PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM K

LAPORAN HASIL AKHIR KEGIATAN
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI PROGRAM KETERAMPILAN
WIRA USAHA MANDIRI BIDANG BOGA DI DESA BUNTU KAMIRI
KEC. PONRANG KAB. LUWU

Oleh

1. Dra. Nursyamsi, M.Pd.
2. Dra. Baderiah M.Ag.

JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PALOPO
2014

ABSTRAK
Nursyamsi, Baderiah, Diah Muharida; 2014, Pemberdayaan Perempuan Melalui

Program Keterampilan Wira Usaha Mandiri Bidang Boga Di Desa Buntu
Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu
Pengabdian masyarakat ini merupakan bentuk kegiatan program pembinaan
ibu rumah tangga di desa Buntu Kamiri menuju kesejahteraan keluarganya. Masalah

pokok yang diangkat di dalam kegiatan ini adalah bagaimana cara melakukan
pemberdayaan perempuan melalui program keterampilan wira usaha mandiri bidang
boga di Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu? Permasalahan ini diurai
dalam tiga sub masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana langkah-langkah kegiatan
pemberdayaan perempuan melalui program keterampilan wira usaha mandiri bidang
boga di Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu? 2) Bagaimana kendala yang
dihadapi dalam kegiatan pemberdayaan perempuan melalui program keterampilan
wira usaha mandiri bidang boga di Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu?
dan 3) Solusi apa yang dapat ditawarkan dalam mengatasi kendala kegiatan
pemberdayaan perempuan melalui program keterampilan wira usaha mandiri bidang
boga di Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu?
Langkah-langkah kegiatan pemberdayaan perempuan melalui program
keterampilan wira usaha mandiri bidang boga di Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang
Kab. Luwu dilakukan dengan 4 tahapan yaitu: 1) tahap pertama persiapan yakni:
observasi wilayah kegiatan; Permohonan kegiatan (pembuatan proposal, seminar);
Penentuan lokasi tempat kegiatan; dan pembelian bahan, peralatan, dan lokasi proses
produksi). 2) tahap kedua pelaksanaan yakni: pengenalan, (ceramah dan tanya jawab
dengan peserta kegiatan); demonstrasi kegiatan; pelatihan/praktek peserta kegiatan;
survei/ kunjungan industri. 3) tahap ketiga evaluasi yakni: promosi; praktek
pemasaran hasil kegiatan; Menyusun rencana tindak lanjut; dan dokumentasi hasil

kegiatan. Dan terakhir 4) tahap keempat final yakni: membuat laporan, dan
menyusun rencana ke depan
Hasil kegiatan menyimpulkan bahwa pelatihan yang sudah dilakukan
dirasakan sangat bermanfaat bagi ibu rumah tangga dan remaja putri di desa Buntu
Kamiri yang mengikuti pelatihan tersebut karena setelah dari pelatihan, peserta
pelatihan tersebut masih aktif dan membuka usaha rumah tangga untuk membuat
kue jajanan.

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN TESIS................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PROMOTOR .................................................... iv
PRAKATA ......................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN ........... xi
ABSTRAK ..................................................................................................... xvii


BAB I

PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah ............................................. 12
C. Definisi Operasional Variabel dan Fokus Penelitian ............. 12
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................... 15
E. Garis-garis Besar Isi Tesis ..................................................... 16

BAB II

TINJAUAN TEORITIS .................................................................
A. Relevansi dengan Penelitian Sebelumnya ..............................
B. Pendidikan Islam .....................................................................
C. Pendidikan Nilai .....................................................................
D. Kerangka Pikir ........................................................................

18
18
22

48
60

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN ....................................................
A. Lokasi dan Jenis Penelitian ....................................................
B. Pendekatan Penelitian ............................................................
C. Sumber Data ..........................................................................
D. Instrumen Penelitian ...............................................................
E. Metode Pengumpulan Data ....................................................
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data....................................
G. Metode Pengujian Keabsahan Data .......................................

62
62
63
64
66
67

69
70

viii

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 72
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 72
B. Pembahasan ............................................................................. 87

BAB V

PENUTUP .................................................................................... 119
A. Kesimpulan ........................................................................... 119
B. Implikasi Penelitian .............................................................. 120

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 121
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP


ix

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Era modern perdagangan saat ini sedang berkembang pesat. Salah
satu tantangan bangsa saat ini adalah bagaimana meningkatkan nilai
tambah hasil usaha industri

dapat menjadi penentu dan pendorong

pertumbuhan ekonomi di setiap daerah. Pertumbuhan dan perkembangan
industri yang begitu pesat memunculkan berbagai ragam dan bentuk
industri yang ada, baik industri yang berskala besar ataupun yang berskala
kecil, masing-masing industri berusaha untuk meningkatkan produktifitas
yang tndala-kendala yang ada, adanya berbagai ragam industri tersebut
menuntut


masing-masing

dari

industri

agar

mampu

suatu

bangsa

bersaing

dan

mempertahankan industrinya tetap eksis. 1
Pertumbuhan


dan

perkembangan

tidak

hanya

tergantung pada pertumbuhan ekonomi atau kestabilan politik bangsa itu
sendiri, melainkan sebagian besar terletak pada bagaimana kemampuan dan
kemauan serta semangat sumber daya manusianya sebagai aset utama dan
terbesar dalam mengembangkan potensi bangsa. Semua sadar bahwa mereka
yang hidup pada masa sekarang selalu menginginkan kehidupan yang lebih
Kao, J.J. The Entrepreneur. (2nd Edition; New Jersey: Englewood Cliffs, Prentice Hall.
1991.), h. 91.
1

1


2

baik dari hari kemarin. Padahal kehidupan masa sekarang adalah merupakan
hari kemarin bagi mereka yang hidup di masa yang akan datang. Keadaan
masa depan tidak mudah diramal, namun dapat dipastikan bahwa ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) merupakan sumber penggerak utama
pertumbuhan ekonomi dan kemajuan kehidupan masyarakat di sebagian
besar negara dunia.
Iptek dan perkembangannya nantinya akan menghasilkan hal-hal
yang baru dengan laju yang pesat, baik berupa barang dan jasa; layanan
komunikasi baru tata cara kegiatan ekonomi. Pengaruh-pengaruh tersebut
akan mendunia, melewati batas-batas negara yang meliputi berbagai segi
kehidupan. Dalam bidang ekonomi akan menyebabkan pasar yang semakin
terbuka dan bebas yang menyebabkan arus barang dan jasa serta tenaga
kerja akan melintas batas negara tanpa hambatan. Keadaan ini merupakan
tantangan sekaligus peluang bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara, yang
mana di Indonesia, hal ini dalam PJP II ini merupakan titik berat
pembangunan nasional yang seiring dengan peningkatan kualitas sumber
daya manusia (SDM). 2 Untuk dapat mengambil manfaat dari proses
globalisasi


ditentukan

oleh

produktivitas

dan

efisiensi

di

dalam

berproduksi. Modal penggeraknya adalah dana dan penguasaan teknologi
SDM yang handal. SDM yang handal tidak cukup yang hanya menguasai

2


Ibid., h. 91-92.

3

Iptek, tetapi juga warga negara yang baik dalam bermasyarakat dan
bernegara. Selanjutnya tatanan ekonomi dunia yang mengalami proses
perubahan yang cepat dan mendasar, terutama sebagai akibat globalisasi
ekonomi yang semakin meluas dan perkembangan teknologi yang semakin
pesat. Kemajuan pesat di bidang teknologi menyebabkan kekuatan daya
saing suatu negara yang berbasis pada keunggulan komparatif dengan
mengandalkan kekayaan sumber alam dan tenaga kerja yang berlimpah,
cenderung tidak lagi menjadi andalan. Bersamaan dengan itu, ketersediaan
sumber daya alam baik dalam jenis dan jumlah maupun mutunya juga
semakin berkurang. 3 Demikian pula sumber pendanaan bagi keperluan
investasi akan semakin langka. Sumber daya manusia akan makin
menentukan dalam memenangkan persaingan dibandingkan dengan sumber
daya

lainnya.

Dalam

perkembangan

demikian,

tantangan

di

masa

mendatang adalah mengupayakan daya saing dan keunggulan kompetitif
dalam pemasaran yang mengandalkan pada keterampilan dan kreativitas
SDM, kemampuan teknologi dan kemampuan manajemen dengan tetap
memanfaatkan keunggulan komparatif yang telah dimiliki.
Pemasaran adalah salah satu kegiatan dalam perekonomian yang
membantu dalam menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi itu sendiri
menentukan harga barang dan jasa. Faktor penting dalam menciptakan nilai
Husaini Usman. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. (Cet. II; Jakarta: Bumi
Aksara. 2009), h. 8.
3

4

tersebut adalah produksi, pemasaran dan konsumsi. Pemasaran menjadi
penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi. Manusia harus
menemukan kebutuhannya terlebih dahulu, sebelum ia memenuhinya. Usaha
untuk

memenuhi

kebutuhan

tersebut

dapat

dilakukan

dengan

cara

mengadakan suatu hubungan. Dengan demikian pemasaran juga diartikan
suatu usaha untuk memuaskan kebutuhan pembeli dan penjual. Pemasar
yang berusaha mempengaruhi perilaku konsumen terletak pada premis
konsumen adalah raja, motivasi dan perilaku konsumen dapat dimengerti
melalui penelitian, perilaku konsumen dapat dipengaruhi melalui kegiatan
persuasive yang menanggapi konsumen secara serius sebagai pihak yang
berkuasa dan dengan maksud tertentu serta pengaruh konsumen memiliki
hasil yang menguntungkan secara sosial asalkan pengamanan hukum, etika,
dan moral berada pada tempatnya untuk mengekang upaya manipulasi. 4
Kehidupan masyarakat yang hidup di desa Buntu Kamiri berdasarkan
hasil observasi yang dilakukan, masyarakatnya merupakan tipe pekerja
keras. Hal ini mereka lakukan untuk dapat bertahan hidup. Masyarakat desa
Buntu Kamiri giat bercocok tanam seharian di sawah dan di kebun, Namun
walaupun telah bekerja keras, masyarakat desa Buntu Kamiri ini masih
tergolong

memiliki

perekonomian

dikembangkan dengan berbagai cara.

4

Ibid., h. 12.

yang

terbelakang

dan

harus

5

Desa Buntu Kamiri merupakan salah satu dari delapan (8) desa yang
ada di Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu 5 yang memiliki penduduk dari
berbagai etnis antara lain; etnis Toraja, Bugis, Jawa. Sebagian besar adalah
wilayah dataran rendah dan selebihnya adalah perbukitan atau pegunungan.
Letak Desa Buntu Kamiri adalah 320 meter dari permukaan laut, sementara
iklim di Desa Buntu Kamiri sebagaimana iklim di desa-desa lain di wilayah
Indonesia beriklim tropis dengan dua musim yakni kemarau dan hujan,
namun musim hujan lebih dominan daripada musim kemarau. Jarak dari
desa Buntu Kamiri menuju ke ibu kota kecamatan yaitu 9 km dengan waktu
tempuh kurang lebih 15 menit, jarak ke ibu kota Kabupaten (Belopa) yaitu
42 km dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam.
Melihat dari sisi potensi geografis yang ada, keterlibatan peran ibu
sangat berarti bagi keluarga di desa Buntu Kamiri menuju kesejahteraan
keluarganya. Dalam membantu suami seorang ibu perlu mempunyai
keterampilan sebagai bekal hidup di rumah tangga. Pembinaan dari
berbagai pihak diharapkan dapat mempunyai arti pemberdayaan perempuan.
Peningkatan mutu sumber daya manusia dalam peran serta perempuan
sangatlah penting apalagi di daerah Desa Buntu Kamiri yang sebagian besar

5

Desa Buntu Kamiri secara administratif terbagi menjadi 3 (tiga) dusun yaitu Dusun Lura,
Dusun Salu Nase dan Dusun Salu Paerun dengan luas wilayah 15km2. Adapun batas-batas wilayah
desa Buntu Kamiri adalah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tirowali; Sebelah
Timur berbatasan dengan Desa Buntu Nanna; Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tanjong; dan
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Buntu Batu.

6

ibu rumah tangga dari keluarga petani, buruh tani, tukang kayu. tukang
batu, pedagang, dan usaha kecil.
Keberadaan seorang ibu masih cukup waktu untuk membantu suami
dalam memenuhui kebutuhan keluarga. Waktu luang ini perlu mendapat
perhatian

serius

dari

pemerintah

desa

hingga

pusat

dalam

upaya

peningkatan keterampilannya. Pelatihan menjahit, pelatihan memasak, dan
keterampilan lain yang dianggap sesuai dengan potensi wilayah dan
kemampuan masyarakat di Desa Buntu Kamiri dalam bentuk Pendidikan
Nonformal,

hal

ini

sangat

berpotensi

dalam

upaya

peningkatan

keterampilan ibu-ibu di Desa Buntu Kamiri dalam memasak.
B. Perumusan Masalah
Kegiatan ini bernama “Pemberdayaan Perempuan Melalui Program
Keterampilan Wira Usaha Mandiri Bidang Boga

di Desa Buntu Kamiri

Kec. Ponrang Kab. Luwu. perumusan masalah di dalam kegiatan ini adalah:
Bagaimana cara melakukan pemberdayaan perempuan melalui program
keterampilan wira usaha mandiri bidang boga di Desa Buntu Kamiri Kec.
Ponrang Kab. Luwu? Permasalahan ini diurai dalam tiga sub masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana langkah-langkah

kegiatan

pemberdayaan

perempuan

melalui program keterampilan wira usaha mandiri bidang boga di Desa
Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu?

7

2. Bagaimana kendala yang dihadapi dalam kegiatan pemberdayaan
perempuan melalui program keterampilan wira usaha mandiri bidang boga
di Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu?
3. Solusi apa yang dapat ditawarkan dalam mengatasi kendala kegiatan
pemberdayaan perempuan melalui program keterampilan wira usaha
mandiri bidang boga di Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Secara umum kegiatan ini ini nantinya bertujuan untuk melakukan
pemberdayaan perempuan melalui program keterampilan wira usaha
mandiri bidang boga di Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu.
Secara khusus kegiatan ini bertujuan:
a.

Untuk melakukan langkah-langkah kegiatan pemberdayaan perempuan

melalui program keterampilan wira usaha mandiri bidang boga di Desa
Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu.
b. Mengidentifikasi kendala yang muncul dan dihadapi dalam kegiatan
pemberdayaan perempuan melalui program keterampilan wira usaha
mandiri bidang boga di Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu.
c.

Mencari solusi dan melakukan revisi untuk kegiatan serupa yang akan

dilakukan di masa mendatang.

8

2. Manfaat
Kegiatan ini merupakan salah satu wujud pengabdian masyarakat
yang dilakukan oleh Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Palopo yang
manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat desa Buntu Kamiri, terkhusus
kepada ibu-ibu rumah tangga agar dapat meningkatkan standar dan taraf
hidup

perekonomian

keluarganya

keterampilan memasak kue.

melalui

pembekalan

keahlian

dan

BAB II
KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

A. Tinjauan Pustaka
Wirausaha merupakan suatu proses atau cara untuk melakukan suatu
usaha yang bertujuan untuk mendapatkan hasil atau keuntungan yang
diharapkan dengan cara memproduksi, menjual atau menyewakan suatu
produk barang atau jasa. Yang harus dimiliki seorang pelaku usaha dalam
menjalankan suatu usaha (wirausaha) antara lain seperti skill (kemampuan),
tekad (kemauan), modal, target dan tujuan, dan tempat. 1
Bisnis kuliner (makanan) menjadi ladang bisnis yang menarik minat
banyak orang. Hal ini disebabkan peluang bisnis pada sektor makanan
lumayan menggiurkan. Selagi manusia membutuhkan masih membutuhkan
makanan maka peluang bisnis di sektor makanansangat terbuka. Belum lagi
aktivitas manusia yang tidak puas dengan memasak sendiri tetapi ingin
membeli makanan yang sudah jadi. Namun sejalan dengan peluang bisnis
makanan yang terbuka lebar tersebut, pelaku usaha di sektor makanan juga
tidak kalah banyaknya. Sebagian menuai sukses sebagian lagi akhirnya
gulung tikar karena dagangan tidak laku.

Asri, M. Marketing dan Kewirausahaan, (Cet. I; Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan
AMP YKPN. 1991), h. 1-2.
1

9

10

1. Menumbuhkan Jiwa Wirausaha
Kriteria

jiwa

( entrepreneurship )

wirausaha

antara

lain

berani

mengabil resiko, bertanggung jawab dalam setiap tindakan, selalu melihat
kondisi lingkungan, memanfaatkan pengalaman, bekerja secara kreatif 2,
inovativ, produktif, berusaha untuk mengukur kemajuan atau performan
pekerja, memiliki kompetensi yang relevan, serta memiliki kepekaan
terhadap tekanan waktu, kualitas dan pelayanan. 3
Menurut

ahli

ekonomi,

wirausaha

adalah

orang

yang

mengkombinasikan faktor-faktor produksi seperti sumber daya alam, tenaga
kerja, material, dan peralatan lainnya untuk meningkatkan nilai yang lebih
tinggi dari sebelumya. Pendidikan kewirausahaan dapat berupa pendidikan
formal

maupun

pendidikan

informal.

Aspek

pendidikan

formal

kewirausahaan memusatkan pada penyediaan kerangka kerja teoritis dan
konseptual yang mendukung kewirausahaan. Aspek informal pendidikan
kewirausahaan berpadu dan menyatu dengan aspek formal dari pendidikan. 4

2
Kualitas dasar daya pikir kewirausahaan memiliki karakteristik/dimensi-dimensi sebagai
berikut: berpikir kreatif; berpikir inovatif; berpikir asli/baru/orisinil; berpikir divergen; berpikir
mengembangkan; pionir berpikir; berpikir menciptakan produk dan layanan baru; memikirkan sesuatu
yang belum pernah dipikirkan oleh orang lain; berpikir sebab-akibat; berpikir lateral; berpikir sistem;
berpikir sebagai perubah (agen perubahan); berpikir kedepan (berpikir futuristik); berintuisi tinggi;
berpikir maksimal; terampil mengambil keputusan; berpikir positif; dan versalitas berpikir sangat
tinggi.

Wiratmo, M. Pengantar Kewirausahaan Kerangka Dasar Memasuki Dunia Bisnis Edisi
pertama. (Cet. I; Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. 2001), h. 16.
3

4

Ibid., h. 19.

11

Aspek

informal

pendidikan

kewirausahaan

memusatkan

pada

pembangunan keterampilan, pengembangan sikap, dan perubahan perilaku. 5
Untuk mencapai sasaran ini dan metoda induktif dan penemuan yang
meliputi analisa kasus, kunjungan perusahaan, pengungkapan pendapat,
tugas kelompok, simulasi, dan lain lain digunakan. Metoda pengajaran ini
memungkinkan para ibu-ibu untuk mengintegrasikan dan menerapkan teori
yang dipelajari melalui perangkat-perangkat yang lebih formal.
Kompetensi kewirausahaan mensyaratkan tiga kompetensi dasar,
yaitu (1) berjiwa wirausaha (bisnis), (2) mampu mengelola dan (3) memiliki
kemampuan

bidang yang diusahakan. 6 Jiwa wirausaha dapat dibentuk

melalui proses pembudayaan yang diintegrasikan dalam pembelajaran.
Wirausahawan umumnya memiliki sifat yang sama, yaitu orang yang
mempunyai tenaga, keinginan untuk terlibat dalam petualangan inovatif,
kemauan untuk menerima tanggung jawab pribadi dalam mewujudkan suatu
peristiwa dengan cara yang mereka pilih, dan keinginan untuk berprestasi
yang sangat tinggi, sikap optimis dan kepercayaan terhadap masa depan.
Karakteristik wirausahawan adalah: 7

5

Asri, M., op.cit., h. 5.

6

Ibid., h. 17.

Slamet PH Pengembangan Jiwa Kewirausahaan (Makalah Disampaikan dalam Penataran
Pengawas Sekolah yang Diselenggarakan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan Tanggal 19-21
Desember 2009) di Hotel Mars, Puncak, Bogor.
7

12

a.

Keinginan

untuk

berprestasi.

Penggerak

psikologis

utama

yang

memotivasi wirausahawan adalah kebutuhan untuk berprestasi, yang
diidentifikasikan sebagai. Kebutuhan ini didefinisikan sebagai keinginan
atau dorongan dalam diri orang yang memotivasi perilaku kearah
pencapaian

tujuan.

Pencapaian

tujuan

merupakan

tantangan

bagi

kompetensi individu.
b.

Keinginan untuk bertanggung jawab. Wirausahawan menginginkan

tanggung

jawab

pribadi

bagi

pencapaian

tujuan.

Mereka

memilih

menggunakan sumber daya sendiri dengan cara bekerja sendiri untuk
mencapai tujuan dan tanggung jawab sendiri terhadap hasil yang dicapai.
c.

Preferensi kepada resiko-resiko menengah. Wirausahawan bukanlah

penjudi. Mereka memilih menetapkan tujuan-tujuan yang membutuhkan
tingkat kinerja yang tinggi, suatu tingkatan yang mereka percaya akan
menuntut usaha keras tetapi yang dipercaya bisa mereka penuhi.
d.

Persepsi pada kemungkinan berhasil. Keyakinan pada kemampuan untuk

mencapai keberhasilan adalah kualitas kepribadian wirausahawan yang
penting.

Mereka

mempelajari

fakta-fakta

yang

dikumpulkan

dan

menilainya. Ketika semua fakta tidak sepenuhnya tersedia, mereka
berpaling pada sikap percaya diri mereka yang tinggi dan melanjutkan
tugas-tugas tersebut.

13

e.

Rangsangan

oleh

umpan

balik.

Wirausahawan

ingin

mengetahui

bagaimana hal yang mereka kerjakan, apakah umpan baliknya baik atau
buruk. Mereka dirangsang untuk mencapai hasil kerja yang lebih tinggi
dengan mempelajari seberapa efektif usaha mereka.
f.

Aktivitas enerjik. Wirausahawan menunjukkan energi yang jauh lebih

tinggi dibandingkan rata-rata orang. Mereka bersifat aktif dan mobil dan
mempunyai proporsi waktu yang besar dalam mengerjakan tugas dengan
cara baru. Mereka sangat menyadari perjalanan waktu. Kesadaran ini
merangsang mereka untuk terlibat secara mendalam pada kerja yang mereka
lakukan.
g.

Orientasi ke masa depan. Wirausahawan melakukan perencanaan dan

berpikir ke depan. Mereka mencari dan mengantisipasi kemungkinan yang
terjadi di masa depan.
h.

Keterampilan dalam pengorganisasian. Wirausahawan menunjukan

keterampilan dalam mengorganisasi kerja dan orang-orang dalam mencapai
tujuan. Mereka sangat obyektif di dalam memilih individu-individu untuk
tugas tertentu. Mereka akan memilih yang ahli dan bukannya teman agar
pekerjaan bisa dilakukan dengan efisien.
i.

Sikap

terhadap

uang.

Keuntungan

finansial

adalah

nomor

dua

dibandingkan arti penting dari prestasi kerja mereka. Mereka hanya

14

memandang uang sebagai lambang kongkret dari tercapainya tujuan dan
sabagai pembuktian bagi kompetensi mereka.
2. Pembelajaran Keterampilan Boga
Pelajaran keterampilan merupakan salah satu bidang pengajaran dari
pendidikan psikomotorik. Menurut Meridith pendidikan keterampilan
adalah

bimbingan

keterampilan

yang

diberikan

seseorang

untuk

mempersiapkan diri dalam bekerja atau usaha. 8 Kerangka pemikiran yang
mendasari pemberian pendidikan keterampilan ini bagi ibu-ibu adalah
untuk pengertian dan kecakapan yang belum pernah ada pada seseorang,
serta dapat meningkatkan taraf pengetahuan dan kecakapan baru. Hampir
semua kecakapan keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan
sikap manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena belajar. Oleh
karena itu keterampilan ibu-ibu dapat dikembangkan atau ditingkatkan
melalui pengalaman belajar.
Pengertian keterampilan memasak adalah suatu jenis keterampilan
dalam bidang tatacara memasak yang didalamnya terdapat kegiatan dari
mempersiapkan bahan, peralatan yang digunakan, proses pengolahan
sampai bahan makanan tersebut siap untuk dimakan. Kegiatan tersebut

8

Wirausaha merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam mutu
wirausaha itu sendiri. Sekarang ini kita menghadapi kenyataan bahwa jumlah wirausahawan
Indonesia masih sedikit dan mutunya belum bisa dikatakan hebat, sehingga persoalan
pembangunan wirausaha Indonesia merupakan persoalan mendesak bagi suksesnya
pembangunan. Lihat, Meridith, G.G., Nelson, R.E., & Neck, N.P. Kewirausahaan Teori dan
Praktik. (Terjemahan: Andre Asparsayogi). (Cet II; Jakarta: PT. Hastama. 2004), h. 33.

15

setahap

demi

Berdasarkan

setahap

teori

untuk

tersebut

mendapatkan

dapat

dijelaskan

hasil

yang

diharapkan.

pengertian

pelaksanaan

pembelajaran keterampilan memasak, yaitu kemapuan motorik yang
dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar tentang masak-memasak
yang didalamnya tercakup perencanaan sampai bahan tersebut siap
disajikan. 9
Keterampilan

memasak

yang

terdiri

dari

pengenalan

alat,

penggunaan alat, pengenalan bumbu dan bahan memasak, pengolahan serta
cara menghidangkannya. Keterampilan memasak dapat mempersiapkan ibuibu untuk memperoleh keterampilan dan sikap sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki yang dimungkinkan dapat digunakan untuk mencari nafkah
setelah kegiatan ini. Keterampilan memasak merupakan contoh dari
pendidikan kecakapan hidup khususnya kecakapan vokasional. Kegiatan ini
sengaja

direncanakan

untuk

membekali

ibu-ibu

dengan

kemampuan

kejuruan atau kecakapan yang dikaitkan dengan bidang kejuruan. Memasak
merupakan keterampilan yang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, sehingga keterampilan ini digemari masyarakat.
3. Perencanaan Sumber Daya Kewirausahaan
Perencanaan adalah fungsi manajemen yang paling pokok dan
sangat luas meliputi perkiraan dan perhitungan mengenai kegiatan yang

9

Ibid., h. 34-35.

16

akan dilaksanakan pada waktu yang akan datang mengikuti suatu urutan
tertentu. Tujuan perencanaan harus tegas, jelas dan mudah dimengerti,
disesuaikan dengan kondisi yang ada namun harus tetap pada tujuan yang
ditetapkan.
Sumber daya kewirausahaan adalah sumber daya yang mampu
mengkombinasikan antara sumber daya alam, sumber daya manusia,
dan sumber daya modal. Jumlah orang yang memiliki jiwa wirausaha, yang
mampu menyatukan sumber daya yang ada dapat memengaruhi jumlah hasil
produksi. 10
Menurut Wiratmo, sebelum memulai suatu usaha, seseorang yang
berniat untuk melakukan usaha harus mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan dengan matang. Diawali dengan melihat peluang usaha baru
yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau
melakukan franchising. Selain itu juga memilih jenis usaha yang akan
dilakukan, apakah di bidang pertanian, industri, kuliner, jasa atau jenis
usaha yang lain. 11
Seorang wirausahawan harus dapat mengelola berbagai aspek yang
terkait

dengan

usahanya,

mencakup

aspek-aspek

modal,

produksi

(menyangkut ketersediaan sumber daya alam), sumber daya manusia

10

Wiratmo, M. op.cit., h. 21.

11

Ibid., h. 22-23.

17

(tenaga kerja), kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi
bagaimana mengambil risiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan
melakukan evaluasi setiap bulannya. 12
4. Perencanaan Produksi
Perencanaan produksi (Production Planning) adalah salah satu dari
berbagai macam bentuk perencanaan yaitu suatu kegiatan pendahuluan atas
proses produksi yang akan dilaksanakan dalam usaha mencapai tujuan yang
diinginkan

perusahaan.

Selain

itu,

ketersediaan

bahan

juga

patut

diperhatikan. Bahan-bahan yang digunakan harus dapat dijumpai di pasar
tradisional maupun pasar modern, sehingga tidak khawatir akan kehabisan
stok bahan baku di pasaran. Yang paling penting adalah bahan tersebut
masih segar dan layak untuk diolah menjadi makanan yang akan dijual
sehingga menghasilkan makanan yang berkualitas
Kebersihan tempat juga sangat diperhatikan. Sehingga konsumen pun
senang, nyaman, dan tidak perlu khawatir dengan proses produksinya.
Lokasi/

tempat

usaha yang

strategis dan

calon

konsumen,

sangat

mempengaruhi maju atau tidaknya suatu usaha.
5. Perencanaan Pasar
Pemasaran merupakan ujung tombak dari bisnis yang kita miliki.
Sebagus apapun produk dari bisnis yang kita miliki, tanpa pemasaran yang
Husaini Usman. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. (Cet. II; Jakarta: Bumi
Aksara. 2009), h. 76.
12

18

baik menjadi tidak ada artinya. Pemasaran bisnis usaha kecil tidak sematamata menjual hasil produksi, tetapi juga menciptakan image bahwa produk
kita baik dan berkualitas. Di dalam mencapai target pemasaran, menurut
Sukirno ada beberapa hal yang harus dilakukan agar pemasaran dapat
dilakukan dengan baik dan sesuai dengan target yang diharapkan bahkan
lebih. Beberapa hal tersebut antara lain: 13
a) Menentukan lokasi / tempat usaha yang tepat (strategis)
b) Selalu

menambah

pengetahuan, sehingga

mampu

mempromosikan

kepada konsumen tentang keunggulan makanan yang kita produksi dengan
makanan lain yang sejenis.
c) Memiliki menu andalan yang menarik pelanggan
d) Menetapkan harga makanan yang dijual, yang mampu bersaing dengan
makanan lain yang sejenis
e) Kualitas pelayanan, seperti masalah keramahan, kebersihan, waktu
penyajian makanan serta kualitas rasa makanan
f)

Tidak bosan belajar dari siapa saja agar bisa maju

g) Menjaga kejujuran, kualitas makanan dan pelayanan yang kami berikan
h) Selalu mencatat dan memantau perkembangan penjualan yang terjadi
dari hari ke hari, minggu ke minggu. Sehingga bila ada hambatan dapat
cepat ditanggulangi
Kao, J.J. The Entrepreneur. (2nd Edition; New Jersey: Englewood Cliffs, Prentice Hall.
1991.), h. 116.
13

19

i)

Selalu menjaga hubungan baik dengan para pelanggan

j)

Selalu mencari peluang baru, tidak hanya mengandalkan satu sumber

pendapatan saja
k) Selalu beribadah dan berdoa serta beramal
6. Perencanaan Keuangan
Kondisi berwirausaha membutuhkan perencanaan keuangan yang
berbeda dengan seseorang yang berpendapatan tetap. Dalam situasi ini,
seorang wirausahawan dituntut untuk lebih bijak dan disiplin mengelola
keuangan. Dan yang terpenting, harus mampu memisahkan keuangan usaha
dengan keuangan pribadi. Menurut Sukirno, catatan keuangan sangat
penting digunakan untuk mengetahui dengan pasti jumlah modal, biaya
operasional yang dikeluarkan, dan keuntungan yang diperoleh setiap
harinya. Selain itu juga, catatan keuangan tersebut berfungsi sebagai
kontrol atau untuk mengetahui kepastian keuntungan yang dapat digunakan
untuk keperluan sehari-hari dan bagian mana saja yang harus disisihkan
untuk ditabung dan digunakan untuk pengembangan usaha. 14
B. Kerangka Pemecahan Masalah
Langkah pertama setelah memiliki ide untuk memulai usaha, maka
yang harus dilakukan selanjutnya adalah membuat perencanaan. Hal ini
berguna sebagai persiapan awal yang memiliki dua fungsi, yaitu sebagai
14

Ibid., h. 117-118.

20

pedoman untuk mencapai keberhasilan manajemen usaha dan sebagai alat
untuk mengajukan kebutuhan permodalan yang bersumber dari luar.
Pengertian dari perencanaan usaha adalah suatu misi, usulan, operasional,
finansial, strategi, peluang usaha yang mungkin diraih dan kemampuan
serta keterampilan pengelolaanya.
Untuk lebih jelasnya tentang arah kegiatan ini nantinya, secara
skematis kami gambarkan dalam kerangka pikir sebagai berikut:
ALUR KEGIATAN

1.
2.
3.
4.

Persiapan
Observasi wilayah kegiatan
Permohonan kegiatan
(pembuatan proposal, seminar)
Penentuan tempat kegiatan
Pembelian bahan, peralatan,
dan lokasi proses produksi)

1.
2.
3.
4.

FINAL
1.

Membuat Laporan,

2.

menyusun rencana ke depan.

1.
2.
3.
4.

Pelaksanaan
Pengenalan, (Ceramah dan
tanya jawab dengan peserat
kegiatan)
Demonstrasi kegiatan
Pelatihan/praktek
peserta
kegiatan
Survei/ kunjungan industri

Evaluasi
Promosi
Praktek
pemasaran
hasil
kegiatan
Menyusun rencana tindak
lanjut
Dokumentasi hasil kegiatan

BAB III
METODE PEMECAHAN MASALAH

A. Lokasi Kegiatan
Kegiatan ini akan dilaksanakan di Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang
Kab. Luwu.
B. Khalayak Sasaran
Sasaran kelompok/ komunitas dalam kegiatan ini adalah Ibu-ibu
Rumah Tangga yang ada di Desa Buntu Kamiri.
C. Metode Kegiatan
Metode kegiatan yang digunakan untuk mendukung keberhasilan
program antara lain sebagai berikut.
a.

Ceramah dan Tanya Jawab
Metode ini dipilih untuk menjelaskan tentang materi yang bersifat

teoritik terkait dengan sanitasi hygiene, produksi bidang boga meliputi:
aneka cookies (semprit, kue kering kacang, kastengel, nastar), aneka kue
tradisional (kue sebra kukus, kue bolu kukus, kue ku dan brownies kukus),
hidangan sepinggan (siomay, empek-empek).
b. Demonstrasi
Metode ini digunakan untuk menjelaskan suatu proses kerja secara

21

22

bertahap sehingga dapat memberi kemudahan bagi peserta pelatihan.
Peserta dapat mengamati secara cermat proses produksi mulai dari
persiapan, proses produksi dan hasil akhir yang diperoleh.
c.

Latihan/ Praktek produk boga
Pada metode ini peserta akan mempraktekkan pengolahan aneka kue

cookies, kue tradisional yang dikukus, digoreng, dioven serta hidangan
sepinggan, dengan materi praktek yang sudah dijelaskan oleh pelatih.
d. Survey atau kunjungan industri
Survey

industri

dimaksudkan

untuk

memperoleh

pengalaman

langsung dalam pembuatan dan pengembangan produk boga. Metode ini
dipergunakan untuk memberi motivasi kepada para ibu-ibu agar wawasan
dan pengetahuannya lebih luas.
D. Rancangan Evaluasi
Evaluasi kegiatan dilakukan dengan menggunakan Model ROTI
( Return On Training Investment ) sebagai berikut:
1. Evaluasi 1; Reaksi
Dilakukan pada saat kegiatan berlangsung. Tolok ukurnya adalah:
a.

Pelatih/instruktur; Indikator-indikatornya adalah kesesuaian keahlian

pelatih dengan bidang materi, kemampuan komunikasi dan keterampilan
pelatih dalam mengikutsertakan peserta pelatihan untuk berpartisipasi.

23

b. Fasilitas pelatihan; Dalam komponen ini, yang termasuk dalam
indikator-indikatornya adalah ruang kegiatan, bahan dan alat yang
digunakan.
c.

Jadwal pelatihan; Yang termasuk indikator-indikator dalam komponen

ini adalah ketepatan waktu dan kesesuaian waktu dengan peserta pelatihan,
atasan para peserta dan kondisi belajar.
d. Media pelatihan; Dalam komponen ini, indikator-indikatornya adalah
kesesuaian media dengan bidang materi yang akan diajarkan yang mampu
berkomunikasi dengan peserta dan menyokong instruktur/ pelatihan dalam
memberikan materi pelatihan.
e.

Materi Pelatihan. Yang termasuk indikator dalam komponen ini adalah

kesesuaian materi dengan tujuan pelatihan, kesesuaian materi dengan topik
pelatihan yang diselenggarakan.
f.

Konsumsi selama pelatihan berlangsung. Yang termasuk indikator di

dalamnya adalah jumlah dan kualitas dari makanan tersebut.
g. Pemberian latihan atau tugas. Indikatornya adalah peserta diberikan
tugas praktek
2. Evaluasi 2: Pembelajaran
Pada level evaluasi ini untuk mengetahui sejauh mana daya serap
peserta program pelatihan pada materi pelatihan yang telah diberikan, dan
juga dapat mengetahui dampak dari program pelatihan yang diikuti para

24

peserta dalam hal peningkatan knowledge , skill dan attitude mengenai
suatu hal yang dipelajari dalam pelatihan.
3. Evaluasi 3: Perilaku
Pada level ini, diharapkan setelah mengikuti pelatihan terjadi
perubahan tingkah laku peserta (karyawan) dalam melakukan pekerjaan.
Dan juga untuk mengetahui apakah pengetahuan, keahlian dan sikap yang
baru sebagai dampak dari program pelatihan, benar-benar dimanfaatkan dan
diaplikasikan di dalam perilaku kerja sehari-hari dan berpengaruh secara
signifikan terhadap peningkatan kinerja/ kompetensi di unit kerjanya
masing-masing.
4. Evaluasi 4: Hasil
Mengukur hasil dari kegiatan terhadap keuntungan yang dapat
diperoleh oleh para ibu rumah tangga ( profitability ), produktifitas, kualitas
kerja,

penjualan,

turnover

dan

pengeluaran

( expenses ).

Reaksi,

didefinisikan sebagai bagaimana tanggapan peserta terhadap program
training tersebut. Pembelajaran, suatu tingkatan dimana peserta secara
tertulis diuji untuk dapat mengetahui sejauh mana materi training telah
diterima oleh mereka. Perilaku, ditujukan untuk mengukur perubahan sikap
kerja dalam kegiatan sehari-hari. Hasil digunakan untuk mengetahui
seberapa besar program pelatihan berpengaruh terhadap masyarakat.

25

Hasil akhir tersebut meliputi, peningkatan hasil produksi dan
kualitas. Tujuan dari pengumpulan informasi pada level ini adalah untuk
menguji dampak pelatihan terhadap kelompok kerja secara keseluruhan.
Sasaran pelaksanaan program pelatihan adalah hasil yang nyata yang akan
disumbangkan kepada masyarakat di desa Buntu Kamiri sebagai pihak yang
berkepentingan. Walaupun tidak memberikan hasil yang nyata bagi
masyarakat dalam jangka pendek.

BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PEMECAHAN MASALAH

A. Pelaksanaan Kegiatan

Gambar 1 Persiapan Pelatihan

Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 14-15 Juni 2014 di Desa Buntu
Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu dengan materi pelatihan sebagai berikut:

26

27

1.

Pelatihan 1: Pembuatan Kue Lumpur Kentang
Bahan-bahan kue lumpur kentang sederhana ini mudah sekali ditemukan

dipasar tradisional, seperti kentang, tepung terigu, telur, kelapa parut dan mentega
serta kismis dan bubuk vanili untuk penambah aroma kue. Agar lebih jelasnya dapat
dilihat berikut ini:

Gambar 2 Kue Lumpur Kentang

a.

Bahan-bahan:
1) 250 gram kentang, kukus dan lumatkan / haluskan, dinginkan
2) 200 gram tepung terigu, pilih yang rendah kalori
3) 200 gram gula pasir
4) 60 gram mentega, lelehkan
5) 5 butir telur ayam
6) ½ liter santan kelapa kental

28

7) ½ sendok teh garam
8) Vanili bubuk atau pasta secukupnya
b.

Topping :
1) kismis secukupnya, untuk pemanis tampilan (alternatif: keju, kacang atau

lainnya)
2) kelapa muda serut, secukupnya
c.

Cara Membuat Kue Lumpur Kentang
1) Telur dikocok bersama bersama gula pasir dan garam hingga mengembang (±

10-15 menit)

Gambar 3 Pemateri memberi contoh kepada peserta

29

2) Masukkan tepung terigu dan kentang sedikit demi sedikit sambil diaduk
hingga adonan rata
3) Tambahkan santan, vanili dan mentega cair dan aduk rata, saring, sisihkan.
4) Panaskan cetaka kue lumpur, olesi dengan sedikit minyak
5) Tuangkan adonan kedalam cetakan, jangan terlalu penuh sisakan ruang ¼ nya
dan gunakan api yang sedang
6) Kira-kira ½ matang, letakan beberapa kismis dan kelapa serut diatasnya.
7) Masak kembali hingga kue matang
8) Angkat, ulangi hingga adonan habis
9) Sajikan dalam piring saji
2.

Pelatihan 2: Pembuatan Kue Srikaya
Kue ini menggunakan daun pandan untuk menciptakan aroma wangi dan

lezat. Kue srikaya aroma pandan ini adalah salah satu alternatif pilihan yang bisa
anda sajikan untuk berbagai acara semisal arisan keluarga karena selain rasanya yang
enak, biaya pembuatannya juga relatif
murah.
a.

Bahan Kue Srikaya Aroma Pandan
1) 200 ml santan kental instant

Gambar 4 Kue Srikaya Aroma Pandan

30

2) pewarna makanan hijau muda secukupnya
3) 500 ml air
4) 1-2 lembar daun pandan
5) 200 gr gula pasir
6) 5 butir telur
7) 1/2 sdt garam
b.

Alat yang Dibutuhkan


c.

Cetakan kue mangkok

Cara Membuat Kue Srikaya Aroma Pandan
1) Didihkan santan kental, air, garam, dan daun pandan dengan api sedang.

Aduk-aduk supaya santan tidak pecah. Didihkan kurang lebih selama 15 menit.

Gambar 5 Peserta pelatihan tampak antusias mempraktekkan pembuatan kue

31

2) Matikan api, masukkan gula pasir aduk hingga gula larut. Angkat daun
pandan dan dinginkan.
3) Kocok lepas telur, campurkan dengan larutan santan yang sudah disiapkan
di atas, lalu saring.
4) Tuangkan campuran adonan ke dalam cetakan kue mangkok, hias atasnya
dengan potongan daun pandan.
5) Kukus dengan api sedang selama 30 menit. Jangan lupa tutup pancinya
dilapisi kain/serbet bersih (supaya air tidak menetes), dan jangan ditutup rapat (agak
dimiringkan tutupnya)
6) Dinginkan, dan hidangkan.
3.

Pelatihan 3: Pembuatan Roti Bergizi
Jenis roti ini adalah roti manis berukuran mini yang bertekstur empuk dan

lembut serta dikreasikan dengan berbagai bentuk yang menarik sehingga bisa
disebut imut. Roti ini
populer dengan sebutan
roti

unyil,

tentunya

dengan beragam kreasi
resep rahasia dan varian
isinya sehingga memiliki
rasa yang sangat enak.
Gambar 6 Roti Bergizi

32

Untuk membuat sendiri di rumah dengan mudah dan praktis, ada salah satu resep
untuk bikinnya di sini.
a.

Bahan :
1) 100 gram tepung terigu protein tinggi (cakra)
2) 100 gram tepung terigu protein sedang (segitiga)
3) +125 ml air es
4) 7 gram ragi instan
5) 3 gram cake emulsifier (SP)
6) 65 gram gula pasir
7) 20 gram susu bubuk
8) 1 butir kuning telur, kocok rata
9) 40 gram margarin
10) 5 gram garam halus
Isi : selai coklat, fruit mix, abon, selai kacang, keju atau sesuai selera
Olesan : 2 butir kuning telur aduk rata dengan 25 ml susu cair tanpa
rasa

b.

Cara Membuat:
1) Campur kedua jenis tepung dengan gula pasir, susu bubuk dan ragi instan,

aduk rata. Masukkan kuning telur, aduk rata. Tuang air sedikit demi sedikit sambil
diuleni hingga elastis.

33

2) Masukkan cake emulsifier, aduk rata. Tambahkan garam dan margarin lalu
uleni hingga kalis. Bentuk bulat lalu letakkan dalam kom adonan, tutup dengan
plastik wrapping. fermentasi adonan 45 menit.
3) Buang gas dalam adonan dengan cara memukul adonan. Timbang adonan
per 25 gram lalu bulatkan, letakkan di atas meja stainless yang telah ditaburi tepung
terigu.
4) Isi adonan dan bentuk-bentuk sesuai selera, susun dalam loyang yang telah
diolesi margarin. Olesi dengan bahan pengoles, diamkan 15 menit. Panggang dalam
oven dengan suhu 185°Celsius hingga matang kuning keemasan. Angkat dan sajikan.
4. Pelatihan 4: Pembuatan Kue Zebra Basah

Gambar 7 Kue Zebra Basah

a.

Bahan:
1) Telur ayam 6 butir
2) Gula pasir 300 gram

34

3) Vanila 1/4 sendok the
4) Tepung terigu 80 gram
5) Margarin 50 gram dilelehkan
6) Air 300 ml
7) Susu kental manis 250 ml
8) Agar-agar warna putih 2 bungkus
9) Cokelat bubuk 50 gram, dilarutkan dengan sedikit air panas
b.

Cara Membuatnya:
1) Basahi loyang dengan air, loyangnya berukuran bulat berdiameter 18 cm.
2) Susu kental manis, air, agar-agar, dicampur dan aduk rata, kemudian masak

di atas api kecil sampai mendidih. Sisihkan.
3) Telur dikocok bersama gula, vanila hingga mengembang dan kental, lalu
masukkan tepung terigu sedikit demi sedikit bergantian dengan margarin cair, aduk
rata.
4) Agar-agar yang telah dimasak dituangkan ke dalam adonan telur, kocok
perlahan hingga tercampur rata. Adonan dibagi menjadi 2 bagian, sebagian campur
dengan cokelat, aduk rata, yang sebagian lagi biarkan berwarna kuning.
5) Tuangkan 100 ml adonan kuning pada bagian tengah loyang, tuangkan
kembali 50 ml adonan cokelat di atas adonan kuning. Lakukan terus secara
bergantian hingga kedua adonan habis. Dinginkan hingga beku. Dan siap untuk
disajikan.

35

B. Hasil Kegiatan
Kegiatan ini diikuti oleh 25 orang ibu rumah tangga dan remaja putri. Dari hasil
pelatihan yang sudah dilakukan dirasakan sangat bermanfaat bagi ibu rumah tangga
dan remaja putri di desa Buntu Kamiri yang mengikuti pelatihan tersebut karena
Setelah dari pelatihan, peserta pelatihan tersebut masih aktif dan membuka usaha
untuk membuat Kue.

Gambar 8 Foto bersama pemateri dan peserta pelatihan

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan

hasil

kegiatan

di

lapangan,

kami

menyimpulkan

kegiatan pemberdayaan perempuan melalui program keterampilan wira
usaha mandiri bidang boga di Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu
sebagai berikut:
1. Langkah-langkah

kegiatan

pemberdayaan

perempuan

melalui

program keterampilan wira usaha mandiri bidang boga di Desa
Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu dilakukan dengan 4 tahapan
yaitu: 1) tahap pertama persiapan yakni: observasi wilayah
kegiatan; Permohonan kegiatan (pembuatan proposal, seminar);
Penentuan lokasi tempat kegiatan; dan pembelian bahan, peralatan,
dan lokasi proses produksi). 2) tahap kedua pelaksanaan yakni:
pengenalan, (ceramah dan tanya jawab dengan peserta kegiatan);
demonstrasi kegiatan; pelatihan/praktek peserta kegiatan; survei/
kunjungan industri. 3) tahap ketiga evaluasi yakni: promosi;
praktek pemasaran hasil kegiatan; Menyusun rencana tindak lanjut;
dan dokumentasi hasil kegiatan. Dan terakhir 4) tahap keempat

final yakni: membuat laporan, dan menyusun rencana ke depan.
2. Kendala yang dihadapi dalam kegiatan pemberdayaan perempuan
melalui program keterampilan wira usaha mandiri bidang boga di
Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab. Luwu adalah kurangnya
modal usaha, peralatan dan pelatihan-pelatihan yang serupa.

37

38

3. Solusi yang dapat ditawarkan dalam mengatasi kendala kegiatan
pemberdayaan perempuan melalui program keterampilan wira usaha
mandiri bidang boga

di Desa Buntu Kamiri Kec. Ponrang Kab.

Luwu adalah dengan mengadakan pelatihan-pelatihan serupa agi
masyarakat di masa yang akan datang.
B. Saran
Dari kesimpulan kegiatan pemberdayaan perempuan melalui program
keterampilan wira usaha mandiri bidang boga di Desa Buntu Kamiri Kec.
Ponrang Kab. Luwu, kami selaku pelaksana kegiatan memberikan saran
sebagai berikut:
1. Hendaknya aparat pemerintah lebih memperhatikan kegiatankegiatan pelatihan

serupa di masa yang akan datang

agar

masyarakat Desa Buntu Kamiri bisa merasakan dampak kegiatan
yang menunjang kesejahteraan keluarganya.
2. Bagi masyarakat Desa Buntu Kamiri terkhusus ibu rumah tangga
dan perempuan Desa lainnya untuk lebih giat berwirausaha untuk
menunjang perekonomian keluarganya.