4
1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan 1.2.1
Pendapatan Keluarga
Pendapatan Bapak Nengah Nuraba sehari-harinya berasal dari penghasilan pekerjaannya sendiri, penghasilan istrinya dan kadang-kadang juga diperoleh dari
penghasilan anak-anaknya. Penghasilan sehari-hari Bapak Nengah Nuraba dan istrinya diperoleh dari pekerjaannya sebagai buruh tani, dan tidak ada lagi
penghasilan di luar pekerjaannya itu. Penghasilan keluarga Bapak Nengah Nuraba sehari-harinya tidak menentu, kurang lebih Rp 50.000 per harinya.
1.2.2 Pengeluaran Keluarga
Pemenuhan kebutuhan dari keluarga Nengah Nuraba terbatas hanya pada pemenuhan kebutuhan pokok ataupun kebutuhan primer saja seperti untuk
konsumsi, kesehatan, kerohanian dan sosial karena keterbatasan penghasilannya.
Kebutuhan Sehari-hari
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, biaya yang diperlukan tidak menentu, kurang lebihnya Rp 20.000-30.000 per hari. Untuk kebutuhan
seperti beras, sudah diperoleh oleh beliau dari kantor desa. Kebutuhan seperti sayur beliau seringkali peroleh dari ladang. Untuk air diperolehnya dari
danau. Uang untuk kebutuhan sehari-hari tersebut digunakannya untuk membeli kebutuhan beras yang masih kurang, sayur ataupun lauk. Beras yang
diperolehnya dari kantor desa masih kurang dikarenakan tanggungannya yang cukup banyak, dimana beliau tinggal bersama dengan 5 anaknya.
Kesehatan
Pengeluaran dibidang kesehatan merupakan hal-hal yang bersifat insidental, yang hanya terjadi apabila tiba-tiba ada anggota keluarga yang
sakit, saat itulah biaya kesehatan diperlukan. Jadi, untuk biaya kesehatan tidak dapat diprediksi pengeluarannya. Namun untungnya beliau sudah
memiliki kartu kesehatan berupa kartu Jaminan Kesehatan Bali Mandara JKBM, sehingga untuk keperluan kesehatan sudah dapat terbantu dengan
keberadaan JKBM ini.
Sosial, dll.
Untuk kegiatan yang berhubungan dengan kerohanian, Keluarga Bapak Nengah Nuraba cukup menggunakan apa yang mereka miliki dan yang
5 mereka mampu untuk dipersembahkan. Untuk keperluan perlengkapan
sembahyang, beliau membelinya seperti canang dan dupa. Bali memang memiliki ikatan sosial antar warga dan banjardesa yang sangat erat, sehingga
apapun yang diperlukan oleh banjardesa kita harus turut serta baik berupa tenaga maupun seperti iuran banjar, uang suka duka meliputi saat ada warga
yang mengalami kematian atau ngaben maupun saat ada upacara di pura seperti piodalan dipura. Untuk upacara ngaben biasanya diadakan secara
bersamaan dengan orang-orang lainnya yang berada dalam satu kawitan dengan beliau. Untuk iuran upacara ngaben ini tidak menentu Uang untuk
iuran upacara di pura, apabila di pura desa yaitu setiap setahun sekali.
6
BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH
2.1 Permasalahan Keluarga