Karakter Peserta Didik (Y) a) Disiplin

b) Kerja keras c) Rasa Ingin tahu

d) Bersahabat/ komunikatif e) Tanggung jawab

Peranan mata pelajaran Pendidikan

kewarganegaraan (X): X1 Berfikir Kritis X2 Berfikir Rasional. X3 Berfikir Kreatif X4 Berpartisipasi Aktif X5 Pribadi yang Dinamis


(62)

44

C. Hipotesis

Adanya peranan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan terhadap pembangunan karakter peserta didik sebagai karakter bangsa di era globalisasi pada SMP Negeri 21 Bandar Lampung tahun 2011-2012


(63)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode Korelasional. Metode korelasi adalah metode yang mencari, menemukan dan menganalisis suatu hubungan antara dua atau lebih variabel.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan salah satu komponen terpenting dalam sebuah penelitian mengingat populasi akan menentukan validitas data dalam penelitian. Menurut Husain usman populasi adalah semua nilai baik perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari pada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas. Populasi dalam penelitian ini adalah para siswa/siswi SMP Negeri 21 Bandar Lampung, yang berjumlah 740 orang siswa.


(64)

✂6

Tabel 3. Jumlah siswa/i SMP Negeri 21 tahun 2011

No Kelas Jumlah siswa Jumlah

seluruh Laki-laki Perempuan

1 VII (A-J) 142 175 317

2 VIII (A-G) 108 123 231

3 IX (A-F) 91 101 192

Jumlah 341 399 740

Sumber : TU SMP Negeri 21 Bandar Lampung. 2. Sampel

Sampel yang digunakan adalah teknik cluster random sampling, dengan pengambilan sebagian dari populasi secara acak. Pengambilan sampel 10% dari jumlah populasi 740 orang, klas VII E, klas VIII D, dan kelas IX A yang berjumlah 74 orang siswa.

C. Variabel Penelitian, Operasional dan Rencana Pengukuran 1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel (X) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan variabel yang dipengaruhi adalah mengembangkan kemampuan berfikir kritis, rasional, kreatif dan berpartisipasi aktif dan demokrais. Sedangkan variabel bebas (Y) adalah disiplin, kerja keras, tanggung jawab, komunikatif dan rasa ingin tahu.

2. Definisi Operasional Variabel

Pembelajaran PKn adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku


(65)

kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu dan anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Budaya karakter bangsa adalah kumpulan tata nilai yang diwujudkan dalam suatu sistem daya juang yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku yang akan memberikan teladan dan contoh yang baik.

3. Rencana Pengukuran

Dalam mengukur variabel Peranan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, dalam membangun karakter budaya bangsa peserta didik di era globalisasi pada SMP Negeri 21 Bandar Lampung, sebagai berikut :

a. Peranan pembelajaran PKn diukur melalui nilai pengukuran indikator, yaitu: Peranan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk berfikir kritis, rasional, kreatif, berpartisipasi aktif dan pembentukan Pribadi yang demokratis. b. Membangun karakter budaya bangsa pada peserta didik diukur

melalui skor yang berskala lima nilai pengukuran indikator, yaitu : Disiplin, Kerja keras, rasa ingin tahu, bersahabat/ komunikatif dan tanggung jawab. Yang diukur dari variabel ini adalah (ya, kadang-kadang dan tidak).

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Angket/ Kuesioner

Angket atau kuesioner adalah seperangkat daftar pertanyaan yang dikirimkan kepada responden baik secara langsung maupun tidak


(1)



    2 2 2 2 xy ) Y ( Y n ) X ( X n ) Y )( X ( XY n r Keterangan :

rxy : hubungan variabel X dan Y

x : variabel terikat

y : variabel bebas

n : banyaknya variabel

F. Teknik Analisi Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah Korelasi Rank, analisis ini dilakukan setelah data terkumpul, yaitu dengan mengidentifikasi data, meranking urutan dan selanjutnya dilakukan klasifikasi data dan menyusunnya dengan menggunakan rumus korelasi Spearman

= 1

( )

Keterangan :

N : Jumlah populasi

rs : korelasi sprearman

b2 : selisih rank genap-rank ganjil

Untuk mengetahui koefisien signifikansi seluruh item angket,

dipergunakan rumus Spearman, yaitu :

Z

H

=

/

Keterangan :

Rs = Korelasi spearman rank


(2)

50

criteria besaran koefisien korelasi menurut Manase Malo, sebagai berikut: 0,90–1,00 = Reabilitas Tinggi

0,50–0,90 = Reabilitas Sedang 0,00–0,49 = Reabilitas Rendah.

Setelah diketahui korelasinya maka hasil pengolahan data di Interfalkan untuk mencari Persentase per Variabel.

Rumus Interval

:

I =

Keterangan :

I = Interval

NT = Nilai Tertingi

NR = Nilai Terendah

K = Kategori

Setelah itu maka dikelompokkan menggunakan rumus persentase, dengan rumus :

P = X 100%

Keterangan : P = Persentase F = Jumlah frekuensi N = Banyaknya data


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan belaum berperan dalam membangun dalam membangun karakter budaya bangsa peserta didik di SMP Negeri 21 Bandar Lampung, khususnya dalam hal berfikir rasional, berfikir kreatif, berpartisipasi aktif dan membentuk pribadi yang dinamis. 2. Dalam hal melatih siswa berfikir kritis pembelajaran PKn telah berperan

sebagai upaya membangun karakter budaya bangsa.

B. Saran

Penelitian ini disertai dengan saran dari penulis untuk berbagai pihak yang terkait dengan penelitian ini.

1. Bagi para guru hendaknya memilih dan menggunakan pendekatan pembelajaran yang mampu membentuk Indikator berfikir kreatif, membentuk diri yang dinamis, berfikir rasional dan berpartisipasi aktif dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif.

2. Bagi para siswa untuk lebih dapat bersikap kritis, rasional dan bertindak cerdas dalam menanggapi perubahan globalisasi.


(4)

85

3. Bagi sekolah untuk dapat membudayakan nilai-nilai karakter budaya bangsa melalui norma-norma dan aturan yang berlaku di sekolah, serta memotifasi para guru untuk menyelenggarakan pembelajaran menggunakan pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Enovatif dan menyenangkan (PAIKEM).

4. Bagi masyarakat luas agar dapat mendidik karakter anak-anak penerus bangsa yang dapat dimulai dari lingkup terkecil yaitu, keluarga.

5. Dan bagi penulis karakter menjadi suatu pacuan jatidiri untuk lebih dapat memahami karakter orang lain agar menjadi lebih baik.


(5)

Aan Hasanah. 2009. Pendidikan Berbasis Karakter. http://www. mediaindonesia.com

Amsia Tantowi. 2006. Perspektif Kewarganegaraan Dalam Ketahanan Nasional.

Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Husaini Usman. Prof. Dr., M.Pd., M.T. dan R. Purnomo Setiady Akbar, M.Pd. 2008.Pengantar Statistik. Jakarta. PT. Bumi Aksara.

I Nyoman Sudana Dedeng. 1993. Buku Pegangan Pendidikan, Pusat Antar

Universitas Untuk Peningkatan Dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Universitas Terbuka. Jakarta. Depdikbud RI Dan Dirjen Dikti.

KBBI. 2002. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar

Bahasa Indonesia.Jakarta. Balai Pustaka.

Marsaja. 2008.Konsep Sekolah Berbasis Karakter. wordpress.com

M. Daryono, dkk. 2002. Pengantar Pendidikan Pancasila Dan

Kewarganegaraan.Rineka Cipta. Jakarta.

Nar Heryanto dan H.M akib Hamid. 2007. Statistika Dasar. Jakarta. Universitas Terbuka.

Nana Syaoodih Sukmadinata. Prof. Dr. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. PT.Remaja Rosdakarya.

Mendiknas. 2009. Pendidikan Karakter Mendesak Diterapkan.

http://www.diknas.go.id/headline.php

Pusposutardjo, Suprodjo. 2002. Kapita Selekta Pendidikan Kewarganegaraan


(6)

Samsubar Saleh. 1986. Statistik Non Parametrik. Yokyakarta. BPFE Badan Cetak Elektro

Soepono Bambang. 2001. Statistik terapan. Jakarta. PT. Rineka Cipta.

Sumardi Suryabrata. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta. Pt. Raja Grafindo Persada.

Supardan. 1991.Ilmu, Teknologi dan Etika. Jakarta. PT. BPK Gunung Mulia. Supranto. dan Yati Sumiharti. S.E. 2001. Statistik Teory dan Aplikasi. Jakarta.

PT. Erlangga

Suteng Bambang, dkk. 2007.Pendidikan kewarganegaraan. Erlangga. Jakarta. Ronald Walpole.E. 2005. Pengantar Statistik. Jakarta. PT. Gramedia Utama.

Universitas Lampung. 2009. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas

Lampung. Bandar Lampung.

Uno Hamzah B. 1998. Teory belajar dan Pembelajaran (Suatu Pengantar),

STKIP Gorontalo. Jakarta. PT. Nurul Jannah.

Usman Husaini, M.Pd., M.T., Prof. Dr. Dan Purnomo Setiadi Akbar, M.Pd. 2009.

Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta. PT. Bumi Aksara.

Yayasan Jati Diri Bangsa. 2008. Membangun Kembali Jati Diri Bangsa (Peran Penting Karakter dan hasrat Untuk Berubah). Jakarta. PT. Elex Media Komputindo.


Dokumen yang terkait

PERANAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM PENANAMAN NILAINILAI DEMOKRASI PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 4 BUKIT KEMUNING LAMPUNG UATARA TAHUN PELAJARAN 2009/2010

0 4 13

PERANAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBANGUN KARAKTER BUDAYA BANGSA PESERTA DIDIK DI ERA GLOBALISASI PADA SMP NEGERI 21 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011/2012

1 62 72

PENGARUH SIKAP DAN PERILAKU GURU TERHADAP MINAT SISWA MENURUT PERSEPSI SISWA DALAM MENGIKUTI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA BUDAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 9 88

PENGARUH SIKAP DAN PERILAKU GURU TERHADAP MINAT SISWA MENURUT PERSEPSI SISWA DALAM MENGIKUTI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA BUDAYA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 28 104

HUBUNGAN PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 10 75

PERANAN PEMANFAATAN BLOG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 25 87

PENGGUNAAN METODE DISKUSI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN NILAI KARAKTER PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN IPS DI KELAS VIII.A SMP NEGERI 2 PUGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 72

PERANAN GURU IPS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI SMP IT AR RAIHAN BANDAR LAMPUNG

1 16 84

MOBILITAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) DI INDONESIA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA

1 1 12

REVITALISASI PENDIDIKAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI MADRASAH

0 0 20