Latar Belakang Penelitian Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Program Corporate Social Responsibility (Csr) bab 1

commit to user BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Tujuan nasional sebagaimana ditegaskan dalam pembukaan UUD 1945 seperti tersebut di atas diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan nasional tersebut dilakukan dalam segala aspek kehidupan bangsa. Pembangunan nasional dilaksanakan secara bertahap dalam jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek, dengan mendayagunakan seluruh sumber daya nasional untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN 2010-2014 telah ditetapkan Visi Indonesia tahun 2014 “terwujudnya Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan”. Upaya mewujudkan peningkatan kesejahteraan rakyat dilakukan melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan budaya commit to user 2 bangsa. Upaya tersebut memerlukan dukungan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin meningkat, salah satunya adalah melalui proses pemberdayaan. Untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan, maka penguatan triple track strategy plus pro-growth, pro-job, pro- poor, and pro environment akan dilanjutkan disertai pembangunan yang inklusif dan berkeadilan Mardikanto, 2010. Dalam kaitannya dengan proses pemberdayaan di atas, Mardikanto 2010 menyatakan bahwa proses pemberdayaan adalah sebagai proses perubahan, sebagai proses pembelajaran, sebagai proses penguatan kapasitas, sebagai proses perubahan sosial, sebagai proses pembangunan masyarakat, dan sebagai proses pengembangan partisipasi masyarakat. Pemberdayaan masyarakat sebagai terjemahan dari kata empowerment selalu menjadi topik dan kata kunci dari upaya pembangunan di Indonesia. World Bank pada tahun 2001 telah menetapkan pemberdayaan sebagai suatu ujung tombak dari strategi Trisula three pronged strategy untuk memerangi kemiskinan, yaitu terdiri dari: penggalakan peluang promoting opportunity, fasilitasi pemberdayaan facilitating empowerment, dan peningkatan keamanan enhancing security. Sehubungan dengan pembangunan nasional, maka pemberdayaan masyarakat, dan pencapaianpeningkatan kesejahteraan masyarakat, berarti juga menyangkut masalah kemiskinan yang sudah menjadi masalah umum di dunia. Karena itulah pemberantasan kemiskinan masuk dalam agenda pada Millennium Summit di New York, sebagai wujud dan kepedulian terhadap kemiskinan, dengan mendeklarasikan Millennium Development Goal MDGs, yang memiliki 8 tujuan commit to user 3 dan 18 target yang harus dicapai sebelum tahun 2015. Tujuan tersebut adalah: 1 menghapuskan kemiskinan dan kelaparan ekstrim, 2 mencapai pendidikan dasar secara universal, 3 mempromosikan kesetaraan gender dan memberdayakan wanita, 4 mengurangi kematian anak, 5 meningkatkan kesehatan ibu, 6 melawan HIVAIDS, malaria, dan penyakit lainnya, 7 menjamin keberlajutan pembangunan lingkungan hidup, dan 8 mengembangkan sebuah kemitraan global bagi pembangunan Tanaya, 2004. Wahyudi dan Azheri 2008 menyatakan bahwa berdasarkan hasil dari beberapa konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB dirumuskandinyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa harus mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya yang berwawasan lingkungan dan pemerataan yang seadil-adilnya. Pernyataan Wahyudi dan Azheri ini berarti bahwa dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi, sosial, dan lingkungan harus dilakukan secara seimbang atau dengan kata lain kebutuhan ekonomi, sosial, dan lingkungan harus dipenuhi secara seimbang, sehingga hasilnya juga dinikmati oleh generasi-generasi yang akan datang. Jika lingkungan dirusak dan sumberdaya dipergunakan secara berlebihan, maka masyarakat akan menanggung dampaknya dan ekonomi pun akan memburuk, karena itu faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan saling tergantung dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Wibisono, 2007 menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan yang dikenal dengan konsep Sustainable Development SD di Indonesia dihadapkan dengan 2 dua tantangan global terbesar saat ini, yaitu pengentasan kemiskinan commit to user 4 dan penghentian degradasi lingkungan. Kedua tantangan ini sangat kompleks, saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Kedua hal ini termaktub di dalam deklarasi MDGs bahwa masyarakat internasional telah membangun komitmen bersama untuk mengatasinya Kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistematik, terpadu, dan menyeluruh dalam rangka mengurangi beban dan memenuhi hak-hak dasar warga negara secara layak untuk mewujudkan kehidupan masyarakat Indonesia yang bermartabat. Untuk mendukung agenda tersebut, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang merupakan penyempurnaan dari Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan. Mengacu pada Pasal 1 butir 3 Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, maka di tingkat nasional dibentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan TNP2K yang keanggotaannya terdiri dari unsur pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya di tingkat nasional, sedangkan di daerah dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan TKPK Provinsi dan KabupatenKota. Selanjutnya, dalam rangka upaya percepatan pelaksanaan prioritas pembangunan nasional, maka Presiden RI mengeluarkan INPRES Nomor 1 Tahun 2010, yang antara lain mencakup program penanggulangan kemiskinan Peraturan Pemerintah RI. No.15, 2010. commit to user 5 Wermasubun 2005 menyatakan bahwa akhir-akhir ini bersamaan dengan tampilnya etika bisnis, masyarakat mulai menyadari adanya keterkaitan antara nilai-nilai spiritualitas dengan keberlanjutan dan perkembangan sebuah usaha. Dalam konteks spiritual bisnis, bisnis bukan hanya semata-mata persoalan memaksimalkan keuntungan bagi pemilik perusahaan, tetapi juga bagaimana bisnis yang dijalankan bisa memberikan keuntungan dan keberkahan kepada semua pihak yang terlibat di dalamnya, sehingga pada prakteknya sebuah usaha melakukan langkah-langkah yang harmonis dengan seluruh partisipan dan lingkungan perusahaan berada. Berdasarkan pernyataan Wermasubun tersebut, berarti dalam operasionalisasi suatu perusahaan harus melakukan kegiatan yang juga memberikan manfaat kepada semua pihak stakeholders dalam hal ini termasuk masyarakat miskin yang berada di sekitar wilayah perusahaan, yang mana kegiatan tersebut sebagai pengimplementasian program CSR perusahaan. Wermasubun 2005 lebih lanjut menegaskan bahwa perubahan-perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat itulah yang kemudian di Indonesia memunculkan kesadararan baru tentang pentingnya melaksanakan apa yang dikenal sebagai Corporate Social Responsibility CSR, yang merupakan komitmen perusahaan untuk mempertanggung jawabkan dampak kegiatan operasinya dalam dimensi ekonomis, sosial dan lingkungan pada masyarakat dan lingkungan hidupnya. Komitmen tersebut tercermin dalam kebijakan-kebijakan yang diambil perusahaan menyangkut kegiatan bisnisnya. Hal ini karena perkembangan dunia usaha tidak terlepas dari lingkungan eksternalnya, terutama perkembangan dinamika sosial yang berkaitan dengan globalisasi, pasar bebas, commit to user 6 kerjasama ekonomi kawasan, berkurangnya peran pemerintah, dan semakin dominannya peran swasta dalam pembangunan ekonomi. Dinamika sosial tersebut adalah semakin meningkatnya kesadaran dan tuntutan masyarakat tentang hak asasi manusia HAM, keadilan, kesetaraan sosial, lingkungan hidup, dan pemberdayaan masyarakat empowerring, serta informasi dan transparansi atas aktivitas suatu perusahaan. Semua dinamika sosial ini tidak terlepas dari berbagai dampak negatif dari beroperasinya suatu perusahaan. Bahkan keberadaan suatu perusahaan pada suatu wilayah tertentu telah menimbulkan berbagai dampak negatif dan kesenjangan sosial dan ekonomi serta degradasi budaya. Ife 2002 menyatakan bahwa CSR adalah konsep moral dan etis yang berciri umum, sehingga pada tataran praktisnya harus dialirkan ke dalam program-program kongkrit. Salah satu bentuk aktualisasi CSR yaitu Pengembangan Masyarakat atau Community Development CD. Program CD dapat dilakukan perusahaan atas dasar sikap dan pandangan yang umumnya telah ada dalam dirinya, yaitu sikap dan pandangan kedermaan. Perusahaan umumnya memiliki sikap tersebut yang didasarkan atas dua motif sekaligus, yakni altruisme adalah sifat lebih memperhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain, dan self interest atau kepentingan diri sendiri. Ife 2002 lebih lanjut menyatakan bahwa CD untuk lingkungan industri pada dasarnya dapat dipergunakan sebagai media peningkatan komitmen masyarakat untuk dapat hidup berdampingan secara simbiotik dengan entitas bisnis perusahaan beserta operasinya. Kedudukan “komunitas” community dalam konsep CD pada lingkungan industrial yaitu sebagai bagian dari commit to user 7 stakeholder yang secara strategis memang diharapkan memberikan dukungannya bagi eksistensi perusahaan. Selama ini, banyak perusahaan yang telah menerapkan program CD yang dilakukan dengan tujuan dan motif-motif pragmatis tertentu, misalnya dalam kerangka membangun kondisi hubungan yang lebih harmonis antara perusahaan dengan masyarakat sekitar, atau untuk menjalin co-eksistensi damai. CSR di Indonesia telah diatur dalam beberapa peraturan perundang- undangan yang mengikat perusahaan negara dan korporasi swasta seperti Undang- Undang Nomor: 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Undang-Undang Nomor: 25 Tahun 2007 Pasal 15 tentang Penanaman Modal, dan Undang-Undang Nomor: 40 Tahun 2007 Pasal 74 tentang Perseroan Terbatas yang pada intinya perusahan yang melakukan kegiatannya di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI mempunyai kewajiban sosial terhadap bangsa Indonesia. Namun beberapa Undang-Undang ini belum mengatur secara jelas sejauhmana tangungjawab sosial perusahaan atau CSR ini harus dilakukan. Dalam rangka program pengentasan kemiskinan, perusahaan diharapkan turut mengambil peran sebagaimana telah diatur dalam perundang-undang tersebut di atas, maka Provinsi Lampung sebagai salah satu provinsi yang memiliki angka kemiskinan cukup tinggi di Indonesia tentu akan sangat terbantu jika perusahaan yang ada di wilayah ini dapat berperan dalam mengatasi kemiskinan tersebut. Hal ini karena dengan program CSR yang dimilikinya dapat dilakukan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan karena perusahaan memiliki sejumlah keunggulan seperti kompetensi, commit to user 8 manajemen, teknologi, sumberdaya manusia dan finasial. Berdasarkan keunggulan atau kemampuan tersebut, maka program CSR yang dapat digunakan untuk berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat, baik sektor ekonomi, sosial dan lingkungan. Oleh karena itu keterlibatan perusahaan mutlak diperlukan, karena kepedulian perusahaan terhadap masyarakat di sekitarnya mempunyai misi dan fungsi strategis. Keberhasilan perusahaan dalam melaksanakan program CSR melalui kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat diharapkan mampu berperan dalam pembangunan, dan mampu menjawab tantangan dan permasalahan masyarakat itu sendiri termasuk masalah pengentasan kemiskinan. Provinsi Lampung dengan penduduk 7.813.622 jiwa yang tersebar di 14 Kabupaten Kota memiliki 194 perusahaan besar dan menengah, khususnya perusahaan yang bergerak di bidang pertanian dan industri berbasis pertanian agroindustri. Dari jumlah penduduk Provinsi Lampung di atas terdapat 1.298.710 jiwa atau 16,93 penduduk yang tergolong miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan GK Rp. 234.073,- per kapita per bulan BPS, 2011. Keadaan ini menggambarkan bahwa keberadaan perusahaan-perusahaan di daerah ini belum mampu secara optimal berperan dalam mempercepat pembangunan wilayah termasuk mengurangi penduduk miskin di daerah yang bersangkutan. Sumaryo 2009 bahkan menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan di Provinsi Lampung belum semuanya melaksanakan program CSR yang menjadi kewajiban bagi perusahaan untuk peduli pada masyarakat sekitarnya. commit to user 9 Salah satu perusahaan di Provinsi Lampung yang selama ini cukup giat melaksanakan program CSR adalah perusahaan PTPN-7 Persero. Sejak tahun 2008 PTPN-7 telah melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program CSR perusahaan tersebut. Kegiatan-kegiatan tersebut tertuang dalam Program CSR PTPN-7 Peduli, yaitu program peduli pada tujuh bidang kegiatan Kemitraan, Bencana Alam, Pendidikan, Kesehatan, Pembangunan, Keagamaan, dan Lingkungan. Namun demikian sampai saat ini belum ada pengkajian mengenai pengaruh program CSR PTPN-7 tersebut terhadap pengurangan masyarakat miskin di sekitar lokasi perusahaan. Oleh karena itu penelitian ini berusaha untuk mengetahui pelaksanaan program CSR PTPN-7 dan pengaruhnya terhadap pemberdayaan masyarakat miskin yang berada di wilayah sekitar perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, perlu diteliti bagaimana pelaksanaan program CSR oleh perusahaan dalam aspek pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan, bagaimana dukungan kelembagaan dan partisipasi masyarakat, serta sejauhmana dampaknya terhadap keberdayaan masyarakat miskin sekitar perusahaan tersebut.

B. Masalah Penelitian